Tinjauan tentang Asuransi Naskah Publikasi ASURANSI KERUGIAN : STUDI TENTANG ASURANSI KEBAKARAN Asuransi Kerugian: Studi Tentang Asuransi Kebakaran Dengan Sistem Total Lost Only Di PT. Jasindo Surakarta.

Overmacht suatu keadaan yang dapat menyebabkan seseorang debitur tidak dapat memenuhi prestasi kepada kreditur, dimana keadaan tersebut merupakan keadaan yang tidak dapat diketahui oleh debitur pada waktu membuat perjanjian atau dengan perkataan lain bahwa keadaan ini terjadi diluar kekuasan debitur. Dengan adanya overmacht maka akibat yang timbul adalah sebagai berikut : 1 Kreditur tidak dapat meminta pemenuhan prestasi, 2 Debitur tidak dapat dinyatakan lalai dan oleh karenanya debitur tidak dapat dituntut untuk mengganti kerugian, 3 Risiko tidak beralih kepada debitur.

C. Tinjauan tentang Asuransi

Perasuransian adalah istilah hukum legal term yang dipakai dalam perundang-undangan dan Perusahaan Peransuransian. Istilah perasuransian berasal dari kata “asuransi” yang berarti pertanggung jawaban atau perlindungan atau suatu objek dari ancaman bahaya yang menimbulkan kerugian. Apabila kata “asuransi” diberi imbuhan peran, maka muncullah istilah hukum “peransuransian”, yaitu segala usaha yang berkenaan dengan asuransi Menurut pasal 246 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang KUHD, asuransi mempunyai pengertian berikut: “Asuransi atau pertanggungan adalah suatu persetujuan dimana penanggung mengikat diri kepada penanggung dengan mendapat premi untuk mengganti kerugian karena kehilangan, kerugian atu tidak diperolehnya keuntungan yang diharapkan yang dapat diderita karena peristiwa yang tidak diketahui lebih dahulu.” Menurut ketentuan pasal 1 angka 1 Undang-Undang No. 2 tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian : “Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih dengan mana pihak penanggung menikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima premi asuransi untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan”. Kesimpulan dari asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima premi asuransi untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan. Para pihak yang terlibat dalam asuransi disebut subjek dalam perjanjian asuransi. Subjek yang berupa manusia harus memenuhi syarat umum untuk dapat melakukan suatu perbuatan hukum yang sah, yaitu harus dewasa dan sehat pikiran. Pasal 1436 dan pasal 1437 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata menyatakan bahwa subjek dapat dikatakan manusia tertentu Natuurlijke Person dan badan hukum Rechts Person. Dalam hal ini badan hukum sebagai subjek hukum perjanjian dalam prakteknya diwakili oleh seorang wakil yang diberi kuasa. Dalam praktek hukum subjek perjanjian terdiri dari: individu sebagai person yang bersangkutan atau manusia tertentu dan badan hokum Sedangkan untuk syarat khusus bagi perjanjian asuransi harus memenuhi ketentuan-ketentuan dalam buku I Bab IX KUH Dagang, ialah: a. Asas indemnitas. Asas indemnitas adalah satu asas utama dalam perjanjian asuransi karena merupakan asas yang mendasari mekanisme kerja dan memberi arah tujuan dari perjanjiaan asuransi itu senderi khususnya untuk asuransi kerugian. b. Asas kepentingan yang dapat diasuransikan. Kepentingan yang dapat diasuransikan merupakan asas utama kedua dalam perjanjiaan asuransipertanggungan. Setiap pihak yang bermaksud mengadakan perjanjian asuransi harus mempunyai kepentingan yang dapat diasuransikan, maksudnya ialah bahwa pihak tertanggung mempunyai keterlibatan sedemikian rupa dengan akibat dari suatu peristiwa yang belum pasti terjadinya dan yang bersangkutan menjadi menderita kerugian. c. Asas kejujuran yang sempurna.. Asas kejujuran ini sebenarnya merupakan asas bagi setiap perjanjian, Tidak dipenuhinya oleh para pihak yang mengadakan perjanjian akan menyebabkan adanya cacat kehendak, sebagaimana makna dari seluruh ketentuan-ketentuan dasar yang diatur oleh pasal-pasal 1320-1329 KUH Perdata. d. Asas subrogasi bagi penanggung Subrogasi dalam asuransi adalah subrogasi berdasarkan undang-undang. Oleh karena itu asas subrogasi hanya dapat ditegakkan apabila memenuhi dua syarat berikut: 1 Apabila tertanggung disamping mempunyai hak terhadap penanggung masih mempunyai hak-hak terhadap pihak ketiga. 2 Hak tersebut timbul karena terjadi suatu kerugian.

D. Tinjauan Tentang Asuransi Kebakaran