memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan serta memberi tindakan. Dengan sajian data, peneliti akan lebih memahami berbagai
hal yang terjadi dan memungkinkannya untuk mengerjakan sesuatu pada analisis ataupun tindakan lain berdasarkan pemahaman tersebut.
Sajian data dapat meliputi berbagai jaringan kerja kaitan kegiatan dan juga tabel.
3 Penarikan kesimpulan conclution drawingverification Penarikan kesimpulan dilakukan dengan memverifikasi secara
terus menerus sepanjang proses penelitian berlangsung, yaitu sejak awal memasuki penelitian dan selama proses pengumpulan data. Penarikan
kesimpulanverifikasi merupakan kegiatan terpenting, karena sudah memahami dan memaknai berbagai hal yang ditemui dari mulai
melakukan pencatatan peraturan-peraturan, pola-pola, pernyataan, arahan, sebab-akibat, dan berbagai proposisi, kesimpulan yang perlu
diverifikasi yang berupa suatu pengulangan dengan gerak cepat, sebagai pikiran kedua yang timbul melintas pada penelitian waktu menulis
dengan melihat kembali fieldnotes atau catatan lapangan. Analisis data dilakukan dengan model interaktif. Proses analisis
interktif dimulai pada waktu pengumpulan data peneliti selalu membuat reduksi data dan kajian data, artinya data yang berupa catatan lapangan
yang terdiri dari satu peneliti membuat ringkasan tentang pengertian yang ada disebut dengan reduksi data. Setelah selesai, peneliti mulai
melakukan usaha menarik kesimpulan dengan verifikasi yang berdasarkan pada reduksi data dan sajian data. Bila data yang dalam
reduksi data dan sajian data kurang lengkap, maka wajib melakukan pengumpulan data kembali yang mendukung.
C. Pembahasan Hasil Penelitian
Manajemen Pembelajaran Tahfiẓhul Qur’an Di SMP IT Nur Hidayah Surakarta
adalah: 1. Perencanaan pembelajaran tahfiẓhul Qur’an
Berdasarkan paparan data pada bab IV, ditemukan bahwa perencanaan pembelajaran
tahfiẓhul Qur’an di SMP IT Nur Hidayah Surakarta sudah berjalan dengan baik, hal ini dibuktikan dengan penyusunan kurikulum yang
sudah sesuai dengan tujuan pendidikan serta pembuatan silabus dan Standar Operasional Pelaksanaan SOP pembelajaran oleh team guru
tahfiẓhul Qur’an yang disusun secara sistematis, dengan komponen-komponen yang
saling berkaitan guna mencapai tujuan pembelajaran dan penguasaan materi kepada siswa. Selain itu silabus dan Standar Operasional Pelaksanaan SOP
pembelajaran yang disusun oleh guru tahfiẓhul Qur’an digunakan sebagai
pedoman pelaksanaan pembelajaran tahfiẓhul Qur’an untuk setiap kegiatan
proses pembelajaran dan dikembangkan berdasarkan silabus untuk mencapai tujuan yang diharapkan dan direncanakan.
Hal ini sesuai dengan Yulaelawati 2004: 123, yang mengatakan silabus adalah merupakan seperangkat rencana dan pengaturan pelaksanaan
pembelajaran dan penilaian yang disusun secara sistematis yang memuat komponen-komponen yang saling berkaitan dalam mencapai tujuan
pembelajaran dan penguasaan materi kepada siswa. Hal tersebut di atas juga sesuai dengan Sanjaya 2008: 59, yang mengatakan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran RPP adalah program yang disusun sebagai pedoman pelaksanaan pembelajaran untuk setiap kegiatan proses pembelajaran dan
dikembangkan berdasarkan silabus. Berdasarkan paparan data pada bab IV, ditemukan bahwa perencanaan
pelaksanaan pembelajaran siswa dikelompokkan berdasarkan kemampuannya sebab setiap siswa mempunyai perbedaan satu sama lain, selain itu dalam
penyusunan perencanaan pembelajaran tahfiẓhul Qur’an siswa diharapkan
aktif dalam pembelajaran ini dilakukan dengan cara setoran pada kelas reguler. Selain itu cara tersebut juga dimaksudkan untuk memberikan umpan
balik yaitu mengetahui sejauh mana siswa menyerap materi yang telah diajarkan. Hal ini sesuai dengan Permendiknas nomor 412007 yang
dipaparkan pada bab II bahwa dalam pembuatan RPP harus memperhatikan lima prinsip yaitu: 1 memperhatikan perbedaan individu peserta didik, 2
Mendorong partisipasi aktif peserta didik, 3 mengembangkan budaya membaca dan menulis, 4 memberikan umpan balik, dan 5 menerapkan
teknik informasi dan komunikasi.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan ditemukan bahwa kurikulum yang disusun oleh team
tahfiẓhul Qur’an sudah cukup baik dan juga dalam penyusunannya sangat memperhatikan konteks pendidikan di
sekolah. Selain itu kurikulum yang disusun berdasarkan perencanaan yang matang dan juga sesuai dengan kebutuhan dan tujuan yang diharapkan. Ini
sesuai dengan Buczynski 2007, dalam penelitiannya yang berjudul “Understanding And Shaping Curiculum: What We Teach And Why”. Hasil
penelitian ini menyatakan bahwa dalam konsep kurikulum pendidik diharapkan dapat menerapkan kurikulum dalam konteks sekolah yang dalam
4 bagian. Pertama pandangan pendidik terhadap kurikulum, kedua kontinyunitas dengan dasar teoritikal dan model kurikulum, ketiga difokuskan
dalam segi praktisioner dan keempat mendiskusikan ajakan untuk perdebatan tentang kurikulum.
2. Pelaksanaan pembelajaran tahfiẓhul Qur’an Pelaksanaan pembelajaran
tahfiẓhul Qur’ an di SMP IT Nur Hidayah Surakarta dilaksanakan dengan tiga program yaitu, program talaqi, program
reguler, dan program ekstra. Program talaqi dilaksanakan pagi hari dengan menggunakan metode talaqi kolektif, yaitu seorang guru membacakan satu
ayat dari Al- Qur’an sebanyak tiga kali kemudian siswa menirukan dan
mengulang ayat yang dibacakan tersebut sebanyak tiga kali. Tujuannya metode ini adalah untuk mempermudah siswa dalam menghafal Al-
Qur’an, karena menghafal dengan metode ini dilakukan secara bertahap yaitu
menghafal surat dalam Al- Qur’an melalui ayat per ayat sampai satu surat
penuh. Hal ini sesuai dengan Deal 2006, dalam penelitiannya
“Voice From The Classroom: Literacy Belienfs and Practices of Two Novice Elementary
Teachers” yang menyatakan bahwa pembelajaran secara bertahap memungkinkan siswa dapat memahaminya apa yang diajarkan oleh guru.
Pembelajaran dengan cara mempraktekkan apa yang diajarkan di kelas, maka hal tersebut akan mendukung siswa untuk lebih memahami dan menimbulkan
kesan yang mendalam dari apa yang dikerjakan. Sehingga pembelajaran yang dilakukan dengan cara mempraktikkan langsung maka siswa memiliki
kecenderungan lebih memahami apa yang diajarkan oleh guru. Partisipasi guru dalam kegiatan pembelajaran akan meningkatkan kepercayaan siswa
terhadap guru. Hal tersebut juga senada dengan Amjad Qosim 2008: 109, pada bab II juga menjelaskan bahwa seseorang yang ingin menghafal ayat-
ayat Al- Qur’an dengan metode ini maka cukup dengan membaca satu ayat
dengan bacaan yang benar sebanyak 2 atau 3 kali, kemudian memperdengarkan ayat tersebut kepada orang lain guru dan begitu pula
pada ayat kedua dan seterusnya. Pelaksanaan pembelajaran
tahfiẓhul Qur’an di SMP IT Nur Hidayah Surakarta pada program talaqi dengan metode talaqi kolektif berjalan cukup
baik hal ini dapat dilihat ketika siswa menyetorkan hafalan diprogram reguler sudah cukup lancar dan benar. Pengajaran dengan metode talaqi kolektif
cukup efektif karena siswa akan terhindar dari kesalahan-kesalahan sebelum menghafal dengan cara memperhatikan ayat-ayat yang dibacakan oleh guru
secara langsung. Hal ini sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Abdul Mu’ti 2000: 70, pada bab II yang mengatakan dalam menghafal ayat-ayat
Al- Qur’an salah satu metode yang digunakan adalah metode talaqi yaitu
seorang guru membacakan ayat-ayat Al- Qur’an dan siswa mengikutinya,
dengan tujuan untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan siswa dalam menghafal.
Sedangkan pelaksanaan pembelajaran tahfiẓhul Qur’an program reguler
dengan cara setiap kelas dibagi menjadi dua kelompok per kelompok diampu oleh satu guru dan pembagiannya berdasar hafalan tertinggi, sedang dan
rendah. Sedangkan tempatnya ada yang di dalam dan di luar kelas. Satu kelompok terdiri dari siswa yang hafalannya tinggi, sedang dan rendah
dengan metode ini akan membuat siswa dapat berinteraksi satu sama lainnya sehingga suasana belajar akan bertambah aktif dan bagi siswa yang
hafalannya rendah akan termotivasi untuk meningkatkan hafalannya dengan cara belajar kepada siswa yang hafalannya sudah tinggi.
Hal ini sejalan dengan Hana Blissett; Steve Simmons; Nicholas Jordan; Kristen Nelson, 2004, dalam penelitiannya
“Evaluation of Learning Group Approaches for Fostering Integrated Cropping System” yang mennyatakan
model investigasi kelompok secara filosofis beranjak dari paradigma kontruksi, dimana terdapat suatu situasi yang di dalamnya siswa-siwa
berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain dengan berbagai informasi dan melakukan pekerjaan secara kolaboratif untuk menginventigasikan suatu
masalah mulai dari merencanakan, mempresentasikan serta mengevaluasi kegiatan mereka.
Metode yang digunakan pada pembelajaran tahfiẓhul Qur’an program
reguler adalah metode setoran dan muraja’ah. Metode setoran menggunakan
dua tenik yaitu setoran kepada guru tahfiẓh dan koordiator tahfiẓh. Dengan
teknik ini guru dapat mengetahui secara jelas sejauh mana kemampuan setiap siswa dalam menghafal ayat, baik dari segi kelancaran, tajwid, dan
makharijul huruf, maupun permasalahan lain yang dihadapi siswa sehingga guru mampu memberikan solusi yang tepat atas permasalahan yang dihadapi
setiap siswa terutama yang berkaitan dengan hafalan Qur’an. Hal ini sesuai dengan Sugianto 2004: 116, pada bab II yang mengatakan guru pembimbing
sangat diperlukan dalam membimbing, mengarahkan, dan menyimak hafalan Al-
Qur’an. Hafalan yang tanpa diperdengarkan pada guru pembimbing kurang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya dan juga tidak
mengetahui dimana letak kesalahannya. Hal tersebut dikarenakan tidak ada yang memberi ketentuan tentang benar atau tidaknya hafalan tersebut.
Sedangkan pelaksanaan pembelajaran tahfiẓhul Qur’an program ektra
diperuntukkan khusus bagi siswa kelas VII yang belum lancar dalam membaca Al-
Qur’an dan juga bagi kelas VIII yang belum selesai menghafal juz 30. Siswa yang masuk program ekstra adalah siswa yang memang
memerlukan perhatian tambahan sehingga metode yang digunakan guru dalam mengajar juga harus ekstra. Pada program ini guru lebih menekankan
pembenaran bacaan dan tajwid dari pada target hafalan, hal ini dikarenakan kondisi siswa yang masuk program ini memang berbeda dengan kondisi
siswa pada umumnya. Hal ini sesuai penelitian Ravisa Mathur dan Lisa Oliver 2007, yang
berjudul “Developing an International Distance Education Program: A
Blended Learnin g Approach” tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mendiskusikan suatu model pelajaran umum yang mengunakan suatu pendekatan pembelajaran yang digabung dengan kondisi siswa. Hal ini dapat
diartikan bahwa penerapan suatu model pembelajaran di sekolah disesuaikan dengan kondisi sekolah dan kondisi siswanya.
3. Evaluasi pembelajaran tahfiẓhul Qur’an Pelaksanaan evaluasi dalam pembelajaran
tahfiẓhul Qur’an juga bertujuan untuk mengetahui kualitas siswa dalam hafalan Qur’an, karena
dengan adanya evaluasi dapat diketahui apakah siswa sudah mengalami perkembangan dalam peningkatan kemampuannya atau belum. Hal ini sesuai
dengan Sanjaya 2011: 231, pada bab II yang menjelaskan bahwa evaluasi tidak hanya untuk mengetahui keberhasilan siswa mencapai tujuan
pembelajaran, akan tetapi sekaligus dapat melihat efektivitas program desain yang direncanakan.
Berdasarkan data yang diperoleh pada bab IV ditemukan, bahwa dalam evaluasi pembelajaran
tahfiẓhul Qur’an di SMP IT Nur Hidayah Surakarta menggunakan tiga bentuk evaluasi yaitu evaluasi diagnonis tahap awal,
evaluasi formatif tahap kedua dan evaluasi sumatif tahap akhir. Evaluasi diagnonis biasanya digunakan pada waktu penerimaan siswa baru, selain itu
evaluasai ini digunakan juga pada pembelajaran tahfiẓhul Qur’an program
talaqi dan reguler. Evaluasi diagnonis pada pembelajaran tahfiẓhul Qur’an
dengan cara siswa menyetorkan ayat-ayat yang telah dihafal di kelas talaqi kepada guru tahfizh.
Evaluasi formatif dilakukan melalui evaluasi per surat yaitu evaluasi yang dilakukan setelah siswa hafal satu surat penuh dari target yang
ditentukan. Kelas VII target hafalannya juz 30 dan diuji dengan hafalan sekali duduk. Kelas VIV target hafalannya juz 29 al-Mursalat- al-
Ma’arij dan diuji per surat, per ¼ juz, per ½ juz sekali duduk. Kelas IX target hafalannya juz 29 al-Haqqah-Al Mulk dan diuji per surat, kemudian ujian 1
juz sekali duduk. Evaluasi sumatif dilakukan pada akhir semester gasal dan genap, sedangkan untuk tengah semester hanya dilakukan evaluasi per surat
untuk mengetahui sejauh mana pencapaian siswa dalam menghafal Al- Qur’an. Evaluasi ini dilakukan sesuai dengan pencapaian terakhir surat yang
telah dihafal oleh setiap siswa sedangkan aspek yang di nilai pada ujian ini adalah kelancaran, tajwid dan mahorijul huruf. Tujuan evaluasi ini adalah
untuk menentukan siswa tersebut sudah lulus pelajaran tahfizh sesuai target atau belum.
D. Simpulan