Overmacht suatu keadaan yang dapat menyebabkan seseorang debitur tidak dapat memenuhi prestasi kepada kreditur, dimana keadaan tersebut merupakan keadaan yang tidak
dapat diketahui oleh debitur pada waktu membuat perjanjian atau dengan perkataan lain bahwa keadaan ini terjadi diluar kekuasan debitur. Dengan adanya overmacht maka akibat
yang timbul adalah sebagai berikut :
1 Kreditur tidak dapat meminta pemenuhan prestasi, 2 Debitur tidak dapat dinyatakan lalai dan oleh karenanya debitur tidak dapat dituntut
untuk mengganti kerugian, 3 Risiko tidak beralih kepada debitur.
C. Tinjauan tentang Asuransi
Perasuransian adalah istilah hukum legal term yang dipakai dalam perundang-undangan dan Perusahaan Peransuransian. Istilah perasuransian berasal dari kata “asuransi” yang
berarti pertanggung jawaban atau perlindungan atau suatu objek dari ancaman bahaya yang menimbulkan kerugian. Apabila kata “asuransi” diberi imbuhan peran, maka muncullah
istilah hukum “peransuransian”, yaitu segala usaha yang berkenaan dengan asuransi
Menurut pasal 246 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang KUHD, asuransi
mempunyai pengertian berikut:
“Asuransi atau pertanggungan adalah suatu persetujuan dimana penanggung mengikat diri kepada penanggung dengan mendapat premi untuk mengganti kerugian
karena kehilangan, kerugian atu tidak diperolehnya keuntungan yang diharapkan yang dapat diderita karena peristiwa yang tidak diketahui lebih dahulu.”
Menurut ketentuan pasal 1 angka 1 Undang-Undang No. 2 tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian :
“Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih dengan mana pihak penanggung menikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima premi
asuransi untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum
kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung yang timbul dari suatu
peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan”.
Kesimpulan dari asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan
menerima premi asuransi untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab
hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas
meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan. Para pihak yang terlibat dalam asuransi disebut subjek dalam perjanjian asuransi. Subjek
yang berupa manusia harus memenuhi syarat umum untuk dapat melakukan suatu perbuatan hukum yang sah, yaitu harus dewasa dan sehat pikiran. Pasal 1436 dan pasal 1437 Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata menyatakan bahwa subjek dapat dikatakan manusia tertentu Natuurlijke Person dan badan hukum Rechts Person. Dalam hal ini badan hukum sebagai
subjek hukum perjanjian dalam prakteknya diwakili oleh seorang wakil yang diberi kuasa. Dalam praktek hukum subjek perjanjian terdiri dari: individu sebagai person yang
bersangkutan atau manusia tertentu dan badan hokum Sedangkan untuk syarat khusus bagi perjanjian asuransi harus memenuhi
ketentuan-ketentuan dalam buku I Bab IX KUH Dagang, ialah: a. Asas indemnitas.
Asas indemnitas adalah satu asas utama dalam perjanjian asuransi karena merupakan asas yang mendasari mekanisme kerja dan memberi arah tujuan dari perjanjiaan asuransi
itu senderi khususnya untuk asuransi kerugian. b. Asas kepentingan yang dapat diasuransikan.
Kepentingan yang dapat diasuransikan merupakan asas utama kedua dalam perjanjiaan asuransipertanggungan. Setiap pihak yang bermaksud mengadakan
perjanjian asuransi harus mempunyai kepentingan yang dapat diasuransikan, maksudnya
ialah bahwa pihak tertanggung mempunyai keterlibatan sedemikian rupa dengan akibat dari suatu peristiwa yang belum pasti terjadinya dan yang bersangkutan menjadi
menderita kerugian. c. Asas kejujuran yang sempurna..
Asas kejujuran ini sebenarnya merupakan asas bagi setiap perjanjian, Tidak dipenuhinya oleh para pihak yang mengadakan perjanjian akan menyebabkan adanya
cacat kehendak, sebagaimana makna dari seluruh ketentuan-ketentuan dasar yang diatur oleh pasal-pasal 1320-1329 KUH Perdata.
d. Asas subrogasi bagi penanggung Subrogasi dalam asuransi adalah subrogasi berdasarkan undang-undang. Oleh
karena itu asas subrogasi hanya dapat ditegakkan apabila memenuhi dua syarat berikut: 1 Apabila tertanggung disamping mempunyai hak terhadap penanggung masih
mempunyai hak-hak terhadap pihak ketiga. 2 Hak tersebut timbul karena terjadi suatu kerugian.
D. Tinjauan Tentang Asuransi Kebakaran