KOPI KOPERASI SERBA USAHA PODA PETRASA

25

D. KOPI KOPERASI SERBA USAHA PODA PETRASA

D.1. Latar Belakang D.1.1. Profil Komoditas Kopi merupakan salah satu komoditas unggulan dalam sub sektor perkebunan di Indonesia karena memiliki peluang pasar yang baik di dalam negeri maupun luar negeri. Sebagian besar produksi kopi di Indonesia merupakan komoditas perkebunan yang di jual ke pasar dunia. Menurut International Coffee Organization ICO konsumsi kopi meningkat dari tahun ke tahun sehingga peningkatan produksi kopi di Indonesia memiliki peluang besar untuk mengekspor kopi ke negara-negara pengonsumsi kopi utama dunia. Propinsi Sumatera Utara, selain dikenal karena keindahan alam dan budayanya juga dikenal sebagai daerah penghasil kopi arabika dan robusta terbaik di dunia, seperti: kopi Sidikalang yang berasal dari dataran tinggi Dairi dan kopi Mandailing yang berasal dari Mandailing Natal. Adanya produksi kopi yang telah memberikan kontribusi penting pada perekonomian masyarakat dan daerah baik melalui perdagangan kopi secara langsung produk olahan ataupun sektor jasa. Keadaan ini tentunya di dukung oleh letak geografis, suhu dan curah hujan yang sesuai untuk pertumbuhannya sehingga luas kebun kopi cenderung bertambah. Produktifitas kopi yang dihasilkan di Indonesia secara umum dan Sumatera Utara secara khusus masih tergolong rendah jika dibandingkan dengan daerah penghasil kopi lainnya, hal ini menyebabkan Sumatera Utara masih mendatangkan komoditi kopi dari luar daerah untuk memenuhi permintaaan masyarakat kebutuhan domestik dan luar negeri untuk ekspor. Dalam memenuhi permintaan komoditi kopi tersebut Sumatera Utara mendatangkannya dari daerah Aceh dan daerah lainnya. Hal ini sekaligus menunjukkan bahwa komoditi kopi memiliki potensi yang menjanjikan untuk dikembangkan sebagai komoditi primadona di Sumatera Utara, dengan demikian akan memberikan kontribusi yang positif bagi peningkatan kesejahteraan petani kopi di Sumatera Utara. D.1.2 Profil Lembaga Petrasa adalah sebuah organisasi non pemerintah yang didirikan oleh beberapa akademisi, teolog dan aktifis yang prihatin terhadap kondisi petani. Berdiri pada tanggal 21 Juli 2001 dan melakukan pelayanan di dataran tinggi Sumatera Utara. Sebagaimana diketahui, pertanian merupakan sisi utama dari sosial ekonomi dan budaya masyarakat Indonesia. Sementara pembangunan saat ini lebih fokus pada pengembangan sektor industri dan teknologi. Industri dan teknologi telah membawa harapan-harapan baru, tetapi di pihak lain juga melahirkan keprihatinan seperti ketidakpastian dalam pelaksanaan hukum, berkurangnya akses rakyat terhadap aset produksi, makin besar jurang antara si kaya dan si miskin, pendidikan tidak merata, penganguran, dan ketergantungan terhadap teknologi yang tidak mendukung kepada keutuhan ciptaan. 26 Lompatan modernisasi tersebut juga telah membawa perubahan nilai yang mendasar dalam kehidupan masyarakat agraris. Dalam bidang pertanian sendiri, sistem pengelolaan pertanian tidak lagi menjadi keseimbangan dan keharmonisan alam. Eksploitasi hutan yang tidak terkendali dengan alasan devisa negara juga ikut merusak kondisi alam dan pertanian. Melihat hal tersebut, sudah saatnya pertanian kembali kepada sistem pertanian yang selaras dengan alam. Sistem ini merupakan teknologi pertanian lokal yang terabaikan dan layak untuk digali dan dikembangkan. Kesadaran pertanian dan konsumen akan pentingnya menjada keutuhan ciptaan, penggalian kearifan dan nilai-nilai lokal, serta teknologi lokal merupakan prakarsa yang akan ditumbuh kembangkan dalam mengelola alam. D.1.3. Profil Wilayah Kabupaten Dairi Besarnya potensi kopi di propinsi Sumatera Utara terlihat dengan memiliki luas areal kopi 80.658 Ha, dengan produksi berkisar 57.672,00 Kgtahun BPS 2013. Arabika 59.578,00 Ha dengan produktivitas 49.052,00 Ton, robusta dengan luas lahan 21 080,00 Ha, produktivitas 8 620,00 Ton BPS 2013. Kopi yang ada di Sumatera Utara adalah merupakan tanaman kopi arabika, yang tersebar pada dataran tinggi antara 700 - 1.300 m dpl yaitu di Kabupaten Dairi, Kabupaten Tapanuli Utara dan Kabupaten Tapanuli Selatan. Kabupaten Dairi merupakan salah satu daerah penghasil kopi Arabika di Sumatera Utara. Kopi Dairi dikenal di pasar kopi internasional sebagai salah satu produk kopi spesialti dengan nama kopi Sidikalang, diambil dari nama ibu kota Kabupaten Dairi. Kota Sidikalang tersebut terletak pada ketinggian 1.066 m dpl yang memang cocok untuk penanaman kopi Arabika. Kopi merupakan satu diantara 10 komoditas prioritas dalam pengembangan pertanian di Indonesia sehingga kopi Sidikalang tersebut sebagai salah satu potensi daerah yang perlu didukung pengembangannya. Kondisi topografi Sidikalang yang terletak di daerah pegunungan, rata-rata di atas 1.000 m dpl. Potensi Lahan Wilayah Kabupaten Dairi memiliki areal pertanaman kopi Arabika seluas 10.614 Ha yang sebagian besar berada di wilayah Kecamatan Sumbul dengan total produksi mencapai 10.733 Ton per tahun. Di samping kopi Sidikalang yang merupakan jenis Arabika, Dairi juga memiliki potensi kopi lain jenis Robusta yang tumbuh di dataran rendah dengan luas areal 14.117 Ha dengan produktivitas sebesar 6.770 Ton pertahun. D.2. Hasil Kajian D.2.1. Profil Kecamatan Sidikalang, Kabupaten Dairi Salah satu komoditas unggulan yang terkenal dari Sidikalang adalah kopi. Kopi Sidikalang sangat terkenal akan kenikmatan cita rasanya, bukan hanya di dalam negeri saja tetapi hampir seluruh pecinta kopi dunia mengakuinya. Kopi sidikalang juga telah mampu bersaing dengan Kopi Brazil, yaitu salah satu kopi terbaik di dunia. Areal produksi kopi robusta dan arabika terbesar berada di 13 Kecamatan di Kabupaten Dairi. Luas pertanaman kopi robusta adalah 8.248,00 Ha dengan produksi 2.716,00 Ton per tahun sedangkan 27 pertanaman kopi arabica seluas 10.617,00 Ha dengan produksi 9.583,00 Ton per tahun BPS 2013. Selain kopi arabika, Sidikakang juga dikenal sebagai penghasil biji kopi robusta yang dikenal memiliki kadar kafein yang tinggi mencapai 70 - 80 , dibandingkan dengan arabika yang hanya setengahnya. Hal ini didukung dengan kondisi tanahnya yang membuat kualitas kopi Sidikalang memiliki rasa yang khas. D.2.2. Koperasi Serba Usaha PODA KSU PODA Koperasi PODA sendiri berdiri pada tahun 2009, dengan permodalan koperasi berasal dari anggota kelompok koperasi itu sendiri. Semua anggota koperasi menyisihkan SHU sebesar 5 per tahun ke koperasi untuk permodalan. Anggota koperasi sekarang berjumlah 600 angota dari 5.000 petani dampingan. Kepengurusan koperasi berasal dari petani, tetapi untuk manager pemasaran masih dipegang oleh anggota Petrasa. Petrasa menempatkan anggota yang bertugas menjadi manager pemasaran kopi koperasi membantu koperasi untuk mendapatkan akses pasar penjulan kopi koperasi. Putaran dana di koperasi saat awal pembentukan tahun 2009 sebesar 300 juta. Tahun 2013 dana peralihan kepengurusan tersisa 70 juta karena pada saat itu mengalami kerugian. Di tahun 2015 mengalami kenaikan menjadi 120 juta. Gambar Kantor koperasi Serba Usaha PODA KSU PODA Daya tampung koperasi dari petani anggota pada saat panen raya sebesar 10 Ton per minggu, sedangkan bukan musim panen raya sebesar 5-10 Ton per bulan. Koperasi memiliki perwakilan disetiap kelompok untuk informasi hasil panen yang akan dijual oleh petani ke koperasi. Petani dampingan melakukan sortasi terlebih dahulu berdasarkan standar kopi yang diminta Koperasi PODA. Koperasi melakukan penjemuran terlebih dahulu untuk menurunkan kadar air mencapai 40 kemudian gabah kembali digiling untuk dijadikan greenbean. Greenbean kembali di sortir dengan mesin untuk pemisahan berdasarkan ukuran kopi. 28 D.2.3. Potensi Kopi Koperasi Serba Usaha PODA KSU PODA  Produktivitas Kopi Komoditi kopi merupakan komoditi unggulan Kabupaten Dairi yang menjadi salah satu fokus pendampingan Yayasan Petrasa. Dalam melakukan pendampingan, Petrasa fokus membentuk dan mendampingi kelompok-kelompok CU petani. Jumlah CU dampingan sekarang sebanyak 109 kelompok dengan jumlah anggota 5.000 petani, yang terbagi kedalam petani kopi, kakao, sayuran, dan beras. Dilihat dari potensi jumlah anggota, sekitar 40 dari keseluruhan anggota merupakan petani kopi. Berikut kelompok CU dampingan yang bergerak di komoditi kopi berada di tiga kecamatan yaitu:  Kecamatan Sumbul ada 27 kelompok Credit Union.  Kecamatan Pegagan Hilir ada 14 kelompok Credit Union.  Kecamatan Parbuluan ada 9 kelompok Credit Union. Tidak semua anggota kelompok CU tergabung dalam anggota koperasi PODA. Anggota koperasi PODA sekarang berjumlah 600 anggota yang merupakan petani kopi. Dari semua anggota yang terdaftar, tidak semua menjual hasil panennya ke koperasi. Sementara ini hanya ± 200 petani yang aktif menjual kopinya ke koperasi. Kepemilikan lahan kopi setiap petani Tiga rantai satu rantai 20x20 Meter dan luas lahan petani yang paling banyak dimiliki seluas satu Ha rata-rata luas lahan 1.200 m 2 petani. Jika dihitung matematik luas lahan total anggota koperasi lebih dari 72 Ha dengan produktivitas 216 Ton ceri atau 116 Ton gabah. Jika panen dua kali pertahun maka hasil panen kopi gabah sebesar 232 Ton per tahun. Koperasi Poda hanya mampu menyerap 120 Ton per tahun. Catatan Untuk Kemajuan Desain Bisnis Kopi Koperasi PODA Saat ini Koperasi PODA mengalami kesulitan untuk mendapatkan kopi yang baik dari anggota. Banyak tanaman kopi petani yang rusak akibat serangan hama penyakit. Koperasi banyak mengalami kerugian karena banyak kopi yang disetorkan ditolak oleh pembeli kerusakan lebih dari 30. Praktek budidaya lahan kopi yang dilakukan petani sangat asal-asalan. Jarak tanam yang terlalu rapat, asal bibit yang kurang jelas, tidak ada perlakuan pemangkasan, dan bahkan jarang diberi pupuk. Hal ini terlihat kalau petani dampingan belum mimiliki pengetahuan tentang teknik bududaya yang baik. Petrasa beberapa tahun ini mendorong dan memberi pelatihan terkait budidaya kopi, untuk memperbaiki kualitas kopi yang semakin menurun. Saat ini petrasa fokus membantu mendampingi pelatihan pembuatan bibit kopi di beberapa kelompok CU dampingan. Nantinya bibit ini digunakan untuk mengganti pohon kopi yang mulai tidak produktif. Petrasa secara bergiliran melakukan monitoring hasil pembibitan di kelompok CU, agar pembibitan dilakukan dengan tepat sesuai SOP budidaya. Petrasa juga mengadakan demplot tanaman kopi percontohan di desa Tiga Lama dengan teknik penanaman kopi robusta organik. Dengan adanya demplot percontohan dapat dijadikan acuan budidaya oleh kelompok CU kopi dampingan Petrasa agar hasil kopi dapat maksimal. Sehingga koperasi nantinya mampu mengeluarkan produk dengan kualitas baik. 29  Sarana Pasca Produksi Alat yang digunakan petani dalam proses pengolahan kopi ceri menjadi gabah masih menggunakan alat tradisional dari kayu karena sekala panen yang kecil disetiap petani. - KSU PODA memiliki alat penggiling kopi menjadi greenbean dan alat pensortir ukuran. pemilik saham alat-alat ini yaitu Koperasi, Petrasa, dan perorangan. Tetapi alat-alat ini belum berfungsi dengan maksimal penggunaanya. potensi untuk dijadikan unit usaha jasa penggilingan untuk petani sekala besar. - Koperasi juga memiliki lantai jemur dan greenhouse bantuan dari ICCO Gambar Alat pasca panen yang telah dimiliki oleh Koperasi PODA dan Petrasa alat penggiling, alat sortasi, greenhouse  Akses Pasar Akses pasar kopi koperasi PODA yang sekarang sudah berjalan yaitu: - Volkopi - Indocafco Kedua perusahaan kopi ini berada di kota Medan yang memiliki daya serap yang besar. Koperasi PODA saat ini menjual kopi ke calon pembeli yang menawarkan harga lebih tinggi. Adapun pasar potensial: Eksportir mantan anggota petrasa yang ikut membangun koperasi poda, yang sekarang keluar dan menjadi eksportir kopi. Eksportir ini setiap musim mampu menampung 500 Ton per musim panen raya kurun waktu 2 bulan, sedangkan musim panen biasa mampu menampung 200 Ton per bulan, dengan mangsa pasar luar negeri. Gambar Rantai nilai dan pasar kopi, koperasi KSU PODA Petani Petani Pengepul Koperasi KSU PODA Vol Kopi Indocafco Gabah Gabah 30 D.2.4 Hambatan Dan Tantangan  Petani - Kurangnya pelatihan dan pengetahuan terkait teknik budidaya - Banyak petani kopi yang membudidaya kopinya asal-asalan, sehingga produksi dari petani memiliki kualitas yang buruk. Sehingga tidak memiliki nilai tawar komoditi di pasar - Lahan kopi mulai tergeser dengan tanaman jeruk.  Layanan Pendukung - Sampai saat ini, belum ada bantuan dari Pemerintah Daerah ke petani kopi, misalnya: teknologi alat produksi untuk mendukung peningkatan kuantitas dan kualitas kopi - PPL juga belum melakukan pendampingan intensif ke kelompok tani terkait budidaya.  KSU PODA - Koperasi kesulitan mendapatkan kopi kualitas baik, dikarenakan akibat bududaya yang masih kurang baik yang dilakukan petani - Manajemen koperasi yang belum tersusun dengan baik, dari segi keuangan dan strategi bisnis masih bercampur dengan Petrasa.  Yayasan Petrasa - Petrasa dan koperasi PODA mengalami kendala untuk mendorong petani dari kebiasaan menjual ke toke atau orang yang membeli kopi dengan harga yang lebih tinggi, untuk beralih menjual ke koperasi. Karena koperasi sekarang masih membeli kopi dengan harga pasar. Harapan ke depan koperasi tidak menutup kemungkinan akan membeli lebih tinggi dari harga pasar jika manajemen sudah tersusun dengan baik. 31

E. KOPERASI ASPUK PESADA “JAGUNG” PESADA