Implementasi Manajemen Keuangan Pendidikan di Pondok Pesantren Nurul Hijrah Jakarta Timur

(1)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh

Wahidin

NIM 1112018200053

JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2016 M/1438 H


(2)

(3)

(4)

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

Skripsi berjudul Implementasi Manajemen Keuangan Pendidikan di Pondok Pesantren Nurul Hijrah Jakarta Timur disusun oleh Wahidin NIM 1112018200053. Jurusan Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqasah sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh fakultas.

Jakarta, 25 November 2016

Yang mengesahkan

Dosen Pembimbing Skripsi I Dosen Pembimbing Skripsi II

Dr.Sita Ratnaningsih,M.Pd Tri Harjawati,M.Si NIP.- NIDN. 2014118001


(5)

Seluruh referensi yang digunakan dalam penulisan skrips berjudul Implementasi Manajemen Keuangan Pendidikan di Pondok Pesantren Nurul Hijrah Jakarta Timur disusun oleh Wahidin NIM 1112018200053. Jurusan Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Telah diuji kebenarannya oleh dosen pembimbing skripsi pada tanggal 25 November 2016

Jakarta, 25 November 2016

Disetujui oleh,

Dosen Pembimbing Skripsi I Dosen Pembimbing Skripsi II

Dr.Sita Ratnaningsih,M.Pd Tri Harjawati,M.Si NIP. - NIDN. 2014118001


(6)

i ABSTRAK

Wahidin (NIM 1112018200053). Implementasi Manajemen Keuangan Pendidikan di Pondok Pesantren Nurul Hijrah Jakarta Timur, Jurusan Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Tujuan penelitian ini adalah : (1) untuk mengetahui Implementasi Manajemen Keuangan Pendidikan di Pondok Pesantren Nurul Hijrah, (2) untuk mengetahui hambatan-hambatan dalam manajemen keuangan, (3) untuk mengetahui cara mengatasi kendala-kendala dalam manajemen keuangan pondok pesantren.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif deskriptif dimana pengumpulan data menggunakan teknik wawancara, observasi dan studi document.Dalam penelitian ini, penulis mewawancarai beberapa narasumber diantaranya: Pimpinan Pondok Pesantren, Bendahara, dan Kepala Sekolah di Pondok Pesantren Nurul Hijrah Jakarta Timur.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Implementasi Manajemen Keuangan pendidikan di Pondok Pesantren Nurul Hijrah belum berjalan dengan baik, yaitu belum adanya Petunjuk teknis dalam penyusunan RAPBP, Pelaksanaan keuangan yang belum sesuai dengan aturan dan petunjuk teknis penggunaan dan pelaksanaan dengan realisasinya.. Fakta ini menunjukkan bahwa Pondok Pesantren belum sepenuhnya melakukan proses pengelolaan keuangan sesuai dengan aturan pemerintah atau petunjuk teknis dalam pengelolaanya. Kurangnya tenaga professional terkait pengelolaan keuangan pondok pesantren, sistem keuangan pondok pesantren dan madrasah yang masih digabung antara pondok, Madrasah Aliyah dan Tsanawiyah menjadi hambatan-hambatan pada sistem akuntansi pondok pesantren.


(7)

ii

Education in Boarding School Nurul Hijrah East Jakarta. Education Management Department, Department of Management of Education, Faculty of Science and Teaching State Islamic University Syarif Hidayatullah, Jakarta.

The purpose of this study is: (1) to know the Implementation of Financial Management Education in Islamic Boarding School Nurul Hijrah, (2) to identify any obstacles in financial management, (3) to know how to overcome the obstacles to the financial management of the boarding school.

The method used in this research is descriptive qualitative research method, data collection using the techniques of interview, observation and document study. In this study, the authors interviewed several speakers including: Head of Boarding Schools, Treasurer and Principal

The results showed that the implementation of Financial Management education in Islamic Boarding School Nurul Hijrah has not gone well, namely the lack of technical instructions for preparing RAPBP, Financial performance that has not been in accordance with the rules and technical instructions of use and implementation with the realization. This fact shows that the boarding school has not fully carry out the process of financial management in accordance with government regulations or technical guidelines in its management. The lack of professionals related to the financial management of the boarding school, financial system Islamic school that was merged between the lodge, Senior high school and junior high school become obstacles to the accounting system of the boarding school

Keywords: Implementation of Financial Management Education, Islamic Boarding School


(8)

iii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillaahirobbil’aalamiin,

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat, hidayah dan karunia-Nya sehingga penulis diberi kesempatan dan kemudahan untuk menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada junjungan kita yakni Nabi besar kita Muhammad SAW, beserta keluarga dan sahabatnya.

Skripsi yang berjudul “Implementasi Manajemen Keuangan Pendidikan di

Pondok Pesantren Nurul Hijrah Jakarta Timur” disusun sebagai persyaratan

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada jurusan Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bantuan, arahan dan bimbingan dari berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Hasyim Asy’ari, M.Pd, Ketua Jurusan Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingannya kepada penulis.

3. Dr. Sita Ratnaningsih, M.Pd, Dosen Pembimbing I skripsi yang dengan penuh kesabaran dan ketulusan hati telah membimbing saya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

4. Tri Harjawati, M.Si, Dosen Pembimbing II skripsi yang dengan penuh kesabaran dan ketulusan hati telah membimbing saya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.


(9)

iv

6. Dra. Nurhayati., Kepala MA Nurul Nurul Hijrah yang telah menerima saya untuk melaksanakan penelitian dan juga atas bimbingan serta arahannya selama penelitian ini berlangsung.

7. Ahmad Sodiqun, S.Pdi, Kepala MTs Nurul Hijrah yang telah menerima saya untuk melaksanakan penelitian dan juga atas bimbingan serta arahannya selama penelitian ini berlangsung.

8. Orang tua tercinta yang senantiasa memberikan segala bentuk dukungan baik moril maupun materiil, serta doa yang selalu dipanjatkan demi kesuksesan dan tercapainya cita-cita penulis.

9. Teman seperjuangan Manajemen Pendidikan angkatan 2012 yang telah memberikan bantuan dan motivasi kepada penulis.

10.Keluarga besar Semut Ranger yang senantiasa memberikan semangat dan hiburan disaat mengerjakan skripsi

11.Pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan di sini yang telah memberikan bantuan dan dukungan sehingga skripsi ini dapatdiselesaikan dengan baik, semoga Allah membalas semua kebaikan kalian.

Akhir kata, besar harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Penulis menyadari betul bahwa skripsi ini masih banyak kekurangannya, untuk itu kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan.

Jakarta, 25 November 2016


(10)

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 8

C. Pembatasan Masalah... ... 8

D. Perumusan Masalah ... 9

E. Tujuan Penelitian ... 9

F. Manfaat Penelitian ... 10

BAB II KAJIAN TEORI A. Hakikat Manajemen ... 12

1. Pengertian Manajemen ... 12

2. Fungsi Manajemen ... 15

B. Konsep Manajemen Keuangan Sekolah ... 17

1. Pengertian Manajemen Keuangan ... 17

2. Pengertian Manajemen Keuangan Sekolah ... 18


(11)

vi

C. Manajemen Pondok Pesantren ... 25

1. Pengertian Pondok Pesantren ... 25

2. Prinsip-prinsip Pengelolaan Keuangan ... 26

3. Realisasi Manajemen Keuangan di Pesantren ... 26

4. RAPBPP ... 27

5. Langkah-langkah penyusunan RAPBP ... 29

6. Pendapatan Pondok Pesantren ... 30

7. Pengeluaran Pondok Pesantren ... 30

8. Pertanggungjawaban Keuangan Pondok Pesantren ... 31

D. Manajemen Keuangan Madrasah ... 34

1. Penyusunan RAPBM... 35

2. Pengembangan RAPBM ... 36

E. Hasil Penelitian yang relevan... 39

F. Kerangka Berfikir ... 43

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 47

B. Metode Penelitian... 48

C. Sumber Data ... 49

D. Teknik Pengumpulan Data ... 51

E. Teknik Analisis Data ... 56

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Pondok Pesantren Nurul Hijrah ... 58


(12)

vii

2. Profil Sekolah ... 59

3. Visi dan Misi Pondok Pesantren ... 60

4. Struktur Organisasi Pondok ... ... 61

5. Data Pendidik dan Tenaga Kependidikan ... 61

B. Deskripsi Hasil Penelitian 1. Keuangan Pondok Secara Umum... 62

2. Realisasi RAPBP 2015-2016 ... 69

3. Hasil Observasi ... 72

4. Analisis Penelitian ... 75

C. Pembahasan... ... 75

1. Perencanaan Keuangan Pondok Pesantren ... 75

2. Pelaksanaan Keuangan Pondok Pesantren ... 78

3. Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan ... 80

4. Aspek-Aspek Perencanaan Usaha Unit Produksi ... 62

D. Temuan Hasil Penelitian ... 82

E. Keterbatasan Penelitian ... 88

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 89

B. Saran ... 90

DAFTAR PUSTAKA ... 91


(13)

viii

Tabel 3.1 Rencana penyusunan skripsi ... 44

Tabel 3.2 Lembar Observasi ... 45

Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Studi Dokumentasi ... 48

Tabel 4.1 RAPBP Penerimaan Dana 2015-2016 ... 60

Tabel 4.2 RAPBP Pengeluaran Dana 2015-2016 ... 61

Tabel 4.3 Realisasi Rencana dan Penggunaan Dana ... 62

Tabel 4.4 Hasil Observasi ... 69


(14)

ix

DAFTAR GAMBAR

Tabel 2.1 Kerangka Berfikir... 55 Tabel 3.1 Model Analisis ... 46


(15)

x

Lampiran 2: Instrumen Pedoman Observasi Lampiran 3: Instrumen Pedoman Wawancara Lampiran 4: Rekap Hasil Studi Dokumen Lampiran 5: Hasil Observasi

Lampiran 6: Hasil Wawancara

Lampiran 7: Data Tenaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan Lampiran 8: Data Rombongan Belajar

Lampiran 9: RAPBP Pondok Pesantren Nurul Hijrah 2015-2016 Lampiran 10:RKAM Madrasah Aliyah Tahun 2015-2016 Lampiran 11 : RKAM Madrasah Tsanawiyah Tahun 2015-2016

Lampiran 12: Laporan PertanggungJawaban Pondok Pesantren Tahun 2015-2016 Lampiran 13: Foto Pondok Pesantren

Lampiran 14: Surat Bimbingan Skripsi

Lampiran 15: Surat Permohonan Izin Penelitian Lampiran 16: Surat Keterangan Penelitian Lampiran 17: Lembar Uji Referensi Lampiran 18: Biodata Penulis


(16)

(17)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang

Pelaksanaan pendidikan di Indonesia merupakan tanggung jawab seluruh komponen bangsa. Dalam prakteknya masyarakat ikut terlibat pada upaya mencerdaskan bangsa ini, tidak hanya dari segi materi dan moril, namun telah pula ikut serta memberikan sumbangsih yang cukup signifikan dalam penyelenggaraan pendidikan. Dengan munculnya berbagai lembaga pendidikan atau perguruan swasta yang merupakan bentuk dari penyelenggaraan pendidikan masyarakat, termasuk pendidikan dipondok pesantren. Sebagaimana disebutkan dalam Undang-undang No.20 Tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I pasal 1 (16) “ Pendidikan berbasis

masyarakat adalah penyelenggaraan pendidikan berdasarkan kekhasan agama, sosial, budaya, aspirasi, dan potensi masyarakat sebagai perwujudan pendidikan dari, oleh dan untuk masyarakat.

Setiap bangsa di dunia, tidak terkecuali Indonesia, meletakkan pendidikan sebagai upaya strategis untuk meninggkatkan mutu kebudayaan dan peradabannya sebagai dua hal yang saling berkaitan. Pendidikan tanpa orientasi budaya akan menjadi gersang dari nilai-nilai luhur. Sebaliknya kebudayaan tanpa pendukung-pendukungnya yang sadar dan terdidik pada

akhirnya akan memudar sebagai sumber nilai dan akhirnya menjadi “tak terhitungkan” dalam perjalanan sejarah. Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan dan memiliki akar budaya yang kuat di masyarakat.1 Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan yang memberikan layanan dalam kajian agama Islam (tafaqquh fid dien). Dengan begitu pada

1

Subhan, Peranan kyai dalam manajemen pembiyaan pendidikan di Pondok Pesantren


(18)

2

awalnya orientasi dan model penyelenggaraan pendidikan pesantren diarahkan untuk menciptakan ahli ilmu agama Islam (kyai) yang mengemban misi unutk memberi penerangan atau guide tentang ajaran agama Islam kepada masyarakat.

Pada perjalanan berikutnya Pondok Pesantren memberikan respon terhadap tuntutan kebutuhan masyarakat. Dengan begitu, pesantren tidak hanya mengajarkan agama tapi juga umum terbukti banyak pesantren menyelenggarakan pendidikan sekolah disamping pendidikan madrasah. Kita temukan beberapa pesantren yang membuka madrasah (Tsanawiyah dan Aliyah, dan juga membuka sekolah umum (SMP dan SMA) atau bahkan mendirikan perguruan tinggi agama atau umum.2

Pembiayaan pendidikan adalah faktor penting dalam menjamin mutu dan kualitas proses pendidikan. Meskipun pembiayaan bukan satu-satunya faktor keberhasilan, tanpa adanya pembiayaan yang mencukupi, maka pendidikan berkualitas hanya dalam angan-angan. Pemerintah menyadari betul hal ini. Ditetapkan dana pendidikan sebesar 20% dari APBN/APBD adalah terbukti keseriusan pemerintah dalam memajukan mutu pendidikan Indonesia.3

Pembangunan pendidikan merupakan bagian integral dalam pembangunan nasional. Karena pada dasarnya proses pendidikan tak dapat dipisahkan dari proses pembangunan nasional itu sendiri. Pembangunan nasional yang dilaksanakan oleh pemerintah Indonesia diarahkan dan bertujuan untuk mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas dan pembangunan sector ekonomi, serta sector-sektor lainnya yang satu dengan lainnya saling berkaitan dan berlangsung secara bersamaan.4

2

Husni Rahim, Madrasah dalam politik pendidikan di Indonesia (Ciputat :Logos wanaca ilmu,2013), h.190

3

Mulyono, Konsep Pembiayaan Pendidikan, (Jogjakarta: Ar-ruzz Media, 2010), h.5

4

Darwyan Syah, Supardi, Nurdin Ali, Perencanaan Sistem Pengajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Faza Media, 2006), h. 1


(19)

Pendidikan adalah usaha sadar yang dengan sengaja dirancang untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan bertujuan untuk menigkatkan kualitas sumber daya manusia. Salah satu usaha untuk mengingkatkan kualitas sumber daya manusia ialah melalui proses pembelajaran di sekolah.5

Selain sekolah, lembaga pendidikan nasional yang juga memiliki peran penting dalam menyelenggarakan pendidikan adalah pondok pesantren. Pesantren adalah lembaga pendidikan agama Islam dengan system asrama atau pondok, di mana kyai sebagai figure sentralnya, masjid sebagai pusat kegiatan yang menjiwainya, dan pengajaran agama islam di bawah bimbingan kyai yang diikuti santri sebagai kegiatan utamanya.6Sedangkan menurut Nara, Pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan islam tertua di Indonesia. Ia memiliki hubungan fungsional simbiotik dengan ajaran Islam. Yaitu, dari satu sisi keberadaan pesantren diwarnai oleh corak dan dinamika ajaran Islam yang dianut oleh para pendiri dan kiai pesantren yang mengasuhnya; sedangkan pada sisi lain, ia menjadi jembatan utama (main

bridger) bagi proses internalisasi dan transmisi ajaran Islam kepada

masyarakat.7 Dan Menurut M.Arifin, pondok pesantren adalah suatu lembaga pendidikan agama islam yang tumbuh serta diakui masyarakat sekitar dengan sistem asrama.8

Sebagai lembaga pendidikan, pesantren tentu saja memiliki tujuan yang ingin dicapainya. Untuk mengidentifikasi tujuan pendidikan pesantren tersebut diperlukan identifikasi terhadap pesantren itu sendiri. Semakin lengkap elemen suatu pesantren, semakin luas pula tujuan yang ingin dicapai oleh pesantren tersebut, secara umum, elemen yang dipakai untuk mengukur

5

Jasmani, Syaiful Mustofa, Supervisi Pendidikan, ( Jogjakarta; Ar-ruzz media, 2013), h.15

6

Abdullah Syukri Z, Gontor & Pembaharuan Pendidikan Pesantren, Jakarta : PT.RajaGrafindo Persada,2005, Cet. Ke-1,h.4

7

Abuddin Nata, Sejarah Sosial Intelektual Islam dan Institusi Pendidikannya, Jakarta : PT.RajaGrafindo Persada , 2012, Cet. Ke-1,h.307

8

Irhamni, Rahman, Pondok Pesantren Darul Muttaqien Parung Jawab Barat, Skripsi Universitas Indonesia, 2010


(20)

4

kredibilitas suatu pesantren dapat mengacu pada teori yang di kemukakan Mulyono, yaitu terpenuhinya elemen pondok, masjid, pengajaran kitab-kitab Islam klasik, santri, dan kiai.9

Sejalan dengan penyelenggaraan pendidikan formal, memang beberapa pesantren mengalami perkembangan pada aspek manajemen, organisasi, dan administrasi pengelolaan keuangan. Dari beberapa kasus, perkembangan ini dimulai dari perubahan gaya kepemimpinan pesantren; dari kharismatik ke rasionalistik, dari otoriter-paternalistik ke diplomatic-partisipatif, atau dari laissez faire ke demokratik. Sebagai contoh kasus, kedudukan “Dewan Kiai” di Pesantren Teru Ireng menjadi bagian atau salah satu unit kerja kesatuan administrasi pengelolaan penyelenggaraan pesantren, sehingga pusat kekuasaan sedikit terdistribusi di kalangan elit pesantren, sehingga pusat kekuasaan sedikit terdistribusi di kalangan elit pesantren dan tidak terlalu terpusat pada kiai. Pengaruh system pendidikan formal menuntut kejelasan pola hubungan dan pembagian kerja di antara unit-unit kerja.10

Salah satu sumber yang mendukung keberhasilan pondok pesantren dalam melakukan pembangunan adalah keuangan, dikarenakan bidang keuangan merupakan salah satu penunjang dalam pengelolaan pendidikan. Untuk itu diperlukan pengelolaan keuangan yang baik dan transparan, agar kelemahan dan kekurangan pesantren dapat diketahui oleh pihak-pihak lain, termasuk orang tua santri.

Pengelolaan keuangan yang baik ini sebenarnya juga merupakan bagian dari upaya melindungi personil pengelolaan pesantren ( kiai, ustadz/ustadzah, atau pengelola lainnya) terhadap pendangan yang kurang baik dari luar pesantren. Selama ini banyak pesantren yang tidak memisahkan antara harta kekayaan pesantren individu, walaupun disadari bahwa pembiayaan pesantren

9

Muljono Damopolii, Pesantren Modern IMMIM Pencetak Muslim Modern, Jakarta : PT.RajaGrafindo Persada, 2011, Cet.Ke-1,h.80

10

Sulthon Masyhud, Manajemen Pondok Pesantren, Jakarta : Dewi Putaka, 2005, Cet.Ke-5.h.15


(21)

justru lebih banyak bersumber dari kekayaan individu sebab sumber-sumber lain penopang pesantren kurang memadai.11

Manajemen sekolah dapat diartikan sebagai model pengelolaan yang memberikan otonomi (kewenangan dan tanggung jawab yang lebih besar kepada sekolah), memberikan fleksibilitas/keluwesan kepada sekolah, mendorong partisipasi secara langsung dari warga sekolah (guru,siswa,kepala sekolah, karyawan) dan masyarakat (orangtua siswa, tokoh masyarakat, ilmuwan, pengusaha), dan meningkatkan mutu sekolah berdasarkan kebijakan pendidikan nasional serta peraturan perunfangan yang berlaku.10 Namun faktanya masih banyak sekolah yang belum secara efektif menjalankan sistem manajemen keuangan pendidikan sesuai dengan prinsip- prinsip manajemen keuangan, penganggaran, dan perencanaan keuangan sekolah. Hal itu terlihat dari data yang dikeluarkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) per 15 Desember 2011. Dari 497 kabupaten/kota di Indonesia, untuk triwulan II (April-Juni) baru 493 (99,2 persen) kabupaten/kota yang melaporkan sistem keuangan sekolah, sementara untuk triwulan III (Juli- September) baru 439(88,3 persen) kabupaten/kota, dan untuk triwulan IV (Oktober-Desember) hanya108 (21,7 persen) kabupaten/kota yang tuntas menjalankan sistem manajemen keuangan yang sesuai.11

Permasalahan yang terjadi di Pondok Pesantren Nurul Hijrah diantaranya terkait dengan keterbatasan dana yang dimiliki sekolah. Sekolah hanya mengandalkan bantuan dari dana BOS dari pemerintah, beasiswa dari Bank Rakyat Indonesia (BRI), dan juga Sumbangan Pembinaan Pendidikan (SPP) dan tidak ada sumber dana lain selain dana tersebut. Akibatnya sering terlambatnya dana BOS cair, pembanyaran SPP yang berbeda-beda berdasarkan kemampuan siswa, dan juga besar beasiswa yang diberikan tidak sesuai dengan pembayaran SPP santri tiap bulannya, hal ini mengakibatkan

11

Indra Akuntono, Utak-Atik Mekanisme Penyaluran Dana BOS,


(22)

6

pembayaran gaji guru menunggak. Peneliti juga mengambil beberapa sampel terkait dengan keuangan sekolah yaitu dari tingkat Tsanawiyah dan Aliyah, karena pondok pesantren nurul hijrah menggabungankan penggunaan dana SPP dari kedua jenjang tersebut untuk keperluan pondok pesantren.

Sistem manajemen keuangan yang belum terkoordinir dengan rapih, program yang meleset dari perencanaan, serta pengelolaan anggaran yang belum maksimal disebabkan oleh terbatasnya kemampuan dan perhatian pimpinan pondok dalam mengelola dana yang dimiliki.

Bukan hanya permasalahan dana saja terlebih masih banyak guru yang tidak mengajar sesuai dengan bidang keahliannya sehingga tidak optimalnya proses pembelajaran. Ditambah lagi dengan pembayaran gaji guru yang tersendat dikarenakan keterlambatan dana BOS mengakibatkan guru yang mengajar menjadi tidak semangat dan berimbas pada siswa. Siswa merasa malas untuk belajar dikarenakan guru-gurunya tidak bersemangat dalam mengajar. Dengan demikian pencapaian prestasi siswa disekolah akan menurun dan cenderung lemah dalam prestasi.

Masalah selanjutnya adalah sarana dan prasarana sekolah yang kurang memadai dikarenakan luas tanah yang kurang luas hanya sekitar 1000 m2 dan dana yang minim untuk operasional sekolah, sehingga penerimaan siswa yang dapat diterima hanya sedikit saja, setiap jenjang kelas hanya ada satu lokal kelas saja, dengan jumlah 54 siswa untuk tingkat menengah pertama, dan 42 siswa untuk tingkat menengah keatas pada tahun 2016.

Masalah lain juga timbul dari kekurangan tenaga ahli tentang pembendaharaan madrasah/pondok pesantren disekolah ini, di Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Nurul Hijrah memiliki hanya satu orang bendahara tetap, yang mana bendahara tersebut memilik kekurangan tentang pengetahuan pembuatan proposal keuangan untuk diajukan kepada pemerintah, sehingga dana pemasukan untuk operasional sekolah kurang maksimal.

Siswa/ santri pondok pesantren nurul hijrah mayoritas berasal dari keluarga yang perekonomiannya kebawah dan banyak juga mereka yang


(23)

yatim dan piatu, bagi siswa/santri yang yatim/piatu pimpinan pondok pesantren nurul hijrah yaitu KH.Abu Hanifah Thoyyib memberikan keringanan berupa biaya gratis full sampai selesai tamat sekolah dari pondok tersebut, dan bagi mereka yang perekonomiannya kurang diberikan keringanan berupa pemotongan biaya SPP perbulan sesuai kemampuan dari siswa/santri tersebut, hal ini yang menyebabkan biaya SPP dipondok tersebut berbeda-beda.

Penulis tertarik untuk membahas tentang manajemen keuangan pondok pesantren, khususnya pondok pesantren Nurul Hijrah yang terletak di Jl.Penggilingan III, kelurahan Kampung Dukuh, Kecamatan Kramat Jati Jakarta Timur yang mana merupakan pondok pesantren modern, karena system pendidikan tidak hanya menekankan pada keagamaan saja, juga melainkan kepengetahuan umum . Dalam beberapa tahun ini, pondok pesantren Nurul Hijrah telah menerapkan manajemen keuangan yang kurang transparan dan cekatan dalam mengatur kondisi keuangan pondok. Selain itu, pondok pesantren Nurul Hijrah merupakan salah satu pondok pesantren bertahap yang bertahan cukup lama, dan cukup dikenal dikalangan masyarakat, namun dari segi bagunanan sekolah tersebut belum memadai untuk menampung kapasitas banyak santri dikarenakan minim biaya dan lahan untuk memperluas bangunan tersebut, sehingga pondok pesantren tersebut kurang untuk berkembang dikarenakan letaknya yang kurang strategis. Pemasukan pondok pesantren didapat dari berbagai sumber yaitu Bantuan Operasional Sekolah (BOS), Beasiswa Bank Rakyat Indonesia (BRI), dan bayaran iuran Sumbangan Pembinaan Pendidikan (SPP). Selain itu sosok Kyai Sebagai figur pondok pesantren tersebut juga sibuk dengan dakwahnya keluar daerah setiap harinya, sehingga peran pimpinan pondok pesantren belum sepenuhnya berkontribusi langsung dalam pelaksanaan manajemen keuangan.12 Hal ini menarik perhatian penulis, karena bukanlah hal yang mudah untuk mengatur pemasukan dan pengeluaran keuangan yang sedemikian.

12


(24)

8

Berdasarkan pemaparan diatas, penulis tertarik untuk meneliti bagaimana implementasi keuangan pondok pesantren. Dengan judul “Implementasi

Manajemen Keuangan Pendidikan di Pondok Pesantren Nurul Hijrah “

B.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasikan masalah- masalah yang relevan dengan penelitian ini yaitu implementasi pengelolaan manajemen keuangan di Pondok Pesantren Nurul Hijrah Jakarta Timur. Penjabaran dari hal tersebut adalah :

1. Proses manajemen keuangan di Pondok Pesantren Nurul Hijrah yang belum terkoordinir dengan rapi.

2. Kurangnya pengetahuan bendahara pondok tentang pembuatan proposal keuangan dari pemerintah

3. Minimnya sumber pemasukan keuangan pondok pesantren.

4. Adanya keterlambatan penyaluran dana BOS, pembayaran SPP, yang menyebabkan terhambatnya pemberian gaji bagi guru.

5. Masih terdapat guru yang tidak professional dibidangnya.

6. Belum terorganisir dan terkomunikasikan dengan baik perencanaan dan penganggaran keuangan di Pondok Pesantren.

7. Belum terdapat prosedur pelaksanaan dan pertanggungjawaban keuangan di Pondok Pesantren.

8. Belum terbentuk mekanisme pengawasan keuangan di Pondok Pesantren.

9. Pembayaran SPP yang berbeda-beda berdasarkan kemampuan santri.

C.

Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini dapat terarah dan tidak terlalu meluas, maka peneliti membatasi masalah tersebut yaitu Proses manajemen keuangan di


(25)

Pondok Pesantren Nurul Hijrah yang belum terkoordinir dengan rapi serta minimnya pemasukan pondok pesantren.

D.

Perumusan Masalah

Adapun masalah yang akan dibahas dalam peneliti ini adalah :

1. Bagaimana Implementasi manajemen keuangan di Pondok Pesantren Nurul Hijrah ?

2. Apa saja Hambatan-hambatan dalam manajemen keuangan di Pondok Pesantren Nurul Hijrah ?

3. Bagaimana cara mengatasi kendala-kendala manajemen keuangan di pondok pesantren Nurul Hijrah ?

E.

Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka penelitian ini memiliki tujuan untuk mendeskripsikan :

1. Mengetahui implementasi manajemen keuangan di Pondok Pesantren Nurul Hijrah.

2. Mengetahui hambatan-hambatan keuangan di pondok pesantren Nurul Hijrah.

3. Mengetahui cara mengatasi kendala-kendala dalam manajemen keuangan pondok pesantren Nurul Hijrah.

F.

Keguanaan / manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak, antara lain : 1. Secara Teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya

khazanah kepustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Manajemen Pendidikan serta menjadi bahan masukan bagi mahasiswa Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Manajemen Pendidikan untuk penelitian yang terkait atau sebagai contoh untuk penelitian dimasa yang akan datang, khususnya mengenai pelaksanaan manajemen keuangan dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Pondok Pesantren.


(26)

10

2. Secara Praktis, hasil penelitian memberikan masukan 1. Peneliti :

Sebagai bahan masukan dalam menambah informasi pengetahuan mengenai perencanaan dan pengganggaran, pelaksanaan dan pertanggungjawaban, system akuntansi dan pelaporan. Sistem dan prosedur pengawasan keuangan di Pondok Pesantren Nurul Hijrah. 2. Pimpinan Pondok Pesantren :

Agar dapat dijadikan sebagai bahan masukan guna membantu penyusunan kebijakan terkait dengan perencanaan dan penganggaran, pelaksanaan dan pertanggungjawaban, sistem akuntansi dan pelaporan, sistem dan prosedur pengawasan keuangan di Pondok Pesantren Nurul Hijrah.

3. Warga Pondok Pesanten :

Sebagai alat evaluasi dan peningkatan kinerja bidang perencanaan dan penganggaran, pelaksanaan dan pertanggungjawaban, sistem akuntansi dan pelaporan, sistem dan prosedur pengawasan di Pondok Pesantren Nurul Hijrah.

4. Masyarakat :

Sebagai alat pertanggungjawaban dan akuntabilitas pelaksanaan manajemen keuangan yang meliputi perencanaan dan penganggaran, pelaksanaan dan pertanggungjawaban, sistem akuntansi dan pelaporan, sistem dan prosedur pengawasan keuangan di Pondok Pesantren Nurul Hijrah.

5. Bagi penelitian lainnya:

Adanya penelitian ini dapat menambah pengetahuan terkait dengan manajemen keuangan yang meliputi perencanaan dan penganggaran, pelaksanaan dan pertanggungjawaban, sistem akuntansi dan pelaporan, sistem dan prosedur pengawasan keuangan.


(27)

(28)

11

BAB II

KAJIAN TEORITIK DAN KERANGKA BERFIKIR

A.

Hakikat Manajemen

1.Pengertian Manajemen

Manajemen berasal dari Bahasa inggris to manage yang berarti mengatur, mengurus, atau mengelola. Menurut Malayu S.P. Hasibuan, manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia secara efektif, yang didukung oleh sumber-sumber lain dalam organisasi untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam manajemen, terdapat dua system, yaitu organisasi dan system administrasi.

Ramayulis (2008;362) menyatakan bahwa pengertian yang sama dengan hakikat manajemen adalah al-tadbir (pengaturan). Kata ini merupakan derivasi dari kata dabbara (mengatur) yang banyak terdapat dalam Al-Quran seperti firman Allah SWT,:

فْلأ رادْقم اك مْوي يف ْيلإ جرْعي ّث ضْرأْلا ىلإ ءا ّلا م رْمأْلا رّدي

)5:ةدجّلا(

ودعت ا م ة س

Artinya :

“Dia mangatur segala urusan dari langit ke bumi, kemudia (urusan) itu naik kepada-Nya dalam suatu hari yang kadarnya (lamanya) adalah seribu

tahun menurut perhitunganmu.”(As-Sajadah : 5)

Dari ayat diatas diketahui bahwa Allah SWT, merupakan pengatur alam. Akan tetapi, sebagai khalifah di bumi ini, manusia harus mengatur dan mengelola bumi dengan sebaik- baiknya sebagaimana Allah SWT, mengatur alam raya ini.

Manajemen menurut istilah adalah proses mengoordinasikan aktivitas-aktivitas kerja sehingga dapat selesai secara efesien dan efektif dengan


(29)

melaluioranglain. Manajemen dalam arti luas adalah perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan (P3) sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Manajemen dalam arti sempit adalah manajemen sekolah/madrasah yang meliputi: perencanaan program sekolah/madrasah, pelaksanaan program sekolah/madrasah, kepemimpinan kepala sekolah/madrasah, pengawasan evaluasi, dan system informasi sekolah/madrasah.1

Dalam praktiknya, melakukan manajerial dapat menggunakan kemampuan atau keahlian dengan mengikuti suatu alur/prosedur keilmuan secara ilmuah dan ada juga karena berdasarkan pengalaman dengan lebih menonjolkan kekahsan atau gaya manajer dalam mendayagunakan kemampuan orang lain. Dengan demikian terdapat tiga focus untuk mengartikan manajemen yaitu :

a. Manajemen sebagai suatu kemampuan atau keahlian yang selanjutnya menjadi cikal bakal manajemen sebagai suatu profesi. Manajemen sebagai suatu ilmu menekankan perhatian pada keterampilan dan kemampuan manajerial yang diklasifikasikan menjadi kemampuan/keterampilan teknikal, manusiawi dan konseptual.

b. Manajemen sebagai proses yaitu dengan menentukan langkah yang sistematis dan terpadu sebagai aktivitas manajemen. c. Manajemen sebagai seni tercermin dari perbedaan gaya (style)

seseorang dalam menggunakan atau memberdayakan orang lain untuk mencapai tujuan.2

Menurut Mulyono, Manajemen adalah suatu pekerjaan melalui orang lain

(Management is getting done through other people). Definisi tersebut

kelihatannya

1

Husaini usman, Manajemen teori, praktik, dan riset pendidikan ( Jakarta : Remaja Rosdakarya,2014) h.5

2


(30)

12

3

masih belum lengkap, karena manajemen sebagai penggerak dalam organisasi itu untuk mencapai tujuan. Di samping itu, perlu juga dijelaskan bagaimana orang-orang lain itu mencapai tujuan melalui kerja sama. Oleh karena itu, definisi yang kemudian berkembang adalah bahwa “ manajemen adalah proses pencapaian tujuan melalui kegiatan-kegiatan dan kerja sama orang-orang lain”4

Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan (Hasibuan, 2007:2).5

Menurut Ricky W.Griffin dikutip oleh Suparlan (2013), manajemen tidak

lain adalah “satu proses perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), Pelaksanaan (actuating), pengoordinasian (coordinating), dan pengontrolan

(controlling)sumber daya untuk mencapai sasaran (goal’s)secara efektif dan

efesien”6

Menurut George R.Terry dikutip oleh Uhar(2010) , manajemen merupakan sebuah proses yang khas, yang terdiri dari tindakan-tindakan : Perencanaan, pengorganisasian, menggerakkan, dan pengawasan, yang telah dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumberdaya manusia serta sumber-sumber lain.”7

Menurut Mery Parker Follet (Stoner, 1989) manajemen sebagai seni untuk melaksanakan pekerjaan melalui orang-orang”. (The art of getting thing done

through people)8

3

Saefullah, Manajemen Pendidikan Islam. (Bandung : CV Pustaka Setia, 2012), h.1

4

Mulyono, Manajemen Administrasi & Organisasi pendidikan, (Yogyakarta : Ar-ruzz media, 2008), h.15

5

Badrudin, Manajemen peserta didik, (Jakarta : PT.Indeks, 2014), h.2

6

Suparlan, Manajemen berbasis sekolah, (Jakarta : Bumi Aksara, 2013), h.41

7

Uhar, Administrasi Pendidikan, (Bandung : PT.Refika Aditama, 2010), h.6

8


(31)

Menurut Millet (1954) management is the process of directing and facilitating in the work of people toward organizational in formal group to

achieve a desired goal9

Menurut Dalf (2010:5) Management is attainment of organizational goals in an effective and efficient manner through planning, organizing, leading, and

controlling organizational resources.”.10

Berdasarkan kutipan diatas, maka manajemen adalah praktek dalam mengarahkan, mengorganisasikan, dan mengembangkan seseorang, teknologi, dan keuangan, sumber keuangan dalam tugas mengorientasikan system pelayanan pengadaan dan produk yang lain.

Jadi dapat diambil kesimpulan pengertian manajemen menurut beberapa para ahli diatas adalah suatu seni dalam proses perencanaan, pengawasan, pengendalian, pengorganisasian, pemimpinan, dan pengendalian anggota organisasi untuk mencapai suatu tujuan bersama.

2. Fungsi Manajemen

Ada tiga belas pakar manajemen yang mengutarakan fungsi-fungsi manajemen. Dari semua fungsi tersebut, secara garis besar dapat dipahami bahwa seluruh kegiatan manajemen tidak dapat dari proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengendalian, dan evaluasi. Penjelasan mengenai fungsi manajemen adalah sebagai berikut :

a. Planning

Perencanaan adalah penentuan serangkaian tindakan unutk mencapai hasil yang diinginkan.

9

Engkoswara, Administrasi Pendidikan, (Bandung : PT.Alfabeta CV, 2012), h.25

10

Nusa Putra, Metode Penelitian Kualitatif Manajemen, (Depok : PT Rajagrafindo Persada, 2013), h.34


(32)

14

b. Organizing

Organizing (Organisasi) adalah kerja sama antara dua orang atau lebih

dalam cara yang terstruktur untuk mencapai sasaran spesifik atau sejumlah sasaran.

c. Leading

Leading meliputi lima kegiatan, yaitu : mengambil keputusan,

mengadakan komunikasi agar saling pengertian, memberi semangat, inspirasi, dan dorongan, memilih orang-orang yang menjadi anggota kelompokknya..

d. Directing/Commanding

Directing/Commanding adalah fungsi manajemen yang berhubungan

dengan usaha memberi bimbingan, saran, perintah atau instruksi kepada bawahan dalam melaksanakan tugas masing-masing.

e. Motivating

Motivating atau pemberian inspirasi, semangat, dan dorongan kepada

bawahan agar bawahan melakukan kegiatan secara sukarela sesuai dengan keinginan atasan.

f. Coordinating

Coordinating atau pengoordinasian merupakan salah satu fungsi

manajemen untuk melakukan berbagai kegiatan agar tidak terjadi kekacauan dan percekcokan.

g. Controlling

Controling atau pengawasan dan pengendalian adalah salah satu fungsi

manajemen yang berupa mengadakan penilian, mengadakan koreksi terhadap segala hal yang telah dilakukan oleh bawahan.


(33)

Mengevaluasi artinya menilai semua kegiatan untuk menemukan indicator yang menyebabkan sukses atau gagalnya pencapaian tujuan, sehingga dapat dijadikan bahan kajian berikutnya.11

Jadi dapat disimpulkan bahwa fungsi manajemen terdiri dari Planning (Perencanaan), Organizing (Pengorganisasian), leading (terkemuka),

directing/commanding (Penggerak), motivating (motivasi), coordinating

(koordinasi), controlling (pengawasan), evaluating (evaluasi).

B.Konsep Manajemen Keuangan Sekolah

1. Pengertian Manajemen Keuangan `

Manajemen keuangan adalah suatu kegiatan perencanaan, pengganggaran, pemeriksaan, pengelolaan, pengendalian, pencarian, dan penyimpanan dana yang dimiliki oleh suatu organisasi atau perusahaan.12

Manajemen keuangan (financial management ) adalah segala aktivitas organisasi yang berhubungan dengan bagaimana memperoleh dana, menggunakan dana, dan mengelola aset sesuai tujuan organisasi secara menyeluruh.13

Manajemen keuangan merupakan pengendalian atas fungsi-fungsi keuangan di mana kemudian fungsi-fungsi ini diterjemahkan dalam kegiatan perencanaan, penganggaran, pemeriksaan, pengelolaan, pengendalian, pencarian dan penyimpanan dana yang dimiliki oleh organisasi.14

11

Saefullah, Manajemen Pendidikan Islam, (Bandung : CV.Pustaka Setia, 2012),h.21

12

Muhammad Mustari, Manajemen Pendidikan (Jakarta: Rajawali, 2014), h.163

13

Mulyono, Manajemen Administrasi & Organisasi pendidikan, (Yogyakarta : Ar-ruzz media, 2008), h.180

14

Johannes, Peningkatan Manajemen melalui Penguatan Tata Kelola dan Akuntabilitas di Sekolah/Madrasah, 2011, h.162


(34)

16

Menurut Suad Husna (1992:4) yang dikutip oleh Dadang, mengatakan manajemen keuangan adalah manajemen terhadap fungsi-fungsi keuangan. Sedangkan fungsi keuangan merupakan kegiatan utama yang harus dilakukan oleh mereka yang bertanggung jawab dalam bidang tertentu.15

Manajemen keuangan secara sederhana bisa diartikan sebagai suatu proses melakukan kegiatan mengatur keuangan dengan menggerakkan tenaga orang lain, dengan mempertimbangkan aspek efektivitas dan efisiensi yang berkaitan dengan perolehan, pendanaan, dan pengelolaan aktiva dengan beberapa tujuan menyeluruh yang dimulai dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, sampai dengan pengawasan.16

Manajemen keuangan adalah manajemen terhadap fungsi-fungsi keuangan. Sedangkan fungsi keuangan merupakan kegiatan utama yang harus dilakukan oleh mereka yang bertanggung jawab dalam bidang tertentu.17

Manajemen keuangan merupakan bagian dari system manajemen secara keseluruhan, yang mencakup juga manajemen personlia/kepegawaiaan, manajemen produksi, manajemen pemasaran.

Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa manajemen keuangan menyangkut pada unsur perencanaan keuangan, menganalisis penggunaan keuangan dan mengendalikan pengeluaran atau penggunaan uang suatu lembaga atau organisasi.

2. Pengertian Manajemen Keuangan Sekolah

Keuangan sekolah, merupakan sesuatu simbol yang sangat menarik bagi seluruh warga sekolah. Banyak warga sekolah yang berkeinginan untuk terlibat

15

Dadang, suhardan, Manajemen Pendidikan, (Bandung:Alfabeta, 2011), h.256

16

Sri Minarti, Manajemen Sekolah, (Jogjakarta : Ar-ruzz Media, 2011),h.212

17


(35)

dalam pengelolaan keuangan sekolah, bahkan tidak sedikit juga yang selalu ingin tahu mengenai pemakaian dana-dana sekolah.18

Manajemen keuangan sekolah adalah seluruh proses kegiatan yang direncanakan dan dilaksanakan/diusahakan secara sengaja dan sungguh-sungguh, serta pembinaan secara kontinu terhadapa biaya operasional sekolah sehingga kegiatan pendidikan lebih efektif dan efisien serta membantu pencapaian tujuan pendidikan.19

Menurut H.M. Levin (1987:426) yang dikutip oleh Uhar mengatakan,

School finance refers to the process by which tax revenues and other resources

are derived for the information and operation of elementary and secondary schools as well as the process by which those resources are allocated to school in different geographical area and to types and levels of education”.20

Dari beberapa pendapat ahli diatas, dapat penulis simpulkan bahwa manajemen keuangan sekolah adalah bagian dari pembiyaan pendidikan yang tercermin dari anggaran yang ditetapkan oleh sekolah, serta bagaimana memperoleh dana dan mengalokasikan dana dalam lingkungan yang berbeda dengan tingkat pendidikan yang berbeda pula.

3. Tujuan Manajemen KeuanganSekolah

Dengan adanya kegiatan manajemen keuangan sekolah, maka kebutuhan pendanaan kegiatan sekolah dapat direncanakan, diupayakan pengadaannya, dibukukan secara transparan, dan digunakan untuk membiayai pelaksanaan program sekolah secara efektif dan efisien.

Tujuan Manajemen Keuangan Sekolah adalah :

18

Harsono, Pengelolaan Pembiayaan Pendidikan, (Yogyakarta : Surayajaya Press, 2007),h.90

19

Mulyono, Manajemen Administrasi & Organisasi Pendidikan, (Jogjakarta: Ar-ruzz Media, 2010),h.181

20


(36)

18

1) Meningkatkan efektifitas dan efisiensi penggunaan keuangan sekolah 2) Meningkatkan akuntabilitas dan transparasi keuangan sekolah; dan 3) Meminimalkan penyalahgunaan anggaran sekolah.

Untuk mencapai tujuan tersebut, maka dibutuhkan kreativiatas kepala sekolah dalam menggali sumber-sumber dana, menepatkan bendaharawan yang menguasai dalam pembukuan dan pertanggungjawaban keuangan serta memanfaatkannya secara benar sesuai peraturan perundangan yang berlaku.21

Menurut Mulyono, tujuan utama manajemen keuangan sekolah adalah :

1) Menjamin agar dana tersedia dipergunakan untuk harian sekolah dan menggunakan kelebihan dana diinvestasikan kembali

2) Memelihara barang (aset) sekolah

3) Menjaga agar peraturan-peraturan serta praktik penerimaan, pencatatan, dan pengeluaran uang diketahui dan dilaksanakan.22

Jadi dapat disimpulkan bahwa tujuan manajemen keuangan Sekolah menurut pendapat para ahli diatas adalah untuk meningkatkan mutu pendidikan menjadi lebih baik lagi berdasarkan penggunaan dana sekolah yang efektif dan efisien.

4.Fungsi Manajemen Keuangan Sekolah

1. Fungsi Manajemen Keuangan Sekolah

Manajemen atau pengelolaan keuangan tidak luput dari fungsi manajemen yaitu adanya perencanaan, pengawasan, dan pertanggungjawaban yang dialokasikan untuk penyelenggaraan keuangan pendidikan.

Dalam pelaksanaan manajemen keuangan sekolah terdiri dari beberapa fungsi antara lain :

a. Perencanaan

21

Mohamad Mustari, Manajemen Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Press, 2014), h.168

22


(37)

Perencanaan dalam manajemen keuangan adalah kegiatan merencanakan sumber dana untuk menunjang kegiatan pendidikan dan tercapainya tujuan pendidikan.23

Perencanaan dalam keuangan adalah merencanakan sumber dana untuk menunjang kegiatan pendidikan dan tercapainya tujuan pendidikan di sekolah.24

b.Ketatausahaan Keuangan

Dalam pengaturan keuangan terdapat dua bagian, yaitu penerimaan dan pengeluaran. Setiap penerimaan dan pengeluaran dilakukan transaksi dan pencatatan dalam pembukuan.

Setiap transaksi keuangan yang berpengaruh terhadap pengeluaran atau pembayaran uang oleh bendaharawan harus dicatat dalam buku kas umum dan kas pembantu.

c.Pertanggungjawaban

Menurut E. Mulyasa dalam buku Manajemen Berbasis Sekolah, Pertanggungjawaban keuangan sekolah menyangkut seluruh dana sekolah dalam kaitannya dengan apa yang telah dicapai sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Proses ini disebut evaluasi (evaluation involves auditing).25

d.Pengawasan

Pertanggungjawaban sebagaimana yang telah diuraikan diatas dapat mempermudah pengawasan, baik dalam mencegah terjadinya penyimpangan terhadap kebijakan keuangan maupun penindakan terhadap penyimpan. Pengawasan internal dilakukan oleh kepala sekolah dan secara eksternal oleh badan lain yang ditentukan oleh pemerintah yaitu berupa berita acara.

23

Fatah Syukur, Manajemen Pendidikan Berbasis pada Madrasah,(Semarang:PT.Pustaka Rizki Putra,2011), h.113

24

E.Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, (Jakarta: Pt. Remaja Rosdakarya, 2003), h.174-175

25


(38)

20

Jadi dapat disimpulkan fungsi manajemen keuangan sekolah menurut penulis adalah perencanaan, ketatausahaan keuangan, pertanggungjawaban, serta pengawasan.

5. Manajemen Pembayaran SPP

Dasar hukum penyusunan SPP adalah keputusan bersama tiga menteri yaitu: 1. Menteri P&K (No.0257/K/1974).

2. Menteri dalam Negeri (No.221 Tahun 1974) 3. Menteri Keuangan (No. Kep.1606/MK/II/1974).

SPP dimaksudkan untuk membantu pembinaan pendidikan seperti yang ditunjukkan pada pasal 12 keputusan tersebut yakni membantu penyelenggaraan sekolah, kesejahteraan personel, perbaikan sarana dan kegiatan supervise.

Yang dimaksud untuk membantu penyelenggaraan sekolah ialah: 1) Pengadaan alat atau bahan manajemen

2) Pengadaan alat atau bahan pelajaran

3) Peyelenggaraan ulangan, evaluasi belajar, kartu pribadi, rapor dan STTB

4) Pengadaan perpustakaan sekolah 5) Prakarya dan pelajaran praktik.

6. Manajemen keuangan yang berasal dari negara (Pemerintah)

Yang dimaksud keuangan dari negara ialah meliputi pembayaran gaji pegawai atau guru dan belanja barang. Unutk pertanggungjawaban uang tersebut diperlukan beberapa format sebagai berikut:

1. Lager gaji (daftar permintaan gaji)

2. Buku catatan SPMU ( Surat Perintah Mengambil Uang)26

26


(39)

Siklus Manajemen Keuangan Sekolah

Costing

and Pricing

Jasa

Pola Subdisi pendidikan

Audit Kinerja Pendidikan

Audit Keuangan

Pendidi

Anggaran

Pendidikan

Pengukuran dan Pelaporan

Kinerja Pendidikan

6. Siklus Manajemen Keuangan Sekolah

Bastian (2007) menjelaskan siklus manajemen keuangan sekolah di dalam perspektif akuntansi seperti terdapat pada gambar 2.1.

Adapun tahapan manajemen keuangan sekolah sesuai gambar 4 sebagai berikut.

Anggaran

Gambar 2.1 : Siklus Manajemen Keuangan Sekolah

1) Anggaran Pendidikan

Anggaran merupakan rencana operasional yang dinyatakan secara kuantitatif dalam bentuk satuan uang yang digunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan kegiatan lembaga dalam kurun waktu tertentu (Fattah, 2002).

2) Pola Subsidi Pendidikan

Subsidi pendidikan merupakan sumber pendanaan dari Pemerintah, Pemerintah Daerah, pengusaha, dan masyarakat untuk membiayai aktivitas investasi fisik dan nonfisik dalam rangka menignkatkan kapasistas dan mutu layanan sekolah.

3) Pengukuran dan Pelaporan Kinerja pendidikan

Dengan adanya laporan kinerja pendidikan, maka stakeholders sekolah dapat mengetahui secara jelas tentang organisasi sekolah sehingga akan menjadi


(40)

22

bahan masukan bagi proses perencanaan kinerja pendidikan selanjutnya. Salah satu tujuan diadakannya pelaporan kinerja pendidikan adalah dalam rangka pelaksanaan akuntabilitas pada sektor publik (Akdon, 2007).

4) Cost dan pricing jasa pendidikan

Menurut James dan Philips (1995), unsur-unsur biaya dan penetapan harga pendidikan meliputi pertama ialah pembiayaan (costing) jasa pendidikan,

yaitu membandingkan pengeluran sekolah dengan manfaatnya bagi pelanggan jasa pendidikan. Kedua penetapan harga (pricing)jasa pendidikan, yaitu penerima jasa pendidikan, yaitu penerima jasa pendidikan akan dikenakan harga jasa pendidikan tertentu sesuai dengan tujuan sekolah. Ada tiga aspek penetapan harga jasa pendidikan : diferensiasi jasa pendidikan, faktor-faktor penentu jasa pendidikan, serta biaya pengembangan produk jasa pendidikan.

5) Audit Keuangan Pendidikan

Audit keuangan pendidikan bertujuan untuk menetukan apakah laporan keuangan sekolah secara keseluruhan telah disajikan sesuai dengan prinsip- prinsip akuntansi yang berlaku secara umum.

6) Audit kinerja pendidikan

Audit kinerja merupakan upaya sistematis untuk mengumpulkan, menyusun, mengolah, dan menafsirkan informasi, dengan tujuan menyimpulkan peringkat kompetensi seseorang dalam satu jenis keahlian profesi pendidikan berdasarkan norma kriteria tertentu, serta menggunakan kesimpulan tersebut di dalam proses pengambilan keputusan kinerja yang direkomendasikan (Sagala, 2007)27

27

David wijaya, Implementasi Manajemen Keuangan sekolah terhadap kualitas pendidikan,


(41)

Jadi dapat disimpulkan bahwa siklus manajemen keuangan sekolah terdiri dari anggaran pendidikan, pola subsidi pendidikan, pengukuran dan pelaporan kinerja pendidikan, cost dan pricing jasa pendidikan, audit keuangan pendidikan, audit kinerja pendidikan.

C. Manajemen Pondok Pesantren

a. Pengertian Pondok Pesantren

Secara terminology, pesantren didefinisikan sebagai lembaga pendidikan tradisional Islam untuk mempelajari, memahami, mendalami, menghayati, dan mengamalkan ajaran Islam dengan menekankan pentingnya moral keagamaan sebagai pedoman perilaku sehari-hari. Perlu dijelaskan bahwa pengertian

“tradisional” dalam definisi ini bukan berarti kolot atau ketinggalan zaman,

tetapi menunjuk pada pengertian bahwa lembaga ini telah hidup sejak ratusan yang lalu.28

Menurut Yacub, pesantren berarti lembaga pendidikan Islam yang umumnya dengan cara non-klasikal, pengajarnya seorang yang mempunyai ilmu agama Islam melalui kitab-kitab agama Islam Klasik (kitab kuning) dengan tulisan Arab dalam Bahasa melayu kuno dalam Baharasa arab.

Sedangkan (almarhum)K.H. Imam Zarkasyi mendefinisikan pondok

pesantren sebagai “lembaga pendidikan agama Islam dengan system asrama

atau pondok, di mana kyai sebagai figure sentralnya, masjid sebagai pusat

28

Muljono Damopolii, Pesantren Modern IMMIM Pencetak muslim modern (Jakarta : Rajagrafindo Persada, 2011)h.56


(42)

24

kegiatan yang menjiwainya, dan pengajaran agama islam di bawah bimbingan kyai yang diikuti santri sebagai kegiatan utamnya.29

Jadi dari beberapa pengertian pondok pesantren diatas, penulis dapat menarik kesimpulan, yaitu pondok pesantren adalah lembaga pendidikan modern atau tradisional dengan system asrama, untuk memahami, mengamalkan, mendalamkan, serta mengahayati ajaran islam, dimana kyai sebagai figure utamanya, masjid sebagai pusat kegiatan yang menjiwainya, dan pengajaran agama islam dibawah bimbingan kyai dan santri sebagai kegiatan utamanya.

b.Prinsip-prinsip Pengelolaan Keuangan Pendidikan Pondok Pesantren

Penggunaan anggaran dan keuangan, dari sumber manapun, apakah dari pemerintah ataupun masyarakat perlu didasarkan pada prinsip-prinsip umum pengelolaan keuangan sebagai berikut :

1. Hemat, tidak mewah, efisien dan sesuai dengan kebutuhan teknis yang disyaratkan

2. Terarah dan terkendali sesuai dengan rencana, program/kegiatan

3. Terbuka dan transparan, dalam pengertian dari dan untuk apa keuangan lembaga tersebut perlu dicatat dan dipertanggungjawabkan disertai penggunaannya.

4. Sedapat mungkin menggunakan kemampuan/hasil produksi dalam negeri sejauh hal ini dimungkinkan.30

29

Abdullah syukri zarkasyi, Gontor & Pembaharuan Pendidikan pesantren, (Jakarta : RajaGrafindo Persada, 2005)h.3

30

Shulton Masyhud dan Khusnurdilo, Manajemen Pondok Pesantren, (Jakarta : Diva Pustaka, 2003), Cet.I, h.187


(43)

Jadi dapat penulis simpulkan bahwa prinsip-prinsip manajemen keuangan pondok terdiri dari hemat, efisien, sesuai kebutuhan, terarah dan terkendali sesuai rencana, terbuka, terkendali dan transparan.

c. Realisasi Manajemen Keuangan di Pesantren

Implementasi prinsip-prinsip di atas pada lembaga pendidikan, khususnya di lingkungan pesantren dan keserasian antara pendidikan dalam keluarga, sekolah, pesantren dan masyarakat, maka untuk sumber dana sekolah, pesantren tidak hanya memperoleh anggaran dan fasilitas dari pemerintah atau penyandang dana tetap saja, tetapi dari sumber dana dari ketiga komponen diatas.

Untuk itu di pesantren sebenarnya juga perlu dibentuk organisasi orang tua santri yang identic dengan BP3 atau kalau perlu disesuikan denga keadaan sekarang dengan membentuk Komite Pesantren, yang beranggotakan wakil wali santri, tokoh masyarakat, pengelola, wakil pemerintah, dan wakil ilmuwan/ulama di luar pesantren.

Selanjutnya pihak pesantren bersama Komite Pesantren pada setiap tahun anggaran perlu bersama-sama merumuskan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Pesantren (RAPBP) sebagai acuan bagi pengelola pesantren dalam melaksanakan manajemen keuangan yang baik.31

Dalam pelaksanaan kegiatan, jumlah yang direalisasikan bisa terjadi tidak sama dengan rencana anggarannya, bisa kurang atau lebih dari jumlah yang telah dianggarkan. Menurut Rahimi Hadi dalam bukunya yang berjudul Manajemen Keuangan hal ini dapat terjadi karena beberapa sebab, yakni :

a. Adanya efesiensi atau inefisiensi pengeluaran b. Terjadinya penghematan atau pemborosan

31


(44)

26

c. Pelaksanaan kegiatan tidak sesuai dengan yang telah diprogramkan d. Adanya perubahan harga yang tidak terantisipasi, dan

e. Penyusunan anggaran yang kurang tepat

d. Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Pondok Pesantren (RAPBPP)

Implementasi prinsip-prinsip di atas pada lembaga pendidikan, khususnya di lingkungan pesantren dan keserasian antara pendidikan dalam keluarga, sekolah, pesantren dan masyarakat, maka untuk sumber dana sekolah, pesantren tidak hanya memperoleh anggaran dan fasilitas dari pemerintah atau penyandang dana tetap saja, tetapi dari sumber dana dari ketiga komponen di atas.

Untuk itu di pesantren sebenarnya juga perlu dibentuk organisasi orang tua santri yang identic denga BP3 atau kalua perlu disesuaikan dengan keadaan sekarang dengan membentuk Komite Pesantren, yang beranggotakan wakil wali santri, tokoh masyarakat, pengelola, wakil pemerintah, dan wakil ilmuwan/ulama di luar pesantren. Komite pesantren ini dapat memberikan pertimbangan dan sekaligus membantu mengontrol kebijakan program pesantren, termasuk penggalian dan penggunaan keuangan pesantren.

Selanjutnya pihak pesantren bersama Komite Pesantren pada setiap tahun anggaran perlu bersama-sama merumuskan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Pesantren (RAPBP) sebagai acuan bagi pengelola pesantren dalam melaksanakan manajemen keuangan yang baik. Hal –hal yang perlu dimuat dalam RAPBP tersebut antara lain:

1) Rencana sumber pendapatan dalam satu tahun yang bersangkutan, termasuk di dalamnya keuangan bersumber dari: (a) kontribusi santri, (b) sumbangan dari individu atau organisasi, (c) sumbangan dari pemerintah


(45)

bila ada, (d) dari hasil usaha, misalnya koperasi (syirkah)pesantren, kerjasama dengan pihak luar, hasil penanaman modal, dan sumber-sumber lainnya yang sah dan halal.

2) Rencana penggunaan keuangan dalam satu tahun yang bersangkutan.semua penggunaan keuangan pesanten dalam satu tahun anggaran perlu direncanakan dengan baik agar kehidupan pesantren dapat berjalan dengan baik. Pengguanaan keuangan pesantren tersebut menyangkut seluruh pengeluaran yang berkaitan dengan kebutuhan pengelolaan pesantren, termasuk dana operasional harian, pengembangan sarana-prasarana pesantren, honorarium atau gaji, atau infaq semua petugas atau pelaksana di pesantren (pengelola, ustadz/ustadzah sampai pembantu pesantren), pengembangan profesionalitas ustadz/ustadzah, dana kerjasama, pengabdian masyarakat dan bahkan dana taktis dan lain-lain semuanya perlu direncanakan dengan baik.

Suatu hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Pesantren adalah menerapkan prinsip anggaran berimbang, artinya rencana pendapatan dan pengeluaran harus berimbang, diupayakan tidak terjadi anggaran pendapatan minus.

d. Langkah-langkah Penyusunan RAPBPP

Suatu hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun RAPBPP adalah harus menerapkan prinsip anggaran berimbang, artinya rencana pendapatan dan pengeluaran harus berimbang, diupayakan tidak terjadi anggaran pendapatan minus. Dengan anggaran berimbang tersebut, maka kehidupan pesantren akan menjadi solid dan kokoh dalam hal keuangan. Oleh karena itu, sentralisasi pengelolaan keuangan perlu difokuskan pada bendaharawan pesantren, dalam


(46)

28

rangka untuk mempertanggungjawabkan keuangan. Penyusunan RAPBPP hendaknya mengikuti langkah sebagai berikut.32

a. Mengintervertarisasi rencana yang akan dilaksanakan

b. Menyusun rencana berdasarkan skala prioritas pelaksanaannya. c. Menentukan program kerja dan rincian program.

d. Menetapkan kebutuhan untuk pelaksanaan rincian program. e. Menghitung dana yang dibutuhkan.

f. Menentukan sumber dana untuk membiayai rencana.

e. Pendapatan Pondok Pesantren

Masalah keuangan merupakan masalah yang cukup mendasar baik di sekolah maupun pondok pesantren, karena keuangan merupakan salah sastu komponen masukan instrumental yang sangat penting dalam penyelenggaraan pendidikan, dan sangat berpengaruh secara terhadap pondok pesantren yang berkaitan dengan sarana, prasarana dan sumber belajar. Meskipun tuntutan reformasi bahwa pendidikan yang murah dan berkualitas, namun pendidikan yang berkualitas senantiasa memerlukan dana yang cukup banyak.

Manajemen keuangan pondok pesantren juga merupakan bagian dari kegiatan pembiayaan yang secara keseluruhan menuntut kemampuan pimpinan pondok pesantren untuk merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi dan mempertanggungjawabkan secara efektif dan transparan. Dalam penyelenggaraan pendidikan di pondok pesantren, manajemen keuangan

32

Rahmini Hadi. Parno. Manajemen Keuangan Konsep, Teori, dan Praktiknya di sekolah dan Pondok Pesantren. (Purwokerto: STAIN Press, 2011) hal.148


(47)

merupakan potensi yang sangat menentukan dan merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam kajian manajemen pendidikan.33

f. Pengeluaran Pondok Pesantren

Setiap penggunaan keuangan perlu melalui pengajuan secara tertulis dan sedapat mungkin hanya program-program yang termasuk dalam perencanaan keuangan saja yang didanai, agar mudah pengawasannya.

Dana yang diperoleh dari berbagai sumber perlu digunakan secara efektif dan efisien. Setiap perolehan dana dalam pengeluarannya harus didasarkan pada kebutuhan-kebutuhan yang telah disesuaikan dengan perencanaan pembiayaan pendidikan di pondok pesantren.

Pengeluaran pondok pesantren berhubungan dengan pembayaran keuangan pondok pesantren untuk pembelian beberapa sumber atau input dari proses pendidikan seperti tenaga administrasi, guru, saran dan prasarana.

Dalam manajemen keuangan pondok pesantren, pengeluaran keuangan harus dibukukan sesuai dengan pola yang ditetapkan oleh peraturan. Beberapa hal yang harus dijadikan patokan bendahara dalam pertanggungjawaban

pembukuan, meliputi:”buku kas umum, buku persekot atau uang muka, daftar

potongan-potongan, daftar gaji atau honorium, buku tabungan, buku iuran atau kontribusi santri (SPP), dan buku catatan lainnya”.34 Pengeluaran anggaran harus dicatat sesuai dengan waktu dan peruntukannya.

Anggaran dasar pengeluaran adalah jumlah yang dibelanjakan setiap tahun untuk kepentingan pelaksanaan pendidikan. Pengeluaran sekolah atau pondok pesantren dapat dikategori dalam beberapa item, yaitu:

33

Nanang Fatah, Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2004). Cet. Ke-2.h.23.

34

Sulthon Masyhud Et. All, Manajemen Pondok Pesantren, (Jakarta: Diva Pustaka, 2003), h.190


(48)

30

a. Pengeluaran untuk pelaksanaan pelajaran b. Pengeluaran tata usaha sekolah

c. Pemeliharaan saran dan prasarana sekolah d. Kesejahteraan pegawai

e. Administrasi

f. Pembinaan teknis educative, dan g. Pendataan.35

g. Pertanggungjawaban Keuangan Pondok Pesantren

Semua pengeluaran keuangan pondok pesantren dari sumber manapun harus dipertanggung jawabkan. Hal tersebut merupakan bentuk transparasi dalam pengelolaan keuangan. Namun demikian, prinsip transparasi dan kejujuran dalam pertanggung jawaban tersebut harus tetap dijunjung tinggi. Dalam kaitan dengan pengelolaan keuangan tersebut, yang perlu diperhatikan oleh bendaharawan adalah bahwa pada setiap akhir tahun anggaran, bendahara harus membuat laporan keuangan kepada komite atau majelis pesantren untuk dicocokan dengan RAPBP. Laporan keuangan tersebut harus dilampiri bukti-bukti pengeluraan yang ada (Kuintasi atau bukti-bukti-bukti-bukti pembelian atau bukti-bukti penerimaan) serta neraca keuangan. . selain buku neraca keuangan yang erat hubungannya dengan pengelolaan keuangan, ada juga beberapa buku lain yang penting bagi bendaharawan pondok pesantren ,yaitu36:

35

Nanang Fatah, Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2002), cet.ke-2, h.24.

36

Rahmini Hadi. Parno. Manajemen Keuangan Konsep, Teori, dan Praktiknya di sekolah dan Pondok Pesantren. (Purwokerto: STAIN Press, 2011) hal.150


(49)

1. Buku kas umum

2. Buku persekit uang muka

3. Daftar potongan-potongan


(50)

32

5. Buku tabungan


(51)

7. Buku catatan lain-lain yang tidak termasuk diatas, seperti catatan pengeluaran insidentil.

Buku –buku tersebut perlu diadakan, agar manajemen keuangan pondok pesantren dapat berjalan dengan baik, transparan, memudahkan dilakukan pengawasan terhadap penggunaan anggaran yang ditetapkan, serta tidak menimbulkan kecurigaan atau fitnah.

D.

Manajemen Keuangan Madrasah

Pola manajemen keuangan madrasah terbatas pada pengelolaan dana tingkat operasional. Salah satu kebijaksanaan manajemen keuangan madrasah adalah adanya pencarian tambahana dana dari partisipasi masyarakat. Selanjutnya cara pengelolaannya dipadukan sesuai tatanan yang lazim dengan peraturan yang berlaku. Pada umumnya di setiap madrasah telah ditetapkan bendahara sesuai dengan peran dan fungsinya dan sebagai atasannya langsung adalah kepala madrasah. Uang yang dibukukan merupakan aliran masuk dan keluar sekolah mendapat perintah dari atasan langsung.

Perencanaan keuangan madrasah setidaknya mencakup 2 kegiatan, yakni :

1. Penyusunan anggaran atau anggaran belanja madrasah (RAPBM)

Biasanya dikembangkan dalam format-format yang meliputi :

a. Sumber pendapatan antara lain DPP (Dana Pembinaan Pendidikan, OPF (Operasi Pembangunan dan Fasilitas, dan BP3 (Badan Pembantu Penyelenggara Pendidikan).

b. Pengeluran untuk kegiatan belajar mengajar, pengadaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana, bahan-bahan dan alat pelajaran, honorarium dan kesejahteraan.37

Dalam kaitannya dengan proses penyusunan anggaran ini, Lipham (1985) mengungkapkan 4 fase kegiatan pokok sebagai berikut :

37


(52)

34

a. Merencanakan Anggaran yaitu, kegiatan mengindetifikasikan tujuan, menentukan prioritas, menyebarkan tujuan ke dalam penampilan operasional yang dapat diukur menganalisis alternative pencapaian tujuan dengan analisis cost effectiveness, membuat rekomendasi alternative pendekatan mencapai sarana.

b. Mempersiapkan anggaran, yaitu menyesuaikan kegiatan dengan mekanisme anggaran yang berlaku, bentuknya, distribusinya, dan sasaran program pengajaran perlu dirumuskan dengan jelas. Melakukan inventarisasi kelengkapan peralatan dan bahan-bahan yang telah tersedia.

c. Mengelola pelaksanaan anggaran, yaitu mempersiapkan pembukaan, melakukan pembelajaan dan membuat transaksi, membuat perhitungan, mengawasi pelaksanaan sesuai dengan prosedur kerja berlaku, serta membuat laporan dan pertanggung jawaban keuangan.

d. Menilai pelaksanaan anggaran, yaitu menilai pelaksanaan proses belajar-mengajar, menilai bagaimana pencapaian sasaran program, serta membuat rekomendasi untuk perbaikan anggaran yang akan datang.38 Jadi penulis dapat menarik kesimpulan bahwa penyusunan anggaran belanja madrasah harus meliputi perencanaan anggaran, persiapan anggaran, pengelolaan anggaran, dan evaluasi pelaksanaan anggaran.

2. Pengembangan Rencana Anggaran Belanja Madrasah (RAPBM)

Proses pengembangan RAPBM pada umumnya menempuh langkah-langkah pendekatan dengan prosedur sebagai berikut :

a. Pada tingkat kelompok kerja

Kelompok kerja yang dibentuk madrasah memiliki tugas antara lain melakukan identifikasi kebutuhan-kebutuhan biaya yang harus dikeluarkan,

38

Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah Konsep, strategi, dan Implementasi, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2004), h. 174


(53)

selanjutnya diklasifikasikan dan dilakukan perhitungan sesuai dengan kebutuhan.

b. Pada tingkat kerjasama dengan komite madrasah

Hal ini perlu dilakukan unutk mengadakan rapat pengurus dan rapat anggota dalam rangka mengembangkan kegiatan yang harus dilakukan sehubungan dengan pengembangan RAPBM.

c. Sosialisasi dan legalitas

Pada tahap ini kelompok kerja melakukan konsultasi dan laporan pada pihak pengawas serta mengajukan usulan RAPBM kepada Kanwil Departemen Agama untuk mendapat pertimbangan dan pengesahan.39 1) Pelaksanaan keuangan madrasah

Dalam garis besarnya dapat dikelompokkan dalam kegiatan, yakni penerimaan dan pengeluaran.

1.Penerimaan

Madrasah sebagai suatu lembaga pendidikan dalam melaksanakan tuganya menerima dana dari beberapa sumber.

a. Penerimaan dari masyarakat

Banyak tuntutan masyarakat terhadap madrasah, adakalanya tuntutan/harapan itu tidak sejalan dengan tujuan madrasah yang telah ditetapkan sebagai suatu kebijaksanaan.

b. Penerimaan dari siswa/orang tua murid

Bantuan dari siswa atau orang tua murid adalah berbentuk bantuan yang bersifat wajib kecuali bagi mereka atas pertimbangan khusus dibebaskan dari sumbangan ini. Adapun sumbagan dari orang tua dan siswa dipungut setiap bulan atau setengah tahun sekali.

2.Pengeluaran

39

Fatah Syukur, Manajemen Pendidikan berbasis madrasah, (Semarang : Pustaka Rizki Putra, 2011), h.117-118


(54)

36

Dana yang diperoleh dari berbagai sumbe perlu digunakan secara efektif dan efisien. Artinya, setiap perolehan dana dalam pengeluarannya harus didasarkan pada kebutuhan-kebutuhan yang telah disesuaikan dengan perencanaan keuangan pendidikan di Madrasah.

Penentuan pengeluaran biaya pendidikan melibatkan pertimbangan tentang tiap kategori anggaran belanja berikut:

a. Pengawasan umum b. Pengajaran

c. Pelayanan bantuan d. Pemeliharaan gedung e. Operasi

f. Pengeluaran tetap.

2) Evaluasi dan pertanggungjawaban

Evaluasi dan pertanggungjawaban keuangan madrasah dapat diidentifikasikan ke dalam tiga hal:

a) Pendekatan pengendalian penggunaan alokasi dana b) Pertanggungjwaban dana pendidikan tingkat madrasah

Hal ini dilaksanakan dalam bentuk laporan bulanan dan triwulan kepada :

a. Kepala Kanwil Departemen Agama b. Kepala Bidang Mapenda Islam c. Kepala Departemen Agama setempat.

c) Keterlibatan pengawasan pihak eksternal madrasah.

Hal ini dilaksanakan oleh petugas dari Baswada, dan Departemen Agama baik dari bersumber dari pemerintah maupun dana dari masyarakat dilakukan secara rutin satu tahun sekali melalui pemeriksaan pembukuan keuangan madrasah.


(55)

Format berikut merupakan contoh laporan pertanggungjawaban keuangan sekolah.40

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN SEKOLAH

I. Pemasukan

1. ……… Rp. ………

2. ……… Rp. ………

3. ……… Rp. ………

4. Dan seterusnya Rp. ………

Jumlah Pemasukan Rp. ………

II. Pengeluaran

1. ……… Rp. ………

2. ……… Rp. ………

3. ……… Rp. ………

4. Dan seterusnya Rp. ………

Jumlah Pengeluaran Rp. ………

Saldo lebih/kurang Rp. ……….

Jadi dapat penulis simpulkan bahwa pengembangan rencana anggaran belanja madrasah harus menempuh langkah-langkah prosedur yaitu pada tingkat kelompok kerja, tingkat kerjasama dengan komite sekolah, sosialisasi dan legalitas.

E. Hasil Penelitian yang Relevan

Berdasarkan penelitian yang terdahulu, ada beberapa penelitian yang memiliki relevansi dengan judul yang diteliti oleh penulis yaitu Penelitian

dilakukan oleh Muhibbah (2008) dalam skripsi yang berjudul :” Aplikasi

Manajemen Keuangan di Pondok Pesantren Madinnatunajah Jombang”, program Manajemen Pendidikan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode Deskriptif. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa pelaksanaan Manajemen

40


(56)

38

keuangan di pondok pesantren madinatunnajah sudah baik berdasarkan fungsi manajemen yaitu bagaimana seorang manajer atau pimpinan pondok pesantren bisa merencanakan, mengorganisasikan, memberi pengawasan, mengevaluasi, dan mempertanggungjawabkan keuangan pondok pesantren kepada semua pihak yang ada dilingkungan pondok pesantren. Dari penelitian yang dilakukan oleh Muhibbah memiliki persamaan dengan penelitian yang peneliti lakukan yaitu meneliti mengenai implementasi manajemen keuangan, serta jenis sekolah yang diteliti adalah lingkup pondok pesantren. Perbedaannya ialah lokasi sekolah yang diteliti.

Penelitian lain dilakukan oleh M.Abid Dzulfikar (2015) dalam skripsi yang

berjudul: “Analisis Pengelolaan Keuangan Sekolah di SMAN Se-Kabupaten

Kendal”, jurusan Pendidikan Ekonomi, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri

Semarang. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantatif. Dari penelitian tersebut diperoleh bahwa perencanaan dalam pengelolaan keuangan sekolah yang diimplementasikan melalui RABSMA Negeri se-Kabupaten Kendal dilakukan dengan adil dan mematuhi peraturan yang berlaku. Penelitian ini memiliki persamaan dengan penelitian yang peneliti lakukan yaitu meneliti tentang pengelolaan keuangan sekolah. Perbedaannya metode yang digunakan adalah kuantatif dan peneliti menggunakan kualitatif dengan pendekatan deskriptif.

Penelitian lain dilakukan oleh Nurul Hidayatullah (2013) dalam skripsi yang

berjudul “Pelaksanaan Manajemen Keuangan Sekolah di SMP An

-Nurmaniyah”, Jurusan Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu Tarbiyah &

Keguruan, UIN Jakarta. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif mix kuantitatif dengan metode deskripsi analisis. Dari penelitian tersebut diperoleh bahwa pelaksanaan manajemen keuangan sekolah di SMP An-Nurmaniyah sudah berjalan dengan baik seperti menyusun perencanaan sekolah, pengelolaan, pelaksanaan program kegiatan, pembukuan, dan evaluasi, penelitian ini memiliki persamaan dengan penelitian yang peneliti lakukan yaitu


(57)

meneliti mengenai implementasi manajemen keuangan. Perbedaannya ialah lokasi sekolah yang diteliti dan jenis sekolah yang diteliti adalah tingkat Sekolah Menengah Pertama bukan jenis pondok pesantren.

Penelitian lain dilakukan oleh Ummu Salamah (2013) dalam skripsi yang

berjudul “Studi mengenai system pengelolaan keuangan sekolah di Pondok

Pesantren Al-Kholidin terhadap penguatan manajemen keuangan”, Jurusan Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu Tarbiyah & Keguruan, UIN Jakarta. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Dari penelitian tersebut diperoleh bahwa perencanaan, pelaksanaan, pelaporan, dan pengawasan manajemen keuangan sekolah di pondok pesantren Al-Kholidin sudah cukup baik, semua itu terlihat dengan adanya beberapa pelaksanaan program kegiatannya kurang sesuai dengan teori yang ada. Penelitian ini memiliki persamaan dengan penelitian yang peneliti lakukan yaitu pada jenis sekolah yang diteliti yaitu pondok pesantren dan terkait dengan manajemen keuangan. Perbedaannya pada lokasi sekolah yang diteliti.

lain dilakukan oleh Dewi Arianti dalam skripsi yang berjudul “ Penerapan

Manajemen Keuangan di Man Insan Cendekia Serpong”. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif analisis. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa penerapan keuangan pada MAN Insan Cendekia Serpong sudah berjalan dengan baik dan sistematis. Hal ini dibuktikan dengan proses penerapan manajemen keuangan dilaksanakan sesuai dengan teori-teori yang berkaitan dengan proses pelaksanaan keuangan. Penelitian ini memiliki persamaan dengan penelitian yang peneliti lakukan yaitu sama-sama meneliti tentang penerapan manajemen keuangan. Perbedaannya pada lokasi sekolah yang diteliti dan juga jenis sekolah diteliti adalah Madrasah Aliyah Negeri bukan Pondok Pesantren.


(58)

40 Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No Nama Peneliti/ Tahun

Judul Penelitian Hasil Persamaan/ perbedaan

1. Muhibbah

(2008)

Aplikasi Manajemen

Keuangan di Pondok Pesantren

Madinnatunajah Jombang 41

Pelaksanaan Manajemen

keuangan di pondok

pesantren madinatunnajah sudah baik.

Persamaan: Variabel penelitian

tentang implementasi

manajemen keuangan dan jenis sekolah yang diteliti.

Perbedaan : Lokasi sekolah

2. M.Abid

Dzulfikar, (2015)

Analisis Pengelolaan Keuangan Sekolah di

SMAN Se-Kabupaten

Kendal42

Perencanaan dalam

pengelolaan keuangan

sekolah yang

diimplementasikan

melalui RABSMA

Negeri se-Kabupaten

Kendal dilakukan

dengan adil dan

mematuhi peraturan

yang berlaku

Persamaan : Variabel

penelitian tentang manajemen keuangan

Perbedaann : metode yang digunakan peneliti yaitu kuantitatif.

3. Nurul Hidayatulla h(2013)

Pelaksanaan Manajemen Keuangan Sekolah di SMP An-Nurmaniyah.43

Pelaksanaan manajemen keuangan sekolah di

SMP An-Nurmaniyah

sudah berjalan dengan

Persamaan :

Variabel Pembahasan 1. Pelaksanaan

manajemen keuangan

41Muhibbah, Aplikasi Manajemen Keuangan di Pondok Pesantren Madinnatunajah Jombang,2008

42

M.Abid Dzulfikat, Analisis Pengelolaan Keuangan Sekolah di SMAN se-Kabupaten Kendal, 2015

43

Nurul Hidayatullah, Pelaksanaan Manajemen Keuangan Sekolah di SMP An-Nurmaniyah,


(59)

baik seperti menyusun perencanaan sekolah, pengelolaan,

pelaksanaan program kegiatan, pembukuan, dan evaluasi.

sekolah

Perbedaan : Lokasi sekolah dan Jumlah sekolah yang diteliti.

4. Ummu

Salamah (2013)

Studi mengenai system pengelolaan keuangan

sekolah di Pondok

Pesantren Al-Kholidin

terhadap penguatan

manajemen keuangan.44

Hasil penelitian

menunjukkan bahwa

perencanaan, pelaksanaan, pelaporan, dan pengawasan

manajemen keuangan

sekolah di pondok

pesantren Al-Kholidin

sudah cukup baik, semua itu terlihat dengan adanya

beberapa pelaksanaan

program kegiatannya

kurang sesuai dengan teori yang ada.

Persamaan : Variabel

penelitian tentang pengelolaan dana BOS.

Perbedaan : lokasi sekolah.

5 Dewi

Arianti (2014)

Penerapan Manajemen Keuangan di Man Insan Cendekia Serpong 45

Partisipasi pengelolaan

anggaran dana BOS

dalam program RKAS,

banyak pihak yang

berpartisipasi. Hal tersebut dapat dilihat

dari terlibatnya

masyarakat. Pengelolaan

anggaran dana BOS

dalam program RKAS dapat dilihat dengan laporan

Persamaan : Variabel

penelitian tentang pengelolaan dana BOS dan Jenis sekolah.

Perbedaan : lokasi sekolah dan variabel penelitian tentang

manajemen keuangan dan

penentuan.

44 Ummu Salamah, Study mengenai system pengelolaan keuangan sekolah di Pondok Pesantren Al-Kholidin terhadap penguatan manajemen keuangan,2013


(60)

42

pertanggungjawaban penggunaan dana BOS

berupa lampiran

formulir BOS.

F.

Kerangka Berfikir

Sekolah adalah tempat utama dimana individu mengikuti proses pendidikan formal untuk menambah pengetahuan dan mengasah keterampilan sebagai bekal kehidupannya di kemudian hari. Jenis sekolah formal untuk saat ini berbagai macam, ada yang dikemas dalam bentuk pembelajaran di alam yang biasa di sebut sebagai sekolah alam, atau ada yang dikemas dalam balutan agama yang biasa disebut sebagai sekolah pesantren atau pondok pesantren.

Pondok pesantren dewasa ini merupakan lembaga gabungan antara sistem lembaga pondok pesantren yang memberikan pendidikan dan pengajaran agama islam, serta menyelenggarakan pendidikan formal berbentuk madrasah dan bahkan sekolah umum dalam berbagai tingkatan dan aneka kejuruan menurut kebutuhan masyarakat masing-masing.46

Saat ini Pondok Pesantren memberikan respon terhadap tuntutan kebutuhan masyarakat. Dengan begitu, pesantren tidak hanya mengajarkan agama tapi juga umum terbukti banyak pesantren menyelenggarakan pendidikan sekolah disamping pendidikan madrasah. Kita temukan beberapa pesantren yang membuka madrasah (Tsanawiyah dan Aliyah, dan juga membuka sekolah umum (SMP dan SMA) atau bahkan mendirikan perguruan tinggi agama atau umum.47

Pondok pesantren sama halnya dengan Sekolah lain yaitu sebuah aktivitas besar yang di dalamnya ada empat komponen yang saling berkaitan. Empat

46Nur Inayah, “Sistem Pendidikan Formal di Pondok Pesantren”,

Junal Sociologie, Vol. 1, 2011, h.215

47

Husni Rahim, Madrasah dalam politik pendidikan di Indonesia (Ciputat :Logos wanaca ilmu,2013), h.190


(61)

komponen yang dimaksud adalah Staf Tata Laksana Administrasi, Staf Teknis pendidikan di dalamnya ada Kepala Sekolah dan Guru, Komite Sekolah sebagai badan independen yang membantu terlaksananya operasional pendidikan, dan siswa sebagai peserta didik yang bisa ditempatkan sebagai konsumen dengan tingkat pelayanan yang harus memadai. Hubungan keempatnya harus sinergis,

karena keberlangsungan operasional sekolah terbentuk dari hubungan “ simbiosis mutualis” keempat komponen tersebut, karena kebutuhan akan pendidikan demikian tinggi, tentulah harus dihadapi dengan kesiapan yang optimal semata-mata demi kebutuhan anak didik. Salah satu unsur yang penting dimiliki oleh suatu sekolah agar menjadi sekolah yang dapat mencetak anak didik yang baik adalah dari segi keuangan.48

Pengelolaan keuangan sekolah/madrasah perlu memperhatikan sejumlah prinsip Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 pasal 48 menyatakan bahwa pengelolaan dana pendidikan berdasarkan pada prinsip keadilan, efisiensi, transparasi, dan akuntabilitas public.49

Dalam implementasinya di sekolah, manajemen keuangan merupakan salah satu substansi manajemen sekolah yang akan turut menentukan berjalannya kegiatan pendidikan di sekolah. Sebagaimana yang terjadi di substansi manajemen pendidikan pada umumnya, kegiatan manajemen keuangan dilakukan melalui proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengoordinasian, pengawasan, atau pengendalian.50

Setiap sekolah dan satuan pendidikan lainnya ( madrasah dan pondok pesantren) seyogianya memiliki rencana strategis unutk periode waktu tertentu yang didalamnya mencakup visi, misi, dan program serta sasaran tahunan. Oleh karena itu, pembiayaan pendidikan yang terintegritas dan komprehensif dengan

48

Bambang Ismaya, Pengelolaan Pendidikan (Bandung: PT.Refika Aditama, 2015), h.135

49

Siswandari, Pengelolaan Keuangan Sekolah/Madrasah, (Jakarta: LPPKS, 2013), h.5

50


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

149

Lampiran 18

BIODATA PENULIS

Wahidin NIM 1112018200053 Program Studi Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Penulis lahir di Jakarta, 01 Mei 1991. Bertempat tinggal di Jl.Pondok Sari Raya Rt.10/10 Kel.Kalisari, Kec.Pasar Rebo. Penulis merupakan anak ke lima dari 6 bersaudara. Orang tua penulis ialah H.Sahrin, dan HJ.Dinah.

Riwayat pendidikan di SDN 01 Pagi Kalisari tahun 1997-2003, Mts Nurul Hijrah tahun 2003-2006, Pondok Pesantren Darussalam Gontor tahun 2006-2010, dan perguruan Tinggi UIN Syarif Hidyatullah Jakarta Tahun 2012-2016.

Organisasi yang pernah diikuti selama di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta adalah HMI (Himpunan Mahasiswa Islam), IMMAPSI (Ikatan Mahasiswa Manajemen Pendidikan/Administrasi Pendidikan Seluruh Indonesia. Senat Mahasiswa Fakultas Tarbiyah (2015-2016). Alamat Email :