Tinjauan Tentang Perjanjian Naskah Publikasi ASURANSI KERUGIAN : STUDI TENTANG ASURANSI KEBAKARAN Asuransi Kerugian: Studi Tentang Asuransi Kebakaran Dengan Sistem Total Lost Only Di PT. Jasindo Surakarta.

primer yang diperoleh penulis dari penelitian di adalah Direktur, pimpinan atau karyawan dari. PT Asuransi Jasa Indonesia. Sumber data sekunder meliputi bahan pustaka yaitu: 1. Undang –Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian, 2 KUHPerd, 3. KUHD, 4 Perundang-undangan lainnya Dalam penelitian ini, metode analisis data yang digunakan adalah metode interaktif. Artinya data dianalisis berdasarkan gabungan pendapat para ahli yang digunakan pada landasan teori dan pemikiran peneliti. Analisis interaktif ini digunakan karena penelitian bersifat kualitatif.

B. Tinjauan Tentang Perjanjian

Didalam pasal 1313 KUH Perdata, perjanjian adalah “Suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih”. Menurut pendapat Kusmohamidjojo, perjanjian adalah persetujuan yang dirumuskan secara tertulis yang melahirkan bukti tentang adanya hak dan kewajiban. Jadi kesimpulannya, perjanjian adalah persetujuan yang dapat dibuat secara lisan atau tertulis antara dua orang atau lebih kepada satu orang atau lebih yang masing-masing pihak berjanji atau menaati apa yang tersebut dalam persetujuan. Perjanjian ini didasarkan kata sepakat yang dapat menimbulkan perbuatan dan akibat hukum dalam melaksanakan hak dan kewajiban. Satu pihak adalah wajib berprestasi dan pihak lainnya adalah yang berhak atas prestasi tersebut, ada hubungan timbal balik dari dua pihak. Empat syarat sahnya suatu perjanjian diatur oleh pasal 1320 KUH Perdata, yaitu : a. Adanya kesepakatan dari kedua belah pihak. b. Adanya kecakapan dari pihak-pihak untuk membuat perikatan. c. Adanya suatu hal tertentu. d. Adanya suatu sebab yang tidak dilarang oleh undang-undang. Setiap pihak yang membuat perjanjian pastilah menginginkan pelaksanaan isi perjanjian dengan sempurna dan secara sukarela. Namun adakalanya salah satu pihak dalam perjanjian mengingkari secara sukarela terhadap isi dari perjanjian yang telah disepakati bersama tersebut. Terhadap keingkaran dari salah satu pihak memberi hak pada pihak lain untuk pelaksanaan prestasi terhadap debitur Tentunya tidak dengan cara main hakim sendiri Eagen Richting. Umumnya pemaksaan prestasi harus melalui putusan vonis pengadilan.Empat syarat dalam perjanjian tersebut harus ada dan tidak ada unsur-unsur lain yang dapat merugikan salah satu pihak. Apabila ada unsur lain yang menyertai dalam perjanjian dan merugikan salah satu pihak, maka perjanjian tersebut dinyatakan gagal. Asas-asas dalam perjanjian , Kata asas mempunyai arti dasar pedoman atau sesuatu kebenaran yang menjadi pokok dasar bertumpuan pada pikiran. Jadi, asas adalah suatu pokok pikiran yang mendasari adanya suatu kegiatan. Asas-asas yang digunakan dalam perjanjian, antara lain asas konsesualisme, asas kebebasan berkontrak, asas personalia, asas mengikat perjanjian, asas jujur serta beritikad baik. Setelah perjanjian dilaksanakan kemudian diakhiri. Berakhirnya suatu perjanjian dapat disebabkan karena : a. Ditentukan oleh pihak yang bersangkutan dalam perjanjian. b. Undang-undang menentukan batas berlakunya suatu perjanjian. c. Karena adanya suatu peristiwa tertentu, misalnya salah satu pihak meninggal dunia. d. Karena putusan hakim. e. Karena tujuan perjanjian telah tercapai. f. Dengan persetujuan para pihak Sebagaimana lazimnya suatu hubungan hukum, maka antara pihak yang membuatnya akan melahirkan hak-hak dan kewajiban-kewajiban. Pihak-pihak dalam hubungan hukum tersebut dalam suatu perjanjian kekayaan disebut debitur sebagai subyek yang mempunyai kewajiban dan disebut kreditur sebagai subyek yang mempunyai hak. Sedangkan wujud dari hak-hak dan kewajiban tersebut adalah prestasi. Yang dimaksud dengan prestasi adalah kewajiban yang harus dipenuhi oleh debitur dalam setiap perikatan. Secara contrario Abdulkadir Muhammad mengemukakan wanprestasi berasal dari bahasa belanda “wanprestatie”,artinya tidak memenuhi kewajiban yang telah ditetapkan dalam perikatan, baik perikatan yang timbul karena perjanjian maupun perikatan yang timbul karena undang-undang. Tidak dipenuhi kewajiban oleh debitur di karenakan ia alpa atau lalai atau ingkar janji, atau juga ia melanggar perjanjian, bila ia melakukan atau berbuat sesuatu yang tidak boleh di lakukannya. Overmacht suatu keadaan yang dapat menyebabkan seseorang debitur tidak dapat memenuhi prestasi kepada kreditur, dimana keadaan tersebut merupakan keadaan yang tidak dapat diketahui oleh debitur pada waktu membuat perjanjian atau dengan perkataan lain bahwa keadaan ini terjadi diluar kekuasan debitur. Dengan adanya overmacht maka akibat yang timbul adalah sebagai berikut : 1 Kreditur tidak dapat meminta pemenuhan prestasi, 2 Debitur tidak dapat dinyatakan lalai dan oleh karenanya debitur tidak dapat dituntut untuk mengganti kerugian, 3 Risiko tidak beralih kepada debitur.

C. Tinjauan tentang Asuransi