Sistem pendidikan Pesantren Salafiyah ditengah modernisasi: Studi Kasus Pondok Pesantren Az-Ziyadah, Tanah 80, Klender, Duren Sawit, Jakarta Timur.
SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN SALAFIYAH
DITENGAH MODERNISASI
Studi Kasus Pondok Pesantren Az-Ziyadah, Tanah 80, Klender, Duren
Sawit, Jakarta Timur
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
Ahmad Syah Mas’ud
109032200027
PROGRAM STUDI SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014
ABSTRAKSI
Skripsi ini berusaha menganalisa sistem pendidikan pesantren salafiyah AzZiyadah di tengah modernisasi. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
pendekatan kualitatif studi kasus. Data diperoleh melalui observasi, wawancara
dan dokumentasi. Subjek penelitian ini adalah penghuni pondok pesantren AzZiyadah Jakarta Timur dengan menggunakan key informan; Kiyai, Ustadz,
Pengurus , dan Santri. Untuk menganalisa dinamika sistem pendidikan pondok
pesantren salafiyah Az-Ziyadah, penulis menggunakan analisis sosiologis dengan
teori perubahan sosial. Ada 2 faktor yang mempengaruhi perubahan sistem
pendidikan pondok pesantren salafiyah Az-Ziyadah yakni, faktor internal dan
faktor eksternal. Faktor internal perubahannya dilihat dari bertambah dan
berkurangnya penghuni pondok pesantren Az-Ziyadah dan perubahannya dilihat
dari adanya inovasi oleh aktor/kiyai dan pengurus pesantren Az-Ziyadah.
Sedangkan faktor eksternalnya yakni, perubahannya dipengaruhi oleh kebudayaan
masyarakat lain dan dipengaruhi oleh sitem pendidikan formal yang maju.
Peneliti menemukan bahwa adanya perubahan sistem pendidikan di pondok
pesantren Az-Ziyadah dari sistem pendidikan tradisional menjadi sistem
pendidikan modern pada aspek kelembagaan, bangunan, metode pengajaran, dan
sebagian kurikulum pembelajaran yang sudah dimodifikasi, namun tidak
menghilangkan karakteristiknya sebagai pesantren yang mengajarkan nilai-nilai
ke-Islaman dengan mengajarkan kitab-kitab kuning sebagai kurikulum
pembelajaran yang merupakan ciri khas dari pesantren salafiyah. Perubahanperubahan tersebut disebabkan oleh faktor-faktor perubahan yang terjadi di dalam
pondok pesantren Az-Ziyadah dan juga faktor dari luar pesantren Az-Ziyadah
yang telah mempengaruhi terjadinya perubahan sitem pendidikan pesantren
salafiyah Az-Ziyadah.
Kata Kunci: Perubahan Sosial, Sistem Pendidikan Pesantren Salafiyah dan
Modernisasi.
iv
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT karena berkat rahmat, nikmat, hidayah dan izin-Nya sehingga penulis selalu
diberikan kesehatan sehingga mampu menyelesaikan skripsi ini. Shalawat berserta
salam tidak lupa penulis curahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga,
sahabat dan seluruh umatnya yang senantiasa istiqomah dalam menjalankan
sunnahnya.
Skripsi ini, penulis susun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Sosial (S. Sos) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu politik UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta. Terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari doa,
dorongan, bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak yang dengan keikhlasannya
baik fisik, moril maupun meteril telah banyak membantu dalam penyusunan skripsi
ini hingga selesai. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan
rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1.
Bapak Prof. Dr. Bachtiar Effendy, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2.
Bapak Prof. Dr. Yusron Rajak, MA selaku pembimbing skripsi penulis
yang senantiasa membimbing, memotivasi dan menginspirasi penulis,
sehingga penulis mampu menyelesaikan tugas akhir ini Jazakumullah
Khoiran Katsiron.
3.
Bapak Prof. Dr. Zulkifli selaku ketua program studi Sosiologi atas
motivasi serta ilmu yang telah diberikan kepada penulis.
4.
Ibu Joharotul Jamilah selaku dosen pembimbing akademik yang selalu
mendukung dan memotivasi penulis menyelesaikan skripsi, dan Bapak
v
Husnul Khitam, M.Si selaku sekertaris jurusan yang telah mendukung dan
memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
5.
Segenap dosen akademik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Khususnya Program Studi Sosiologi
yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, atas segala ilmu dan
pengetahuan selama penulis menempuh studi di kampus ini, baik di dalam
maupun di luar kelas perkuliahan.
6.
Kedua orang tua, kakak-kakak, adik-adik penulis tercinta atas bimbingan
moral dan spiritual, dukungan, do’a dan restunya, syukron katsiron ‘ala
kulli hal. semoga Allah Swt senantiasa memberikan rahmat, kesehatan dan
keselamatan.
7.
Pimpinan, Pengurus, Asatidz/asatidzah Pondok Pesantren Az-Ziyadah
Tanah 80 Klender Duren Sawit Jakarta Timur, serta semua informan, atas
segala informasi yang diberikan.
8.
Man-teman Sosiologi angkatan 2009, yang tidak dapat penulis sebutkan
satu persatu atas dukungan dan motivasi kalian thanks all my friends and I
love you.
9.
Teman-teman tongkrongan Bang Rifqi, Bang Heru, Bang Yudi, Bang
Jamal, Bang Rosihan, Bang Fahmi, Bang Purnomo, dan segenap temanteman lainnya yang tidak bisa disebutkan, atas dukungan, motivasi yang
telah diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelsaikan tugas
skripsi ini.
10.
Sahabat PMII, HMI, dan GMI-UIN Ciputat yang tidak dapat penulis
sebutkan nama-namanya atas segala bantuan, motivasi, dan dukungannya,
terima kasih banyak.
vi
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAKSI …………………...…………………………………….………...
iv
KATA PENGANTAR ………...………….……………………………………
v
DAFTAR ISI ………...…………………….…………………………………...
vii
DAFTAR BAGAN ……………………………………………………………..
ix
DAFTAR TABEL ……………………………………………………………...
ix
BAB I PENDAHULUAN
Pernyataan Masalah …………………………………………………………
Batasan dan Pertanyaan Penelitian ………………………………………….
Tujuan dan Manfaat Penelitian ……………………………………………...
Tinjauan Pustaka …………………………………………………………….
Kerangka Teori dan Kerangka Berfikir …………………………………......
1. Pengertian Perubahan Sosial ……………...…………………………….
a. Faktor-faktor Perubahan Sosial …………………………………......
b. Proses Perubahan Sosial …………………………………………….
2. Sistem Pendidikan Pesantren …………..…………………………….....
3. Pengertian Modernisasi …………………………………………………
4. Kerangka Berfikir ……………………………………………………….
F. Metode Penelitian …………………………………………………………...
1. Jenis Penelitian ………………………………………………………….
2. Sumber Data …………………………………………………………….
3. Teknik Pengumpulan Data ……………………………………………...
4. Analisis Data ……………………………………………………............
5. Lokasi Penelitian ……………………………………………..................
6. Sistematika Penulisan …………………………………………………...
A.
B.
C.
D.
E.
1
2
3
4
8
8
11
12
15
18
20
22
22
22
23
25
26
27
BAB II GAMBARAN UMUM
A. Gambaran Umum Pondok Pesantren ………………………………………..
1. Pesantren Salafiyah ……………………………………………………...
2. Pesantren Khalafiyah ……………………………………………………
B. Selayang Pandang Pondok Pesantren Az-Ziyadah ………………………….
1. Sejarah Perkembangan Pondok Pesantren Az-Ziyadah …………………
2. Kondisi Umum Pondok Pesantren Az-Ziyadah …………………………
a. Identitas Pondok Pesantren Az-Ziyadah …………………………….
b. Kondisi Pondok Pesantren Az-Ziyadah …………………….……….
1. Sarana Untuk Santri Pondok Pesantren Az-Ziyadah ……………
2. Sarana di Madrasah/Sekolah ……………………………………
vii
28
30
32
33
33
36
36
36
36
37
3. Sarana Penunjang ………………………………..……………...
4. Kondisi Santri ………………………………..…….....................
c. Struktur Organisasi dan Lembaga di Lingkungan Pondok Pesantren
Az-Ziyadah ………………………………………………………….
1. Kedudukan Yayasan Pondok Pesantren Az-Ziyadah …………...
2. Program dan Kelembagaan Pendidikan Pondok Pesantren AzZiyadah …..... …………………………………………………...
38
39
44
44
46
BAB III TEMUAN DAN HASIL PENELITIAN
A. Proses Pendidikan Pondok Pesantren Az-Ziyadah ………………………….
1. Pendidikan Formal………………….…………………………………...
2. Pendidikan Non-formal …………...……………………………………
47
51
58
B. Respon Pondok Pesantren Az-Ziyadah dalam Menaggapi Modernisasi …...
1. Lingkungan Pondok Pesantren Az-Ziyadah ……………………………
2. Kurikulum Pemerintah dalam Sistem Pendidikan ……………...…….
63
64
66
C. Perubahan Sistem Pendidikan Pondok Pesantren Salafiyah Az-Ziyadah …..
1. Faktor yang Mempengaruhi Sistem Pendidikan Pondok Pesantren AzZiyadah Jakarta………………………………………………………….
a. Faktor Internal ……………………………………………….……..
1. Bertambah dan Berkurangnya Penduduk ……………….……...
2. Penemuan-penemuan Baru (Inovasi) …………………….…….
b. Faktor Eksternal ……………………………………………….…...
1. Pengaruh Kebudayaan Masyarakat Lain ………………….……
2. Sistem Pendidikan Formal yang Maju …………………….……
67
67
69
69
71
74
74
76
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ………………………………………………………….….…..
B. Saran ……………………………………………………………….…….…
78
80
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………….
x
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1
Bukti Bimbingan
Lampiran 2
Surat Pengantar Permohonan Wawancara/Mencari Data Skripsi
Lampiran 3
Interview Guide
Lampiran 4
Dokumentasi Penelitian
viii
DAFTAR BAGAN
Bagan 1.1
Skema Faktor Perubahan Sosial ………………………………...
13
Bagan 1.2
Skema Kerangka Berfikir ……………………………………....
22
Bagan 1.3
Proses Analisis Data …………………………………………....
27
Bagan 2.1
Struktur Organisasi PP Az-Ziyadah ……………………………
46
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1
Sarana Santri PP Az-Ziyadah …………………………………..
38
Tabel 2.2
Sarana di Madrasah PP Az-Ziyadah …………………………...
38
Tabel 2.3
Sarana Penunjang PP Az-Ziyadah ……………………………..
39
Tabel 2.4
Data Santri Mukim PP Az-Ziyadah 2014 ……………………...
41
Tabel 2.5
Jadwal Kegiatan Harian Santri Mukim PP Az-Ziyadah …........
42
Tabel 2.6
Data Santri Non-mukim PP Az-Ziyadah 2014 ………………...
44
Tabel 2.7
Kegiatan Mingguan Santri Salafiyah Az-Ziyadah …………….
45
Tabel 2.8
Program Kelembagaan dan Keadaan Santri PP Az-Ziyadah ….
47
Tabel 3.1
Kurikulum Pelajaran Tsanawiyah Az-Ziyadah ………………..
53
Tabel 3.2
Kurikulum Pelajaran Aliyah Az-Ziyadah …………………......
56
Tabel 3.3
Mudzakarah Ba’da Ashar ……………………………………...
60
Tabel 3.4
Mudzakarah Ba’da Maghrib …………………………………...
61
Tabel 3.5
Mudzakarah Ba’da Isya ………………………………………..
62
ix
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Pernyataan Masalah
Penelitian dalam skripsi ini membahas tentang sistem pendidikan pondok
pesantren salafiyah di tengah modernisasi. Pesantren merupakan salah satu lembaga
pendidikan tradisional Islam yang sangat tua, mengakar dan luas penyebarannya di
Indonesia. Hingga saat ini pesantren masih saja eksis di tengah arus modernisasi. Hal
ini berbeda dengan lembaga pendidikan tradisional Islam di kawasan dunia muslim
lainnya, dimana akibat gelombang pembaharuan dan modernisasi yang semakin
kencang telah menimbulkan perubahan-perubahan yang membawanya keluar dari
eksistensi lembaga-lembaga pendidikan tradisional (Azyumardi Azra, 1999:95).
Kemampuan pesantren untuk tetap bertahan karena karakter dan eksistensinya
sebagai lembaga yang tidak hanya identik dengan makna ke-Islaman, tetapi juga
mengandung makna keaslian Indonesia (Nurcholis Madjid, 1997:3). Dalam
penyelenggaraannya, pesantren membentuk komunitas yang dipimpin oleh kiyai dan
dibantu beberapa ustadz yang hidup bersama di tengah para santri, dengan bangunan
masjid sebagai pusat kegiatan peribadatan keagamaan dan sekaligus tempat belajar
mengajar, serta pondok-pondok sebagai tempat tinggal para santri. (Mastuhu, 1994:6).
Seiring berjalannya waktu, masyarakat Indonesia menghadapi moderniasi yang
berdampak kepada berbagai perubahan baik di bidang ekonomi, sosial budaya dan
juga pedidikan. Modernisasi yang merupakan proses transformasi tak mungkin bisa
dihindari, oleh karena itu semua kelompok masyarakat termasuk masyarakat
1
pesanteren harus siap menghadapinya dan menanggapi gejala-gejalanya secara kritis
(Ginandjar, 1996).
Gelombang modernisasi yang semakin kuat telah menimbulkan berbagai macam
pengaruh dalam setiap intitusi di masyarakat seperti institusi pendidikan. Hal ini dapat
dilihat dari dinamika sistem pendidikan pesantren salafiyah yang merupakan salah
satu institusi pendidikan di Indonesia, seperti pondok pesantren Az-Ziyadah yang
menganut sistem pendidikan salafiyah yang berdiri pada tahun 1948 dengan
menggunakan sistem sorogan, bandongan, dan halaqoh, serta dengan kajian kitabkitab kuning sebagai kurikulum keilmuannya, dihadapkan pada modernisasi dalam
aspek sistem pendidikan dan teknologi yang mempengaruhi sistem pendidikan
pesantren salafiyah Az-Ziyadah sehingga menuntut pihak pesantren membuka ruang
untuk perubahan (Yayasan Al-Husna Waz-Ziyadah, 2008).
Berdasarkan pernyataan di atas maka perlu dikaji bagaimana pondok pesanren
Az-Ziyadah dengan sistem pendidikan salafiyahnya menghadapi modernisasi yang
berlangsung sedemikian kuatnya yang mempengaruhi sistem pendidikan pesantren
salafiyah Az-Ziyadah seperti sekarang ini. Oleh karena itu dalam penelitian ini
penulis ingin membahas bagaimana dampak yang dihasilkan modernisasi dalam aspek
sistem pendidikan yang mempengaruhi sistem pendidikan pesantren salafiyah AzZiyadah, serta faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan sistem pendidikan
pesantren salafiyah Az-Ziyadah. Terkait masalah tersebut, maka peneliti mengambil
judul penelitian ini dengan judul “Sistem Pendidikan Pesantren Salafiyah di
Tengah Modernisasi”. Studi Kasus di Pondok Pesantren Az-Ziyadah, Tanah 80,
Klender, Duren Sawit, Jakarta Timur.
2
B.
Petanyaan Penelitian
Berdasarkan pernyataan masalah di atas ada beberapa indikator pertanyaan
dalam penelitian ini yaitu:
1.
Bagaimanakah proses pendidikan di pondok pesantren Az-Ziyadah?
2.
Bagaimanakah respon pondok pesantren Az-Ziyadah dalam menanggapi
modernisasi?
3.
Bagaimanakah dampak dari modernisasi terhadap sistem pendidikan
pesantren salafiyah Az-Ziyadah?
C.
Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
1.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan pertanyaan masalah tersebut, tujuan penelitiannya adalah
sebagai berikut:
a.
Untuk mengetahui proses pendidikan pesantren Az-Ziyadah di
tengah modernisasi.
b.
Untuk mengetahui respon masyarakat pesantren Az-Ziyadah dalam
menanggapi modernisasi.
c.
Untuk mengetahui damapak dari modernisasi terhadap sistem
pendidkan pesantren salafiyah Az-Ziyadah Jakarta Timur.
2.
Manfaat Penelitian
Sedangkan manfaat penelitiannya adalah sebagai berikut:
a.
Secara Teoritis
3
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pengetahuan dan wacana pemikiran bagi ilmu pengetahuan sosial dan
perubahan sosial, mengenai sistem pendidikan pesantren salafiyah di
tengah modernisasi.
b.
Secara Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat dipakai sebagai bahan masukan
terhadap pondok pesantren yang dewasa ini dihadapkan kepada
moderenisasi.
D.
Tinjauan Pustaka
Penelitian mengenai pesantren tentunya bukan penelitian yang baru. Penelitian
tentang pesantren telah banyak dimuat di dalam buku-buku, jurnal ilmiah, skripsi,
tesis, ataupun disertasi. Dengan demikian penelitian yang membahas tentang
pesantren bukanlah penelitian yang baru, karena telah ada penelitian sebelumnya.
Berikut ini akan penulis paparkan beberapa peneliti pendahulu yang pernah
melakukan penelitian sebelumnya.
Pertama, Jurnal Tesis oleh Tukiman Supriadi (2013) misalnya penelitian
Tukiman Supriadi berjudul “Perubahan Pola Kepemimpinan Pesantren Darul Hidayah
Kecamatan Rasau Jaya Kabupaten Kubu Raya”. Penelitian tersebut menggunakan
pendekatan kualitatif. Fokus penelitiannya membahas tentang persoalan-persoalan
yang terkait dengan respon pesantren terhadap modernisme. Dalam tesis ini
menggambarkan bagaimana pendekatan sosiologis-antropologis dalam menganalisa
dan menginterpretasikan eksistensi, kepemimpinan, nilai, dan fenomena pesantren
serta berbagai hubungan antara faktor-faktor keagamaan, termasuk pemikiran,
4
praktik, lembaga, otoritas dan semangat tradisionalnya ketika berhadapan dengan
pengaruh modern. Hasil penelitiannya menggambarkan bahwa terdapat perubahan
pola kepemimpinan kiai berdampak pada meningkatnya daya tahan pesantren dalam
menghadapi perubahan zaman.
Persamaan penelitian Tukiman Supriadi dengan penelitian ini adalah fokus
kajiannya yang sama-sama membahas tentang persoalan yang terkait dengan respon
pesantren tentang modernisasi dalam konteks perubahan sosial pesantren. Sedangkan
perbedaannya terletak pada ruang lingkup penelitian tentang perubahan pola
kepemimpinan pesantren. Sedangkan penelitian ini memfokuskan pada sistem
pendidikan pesantren salafiyah di tengah modernisasi.
Kedua, Selain Tukiman Supriadi, ada juga Jurnal Tarbiyah STAIN Pekalongan
oleh Ismail (2007), yang berjudul “Pesantren dan
Perubahan Sosial”. Penelitian
tersebut menyimpulkan bahwa dalam bidikan sejarah, para the founding father
pondok pesantren (para Kiyai) dalam mendirikan lembaga pendidikan pondok
pesantren bertujuan untuk proses pendalaman ilmu agama (Tafaqquh Fi al-Din).
Masyarakat sekitar secara ikhlas dan istiqomah mengikuti jejak kiyai. Namun dalam
perkembangannya, kehadiran pondok pesantren juga merupakan embiro “kampung
peradaban” dimana kehadirannya dalam suatu komunitas masyarakat mengakibatkan
terjadinya perubahan tata kehidupan sosial disekitarnya, baik yang berkaitan dengan
kehidupan keagamaan, pendidikan, sosial-budaya, ekonomi, dan sebagainya.
Dalam penelitiannya juga menurutnya pesantren untuk bisa menyesuaikan diri
dengan sistem pendidikan yang berkembang pesat. Pesantren harus menyesuaikan diri
dengan gema moderenisasi dan harus tercermin pada manajemen pendidikan
5
pesantren arah kebijakan pendidikannya, kontekstualisasi keilmuan yang diajarkan di
pesanren, tata kelola pembiayaan, struktur kepemimpinan dan lainnya.
Persamaan penelitian Ismail dengan penelitian ini adalah fokus kajiannya samasama membahas tentang masalah pesantren dan perubahan sosial. Sedangkan
perbedaannya yaitu terletak pada kajian penelitiannya yaitu mengenai pesantren dan
perubahan sosial yang menganalisa dengan analisis pendidikan. Sedangkan penelitian
ini memfokuskan pada sistem pendidikan pesantren salafiyah di tengah modernisasi.
Ketiga, Selanjutnya penelitian Tesis yang dilakukan oleh Bayu Adrianto (1997)
penelitian tersebut berjudul “Siasat Pesantren Nurul Ummah di Tengah Perubahan
Sosial”. Penelitian tersebut memaparkan hasil penelitiannya mengenai pergeseran
strategi yang dilakukan oleh pesantren Nurul Ummah dalam rangka mencapai misi
kepesantrenannya, yakni “politik” kultur yang mapan yang bersifat ortodoksi murni
bergeser menuju “politik” kultural yang lebih moderat dalam hal penyelenggaraan
kinerja sistem pesantren.
Persamaan penelitian Bayu Adrianto dengan penelitian ini adalah fokus
kajiannya yang sama-sama membahas tentang masalah pesantren di tengah perubahan
sosial. Sedangkan perbedaannya terletak pada ruang lingkup penelitiannya tentang
siasat atau lebih kepada strategi politik dalam hal penyelenggaraan kinerja sistem
pesantren. Sedangkan penelitian ini memfokuskan pada sistem pendidikan pesantren
salafiyah di tengah modernisasi.
Keempat, adalah Jurnal Falasifa oleh M. Shodiq (2011) dengan judul
“Pesantren dan Perubahan Sosial”. Ia membahas mengenai pesantren dan perubahan
sosial di tiga pesantren yakni Pondok Pesantren Mahasiswa Al-Hikam Malang,
Pondok Pesantren Mahasiswa An-Nur Surabaya, dan Pondok Pesantren Luhur Al6
Husna Surabaya. Dalam telaahnya menyatakan bahwa pada saat ini di Indonesia
terdapat ribuan pesantren, tetapi tiap-tiap pesantren memiliki kekhasan tersendiri. Hal
ini disebabkan oleh perbedaan figur Kiyai, lingkungan sosialnya dan terletak pada
orientasi pesantren dalam menghadapi persoalan-persoalan yang berkembang dalam
masyarakatnya. Perbedaan jenis pesantren ini bukan berarti melihat pesantren dengan
kerangka dikotomis yang ketat, tetapi dilihat sebagai suatu iklim sosioreligius dimana
peran-peran pola hubungan saling terkait satu sama lain dan kita dapat melihat
pesantren pada proporsi yang sebenarnya sesuai dengan peran pengembangan dan
pendidikan agama Islam.
Persamaan penelitian M. Shodiq dengan penelitian ini adalah fokus kajiannya
yang sama-sama membahas tentang masalah pesantren dan perubahan sosial.
Sedangkan perbedaannya terletak pada ruang lingkup penelitiannya yang membahas
pesantren dan perubahan sosial di tiga pesantren. Sedangkan penelitian ini
memfokuskan pada sistem pendidikan pesantren salafiyah di tengah modernisasi.
Kelima, Jurnal Departemen Agama RI yang ditulis oleh Neneng Habibah
(2007) dengan judul “Modernitas Pesantren” studi kasus di Pesantren Al-Mizan
Lebak Banten. Dalam jurnal tersebut penulisnya membahas tentang bagaimana model
pendidikan yang dikembangkan di pondok pesantren modern Al-Mizan. Dalam
telaahnya penulis menyimpulkan bahwa keberadaan PP Modern Al-Mizan merupakan
aset Departemen Agama dan secara khusus menjadi aset umat Islam baik dalam
pengembangan pendidikan Islam maupun dalam mengkaji khazanah ke-Islaman.
Pelaksanaan pendidikan di PP Modern Al-Mizan menyelenggarakan pendidikan
madrasah Tsanawiyah dan Aliyah sejak tahun 1993. Pendidikannya menggunakan
kurikulum Departemen agma untuk pengetahuan agama Islam, sedangkan untuk
pendidikan umum mengacu pada kurikulum Diknas. Namun selain menggunakan ke
7
dua kurikulum untuk memperoleh legalitas formal setara dengan SMU, maka
disisipkan kurikulum gontor dengan tidak menghilangkan tradisi ke-pesantrenan
sebagai lembaga kajian khazanah ke-Islaman. Sedangkan untuk menambah kegiatan
ekstrakurikuler, ditunjang dengan kajian kitab-kitab klasik dengan model pengkajian
kontemporer sebagai pengembangan wawasan kepada santri/siswa.
Persamaan penelitian
Neneng Habibah dengan penelitian ini adalah fokus
kajiannya yang sama-sama membahas tentang masalah pesantren dan modernisasi.
Sedangkan perbedaannya terletak pada ruang lingkup penelitiannya yang membahas
tentang model pendidikan pesantren modern. Sedangkan penelitian ini memfokuskan
pada sistem pendidikan pesantren salafiyah di tengah modernisasi.
Berdasarkan hasil telaah pustaka yang berkaitan dengan pesantren di atas, baik
yang berdasarkan penelitian maupun hasil refleksi dan telah diterbitkan dalam buku
dan jurnal. Berdasarkan hasil telaah pustaka yang berkaitan dengan masalah
penelitian di atas, maka penelitian tentang tradisi pesantren memang sudah ada yang
mengkaji sebelumnya, akan tetapi penulis melihat bahwa penelitian yang secara
khusus berkaitan dengan sistem pendidikan pondok pesantren salafiyah di tengah
modernisasi belum ada. Terlebih penelitian yang secara khusus lagi yang
dilaksanakan di Pondok Pesantren az-Ziyadah, Klender, Duren Sawit, Jakarta Timur.
Oleh karena itu penelitian mengenai topik dalam proposal ini menjadi perlu untuk
penulis teliti.
E.
Kerangaka Teoritis dan Kerangka Berfikir
1.
Teori Perubahan Sosial
Perubahan sosial adalah perubahan yang terjadi karena adanya ketidak
sesuaian di antara unsur-unsur sosial yang berbeda di dalam kehidupan
8
masyarakat, sehingga menghasilkan pola kehidupan yang baru ( berbeda dengan
pola kehidupan sebelumnya). Perubahan sosial mencakup perubahan dalam
nilai-nilai sosial, norma-norma sosial, susunan lembaga kemasyarakatan,
pelapisan sosial, kelompok sosial, interaksi sosial, pola-pola perilaku, kekuasaan
dan wewenang, serta berbagai segi kehidupan masyarakat lainnya. Berikut
beberapa perspektif mengenai perubahan sosial antara lain yaitu:
Pertama, perubahan sosial itu berubahnya sistem sosial (perubahan pada
struktur, kultur, dan interaksi sosial). Karena itu, perubahan seharusnya terjadi
pada seluruh aspek kehidupan. Bagi kelompok ini, perubahan yang terjadi pada
suatu fenomena saja tidak dianggap sebagai perubahan sosial (Yusron Razak,
2008:180)
Kedua salah satu tokoh sosiologi yang menekankan perubahan sosial pada
sistem sosial adalah Farley, yang mengemukakan bahwa perubahan sosial
adalah perubahan pada pola perilaku, hubungan sosial, lembaga, dan struktur
sosial pada waktu tertentu. George Ritzer juga berpendapat sama bahwa
perubahan sosial adalah perubahan pada variasi hubungan antara individu,
kelompok, organisasi sosial, kultur, dan masyarakat pada waktu tertentu
(Sztompka, dalam Yusron, 2008:180)
Ketiga, tokoh sosiolog Persell dan Macionis lebih menekankan perubahan
sosial sebagai transformasi dalam pengorganisasian masyarakat. Misalnya, bila
pada masyarakat tradisional pemimpin dipilih berdasarkan azas kekeluargaan
dan kepercayaan, maka kini berubah bahwa seorang pemimpin dipilih
berdasarkan pada kemampuan, profesionalisme, rasionalitas, consensus, dan
aturan yudisial yang jelas (Sztompka, dalam Yusron, 2008:183)
9
Keempat, Perubahan sosial menurut Gillin dan Gillin merupakan suatu
variasi dari cara-cara hidup yang diterima, baik karena perubahan-perubahan
kondisi geografis, kebudayaan material, komposisi penduduk, ideologi maupun
kerena adanya difusi ataupun penemuan-penemuan baru dalam masyarakat.
Secara singkat Samuel Koenig mengatakan bahwaperubahan sosial menunjuk
pada modifikasi-modifikasi yang terjadi dalam pola kehidupan manusia.
Modifikasi-modifikasi mana terjadi karena sebab-sebab intern maupun sebabsebab ekstern (Samuel Koenig, 1957:279, dalam Ismail, 2011).
Kelima, Kingsley
Davis mengartikan perubahan sosial sebagai
perubahan-perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat.
MacIver membedakan antara utilitarian elements dengan culture elements
yang didasarkan pada kepentingan-kepentingan manusia yang primer dan
sekunder. Semua kegiatan dan ciptaan manusia dapat diklasifikasikan ke dalam
kedua kategori tersebut. Artinya, semua mekanisme dan organisasi yang dibuat
manusia dalam upaya menguasia kondisi kehidupannya, termasuk di dalamnya
sistem-sistem organisasi sosial, teknik dan alat-alat material (Soerjono
Soekanto, 1990:301).
Terlepas dari sulitnya membedakan secara tegas antara perubahan sosial
dan perubahan bebudayaan, perubahan sosial mempunyai cakupan yang sangat
luas dan kompleks, meliputi proses dan elemen-elemen yang berubah, yaitu (1)
objek (objects), (2) ide-ide (ideals), (3) nilai-nilai (values), (4) kepercayaankepercayaan (beliefs), (5) norma-norma (norms), dan (6) model-model interaksi
(Candace Clark dalam Mundzier Suparta, 2009:29).
10
a.
Faktor-faktor Perubahan Sosial
Secara umum, ada dua faktor yang dapat menyebabkan terjadinya
perubahan sosial, yaitu faktor dari dalam (Internal) dan faktor dari luar
(Eksternal). Faktor internal berusaha menjelaskan perubahan dalam
masyarakat dengan mencari sumber-sumber perubahan dalam masyarakat
itu sendiri. Aliran-aliran evolusioner dan struktural fungsional merupakan
aliran-aliran yang menggunakan faktor ini. Sebaliknya faktor eksternal
berusaha menjelaskan asal-usul perunahan sosial yang terjadi dalam
masyarakat dengan mencari faktor-faktor dari luar. Dalam penelitian ini,
akan
melihat
sumber-sumber
perubahan
dengan
tidak
hanya
memperhatikan faktor-faktor dari dalam, tetapi juga faktor-faktor
perubahan yang dari luar. Dua faktor ini sebenarnya tidak pernah
diabaikan oleh para ahli sosiologi dan antropologi mengingat pentingnya
pendekatan sejarah dan kontak kebudayaan sebagai sumber perubahan
sosial (Robert H. Lauer,1993:117)
Faktor-faktor perubahan yang bersumber dari dalam (Internal) antara
lain: (1) bertambah dan berkurangnya penduduk, (2) penemuan-penemuan
baru atau inovasi (inovation), (3) konflik, dan (4) revolusi. Sedangkan
faktor-faktor yang bersumber dari luar (Eksternal) antara lain: (1)
perubahan alam fisik yang ada di sekitarnya, (2) terjadinya peperangan,
dan (3) pengaruh kebudayaan lain, baik berupa kemajuan ilmu
pengetahuan teknologi, maupun modernisasi. Faktor dari dalam dan luar
ini seringkali saling melengkapi dan menunjang (kesesuaian) (Peter Burke,
dalam Mundzier, 2009).
11
Akan tetapi tidak semaua faktor di atas bekerja dalam suatu
perubahan sosial. Dalam konteks perubahan pada pondok pesantren,
misalanya, ditemukan beberapa faktor saja yang bekerja, yaitu bertambah
dan berkurangnya penduduk, inovasi, pengaruh kebudayaan lain dan
sistem pendidikan formal yang maju (Mundzier,2009).
Beriku adalah skema faktor perubahan sosial:
Bagan 1.1: Skema Faktor Perubahan Sosial.
Faktor Internal
Faktor
Sosial
Manfes
Indiviual
Perubahan
Faktor Eksternal
b.
Laten
Kolektif
Discovery,
Invention, Inovation,
dalam Sistem
Pendidikan Pondok
Pesantren
Proes Perubahan Sosial
Proses perubahan sosial dapat dikategorikan menjadi 3 (tiga), yaitu
inovasi (inovation) atau penemuan baru, difusi (diffusion), dan akibat
(consequences). Inovasi merupakan suatu proses bagaimana gagasan baru
diciptakan atau dikembangkan, difusi merupakan proses di mana gagasan
baru tersebut disebarluaskan dalam sistem sosial tersebut, dan akibat
merupakan hasil diterimanya (adopsi) gagasan baru dalam sistem sosial
atau ditolaknya (rejection) gagasan baru (Wahyu, 2005:2-3)
Inovasi merupakan proses sosial dan kebudayaan yang meliputi suatu
penemuan baru, jalannya unsur kebudayaan yang meliputi suatu penemuan
baru, jalanya unsur kebudayaan baru yang tersebar ke masyarakat, dan
12
cara unsur kebudayaan baru diterima, dipelajari, dan akhirnya dipraktikan
dalam kehidupan masyarakat. Inovasi dapat dibedakan dari discovery dan
invention. Discovery adalah penemuan unsur kebudayaan yang baru, baik
berupa alat maupun gagasan yang diciptakan oleh individu maupun
kelompok. Discovery menjadi invention ketika masyarakat sudah
menerima dan menerapkan penemuan baru itu ( Koentjaraningrat, 1964).
Difusi adalah penyebaran unsur-unsur budaya dari individu ke
individu lain dan dari suatu kelompok ke kelompok lainnya. Difusi
berlangsung, baik di dalam masayarakat maupun antar masyarakat. Difusi
dapat dikatakan berhasil jika penemuan baru yang telah diterima oleh
masyarakat dapat diteruskan dan disebarkan pada masyarakat luas sampai
mereka dapat menikmati kegunaanya. Proses tersebut merupakan
pendorong pertumbuhan suatu kebudayaan dan memperkaya kebudayaankebudayaan masyarakat secara luas (Ralph Linton, dalam Mundzier,
2009:40).
Proses difusi kadangkala berlangsung sebelum inovasi dan
kadangkala bersamaan waktunya. Dalam inovasi, sang penemu (inovator)
mengkomunikasikan penemuan barunya kepada para warga masyarakat.
Selanjutnya, para inovator dapat mengintegrasikan inovasi dengan unsurunsur atau bagian-bagian lain dari kebudayaan. Pada tahan ini, akan terjadi
pro dan kontra dalam proses perubahan karena adanya pengintegrasian
penemuan baru dengan budaya lama. Pro dan kontra dapat diatasi melalui
koreksi dengan cara modifikasi pola-pola tradisional atau pola-pola yang
baru diterima, atau modifikasi kedua-duanya. Pengintegrasian kembali
subuah kebudayaan dapat dicapai melalui tahap-tahap interpretasi kembali,
13
seleksi, dan penjabaran unsur-unsur kebudayaan tersebut (Mundzier,
2009:41)
Setelah selesai tahap mengintegrasian, berikut adalah tahap terminal
atau tahap berhenti sementara dari keseluruhan hasil akhir perubahan yang
sedang terjadi. Hal ini dapat terwujud sebagai ekuilibrium, kemantapan
yang menyeluruh dan konsistensi dalam kebudayaan. Begitu juga terdapat
suatu perasaan sejahtera dan aman serta menyenangkan, perasaan
berkedudukan atau berkepribadian tinggi, dan mempunyai rasa harga diri
atau keyakinan pada diri sendri yang besar pada warga masyarakat yang
bersangkutan. Dalam keadaan disorganisasi, ruang lingkupnya biasany
amat kecil, atau bisa juga amat besar yang berwujud sebagai disintegrasi
menyeluruh pada kebudayaan tersebut. Suatu keadaan disorganisasi yang
serius pada sebuah masyarakat dapat terjadi karena adanya konflik,
perang, atau penaklukan, bisa juga karena adanya kontak hubungan di
antara dua kebudayaan yang berbeda (Mundzier, 2009:41).
Selanjutnya konsekuensi adalah akibat dari suatu perubahan sosial.
Hampir semua perubahan mengandung resiko. Perubahan sering tidak saja
hanya membawa efek positif, tetapi tidak sedikit menggoyahkan budaya
yang berlaku dan merusak nilai-nilai dan kebiasaan yang dihormati.
Orang-orang miskin biasanya sangat enggan menghadapi perubahan, sebab
antara lain mereka tidak mampu menanggung resiko apa pun. Sedangkan
segi positif perubahan paling tidak dapat meningkatkan kualitas manusia.
Secara teoritis manusia mempunyai kebutuhan. Misalnya kebutuhan
moral, ekonomi, prestasi, mendapatkan pengakuan, dan sebagainya.
Semua kebutuhan hanya akan dicapai melalui dan ditentukan oleh
14
ingkungan sosial yang lebih maju atau baik. Sebagai contoh, industri di
pedesaan , telah membawa teknologi modern ke pedesaan sehingga banyak
mengubah wajah pedesaan. Oleh karena itu dengan masuknya industri ke
pedesaan memungkinkan terjadinya berbagai perubahan yang diperlukan
oleh manusia. Misalnya, semula pekerjaan mereka satu-satunya di bidang
pertanian. Setelah adanya industri, penduduk di pedesaan bisa bekerja di
luar sektor pertanian, seperti menjadi buruh, pedagang, penjual jasa, atau
lainya (Mundzier, 2009:43).
Segi
negatif
perubahan
sosial,
selain
dapat
menimbulkan
ketegangan-ketegangan sosial sekaligus juga bisa menjadi masalah sosial.
Beberapa
contoh
pengaruh
negatif
proyek
pembangunan
antara
pengangguran, aksi-aksi protes, kriminalitas, imitasi gaya hidup, dan lainlain. Contoh lain, dengan adanya proyek pembangunan di pedesaan,
beberapa petani bisa-bisa malah kehilangan tanah pertaniannya karena
uang hasil penjualan tanah yang terkena proyek pembangunan tidak
dibelikan tanah lagi, tetapi dibelikan keperluan yang tidak produktif
(Mundzier, 2009:41).
2.
Sistem Pendidikan Pesantren
Di dalam Undang Undang Republik Indonesia. Nomor 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 11 dan 3 disebutkan bahwa:
“Pendidikan di Indonesia diselenggarakan melalui dua jalur yaitu jalur
pendidikan sekolah (formal) dan jalur pendidikan luar sekolah (non-formal).
Pendidikan yang diselenggarakan di jalur pendidikan sekolah (formal) adalah
pendidikan yang diselenggarakan di sekolah melalui kegiatan belajar mengajar
15
yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang, sedangkan
pendidikan yang diselenggarakan di luar sekolah (non-formal) adalah
pendidikan yang diselenggarakan di luar melalui kegiatan belajar mengajar yang
dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang (http://www.unpad.ac.id/wpconten/uploads/2012/10/UU20-2003-Sisdiknas.pdf/ Diunduh pada 6 November 2014).
Dalam sistem pendidikan pesantren terdiri dari berbagai unsur-unsur
pesantren, menurut Mastuhu (1989) dapat dikelompokan sebagai berikut:
a. Aktor atau pelaku, Kiyai, Ustadz, Santri, dan Pengurus.
b. Sarana perangkat keras: Masjid, Rumah Kiyai, Pondok atau Asrama
Santri, Gedung Sekolah atau Madrasah, Tanah untuk: olah raga,
pertanian, perternakan, makam dan sebagainya.
c. Sarana perangkat lunak: tujuan, kurikulum, kitab, penilaian, tata tertib,
perpustakaan, pusat dokumentasi, dan penerangan, cara mengajar
(sorogan,
bandongan,
dan
halaqah),
keterampilan,
pusat
pengembangan masyarakat, dan alat-alat pendidikan lainnya.
Unsur-unsur pesantren berbeda antara satu pesantren dengan pesantren
lainnya, hal ini dapat dilihat dari besar kecilnya pesantren bersangkutan. Untuk
pesantren kecil unsur-unsurnya cukup dengan kiyai, santri, asrama atau pondok,
kitab-kitab keagamaan, dan metode pengajaran, akan tetapi untuk pesantren
besar perlu ditambah dengan unsur-unsur lain, seperti: Ustadz sebagai pembantu
kiyai dalam pengajaran, gedung sekolah atau madrasah, pengurus, tata tertib dan
lain sebagainya sesuai dengan kebutuhan (Mastuhu, 1989:55-56).
Pendidikan pesantren memiliki dua sistem pengajaran, yaitu sistem
sorogan yang sering disebut sistem individual, dan sistem bandongan atau
16
wetonan yang sering disebut kolektif. Dengan cara sistem sorogan tersebut,
setiap murid mendapat kesempatan untuk belajar secara langsung dari kiyai atau
pembantu kiyai. Sistem ini biasanya diberikan dalam pengajian kepada muridmurid yang telah menguasai pembacaan al-Qur‟an dan kenyataan merupakan
bagian yang penting sulit sebab sistem ini menuntut kesabaran, kerajinan,
ketaatan dan disiplin pribadi dari murid. Murid seharusnya sudah paham tingkat
sorogan ini sebelum dapat mengikuti pendidikan selanjutnya dipesantren
(Dhofier, 1985:28).
Metode utama sistem pengajaran di lingkungan pesantren ialah sistem
bandongan atau wetonan. Dalam sistem ini, sekelompok murid mendengarkan
seorang guru yang membaca, menerjemahkan, dan menerangkan buku-buku
Islam dalam bahasa Arab. Kelompok kelas dari sistem bandongan ini disebut
“Halaqah” yang artinya sekelompok siswa yang belajar di bawah bimbingan
seorang guru (Dhofier, 1985:28).
Pada umumnya kurikulum pengajaran di pesantren salafiyah tergantung
sepenuhnya kepada para kiyai pengasuh pondoknya. Santrinya ada yang
menetap didalam pondok (santri mukim), santri yang tidak menetap di dalam
pondok (santri kalong). Sedangkan sisitem madrasah (schooling) diterapkan
hanya untuk memudahkan sistem sorogan yang dipakai dalam lembaga-lembaga
pengajian bentuk lama, tanpa mengenalkan pengajaran umum (Dhofier dalam E.
Shobirin Najd, 1985:117). Sebagai contoh dari pesantren salafiyah antara lain
yaitu Pesantren Maslahul Huda di Pati, Pesantren An-Nur di Sewon Bantul, dan
Pesantren Mukhtajul Mukhtaj di Mojo tengah Wonosobo dan Pesantren AsSyafi‟iyah Jakarta.
17
Sistem pendidikan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sistem
pendidikan salafiyah di pesantren Az-Ziyadah yakni mencakup beberapa unsur
sistem pendidikan pesantren yaitu: penghuni atau aktor pondok pesantren
(Kiyai, Ustad, Pengurus dan Santri), kurikulum, kitab yang diajarkan, metode
pengajaran, dan sarana prasarana (Gedung Asrama, Sekolah/Madrasah)
di
pesantren Az-Ziyadah.
3.
Pengertian Modernisasi
Kata modernisasi berasal dari dua kata suku kata yaitu modern yang
berarti mutakhir dan sasi yang artinya proses. Jadi modernisasi adalah proses
pemutakhiran (Dr. Gumilar, 2004:9.3).
Modernisasi dalam kamus Sosiologi (Nicholas, Stephan, Turner, 2010),
meliputi peningkatan keaksaraan, urbanisai dan penurunan tradisional.
Perubahan ini dilihat dari segi peningkatan diferensiasi sosial dan struktural.
Sedangkan menurut Giddens mendefinisikan modernisasi berdasarkan
empat institusi dasar. Pertama adalah kapitalisme, yang biasanya dicirikan oleh
produksi komoditas, kepemilikan modal pribadi, buruh upahan yang tidak
memiliki hak milik, dan sistem kelas yang berasal dari karakteristikkarakteristik ini. Kedua adalah industrialisme, yang terdiri dari penggunaan
sumber kekuasaan tak bernyawa dan mesin untuk memproduksi barang.
Industrialisme tidak terbatas pada tempat kerja, dan ia mempengaruhi settingsetting lain, seperti “transportasi, komunikasi, dan kehidupan rumah tangga”.
Ketiga kapasitas pengawasan yang sangat bergantung pada sesuatu yang baru.
Pengawasan merujuk pada surversi aktivitas penduduk di ranah politik.
Sedangkan karakteristik. Keempat adalah dimensi institusional modernitas,
18
yaitu kekuatan militer, atau kontrol atas sarana kekerasan, termasuk
industrialisasi perang (George Ritzer, 2009:607-608).
Menurut Harun Nasution (1996:11), dalam bahasa Indonesia selalu dipakai
kata modern, modernisasi atau modernisme, seperti yang terdapat dalam “aliranaliran modern dalam Islam” yakni Islam dan modernisasi” modernisme dalam
masyarakat barat mengandung arti pikiran, aliran, gerakan dan usaha untuk
merubah faham-faham, adat-istiadat, institusi-institusi lama, dan sebagainya
untuk disesuaikan dengan suasana baru yang ditimbulkan oleh pengetahuan dan
teknologi modern.
Soerjono Soekanto (1990) mengemukakan bahwa sebuah modernisasi
memiliki syarat-syarat tertentu, yaitu sebagai berikut :
a. Cara berpikir yang ilmiah yang berlembaga dalam kelas penguasa
ataupun masyarakat.
b. Sistem administrasi negara yang baik, yang benar-benar mewujudkan
birokrasi.
c. Adanya sistem pengumpulan data yang baik dan teratur yang terpusat
pada suatu lembaga atau badan tertentu.
d. Penciptaan iklim yang menyenangkan dan masyarakat terhadap
modernisasi dengan cara penggunaan alat-alat komunikasi massa.
e. Tingkat organisasi yang tinggi yang di satu pihak berarti disiplin,
sedangkan di lain pihak berarti pengurangan kemerdekaan.
f. Sentralisasi wewenang dalam pelaksanaan perencanaan sosial.
19
Apabila
dibedakan menurut asal faktornya, maka faktor-faktor yang
mempengaruhi modernisasi pesantren
dapat dibedakan antara faktor-faktor
internal dan eksternal.
a. Faktor-faktor
internal,
merupakan faktor-faktor perubahan yang
berasal dari dalam masyarakat pesantren, misalnya :
1) Bertambah dan berkurangnya penduduk (perubahan di pesantren
dilihat dari bertambah dan berkurangnya peserta didik atau santri)
2) Penemuan-penemuan baru, yang meliputi (a) discovery, atau
penemuan
ide/alat/hal baru yang belum pernah ditemukan
sebelumnya (b) invention, penyempurnaan penemuan penemuan
pada discovery oleh individu atau serangkaian individu, dan (c)
inovation, yaitu diterapkannya ide-ide baru atau alat-alat baru
menggantikan atau melengkapi ide-ide atau alat-alat yang telah
ada.
b. Faktor-faktor eksternal,
atau faktor-faktor yang berasal dari luar
pesantren, dapat berupa:
1) Pengaruh kebudayaan masyarakat lain.
2) Pendidikan Formal yang Maju.
4.
Kerangka Berfikir
Setiap penelitian tentu diperlukan adanya kerangka berfikir sebagai
pijakan atau sebagai pedoman dalam menentukan arah dari penelitian, hal ini
diperlukan agar penelitian tetap terfokus pada kajian yang akan diteliti. Alur
kerangka berfikir pada penelitian ini akan digambarkan dengan skema 1.2
sebagai berikut:
20
Bagan 1.2: Skema Kerangka Berfikir
Sistem PendidikanPondok
Pesantren Az-Ziyadah
Respon Pondok Pesantren
Az-Ziyadah dalam
Menanggapi Modernisasi
Teori Perubahan Sosial
Faktor Eksternal
Faktor Internal
Bertambah
dan
berkurangnya penduduk
Penemuan-penemuan baru
(Inovasi)
Pengaruh
kebudayaan
masyarakat lain
Sistem
pendidikan
formal yang maju
Dampak Modernisasi Terhadap
Sistem Pendidika Pesantren AzZiyadah
Perubahan Sistem Pendidikan
Pesantren Salafiyah Az-Ziyadah
21
F.
Metode Penelitian
1.
Jenis Penelitian
Jenis penelitian dalam skripsi ini adalah dengan menggunakan pendekatan
kualitatif, yaitu studi kasus. Pengumpulan data dilakukan dengan cara field
research yaitu kegiatan penelitian dilakukan di lapangan. Bodgan dan taylor
(dalam, Winarno Surakhmad, 1985:132) mengemukakan bahwa metode
kualitatif sebagai prosedur penelitian menghasilkan data deskriptif yang berupa
kata-kata tertulis ataupun lisan dan perilaku yang diamati.
Dalam penelitian skripsi ini dilakukan pada Pondok Pesantren Salafiyah
az-Ziyadah kel. Klender, Kec. Duren Sawit, Jakarta Timur dan dari penelitian
tersebut nantinya akan diperoleh data deskriptif baik yang berupa dokumen
ataupun penjelasan secara lisan mengenai sistem pendidikan pesantren salafiyah
di tengah modernisasi. Data tersebut penulis peroleh dari pengurus pesantren,
para ustadz (Pengajar), dan santri (Siswa) serta kumpulan data yang berbentuk
dokumen.
2.
Sumber Data
Karena penelitian ini adalah jenis penelitian field research (penelitian
lapangan) maka dalam pengumpulan data, penulis membagi sumber data
menjadi dua bagian:
a. Sumber data primer mencakup segala elemen yang menyangkut
pondok pesantren az-Ziyadah Jakarta Timur seperti; kiyai sebagai
pemimpin pondok pesantren, pengurus pondok pesantren, ustadz
22
(pengajar) dan santri yang keberadaan terkait dengan Pondok
Pesantren Az-Ziyadah Duren Sawit Jakarta Timur.
b. Sumber data sekunder mencakup referensi maupun penelitian yang
berhubungan dengan pondok pesantren dan modernisasi baik berupa
kritik maupun komentar, selain itu juga mencakup referensi lain yang
berkaitan dengan sistem pendidikan pondok pesantren Az-Ziyadah
Jakarta Timur.
3.
Teknik Pengumpulan Data
Data-data yang diambil dari penelitian ini dikumpulkan dengan teknik
sebagai berikut:
Pengamatan (observation) kemampuan dari peneliti bagaimana melihat
subjek penelitian, dalam pengamatan peneliti mendapatkan subjek dari yang
diamati (Moleong, 2010:175).
Tehnik yang penulis gunakan dalam pengumpulan data agar memperoleh
hasil yang valid adalah :
a.
Observasi
Yaitu tata cara menghimpun data atau keterangan yang dilakukan
dengan pengamatan atau pencatatan sistematis terhadap gejala-gejala yang
dijadikan pengamatan (Anas Sudjono, 1986:36). Beberapa informasi yang
diperoleh dari hasil observasi adalah ruang (tempat), kegiatan, objek,
kejadian (peristiwa), waktu dan perasaan. Alasan peneliti melakukan
observasi adalah untuk menyajikan gambaran keadaan pondok pesantren
az-Ziyadah Jakarta Timur.
23
b.
Wawancara
Selain menggunakan observasi, penulis melakukan wawancara.
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang mencakup cara
yang digunakan seseorang untuk tujuan suatu tugas tertentu mencoba
mendapatkan keterangan lisan dari seorang informan dengan percakapan
berhadapan muka (Koenjtaraningrat,1989:32).
Dalam peneilitan skripsi ini penulis melakukan wawancara langsung
secara mendalam terhadap penghuni pondok pesantren Az-Ziyadah dengan
informan 10 orang, yakni:
1)
Pemimpin pondok pesantren Az-Ziyadah KH. Marzuki, S.Ag,
untuk memperoleh data mengenai
sejarah dan sistem
pendidikan pondok pesantren salafiyah Az-Ziyadah.
2)
Pengurus pondok pesantren Az-Ziyadah yaitu Ustadz Syakir
S.Ag sebagai pengasuhan santri, Ustdzah Eva Hendrawati,
S.Pd.I sebagai Kepala Sekolah Madrasah Tsanawiyah dan
Ustadz Abdul Wadud sebagai Tata Usaha (TU), untuk
mendapatkan gambaran tentang pendapat dan responnya terkait
dengan masalah sistem pendidikan pesantren salafiayah AzZiyadah di tengah modernisasi.
3)
Pengajar/guru pondok pesantren Az-Ziyadah yaitu Ustadzah
Dewi Safitri S.Pd.I sebagai guru Bahasa Inggris, Ustadz Ibnu
Hajar sebagai guru Bahasa Arab dan Ustadzah Dra. Hj. Dahlia
sebagai guru Bahasa Indonesia, untuk mendapatkan gambaran
24
tentang pendapat mereka mengenai sistem pendidikan salafiyah
Az-Ziyadah di tengah modernisasi.
4)
Santri/siswa pondok pesantren Az-Ziyadah antara yaitu Rizalul
Hadi, Nurotul Aini dan Yulia Rahma yang merupakan santri
dan santriwati yang menimba ilmu di pondok pesantren AzZiyadah, diharapkan dapat mendapatkan gambaran tentang
pendapat mereka mengenai sistem pendidikan pesantren
salafiyah di tengah modernisasi.
Wawancara ini disusun dalam bentuk pertanyaan terbuka yang dilakukan
dengan cara wawancara secara mendalam agar mendapatkan informasi secara
bebas demi keluasaan dalam penelitian ini. Pertanyaan-pertanyaan dimulai dari
umum, kemudian masuk kepada hal-hal yang berhubungan dengan pokok
bahasan. (Burhan Bungin, 2009:108).
4.
Analisis Data Interpretasi Data
Untuk mengolah dan medeskripsikan agar data lebih bermakna dan mudah
dipahami maka digunakan prosedur analisis data yang dikembangkan oleh
Glasser dan Strauss, (dalam, Moleong, 2010: 288), adapun prosedur analisis
data tersebut adalah sebagai berikut:
Analisis data menurut Patton (1980) adalah proses mengatur urutan data,
mengorganisasikan ke dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar.
Bogdan dan Taylor (1975) mendefinisikan analisis data sebagai proses yang
merinci usaha secara formal untuk menentukan tema dan merumuskan ide
seperti yang disarankan data dan sebagai usaha untuk memberikan bantuan pada
tema dan ide tersebut. Dengan dua pengertian tersebut akhirnya kita dapat
25
simpulkan bahwa proses pengorganisasian dan mengurutkan data ke dalam pola,
kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditentukan tema dan dapat
dirumuskan ide seterti yang disarankan data (Lexy J. Moleong, 2004:105).
Bagan 1.3 menunjukan analisis data yang akan dilakukan peneliti.
Bagan 1.3:
Proses Analisis Data
Sumber Data
Pengumpulan Data
Interpretasi Data
Penyatuan Data
Data
Data
Ditelaah
5.
Dipelajari
Dibaca
Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian yang akan penulis lakukan yakni di Pondok Pesantren
Az-Ziyadah, yang beralamatkan di Jln. Madrasah Tanah 80, Kelurahan Klender,
Kecamatan Duren Sawit, Jakarta Timur. Alasan penulis memilih penelitian ini
diselenggarakan di Pondok Pesantren Az-Ziyadah adalah karena pondok
pesantren tersebut merupakan salah satu pondok pesantren salafiyah yang
berlokasi di daerah Ibu kota Jakarta yang masih kental dengan nuansa pondok
kesalafiyahannya meski di tengah arus modernisasi.
26
G.
Sistematika Penulisan
Dalam penelitian ini akan disajikan dalam empat bab, masing-masing bab akan
memaparkan informasi sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan: Pernyataan masalah,
pertanyaan penelitian, tinjauan
pustaka, tujuan dan manfaat penelitian, kaj
DITENGAH MODERNISASI
Studi Kasus Pondok Pesantren Az-Ziyadah, Tanah 80, Klender, Duren
Sawit, Jakarta Timur
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
Ahmad Syah Mas’ud
109032200027
PROGRAM STUDI SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014
ABSTRAKSI
Skripsi ini berusaha menganalisa sistem pendidikan pesantren salafiyah AzZiyadah di tengah modernisasi. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
pendekatan kualitatif studi kasus. Data diperoleh melalui observasi, wawancara
dan dokumentasi. Subjek penelitian ini adalah penghuni pondok pesantren AzZiyadah Jakarta Timur dengan menggunakan key informan; Kiyai, Ustadz,
Pengurus , dan Santri. Untuk menganalisa dinamika sistem pendidikan pondok
pesantren salafiyah Az-Ziyadah, penulis menggunakan analisis sosiologis dengan
teori perubahan sosial. Ada 2 faktor yang mempengaruhi perubahan sistem
pendidikan pondok pesantren salafiyah Az-Ziyadah yakni, faktor internal dan
faktor eksternal. Faktor internal perubahannya dilihat dari bertambah dan
berkurangnya penghuni pondok pesantren Az-Ziyadah dan perubahannya dilihat
dari adanya inovasi oleh aktor/kiyai dan pengurus pesantren Az-Ziyadah.
Sedangkan faktor eksternalnya yakni, perubahannya dipengaruhi oleh kebudayaan
masyarakat lain dan dipengaruhi oleh sitem pendidikan formal yang maju.
Peneliti menemukan bahwa adanya perubahan sistem pendidikan di pondok
pesantren Az-Ziyadah dari sistem pendidikan tradisional menjadi sistem
pendidikan modern pada aspek kelembagaan, bangunan, metode pengajaran, dan
sebagian kurikulum pembelajaran yang sudah dimodifikasi, namun tidak
menghilangkan karakteristiknya sebagai pesantren yang mengajarkan nilai-nilai
ke-Islaman dengan mengajarkan kitab-kitab kuning sebagai kurikulum
pembelajaran yang merupakan ciri khas dari pesantren salafiyah. Perubahanperubahan tersebut disebabkan oleh faktor-faktor perubahan yang terjadi di dalam
pondok pesantren Az-Ziyadah dan juga faktor dari luar pesantren Az-Ziyadah
yang telah mempengaruhi terjadinya perubahan sitem pendidikan pesantren
salafiyah Az-Ziyadah.
Kata Kunci: Perubahan Sosial, Sistem Pendidikan Pesantren Salafiyah dan
Modernisasi.
iv
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT karena berkat rahmat, nikmat, hidayah dan izin-Nya sehingga penulis selalu
diberikan kesehatan sehingga mampu menyelesaikan skripsi ini. Shalawat berserta
salam tidak lupa penulis curahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga,
sahabat dan seluruh umatnya yang senantiasa istiqomah dalam menjalankan
sunnahnya.
Skripsi ini, penulis susun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Sosial (S. Sos) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu politik UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta. Terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari doa,
dorongan, bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak yang dengan keikhlasannya
baik fisik, moril maupun meteril telah banyak membantu dalam penyusunan skripsi
ini hingga selesai. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan
rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1.
Bapak Prof. Dr. Bachtiar Effendy, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2.
Bapak Prof. Dr. Yusron Rajak, MA selaku pembimbing skripsi penulis
yang senantiasa membimbing, memotivasi dan menginspirasi penulis,
sehingga penulis mampu menyelesaikan tugas akhir ini Jazakumullah
Khoiran Katsiron.
3.
Bapak Prof. Dr. Zulkifli selaku ketua program studi Sosiologi atas
motivasi serta ilmu yang telah diberikan kepada penulis.
4.
Ibu Joharotul Jamilah selaku dosen pembimbing akademik yang selalu
mendukung dan memotivasi penulis menyelesaikan skripsi, dan Bapak
v
Husnul Khitam, M.Si selaku sekertaris jurusan yang telah mendukung dan
memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
5.
Segenap dosen akademik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Khususnya Program Studi Sosiologi
yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, atas segala ilmu dan
pengetahuan selama penulis menempuh studi di kampus ini, baik di dalam
maupun di luar kelas perkuliahan.
6.
Kedua orang tua, kakak-kakak, adik-adik penulis tercinta atas bimbingan
moral dan spiritual, dukungan, do’a dan restunya, syukron katsiron ‘ala
kulli hal. semoga Allah Swt senantiasa memberikan rahmat, kesehatan dan
keselamatan.
7.
Pimpinan, Pengurus, Asatidz/asatidzah Pondok Pesantren Az-Ziyadah
Tanah 80 Klender Duren Sawit Jakarta Timur, serta semua informan, atas
segala informasi yang diberikan.
8.
Man-teman Sosiologi angkatan 2009, yang tidak dapat penulis sebutkan
satu persatu atas dukungan dan motivasi kalian thanks all my friends and I
love you.
9.
Teman-teman tongkrongan Bang Rifqi, Bang Heru, Bang Yudi, Bang
Jamal, Bang Rosihan, Bang Fahmi, Bang Purnomo, dan segenap temanteman lainnya yang tidak bisa disebutkan, atas dukungan, motivasi yang
telah diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelsaikan tugas
skripsi ini.
10.
Sahabat PMII, HMI, dan GMI-UIN Ciputat yang tidak dapat penulis
sebutkan nama-namanya atas segala bantuan, motivasi, dan dukungannya,
terima kasih banyak.
vi
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAKSI …………………...…………………………………….………...
iv
KATA PENGANTAR ………...………….……………………………………
v
DAFTAR ISI ………...…………………….…………………………………...
vii
DAFTAR BAGAN ……………………………………………………………..
ix
DAFTAR TABEL ……………………………………………………………...
ix
BAB I PENDAHULUAN
Pernyataan Masalah …………………………………………………………
Batasan dan Pertanyaan Penelitian ………………………………………….
Tujuan dan Manfaat Penelitian ……………………………………………...
Tinjauan Pustaka …………………………………………………………….
Kerangka Teori dan Kerangka Berfikir …………………………………......
1. Pengertian Perubahan Sosial ……………...…………………………….
a. Faktor-faktor Perubahan Sosial …………………………………......
b. Proses Perubahan Sosial …………………………………………….
2. Sistem Pendidikan Pesantren …………..…………………………….....
3. Pengertian Modernisasi …………………………………………………
4. Kerangka Berfikir ……………………………………………………….
F. Metode Penelitian …………………………………………………………...
1. Jenis Penelitian ………………………………………………………….
2. Sumber Data …………………………………………………………….
3. Teknik Pengumpulan Data ……………………………………………...
4. Analisis Data ……………………………………………………............
5. Lokasi Penelitian ……………………………………………..................
6. Sistematika Penulisan …………………………………………………...
A.
B.
C.
D.
E.
1
2
3
4
8
8
11
12
15
18
20
22
22
22
23
25
26
27
BAB II GAMBARAN UMUM
A. Gambaran Umum Pondok Pesantren ………………………………………..
1. Pesantren Salafiyah ……………………………………………………...
2. Pesantren Khalafiyah ……………………………………………………
B. Selayang Pandang Pondok Pesantren Az-Ziyadah ………………………….
1. Sejarah Perkembangan Pondok Pesantren Az-Ziyadah …………………
2. Kondisi Umum Pondok Pesantren Az-Ziyadah …………………………
a. Identitas Pondok Pesantren Az-Ziyadah …………………………….
b. Kondisi Pondok Pesantren Az-Ziyadah …………………….……….
1. Sarana Untuk Santri Pondok Pesantren Az-Ziyadah ……………
2. Sarana di Madrasah/Sekolah ……………………………………
vii
28
30
32
33
33
36
36
36
36
37
3. Sarana Penunjang ………………………………..……………...
4. Kondisi Santri ………………………………..…….....................
c. Struktur Organisasi dan Lembaga di Lingkungan Pondok Pesantren
Az-Ziyadah ………………………………………………………….
1. Kedudukan Yayasan Pondok Pesantren Az-Ziyadah …………...
2. Program dan Kelembagaan Pendidikan Pondok Pesantren AzZiyadah …..... …………………………………………………...
38
39
44
44
46
BAB III TEMUAN DAN HASIL PENELITIAN
A. Proses Pendidikan Pondok Pesantren Az-Ziyadah ………………………….
1. Pendidikan Formal………………….…………………………………...
2. Pendidikan Non-formal …………...……………………………………
47
51
58
B. Respon Pondok Pesantren Az-Ziyadah dalam Menaggapi Modernisasi …...
1. Lingkungan Pondok Pesantren Az-Ziyadah ……………………………
2. Kurikulum Pemerintah dalam Sistem Pendidikan ……………...…….
63
64
66
C. Perubahan Sistem Pendidikan Pondok Pesantren Salafiyah Az-Ziyadah …..
1. Faktor yang Mempengaruhi Sistem Pendidikan Pondok Pesantren AzZiyadah Jakarta………………………………………………………….
a. Faktor Internal ……………………………………………….……..
1. Bertambah dan Berkurangnya Penduduk ……………….……...
2. Penemuan-penemuan Baru (Inovasi) …………………….…….
b. Faktor Eksternal ……………………………………………….…...
1. Pengaruh Kebudayaan Masyarakat Lain ………………….……
2. Sistem Pendidikan Formal yang Maju …………………….……
67
67
69
69
71
74
74
76
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ………………………………………………………….….…..
B. Saran ……………………………………………………………….…….…
78
80
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………….
x
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1
Bukti Bimbingan
Lampiran 2
Surat Pengantar Permohonan Wawancara/Mencari Data Skripsi
Lampiran 3
Interview Guide
Lampiran 4
Dokumentasi Penelitian
viii
DAFTAR BAGAN
Bagan 1.1
Skema Faktor Perubahan Sosial ………………………………...
13
Bagan 1.2
Skema Kerangka Berfikir ……………………………………....
22
Bagan 1.3
Proses Analisis Data …………………………………………....
27
Bagan 2.1
Struktur Organisasi PP Az-Ziyadah ……………………………
46
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1
Sarana Santri PP Az-Ziyadah …………………………………..
38
Tabel 2.2
Sarana di Madrasah PP Az-Ziyadah …………………………...
38
Tabel 2.3
Sarana Penunjang PP Az-Ziyadah ……………………………..
39
Tabel 2.4
Data Santri Mukim PP Az-Ziyadah 2014 ……………………...
41
Tabel 2.5
Jadwal Kegiatan Harian Santri Mukim PP Az-Ziyadah …........
42
Tabel 2.6
Data Santri Non-mukim PP Az-Ziyadah 2014 ………………...
44
Tabel 2.7
Kegiatan Mingguan Santri Salafiyah Az-Ziyadah …………….
45
Tabel 2.8
Program Kelembagaan dan Keadaan Santri PP Az-Ziyadah ….
47
Tabel 3.1
Kurikulum Pelajaran Tsanawiyah Az-Ziyadah ………………..
53
Tabel 3.2
Kurikulum Pelajaran Aliyah Az-Ziyadah …………………......
56
Tabel 3.3
Mudzakarah Ba’da Ashar ……………………………………...
60
Tabel 3.4
Mudzakarah Ba’da Maghrib …………………………………...
61
Tabel 3.5
Mudzakarah Ba’da Isya ………………………………………..
62
ix
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Pernyataan Masalah
Penelitian dalam skripsi ini membahas tentang sistem pendidikan pondok
pesantren salafiyah di tengah modernisasi. Pesantren merupakan salah satu lembaga
pendidikan tradisional Islam yang sangat tua, mengakar dan luas penyebarannya di
Indonesia. Hingga saat ini pesantren masih saja eksis di tengah arus modernisasi. Hal
ini berbeda dengan lembaga pendidikan tradisional Islam di kawasan dunia muslim
lainnya, dimana akibat gelombang pembaharuan dan modernisasi yang semakin
kencang telah menimbulkan perubahan-perubahan yang membawanya keluar dari
eksistensi lembaga-lembaga pendidikan tradisional (Azyumardi Azra, 1999:95).
Kemampuan pesantren untuk tetap bertahan karena karakter dan eksistensinya
sebagai lembaga yang tidak hanya identik dengan makna ke-Islaman, tetapi juga
mengandung makna keaslian Indonesia (Nurcholis Madjid, 1997:3). Dalam
penyelenggaraannya, pesantren membentuk komunitas yang dipimpin oleh kiyai dan
dibantu beberapa ustadz yang hidup bersama di tengah para santri, dengan bangunan
masjid sebagai pusat kegiatan peribadatan keagamaan dan sekaligus tempat belajar
mengajar, serta pondok-pondok sebagai tempat tinggal para santri. (Mastuhu, 1994:6).
Seiring berjalannya waktu, masyarakat Indonesia menghadapi moderniasi yang
berdampak kepada berbagai perubahan baik di bidang ekonomi, sosial budaya dan
juga pedidikan. Modernisasi yang merupakan proses transformasi tak mungkin bisa
dihindari, oleh karena itu semua kelompok masyarakat termasuk masyarakat
1
pesanteren harus siap menghadapinya dan menanggapi gejala-gejalanya secara kritis
(Ginandjar, 1996).
Gelombang modernisasi yang semakin kuat telah menimbulkan berbagai macam
pengaruh dalam setiap intitusi di masyarakat seperti institusi pendidikan. Hal ini dapat
dilihat dari dinamika sistem pendidikan pesantren salafiyah yang merupakan salah
satu institusi pendidikan di Indonesia, seperti pondok pesantren Az-Ziyadah yang
menganut sistem pendidikan salafiyah yang berdiri pada tahun 1948 dengan
menggunakan sistem sorogan, bandongan, dan halaqoh, serta dengan kajian kitabkitab kuning sebagai kurikulum keilmuannya, dihadapkan pada modernisasi dalam
aspek sistem pendidikan dan teknologi yang mempengaruhi sistem pendidikan
pesantren salafiyah Az-Ziyadah sehingga menuntut pihak pesantren membuka ruang
untuk perubahan (Yayasan Al-Husna Waz-Ziyadah, 2008).
Berdasarkan pernyataan di atas maka perlu dikaji bagaimana pondok pesanren
Az-Ziyadah dengan sistem pendidikan salafiyahnya menghadapi modernisasi yang
berlangsung sedemikian kuatnya yang mempengaruhi sistem pendidikan pesantren
salafiyah Az-Ziyadah seperti sekarang ini. Oleh karena itu dalam penelitian ini
penulis ingin membahas bagaimana dampak yang dihasilkan modernisasi dalam aspek
sistem pendidikan yang mempengaruhi sistem pendidikan pesantren salafiyah AzZiyadah, serta faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan sistem pendidikan
pesantren salafiyah Az-Ziyadah. Terkait masalah tersebut, maka peneliti mengambil
judul penelitian ini dengan judul “Sistem Pendidikan Pesantren Salafiyah di
Tengah Modernisasi”. Studi Kasus di Pondok Pesantren Az-Ziyadah, Tanah 80,
Klender, Duren Sawit, Jakarta Timur.
2
B.
Petanyaan Penelitian
Berdasarkan pernyataan masalah di atas ada beberapa indikator pertanyaan
dalam penelitian ini yaitu:
1.
Bagaimanakah proses pendidikan di pondok pesantren Az-Ziyadah?
2.
Bagaimanakah respon pondok pesantren Az-Ziyadah dalam menanggapi
modernisasi?
3.
Bagaimanakah dampak dari modernisasi terhadap sistem pendidikan
pesantren salafiyah Az-Ziyadah?
C.
Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
1.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan pertanyaan masalah tersebut, tujuan penelitiannya adalah
sebagai berikut:
a.
Untuk mengetahui proses pendidikan pesantren Az-Ziyadah di
tengah modernisasi.
b.
Untuk mengetahui respon masyarakat pesantren Az-Ziyadah dalam
menanggapi modernisasi.
c.
Untuk mengetahui damapak dari modernisasi terhadap sistem
pendidkan pesantren salafiyah Az-Ziyadah Jakarta Timur.
2.
Manfaat Penelitian
Sedangkan manfaat penelitiannya adalah sebagai berikut:
a.
Secara Teoritis
3
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pengetahuan dan wacana pemikiran bagi ilmu pengetahuan sosial dan
perubahan sosial, mengenai sistem pendidikan pesantren salafiyah di
tengah modernisasi.
b.
Secara Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat dipakai sebagai bahan masukan
terhadap pondok pesantren yang dewasa ini dihadapkan kepada
moderenisasi.
D.
Tinjauan Pustaka
Penelitian mengenai pesantren tentunya bukan penelitian yang baru. Penelitian
tentang pesantren telah banyak dimuat di dalam buku-buku, jurnal ilmiah, skripsi,
tesis, ataupun disertasi. Dengan demikian penelitian yang membahas tentang
pesantren bukanlah penelitian yang baru, karena telah ada penelitian sebelumnya.
Berikut ini akan penulis paparkan beberapa peneliti pendahulu yang pernah
melakukan penelitian sebelumnya.
Pertama, Jurnal Tesis oleh Tukiman Supriadi (2013) misalnya penelitian
Tukiman Supriadi berjudul “Perubahan Pola Kepemimpinan Pesantren Darul Hidayah
Kecamatan Rasau Jaya Kabupaten Kubu Raya”. Penelitian tersebut menggunakan
pendekatan kualitatif. Fokus penelitiannya membahas tentang persoalan-persoalan
yang terkait dengan respon pesantren terhadap modernisme. Dalam tesis ini
menggambarkan bagaimana pendekatan sosiologis-antropologis dalam menganalisa
dan menginterpretasikan eksistensi, kepemimpinan, nilai, dan fenomena pesantren
serta berbagai hubungan antara faktor-faktor keagamaan, termasuk pemikiran,
4
praktik, lembaga, otoritas dan semangat tradisionalnya ketika berhadapan dengan
pengaruh modern. Hasil penelitiannya menggambarkan bahwa terdapat perubahan
pola kepemimpinan kiai berdampak pada meningkatnya daya tahan pesantren dalam
menghadapi perubahan zaman.
Persamaan penelitian Tukiman Supriadi dengan penelitian ini adalah fokus
kajiannya yang sama-sama membahas tentang persoalan yang terkait dengan respon
pesantren tentang modernisasi dalam konteks perubahan sosial pesantren. Sedangkan
perbedaannya terletak pada ruang lingkup penelitian tentang perubahan pola
kepemimpinan pesantren. Sedangkan penelitian ini memfokuskan pada sistem
pendidikan pesantren salafiyah di tengah modernisasi.
Kedua, Selain Tukiman Supriadi, ada juga Jurnal Tarbiyah STAIN Pekalongan
oleh Ismail (2007), yang berjudul “Pesantren dan
Perubahan Sosial”. Penelitian
tersebut menyimpulkan bahwa dalam bidikan sejarah, para the founding father
pondok pesantren (para Kiyai) dalam mendirikan lembaga pendidikan pondok
pesantren bertujuan untuk proses pendalaman ilmu agama (Tafaqquh Fi al-Din).
Masyarakat sekitar secara ikhlas dan istiqomah mengikuti jejak kiyai. Namun dalam
perkembangannya, kehadiran pondok pesantren juga merupakan embiro “kampung
peradaban” dimana kehadirannya dalam suatu komunitas masyarakat mengakibatkan
terjadinya perubahan tata kehidupan sosial disekitarnya, baik yang berkaitan dengan
kehidupan keagamaan, pendidikan, sosial-budaya, ekonomi, dan sebagainya.
Dalam penelitiannya juga menurutnya pesantren untuk bisa menyesuaikan diri
dengan sistem pendidikan yang berkembang pesat. Pesantren harus menyesuaikan diri
dengan gema moderenisasi dan harus tercermin pada manajemen pendidikan
5
pesantren arah kebijakan pendidikannya, kontekstualisasi keilmuan yang diajarkan di
pesanren, tata kelola pembiayaan, struktur kepemimpinan dan lainnya.
Persamaan penelitian Ismail dengan penelitian ini adalah fokus kajiannya samasama membahas tentang masalah pesantren dan perubahan sosial. Sedangkan
perbedaannya yaitu terletak pada kajian penelitiannya yaitu mengenai pesantren dan
perubahan sosial yang menganalisa dengan analisis pendidikan. Sedangkan penelitian
ini memfokuskan pada sistem pendidikan pesantren salafiyah di tengah modernisasi.
Ketiga, Selanjutnya penelitian Tesis yang dilakukan oleh Bayu Adrianto (1997)
penelitian tersebut berjudul “Siasat Pesantren Nurul Ummah di Tengah Perubahan
Sosial”. Penelitian tersebut memaparkan hasil penelitiannya mengenai pergeseran
strategi yang dilakukan oleh pesantren Nurul Ummah dalam rangka mencapai misi
kepesantrenannya, yakni “politik” kultur yang mapan yang bersifat ortodoksi murni
bergeser menuju “politik” kultural yang lebih moderat dalam hal penyelenggaraan
kinerja sistem pesantren.
Persamaan penelitian Bayu Adrianto dengan penelitian ini adalah fokus
kajiannya yang sama-sama membahas tentang masalah pesantren di tengah perubahan
sosial. Sedangkan perbedaannya terletak pada ruang lingkup penelitiannya tentang
siasat atau lebih kepada strategi politik dalam hal penyelenggaraan kinerja sistem
pesantren. Sedangkan penelitian ini memfokuskan pada sistem pendidikan pesantren
salafiyah di tengah modernisasi.
Keempat, adalah Jurnal Falasifa oleh M. Shodiq (2011) dengan judul
“Pesantren dan Perubahan Sosial”. Ia membahas mengenai pesantren dan perubahan
sosial di tiga pesantren yakni Pondok Pesantren Mahasiswa Al-Hikam Malang,
Pondok Pesantren Mahasiswa An-Nur Surabaya, dan Pondok Pesantren Luhur Al6
Husna Surabaya. Dalam telaahnya menyatakan bahwa pada saat ini di Indonesia
terdapat ribuan pesantren, tetapi tiap-tiap pesantren memiliki kekhasan tersendiri. Hal
ini disebabkan oleh perbedaan figur Kiyai, lingkungan sosialnya dan terletak pada
orientasi pesantren dalam menghadapi persoalan-persoalan yang berkembang dalam
masyarakatnya. Perbedaan jenis pesantren ini bukan berarti melihat pesantren dengan
kerangka dikotomis yang ketat, tetapi dilihat sebagai suatu iklim sosioreligius dimana
peran-peran pola hubungan saling terkait satu sama lain dan kita dapat melihat
pesantren pada proporsi yang sebenarnya sesuai dengan peran pengembangan dan
pendidikan agama Islam.
Persamaan penelitian M. Shodiq dengan penelitian ini adalah fokus kajiannya
yang sama-sama membahas tentang masalah pesantren dan perubahan sosial.
Sedangkan perbedaannya terletak pada ruang lingkup penelitiannya yang membahas
pesantren dan perubahan sosial di tiga pesantren. Sedangkan penelitian ini
memfokuskan pada sistem pendidikan pesantren salafiyah di tengah modernisasi.
Kelima, Jurnal Departemen Agama RI yang ditulis oleh Neneng Habibah
(2007) dengan judul “Modernitas Pesantren” studi kasus di Pesantren Al-Mizan
Lebak Banten. Dalam jurnal tersebut penulisnya membahas tentang bagaimana model
pendidikan yang dikembangkan di pondok pesantren modern Al-Mizan. Dalam
telaahnya penulis menyimpulkan bahwa keberadaan PP Modern Al-Mizan merupakan
aset Departemen Agama dan secara khusus menjadi aset umat Islam baik dalam
pengembangan pendidikan Islam maupun dalam mengkaji khazanah ke-Islaman.
Pelaksanaan pendidikan di PP Modern Al-Mizan menyelenggarakan pendidikan
madrasah Tsanawiyah dan Aliyah sejak tahun 1993. Pendidikannya menggunakan
kurikulum Departemen agma untuk pengetahuan agama Islam, sedangkan untuk
pendidikan umum mengacu pada kurikulum Diknas. Namun selain menggunakan ke
7
dua kurikulum untuk memperoleh legalitas formal setara dengan SMU, maka
disisipkan kurikulum gontor dengan tidak menghilangkan tradisi ke-pesantrenan
sebagai lembaga kajian khazanah ke-Islaman. Sedangkan untuk menambah kegiatan
ekstrakurikuler, ditunjang dengan kajian kitab-kitab klasik dengan model pengkajian
kontemporer sebagai pengembangan wawasan kepada santri/siswa.
Persamaan penelitian
Neneng Habibah dengan penelitian ini adalah fokus
kajiannya yang sama-sama membahas tentang masalah pesantren dan modernisasi.
Sedangkan perbedaannya terletak pada ruang lingkup penelitiannya yang membahas
tentang model pendidikan pesantren modern. Sedangkan penelitian ini memfokuskan
pada sistem pendidikan pesantren salafiyah di tengah modernisasi.
Berdasarkan hasil telaah pustaka yang berkaitan dengan pesantren di atas, baik
yang berdasarkan penelitian maupun hasil refleksi dan telah diterbitkan dalam buku
dan jurnal. Berdasarkan hasil telaah pustaka yang berkaitan dengan masalah
penelitian di atas, maka penelitian tentang tradisi pesantren memang sudah ada yang
mengkaji sebelumnya, akan tetapi penulis melihat bahwa penelitian yang secara
khusus berkaitan dengan sistem pendidikan pondok pesantren salafiyah di tengah
modernisasi belum ada. Terlebih penelitian yang secara khusus lagi yang
dilaksanakan di Pondok Pesantren az-Ziyadah, Klender, Duren Sawit, Jakarta Timur.
Oleh karena itu penelitian mengenai topik dalam proposal ini menjadi perlu untuk
penulis teliti.
E.
Kerangaka Teoritis dan Kerangka Berfikir
1.
Teori Perubahan Sosial
Perubahan sosial adalah perubahan yang terjadi karena adanya ketidak
sesuaian di antara unsur-unsur sosial yang berbeda di dalam kehidupan
8
masyarakat, sehingga menghasilkan pola kehidupan yang baru ( berbeda dengan
pola kehidupan sebelumnya). Perubahan sosial mencakup perubahan dalam
nilai-nilai sosial, norma-norma sosial, susunan lembaga kemasyarakatan,
pelapisan sosial, kelompok sosial, interaksi sosial, pola-pola perilaku, kekuasaan
dan wewenang, serta berbagai segi kehidupan masyarakat lainnya. Berikut
beberapa perspektif mengenai perubahan sosial antara lain yaitu:
Pertama, perubahan sosial itu berubahnya sistem sosial (perubahan pada
struktur, kultur, dan interaksi sosial). Karena itu, perubahan seharusnya terjadi
pada seluruh aspek kehidupan. Bagi kelompok ini, perubahan yang terjadi pada
suatu fenomena saja tidak dianggap sebagai perubahan sosial (Yusron Razak,
2008:180)
Kedua salah satu tokoh sosiologi yang menekankan perubahan sosial pada
sistem sosial adalah Farley, yang mengemukakan bahwa perubahan sosial
adalah perubahan pada pola perilaku, hubungan sosial, lembaga, dan struktur
sosial pada waktu tertentu. George Ritzer juga berpendapat sama bahwa
perubahan sosial adalah perubahan pada variasi hubungan antara individu,
kelompok, organisasi sosial, kultur, dan masyarakat pada waktu tertentu
(Sztompka, dalam Yusron, 2008:180)
Ketiga, tokoh sosiolog Persell dan Macionis lebih menekankan perubahan
sosial sebagai transformasi dalam pengorganisasian masyarakat. Misalnya, bila
pada masyarakat tradisional pemimpin dipilih berdasarkan azas kekeluargaan
dan kepercayaan, maka kini berubah bahwa seorang pemimpin dipilih
berdasarkan pada kemampuan, profesionalisme, rasionalitas, consensus, dan
aturan yudisial yang jelas (Sztompka, dalam Yusron, 2008:183)
9
Keempat, Perubahan sosial menurut Gillin dan Gillin merupakan suatu
variasi dari cara-cara hidup yang diterima, baik karena perubahan-perubahan
kondisi geografis, kebudayaan material, komposisi penduduk, ideologi maupun
kerena adanya difusi ataupun penemuan-penemuan baru dalam masyarakat.
Secara singkat Samuel Koenig mengatakan bahwaperubahan sosial menunjuk
pada modifikasi-modifikasi yang terjadi dalam pola kehidupan manusia.
Modifikasi-modifikasi mana terjadi karena sebab-sebab intern maupun sebabsebab ekstern (Samuel Koenig, 1957:279, dalam Ismail, 2011).
Kelima, Kingsley
Davis mengartikan perubahan sosial sebagai
perubahan-perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat.
MacIver membedakan antara utilitarian elements dengan culture elements
yang didasarkan pada kepentingan-kepentingan manusia yang primer dan
sekunder. Semua kegiatan dan ciptaan manusia dapat diklasifikasikan ke dalam
kedua kategori tersebut. Artinya, semua mekanisme dan organisasi yang dibuat
manusia dalam upaya menguasia kondisi kehidupannya, termasuk di dalamnya
sistem-sistem organisasi sosial, teknik dan alat-alat material (Soerjono
Soekanto, 1990:301).
Terlepas dari sulitnya membedakan secara tegas antara perubahan sosial
dan perubahan bebudayaan, perubahan sosial mempunyai cakupan yang sangat
luas dan kompleks, meliputi proses dan elemen-elemen yang berubah, yaitu (1)
objek (objects), (2) ide-ide (ideals), (3) nilai-nilai (values), (4) kepercayaankepercayaan (beliefs), (5) norma-norma (norms), dan (6) model-model interaksi
(Candace Clark dalam Mundzier Suparta, 2009:29).
10
a.
Faktor-faktor Perubahan Sosial
Secara umum, ada dua faktor yang dapat menyebabkan terjadinya
perubahan sosial, yaitu faktor dari dalam (Internal) dan faktor dari luar
(Eksternal). Faktor internal berusaha menjelaskan perubahan dalam
masyarakat dengan mencari sumber-sumber perubahan dalam masyarakat
itu sendiri. Aliran-aliran evolusioner dan struktural fungsional merupakan
aliran-aliran yang menggunakan faktor ini. Sebaliknya faktor eksternal
berusaha menjelaskan asal-usul perunahan sosial yang terjadi dalam
masyarakat dengan mencari faktor-faktor dari luar. Dalam penelitian ini,
akan
melihat
sumber-sumber
perubahan
dengan
tidak
hanya
memperhatikan faktor-faktor dari dalam, tetapi juga faktor-faktor
perubahan yang dari luar. Dua faktor ini sebenarnya tidak pernah
diabaikan oleh para ahli sosiologi dan antropologi mengingat pentingnya
pendekatan sejarah dan kontak kebudayaan sebagai sumber perubahan
sosial (Robert H. Lauer,1993:117)
Faktor-faktor perubahan yang bersumber dari dalam (Internal) antara
lain: (1) bertambah dan berkurangnya penduduk, (2) penemuan-penemuan
baru atau inovasi (inovation), (3) konflik, dan (4) revolusi. Sedangkan
faktor-faktor yang bersumber dari luar (Eksternal) antara lain: (1)
perubahan alam fisik yang ada di sekitarnya, (2) terjadinya peperangan,
dan (3) pengaruh kebudayaan lain, baik berupa kemajuan ilmu
pengetahuan teknologi, maupun modernisasi. Faktor dari dalam dan luar
ini seringkali saling melengkapi dan menunjang (kesesuaian) (Peter Burke,
dalam Mundzier, 2009).
11
Akan tetapi tidak semaua faktor di atas bekerja dalam suatu
perubahan sosial. Dalam konteks perubahan pada pondok pesantren,
misalanya, ditemukan beberapa faktor saja yang bekerja, yaitu bertambah
dan berkurangnya penduduk, inovasi, pengaruh kebudayaan lain dan
sistem pendidikan formal yang maju (Mundzier,2009).
Beriku adalah skema faktor perubahan sosial:
Bagan 1.1: Skema Faktor Perubahan Sosial.
Faktor Internal
Faktor
Sosial
Manfes
Indiviual
Perubahan
Faktor Eksternal
b.
Laten
Kolektif
Discovery,
Invention, Inovation,
dalam Sistem
Pendidikan Pondok
Pesantren
Proes Perubahan Sosial
Proses perubahan sosial dapat dikategorikan menjadi 3 (tiga), yaitu
inovasi (inovation) atau penemuan baru, difusi (diffusion), dan akibat
(consequences). Inovasi merupakan suatu proses bagaimana gagasan baru
diciptakan atau dikembangkan, difusi merupakan proses di mana gagasan
baru tersebut disebarluaskan dalam sistem sosial tersebut, dan akibat
merupakan hasil diterimanya (adopsi) gagasan baru dalam sistem sosial
atau ditolaknya (rejection) gagasan baru (Wahyu, 2005:2-3)
Inovasi merupakan proses sosial dan kebudayaan yang meliputi suatu
penemuan baru, jalannya unsur kebudayaan yang meliputi suatu penemuan
baru, jalanya unsur kebudayaan baru yang tersebar ke masyarakat, dan
12
cara unsur kebudayaan baru diterima, dipelajari, dan akhirnya dipraktikan
dalam kehidupan masyarakat. Inovasi dapat dibedakan dari discovery dan
invention. Discovery adalah penemuan unsur kebudayaan yang baru, baik
berupa alat maupun gagasan yang diciptakan oleh individu maupun
kelompok. Discovery menjadi invention ketika masyarakat sudah
menerima dan menerapkan penemuan baru itu ( Koentjaraningrat, 1964).
Difusi adalah penyebaran unsur-unsur budaya dari individu ke
individu lain dan dari suatu kelompok ke kelompok lainnya. Difusi
berlangsung, baik di dalam masayarakat maupun antar masyarakat. Difusi
dapat dikatakan berhasil jika penemuan baru yang telah diterima oleh
masyarakat dapat diteruskan dan disebarkan pada masyarakat luas sampai
mereka dapat menikmati kegunaanya. Proses tersebut merupakan
pendorong pertumbuhan suatu kebudayaan dan memperkaya kebudayaankebudayaan masyarakat secara luas (Ralph Linton, dalam Mundzier,
2009:40).
Proses difusi kadangkala berlangsung sebelum inovasi dan
kadangkala bersamaan waktunya. Dalam inovasi, sang penemu (inovator)
mengkomunikasikan penemuan barunya kepada para warga masyarakat.
Selanjutnya, para inovator dapat mengintegrasikan inovasi dengan unsurunsur atau bagian-bagian lain dari kebudayaan. Pada tahan ini, akan terjadi
pro dan kontra dalam proses perubahan karena adanya pengintegrasian
penemuan baru dengan budaya lama. Pro dan kontra dapat diatasi melalui
koreksi dengan cara modifikasi pola-pola tradisional atau pola-pola yang
baru diterima, atau modifikasi kedua-duanya. Pengintegrasian kembali
subuah kebudayaan dapat dicapai melalui tahap-tahap interpretasi kembali,
13
seleksi, dan penjabaran unsur-unsur kebudayaan tersebut (Mundzier,
2009:41)
Setelah selesai tahap mengintegrasian, berikut adalah tahap terminal
atau tahap berhenti sementara dari keseluruhan hasil akhir perubahan yang
sedang terjadi. Hal ini dapat terwujud sebagai ekuilibrium, kemantapan
yang menyeluruh dan konsistensi dalam kebudayaan. Begitu juga terdapat
suatu perasaan sejahtera dan aman serta menyenangkan, perasaan
berkedudukan atau berkepribadian tinggi, dan mempunyai rasa harga diri
atau keyakinan pada diri sendri yang besar pada warga masyarakat yang
bersangkutan. Dalam keadaan disorganisasi, ruang lingkupnya biasany
amat kecil, atau bisa juga amat besar yang berwujud sebagai disintegrasi
menyeluruh pada kebudayaan tersebut. Suatu keadaan disorganisasi yang
serius pada sebuah masyarakat dapat terjadi karena adanya konflik,
perang, atau penaklukan, bisa juga karena adanya kontak hubungan di
antara dua kebudayaan yang berbeda (Mundzier, 2009:41).
Selanjutnya konsekuensi adalah akibat dari suatu perubahan sosial.
Hampir semua perubahan mengandung resiko. Perubahan sering tidak saja
hanya membawa efek positif, tetapi tidak sedikit menggoyahkan budaya
yang berlaku dan merusak nilai-nilai dan kebiasaan yang dihormati.
Orang-orang miskin biasanya sangat enggan menghadapi perubahan, sebab
antara lain mereka tidak mampu menanggung resiko apa pun. Sedangkan
segi positif perubahan paling tidak dapat meningkatkan kualitas manusia.
Secara teoritis manusia mempunyai kebutuhan. Misalnya kebutuhan
moral, ekonomi, prestasi, mendapatkan pengakuan, dan sebagainya.
Semua kebutuhan hanya akan dicapai melalui dan ditentukan oleh
14
ingkungan sosial yang lebih maju atau baik. Sebagai contoh, industri di
pedesaan , telah membawa teknologi modern ke pedesaan sehingga banyak
mengubah wajah pedesaan. Oleh karena itu dengan masuknya industri ke
pedesaan memungkinkan terjadinya berbagai perubahan yang diperlukan
oleh manusia. Misalnya, semula pekerjaan mereka satu-satunya di bidang
pertanian. Setelah adanya industri, penduduk di pedesaan bisa bekerja di
luar sektor pertanian, seperti menjadi buruh, pedagang, penjual jasa, atau
lainya (Mundzier, 2009:43).
Segi
negatif
perubahan
sosial,
selain
dapat
menimbulkan
ketegangan-ketegangan sosial sekaligus juga bisa menjadi masalah sosial.
Beberapa
contoh
pengaruh
negatif
proyek
pembangunan
antara
pengangguran, aksi-aksi protes, kriminalitas, imitasi gaya hidup, dan lainlain. Contoh lain, dengan adanya proyek pembangunan di pedesaan,
beberapa petani bisa-bisa malah kehilangan tanah pertaniannya karena
uang hasil penjualan tanah yang terkena proyek pembangunan tidak
dibelikan tanah lagi, tetapi dibelikan keperluan yang tidak produktif
(Mundzier, 2009:41).
2.
Sistem Pendidikan Pesantren
Di dalam Undang Undang Republik Indonesia. Nomor 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 11 dan 3 disebutkan bahwa:
“Pendidikan di Indonesia diselenggarakan melalui dua jalur yaitu jalur
pendidikan sekolah (formal) dan jalur pendidikan luar sekolah (non-formal).
Pendidikan yang diselenggarakan di jalur pendidikan sekolah (formal) adalah
pendidikan yang diselenggarakan di sekolah melalui kegiatan belajar mengajar
15
yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang, sedangkan
pendidikan yang diselenggarakan di luar sekolah (non-formal) adalah
pendidikan yang diselenggarakan di luar melalui kegiatan belajar mengajar yang
dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang (http://www.unpad.ac.id/wpconten/uploads/2012/10/UU20-2003-Sisdiknas.pdf/ Diunduh pada 6 November 2014).
Dalam sistem pendidikan pesantren terdiri dari berbagai unsur-unsur
pesantren, menurut Mastuhu (1989) dapat dikelompokan sebagai berikut:
a. Aktor atau pelaku, Kiyai, Ustadz, Santri, dan Pengurus.
b. Sarana perangkat keras: Masjid, Rumah Kiyai, Pondok atau Asrama
Santri, Gedung Sekolah atau Madrasah, Tanah untuk: olah raga,
pertanian, perternakan, makam dan sebagainya.
c. Sarana perangkat lunak: tujuan, kurikulum, kitab, penilaian, tata tertib,
perpustakaan, pusat dokumentasi, dan penerangan, cara mengajar
(sorogan,
bandongan,
dan
halaqah),
keterampilan,
pusat
pengembangan masyarakat, dan alat-alat pendidikan lainnya.
Unsur-unsur pesantren berbeda antara satu pesantren dengan pesantren
lainnya, hal ini dapat dilihat dari besar kecilnya pesantren bersangkutan. Untuk
pesantren kecil unsur-unsurnya cukup dengan kiyai, santri, asrama atau pondok,
kitab-kitab keagamaan, dan metode pengajaran, akan tetapi untuk pesantren
besar perlu ditambah dengan unsur-unsur lain, seperti: Ustadz sebagai pembantu
kiyai dalam pengajaran, gedung sekolah atau madrasah, pengurus, tata tertib dan
lain sebagainya sesuai dengan kebutuhan (Mastuhu, 1989:55-56).
Pendidikan pesantren memiliki dua sistem pengajaran, yaitu sistem
sorogan yang sering disebut sistem individual, dan sistem bandongan atau
16
wetonan yang sering disebut kolektif. Dengan cara sistem sorogan tersebut,
setiap murid mendapat kesempatan untuk belajar secara langsung dari kiyai atau
pembantu kiyai. Sistem ini biasanya diberikan dalam pengajian kepada muridmurid yang telah menguasai pembacaan al-Qur‟an dan kenyataan merupakan
bagian yang penting sulit sebab sistem ini menuntut kesabaran, kerajinan,
ketaatan dan disiplin pribadi dari murid. Murid seharusnya sudah paham tingkat
sorogan ini sebelum dapat mengikuti pendidikan selanjutnya dipesantren
(Dhofier, 1985:28).
Metode utama sistem pengajaran di lingkungan pesantren ialah sistem
bandongan atau wetonan. Dalam sistem ini, sekelompok murid mendengarkan
seorang guru yang membaca, menerjemahkan, dan menerangkan buku-buku
Islam dalam bahasa Arab. Kelompok kelas dari sistem bandongan ini disebut
“Halaqah” yang artinya sekelompok siswa yang belajar di bawah bimbingan
seorang guru (Dhofier, 1985:28).
Pada umumnya kurikulum pengajaran di pesantren salafiyah tergantung
sepenuhnya kepada para kiyai pengasuh pondoknya. Santrinya ada yang
menetap didalam pondok (santri mukim), santri yang tidak menetap di dalam
pondok (santri kalong). Sedangkan sisitem madrasah (schooling) diterapkan
hanya untuk memudahkan sistem sorogan yang dipakai dalam lembaga-lembaga
pengajian bentuk lama, tanpa mengenalkan pengajaran umum (Dhofier dalam E.
Shobirin Najd, 1985:117). Sebagai contoh dari pesantren salafiyah antara lain
yaitu Pesantren Maslahul Huda di Pati, Pesantren An-Nur di Sewon Bantul, dan
Pesantren Mukhtajul Mukhtaj di Mojo tengah Wonosobo dan Pesantren AsSyafi‟iyah Jakarta.
17
Sistem pendidikan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sistem
pendidikan salafiyah di pesantren Az-Ziyadah yakni mencakup beberapa unsur
sistem pendidikan pesantren yaitu: penghuni atau aktor pondok pesantren
(Kiyai, Ustad, Pengurus dan Santri), kurikulum, kitab yang diajarkan, metode
pengajaran, dan sarana prasarana (Gedung Asrama, Sekolah/Madrasah)
di
pesantren Az-Ziyadah.
3.
Pengertian Modernisasi
Kata modernisasi berasal dari dua kata suku kata yaitu modern yang
berarti mutakhir dan sasi yang artinya proses. Jadi modernisasi adalah proses
pemutakhiran (Dr. Gumilar, 2004:9.3).
Modernisasi dalam kamus Sosiologi (Nicholas, Stephan, Turner, 2010),
meliputi peningkatan keaksaraan, urbanisai dan penurunan tradisional.
Perubahan ini dilihat dari segi peningkatan diferensiasi sosial dan struktural.
Sedangkan menurut Giddens mendefinisikan modernisasi berdasarkan
empat institusi dasar. Pertama adalah kapitalisme, yang biasanya dicirikan oleh
produksi komoditas, kepemilikan modal pribadi, buruh upahan yang tidak
memiliki hak milik, dan sistem kelas yang berasal dari karakteristikkarakteristik ini. Kedua adalah industrialisme, yang terdiri dari penggunaan
sumber kekuasaan tak bernyawa dan mesin untuk memproduksi barang.
Industrialisme tidak terbatas pada tempat kerja, dan ia mempengaruhi settingsetting lain, seperti “transportasi, komunikasi, dan kehidupan rumah tangga”.
Ketiga kapasitas pengawasan yang sangat bergantung pada sesuatu yang baru.
Pengawasan merujuk pada surversi aktivitas penduduk di ranah politik.
Sedangkan karakteristik. Keempat adalah dimensi institusional modernitas,
18
yaitu kekuatan militer, atau kontrol atas sarana kekerasan, termasuk
industrialisasi perang (George Ritzer, 2009:607-608).
Menurut Harun Nasution (1996:11), dalam bahasa Indonesia selalu dipakai
kata modern, modernisasi atau modernisme, seperti yang terdapat dalam “aliranaliran modern dalam Islam” yakni Islam dan modernisasi” modernisme dalam
masyarakat barat mengandung arti pikiran, aliran, gerakan dan usaha untuk
merubah faham-faham, adat-istiadat, institusi-institusi lama, dan sebagainya
untuk disesuaikan dengan suasana baru yang ditimbulkan oleh pengetahuan dan
teknologi modern.
Soerjono Soekanto (1990) mengemukakan bahwa sebuah modernisasi
memiliki syarat-syarat tertentu, yaitu sebagai berikut :
a. Cara berpikir yang ilmiah yang berlembaga dalam kelas penguasa
ataupun masyarakat.
b. Sistem administrasi negara yang baik, yang benar-benar mewujudkan
birokrasi.
c. Adanya sistem pengumpulan data yang baik dan teratur yang terpusat
pada suatu lembaga atau badan tertentu.
d. Penciptaan iklim yang menyenangkan dan masyarakat terhadap
modernisasi dengan cara penggunaan alat-alat komunikasi massa.
e. Tingkat organisasi yang tinggi yang di satu pihak berarti disiplin,
sedangkan di lain pihak berarti pengurangan kemerdekaan.
f. Sentralisasi wewenang dalam pelaksanaan perencanaan sosial.
19
Apabila
dibedakan menurut asal faktornya, maka faktor-faktor yang
mempengaruhi modernisasi pesantren
dapat dibedakan antara faktor-faktor
internal dan eksternal.
a. Faktor-faktor
internal,
merupakan faktor-faktor perubahan yang
berasal dari dalam masyarakat pesantren, misalnya :
1) Bertambah dan berkurangnya penduduk (perubahan di pesantren
dilihat dari bertambah dan berkurangnya peserta didik atau santri)
2) Penemuan-penemuan baru, yang meliputi (a) discovery, atau
penemuan
ide/alat/hal baru yang belum pernah ditemukan
sebelumnya (b) invention, penyempurnaan penemuan penemuan
pada discovery oleh individu atau serangkaian individu, dan (c)
inovation, yaitu diterapkannya ide-ide baru atau alat-alat baru
menggantikan atau melengkapi ide-ide atau alat-alat yang telah
ada.
b. Faktor-faktor eksternal,
atau faktor-faktor yang berasal dari luar
pesantren, dapat berupa:
1) Pengaruh kebudayaan masyarakat lain.
2) Pendidikan Formal yang Maju.
4.
Kerangka Berfikir
Setiap penelitian tentu diperlukan adanya kerangka berfikir sebagai
pijakan atau sebagai pedoman dalam menentukan arah dari penelitian, hal ini
diperlukan agar penelitian tetap terfokus pada kajian yang akan diteliti. Alur
kerangka berfikir pada penelitian ini akan digambarkan dengan skema 1.2
sebagai berikut:
20
Bagan 1.2: Skema Kerangka Berfikir
Sistem PendidikanPondok
Pesantren Az-Ziyadah
Respon Pondok Pesantren
Az-Ziyadah dalam
Menanggapi Modernisasi
Teori Perubahan Sosial
Faktor Eksternal
Faktor Internal
Bertambah
dan
berkurangnya penduduk
Penemuan-penemuan baru
(Inovasi)
Pengaruh
kebudayaan
masyarakat lain
Sistem
pendidikan
formal yang maju
Dampak Modernisasi Terhadap
Sistem Pendidika Pesantren AzZiyadah
Perubahan Sistem Pendidikan
Pesantren Salafiyah Az-Ziyadah
21
F.
Metode Penelitian
1.
Jenis Penelitian
Jenis penelitian dalam skripsi ini adalah dengan menggunakan pendekatan
kualitatif, yaitu studi kasus. Pengumpulan data dilakukan dengan cara field
research yaitu kegiatan penelitian dilakukan di lapangan. Bodgan dan taylor
(dalam, Winarno Surakhmad, 1985:132) mengemukakan bahwa metode
kualitatif sebagai prosedur penelitian menghasilkan data deskriptif yang berupa
kata-kata tertulis ataupun lisan dan perilaku yang diamati.
Dalam penelitian skripsi ini dilakukan pada Pondok Pesantren Salafiyah
az-Ziyadah kel. Klender, Kec. Duren Sawit, Jakarta Timur dan dari penelitian
tersebut nantinya akan diperoleh data deskriptif baik yang berupa dokumen
ataupun penjelasan secara lisan mengenai sistem pendidikan pesantren salafiyah
di tengah modernisasi. Data tersebut penulis peroleh dari pengurus pesantren,
para ustadz (Pengajar), dan santri (Siswa) serta kumpulan data yang berbentuk
dokumen.
2.
Sumber Data
Karena penelitian ini adalah jenis penelitian field research (penelitian
lapangan) maka dalam pengumpulan data, penulis membagi sumber data
menjadi dua bagian:
a. Sumber data primer mencakup segala elemen yang menyangkut
pondok pesantren az-Ziyadah Jakarta Timur seperti; kiyai sebagai
pemimpin pondok pesantren, pengurus pondok pesantren, ustadz
22
(pengajar) dan santri yang keberadaan terkait dengan Pondok
Pesantren Az-Ziyadah Duren Sawit Jakarta Timur.
b. Sumber data sekunder mencakup referensi maupun penelitian yang
berhubungan dengan pondok pesantren dan modernisasi baik berupa
kritik maupun komentar, selain itu juga mencakup referensi lain yang
berkaitan dengan sistem pendidikan pondok pesantren Az-Ziyadah
Jakarta Timur.
3.
Teknik Pengumpulan Data
Data-data yang diambil dari penelitian ini dikumpulkan dengan teknik
sebagai berikut:
Pengamatan (observation) kemampuan dari peneliti bagaimana melihat
subjek penelitian, dalam pengamatan peneliti mendapatkan subjek dari yang
diamati (Moleong, 2010:175).
Tehnik yang penulis gunakan dalam pengumpulan data agar memperoleh
hasil yang valid adalah :
a.
Observasi
Yaitu tata cara menghimpun data atau keterangan yang dilakukan
dengan pengamatan atau pencatatan sistematis terhadap gejala-gejala yang
dijadikan pengamatan (Anas Sudjono, 1986:36). Beberapa informasi yang
diperoleh dari hasil observasi adalah ruang (tempat), kegiatan, objek,
kejadian (peristiwa), waktu dan perasaan. Alasan peneliti melakukan
observasi adalah untuk menyajikan gambaran keadaan pondok pesantren
az-Ziyadah Jakarta Timur.
23
b.
Wawancara
Selain menggunakan observasi, penulis melakukan wawancara.
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang mencakup cara
yang digunakan seseorang untuk tujuan suatu tugas tertentu mencoba
mendapatkan keterangan lisan dari seorang informan dengan percakapan
berhadapan muka (Koenjtaraningrat,1989:32).
Dalam peneilitan skripsi ini penulis melakukan wawancara langsung
secara mendalam terhadap penghuni pondok pesantren Az-Ziyadah dengan
informan 10 orang, yakni:
1)
Pemimpin pondok pesantren Az-Ziyadah KH. Marzuki, S.Ag,
untuk memperoleh data mengenai
sejarah dan sistem
pendidikan pondok pesantren salafiyah Az-Ziyadah.
2)
Pengurus pondok pesantren Az-Ziyadah yaitu Ustadz Syakir
S.Ag sebagai pengasuhan santri, Ustdzah Eva Hendrawati,
S.Pd.I sebagai Kepala Sekolah Madrasah Tsanawiyah dan
Ustadz Abdul Wadud sebagai Tata Usaha (TU), untuk
mendapatkan gambaran tentang pendapat dan responnya terkait
dengan masalah sistem pendidikan pesantren salafiayah AzZiyadah di tengah modernisasi.
3)
Pengajar/guru pondok pesantren Az-Ziyadah yaitu Ustadzah
Dewi Safitri S.Pd.I sebagai guru Bahasa Inggris, Ustadz Ibnu
Hajar sebagai guru Bahasa Arab dan Ustadzah Dra. Hj. Dahlia
sebagai guru Bahasa Indonesia, untuk mendapatkan gambaran
24
tentang pendapat mereka mengenai sistem pendidikan salafiyah
Az-Ziyadah di tengah modernisasi.
4)
Santri/siswa pondok pesantren Az-Ziyadah antara yaitu Rizalul
Hadi, Nurotul Aini dan Yulia Rahma yang merupakan santri
dan santriwati yang menimba ilmu di pondok pesantren AzZiyadah, diharapkan dapat mendapatkan gambaran tentang
pendapat mereka mengenai sistem pendidikan pesantren
salafiyah di tengah modernisasi.
Wawancara ini disusun dalam bentuk pertanyaan terbuka yang dilakukan
dengan cara wawancara secara mendalam agar mendapatkan informasi secara
bebas demi keluasaan dalam penelitian ini. Pertanyaan-pertanyaan dimulai dari
umum, kemudian masuk kepada hal-hal yang berhubungan dengan pokok
bahasan. (Burhan Bungin, 2009:108).
4.
Analisis Data Interpretasi Data
Untuk mengolah dan medeskripsikan agar data lebih bermakna dan mudah
dipahami maka digunakan prosedur analisis data yang dikembangkan oleh
Glasser dan Strauss, (dalam, Moleong, 2010: 288), adapun prosedur analisis
data tersebut adalah sebagai berikut:
Analisis data menurut Patton (1980) adalah proses mengatur urutan data,
mengorganisasikan ke dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar.
Bogdan dan Taylor (1975) mendefinisikan analisis data sebagai proses yang
merinci usaha secara formal untuk menentukan tema dan merumuskan ide
seperti yang disarankan data dan sebagai usaha untuk memberikan bantuan pada
tema dan ide tersebut. Dengan dua pengertian tersebut akhirnya kita dapat
25
simpulkan bahwa proses pengorganisasian dan mengurutkan data ke dalam pola,
kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditentukan tema dan dapat
dirumuskan ide seterti yang disarankan data (Lexy J. Moleong, 2004:105).
Bagan 1.3 menunjukan analisis data yang akan dilakukan peneliti.
Bagan 1.3:
Proses Analisis Data
Sumber Data
Pengumpulan Data
Interpretasi Data
Penyatuan Data
Data
Data
Ditelaah
5.
Dipelajari
Dibaca
Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian yang akan penulis lakukan yakni di Pondok Pesantren
Az-Ziyadah, yang beralamatkan di Jln. Madrasah Tanah 80, Kelurahan Klender,
Kecamatan Duren Sawit, Jakarta Timur. Alasan penulis memilih penelitian ini
diselenggarakan di Pondok Pesantren Az-Ziyadah adalah karena pondok
pesantren tersebut merupakan salah satu pondok pesantren salafiyah yang
berlokasi di daerah Ibu kota Jakarta yang masih kental dengan nuansa pondok
kesalafiyahannya meski di tengah arus modernisasi.
26
G.
Sistematika Penulisan
Dalam penelitian ini akan disajikan dalam empat bab, masing-masing bab akan
memaparkan informasi sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan: Pernyataan masalah,
pertanyaan penelitian, tinjauan
pustaka, tujuan dan manfaat penelitian, kaj