Proses Pelaksanaan Perjanjian Asuransi Kebakaran di PT ASURANSI JASA INDONESIA

yang khusus untuk itu, penanggungan hanya menanggung kerugian akibat peledakan sepanjang hal tersebut tidak ditanggung oleh polis jenis lain itu. 4 KEJATUHAN PESAWAT TERBANG, yaitu benturan fisik antara pesawat terbang atau segala sesuatu yang jatuh dari pesawat terbang dengan harta benda dan atau kepentingan yang dipertanggungkan atau dengan bangunan yang berisikan harta benda dan atau kepentingan yang dipertanggungkan. 5 ASAP, yaitu asap yang timbul dari kebakaran harta benda yang di pertanggungkan pada polis ini.

E. Proses Pelaksanaan Perjanjian Asuransi Kebakaran di PT ASURANSI JASA INDONESIA

Serangkaian tahapan yang harus dilakukan dalam penutupan perjanjian Asuransi Kebakaran diawali dengan pengajuan permohonan SPPA Yaitu Surat Permohonan Penutupan Asuransi yang berupa pengisian formulir aplikasi penutupan asuransi Kebakaran berdasarkan data dari pemohon calon tertanggung berupa data pribadi, objek yang diasuransikan, data-data pertanggungan jumlah, jangka waktu dan kondisi pertanggungan. Tertanggung mengisi Surat Permintaan Penutupan Asuransi SPPA, penanggung melakukan analisa, penanggung melakukan survey ke lapangan, pihak asuransi menerbitkan Polis Asuransi Kebakaran, penanggung mengirimkan polis kepada tertanggung, tertanggung membayar premi kepada penanggung. Prosedur pengajuan klaim: informasi tertanggung, pihak penanggung melakukan survey, bagian klaim menentukan ditolak atau diterima klaim tersebut, tertanggung diminta melengkapi data, lalu penanggung menentukan besarnya nilai ganti kerugian, jika ditolak tertanggung pihak penanggung memberi penjelasan, kemudian dibuat Laporan Kerugian Pasti LKP jika tertanggung setuju atas besarnya ganti kerugian yang diajukan oleh penanggung,. Upaya menanggulanginya yaitu pihak penanggung memberikan penjelasan proses pengajuan klaim, memberikan penjelasan bahwa setiap pengajuan klaim bisa ditolak atau diterima dan memberitahukan. Data atau Informasi yang Diperlukan pada Surat Permohonan Penutupan Asuransi Kebakaran adalah: 1 Fungsi atau kegunaan bangunan proses produksi yang ada dalam bangunan tersebut. 2 Lokasi atau letak bangunan. 3 Nilai Bangunan, isi isi bangunan ini dapat berupa mesin, stock barang, dan lain-lain. 4 Perkiraan luas bangunan dan luas lahan dimana bangunan itu berdiri 5 Kondisi lingkungan sekitar letak bangunan kiri, kanan, dengan maupun belakang dari bangunan itu berdiri. 6 Komponen pembentukan dari bangunan seperti atap, dinding, lantai, tiang, tangga, rangka dan lain-lain juga diperlukan untuk diketahui. 7 Informasi lain yang berkaitan dengan kepemilikan dari penghuni bangunan tersebut apakah pemilik atau penyewa, dan lain-lain. Setelah tertanggung melakukan pengisian data, maka formulir Surat Permohonan Penutupan Asuransi Kebakaran yang sudah di tanda tangani oleh Tertanggung tersebut dikirimkan ke bagian marketing setelah itu diteruskan ke bagian Unit Penjualan yang kemudian akan dilakukan analisis lebih lanjut terhadap data yang bersangkutan. Pada tahapan ini, bagian underwriter dapat mengirim surveyor untuk melakukan survey atas barang yang akan diasuransikan. Perlunya diadakan survey ini adalah untuk menyesuaikan antara data yang diberikan oleh calon tertanggung dengan kondisi barang yang sebenarnya cek fisik. Apabila unit tehnik menyetujui di survey dari surveyor maka aka di lanjutkan untuk pembuatan polis asuransi, perjanjian dan nota produksi. Setelah survey dilakukan maka data dari hasil survey dianalisis untuk dilakukan kelayakan bangunan yang akan diasuransikan untuk diterima atau ditolak penutupan pertanggungan oleh pihak JASINDO. Jika permohonan penutupan pertanggungan tersebut diterima maka JASINDO segera membuatkan polisnya, tetapi apabila ternyata permohonan itu ditolak oleh JASINDO maka hal ini akan segera diberitahukan kepada si pemohon. Syarat terakhir dalam pelaksanaan perjanjian asuransi kebakaran di PT JASINDO adalah pembayaran premi, merupakan syarat dari tanggung jawab penanggung atas jaminan asuransi berdasarkan polis ini. Setiap polis terhutang harus dibayar lunas dan secara nyata telah diterima seluruhnya oleh penanggung. Pembayaran premi dapat dilakukan secara tunai, cek, biyet giro, transfer atau dengan cara lain yang disepakati antara penanggung dan tertanggung. Di dalam asuransi kebakaran di JASINDO tidak menerapkan sistem total lost only tetapi menerapakan dua sistem klaim yaitu Klaim kebakaran mencakup: a. Klaim kerusakan sebagian Partial Loss Jika suatu harta benda hilang, hancur atau rusak sebagaian saja, maka pengantian kerugian yang di berikan sesuai dengan kerusakan, bila kerusakan hanya sebagian Partial Loss, maka akan memperoleh pengantian juga sesuai tingkat kerusakanya saja. b. Klaim Kerugian Total Total Loss Pada saat tertanggung mengasuransikan barang-barangya dan terjadi kerugian yang menyebabkan kerugian total dari barang-barang yang telah di pertanggungkan, maka adalah suatu kewajiban penanggung untuk membayar kerugian tersebut sebesar atau semaksimum nilai pertanggungan yang di jamin dalam polis. Bila ternyata kerugian melebihi dari nilai pertangguungan yang di asuransikan, selisih kelebihan kerugian menjadi beban tertanggung sendiri Jumlah yang di asuransikan adalah jumlah yang di pakai sebagai ukuran untuk menentukan jumlah maksimum ganti kerugian. jumlah wajib di bayar oleh penanggung dalam klaim asuransi kerugian. jumlah yang di asuransikan erat sekali hubunganya dengan nilai benda obyek asuransi. dengan di tentukan jumlah yang di asuransikan Under Insurance atau sama dengan nilai benda asuransi Full Insurance, atau melebihi nilai benda asuransi Over Insurance. Dengan demikian dapat di tentukan jumlah maksimum ganti kerugian yang dapat di bayar jika timbul kerugian akbat peristiwa yang menjadi beban penanggung. Secara praktek pada umumnya di dunia asuransi ada apliksai metode perhitungan sesuai kondisi polis yaitu Perhitungan ganti kerugian atas dasar indemnity Pengertian yaitu mengembalikan kedudukan finansial tertanggung kepada kedudukan semula sesaat sebelum terjadi kerugian. perhitungan nilai kerugian suatu obyek pertanggungan dan nilai suatu obyek pertanggungan berpatokan pada tanggal kejadian kerugian, bukan pada saat penutupan asuransi, prinisp ini berlaku sebagai salah satu prinsip asuransi kerugian yang berlaku world wide. kecuali untuk jenis asuransi personal accident. Nilai sesungguhnya value at risk dari suatu benda obyek asuransi yang mengalami kerugian dapat di hitung dengan dua cara : 1 Membeli pasar sesuai dengan spesifikasi barang yang mengalami kerugian tersebut. Barang yang mengalami kerugian tersebut di beli di pasar bebas dengan kata lain nilainya di tentukan oleh pasar. 2 Metode Penyusutan Metode ini memperhitungkan penyusutan atau depresiasi singkanya adalah harga baru di kurangi penyusutan. metode ini lebih umum di gunakan dan lebih praktis. penyusutan ini adalah nilai yang harus di kurangkan dari nilai baru untuk mencerminkan nilai sesungguhnya sesaat sebelum terjadi kerugian. Besarnya nilai penyusutan tergantung kepada lamanya suatu barang dapat di gunakan, semakin kecil penyusutannya per tahun demikian juga sebaliknya. suatu barang dapat di gunakan sampai waktu tertentu tergantung dari faktor-faktor faktor fisik seperti aus, deteriosasi, rusak atau hancur dan Faktor fungsi seperti inadequacy yaitu kehilangan fungsi, obsolescence artinya kegunanan barang menjadi ketinggalan jaman. . F. Tanggung Jawab PT ASURANSI JASA INDONESIA Terhadap Tertanggung Asuransi Kebakaran Dengan Sistem Total Lost Only Di Jasindo dalam penyelesaian dan penetapan ganti rugi kepada Tertanggung mempunyai kebijakan sendiri yakni sebagai berikut : a. Kebijakan Dalam hal terjadi kerugian atau kerusakan atas harta benda 1 Dalam hal terjadi kerugian atau kerusakan atas harta benda atau kepentingan yang di pertanggungkan, berhak menentukan pilihannya untuk melakukan ganti rugi dengan cara : a. Pembayaran uang tunai b. Perbaikan kerusakan, sesuai dengan perhitungan besarnya kerugian. 2 Penggantian kerusakan, dimana perhituangan besarnya kerugian adalah sebesar biaya penggantian dengan barang sejenis dengan kondisi yang sama seperti sesaat sebelum terjadinya kerugian atau kerusakan 3 Membangun kembali, dimana perhitungan besarnya kerugian adalah membangun kembali ke kondisi yang sama seperti sebelum terjadi kerusakan atau kerugian. b. Kebijakan tentang penghentian pertanggungan 1 Penanggung dan tertanggung masing-masing berhak setiap waktu menghentikan pertanggungan dengan memberitahukan alasannya. Secara tertulis melalui surat tercatat oleh pihak yang menghendaki penghentian pertanggungan kepada pihak lainnya di alamat terakhir yang di ketahui. Penanggung bebas dari segala kewajiban berdasarkan polis ini, lima hari kalender terhitung sejak tanggal pengiriman surat tercatat atas pemberitahuan tersebut. 2 Apabila terjadi penghentian pertanggungan, premi akan di kembalikan secara pro rata untuk jangka waktu pertanggungan yang belum di jalani setelah di kurangi biaya akuisisi penanggung. Namun demikian dalam penghentian pertanggungan di lakukan oleh tertanggung di mana selama jangka waktu pertanggungan yang telah di jalani, telah terjadi klaim yang jumlahnya melebihi jumlah premi yang tercantum dalam ikhtisiar pertanggungan, maka tertanggung tidak berhak atas pengembalian premi untuk jangka waktu pertanggungan yang belum di jalani. c. Kebijakan tentang kewajiban terhadap tertanggung dalam hal terjadi kerugian atau kerusakan Tertanggung setelah mengetahui atau pada waktu ia di anggap seharusnya sudah mengetahui adanya kerugian atau kerusakan atas harta benda atau kepentingan yang di pertanggungkan dalam polis, wajib : 1 Segera memberitahukan hal itu kepada penanggung 2 Dalam waktu tujuh hari kalender, memberikan keterangan tertulis tentang kerugian atau kerusakan yang terjadi. Keterangan tertulis tersebut menguraikan tentang segala sesuatu yang terbakar, musnah, hilang, rusak dan terselamatkan serta mengenai penyebab kerugian atau kerusakan yang terjadi. 3 Paling lambat dalam waktu 12 bulan mengajukan tuntutan ganti rugi kepada penanggung tentang besarnya jumlah kerugian yang di derita. Pada waktu terjadi kerugian atau kerusakan, tertanggung wajib : a Sedapat mungkin menyelamatkan harta benda atau kepentingan yang di pertanggungkan serta mengijinkan pihak lain untuk menyelamatkan harta benda atau kepentingan tersebut. b Mengamankan harta benda atau kepentingan yang di pertanggungkan yang masih bernilai. c Memberikan bantuan sepenuhnya kepada penanggung atau pihak lain yang di tunjuk oleh penangung untuk melakukan penelitian atas kerugian atau kerusakan yang terjadi. d Segala hak atas ganti rugi menjadi hilang apabila ketentuan dari kebijakan tidak di penuhi oleh tertangggung. d. Kebijakan tentang penentuan harga dalam hal kerugian Persetujuan yang di kecualikan : 1 Penentuan harga di dasarkan pada harga sebenarnya dari harta benda yang di pertanggungkan sesaat sebelum terjadinya kerusakan atau kerugian dengan memperhitungkan unsure depresiasi teknis tanpa di tambah unsur laba. 2 Barang-barang, bahan-bahan atau barang-barang dagangan di hitung menurut harga beli pada saat sebelum terjadinya kerugian atau kerusakan dengan mempertimbangkan unsure ketinggalan mode. e. Kebijakan tentang pembayaran premi 1 Menyimpang dari pasal 257 Kitab Undang-undang Hukum Dagang, maka merupakan persyaratan dari tanggung jawab penanggung atas jaminan asuransi berdasarkan polis ini, bahwa setiap premi terhutang harus sudah di bayar lunas dan secara nyata telah di terima seluruhnya oleh pihak penanggung : a Jika jangka waktu petanggungan tersebut tiga puluh hari kalender atau lebih maka pelunasan pembayaran premi harus di lakukan dalam tenggang waktu tiga puluh hari kalender dihitung dari tanggal mulai berlakunya polis. b Jika jangka waktu pertanggungan tesebut kurang dari tiga puluh hari kalender, pelunasan pembayaran premi harus sudah di lakukan dalam tenggang waktu sesuai dengan jangka waktu pertanggungan yang di sebut dalam polis. 2 Pembayaran premi di lakukan dengan cara tunai, cek, bilyet giro, transfer atau dengan cara lain yang di sepakati antara penanggung dan tertanggung. Penanggung dianggap telah menerima pembayaran premi, pada saat : a Diterima pembayaran tunai b Premi bersangkutan adalah sudah masuk kerekening bank penanggung. c Penanggung telah menyepakati pelunasan premi bersangkutan secara tertulis. 3 Apabila premi tidak di bayar sesuai dengan ketentuan dan dalam jangka waktu yang di tetapkan maka polis ini batal dengan sendirinya tanpa harus menerbitkan endosemen pambatalan terhitung mulai tanggal berakhirnya tenggang waktu tersebut dan penanggung di bebaskan dari semua tanggung jawab atas kerugian sejak tanggal yang di maksud. Namun tertanggung tetap berkewajiban membayar premi untuk jangka waktu pertanggungan yang sudah berjalan sebesar 20 dari premi satu tahun. 4 Apabila terjadi kerugian di jamin oleh polis dalam tenggang waktu tertentu yang telah tercamtum dalam polis, penanggung hanya akan bertanggung jawab terhadap kerugian tersebut apabila tertanggung melunasi premi dalam tenggang waktu bersangkutan. Premi ini biasanya ditentukan dalam suatu persentase rate dari jumlah yang dipertanggungkan. Biasanya premi dibayarkan pada awal perjanjian asuransi. Misalnya dalam polis standar kebakaran Indonesia, ditentukan jangka waktu pembayaran premi adalah 30 tiga puluh hari dari jangka waktu mulainya pertanggungan. Apabila tertanggung tidak memenuhi prestasinya dalam jangka waktu yang telah ditentukan maka perjanjian asuransi batal dengan sendirinya dan penanggung terbebas dari segala kerugian yang timbul.

G. Kesimpulan Dan Saran