Keterampilan membuka dan menutup [Compatibility Mode]

Pemimpin kelompok memiliki varitas pilihan untuk
membuka sesi dalam kelompok yang bertemu secara
reguler atau setiap minggu.
1. Partisipan dapat diminta menyatakan secara singkat
apa yang mereka inginkan dari sesi ini.
2. Anggota diberikan kesempatan untuk mengungkapkan
pemikirannya tentang sesi sebelumnya atau
menyarankan untuk mempertimbangkan isu-isu yang
belum terpecahkan pada pertemuan sebelumnya.

3. Partisipan dapat diminta untuk melaporkan kemajuan
atau kesulitan yang dialami selama seminggu.
4. Dalam suatu kelompok yang terbuka suatu ide yang
baik untuk mendorong seorang anggota berbagi tentang
makna kelompok untuk mereka, ketika anggota ini
agak berubah dari minggu ke minggu.
5. Disamping untuk mempermudah keterlibatan anggota
dalam pembukaan sesi, pemimpin kelompok membuat
beberapa observasi tentang pertemuan sebelumnya atau
beberapa pemikiran yang telah terjadi pada mereka
sejak pertemuan terakhir.


!

1.

2.

Pemimpin kelompok harus berusaha menutup sesi
tanpa menutup isu-isu yang terjadi selama sesi.
Teurapeutik tidak merangkum isu atau pemecahan
suatu masalah dengan cepat. Anggota perlua waktu
untuk mengeksplor dan berjuang dengan masalah
pribadi.
Ringkasan dapat efektif apabila dilakukan pada
akhir sesi. Ringkasan membantu anggota untuk
membuat ringkasan tentangproses kelompok dan
kemajuan mereka sendiri terhadap tujuan mereka.

3.


Partisipan dapat diminta untuk mengatakan pada
kelompok bagaimana mereka menerima sesi,
memberikan komentar-komentar dan umpan balik
pada yang anggota lain, dan membuat pernyataan
tentang invesmen mereka dalam sesi. Dengan
melakukan ini secara reguler anggota berbagi
tanggung jawab untuk menentukan apa yang yang
akan mereka lakukan untuk mengubah arah
kelompok jika mereka tidak puas.

4.

5.

Ini membantu umpan balik yang positif. Individu
yang telah terlibat harus dihargai dan didukung untuk
usaha-usaha mereka baik oleh pemimpin maupun
oleh partisipan.
Anggota dapat melaporkan tugas-tugas di rumah,
mereka dicoba mempraktekan beberapa pemikiran

baru mereka, dan mereka dapat membuat rencana
untuk mengaplikasikan apa yang telah dipelajari
dalam kelompok pada situasi masalah di luar
kelompok.

6.

7.

Partisipan dapat ditanya apakah ada topik atau masalah
mereka yang akan dibahas pada sesi berikutnya. Ini
untuk pemahaman untuk merubah kepemilikan dan
tanggungjawab serta untuk proses perubahan pada
kelompok dan anggota itu sendiri. Disamping
menghubungkan ini juga dapat mendorong merak
berpikir tentang cara eksplorasi tentang topik itu dalam
pertemuan selanjutnya ---- ini bekerja antara sesi.
Pemimpin kelompok bisa mengekspresikan reaksi
mereka terhadap sesi dan membuat beberapa observasi.
Komentar tentang arah kelompok dapat berguna untuk

merangsang pemikiran dan tindakan sebagian anggota.

" #

$

D.W Sue, Arredondo, dn Mc Davis (1992);
Arredondo dan koleganya telah membuat kerangka
konseptual utnuk mengembangkan kompetensi
konseling multikultural dalam tiga bidang: (1)
Kesadaran akan kepercayaan dan sikap (awreness of
beliefs and attitudes); (2) Pengetahuan (knowldge) (3)
Keterampilan (skills). Ini kemudian diubah “Priciples
for Diversity Competent Group Workers”

1.

Kepercayaan dan Sikap (Beliefs and Attitudes).
Pemimpin kelompok mengakui dan memahami
nilai-nilai mereka sendiri, prasangka, sikap

etnosentris dan asumsi tentang prilaku manusia.
Seorang pemimpin kelompok harus
mengahargai agama, kepercayaan dan nilai
anggota kelompok dan mereka harus merasa
nyaman dengan perbedaan tersebut.

2.

Pengetahuan (Knowledge). Seorang pemimpin kelompok harus
memiliki pengetahuan tentang bahwa warisan budaya dan ras
mempengaruhi mereka baik secara pribadi maupun secara
profesional. Mereka memahami dinamika perasaan yang
tertekan, pengaruh ras, perbedaan dan kelompok orang yang
terlalu disederhanakan (stereotyping). Mereka memiliki
pengetahuan tentang latar belakang sejarah, tradisi dan nilai
kelompok klien. Mereka memiliki pengetahuan tentang
struktur keluarga minoritas, hirarki, nilai dan kepercayaan.
Apabila mereka kurang memiliki penegtahuan tentang
keragaman klien, mereka harus mencari sumber yang akan
membantu mereka. Pengetahuan yang mendalam dan luas

tentang perbedaan kultur akan menjadi konselor kelompok
yang efektif.

3.

Keterampilan dan Strategi Intervensi (Skill and
Intervention strategies). Konselor kelompok yang
efektif membutuhkan banyak keterampilan tertentu
ketika bekerja dengan kelompok yang memiliki
perbedaan budaya. Konseling multikultural
bertambah keterampilan ketika menggunakan metode
dan strategi serta menentukan tujuan yang konsisten
dengan pengalaman hidup dan nilai budaya klien.
Beberapa konselor mengubah dan mengadaptasi
intervensi mereka untuk mengakomodasi perbedaan
budaya dalam kelompok. Mereka tidak menekan
klien dalam satu pendekatan konseling.

4.


Mengakui keterbatasan Diri (Recognize Your
Limitations). Meskipun seorang konselor memiliki
keterbatasan untuk memiliki pengetahuan tentang
semua latar belakang budaya, ini dapat dikerjakan
dengan mudah (feasible) untuk memiliki pengetahuan
tentang prinsip-prinsip umum yang komprehensif
untuk keberhasilan bekerja di tengah perbedaan
secara kultur. Penting untuk seorang konselor yang
merasa nyaman menerima perbedaan sebagai suatu
nilai yang positif dan meningkatkan kemampuannya
dalam bekerja dengan klien yang beragam.

“Konseling lintas budaya (cross-cultural
conseling)
tidak bermaksud untuk
mengajarkan intervensi kusus untuk setiap
kultur, tetapi untuk menanamkan konselor
dengan sensitivitas kultur dan bertoleransi
dengan cara berpikir secara filosofis yang
sesuai untuk semua kultur” (Vontress,

1996:164, dalam Correy, 2008:37).