Bakteremia dan Septikemia Tinjauan Pustaka

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Mengetahui pola kuman penyebab bakteremia neonatus di RSUD Dr. Moewardi tahun 2014. 2. Mengetahui kepekaan bakteri terhadap antibiotika yang biasa digunakan pada kasus bakteremia neonatus di RSUD Dr. Moewardi tahun 2014.

D. Tinjauan Pustaka

1. Bakteremia dan Septikemia

a. Definisi Bakteremia adalah keadaan yang ditandai oleh adanya organisme hidup di dalam darah dan ditunjukkan oleh kultur darah yang positif. Kondisi klinis bakteremia bervariasi mulai dari asimptomatik tanpa gejala hingga sakit yang parah Spicer, 2008. Keadaan bakteri di dalam darah ini dapat bersifat sementara, intermitten atau kontinyu Shulman et al., 1994. Septikemia adalah kondisi infeksi berat dengan gejala seperti demam, menggigil, takikardi dan gejala sistemik lainnya Spicer, 2008. Sepsis bakterial pada neonatus adalah sindrom klinis dengan gejala infeksi sistemik dan diikuti bakteremia pada bulan pertama kehidupan Depkes, 2007. Bayi-bayi baru lahir sangat rentan terhadap sepsis bakterial atau infeksi sistemik. Keadaan ini dapat dibuktikan dengan hasil kultur darah yang positif Lissauer Fanaroff, 2009. b. Patofisiologi Infeksi kuman yang terjadi setelah bayi lahir dapat ditularkan baik melalui infeksi silang ataupun melalui alat-alat yang digunakan bayi. Bila infeksi ini berlanjut dan memasuki aliran darah, akan terjadi respon tubuh yang berupaya untuk mengeluarkan kuman dari tubuh bayi. Berbagai reaksi tubuh tersebut akan memperlihatkan bermacam gejala klinis pada pasien. Sepsis terjadi akibat interaksi yang kompleks antara patogen dengan pejamu. Respon sepsis terhadap bakteri Gram negatif dimulai dengan pelepasan lipopolisakarida LPS, yaitu endotoksin dari dinding sel bakteri. Lipopolisakarida merupakan komponen penting pada membran luar bakteri Gram negatif dan memiliki peranan penting dalam menginduksi sepsis. Lipopolisakarida mengikat protein spesifik dalam plasma yaitu lipoprotein binding protein LPB. Selanjutnya kompleks LPS-LPB ini berikatan dengan CD14, yaitu reseptor pada membran makrofag. CD14 akan mempresentasikan LPS kepada Toll-like receptor 4 TLR4 yaitu reseptor untuk transduksi sinyal sehingga terjadi aktivasi makrofag Depkes, 2007. Bakteri Gram positif dapat menimbulkan sepsis melalui dua mekanisme, yakni 1 menghasilkan eksotoksin yang bekerja sebagai super-antigen dan 2 melepaskan fragmen dinding sel yang merangsang sel imun. Super-antigen mengaktifkan sejumlah besar sel T untuk menghasilkan sitokin pro-inflamasi dalam jumlah yang sangat banyak. Bakteri Gram positif yang tidak mengeluarkan eksotoksin dapat menginduksi syok dengan merangsang respon imun non spesifik melalui mekanisme yang sama dengan bakteri Gram negatif Depkes, 2007. c. Bakteremia Gram negatif Di negara berkembang, bakteri penyebab sepsis didominasi oleh mikroorganisme batang Gram negatif seperti E. coli, Klebsiella, dan Pseudomonas aeruginosa Depkes, 2007. Bakteri yang paling sering ditemukan adalah Escherichia coli karena seringnya prevalensi E. coli pada pyelonefritis dan infeksi perut. Klebsiella pneumonia juga merupakan penyebab lazim bakteremia Gram negatif karena sering mendesak E. coli di saluran cerna pada penderita sakit berat, dan dapat menyebabkan bakteremia dari tempat ini Shulman et al., 1994. d. Bakteremia Gram positif Sepsis neonatus yang disebabkan oleh infeksi nosokomial infeksi yang didapat di rumah sakit penyebab paling umum adalah Staphylococcus koagulase- negatif dengan persentase 55 Lissauer Fanaroff, 2009. Diantara spesies koagulase-negatif, S. epidermidis yang paling umum, tetapi S. hominis, S. haemolyticus dan lain-lain juga dapat menyebabkan infeksi darah Shulman et al., 1994. Staphylococcus patogen sering menghemolisis darah dan mengkoagulasi plasma, beberapa diantaranya tergolong flora normal kulit dan selaput lendir manusia, lainnya dapat menyebabkan supurasi, pembentukan abses, berbagai infeksi piogenik, bahkan septikemia yang fatal Jawetz et al., 1991. e. Terapi antibiotik Pada kasus tersangka sepsis, terapi antibiotika empiris harus segera dimulai tanpa menunggu hasil kultur darah. Setelah itu, pilihan antibiotika harus dievaluasi dan disesuaikan dengan hasil kultur dan uji resistensi Depkes, 2007. Pengobatan empiris harus menggunakan antibiotika berspektrum luas, gentamisin merupakan aminoglikosida pilihan untuk bakteremia yang disebabkan oleh Enterobacteriaceae dan Pseudomonas aeruginosae. Pada bakteremia dengan agen penginfeksi kuman Gram positif seperti S. aureus atau Streptococcus, antibiotik empiris yang disarankan adalah golongan penisilin dan sefalosforin generasi pertama Shulman et al., 1994. Pemberian antibiotika pada kasus bakteremia di negara-negara berkembang tidak bisa disamakan dengan negara maju. Pemberian antibiotika hendaknya disesuaikan dengan pola kuman yang ada pada masing-masing unit perawatan neonatus Depkes, 2007.

2. Spesimen Darah

Dokumen yang terkait

PENDAHULUAN Peta Kuman Dan Resistensinya Terhadap Antibiotika Pada Penderita Infeksi Saluran Kemih (ISK) Di RSUD Dr. Moewardi Tahun 2014.

0 3 8

BAKTEREMIA PADA NEONATUS : POLA KUMAN DAN KEPEKAANNYA TERHADAP ANTIBIOTIKA Bakteremia Pada Neonatus : Pola Kuman Dan Kepekaannya Terhadap Antibiotika Di RSUD Dr. Moewardi Tahun 2014.

0 4 12

DAFTAR PUSTAKA Bakteremia Pada Neonatus : Pola Kuman Dan Kepekaannya Terhadap Antibiotika Di RSUD Dr. Moewardi Tahun 2014.

0 3 4

BAKTEREMIA PADA NEONATUS : POLA KUMAN DAN KEPEKAANNYA TERHADAP ANTIBIOTIKA Bakteremia Pada Neonatus : Pola Kuman Dan Kepekaannya Terhadap Antibiotika Di RSUD Dr. Moewardi Tahun 2014.

1 10 17

PETA KUMAN DAN RESISTENSINYA TERHADAP ANTIBIOTIKA PADA PASIEN FARINGITIS DI RSUD Dr. MOEWARDI Peta Kuman Dan Resistensinya Terhadap Antibiotika Pada Pasien Faringitis Di Rsud Dr. Moewardi Tahun 2014.

0 8 18

PETA KUMAN DAN RESISTENSINYA TERHADAP ANTIBIOTIKA PADA PASIEN FARINGITIS DI RSUD Dr. MOEWARDI Peta Kuman Dan Resistensinya Terhadap Antibiotika Pada Pasien Faringitis Di Rsud Dr. Moewardi Tahun 2014.

0 2 13

BAB I PENDAHULUAN Peta Kuman Dan Resistensinya Terhadap Antibiotika Pada Pasien Faringitis Di Rsud Dr. Moewardi Tahun 2014.

0 3 7

POLA KUMAN DAN RESISTENSINYA TERHADAP ANTIBIOTIKA DARI SPESIMEN PUS DI RSUD Pola Kuman Dan Resistensinya Terhadap Antibiotika Dari Spesimen Pus Di RSUD Dr. Moewardi Tahun 2012.

0 2 15

PENDAHULUAN Pola Kuman Dan Resistensinya Terhadap Antibiotika Dari Spesimen Pus Di RSUD Dr. Moewardi Tahun 2012.

0 2 7

POLA KUMAN DAN RESISTENSINYA TERHADAP ANTIBIOTIKA DARI SPESIMEN PUS DI RSUD Pola Kuman Dan Resistensinya Terhadap Antibiotika Dari Spesimen Pus Di RSUD Dr. Moewardi Tahun 2012.

0 2 17