Peranan Kepala Desa dalam Pembangunan Masyarakat Desa Studi Kasus di Dua Desa di Kabupaten DT II Bogor Propinsi Jawa-Barat

PERAMAH KEPALA DESA DALAM
PEMBAHGUNAN MASYARAKAT DESA
Studi Kasus Di Dua Desa di Kabupaten DT I1 Bogor
Propinsi Jawa - Barat

Oleh :
H. WISYNUBROTO

PROGRAM PASCA SARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
1992

WISYNUBROTO. Peranan kepala desa dalam pembangunan masyarakat desa: Studi kasus pada masyarakat desa Cipenjo,
Kecamatan Cileungsi dan desa Dukuh, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Daerah Tingkat I1 Bogor, Propinsi Daerah
Tingkat I Jawa Barat (di bawah bimbingan SEDIONO M.P.
TJONDRONEGORO sebagai ketua dan ALI M.A RACHMAN sebagai
anggota)

.

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari ada atau

tidak

adanya

pengaruh peranan kepala desa dengan pem-

bangunan masyarakat khususnya yang menyangkut kemandirian, sehingga apakah benar bahwa kepala desa di dalam
pembangunan

masyarakat

dimasa-masa yang

akan datang

peranannya masih penting; dan untuk mempelajari memudarnya sendi-sendi lembaga tradisional itu dipengaruhi oleh
kurang berpihaknya kepala desa kepada masyrakat atau oleh
semakin meningkatnya transformasi informasi di pedesaan.
mengutamakan pengumpulan data
baik


secara kuantitatif maupun

kualitatif, ditambah

dengan pengalaman selama bertugas 12 tahun di desa-desa
Kabupaten Bogor serta berdasarkan hasil wawancara dan
observasi dalam

studi lapang selama 3 bulan.

Perumusan

dan

pengukuran

variabel

dengan


merumuskan

indikator

setiap variabel: setiap variabel dicari skorenya untuk
dicari korelasinya dengan korelasi range dari Spearman
Brown di kombinasikan dengan penafsiran secara kualitatif.
Indikator keberhasilan pembangunan masyarakat diungkapkan melalui tingkat kemandirian yang dicapai.

Keman-

dirian dibatasi dalam aspek produksi desa, prasarana
desa, pendidikan dan kelembagaan.
kepala desa

diungkapkan

Sedangkan peranan


melalui peranan kepemimpinan

dan hubungan sosialnya dengan masyarakat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa peranan kepala
desa di desa penelitian tidak menunjukkan adanya pengaruh
terhadap kemandirian masyarakat, khususnya kemandirian
dalam aspek produksi desa dan pendidikan.

Sedangkan

peranan kepala desa yang menunjukkan adanya pengaruh,
hanya kepada aspek prasarana desa dan kelembagaan. Namun
ha1 itu

setelah

ditelusuri

secara kualitatif bukan


pengaruh dari peranan kepala desa yang sesungguhnya,
tetapi pengaruh

dari

tokoh masyarakat.

peranan kepala dusun dan para
Hal itu semakin jelas terungkap

secara kualitatif,sebab ternyata integritas masyarakat
tidak berada pada
tingkat dusun.

tingkat desa lagi tetapi terbatas pada
Demikian pula halnya dengan transformasi
ii

informasi sudah tidak memusat pada kepala desa, tetapi
bersumber dari luar desa.


Melemahkan integritas masyara-

kat di tingkat desa, dan tidak memusatkanya transformasi
pada kepala desa nampak sebagai faktor penyebab dari
semakin melemahnya

peranan kepala desa terhadap keman-

dirian masyrakat desa.
yang bertahan

di

Faktor integritas masyarakat

tingkat dusun, ternyata memusat

"ditanganu kepala dusun dan para tokoh masyarakat, ha1
ini sebagai akibat dari semakin kurangnya konsentrasi

kepala desa kepada masyrakat.
dapat dipisahkan dari

Keadaan seperti itu tidak

pengaruh

semakin meningkatnya

program pembangunan yang semakin memerlukan peningkatkan
konsentrasi dari kepala desa.

Dengan kata lain kepala

desa semakin lebih berpaling kepada program dari "atas"
desa yang lebih mementingkan sasaran target yang selalu
ingin dicapai di dalam kebijaksanaan program pembangunan.
Perubahan sebagaimana gambaran di atas, nampaknya
perlu mendapatkan perhatian dari pihak "atas" desa untuk
mengadakan peninjauan terhadap pendekatan di dalam menetapkan satuan wilayah kerja pembangunan; apabila semula

lebih memusatkan perhatian di dalam penetapan wilayah
kerjanya desa per desa, maka dewasa ini pendekatan dusun
per dusun nampaknya akan lebih sesuai.

Kemandirian dalam aspek produksi desa dan pendidikan
dikedua desa penelitian nampak sangat memprihatinkan
(skore yang dicapai dikedua desa penelitian hanya sampai
pada tingkat 2,5556 dan 1,6245 untuk desa Cipenjo dan
1,9955 dan 1,6818 untuk desa Dukuh), ha1 ini berbeda jauh
apabila

dibandingkan dengan kemandirian dalam

aspek

prasarana desa dan kelembagaan; kedua aspek yang terakhir
ini, nampak tidak lebih sulit untuk dapat dikembangkan
(3,000 dan 3,2000 untuk desa Cipenjo; 3,2857 dan 3,2841
untuk desa Dukuh).
Fungsi dan peranan kepala desa untuk dimasa-masa

yang akan datang lebih sesuai apabila diarahkan dan
dibatasi hanya sebagai koordinator atau pengendali melalui pemantauan terhadap kepala dusun dan tokoh masyarakat
kepala dusun dan tokoh masyarakat akan lebih sesuai
apabila diberi peranan sebagai pengelola dalam pelaksanaan program pembangunan masyarakat; karena masyarakat
desa dikedua desa penelitian nampak lebih peduli kepada
kepala dusun dib

epala desa.

Hal in1

tidaklah mengherankan, karena kepala dusun yang dibantu
tokoh masyarakat nampak lebih memahami terhadap keutuhan
dan kebutuhan masyarakatnya. Maka

dengan

sendirinya

kepala dusun dan para tokoh masyarakat akan lebih menge-


tahui di dalam menyusun kebutuhan masyarakatnya di dalam
rangka bottom up planing, yang penting pihak "atas" desa
perlu lebih memahami terhadap kebutuhan tadi. Keyakinan
ini semakin diperkuat oleh kenyataan yang terjadi di
lapangan yaitu apabila diperhatikan pembangunan prasarana
desa, maka disana akan diperoleh perbandingan angka yang
sangat mencengangkan 87,5 % merupakan kontribusi yang
diberikan oleh masyarakat secara sukarela atas peranan
yang diberikan oleh kepala dusun, sedangkan 12,5 % merupakan bantuan yang diberikan oleh pemerintah (untuk di
desa Cipenjo: 88,3 % dan 11,7 %
ini merupakan

untuk desa Dukuh) . Hal

salah satu ciri

masih kuatnya sifat

kesatuan masyarakat, dan karena memang pembangunan prasarana desa itu merupakan prasarana yang benar-benar

sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Hal ini terwujud,
merupakan ketajaman dari kepala dusun dan para tokoh
masyarakat

di

dalam

melihat kebutuhan masyarakat yang

sebenarnya.
Sudah

rakat desa

yang diperoleh secara

komulatif

dusun per dusun,

berkaitan erat dengan kuatnya kelembagaan yang ada di
dusun-dusun desa itu.
dusun

(kerja bakti

Bekerja secara gorol di dusun-

atau

gotong
v

royong) merupakan ciri

adanya

upaya

sendiri;

untuk memenuhi kebutuhan masyarakatnya itu

masyarakat

di

dusun-dusun

di

kedua

desa

penelitian akan merasa kekurang serasian apabila diantara
mereka ada yang tidak turut aktif di dalam kegiatan
gorol.

Oleh karena itu jelas kiranya bahwa kuatnya dan

semakin meningkatnya pembangunan prasarana desa berkaitan
erat dengan kuatnya kelembagaan masyarakat dusun-dusun
dikedua desa penelitian.

PERANAN KEPALA DESA DALAM
PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA
STUDI KASUS
DI DUA DESA DI KABUPATEN DT I1 BOGOR
PROPINSI JAWA - BARAT

Oleh :
H-WISYNUBROTO
NRP. 88104

-

SPD

TESIS SEBAGAI SALAH SATU SYARAT
UNTUK MEMPEROLEH GELAR MAGISTER SAINS
BIDANG KEAHLIAN SOSIOLOGI PEDESAAN

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI PEDESAAN
PROGRAM PASCA SARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
1992

: PWANAN KEPALA DESA DALAH PENBANGUNAN

HASYARAKAT DESA

Studi Kasus Di dua Desa di Kabupaten DT I1
Bogor Propinsi Jawa - Barat
Nama Mahasiswa : H.WISYNUBROT0
Nomor Pokok

: 88104

Program Studi

: Sosiologi Pedesaan

Menyetujui
1. ~ o d s iPembimbing

.

Prof. Dr. ~ e d d o n dP~ .Tjondronegoro
Ketua

Dr. Ir. Ali M.A. Rachman, MA
Anggota
ktur Program

RIWAYAT HIDUP

Penulis, Wisynubroto,
pernikahan

putra

Rd.Adhisumitrohardjo

ketiga

dari

(almarhum)

hasil
dengan

Ny.Rd.H.Rochaeni, lahir di Purweredjo tanggal 14 Oktober
Menikah dengan Yetti Rochayati dan dikarunia empat

1947.

orang anak.
Lulus Sekolah Rakyat (SD) pada tahun 1961 di Bandung, Sekolah Menengah Pertama tahun 1964 di Bandung, dan
Sekolah Menengah Atas Jurusan Ilmu Pasti/Alam tahun 1967
di Bandung.

Lulus Sekolah Tinggi Ilmu Administrai,

tingkat Akademi, Jurusan Administrasi Niaga (BBA), pada
Lembaga Administrai Negara Republik Indonesia, tahun
1974, di Bandung.

Lulus Sekolah Tinggi Ilmu Administra-

si, tingkat Doktoral, Jurusan Administrai Negara (Drs),
pada Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia,
tahun 1979, di Bandung.
Sejak tahun 1980 mulai bekerja
negeri
pada

sebagai pegawai
Tingkat I1 Bogor,

Inspektorat

Wilayah Kabupaten Bogor, sebagai

Pemeriksa Agraria dan Pemerintahan.

Kemudian pada tahun

1991 bulan Nopember diangkat menjadi Sekretaris Badan

Perencanaan

Pembangunan Daerah Kabupaten Daerah

I1 Bogor.
ix

Tingkat

PERAMAH KEPALA DESA DALAM
PEMBAHGUNAN MASYARAKAT DESA
Studi Kasus Di Dua Desa di Kabupaten DT I1 Bogor
Propinsi Jawa - Barat

Oleh :
H. WISYNUBROTO

PROGRAM PASCA SARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
1992

WISYNUBROTO. Peranan kepala desa dalam pembangunan masyarakat desa: Studi kasus pada masyarakat desa Cipenjo,
Kecamatan Cileungsi dan desa Dukuh, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Daerah Tingkat I1 Bogor, Propinsi Daerah
Tingkat I Jawa Barat (di bawah bimbingan SEDIONO M.P.
TJONDRONEGORO sebagai ketua dan ALI M.A RACHMAN sebagai
anggota)

.

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari ada atau
tidak

adanya

pengaruh peranan kepala desa dengan pem-

bangunan masyarakat khususnya yang menyangkut kemandirian, sehingga apakah benar bahwa kepala desa di dalam
pembangunan

masyarakat

dimasa-masa yang

akan datang

peranannya masih penting; dan untuk mempelajari memudarnya sendi-sendi lembaga tradisional itu dipengaruhi oleh
kurang berpihaknya kepala desa kepada masyrakat atau oleh
semakin meningkatnya transformasi informasi di pedesaan.
mengutamakan pengumpulan data
baik

secara kuantitatif maupun

kualitatif, ditambah

dengan pengalaman selama bertugas 12 tahun di desa-desa
Kabupaten Bogor serta berdasarkan hasil wawancara dan
observasi dalam

studi lapang selama 3 bulan.

Perumusan

dan

pengukuran

variabel

dengan

merumuskan

indikator

setiap variabel: setiap variabel dicari skorenya untuk
dicari korelasinya dengan korelasi range dari Spearman
Brown di kombinasikan dengan penafsiran secara kualitatif.
Indikator keberhasilan pembangunan masyarakat diungkapkan melalui tingkat kemandirian yang dicapai.

Keman-

dirian dibatasi dalam aspek produksi desa, prasarana
desa, pendidikan dan kelembagaan.
kepala desa

diungkapkan

Sedangkan peranan

melalui peranan kepemimpinan

dan hubungan sosialnya dengan masyarakat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa peranan kepala
desa di desa penelitian tidak menunjukkan adanya pengaruh
terhadap kemandirian masyarakat, khususnya kemandirian
dalam aspek produksi desa dan pendidikan.

Sedangkan

peranan kepala desa yang menunjukkan adanya pengaruh,
hanya kepada aspek prasarana desa dan kelembagaan. Namun
ha1 itu

setelah

ditelusuri

secara kualitatif bukan

pengaruh dari peranan kepala desa yang sesungguhnya,
tetapi pengaruh

dari

tokoh masyarakat.

peranan kepala dusun dan para
Hal itu semakin jelas terungkap

secara kualitatif,sebab ternyata integritas masyarakat
tidak berada pada
tingkat dusun.

tingkat desa lagi tetapi terbatas pada
Demikian pula halnya dengan transformasi
ii

informasi sudah tidak memusat pada kepala desa, tetapi
bersumber dari luar desa.

Melemahkan integritas masyara-

kat di tingkat desa, dan tidak memusatkanya transformasi
pada kepala desa nampak sebagai faktor penyebab dari
semakin melemahnya

peranan kepala desa terhadap keman-

dirian masyrakat desa.
yang bertahan

di

Faktor integritas masyarakat

tingkat dusun, ternyata memusat

"ditanganu kepala dusun dan para tokoh masyarakat, ha1
ini sebagai akibat dari semakin kurangnya konsentrasi
kepala desa kepada masyrakat.
dapat dipisahkan dari

Keadaan seperti itu tidak

pengaruh

semakin meningkatnya

program pembangunan yang semakin memerlukan peningkatkan
konsentrasi dari kepala desa.

Dengan kata lain kepala

desa semakin lebih berpaling kepada program dari "atas"
desa yang lebih mementingkan sasaran target yang selalu
ingin dicapai di dalam kebijaksanaan program pembangunan.
Perubahan sebagaimana gambaran di atas, nampaknya
perlu mendapatkan perhatian dari pihak "atas" desa untuk
mengadakan peninjauan terhadap pendekatan di dalam menetapkan satuan wilayah kerja pembangunan; apabila semula
lebih memusatkan perhatian di dalam penetapan wilayah
kerjanya desa per desa, maka dewasa ini pendekatan dusun
per dusun nampaknya akan lebih sesuai.

Kemandirian dalam aspek produksi desa dan pendidikan
dikedua desa penelitian nampak sangat memprihatinkan
(skore yang dicapai dikedua desa penelitian hanya sampai
pada tingkat 2,5556 dan 1,6245 untuk desa Cipenjo dan
1,9955 dan 1,6818 untuk desa Dukuh), ha1 ini berbeda jauh
apabila

dibandingkan dengan kemandirian dalam

aspek

prasarana desa dan kelembagaan; kedua aspek yang terakhir
ini, nampak tidak lebih sulit untuk dapat dikembangkan
(3,000 dan 3,2000 untuk desa Cipenjo; 3,2857 dan 3,2841
untuk desa Dukuh).
Fungsi dan peranan kepala desa untuk dimasa-masa
yang akan datang lebih sesuai apabila diarahkan dan
dibatasi hanya sebagai koordinator atau pengendali melalui pemantauan terhadap kepala dusun dan tokoh masyarakat
kepala dusun dan tokoh masyarakat akan lebih sesuai
apabila diberi peranan sebagai pengelola dalam pelaksanaan program pembangunan masyarakat; karena masyarakat
desa dikedua desa penelitian nampak lebih peduli kepada
kepala dusun dib

epala desa.

Hal in1

tidaklah mengherankan, karena kepala dusun yang dibantu
tokoh masyarakat nampak lebih memahami terhadap keutuhan
dan kebutuhan masyarakatnya. Maka

dengan

sendirinya

kepala dusun dan para tokoh masyarakat akan lebih menge-

tahui di dalam menyusun kebutuhan masyarakatnya di dalam
rangka bottom up planing, yang penting pihak "atas" desa
perlu lebih memahami terhadap kebutuhan tadi. Keyakinan
ini semakin diperkuat oleh kenyataan yang terjadi di
lapangan yaitu apabila diperhatikan pembangunan prasarana
desa, maka disana akan diperoleh perbandingan angka yang
sangat mencengangkan 87,5 % merupakan kontribusi yang
diberikan oleh masyarakat secara sukarela atas peranan
yang diberikan oleh kepala dusun, sedangkan 12,5 % merupakan bantuan yang diberikan oleh pemerintah (untuk di
desa Cipenjo: 88,3 % dan 11,7 %
ini merupakan

untuk desa Dukuh) . Hal

salah satu ciri

masih kuatnya sifat

kesatuan masyarakat, dan karena memang pembangunan prasarana desa itu merupakan prasarana yang benar-benar
sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Hal ini terwujud,
merupakan ketajaman dari kepala dusun dan para tokoh
masyarakat

di

dalam

melihat kebutuhan masyarakat yang

sebenarnya.
Sudah

rakat desa

yang diperoleh secara

komulatif

dusun per dusun,

berkaitan erat dengan kuatnya kelembagaan yang ada di
dusun-dusun desa itu.
dusun

(kerja bakti

Bekerja secara gorol di dusun-

atau

gotong
v

royong) merupakan ciri

adanya

upaya

sendiri;

untuk memenuhi kebutuhan masyarakatnya itu

masyarakat

di

dusun-dusun

di

kedua

desa

penelitian akan merasa kekurang serasian apabila diantara
mereka ada yang tidak turut aktif di dalam kegiatan
gorol.

Oleh karena itu jelas kiranya bahwa kuatnya dan

semakin meningkatnya pembangunan prasarana desa berkaitan
erat dengan kuatnya kelembagaan masyarakat dusun-dusun
dikedua desa penelitian.

PERANAN KEPALA DESA DALAM
PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA
STUDI KASUS
DI DUA DESA DI KABUPATEN DT I1 BOGOR
PROPINSI JAWA - BARAT

Oleh :
H-WISYNUBROTO
NRP. 88104

-

SPD

TESIS SEBAGAI SALAH SATU SYARAT
UNTUK MEMPEROLEH GELAR MAGISTER SAINS
BIDANG KEAHLIAN SOSIOLOGI PEDESAAN

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI PEDESAAN
PROGRAM PASCA SARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
1992

: PWANAN KEPALA DESA DALAH PENBANGUNAN

HASYARAKAT DESA

Studi Kasus Di dua Desa di Kabupaten DT I1
Bogor Propinsi Jawa - Barat
Nama Mahasiswa : H.WISYNUBROT0
Nomor Pokok

: 88104

Program Studi

: Sosiologi Pedesaan

Menyetujui
1. ~ o d s iPembimbing

.

Prof. Dr. ~ e d d o n dP~ .Tjondronegoro
Ketua

Dr. Ir. Ali M.A. Rachman, MA
Anggota
ktur Program

RIWAYAT HIDUP

Penulis, Wisynubroto,
pernikahan

putra

Rd.Adhisumitrohardjo

ketiga

dari

(almarhum)

hasil
dengan

Ny.Rd.H.Rochaeni, lahir di Purweredjo tanggal 14 Oktober
Menikah dengan Yetti Rochayati dan dikarunia empat

1947.

orang anak.
Lulus Sekolah Rakyat (SD) pada tahun 1961 di Bandung, Sekolah Menengah Pertama tahun 1964 di Bandung, dan
Sekolah Menengah Atas Jurusan Ilmu Pasti/Alam tahun 1967
di Bandung.

Lulus Sekolah Tinggi Ilmu Administrai,

tingkat Akademi, Jurusan Administrasi Niaga (BBA), pada
Lembaga Administrai Negara Republik Indonesia, tahun
1974, di Bandung.

Lulus Sekolah Tinggi Ilmu Administra-

si, tingkat Doktoral, Jurusan Administrai Negara (Drs),
pada Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia,
tahun 1979, di Bandung.
Sejak tahun 1980 mulai bekerja
negeri
pada

sebagai pegawai
Tingkat I1 Bogor,

Inspektorat

Wilayah Kabupaten Bogor, sebagai

Pemeriksa Agraria dan Pemerintahan.

Kemudian pada tahun

1991 bulan Nopember diangkat menjadi Sekretaris Badan

Perencanaan

Pembangunan Daerah Kabupaten Daerah

I1 Bogor.
ix

Tingkat

Dokumen yang terkait

PERANAN KEPALA DESA DALAM MENGGERAKAN PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP PEMBANGUNAN SARANA FISIK DESA (Studi di Desa Bakalan Kecamatan Bululawang Kabupaten Malang)

0 8 3

Alokasi waktu keluarga di pedesaan dan desa kota kasus di Dua Desa Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor, Jawa Barat

0 5 129

Peranserta Masyarakat dalam Pembangunan Desa (Studi Kasus di Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)

0 3 87

Partisipasi Pemimpin Agama dalam Pembangunan Masyarakat Desa Kasus di Desa Tapos II, Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor

0 5 192

Aspek Budaya dalam Gerak Masyarakat Kecil (Studi Kasus di Desa Banyuresmi, Kecamatan Cigudeg, Kabupaten DT II Bogor, Jawa Barat)

0 5 153

Peranan Pemimpin Desa dalam Pelaksanaan Program IDT (Studi Kasus di Desa Sadeng. Kccamatan Leuwiiiang. Kabupaten Bogor. Propinsi Jawa Barat)

0 10 177

Pembentukan Jaringan Sosial pada Proses Pemilihan Kepala Desa (Studi Kasus Pemilihan Kepala Desa di Desa Tanjung Anom, Kecamatan Mauk, Kabupaten Tangerang, Propinsi Jawa Barat)

0 9 110

Peranan hutan dalam kehidupan rumah tangga masyarakat desa hutan (Studi kasus kampung Nyungcung, Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)

0 15 98

Analisa konflik pengelolaan sumberdaya alam masyarakat desa sekitar hutan studi kasus masyarakat Desa Curugbitung, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat

3 24 110

Peranan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Studi Kasus di Desa Kepala Sungai Kecamatan Secanggang)

5 38 112