Fenomena Penggunaan Bahasa Gaul Oleh Komunitas Waria Sebagai Jati Dirinya Di Kota Pontianak

(1)

(2)

SEBAGAI JATI DIRINYA DI KOTA PONTIANAK

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi Gelar Sarjana S1 Pada Program Studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Humas

Oleh: Nama : Fazly Nim : 41806133

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI HUMAS FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA B A N D U N G


(3)

(4)

i

SEBAGAI JATI DIRINYA DI KOTA PONTIANAK Oleh :

Nama : Fazly Nim : 41806133

Skripsi ini di bawah bimbingan : Rismawaty, S.Sos., M.Si

Penelitian ini mengkaji tentang Fenomena Penggunaan Bahasa Gaul Oleh Komunitas Waria Sebagai Jati Dirinya Di Kota Pontianak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana cara penggunaan bahasa gaul di kalangan waria untuk menunjukan jati diri mereka yang sesungguhnya ke atas permukaan sehingga dapat terlihat oleh masyarakat di kota Pontianak.

Metode yang di gunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan secara langsung dengan menggunakan pendekatan kualitatif dengan informan yang berjumlah 3 (tiga) orang, dan 1 (orang) sebagai informan pendukung. Data ini diperoleh melalui wawancara mendalam, observasi, studi literatur, internet searching. Adapun Teknik analisa data adalah pertama pengumpulan data, kedua klasifikasi data, ketiga analisis data, proses akhir analisis data.

Hasil penelitian yang terjadi di lapangan menunjukan penggunaan bahasa gaul yang di gunakan oleh komunitas waria di Pontianak semakin berkembang, dengan penggunaan bahasa gaul, jati diri waria terlihat dengan sendirinya dan dapat diterima oleh masyarakat kota Pontianak.

Kesimpulannya proses komunikasi yang berlangsung menggunakan bahasa gaul memberikan kontribusi terhadap waria dengan diterima nya mereka kedalam bagian dari masyarakat, sedangkan proses hubungan yang terjadi memberikan manfaat yang baik bagi waria karena telah diterima oleh kalangan masyarakat dan menjadikan hubungan waria dengan masyarakat menjadi semakin erat, sedangkan fenomena bahasa gaul yang terjadi di kalangan waria menjadikan mereka lebih percaya diri dengan adanya bahasa gaul yang menunjukan jati diri mereka yang sebenarnya. Saran untuk waria, diharapkan mampu memberikan sesuatu lebih, baik dari bidang bahasa gaul, ekonomi serta kesenian / entertainer terhadapa masyarakat di kota Pontianak khususnya agar menjadi lebih baik.


(5)

ii

TRANSGENDER COMMUNITY PONTIANAK CITY By:

Name : Fazly Nim : 41806133

This Research was supervise by : Rismawaty, S.Sos., M.Si

This study evaluated the use of slang phenomenon Transgender Community By Himself For Identity In the city of Pontianak. The purpose of this study was to find out how to use slang language among transvestites to show their true identity to the surface so it can be seen by people in the city of Pontianak.

The method used by the authors in this research is descriptive method with the direct approach by using a qualitative approach to the informant, amounting to 3 (three), and 1 (one) as an informant supporters. This data was obtained through in-depth interviews, observation, literature study, searching the internet. The data analysis technique is the first data collection, the data classification, three data analysis, the final data analysis.

Results of research in the field showed that the transsexual can show identity by using the communication process, the relationships and the phenomenon of the use of slang is happening in Pontianak that transvestites can be received well by the city of Pontianak.

In conclusion the process of communication that takes place using slang language contributes to the drag queen received her with them into the part of society, while the process of relationship is beneficial for transsexuals because it has been accepted by the community and make relationships with transgender people become more closely, while the phenomenon slang that occurs among transvestites make them more confident with the slang that shows their true identity.

Advice for transvestites, expected to contribute more, both from the fields of language, economics and art / entertainers in the city of Pontianak community in particular.


(6)

iii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Maha Suci Allah yang senantiasa mencurahkan Rahmat-Nya kepada orang-orang beriman yang selalu taat, tunduk, dan patuh kepada-Nya, dan kepada orang-orang yang senantiasa berada di jalan-Nya. Shalawat serta salam senantiasa dipanjatkan pada junjungan Nabi Muhammad SAW. Semoga Allah senantiasa mencurahkan Rahmat-Nya kepada beliau, keluarga, para sahabat sampai kita semua hingga akhir zaman nanti.

Puji serta syukur penyusun panjatkan kepada Dzat Illahi Robbi yang telah menganugerahkan setetes Ilmu-Nya yang Maha Luas tak terbatas kepada penulis yang memiliki banyak kedangkalan akal, sehingga Alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan skripsi yang diberi judul ”Fenomena Penggunaan Bahasa Gaul Oleh Komunitas Waria Sebagai Jati Dirinya Di Kota Pontianak”.

Skripsi ini penulis susun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Humas Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM).

Ucapan terimakasih yang setulus-tulusnya peneliti tujukan kepada kedua orang tua yang selalu membantu dan memberikan dukungan baik moral, spiritual, dan material serta doa kepada peneliti hingga detik ini. Doa ananda, semoga ananda dapat membahagiakan Mamah dan Abah serta menjadi seperti apa yang


(7)

iv

Mamah dan Abah harapkan untuk menjadi manusia yang berguna setidaknya untuk hidup ananda sendiri. Amien.

Melalui kesempatan ini pula, dengan segala kerendahan hati peneliti ingin menyampaikan rasa hormat, terimakasih, dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:

1. Bapak Prof. Dr. Samugyo Ibnu Redjo, Drs., M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Komputer Indonesia yang telah mengeluarkan izin penelitian ke lapangan.

2. Bapak Drs, Manap Solihat., M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia, yang telah memberikan pengesahan pada laporan sehingga dapat diseminarkan.

3. Ibu Melly Maulin S.Sos,.M.Si selaku dosen wali selama penulis kuliah di Universitas Komputer Indonesia yang telah banyak memberikan dukungan, doa, dan motivasi selama perkuliahan dan skripsi berlangsung hingga selesai.

4. Ibu Rismawaty, S.Sos,. M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu, kesabaran, dan perhatiannya buat penulis, serta telah membuka pikiran penulis. Terima kasih ibu, atas bimbingannya selama ini .


(8)

v

5. Bpk/Ibu Dosen Dilingkungan Prodi Ilmu Komunikasi FISIP, Khususnya Kepada Ibu Desayu Eka Surya, S.Sos., M.Si, Arie Prasetio, S.Sos., M.Si, Adiyana Slamet, S.IP, M.Si, Iin Rahmi Handayani, S.Sos., M.I.Kom, Inggar Prayoga, S.I.Kom, TineAgustin W, S.I.KOM yang telah memberikan ilmu dan pengetahuannya selama peneliti studi di Unikom.

6. Teh Astri Ikawati, A.Md, dan Teh Rr. Sri Intan Fajarini, S.I.Kom selaku Sekretariat Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia yang telah membantu untuk mempermudah segala urusan akademik selama penulis berada di Unikom.

7. Mami Yuni, Kak Yuli, Ariandes Verdytaro, dan Tommy Afriza yang telah mau membantu dan bekerja sama saat menjadi informan penelitian sehingga memudahkan peneliti untuk mendapatkan jawaban dan menyelesaikan skripsi yang telah peneliti kerjakan.

8. Seluruh Keluarga Tercinta Abang dan adek-adek ku, terimakasih buat

semua do’a, dukungan dan motivasi sekaligus bantuan biayanya.

9. Sevi Salyna, terima kasih sudah mau menjadi penyemangat di setiap hari ku, pengisi hidup baik dalam susah dan duka, semoga semua nya bisa jadi berkah buat kita berdua dan menjadi sebuah awal yang baik..makasih sayang buat semuanya ”doa dan kehadiran mu membuatku selalu bersemangat dalam menyelesaikan segala urusan semoga engkau menjadi pendamping ku selamanya.


(9)

vi

10.Seluruh teman seperjuangan Hendra Yana, Deny Ruchiyat, Yuni Rizani, Markus, Fridsal, Frelly, Ayoeb, Arif, Septian, dan seluruh teman yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, Makasih buat dukungan dan semangatnya, Moga-moga kebersamaan kita tak akan pernah terlupakan. Semoga kita semua bisa menggapai impian kita. Ayo semangat setiap perjuangan yang kita kerjakan pasti kita akan memetik hasil yang memuaskan juga.

SEMANGAT…!!!!

11.Teman – teman yang sudah lulus duluan yang sangat membantu penulis seperti Bayu Sakthi, Witono, Defry, Andini, Alty, Farah, Chandra Riza, dan teman-teman yang tidak bisa di sebutkan satu per satu terima kasih dukungan dan bantuan nya akhirnya saya menyusul anda, semoga pertemanan kita kekal sampe akhir zaman.

12.Teman-Teman yang berada di Pontianak seperti Ridwan, Hanafi,

Rommy, bg.Udin beserta Istri-Istri kalian,,hehe..terima kasih atas bantuan nya selama penulis berada di Pontianak, selalu menjadi ayah dan suami yang baik untuk keluarga.ok!!!

13.Seluruh pihak yang tidak sapat penulis sebutkan satu-persatu yang telah memberikan bantuan serta saran-sarannya kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

Akhir kata Peneliti berharap semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang memerlukannya. Untuk kesempurnaan penelitian ini maka kritik dan saran yang membangun senantiasa penulis nantikan semoga Allah SWT


(10)

vii

membalas budi baik kepada kita semua serta melimpahkan segala karunia- Nya. Amin. Terimakasih.

Wassalaamu’alaikum Wr. Wb.

Bandung, Februari 2012 Peneliti

Fazly Nim. 41806133


(11)

viii DAFTAR ISI

Halaman LEMBAR PENGESAHAN

LEMBAR PERNYATAAN

ABSTRAK i

ABSTRACT ii

KATA PENGANTAR iii

DAFTAR ISI viii

DAFTAR GAMBAR xii

DAFTAR TABEL xiii

DAFTAR LAMPIRAN xiv

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Identifikasi Masalah 11

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 12

1.3.1 Maksud Penelitian 12

1.3.2 Tujuan Penelitian 12

1.4 Kegunaan Penelitian 13

1.4.2Kegunaan Teoritis 13

1.4.3 Kegunaan Praktis 13


(12)

ix

Halaman

1.5.1 Kerangka Teoritis 14

1.5.2 Kerangka Konseptual 18

1.6 Pertanyaan Penelitian 23

1.7 Subyek Penelitian dan Informan 25

1.7.1 Subyek Penelitian 25

1.7.2 Informan Penelitian 26

1.8 Metode Penelitian 27

1.9 Teknik Pengumpulan Data 28

1.10 Teknik Analisa Data 31

1.11 Lokasi dan Waktu Penelitian 32

1.11.1 Lokasi Penelitian 32

1.11.2 Waktu Penelitian 32

1.12 Sistematika Penulisan 34

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 36

2.1 Tinjauan Tentang Komunikasi 36

2.1.1 Definisi Ilmu Komunikasi 36

2.1.2 Tujuan Komunikasi 37

2.1.3 Proses Komunikasi 38

2.1.3.1 Proses Komunikasi Secara Primer 38 2.1.3.2 Proses Komunikasi Secara Sekunder 39


(13)

x

Halaman

2.1.4 Konteks Komunikasi 40

2.1.4.1 Komunikasi Kelompok 40 2.1.4.2 Komunikasi Antar Pribadi 41

2.2 Tinjauan Tentang Fenomena 43

2.3 Tinjauan Mengenai Bahasa 44

2.4 Tinjauan Mengenai Bahasa Komunitas 52 2.5 Tinjauan Mengenai Bahasa Gaul Kaum Waria 54

2.6 Tinjauan Tentang Jati Diri 57

2.7 Tinjauan Mengenai Waria 58

BAB III OBJEK PENELITIAN 60

3.1 Sejarah Waria 60

3.1.1 Zaman Nabi Luth 60

` 3.1.2 Waria di Barat 62

3.1.3 Waria di Indonesia 64

3.2 Bahasa Kaum Waria 67

3.3 Ciri-Ciri Waria di Indonesia 68

3.3.1 Ciri-Ciri Waria 68

3.4 Fenomenan Waria di Kota Pontianak 69

3.5 Faktor Penyebab Homoseksual 70

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 72


(14)

xi

Halaman

4.1.1 Informan Utama 73

4.1.2 Informan Pendukung 80

4.2 Hasil Penelitian 82

4.2.1 Proses Komunikasi Bahasa Gaul di Kalangan

Waria Kota Pontianak 82

4.2.2 Proses Hubungan menggunakan bahasa Antara

Waria di dalam komunitas di kota Pontianak 83 4.2.3 Fenomena Penggunaan Bahasa Gaul di

Komunitas Waria Kota Pontianak 86

4.3 Pembahasan 87

BAB V PENUTUP 93

5.1 Kesimpulan 93

5.2 Saran 94

5.2.1 Saran Untuk Waria 94

5.2.2 Saran Untuk Masyarakat 94

5.2.3 Saran Untuk Peneliti Serupa 95

DAFTAR PUSTAKA 96

LAMPIRAN-LAMPIRAN 98


(15)

1 1.1 Latar Belakang Masalah

Keberadaan komunikasi bagi kehidupan manusia sebagai makhluk sosial yang senantiasa ingin berhubungan dengan manusia lainnya sudah disadari sejak dahulu, Dengan komunikasi kita membentuk saling pengertian, menumbuhkan persahabatan, memelihara kasih sayang, menyebarkan pengetahuan, bertukar pengalaman dan melestarikan peradaban kebudayaan. “Komunikasi adalah salah satu aktifitas yang sangat fundamental dalam

kehidupan umat manusia baik individu maupun di dalam kelompok. Komunikasi kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut (Deddy Mulyana, 2005).”

Menurut Jalaludin Rahkamt dalam bukunya Psikologi Komunikasi tahun 2008 menyatakan bahwa:

“Kelompok adalah sejumlah individu berkomunikasi satu dengan yang lain dalam jangka waktu tertentu yang jumlahnya tidak terlalu banyak, sehingga tiap orang dapat berkomunikasi dengan semua anggota secara langsung (Homans 1950).”

Banyak dan hampir semua orang baik individu, kelompok, massa, yang ingin memiliki atau menemukan jati diri mereka, jati diri sangat penting bagi seseorang atau pun bagi komunitas tertentu, dengan jati diri dia bisa memperkenalkan kepada khalayak bahwa siapa dia sebenarnya, jati diri memiliki beberapa ciri-ciri seperti di bawah:


(16)

Jati : ciri-ciri, gambaran, atau keadaan khusus seseorang atau suatu benda; identitas atau yang mungkin lebih tepat disebut Inti lanjut ke Diri Diri : orang seorang(terpisah dari yang lainnya); badan sehingga di gabungkan jati diri adalah identitas atau inti kehidupan dari seseorang. Identitas tersebut lah yang di ingin kan oleh para komunitas waria, para waria ingin memiliki, menemukan, dan menunjukan jati diri mereka baik secara pribadi atau pun secara komunitas nya kepada khalayak sehingga para waria bisa di terima dengan baik dan dapat bergabung dengan masyarakat karena telah menunjukan jati diri nya sebagai seorang waria, baik itu dengan menggunakan bahasa gaul, penggunaan bahasa yang berbeda, ataupun perbuatan nya.

Hampir semua orang mengenal waria (wanita tapi pria), waria adalah individu yang memiliki jenis kelamin laki-laki tetapi berperilaku dan berpakaian seperti layaknya seorang perempuan. Waria merupakan kelompok minoritas dalam masyarakat, namun demikian jumlah waria semakin hari semakin bertambah, terutama di kota-kota besar. Bagi penulis waria merupakan suatu fenomena yang menarik untuk diteliti karena dalam kenyataannya, tidak semua orang dapat mengetahui secara pasti dan memahami mengapa dan bagaimana perilaku serta bahasa gaul kaum waria.

Waria yang lebih ingin seperti wanita, mereka hanya keluar di tempat seperti adanya acara fashion show ataupun pangkalan-pangkalan di malam


(17)

hari, tetapi waria sedikit kurang berbaur dengan masyarakat di tempat-tempat hiburan, dan lebih banyak menjadi pegawai salon.

Menurut Mami Yullie, pada 2006 terdata sebanyak 7.878.000 waria ada di Indonesia. Jumlah ini bisa berkembang sampai 200% karena banyak diantara mereka yang tidak terbuka dan tidak memiliki identitas resmi seperti kartu tanda penduduk. Namun bentuk diskriminasi masih terus dialami waria dengan yang paling rentan adalah tidak bisa mendapat tempat di publik. Mami Yullie mengatakan suka atau tidak suka, mau tidak mau karena jumlahnya sangat banyak maka ini adalah tanggung jawab Negara, karena waria juga warga negara. Waria berharap agar calon presiden mendatang bisa memberi satu pemahaman atau memberi satu peraturan yang bisa melindungi mereka sebagai warga negara. Walaupun waria, mereka juga warga negara yang mempunyai hak kesetaraan hidup dalam masyarakat.

Waria di Pontianak juga telah dilakukan sensus dan hasil sensus tersebut menyebutkan di Kalimantan Barat terdapat 2000 waria, tersebar di seluruh kabupaten dan kota. Khusus di Kota Pontianak, terdapat sekitar 400 waria. Mereka memiliki bakat dan kreativitas berbeda. Menurut Yuni, saat ini keberadaan waria sudah diakui, baik nasional maupun internasional. Waria memiliki hak yang sama sebagai warga negara Indonesia yang berdasarkan Pancasila. "Indonesia adalah negara hukum, bukan negara Islam. Kebebasan berserikat dan berkumpul dijamin oleh undang-undang. Waria di Pontianak tidak kalah dengan waria yang berada di luar Pontianak, mereka memiliki kreatifitas yang tinggi, Ketua Forum Komunikasi Waria Indonesia Kalbar


(18)

Yuni Safira meminta semua pihak mengizinkan waria untuk berkreasi, Sehingga para waria bisa memiliki kegiatan di siang hari.

(sumber ketua forum komunikasi waria Indonesia Pontianak).

Peneliti disini sedang meneliti waria di Pontianak dikarenakan fenomena yang terjadi di kota Pontianak pada beberapa bulan terakhir ini lebih sering menggunakan bahasa gaul dalam komunitas mereka untuk menunjukan jati dirinya baik di dalam komunitas agar mudah diketahui oleh orang lain tetapi juga di masyarakat agar jati diri mereka bisa diketahui dan diterima oleh masyarakat di sekitar pontianak, berbeda dengan waria dikota lain seperti di ibu kota Jakarta yang waria nya telah cenderung lebih menggunakan bahasa gaul tidak hanya di dalam komunitas nya tetapi juga mereka menggunakan bahsa tersebut ketika berada di kalangan masyarakat di sekitar mereka, sehingga jati diri waria di Jakarta telah lama dan dapat dengan mudah diketahui ketika berada di masyarakat.

Waria di Pontianak jika di siang hari mereka tidak menampakan dirinya di jalanan ibu kota maupun pedesaan tetapi ketika malam tiba keberadaan waria dapat dengan mudah di lihat di pinggir-pinggir jalan perkotaan, di waktu siang mereka masing-masing melakukan aktifitas seperti laki-laki pada umum nya, sehingga terkadang masyarakat tidak mengetahui kalau tetangga nya atau saudaranya ada yang menjadi waria karena mereka mampu menutupi jati dirinya di malam hari. Jati diri seseorang seperti waria masih dalam pencarian sehingga tidak sedikit waria yang masih belum bisa menemukan jati diri nya yang sebenarnya. Namun ketika mereka mengeluarkan bahasa gaul waria bisa


(19)

jadi mereka baru diketahui oleh orang kalau tetangganya ternyata salah satu dari waria yang berada di Pontianak. Penggunaan bahasa gaul dapat diidentifikasikan dengan memperkenalkan jati diri seorang atau komunitas waria sendiri kepada khalayak sehingga secara langsung ketika khalayak mendengar bahasa gaul komunitas waria mereka sudah dapat langsung mengerti bahwa mereka itu adalah waria.

Kebutuhan manusia untuk berkomunikasi satu sama lain dapat terpenuhi dengan adanya kemajuan ilmu pengetahuan, sehingga komunikasi yang di lakukan bermacam–macam sehingga memiliki bahasanya masing- masing. Bahasa masyarakat sehari – hari yang biasa kita gunakan yaitu bahasa Indonesia baku, ada juga memakai bahasa Indonesia gaul, bahasa Indonesia campuran, biasa di campur dengan Inggris, tetapi juga ada bahasa alay, lebay dan yang penting yang akan saya bahas yaitu fenomena penggunaan bahasa waria yang ada saat ini yang umum nya di Indonesia dan khusus nya fenomena penggunaan bahasa komunitas waria sendiri di kota Pontianak.

“Dalam proses komunikasi, bahasa sebagai lambang verbal paling banyak dan paling sering digunakan. Bahasa dapat didefinisikan sebagai seperangkat simbol, dengan aturan untuk mengkombinasikan simbol-simbol tersebut, yang digunakan dan dipahami suatu komunitas. (Mulyana, 2007: 260).”

Bahasa dibentuk oleh kaidah aturan serta pola yang tidak boleh dilanggar agar tidak menyebabkan gangguan pada komunikasi yang terjadi. Kaidah, aturan dan pola-pola yang dibentuk mencakup tata bunyi, tata bentuk dan tata kalimat. Agar komunikasi yang dilakukan berjalan lancar dengan baik, penerima dan pengirim bahasa harus menguasai bahasanya.


(20)

“Bahasa adalah suatu sistem dari lambang bunyi arbitrer yang dihasilkan oleh alat ucap manusia dan dipakai oleh masyarakat komunikasi, kerja sama dan identifikasi diri. Bahasa lisan merupakan bahasa primer, sedangkan bahasa tulisan adalah bahasa sekunder. Arbitrer yaitu tidak adanya hubungan antara lambang bunyi dengan bendanya.1”

“Secara umum dikatakan bahwa studi mengenai hubungan antara bahasa dan budaya dikenal sebagai sociolinguistics. Sociolinguistics adalah suatu pengertian yang sangat luas dan mencakup setiap studi tentang bahasa yang menggunakan data sosial, atau sebaliknya, yaitu setiap studi mengenai kehidupan sosial menggunakan bahasa bahasa sebagai salah satu data.”(Sasa Djuarsa Senjaya).

Penggunaan bahasa mungkin terlihat mudah bagi kebanyakan tanggapan orang lain namun dalam penggunaan bahasa, penulisan bahasa, dan pengucapan bahasa itu sangat sulit dan terkadang kita tidak meyadari kesalahan dalam berbahasa yang kita gunakan setiap hari. seperti definisi dari bahasa tersebut merupakan penggunaan kode yang merupakan gabungan fenom sehingga membentuk kata dengan aturan sintaks untuk membentuk kalimat yang memiliki arti.

Penggunaan bahasa berarti alat untuk berkomunikasi dengan sesama manusia supaya menjadikan manusia tersebut bisa bekerja sama/berhubungan dengan baik dengan menggunakan bahasa yang baik pula sehingga komunikasi antara manusia tersebut dapat berjalan dengan lancar.

Penggunaan bahasa yang baik dan benar adalah bahasa yang digunakan sesuai dengan situasi pembicaraan (yakni, sesuai dengan lawan bicara, tempat pembicaraan, dan ragam pembicaraan) dan sesuai dengan kaidah yang berlaku dalam Bahasa Indonesia (seperti, sesuai dengan kaidah ejaan (EYD),

1

http://organisasi.org/definisi-pengertian-bahasa-ragam-dan-fungsi-bahasa-pelajaran-bahasa-indonesia ( diakses pada 29-11-2011 pada pukul 16.40)


(21)

pungtuasi, istilah, dan tata bahasa dan berbasis rumus SPOK. Pembentukan kata disini yang memiliki peranan penting dalam penyusunan kata agar membentuk hasil dari kata yang telah kita rangkai sesuai dengan apa yang ingin kita sampaikan sehingga menghasilkan bahasa yang baik dan benar. Fungsi Penggunaan Bahasa Dalam Masyarakat :

1. Alat untuk berkomunikasi dengan sesama manusia.

2. Alat untuk berhubungan / bekerja sama dengan sesama manusia. 3. Alat untuk mengidentifikasi diri.2

Bahasa hanya bisa muncul akibat adanya interaksi sosial. Dalam interaksi sosial terjadi saling pengaruh mempengaruhi. Dalam proses interaksi, orang yang lebih aktif melakukan komunikasi akan mendominasi interaksi tersebut. Maka tidak heran apabila suatu bahasa lebih banyak dipakai, maka bahasa itu akan berkembang. Belakangan ini telah diperkenalkan bahasa gaul dengan diterbitkannya Kamus Bahasa Gaul, karya Debby Sahertian. Bahasa ini banyak digunakan oleh sebagian selebritis dan kalangan tertentu lainnya. Secara perlahan bahasa ini juga merambah ke kalangan remaja di daerah terutama di kota-kota besar. Dikarenakan aturan pembentukan kata bahasa gaul cenderung tidak konsisten, maka untuk orang awam dibutuhkan waktu untuk menghafal dan memahaminya.

Bahasa gaul dapat diartikan sebagai variasi bahasa yang bersifat sementara yang biasanya berupa singkatan dan kosa kata baru, karena bahasa

2

http://evanddemons.blogspot.com/2010/10/penggunaan-bahasa-yang-baik-dan-benar.html ( diakses pada 29.11-2011 Pada Pukul 16.45 ).


(22)

merupakan sesuatu yang terus berkembang. Bahasa gaul lebih sering digunakan oleh komunitas-komunitas tertentu, yang secara tidak langsung bahasa komunitas tersebut menjadi suatu budaya. Bahasa gaul yang sering digunakan oleh kaum waria sebagian besar tidak sama dengan bahasa gaul yang digunakan oleh orang-orang pada umumnya. Bahasa gaul kaum selebritis ternyata mirip dengan bahasa gaul kaum waria. (Mulyana, 2007:313)

Bahasa gaul ini bukan hanya alat komunikasi, namun juga alat identifikasi. Kaum waria menggunakan bahasa gaul ini bisa jadi untuk mengidentifikasi diri mereka sebagai seorang waria. Penggunaan bahasa juga dapat berguna untuk menumbuhkan kepercayaan diri. Asmani (2009:51), menyebutkan bahwa untuk bisa mengamati kaum waria dapat dilihat dari bahasa-bahasa istilah yang dipakai dalam komunikasi sehari-hari. Bahasa ini hanya digunakan antar komunitas mereka untuk menjaga rahasia identitasnya.

Berikut adalah contoh kata dari bahasa yang digunakan oleh kaum waria.

Tabel 1.1

Contoh Bahasa Kaum Waria

Bahasa kaum waria Makna / arti

Akika, eke Aku , saya

Begindang Begitu

Dese , Diana Dia

Capcus Pergi


(23)

Kemandose / kemenong Kemana

Lekong Laki-laki

Macan tutul Macet

Ember Emang

Gilingan Gila

Sakit , sekong Gay/ lesbi

Yey, iyey Kamu

War, wer, wor / warna warni Waria Sumber : Pra Penelitian Peneliti, november 2011

Bahasa diatas merupakan bahasa yang fenomena tersendiri di kalangan masyarakat ataupun kalangan waria, terkadang digunakan pada saat informal.

Definisi bahasa gaul yang bersumber dari Blogspot.com yang di tulis oleh

Kartika yang mengatakan bahasa gaul yang berkembang pada tahun 1980an itu, (http://kartika0207.blogspot.com) bahasa gaul adalah bahasa yang senantiasa berkembang sebagai bahasa pergaulan. Selain itu dalam situs Lubis Grafura (lubisgrafura.wordpress.com/) menyatakan bahwa bahasa gaul merupakan variasi bahasa non resmi yang memiliki karakteristik yang biasanya berupa singkatan dan kosa kata. Jadi dapat ditarik kesimpulan yang dimaksud dengan bahasa gaul ialah variasi bahasa yang senantiasa berkembang, bersifat sementara, dan biasanya berupa singkatan dan kosa kata


(24)

baru. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya variasi bahasa, meliputi tempat, waktu, situasi, dan pemakainya.3

Sedangkan bahasa gaul yang dikembangkan oleh Debby Sahertian lebih kepada bahasa gaul kaum waria, sehingga hanya banyak digunakan pada komunitas waria saja.

Penggunaan bahasa gaul waria juga dapat menguntungkan dan juga dapat merugikan bagi komunitas tertentu antara lain bisa di lihat di bawah ini :

a. Sebagai sarana komunikasi pada komunitas tertentu, terutama komunitas waria.

b. Sebagai sarana komunikasi yang non formal kepada lawan bicara, selama lawan bicara mengerti apa yang disampaikan.

c. Sebagai sarana komunikasi intern supaya orang di luar komunitas itu tidak mengerti biasanya berupa kata yang jarang diucapkan sehari-hari.

d. Sebagai sarana komunikasi yang mudah digunakan dan dicerna biasanya dalam kehidupan sehari-hari.

Sedangkan bagian bahasa yang dapat merugikan komunitas lain adalah seperti contoh di bawah ini :

a. Bahasa waria dapat digunakan sebagai sandi untuk melakukan tindakan yang negatif.

b. Dapat menimbulkan rasa kurang cinta terhadap bahasa pribumi. c. Malu jika berbahasa formal.

3

http://kartika0207.blogspot.com/2011/04/pengertian-bahasa-gaul.html di akses pada (20-12-2011) 20.42


(25)

d. Kurang menjunjung tinggi bahasa persatuan.

e. Jika terbiasa, pemakai dapat lupa akan bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai dengan ejaan yang disempurnakan.

f. Dapat mengindikasikan sebagai prilaku yang kurang sopan.

Dari bahasa serta penjelasan di atas wajar sekiranya ada masyarakat yang dapat menerima dan ada yang menolak kehadiran waria menjadi bagian masyarakat. Sehingga komunitas waria harus lebih masuk dan beradaptasi kepada khalayak jika nanti nya mau diterima baik oleh beberapa kalangan masyarakat yang tidak suka terhadap komunitas waria tersebut.

Dari latar belakang masalah tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana fenomena penggunaan bahasa gaul oleh komunitas waria sebagai jati dirinya di kota Pontianak?”

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah dan rumusan masalah diatas, maka peneliti mengidentifikasikan masalah yang akan dibahas sebagai berikut:

1. Bagaimana Proses Komunikasi di Kalangan Waria Kota Pontianak Dengan Menggunakan Bahasa Gaul Waria untuk menunjukan jati dirinya Ketika Berada di Komunitasnya?


(26)

2. Bagaimana Proses hubungan yang terjadi antara waria di dalam komunitas dengan menggunakan bahasa gaul untuk menunjukan jati dirinya di kota Pontianak ?

3. Bagaimana fenomena penggunaan bahasa gaul oleh komunitas waria di kota Pontianak untuk menunjukan jati diri nya?

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian

Adapun maksud dari penelitian ini adalah untuk menganalisa proses komunikasi dikalangan waria, serta hubungan terhadap masyarakat di luar komunitas waria dan fenomena penggunaan bahasa gaul komunitas waria dikota Pontianak, sehingga dapat mengetahui lebih dalam apa saja yang terjadi di dalam kehidupan para komunitas waria di kota Pontianak dengan menggunakan bahasa gaul.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui proses komunikasi dikalangan waria dikota Pontianak dengan menggunakan bahasa waria ketika berada di komunitasnya.

2. Untuk lebih mengetahui hubungan yang terjadi antara komunitas waria dengan menggunakan bahasa gaul dalam menunjukan jati dirinya di kota pontianak.


(27)

3. Untuk mengetahui fenomena penggunaan bahasa gaul komunitas waria di kota Pontianak.

1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis

Secara teoritis penulis berharap agar penelitian ini dapat mengembangkan kajian studi ilmu komunikasi pada umumnya yaitu untuk mengetahui proses dan perkembangan bahasa di komunikasi, hubungan serta kerja sama dengan masyarakat secara khusus di dalam suatu komunitas, yaitu komunitas yang menggunakan bahasa komunitas pada kalangan tertentu dan menggunakan komunikasi yang baik di kalangan masyarakat kota Pontianak dengan menggunakan bahasa komunikasi secara umum.

1.4.2 Kegunaan Praktis

Penelitian ini memiliki kegunaan praktis sebagai berikut: A. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi peneliti mengenai keragaman dan perkembangan bahasa waria yang digunakan oleh komunitas waria dikota Pontianak, serta hubungan langsung dengan masyarakat kota Pontianak di luar komunitasnya.


(28)

Penelitian ini berguna bagi mahasiswa Unikom khususnya bagi program studi ilmu komunikasi. Berguna sebagai literatur bagi penelitian selanjutnya yang akan melakukan penelitian pada bidang kajian yang sama.

C. Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat beguna bagi masyarakat untuk lebih mengenal komunitas waria dikota Pontianak lebih dalam, sehingga nantinya dapat menerima para komunitas waria untuk berada di dalam lingkungan masyarakat luas tanpa adanya perbedaan yang terjadi lagi nantinya.

1.5 Kerangka Pemikiran 1.5.1 Kerangka Teoritis

Didalam penelitian ini penulis menggunakan kerangka pemikiran untuk mengisi teori – teori pendukung yang berkaitan dengan penelitian ini sendiri. Teori – teori ini bertujuan untuk lebih memfokuskan dan mengarahkan masalah yang akan di teliti.

Bahasa adalah suatu sistem dari lambang bunyi arbitrer yang dihasilkan oleh alat ucap manusia dan dipakai oleh masyarakat komunikasi, kerja sama dan identifikasi diri. Bahasa lisan merupakan bahasa primer, sedangkan bahasa tulisan adalah bahasa sekunder. Arbitrer yaitu tidak adanya hubungan antara lambang bunyi dengan bendanya.


(29)

Penggunaan bahasa mungkin terlihat mudah bagi kebanyakan tanggapan orang lain namun dalam penggunaan bahasa , penulisan bahasa, dan pengucapan bahasa itu sangat sulit dan terkadang kita tidak meyadari kesalahan dalam berbahasa yang kita gunakan setiap hari. seperti definisi dari bahasa tersebut merupakan penggunaan kode yang merupakan gabungan fonem sehingga membentuk kata dengan aturan sintaks untuk membentuk kalimat yang memiliki arti.

Penggunaan bahasa berarti alat atau proses berkomunikasi dengan sesama manusia supaya menjadikan manusia tersebut bisa bekerja sama dengan proses yang baik dengan menggunakan bahasa yang baik pula sehingga komunikasi antara manusia tersebut dapat berjalan dengan lancar.

Penggunaan bahasa yang baik dan benar adalah bahasa yang digunakan sesuai dengan situasi pembicaraan (yakni, sesuai dengan lawan bicara, tempat pembicaraan, dan ragam pembicaraan) dan sesuai dengan kaidah yang berlaku dalam Bahasa Indonesia (seperti, sesuai dengan kaidah ejaan (EYD), pungtuasi, istilah, dan tata bahasa dan berbasis rumus SPOK. Pembentukan kata disini yang memiliki peranan penting dalam penyusunan kata agar membentuk hasil dari kata yang telah kita rangkai sesuai dengan apa yang ingin kita sampaikan sehingga menghasilkan bahasa yang baik dan benar sehingga menjadikan proses hubungan yang baik juga.


(30)

Mengutip perkataan dari Professor. Drs. Onong Uchjana Effendy, M.A. dalam bukunya ilmu komunikasi mengatakan Proses komunikasi terbagi menjadi dua tahap, yakni secara primer dan secara sekunder. Secara primer proses komunikasi adalah penyampaian pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambng (symbol) sebagai media. Sedangkan proses secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama.

Hubungan adalah suatu interaksi yang terjadi antara manusia yang berkomunikasi menggunakan bahasa kepada manusia lain, baik itu dikalangan masyarakat, perusahaan, kelompok, massa, serta keluarga, dengan menggunakan bahasa baik itu bahasa formal ataupun non-formal. Fenomena waria adalah fakta. Sebenarnya kemunculan waria di Indonesia dimulai sekitar tahun 1920-an. waria adalah istilah untuk laki-laki yang mengarahkan orientasi seksualnya kepada sesama laki-laki-laki-laki atau disebut juga laki-laki yang mencintai laki-laki baik secara fisik, seksual, emosional ataupun secara spiritual. Tetapi berbeda dengan gay yang juga pecinta sesama jenis waria lebih ingin menjadi seperti wanita baik dari dandanan hingga pakaian nya.

Dalam penelitian ini juga, peneliti ingin mengetahui fenomena waria dalam keseharian dan jati diri waria di kota Pontianak. Yang menjadi latar belakang peneliti mengangkat permasalah ini karena fenomena-fenomena


(31)

seperti ini sudah banyak menyeruak luas ke masyarakat yang awalnya bersifat tabu untuk dikatakan, tetapi seiring dengan berjalannya waktu fenomena tersebut sudah tidak dianggap tabu untuk dibicarakan. Tapi tidak semua orang yang dapat menerima mereka atau tetap bersikukuh bila komunitas ini adalah “virus” bagi orang lain yang dapat menyebar luaskan penyempangan seksualitasnya tersebut. Karena komunitas waria ini dianggap tidak menurut pada aturan yang ada baik agama ataupun dari pemerintah, padahal sejauh yang diketahui bahwa larangan untuk tidak menjalin cinta dengan sesame jenis itu belum ada di Indonesia. Undang-undang yang justru ada adalah Undang-undang-Undang-undang tentang perlindungan dan hak azasi manusia, dimana mereka dapat meminta haknya sebagai manusia dan warga Negara Indonesia untuk meminta perlindungan yang layak sebagai warganya.

Komunitas bisa dibilang sekelompok orang yang saling peduli satu sama lain, Kekuatan pengikat dari suatu komunitas, terutama adalah adanya kepentingan bersama dalam memenuhi kebutuhan kehidupan sosialnya yang biasanya didasarkan pada kesamaan latar belakang budaya, ideologi, sosial, ekonomi, dan sebagainya. Disebabkan oleh adanya kesamaan berbagai pemenuhan kebutuhan dan budaya tersebut maka dalam suatu komunitas dapat timbul adanya sesuatu yang lebih mengikat antar anggotanya. Sesuatu yang mengikat itu misalnya saja adalah bahasa. Bahasa komunitas dapat diartikan sebagai suatu kelompok atau komunitas yang menggunakan bahasa-bahasa atau kata-kata tertentu yang telah


(32)

disepakati oleh komunitas atau kelompok tersebut. Penggunaan bahasa-bahasa atau kata itu bertujuan untuk merahasiakan makna dari kata-kata atau bahasa yang digunakan, sehingga para komunitas seperti waria bisa mendapatkan jati dirinya.

Jati diri sangat penting bagi seseorang atau pun bagi komunitas tertentu, dengan jati diri dia bisa memperkenalkan kepada khalayak bahwa siapa dia sebenarnya, jati diri memiliki beberapa ciri-ciri seperti di bawah: Jati : ciri-ciri, gambaran, atau keadaan khusus seseorang atau suatu benda; identitas atau yang mungkin lebih tepat disebut Inti lanjut ke Diri Diri : orang seorang(terpisah dari yang lainnya); badan sehingga di gabungkan jati diri adalah identitas atau inti kehidupan dari seseorang. 1.5.2 Kerangka Konseptual

Berdasarkan definisi serta teori-teori yang telah di paparkan di kerangka teoritis, disini penulis mencoba untuk menjelaskan lebih terperinci definisi yang ada di kerangka konseptual dibawah ini.

Fenomena adalah kejadian yang baru atau akan terjadi di dalam waktu dekat, Fenomena dari bahasa Yunani; phainomenon, "apa yang terlihat", kata turunan adjektif, fenomenal, berarti: "sesuatu yang luar biasa". dalam bahasa Indonesia bisa berarti:

1. gejala, misalkan gejala alam

2. hal-hal yang dirasakan dengan pancaindra 3. hal-hal mistik atau klenik


(33)

Proses komunikasi adalah proses penyampaian pesan atau perasaan dari komunikator ke komunikan baik menggunakan media ataupun langsung bertatapan muka.

Hubungan adalah suatu interaksi yang terjadi antara manusia dengan manusia lain untuk saling berkomunikasi.

Bahasa gaul adalah bahasa yang senantiasa berkembang sebagai bahasa pergaulan. Selain itu disebutkan bahwa bahasa gaul merupakan variasi bahasa non resmi yang memiliki karakteristik yang biasanya berupa singkatan dan kosa kata. Jadi dapat ditarik kesimpulan yang dimaksud dengan bahasa gaul ialah variasi bahasa yang senantiasa berkembang, bersifat sementara, dan biasanya berupa singkatan dan kosa kata baru. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya variasi bahasa, meliputi tempat, waktu, situasi, dan pemakainya.

Bahasa hanya bisa muncul akibat adanya interaksi sosial. Dalam interaksi sosial terjadi saling pengaruh mempengaruhi. Dalam proses interaksi, orang yang lebih aktif melakukan komunikasi akan mendominasi interaksi tersebut. Maka tidak heran apabila suatu bahasa lebih banyak dipakai, maka bahasa itu akan berkembang. Belakangan ini telah diperkenalkan bahasa gaul dengan diterbitkannya Kamus Bahasa Gaul, karya Debby Sahertian. Bahasa ini banyak digunakan oleh sebagian selebritis dan kalangan tertentu lainnya. Secara perlahan bahasa ini juga merambah ke kalangan remaja di daerah terutama di kota-kota besar. Dikarenakan aturan pembentukan kata bahasa gaul cenderung tidak


(34)

konsisten, maka untuk orang awam dibutuhkan waktu untuk menghafal dan memahaminya.

Bahasa gaul ini bukan hanya alat komunikasi, namun juga alat identifikasi. Kaum waria menggunakan bahasa gaul ini bisa jadi untuk mengidentifikasi diri mereka sebagai seorang waria. Penggunaan bahasa juga dapat berguna untuk menumbuhkan kepercayaan diri. Asmani (2009:51), menyebutkan bahwa untuk bisa mengamati kaum waria dapat dilihat dari bahasa-bahasa istilah yang dipakai dalam komunikasi sehari-hari. Bahasa ini hanya digunakan antar komunitas mereka untuk menjaga rahasia identitasnya.

Bahasa gaul dapat diartikan sebagai variasi bahasa yang bersifat sementara yang biasanya berupa singkatan dan kosa kata baru, karena bahasa merupakan sesuatu yang terus berkembang. Bahasa gaul lebih sering digunakan oleh komunitas-komunitas tertentu, yang secara tidak langsung bahasa komunitas tersebut menjadi suatu budaya. Bahasa gaul yang sering digunakan oleh kaum waria sebagian besar tidak sama dengan bahasa gaul yang digunakan oleh orang-orang pada umumnya. Bahasa gaul kaum selebritis ternyata mirip dengan bahasa gaul kaum waria. (Mulyana, 2007:313).

Pada pra penelitian peneliti mengetahui bahwa, di Pontianak sendiri keberadaan mereka sudah terlihat jelas karena seringnya komunitas ini berkumpul ditempat ramai seperti di Jalan Sungai Jawi, di Jalan Sidas, serta di café-café di Jalan Gajahmada Pontianak.


(35)

Keberadaan mereka disana adalah semata-mata hanya untuk memperlihatkan bahwa mereka ada, bahwa manusia tidak hanya memiliki satu dunia saja yang kita sebut dunia Heteroseksual (lawan jenis) tapi masih ada dunia seksual lain yaitu dunia Homoseksual (sesama jenis). Mereka menginginkan kondisi seperti itu dapat diterima oleh masyarakat. Untuk itu mereka bersosialisasi dan berkomunikasi layaknya orang normal pada umumnya. Keduanya sangat berkaitan erat dalam hal menjaga jati diri komunitasnya yang masih minoritas dan keberadaanya dianggap tabu oleh sebagian orang. Untuk itu mereka melakukan berbagai cara agar keberadaannya diakui. Dan dari semua itu kepercayaan diri seorang waria dapat terbentuk untuk mengeksistensikan keberadaan mereka di masyarakat luas khususnya di kota Pontianak sendiri.

Sebagaimana telah disebutkan, bahwa bahasa komunitas dapat diartikan sebagai suatu kelompok atau komunitas yang menggunakan bahasa-bahasa atau kata-kata tertentu yang telah disepakati oleh komunitas atau kelompok tersebut. Kaum waria termasuk kaum minoritas dalam masyarakat. Maka dari itu mereka membentuk suatu komunitas atau perkumpulan untuk lebih bisa mengekploitasi diri mereka sebagai seorang waria . Komunikasi verbal dan nonverbal pada kalangan waria memiliki ciri khas tersendiri. Komunikasi verbal kaum waria ini dapat dilihat dari bahasa yang mereka gunakan untuk berkomunikasi sehari-hari. Bahasa tersebut kemudian digunakan oleh kaum waria ketika berada pada komunitasnya. komunikasi atau sistem bahasa yang dilakukan oleh kaum


(36)

homoseksual dapat terus berkembang sehingga bahasa yang mereka gunakan lama kelamaan akan bergabung dengan bahasa yang digunakan oleh masyarakat setempat.

Komunitas adalah sekelompok orang yang saling peduli satu sama lain lebih dari yang seharusnya, dimana dalam sebuah komunitas terjadi relasi pribadi yang erat antara para anggota komunitas tersebut karena adanya kesamaan perhatian dan nilai.

Jati diri adalah identitas atau inti kehidupan dari seseorang yang menggambarkan kehidupan serta kepribadian seseorang tersebut agar bisa diketahui dan diterima oleh orang lain.

Dari penjelasan di atas serta teori-teori yang telah di sampaikan maka penulis membuat suatu gambaran sebagai berikut.

Gambar 1.1

Alur kerangka Konseptual

Sumber : Data Peneliti Oktober – Desember 2011 Komunitas waria

Penggunaan bahasa

Proses Hubungan


(37)

Dari gambar ini dapat penulis jelaskan bahwa fenomena yang terjadi adalah suatu gambaran yang sedang terjadi, seperti Penggunaan bahasa dari bahasa gaul komunitas waria yang sekarang sering di gunakan pada komunitasnya, sehingga dapat di jelaskan bahwa penggunaan bahasa terbagi menjadi dua yaitu :

1. Proses komunikasi, yang dimana proses komunikasi adalah proses penyampaian pesan atau perasaan dari komunikator ke komunikan baik menggunakan media ataupun langsung bertatapan muka.

2. Hubungan, yang dimana hubungan adalah suatu interaksi yang terjadi antara manusia dengan manusia lain untuk saling berkomunikasi. Dari penggunaan bahasa yang terbagi dua ini serta fenomena yang sedang terjadi dapat dilihat bahwa komunitas yang terjalin melalui proses komunikasi serta hubungan yang terjalin diharapkan komunitas tersebut bisa menjadi lebih baik dalam menjalin komunikasi serta hubungan, sehingga komunitas tersebut dapat melihatkan jati diri mereka yang sebenarnya ke khalayak.

1.6 Pertanyaan Penelitian

Dari latar belakang masalah dan indentifikasi masalah diatas peneliti akan memberikan beberapa pertanyaan kepada narasumber sebagai berikut ini:

I. Bagaimana Proses Komunikasi bahasa gaul di Kalangan Waria Kota Pontianak Dengan Menggunakan Bahasa Gaul untuk menunjukan jati dirinya Ketika Berada di Komunitasnya?


(38)

1. Bagaimana proses komunikasi yang terjadi di kalangan waria di kota Pontianak dalam berinteraksi menggunakan bahasa gaul untuk menunjukan jati diri ketika berada di komunitasnya?

2. Apakah anda menggunakan bahasa gaul ketika melakukan proses komunikasi di kalangan waria Pontianak dalam menunjukan jati diri ketika berada di komunitas anda?

3. bagaimana bentuk proses komunikasi yang berlangsung di kalangan waria Pontianak dengan menggunakan bahasa gaul untuk menunjukan jati dirinya ketika berada di komunitas? Primer (langsung) / sekunder (tidak langsung).

4. Seperti apa proses komunikasi secara verbal ketika menggunakan bahasa gaul di kalangan waria pontianak untuk menunjukan jati diri ketika berada di komunitas sodara?

5. Seperti apa proses komunikasi non verbal ketika menggunakan bahasa gaul di kalangan waria pontianak untuk menunjukan jati diri ketika berada di komunitas sodara?

II. Bagaimana Proses hubungan yang terjadi antara waria di dalam komunitas dengan menggunakan bahasa gaul untuk menunjukan jati dirinya di kota Pontianak ?

1. Bagaimana proses hubungan yang terjadi ketika anda berinteraksi antar sesama waria di dalam komunitas dengan menggunakan bahasa gaul untuk menunjukan jati diri di kota Pontianak?


(39)

2. Seperti apa proses hubungan yang terjadi antara waria di dalam komunitas dengan menggunakan bahasa gaul untuk menunjukan jati diri di kota Pontianak?

3. Bagaiamana bentuk dari proses hubungan yang terjadi antara anda dengan waria di dalam komunitas anda untuk menunjukan jati diri nya?

4. Apakah ada dampak dari proses hubungan yang terjadi antara waria di komunitas anda ?

5. Apakah proses hubungan yang terjadi antara waria dengan menggunakan bahasa gaul bisa menunjukan jati diri di kota Pontianak ?

III.Bagaimana fenomena penggunaan bahasa gaul oleh komunitas waria di kota Pontianak untuk menunjukan jati diri nya?

1. Apakah fenomena penggunaan bahasa gaul di dalam komunitas anda sudah lama terjadi?

2. Dari sejak kapan fenomena penggunaan bahasa gaul di komunitas anda? 3. Apakah fenomena penggunaan bahasa gaul mengidentifikasikan bahwa

waria semakin hari semakin berkembang di kota pontianak?

4. Bagaimana cara fenomena penggunaan bahasa gaul berkembang di komunitas waria pontianak?

5. Apakah seluruh anggota waria menggunakan fenomena bahasa gaul ketika berkomunikasi di dalam komunitas anda?


(40)

1.7 Subyek Penelitian dan Informan 1.7.1 Subyek Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan subyek penelitian sebagai tolak ukur untuk mengetahui sesuatu yang dapat peneliti teliti dari seseorang khususnya komunitas waria. Seperti yang dikatakan tatang dalam situsnya bahwa :

“Subyek penelitian adalah sesuatu, baik orang, benda, ataupun lembaga (organisasi), yang sifat keadaannya (atributnya) akan diteliti dengan kata lain subyek penelitian adalah sesuatu yang didalam dirinya melekat atau terkandung objek penelitian”. (Tatang M, 2009)

Disini yang menjadi subyek penelitiannya yaitu komunitas waria yang diwakili oleh tiga orang untuk peneliti teliti sebagai informan dalam penelitian ini.

1.7.2 Informan Penelitian

Teknik yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah teknik purposive sample (teknik sample bertujuan) karena sampel yang di ambil relatif kecil dengan pertimbangan tertentu sesuai dengan tujuan penelitian ini. Oleh karena peneliti menentukan kriteria dasar dari orang-orang yang akan peneliti pilih untuk menjadi informan dalam penelitian ini. Informan tersebut adalah komunitas waria yang ditinjau dari fenomena di kota Pontianak. Adanya kesulitan yang peneliti rasakan untuk mendapatkan informan membuat peneliti memutuskan untuk menjadikan tiga orang


(41)

waria sebagai informan dalam penelitian ini. Dibawah ini adalah tabel data informan dengan nama yang disamarkan untuk menjaga kerahasiaan identitasnya, sebagai berikut :

Tabel 1.2 Data Informan

No Nama Samaran Umur Keterangan

1 Yuni 35 Pekerja hotel

2 Mami Yuli 45 Pemilik salon

3 Ariandes Verdytaro 28 Wiraswasta

Sumber : Peneliti, 2011

Table 1.3 Informan Pendukung

No Nama Samaran Umur Keterangan

1 Tommy afriza 26 Pengajar Kesenian

Sumber : Peneliti, 2011 1.8 Metode Penelitian

Pendekatan kualitatif adalah suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia. Pada pendekatan ini, peneliti membuat suatu gambaran kompleks, meneliti kata-kata, laporan terinci dari pandangan responden, dan melakukan studi pada situasi yang alami (Creswell, 1998:15). Bogdan dan


(42)

Taylor (Moleong, 2007:3) mengemukakan bahwa metodologi kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.

Penelitian kualitatif dilakukan pada kondisi alamiah dan bersifat penemuan. Dalam penelitian kualitatif, peneliti adalah instrumen kunci. Oleh karena itu, peneliti harus memiliki bekal teori dan wawasan yang luas jadi bisa bertanya, menganalisis, dan mengkonstruksi obyek yang diteliti menjadi lebih jelas. Penelitian ini lebih menekankan pada makna dan terikat nilai. Penelitian kualitatif digunakan jika masalah belum jelas, untuk mengetahui makna yang tersembunyi, untuk memahami interaksi sosial, untuk mengembangkan teori, untuk memastikan kebenaran data, dan meneliti sejarah perkembangan.

1.9 Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai beriikut:

1. Wawancara Mendalam (Indepht Interview)

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewer) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Maksud dari mengadakan wawancara itu sendiri, seperti yang ditegaskan oleh Lincoln dan Guba (1985), dikutip


(43)

kejadian, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian dan lain-lain” (Moleong, 2007, p. 186).

Pada penelitian ini, untuk memperdalam lagi data yang akan diperoleh maka dalam penelitian ini akan menggunakan wawancara mendalam (Indepth interview). Jenis wawancara ini dimaksudkan untuk kepentingan wawancara yang lebih mendalam dengan lebih memfokuskan pada persoalan yang menjadi pokok dari minat penelitian. Pedoman wawancara memilih peneliti mengenai data mana yang akan lebih dipentingkan. Pedoman wawancara biasanya tidak berisi pertanyaan-pertanyaan yang mendetail, tetapi sekadar garis besar tentang data atau kenyataan, tetapi sekadar garis besar tentang data atau informasi apa yang ingin didapatkan dari informan yang nanti akan dikembangkan dengan memperhatikan perkembangan, konteks, dan situasi wawancara

(Pawito, 2007, 133). Supaya hasil wawancara yang didapat, terekam dengan baik, peneliti akan melakukan wawancara kepada informan yang telah ditentukan, maka dibutuhkan alat-alat sebagai berikut:

a. Buku catatan, yang berfungsi untuk mencatat semua hasil dari interview dengan informan.

b. Handycam, yang berfungsi untuk merekam kejadian atau suasana yang terjadi saat wawancara

c. Hasil wawancara yang berisikan pertanyaan dan jawaban dari informan secara lengkap.


(44)

Dengan melakukan wawancara, peneliti mendapatkan informasi secara langsung dari informan. Peneliti melakukkan Tanya jawab dengan beberapa orang dari komunitas waria di kota Pontianak.

2. Observasi

Peneliti melakukan observasi langsung ke lapangan dengan cara pendekatan pada komunitas waria dan mengamati setiap gerakan yang mereka lakukan bersama komunitasnya. Di jelaskan didalam blog mas tarmudi bahwa “ observasi adalah Istilah observasi berasal dari bahasa Latin yang berarti ”melihat” dan “memperhatikan”. Istilah observasi diarahkan pada kegiatan memperhatikan secara akurat, mencatat fenomena yang muncul, dan mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam fenomena tersebut. Observasi menjadi bagian dalam penelitian berbagai disiplin ilmu, baik ilmu eksakta maupun ilmu-ilmu sosial, Observasi dapat berlangsung dalam konteks laboratoriurn (experimental) maupun konteks alamiah.

Observasi yang berarti pengamatan bertujuan untuk mendapatkan data tentang suatu masalah, sehingga diperoleh pemahaman atau sebagai alat re-checkingin atau pembuktian terhadap informasi / keterangan yang diperoleh sebelumnya. Sebagai metode ilmiah observasi biasa diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan fenomena-fenomena yang diselidiki secara sistematik.


(45)

3. Studi Pustaka

Studi pustaka (studi literatur) adalah metode pengumpulan data dari objek (sumber) yang tertulis dan sumber data lainnya yang relevan dengan masalah yang dibahas dalam penelitian ini. Studi pustaka merupakan salah satu cara mengumpulan informasi yang dilakukan dengan cara mempelajari buku atau referensi lainnya sebagai penunjang penelitian serta mempelajari data-data tertulis yang dibutuhkan. Studi pustaka dilakukan untuk memperoleh rujukan teoritis yang dapat menjelaskan gejala-gejala empiris yang didapat dari lapangan dan berkaitan dengan penelitian.

4. Internet Searching

Dengan perkembangan teknologi saat ini, internet menjadi media informasi untuk mencari atau mendapatkan data yang dibutuhkan dalam penelitian. Karena itu peneliti memilih internet sebagai salah satu alat bantu dalam tenik pengumpulan data. Selain itu internet menjadi wadah informasi yang dapat menampung berbagai data termasuk data untuk penelitian ini. Peneliti menggunakan internet searching dalam penelitian ini, karena dalam internet terdapat banyak informasi, bahan dan sumber data yang beragam dan dinamis yang kemungkinan belum ada dalam bentuk fisiknya di masyarakat.

1.10 Teknik Analisa Data

Analisis data adalah pengolahan data yang dikumpulkan untuk dibahas lebih lanjut. Secara garis besar data yang telah didapat dikumpulkan dan


(46)

dianalisis. Setelah data terkumpul dari berbagai sumber, maka segera dilakukan analisis data yang direncanakan terlebih dahulu agar memudahkan penelitian. Setelah memperoleh data yang diperlukan untuk penelitian, selanjutnya data tersebut diolah dengan tahapan sebagai berikut:

1. Penyeleksian data, pemeriksaan kelengkapan dan kesempurnaan data serta kejelasan data.

2. Klasifikasi data, yaitu mengelompokan data yang telah dipilih sesuai dengan jenisnya.

3. Melakukan studi pustaka, wawancara dan penelusuran data online untuk mendapatkan data yang akurat.

1.11 Lokasi dan Waktu Penelitian 1.11.1 Lokasi Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan observasi di Jalan Sidas Kota Pontianak .

1.11.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan selama 5 bulan. Terhitung dari akhir bulan oktober 2011 sampai awal bulan februari 2011. Mulai dari persiapan, pelaksanaan hingga ke penyelesaian dengan perincian waktu.


(47)

Table A.3 Jadwal Penelitian

No Kegiatan Oktober November Desember Januari Februari 1 Persiapan 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Pengajuan judul Acc judul

Pengajuan persetujuan pembimbingan

Bimbingan

2 persiapan Bimbingan Bab I Seminar UP Bimbingan Bab II Bimbingan Bab III Bimbingan Bab IV Bimbingan Bab V 3 penelitian

lapangan januari 2011

Proses wawancara Pengolahan Data


(48)

4 penyelesaian laporan Penyusunan seluruh draft skripsi

5 sidang kelulusan 24 februari 2012

1.12 Sistematika penulisan

Untuk memberikan gambaran tentang penulisan dari skripsi ini, maka ringkasan secara sistematis dijelaskan pada beberapa bab yang akan dibuat sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Berisikan Latar Belakang, Identifikasi Masalah, Maksud dan Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Kerangka Pemikiran, Pertanyaan Penelitian, Subyek Penelitian dan Informan, Metode Penelitian, Teknik Pengumpulan Data, Teknik Analisa Data, Lokasi dan Waktu Penelitian dan Sistematika Penulisan.


(49)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Berisikan tentang Tinjauan Tentang Ilmu Komunikasi, Tinjauan Tentang Fenomena, Tinjauan Tentang Fenomenologi, Tinjauan Tentang Komunitas dan Tinjauan Tentang waria.

BAB III OBJEK PENELITIAN

Berisikan tentang Sejarah waria, Definisi waria Menurut Para Ahli Seksualis, bahasa waria, Ciri-ciri waria, Istilah-istilah dalam waria di Kota Pontianak.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Berisikan tentang Deskripsi Identitas Informan, Hasil Penelitian dan Pembahasan.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Berisikan tentang Kesimpulan dan Saran – saran yang penulis buat ataupun saran dari orang lain.


(50)

60 3.1 Sejarah Waria/Homoseksual

3.1.1 Zaman Nabi Luth

Homosekualitas pada pria telah ada sepanjang sejarah kehidupan umat manusia.Perbuatan homoseks bukan hanya terjadi pada zaman modern saja tetapi juga terjadi pada zaman Nabi Luth. Tepatnya terjadi di kota Sodom dan Gomorah

pada tahun 3000 SM.Kata Sodom berasal dari bahasa Hebrew „S‟dom‟ yang berarti „terbakar‟, sedangkan Gomorah berasal dari kata „Amorah‟ yang bermakna „tumpukan yang hancur‟. Ini mempunyai arti bahwa kota Sodom dan Gomorah diberi nama setelah keduanya hancur, dan bukanlah nama asal kota tersebut. Artinya interpretasi sodomi muncul setelah kedua kota tersebut hancur. Penduduk kota Sodom adalah orang-orang yang suka berbuat maksiat, seperti perampokan, perzinahan, dan yang paling keji dan belum pernah dilakukan oleh seorangpun diantara anak-anak Adampada zamannya adalah perbuatan “liwaath” (homoseks). Seperti yang dinyatakan dalam Al-Quran dijelaskan mengenai homoseksual pada surat Al-Araaf ayat 80-84 yang berbunyi:

Dan (Kami juga telah mengutus) Luth (kepada kaumnya).(Ingatlah) tatkala dia berkata kepada kaumnya mengapa kamu mengerjakan perbuatan faahisyah itu yang belum pernah dikerjakan oleh seorangpun (di dunia ini) sebelummu. Sesungguhnya kamu mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsumu (kepada mereka), bukan kepada wanita, malah kamu ini adalah kaum yang melampaui batas. Jawab kaumnya tidak lain hanya mengatakan usirlah mereka (Luth dan pengikut-pengikutnya) dari kota ini, sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang berpura-pura mensucikan diri. Kemudian kami selamatkan dia dan pengikut-pengikutnya kecuali isterinya, dia termasuk orang yang tertinggal (dibinasakan).Dan Kami turunkan kepada mereka hujan


(51)

(batu) maka perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang berdosa itu. (Al- Quran dan Terjemahannya, 1998:306-307).

Al-Qur‟an menjelaskan bahwa perbuatan homoseksual pertama kali dilakukan oleh kaum Luth.Perbuatan ini disebut Liwath atau ‘amal qauni Luthin yang artinya perbuatan kaum Luth.Riwayat dari Ibnu Abi Dunya, dari Thawus menyatakan bahwa mula-mula kaum Luth mendatangi wanita-wanita pada duburnya, kemudian mendatangi laki-lakinya.1 Perbuatan kaum Nabi Luth telah melampaui batas kemanusiaan, yang hanya bersyahwat kepada sesama laki-laki dan bukan kepada wanita sebagaimana telah ditawarkan oleh Nabi Luth.Pada waktu itu malaikat-malaikat datang ke rumah Nabi Luth sebagai tamu yang menyamar dalam bentuk pemuda, malaikat tersebut datang dengan tujuan untuk membinasakan kaum Luth karena telah menjadi kaum yang membangkang dan telah melakukan perbuatan keji. Seperti yang disebutkan dalam Al-Quran pada surat Hud ayat 77 - 83 yang berbunyi:

“Dan tatkala datang utusan-utusan Kami (para malaikat) itu kepada Luth, ia merasa susah dan sempit dadanya karena kedatangan mereka,

dan dia berkata: “ini adalah hari yang amat sulit.” Dan datanglah

kepadanya kaumnya dengan bergegas-gegas. Dan sejak dahulu mereka selalu melakukan perbuatan-perbuatan yang keji. Luth berkata: “Hai kaumku, inilah putri-putri (negeri)ku mereka lebih suci bagimu, maka bertaqwalah kepada Allah dan janganlah kamu mencemarkan (nama)ku terhadap tamuku ini. Tidak adakah di antaramu seorang yang

berakal?” Mereka menjawab: “Sesungguhnya kamu telah tahu bahwa

kami tidak mempunyai keinginan terhadap putri-putrimu; dan sesungguhnya kamu tentu mengetahui apa yang sebenarnya kami

kehendaki”. Luth berkata: Seandainya aku ada mempunyai kekuatan

(untuk menolakmu) atau kalau aku dapat berlindung kepada keluarga

yang kuat (tentu aku lakukan)”. Para utusan malaikat berkata: “Hai

Luth, sesungguhnya kami adalah utusan-utusan Tuhanmu, sekali-sekali mereka tidak akan dapat mengganggu kamu, sebab itu pergilah dengan

1

Komunikasi Verbal dan Nonverbal di Kalangan Homoseksual (Studi Kualitatif dengan

Pendekatan Etnometodologi Mengenai Komunikasi Verbal Lisan dan Nonverbal pada Kalangan Homoseksual di Bandung).2004. Liana Mutiawaty


(52)

membawa keluarga dan pengikut-pengikut kamu di akhir malam dan janganlah ada seorangpun di antara kamu yang tertinggal, kecuali isterimu. Sesungguhnya saat jatuhnya azab kepada mereka ialah di

waktu subuh; bukankah subuh itu sudah dekat?”. Maka tatkala datang

azab Kami, Kami jadikan negeri kaum Luth itu yang di atas ke bawah (Kami balikan), dan Kami hujani mereka denga batu dari tanah yang terbakar dengan bertubi-tubi, yang diberi tanda oleh Tuhanmu, dan siksaan itu tidaklah jauh dari orang-orang yang zalim.” (Al- Quran dan Terjemahannya, 1998: 437- 438)

Daerah yang ditimpa siksaan itu adalah daerah yang dikenal dengan nama Laut Mati dan Danau Luth. Perbuatan homoseksual ini berakibat fatal karena dapat merusak akal, jiwa, dan kehancuran akhlak. Kejahatan kaum Luth ini

bertentangan dengan fitrah dan syari‟ah Islam yang dapat mendatangkan

hukuman dari Allah dengan memutar balikan Negeri mereka, sehingga penduduk Sodom, termasuk isteri Nabi Luth ikut terbenam bersama dengan terbaliknya negeri itu, yang tidak terkena azab Allah hanyalah Nabi Luth beserta para pengikutnya yang saleh, taat menjalankan perintah Allah dan menjauhkan diri dari homoseks.

1.1.2 Waria di Barat

Pada tahun 1869, dokter Dr K.M. Kertbeny yang berkebangsaan Jerman-Hongaria menciptakan isitlah homoseks atau homoseksualitas. Homo sendiri berasal dari kata Yunani yang berarti sama, dan seks yang berarti jenis kelamin. Istilah ini menunjukkan penyimpangan kebiasaan seksual seseorang yang menyukai jenisnya sendiri , misalnya pria menyukai pria atau wanita menyukai wanita.


(53)

bermunculan, sehingga munculnya komunitas homoseksual di kota-kota besar di Hinda-Belanda sekitar pada tahun 1920an.

Sekitar pada tahun 1968 mulai dikenal isitilah wadam yang diambil dari kata hawa dan adam. Kata wadam menunjukkan seseorang pria yang mempunyai prilaku menyimpang yang bersikap seperti perempuan. Pada tahun 1969 di New York, Amerika berlangsung Huru-hara Stonewall ketika kaum waria dan gay melawan represi polisi yang khususnya terjadi pada sebuah bar bernama Stonewall Inn. Perlawanan ini merupakan langkah awal dari Waria dan Gay, dalam mempublikasikan keberadaan mereka.

Pada tahun 1980 Istilah wadam diganti menjadi waria karena keberatan sebagian pemimpin Islam, karena mengandung nama seorang nabi, yakni Adam a.s.. Pada tahun 1981Munculnya gejala penyakit baru yang kemudian dinamakan AIDS. Penyakit ini pertama kali ditemukan di kalangan gay di kota kota besar Amerika Serikat, Kemudian ternyata diketahui bahwa HIV adalah virus penyebab AIDS. Penularan HIV / AIDS pertama kali ditularkan melalui hubungan seks anal antara laki laki.2

Secara sosiologis, homoseksual adalah seseorang yang cenderung mengutamakan orang yang sejenis kelaminnya sebagai mitra seksual. Homoseksuaitas sudah dikenal sejak lama, salah satunya terjadi pada massa Yunani Kuno, di Inggris homoseksual ini mulai terjadi pada akhir abad ke-17. Homoseksualitas lazim terjadi antara tentara yang terlibat dalam perang saudara di

2


(54)

Amerika Serikat, dan ada kelompok pria tuna susila yang mengikutinya di medan perang.

Di Amerika serikat homoseksualitas dianggap sebagai tingkah laku seksual antara dua orang yang berjenis kelamin sama. Tingkah laku itu mencakup saling memegang, mencium, melakukan hubungan seksual, dan seterusnya. Pada tahun 1994 Afrika Selatan menjadi Negara pertama yang menjamin non-diskriminasi berdasarkan orientasi seksual dalam UUD-nya. Pada bulan April 2001 Negeria Belanda menjadi negara pertama yang mengesahkan pernikahan untuk warganya termasuk waria sendiri. Tetapi salah seorang dari pasangan yang menikah itu haruslah warga atau penduduk tetap Belanda. Homoseksualitas adalah pasangan yang tidak dapat dielakan dari heteroseksual. Sejarah peradaban dibentuk antara pemikiran kaum homoseksual dan heteroseksual yang saling melengkapi.jika dicermati banyak bangsawan, pimikir, dan seniman besar datang dari kalangan waria. Misalnya saja Julius Caesar yang biseksual, komponis Tchaikovsky, John Maynard Keynes seorang ekonom yang turut meletakan dasar kapitalisme, Iskandar Zulkarnaen (Alezander the great) Raja Macedonia yang gemar menaklikana bangsa-bangsa lain adalah juga seorang waria. Di luar negeri, kaum homoseks sering kali melakukan karnaval sebagai bentuk untuk mendapatkan pengakuan atas keberadaan mereka.

3.1.3 waria di Indonesia

Menurut Dede Oetomo dalam sebuah koran menyebutkan bahwa keberadaan waria di Indonesia belangsung sejak ratusan tahun silam, bahkan di beberapa


(55)

daerah perilaku homoseks malah menjadi semacam tradisi. Perilaku homoseksual ini tidak hanya dibatasi oleh suatu daerah yang mempunyai keadaan religiusitas yang tinggi. Di kota Aceh dan Jawa timur saja yang dikenal dengan daerah yang mempunyai religious tinggi praktek homoseksual tetap saja ada, hal ini dibuktikan dalam buku The Achehnesekarya Snouck Hurgronje. Dalam buku ini, Snouck melaporkan, lelaki Aceh pada abad ke-19 mempunyai kebiasaan berkasih-kasihan dengan anak muda sejenis. Keberadaan homoseksual di Aceh tertuang dalam kesenian roteb sadati. Tarian ini disebut dalem atau aduen, umumnya tarian ini dimainkan oleh pria dewasa yang berjumlah 15 – 20 orang, dalam tarian tersebut bukan hanya melibatkan pria dewasa saja akan tetapi menyertakan seorang anak laki-laki kecil. Anak laki-laki kecil ini kemudian didandani mirip perempuan dan disebut dengan sadati, mereka yang melakukan tarian ini umumnya berasal dari Aceh pegunungan atau Nias. Menurut Prof. Dr. T. Ibrahim Alfian, guru besar ilmu budaya Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Fenomena homoseksual Aceh masa lampau itu muncul karena ketatnya norma yang membatasi pergaulan antara laki-laki dan perempuan lajang.

Kegiatan homoseks juga terjadi di ligkungan dayah atau pesantren. Pada masa lampau anak laki-laki di Aceh yang sudah menginjak tujuh belas tahun sering tidur di meunasah (surau), anak baru ini sering disebut anekeh, di lingkungan pesantren di Jawa pun tedapat praktek homoseks. Sebelum tahun 1970-an, di pesantren muncul istilah mairil di kalangan sejumlah santri. Istilah mairil atau amrot-amrotan merupakan kebiasaan beberapa santri senior yang gemar tidur dalam satu ranjang bersama santri cilik berwajah manis.


(56)

Pada jaman dahulu, perilaku homoseks juga mewarnai kehidupan para warok dalam kesenian reog di ponorogo, Jawa Timur. Gemblak yang artinya anak laki-laki pilihan warok dipinang dengan mas kawin beberapa ekor sapi betina dan sebidang tanah. Gemblak tersebut akan dipenuhi kebutuhannya dan diperlakukan

layaknya seorang “istri” selain istrinya yang asli.

Sang warok percaya apabila ia berhubungan seks dengan wanita, apalagi wanita yang bukan istrinya maka kesaktian warok tersebut akan hilang. Dalam seni reog, gemblak juga mempunyai peran sebagai penari jaranan atau jathilan yang didandani menyerupai wanita. Namun, saat ini kebiasaan tersebut sudah luntur, tari jaranan dalam grup-grup reog dimainkan oleh perempuan tulen.

Homoseksual memang sudah terjadi pada kehidupan masyarakat tradisional di Indonesia. Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Jaleswari Pramodhawardani, pada masa lampau di suku Asmat di Papua ada tradisi menyodomi anak laki-laki yang baru menginjak dewasa. Suku Asmat ini mempercayai bahwa anak membawa sifat wanita karena anak tersebut selalu mendapatkan cairan ibu dari sejak berada di rahim hingga menyusui, Agar anak tersebut menjadi jantan sang anak harus diberi cairan laki-laki dengan melakukan ritual sodomi, tetapi tindakan sodomi tersebut bukan dilakukan oleh ayah kandungnya melainkan oleh pria seangkatan ayahnya.

Dari uraian kisah-kisah diatas, ini menyiratkan bahwa praktek homoseks di Indonesia telah ada sejak jaman dahulu, akan tetapi sampai saat ini masyarakat umum Indonesia belum sepenuhnya menerima perilaku homoseks. Namun


(57)

beberapa tahun belakangan ini kaum homoseks mulai memberanikan diri menunjukan keberadaan serta jati dirinya.

1.2 Bahasa Kaum Waria di Indonesia

Kaum waria menggunakan bahasa gaul ini bisa jadi untuk mengidentifikasi diri mereka sebagai seorang waria. Penggunaan bahasa juga dapat berguna untuk menumbuhkan kepercayaan diri. Asmani (2009:51), menyebutkan bahwa untuk bisa mengamati kaum waria dapat dilihat dari bahasa-bahasa istilah yang dipakai dalam komunikasi sehari-hari. Bahasa ini hanya digunakan antar komunitas mereka untuk menjaga rahasia identitasnya. Berikut adalah contoh kata dari bahasa yang digunakan oleh kaum waria. Akika, Begindang,Dese ,Diana Capcus,Binan Bahasa diatas merupakan bahasa yang fenomena tersendiri di kalangan masyarakat ataupun kalangan waria, terkadang digunakan pada saat informal.

Definisi bahasa gaul yang bersumber dari Blogspot.com yang di tulis oleh Kartika yang mengatakan bahasa gaul yang berkembang pada tahun 1980an itu, (http://kartika0207.blogspot.com) bahasa gaul adalah bahasa yang senantiasa berkembang sebagai bahasa pergaulan. Selain itu dalam situs Lubis Grafura (lubisgrafura.wordpress.com/) menyatakan bahwa bahasa gaul merupakan variasi bahasa non resmi yang memiliki karakteristik yang biasanya berupa singkatan dan kosa kata. Jadi dapat ditarik kesimpulan yang dimaksud dengan bahasa gaul ialah variasi bahasa yang senantiasa berkembang, bersifat sementara, dan biasanya berupa


(58)

singkatan dan kosa kata baru. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya variasi bahasa, meliputi tempat, waktu, situasi, dan pemakainya.

1.3 Ciri – Ciri Waria di Indonesia 1.3.1 Ciri-ciri seorang Waria

Dari sudut penampilan hampir semua waria cenderung bergaya layaknya seorang wanita baik dari sisi pakaian maupun aksesoris serta pernak - pernik yang dikenakannya, penampilan inilah perbedaan yang paling mencolok antara seorang waria dengan yang lainnya.

Sebagian besar waria tidak hanya dari segi penampilannya saja yang meniru secara pakem seorang wanita, bahkan banyak dari mereka yang sangat obsesif merubah secara paten organ-organ tubuhnya menyerupai seorang wanita. Lihat saja berapa banyak waria yang operasi payudara bahkan kelaminnya untuk merubah diri menjadi seorang wanita sejati. Gerak-gerik dan intonasi dialeknya ketika berkomunikasi pun sangat kentara walau terdengar aneh dan menggelikan dengan getaran volume antara wanita dan pria. Sebagian para waria, cendrung lebih sensitif dan posesif dari para wanita pada umumnya. Sehingga banyak kasus para waria bahkan rela membunuh pasangan warianya yang ketahuan berselingkuh.

Sebagian besar waria berkarier dibidang hiburan, penata rambut, perias, penata artistik bahkan sebagian lagi jika malam hari ada yang


(59)

bergiat dibidang jasa layanan seks bagi pria-pria hidung belang yang tidak memiliki pasangan tetap.3

1.4 Fenomena Waria di Kota Pontianak

Homoseksualitas mengacu pada interaksi seksual dan atau romantis antara pribadi yang berjenis kelamin sama secara situasional atau berkelanjutan.

Waria di Pontianak juga telah dilakukan sensus dan hasil sensus tersebut menyebutkan di Kalimantan Barat terdapat 2000 waria, tersebar di seluruh kabupaten dan kota. Khusus di Kota Pontianak, terdapat sekitar 400 waria. Mereka memiliki bakat dan kreativitas berbeda. Menurut Yuni, saat ini keberadaan waria sudah diakui, baik nasional maupun internasional. Waria memiliki hak yang sama sebagai warga negara Indonesia yang berdasarkan Pancasila. "Indonesia adalah negara hukum, bukan negara Islam. Kebebasan berserikat dan berkumpul dijamin oleh undang-undang. Waria di Pontianak tidak kalah dengan waria yang berada di luar Pontianak, mereka memiliki kreatifitas yang tinggi, Ketua Forum Komunikasi Waria Indonesia Kalbar Yuni Safira meminta semua pihak mengizinkan waria untuk berkreasi, Sehingga para waria bisa memiliki kegiatan di siang hari.

(sumber ketua forum komunikasi waria Indonesia Pontianak).

3

http://kesehatan.kompasiana.com/seksologi/2011/02/17/ciri-ciri-gay-waria-plus-pencegahannya-by-fk/


(60)

1.5 Faktor Penyebab Homoseksual

Mengacu pada teori penyebab homoseksual, dr. Wimpie Pangkahila menyebutkan ada empat kemungkinan yang dapat menyebabkan homoseksual.

1. Faktor biologis, yaitu adanya kelainan pada otak atau genetik.

2. Faktor psikodinamik, yaitu adanya gangguan perkembangan psikoseksual pada masa kanak-kanak.

3. Faktor lingkungan, yakni keadaan lingkungan yang memungkinkan dan dapat mendorong terjadinya homoseksual.

4. Faktor sosiokultural, yaitu adanya tuntutan dari adat-istiadat yang memberlakukan hubungan homoseks dengan alasan tertentu yang tidak benar.

Sedangkan menurut Budi (aktivias GAYa Nusantara) dalam tulisannya di GN Online, menyebutkan ada dua hal yang menyebabkan orang menjadi waria.

1. Faktor bawaan atau gen, yaitu adanya ketidakseimbangan jumlah hormon pada diri seseorang sejak lahir. Jumlah hormon wanita cenderung lebih besar daripada laki-laki. Hal ini dapat berpengaruh pada sifat dan perilaku laki-laki tersebut. Sehingga mereka cenderung berperilaku feminim dan selalu tertarik pada aktivitas yang dilakukan oleh wanita.

Laki-laki dengan faktor tersebut biasanya tidak bisa kembali menjadi laki-laki dalam arti sebenarnya. Namun sifat waria tersebut dapat berkurang frekuensinya, tentunya hal ini diperlukan usaha yang keras. Salah satu usahanya yaitu dengan tidak bergaul lagi dengan kaum waria, mempunyai keyakinan diri yang kuat, dan mampu menahan godaan.


(61)

2. Faktor lingkungan, yaitu komunitasnya lebih sering bertemu dengan laki-laki dan amat jarang bertemu dengan wanita. Selain itu ada juga dari mereka yang terlibat dalam kehidupan waria semata-mata karena gaya hidup dan materi. Jenis wariaini bisa hilang bila mereka telah menemukan pasangan hidup wanita, atau mereka keluar akibat terkena penyakit kelamin, dan sebagainya.4

4


(62)

(63)

BAB III

OBJEK PENELITIAN 3.1 Sejarah Waria/Homoseksual

3.1.1 Zaman Nabi Luth

Homosekualitas pada pria telah ada sepanjang sejarah kehidupan umat manusia.Perbuatan homoseks bukan hanya terjadi pada zaman modern saja tetapi juga terjadi pada zaman Nabi Luth. Tepatnya terjadi di kota Sodom dan Gomorah

pada tahun 3000 SM.Kata Sodom berasal dari bahasa Hebrew „S‟dom‟ yang berarti „terbakar‟, sedangkan Gomorah berasal dari kata „Amorah‟ yang bermakna „tumpukan yang hancur‟. Ini mempunyai arti bahwa kota Sodom dan Gomorah diberi nama setelah keduanya hancur, dan bukanlah nama asal kota tersebut. Artinya interpretasi sodomi muncul setelah kedua kota tersebut hancur. Penduduk kota Sodom adalah orang-orang yang suka berbuat maksiat, seperti perampokan, perzinahan, dan yang paling keji dan belum pernah dilakukan oleh seorangpun diantara anak-anak Adampada zamannya adalah perbuatan “liwaath” (homoseks). Seperti yang dinyatakan dalam Al-Quran dijelaskan mengenai homoseksual pada surat Al-Araaf ayat 80-84 yang berbunyi:

Dan (Kami juga telah mengutus) Luth (kepada kaumnya).(Ingatlah) tatkala dia berkata kepada kaumnya mengapa kamu mengerjakan perbuatan faahisyah itu yang belum pernah dikerjakan oleh seorangpun (di dunia ini) sebelummu. Sesungguhnya kamu mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsumu (kepada mereka), bukan kepada wanita, malah kamu ini adalah kaum yang melampaui batas. Jawab kaumnya tidak lain hanya mengatakan usirlah mereka (Luth dan pengikut-pengikutnya) dari kota ini, sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang berpura-pura mensucikan diri. Kemudian kami selamatkan dia dan pengikut-pengikutnya kecuali isterinya, dia termasuk orang yang tertinggal (dibinasakan).Dan Kami turunkan kepada mereka hujan


(64)

(batu) maka perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang berdosa itu. (Al- Quran dan Terjemahannya, 1998:306-307).

Al-Qur‟an menjelaskan bahwa perbuatan homoseksual pertama kali dilakukan oleh kaum Luth.Perbuatan ini disebut Liwath atau ‘amal qauni Luthin yang artinya perbuatan kaum Luth.Riwayat dari Ibnu Abi Dunya, dari Thawus menyatakan bahwa mula-mula kaum Luth mendatangi wanita-wanita pada duburnya, kemudian mendatangi laki-lakinya.1 Perbuatan kaum Nabi Luth telah melampaui batas kemanusiaan, yang hanya bersyahwat kepada sesama laki-laki dan bukan kepada wanita sebagaimana telah ditawarkan oleh Nabi Luth.Pada waktu itu malaikat-malaikat datang ke rumah Nabi Luth sebagai tamu yang menyamar dalam bentuk pemuda, malaikat tersebut datang dengan tujuan untuk membinasakan kaum Luth karena telah menjadi kaum yang membangkang dan telah melakukan perbuatan keji. Seperti yang disebutkan dalam Al-Quran pada surat Hud ayat 77 - 83 yang berbunyi:

“Dan tatkala datang utusan-utusan Kami (para malaikat) itu kepada Luth, ia merasa susah dan sempit dadanya karena kedatangan mereka,

dan dia berkata: “ini adalah hari yang amat sulit.” Dan datanglah

kepadanya kaumnya dengan bergegas-gegas. Dan sejak dahulu mereka selalu melakukan perbuatan-perbuatan yang keji. Luth berkata: “Hai kaumku, inilah putri-putri (negeri)ku mereka lebih suci bagimu, maka bertaqwalah kepada Allah dan janganlah kamu mencemarkan (nama)ku terhadap tamuku ini. Tidak adakah di antaramu seorang yang

berakal?” Mereka menjawab: “Sesungguhnya kamu telah tahu bahwa

kami tidak mempunyai keinginan terhadap putri-putrimu; dan sesungguhnya kamu tentu mengetahui apa yang sebenarnya kami

kehendaki”. Luth berkata: Seandainya aku ada mempunyai kekuatan

(untuk menolakmu) atau kalau aku dapat berlindung kepada keluarga

yang kuat (tentu aku lakukan)”. Para utusan malaikat berkata: “Hai

Luth, sesungguhnya kami adalah utusan-utusan Tuhanmu, sekali-sekali mereka tidak akan dapat mengganggu kamu, sebab itu pergilah dengan

1

Komunikasi Verbal dan Nonverbal di Kalangan Homoseksual (Studi Kualitatif dengan

Pendekatan Etnometodologi Mengenai Komunikasi Verbal Lisan dan Nonverbal pada Kalangan Homoseksual di Bandung).2004. Liana Mutiawaty


(65)

membawa keluarga dan pengikut-pengikut kamu di akhir malam dan janganlah ada seorangpun di antara kamu yang tertinggal, kecuali isterimu. Sesungguhnya saat jatuhnya azab kepada mereka ialah di

waktu subuh; bukankah subuh itu sudah dekat?”. Maka tatkala datang

azab Kami, Kami jadikan negeri kaum Luth itu yang di atas ke bawah (Kami balikan), dan Kami hujani mereka denga batu dari tanah yang terbakar dengan bertubi-tubi, yang diberi tanda oleh Tuhanmu, dan siksaan itu tidaklah jauh dari orang-orang yang zalim.” (Al- Quran dan Terjemahannya, 1998: 437- 438)

Daerah yang ditimpa siksaan itu adalah daerah yang dikenal dengan nama Laut Mati dan Danau Luth. Perbuatan homoseksual ini berakibat fatal karena dapat merusak akal, jiwa, dan kehancuran akhlak. Kejahatan kaum Luth ini

bertentangan dengan fitrah dan syari‟ah Islam yang dapat mendatangkan

hukuman dari Allah dengan memutar balikan Negeri mereka, sehingga penduduk Sodom, termasuk isteri Nabi Luth ikut terbenam bersama dengan terbaliknya negeri itu, yang tidak terkena azab Allah hanyalah Nabi Luth beserta para pengikutnya yang saleh, taat menjalankan perintah Allah dan menjauhkan diri dari homoseks.

1.1.2 Waria di Barat

Pada tahun 1869, dokter Dr K.M. Kertbeny yang berkebangsaan Jerman-Hongaria menciptakan isitlah homoseks atau homoseksualitas. Homo sendiri berasal dari kata Yunani yang berarti sama, dan seks yang berarti jenis kelamin. Istilah ini menunjukkan penyimpangan kebiasaan seksual seseorang yang menyukai jenisnya sendiri , misalnya pria menyukai pria atau wanita menyukai wanita.


(1)

Hasil Penelitian

PROSES KOMUNIKASI BAHASA GAUL KOMUNITAS WARIA

PROSES HUBUNGAN KOMUNITAS WARIA

FENOMENA PENGGUNAAN BAHASA GAUL KOMUNITAS WARIA


(2)

Kesimpulan

Gaya berbicara / proses komunikasi waria

dalam menggunakan bahasa gaul layaknya seperti wanita

Penggunaan bahasa gaul dapat menunjukan

hubungan dengan jati diri seorang waria

Fenomena perkembangan penggunaan

bahasa gaul waria selalu di ikuti dengan jati diri nya


(3)

Saran

Komunitas waria di harapkan dapat memberikan peran yang sangat besar bagi kemajuan bahasa gaul di kalangan

masyarakat kota Pontianak

Diharapkan masyarakat bisa bekerja sama dan

memberikan peran terhadap waria untuk

mengembangkan kreatifitas dan pola komunikasi untuk pertumbuh kembangan bahasa serta kesenian di

Pontianak

Penelitian waria merupakan sesuatu yang bersifat

sensitif karena menyangkut kehidupan pribadi yang mungkin masih dianggap tabu, kenali terlebih dahulu

kehidupan dan lingkungan waria sebelum melakukan penelitian


(4)

(5)

(6)