Karakteristik Responden Hubungan antara Sumber Air Minum dengan Kejadian Diare pada

BAB V PEMBAHASAN

A. Karakteristik Responden

Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan antara sanitasi lingkungan dengan kejadian diare pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Nogosari Kabupaten Boyolali tahun 2009. Dari hasil memperlihatkan bahwa umur responden terbagi atas 3 kelompok, yaitu kurang dari 20 tahun, umur antara 20-35 tahun dan umur responden yang lebih dari 35 tahun. Data mengenai usia responden mayoritas pada usia antara 20-35 tahun sebanyak 90. Pada jenis pekerjaan memperlihatkan bahwa dari 60 reponden penelitian, sebagaian besar sebagai ibu rumah tangga dengan jumlah 56,7. Sebagian besar responden ibu rumah tangga ini mempunyai kesempatan lebih banyak dalam merawat balitanya dari kejadian sakit termasuk dalam penyakit diare. Ditinjau dari tingkat pendidikan menunjukkan bahwa responden masih banyak yang berpendidikan SMA yaitu sebesar 56,7. Pendidikan merupakan suatu usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat dan kebudayaan. Usaha-usaha yang dilakukan 47 untuk menanamkan nilai-nilai dan norma-norma tersebut serta mewariskannya kepada generasi berikutnya untuk dikembangkan dalam hidup dan kehidupan yang terjadi dalam suatu proses kehidupan Ihsan, 2003. Menurut Notoatmodjo 2003 pendidikan kesehatan pada hakikatnya adalah suatu kegiatan atau usaha untuk menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau individu dengan harapan bahwa dengan adanya pesan tersebut masyarakat, kelompok atau individu dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik. Akhirnya pengetahuan tersebut diharapkan dapat berpengaruh terhadap perubahan perilakunya.

B. Hubungan antara Sumber Air Minum dengan Kejadian Diare pada

Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Nogosari Kabupaten Boyolali Tahun 2009 Hasil analisis data secara statistik menunjukkan bahwa sumber air minum yang dikonsumsi ada hubungan dengan kejadian diare pada balita di wilayah Kerja Puskesmas Nogosari Kabupaten Boyolali tahun 2009 dimana nilai p=0,001. Data sumber air minum yang dikonsumsi reponden masih tergolong sumber air minum yang tidak terlindung sebanyak 73,3. Dari 60 responden penelitian, dengan adanya sumber air yang tidak terlindung ini menyebabkan terjadinya diare terhadap 37 balita responden. Hasil penelitian ini diperkuat dengan penelitian Irianto et, al 1994 yang menyimpulkan bahwa penyediaan air minum berhubungan dengan kejadian diare pada balita dan merupakan faktor risiko kejadian diare dan sebanyak 87,5 menggunakan sumber air minum yang tidak terlindung. Sumber air minum utama merupakan salah satu sarana sanitasi yang tidak kalah pentingnya berkaitan dengan kejadian diare. Sebagian kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui jalur fekal oral. Mereka dapat ditularkan dengan memasukkan ke dalam mulut, cairan atau benda yang tercemar dengan tinja, misalnya air minum, jari-jari tangan, dan makanan yang disiapkan dalam panci yang dicuci dengan air tercemar Depkes RI, 2000. Berdasarkan hasil penelitian Sutomo 1987 disimpulkan bahwa ada hubungan antara sumber air minum yang dikonsumsi di rumah-rumah pada daerah pedesaan dan responden yang menggunakan air bersih memiliki kecenderungan lebih kecil menderita penyakit diare. Sebaliknya responden yang tidak menggunakan air bersih memiliki kecenderungan menderita penyakit diare. Hasil penelitian lain yang serupa adalah Zubir 2006 penelitian mengenai faktor-faktor risiko kejadian diare akut pada anak 0-35 bulan Batita di Kabupaten Bantul. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sumber air minum yang digunakan berhubungan dengan terjadinya diare akut dengan nilai p0,05 dan besarnya Rasio Prevalensi sebesar 3,10. Dari hasil penelitian ini ternyata sebanyak 26,7 telah menggunakan sarana PAM dan sumber air yang terlindung sebagai sumber air utama keluarga. Dari analisis ini diketahui bahwa sebanyak 73,3 anak balita dan keluarganya menggunakan sumber air yang tidak terlindung, namun persentase diare anak balita dari keluarga yang menggunakan air dari sumber air yang tidak terlindung cukup besar yaitu 61,7. Hasil penelitian lain yang sejalan adalah penelitian Wibowo et. al 2004 menyimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara kejadian diare dengan jenis sumber air minum.

C. Hubungan antara Kualitas Fisik Air Bersih dengan Kejadian Diare pada

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS METATU BENJENG KABUPATEN GRESIK TAHUN 2015

0 35 22

HUBUNGAN ANTARA SANITASI TOTAL DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEPIL 2 KECAMATAN KEPIL KABUPATEN WONOSOBO TAHUN 2015

1 9 142

HUBUNGAN ANTARA SANITASI LINGKUNGAN DAN PERSONAL HYGIENE IBU DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MANGKANG.

0 5 13

HUBUNGAN ANTARA SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA

0 2 7

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Sanitasi Lingkungan Dengan Kejadian Diare Pada Anak Balita Usia 2 Bulan-5 Tahun Di Wilayah Kerja Puskesmas

0 2 15

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Sanitasi Lingkungan Dengan Kejadian Diare Pada Anak Balita Usia 2 Bulan-5 Tahun Di Wilayah Kerja Puskesmas

0 2 13

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI DESA PULOSARI KEBAKKRAMAT KECAMATAN Hubungan Sanitasi Lingkungan Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Desa Pulosari Kebakkramat Kecamatan Kebakkramat Kabupaten Karanganyar.

0 1 13

HUBUNGAN ANTARA SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI KECAMATAN JATIPURO KABUPATEN KARANGANYAR.

0 0 82

HUBUNGAN ANTARA SANITASI TOTAL DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS Pagentan 1 KECAMATAN PAGENTAN KABUPATEN Banjarnegara TAHUN 2017

1 1 6

1 HUBUNGAN ANTARA FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA

0 1 17