PA-05 1.1.
Perumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang yang telah diungkapkan, masalah penelitian dirumuskan sebagai berikut:
Apakah muatan sosiologi kritis, kreatifitas, dan mentalitas berpengaruh terhadap pendidikan Akuntansi.
1.2. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan penelitian, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji apakah terdapat pengaruh sosiologi kritis, kreatifitas, dan
mentalitas pada pendidikan Akuntansi.
1.3. Kegunaan Penelitian
Berdasar latar belakang, perumusan masalah, dan tujuan penelitian, maka kegunaan penelilitian ini sebagai berikut:
1. Memberikan masukan yang berguna untuk penyempurnaan pendidikan akuntansi,
terutama berkaitan dengan penanaman dan integrasi muatan sosiologi kritis, kreatifitas, dan mentalitas dalam kurikulum akuntansi.
2. Memberikan motivasi kepada dosen akuntansi untuk bersedia dan aktif memberikan
muatan sosiologi kritis, kreatifitas, dan mentalitas dalam proses pengajaran
akuntansi.
2. Tinjauan Pustaka dan Hipotesis 2.1. Sosiologi Kritis
Sebagai paham keilmuan, teori kritis dikembangkan dari konsepsi kritis terhadap berbagai pemikiran dan pandangan yang sebelumnya. Sedikitnya, ada dua konsepsi
perihal “kritis” yang perlu diklarifikasi Guba, 1990. Pertama, “kritis internal” terhadap analisis argumen dan metode yang digunakan dalam berbagai penelitian. Kedua, makna
“kritis” dalam reformulasi masalah logika. Logika bukan semata-mata pengaturan formal dan kriteria internal dalam pengamatan, tetapi juga melibatkan bentuk-bentuk
khusus pemikiran yang difokuskan pada skeptisisme dalam pengertian rasa ingin tahu terhadap institusi sosial dan konsepsi tentang realitas yang berkaitan dengan ide,
pemikiran, dan bahasa melalui kondisi sosial historis.
PA-05
Terdapat setidaknya enam isu pokok yang menjadi ciri paradigma kritis dalam praktik keilmuan, khususnya dalam bidang pendidikan Salim, 2006, yaitu: 1.
Prosedur, metode, dan metodologi keilmuan. 2. Perumusan kembali standar dan aturan keilmuan sebagai logika dalam konteks historis. 3. Dikotomi antara objektif dan
subjektif. 4. Keberpihakan ilmu dalam interaksi sosial. 5. Pengembangan ilmu merupakan produksi nilai-nilai. 6. Ilmu pengetahuan khususnya ilmu sosial
merupakan studi tentang masa lalu. Kajian sosiologi kritis pendidikan akuntansi pada PT di Indonesia mutlak
dilakukan, tetapi upaya ini sangat jarang, bahkan belum atau tidak ada usaha ke arah tersebut. Para pendidik, pengajar serta institusi yang menaunginya masih merasakan
nikmatnya hegemoni pengetahuan akuntansi yang diperoleh dari dunia Barat, walaupun pada pengetahuan yang diperoleh tersebut kurang atau tidak sesuai dengan nilai-nilai
yang ada pada pendidikan akuntansi di Indonesia. Ini dapat dilihat dari berbagai standar yang ada di negeri ini, semisal Prinsip Akuntansi Berterima Umum PABU dapat
dikatakan sebagai upaya menerjemahkan PABU yang ada di negara Amerika Serikat, bukannya memberikan penalaran dan daya kritis terhadap PABU negara Amerika
Serikat sebelum menerjemahkan PABU tersebut. PABU pada prinsipnya dilandasi oleh rerangka konseptual akuntansi, asumsi-
asumsi, prinsip-prinsip, dan kendala-kendala dalam akuntansi Weygandt dan Kieso, 2000. Landasan yang diambil dari negara yang berbeda kondisi ekonomi, sosial, dan
budaya seharusnya menghasilkan PABU yang juga berbeda, walaupun perbedaan PABU antara negara tidak harus semuanya berbeda. Perbedaan landasan PABU tersebut
menyebabkan adanya keberagaman dan keseragaman PABU pada setiap negara. Keberagaman dan keseragaman PABU ini dapat dikatakan sebagai sesuatu yang
lumrah. Bukankah rasio sebagai pembentukan PABU sebetulnya tidak netral dan ahistoris sebagaimana dikatakan oleh Immanuel Kant. Ketidaknetralan rasio ini dan
ahistorisnya ini yang membuat adanya PABU menjadai beragam di berbagai negara dikarenakan pengaruh dari kondisi ekonomi, sosial, dan budaya yanga da di negara
tersebut. Untuk itu, pendidikan akuntansi di negara ini harus mengkaji dan mengkritisi standar yang sudah ada, walaupun berjalan secara perlahan-lahan. Kritik adalah negasi
atau dialektika, yaitu menegasikan atau mengingkari rintangan-rintangan yang
PA-05
membelenggu para pendidik dan pelajar Akuntansi selama ini. Kritik bisa pula pembebasan individu, masyarakat, dan negara dari irasionalitas menjadi rasionalitas dan
dari ketidaksadaran menjadi kesadaran Habermas, 2005.
2.2. Kreatifitas