IDENTIFIKASI MASALAH - ALASAN PEMILIHAN TOPIK TUJUAN PENELITIAN Agama Hindu-Bali

8 melintasi perjalanan panjang sejarah Indonesia. Daya tahan dan daya kembang wayang ini telah teruji dalam menghadapi tantangan dari waktu ke waktu. Karena adanya daya tahan dan kemampuannya mengatasi perkembangan zaman itulah, maka wayang dikatakan mencapai kualitas seni yang tinggi. Daerah Sukawati merupakan salah satu pusat perkembangan berbagai seni dan kerajinan di Kabupaten gianyar dimana kerajinan dengan bahan dasar kulit menjadi produk unggulannya seperti wayang kulit, pakaian tari, gelungan mahkota, Barong, Rangda dan lain-lainnya. Dusun Puaya adalah salah satu pusat pengembangan kerjinan kulit di Sukawati. Masyarakat desa Puaya secara turun-temurun menekuni bidang kerajinan wayang kulit yang dipasarkan secara domistik dan manca negara. Proses pembuatan wayang kulit di desa Puaya menggunakan teknik tradisional dengan warna-warna modern yang memiliki daya tarik tersendiri.

1.2. IDENTIFIKASI MASALAH -

Bagaimana proses pembuatan wayang kulit mulai dari pengolahan bahan baku kemudian dengan teknik tradisional diproses sampai menghasilkan wayang kulit. - Bagaimana teknik penerapan warna secara tradisional dengan warna modern pada wayang kulit klasik maupun pada wayang pengembangan.

1.3. ALASAN PEMILIHAN TOPIK

Alasan penulis mengambil topik penerapan warna dengan teknik tradisi pada kerajinan wayang kulit di desa Puaya Sukawati adalah: 9 - Keunikan dan kekhasan dari sifat bahan baku kulit binatang yang dapat diolah dengan teknik pewarnaan tradisional untuk menghasilkan wayang kulit yang bermutu. - Potensi alam dan tenaga manusia yang memadai untuk diberdayakan dalam usaha pengembangan kerajinan rakyat. - Letak geografis desa Puaya Sukawati yang strategis dan memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai daerah tujuan wisata budaya.

1.4. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui lebih dalam tentang: - Untuk mengetahui proses serta teknik perwarnaan tradisional pada wayang kulit. - Untuk mengetahui pemanfaatan warna alam untuk perwarnaan wayang kulit.

1.5. METODE PENELITIAN

Metode Pembahasan Menggunakan metode deskriptif untuk mencari faktor unggulan yang diperhitungkan dalam pengembangan produk dengan melakukan studi pendekatan bentuk, motif, warna dan fungsi. Metode Pengumpulan Data a. Kepustakaan. Melakukan pengamatan yang berhubungan dengan obyek yang diteliti melalui buku-buku yang berhubungan dengan kerajinan wayang kulit b. Observasi 10 Melakukan pengamatan, dokumentasi dan pencatatan secara langsung di desa Puaya untuk mencari gejala atau fenomena yang diselidiki. c. Wawancara Melakukan tanya jawab tentang obyek yang diteliti kepada orang-orang yang mempunyai pengetahuan sehubungan dengan obyek yang diteliti seperti, perajin, pengusaha kerajinan dan dinas perindustrian. 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Pada zaman prasejarah tahun 1500 sebelum masehi bangsa Indonesia memeluk kepercayaan animisme. Nenek moyang percaya bahwa roh atau arwah orang yang meninggal itu tetap hidup dan bisa memberi pertolongan pada yang masih hidup. Karena itu roh dipuja-puja dengan sebutan hyang atau dahyang. Para hyang ini diwujudkan dalam bentuk patung atau gambar. Darai pemujaan inilah asal-usul pertunjukan wayang walaupun masih sangat sederhana sifatnya dan bentuknya. Budaya ini terus berkembang seirama dengan perkembangan bangsa Indonesia memasuki zaman Hindu dan Budha, Islam, zaman penjajahan hingga zaman kemerdekaan sekarang. Wayang yang lama dan asli terus menerima pengaruh dari nilai-nilai budaya dan nilai-nilai agama yang masuk ke Indonesia.

2.1 Agama Hindu-Bali

Pengaruh agama dan kebudayaan Hindu yang masuk ke pulau Bali, diduga berlangsung melalui dua pengaruh, yaitu pengaruh kebudayaan Hindu yang dibawa langsung dari India, baik yang dibawa oleh orang-orang Drawija atau Arya pada masa Raja Maya Denawa berkuasa di Bali sekitar abad 8 M Djawatan penerangan Propinsi Sunda Ketjil, 1953:68 dan pengaruh kebudayaan Hindu yang berasal dari pulau Jawa. Pernyebaran agama dan kebudayaan Hindu dari pulau Jawa, diduga telah berlangsung sekitar abad 10 M, yaitu sejak terjadinya hubungan antara masyarakat Bali dengan kerajaan Medang Kemulan di pulau Jawa. Hubungan itu terus berlangsung sampai pada zaman kerajaan 12 Singosari dan puncaknya terjadi pada zaman kerjaan Majapahit sekitar abad 14 dan 15 M Suwondo, 1978 :22 Pada masa Agama Islam masuk ke Indonesia pada abad ke 15 dan runtuhnya kerajaan Majapahit. Para ahli-ahli Agama Hindu-Budha banyak yang mengungsi ke pulau Bali yang belum mendapat pengaruh dari Agama Islam. Dengan kepindahan para ahli-ahli agama, pemimpin-pemimpin kenegaraan dan seniman-seniman tersebut banyak membawa keahlian seni budaya ke Bali yang sejak saat itu menampakkan pengaruh filsafat dan kesenian serta ilmu pengetahuan dari kerajaan di Jawa Timur dalam kehidupan seni budaya Bali. Agama di Bali jika dibandingkan dengan pernyataan religi di India terdapat banyak segi yang berbeda. Pada dasarnya agama di Bali sangat dipengaruhi oleh ajaran-ajaran agama dari kerajaan-kerjaan di Jawa Tengah dan di Jawa Timur dan merupakan sinkritisme, perpaduan yang harmonis antara ajaran-ajaran Budha dan dasar-dasar dari agama Hinduisme-Siwaisme. Di India kedua ajaran dan dogma agama tersebut masih sangat terpisah, bahkan sering menimbulkan pertentangan-pertentangan yang hebat. Perpaduan harmonis yang terjadi di Jawa dan Bali berbentuk agama sintesis dan sampai sekarang masih terdapat di Pulau Bali sebagai ajaran Agama Hindu-Bali, yang sangat mempengaruhi segala segi pernyataan karya seni budaya dan kehidupan maupun penghidupan dari rakyat Bali. Moerdowo, 1963, 17. 13 Didalam kehidupan keagamaannya, orang yang beragama Hindu-Bali percaya akan adanya satu Tuhan dalam bentuk konsep Trimurti, Yang Esa. Trimurti Ini mempunyai tiga wujud atau manivestasi yaitu wujud Brahma yang bertugas menciptakan, wujud Wisnu yang bertugas melindungi serta memelihara, dan wujud Siwa yang bertugas melebur segala yang ada. Disamping itu agama Hindu-Bali juga percaya kepada berbagai dewa dan roh yang lebih rendah dari Trimurti dan yang mereka hormati dalam berbagai upacara bersaji. Agama Hindu-Bali juga menganggap penting konsepsi mengenai roh atmam, adanya buah dari setiap perbuatan karmapala, kelahiran kembali dari jiwa purnabawa dan kebebasan jiwadari lingkaran kelahiran kembali moksa. Semua ajaran itu terdapat dalam sekumpulan kitab-kitab suci yang bernama Weda. Disamping itu terdapat juga buku-buku dalam bentuk lontar dibuat dari daun lontar berhuruf sansekerta yang mengandung banyak tuntunan pelaksanaan agama, berbagai kumpulan mantra-mantra, keterangan mengenai undang-undang, bentuk prosa dan puisi yang diambil dari epos Hindu Mahabarata dan Ramayana, keterangan berbagai mistik dan lain- lain.

2.1.1 Peranan karya kria dalam upacara Agama Hindu di Bali

Secara umum karya kria di Indonesia dapat dibagi menjadi empat katagori yaitu : 1. Karya kria dalam konteks budaya. 2. Karya kria dalam konteks agama dan kepercayaan. 3. Karya kria dalam konteks kerajinan rakyat 4. Karya kria yang dibuat oleh kriawan dan perancang masa kini Buchori,1990 :1 Sehubungan dengan katagori diatas dan mengingat peranan serta jenis karya-karya kria yang digunakan di Bali sebagian besar adalah sebagai sarana upacara agama Hindu. 14 Karya-karya kria yang digunakan mengandung makna atau nilai simbolis dan dianggap sakral. Pengaruh Agama Hindu memberi inspirasi untuk tumbuhnya beraneka ragam jenis kesenian tradisional yang berciri khas Bali. Menurut pandangan umat Hindu Bali, fungsi kesenian tradisional pada garis besarnya dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian yaitu : 1. Seni Suci atau Wali. Jenis kesenian ini difungsikan sebagai bagian dari suatu rangkaian upacara yang sarat dengan makna religius dan dianggap sakral. 2. Seni ritual atau bebali yaitu, jenis kesenian sebagai pengiring atau penghias dan sekaligus terkait dengan rangkaian upacara. 3. Seni sekuler atau bali-balihan yaitu jenis kesenian yang cenderung mengarah pada hiburan rakyat atau kesengan Pindha, 1973 :4 Karya kria sebagai salah satu bagian dari kesenian tradisional Bali, dalam kaitan dengan fungsi-fungsi diatas, terdapat didalam ketiga fungsi tersebut.

2.2 Gambar-gambar Wayang Bali