Peranan Kepala Desa dalam Pembangunan Masyarakat Desa Studi Kasus di Dua Desa di Kabupaten DT II Bogor Propinsi Jawa-Barat
PERAMAH KEPALA DESA DALAM
PEMBAHGUNAN MASYARAKAT DESA
Studi Kasus Di Dua Desa di Kabupaten DT I1 Bogor
Propinsi Jawa - Barat
Oleh :
H. WISYNUBROTO
PROGRAM PASCA SARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
1992
WISYNUBROTO. Peranan kepala desa dalam pembangunan masyarakat desa: Studi kasus pada masyarakat desa Cipenjo,
Kecamatan Cileungsi dan desa Dukuh, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Daerah Tingkat I1 Bogor, Propinsi Daerah
Tingkat I Jawa Barat (di bawah bimbingan SEDIONO M.P.
TJONDRONEGORO sebagai ketua dan ALI M.A RACHMAN sebagai
anggota)
.
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari ada atau
tidak
adanya
pengaruh peranan kepala desa dengan pem-
bangunan masyarakat khususnya yang menyangkut kemandirian, sehingga apakah benar bahwa kepala desa di dalam
pembangunan
masyarakat
dimasa-masa yang
akan datang
peranannya masih penting; dan untuk mempelajari memudarnya sendi-sendi lembaga tradisional itu dipengaruhi oleh
kurang berpihaknya kepala desa kepada masyrakat atau oleh
semakin meningkatnya transformasi informasi di pedesaan.
mengutamakan pengumpulan data
baik
secara kuantitatif maupun
kualitatif, ditambah
dengan pengalaman selama bertugas 12 tahun di desa-desa
Kabupaten Bogor serta berdasarkan hasil wawancara dan
observasi dalam
studi lapang selama 3 bulan.
Perumusan
dan
pengukuran
variabel
dengan
merumuskan
indikator
setiap variabel: setiap variabel dicari skorenya untuk
dicari korelasinya dengan korelasi range dari Spearman
Brown di kombinasikan dengan penafsiran secara kualitatif.
Indikator keberhasilan pembangunan masyarakat diungkapkan melalui tingkat kemandirian yang dicapai.
Keman-
dirian dibatasi dalam aspek produksi desa, prasarana
desa, pendidikan dan kelembagaan.
kepala desa
diungkapkan
Sedangkan peranan
melalui peranan kepemimpinan
dan hubungan sosialnya dengan masyarakat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa peranan kepala
desa di desa penelitian tidak menunjukkan adanya pengaruh
terhadap kemandirian masyarakat, khususnya kemandirian
dalam aspek produksi desa dan pendidikan.
Sedangkan
peranan kepala desa yang menunjukkan adanya pengaruh,
hanya kepada aspek prasarana desa dan kelembagaan. Namun
ha1 itu
setelah
ditelusuri
secara kualitatif bukan
pengaruh dari peranan kepala desa yang sesungguhnya,
tetapi pengaruh
dari
tokoh masyarakat.
peranan kepala dusun dan para
Hal itu semakin jelas terungkap
secara kualitatif,sebab ternyata integritas masyarakat
tidak berada pada
tingkat dusun.
tingkat desa lagi tetapi terbatas pada
Demikian pula halnya dengan transformasi
ii
informasi sudah tidak memusat pada kepala desa, tetapi
bersumber dari luar desa.
Melemahkan integritas masyara-
kat di tingkat desa, dan tidak memusatkanya transformasi
pada kepala desa nampak sebagai faktor penyebab dari
semakin melemahnya
peranan kepala desa terhadap keman-
dirian masyrakat desa.
yang bertahan
di
Faktor integritas masyarakat
tingkat dusun, ternyata memusat
"ditanganu kepala dusun dan para tokoh masyarakat, ha1
ini sebagai akibat dari semakin kurangnya konsentrasi
kepala desa kepada masyrakat.
dapat dipisahkan dari
Keadaan seperti itu tidak
pengaruh
semakin meningkatnya
program pembangunan yang semakin memerlukan peningkatkan
konsentrasi dari kepala desa.
Dengan kata lain kepala
desa semakin lebih berpaling kepada program dari "atas"
desa yang lebih mementingkan sasaran target yang selalu
ingin dicapai di dalam kebijaksanaan program pembangunan.
Perubahan sebagaimana gambaran di atas, nampaknya
perlu mendapatkan perhatian dari pihak "atas" desa untuk
mengadakan peninjauan terhadap pendekatan di dalam menetapkan satuan wilayah kerja pembangunan; apabila semula
lebih memusatkan perhatian di dalam penetapan wilayah
kerjanya desa per desa, maka dewasa ini pendekatan dusun
per dusun nampaknya akan lebih sesuai.
Kemandirian dalam aspek produksi desa dan pendidikan
dikedua desa penelitian nampak sangat memprihatinkan
(skore yang dicapai dikedua desa penelitian hanya sampai
pada tingkat 2,5556 dan 1,6245 untuk desa Cipenjo dan
1,9955 dan 1,6818 untuk desa Dukuh), ha1 ini berbeda jauh
apabila
dibandingkan dengan kemandirian dalam
aspek
prasarana desa dan kelembagaan; kedua aspek yang terakhir
ini, nampak tidak lebih sulit untuk dapat dikembangkan
(3,000 dan 3,2000 untuk desa Cipenjo; 3,2857 dan 3,2841
untuk desa Dukuh).
Fungsi dan peranan kepala desa untuk dimasa-masa
yang akan datang lebih sesuai apabila diarahkan dan
dibatasi hanya sebagai koordinator atau pengendali melalui pemantauan terhadap kepala dusun dan tokoh masyarakat
kepala dusun dan tokoh masyarakat akan lebih sesuai
apabila diberi peranan sebagai pengelola dalam pelaksanaan program pembangunan masyarakat; karena masyarakat
desa dikedua desa penelitian nampak lebih peduli kepada
kepala dusun dib
epala desa.
Hal in1
tidaklah mengherankan, karena kepala dusun yang dibantu
tokoh masyarakat nampak lebih memahami terhadap keutuhan
dan kebutuhan masyarakatnya. Maka
dengan
sendirinya
kepala dusun dan para tokoh masyarakat akan lebih menge-
tahui di dalam menyusun kebutuhan masyarakatnya di dalam
rangka bottom up planing, yang penting pihak "atas" desa
perlu lebih memahami terhadap kebutuhan tadi. Keyakinan
ini semakin diperkuat oleh kenyataan yang terjadi di
lapangan yaitu apabila diperhatikan pembangunan prasarana
desa, maka disana akan diperoleh perbandingan angka yang
sangat mencengangkan 87,5 % merupakan kontribusi yang
diberikan oleh masyarakat secara sukarela atas peranan
yang diberikan oleh kepala dusun, sedangkan 12,5 % merupakan bantuan yang diberikan oleh pemerintah (untuk di
desa Cipenjo: 88,3 % dan 11,7 %
ini merupakan
untuk desa Dukuh) . Hal
salah satu ciri
masih kuatnya sifat
kesatuan masyarakat, dan karena memang pembangunan prasarana desa itu merupakan prasarana yang benar-benar
sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Hal ini terwujud,
merupakan ketajaman dari kepala dusun dan para tokoh
masyarakat
di
dalam
melihat kebutuhan masyarakat yang
sebenarnya.
Sudah
rakat desa
yang diperoleh secara
komulatif
dusun per dusun,
berkaitan erat dengan kuatnya kelembagaan yang ada di
dusun-dusun desa itu.
dusun
(kerja bakti
Bekerja secara gorol di dusun-
atau
gotong
v
royong) merupakan ciri
adanya
upaya
sendiri;
untuk memenuhi kebutuhan masyarakatnya itu
masyarakat
di
dusun-dusun
di
kedua
desa
penelitian akan merasa kekurang serasian apabila diantara
mereka ada yang tidak turut aktif di dalam kegiatan
gorol.
Oleh karena itu jelas kiranya bahwa kuatnya dan
semakin meningkatnya pembangunan prasarana desa berkaitan
erat dengan kuatnya kelembagaan masyarakat dusun-dusun
dikedua desa penelitian.
PERANAN KEPALA DESA DALAM
PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA
STUDI KASUS
DI DUA DESA DI KABUPATEN DT I1 BOGOR
PROPINSI JAWA - BARAT
Oleh :
H-WISYNUBROTO
NRP. 88104
-
SPD
TESIS SEBAGAI SALAH SATU SYARAT
UNTUK MEMPEROLEH GELAR MAGISTER SAINS
BIDANG KEAHLIAN SOSIOLOGI PEDESAAN
PROGRAM STUDI SOSIOLOGI PEDESAAN
PROGRAM PASCA SARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
1992
: PWANAN KEPALA DESA DALAH PENBANGUNAN
HASYARAKAT DESA
Studi Kasus Di dua Desa di Kabupaten DT I1
Bogor Propinsi Jawa - Barat
Nama Mahasiswa : H.WISYNUBROT0
Nomor Pokok
: 88104
Program Studi
: Sosiologi Pedesaan
Menyetujui
1. ~ o d s iPembimbing
.
Prof. Dr. ~ e d d o n dP~ .Tjondronegoro
Ketua
Dr. Ir. Ali M.A. Rachman, MA
Anggota
ktur Program
RIWAYAT HIDUP
Penulis, Wisynubroto,
pernikahan
putra
Rd.Adhisumitrohardjo
ketiga
dari
(almarhum)
hasil
dengan
Ny.Rd.H.Rochaeni, lahir di Purweredjo tanggal 14 Oktober
Menikah dengan Yetti Rochayati dan dikarunia empat
1947.
orang anak.
Lulus Sekolah Rakyat (SD) pada tahun 1961 di Bandung, Sekolah Menengah Pertama tahun 1964 di Bandung, dan
Sekolah Menengah Atas Jurusan Ilmu Pasti/Alam tahun 1967
di Bandung.
Lulus Sekolah Tinggi Ilmu Administrai,
tingkat Akademi, Jurusan Administrasi Niaga (BBA), pada
Lembaga Administrai Negara Republik Indonesia, tahun
1974, di Bandung.
Lulus Sekolah Tinggi Ilmu Administra-
si, tingkat Doktoral, Jurusan Administrai Negara (Drs),
pada Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia,
tahun 1979, di Bandung.
Sejak tahun 1980 mulai bekerja
negeri
pada
sebagai pegawai
Tingkat I1 Bogor,
Inspektorat
Wilayah Kabupaten Bogor, sebagai
Pemeriksa Agraria dan Pemerintahan.
Kemudian pada tahun
1991 bulan Nopember diangkat menjadi Sekretaris Badan
Perencanaan
Pembangunan Daerah Kabupaten Daerah
I1 Bogor.
ix
Tingkat
PERAMAH KEPALA DESA DALAM
PEMBAHGUNAN MASYARAKAT DESA
Studi Kasus Di Dua Desa di Kabupaten DT I1 Bogor
Propinsi Jawa - Barat
Oleh :
H. WISYNUBROTO
PROGRAM PASCA SARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
1992
WISYNUBROTO. Peranan kepala desa dalam pembangunan masyarakat desa: Studi kasus pada masyarakat desa Cipenjo,
Kecamatan Cileungsi dan desa Dukuh, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Daerah Tingkat I1 Bogor, Propinsi Daerah
Tingkat I Jawa Barat (di bawah bimbingan SEDIONO M.P.
TJONDRONEGORO sebagai ketua dan ALI M.A RACHMAN sebagai
anggota)
.
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari ada atau
tidak
adanya
pengaruh peranan kepala desa dengan pem-
bangunan masyarakat khususnya yang menyangkut kemandirian, sehingga apakah benar bahwa kepala desa di dalam
pembangunan
masyarakat
dimasa-masa yang
akan datang
peranannya masih penting; dan untuk mempelajari memudarnya sendi-sendi lembaga tradisional itu dipengaruhi oleh
kurang berpihaknya kepala desa kepada masyrakat atau oleh
semakin meningkatnya transformasi informasi di pedesaan.
mengutamakan pengumpulan data
baik
secara kuantitatif maupun
kualitatif, ditambah
dengan pengalaman selama bertugas 12 tahun di desa-desa
Kabupaten Bogor serta berdasarkan hasil wawancara dan
observasi dalam
studi lapang selama 3 bulan.
Perumusan
dan
pengukuran
variabel
dengan
merumuskan
indikator
setiap variabel: setiap variabel dicari skorenya untuk
dicari korelasinya dengan korelasi range dari Spearman
Brown di kombinasikan dengan penafsiran secara kualitatif.
Indikator keberhasilan pembangunan masyarakat diungkapkan melalui tingkat kemandirian yang dicapai.
Keman-
dirian dibatasi dalam aspek produksi desa, prasarana
desa, pendidikan dan kelembagaan.
kepala desa
diungkapkan
Sedangkan peranan
melalui peranan kepemimpinan
dan hubungan sosialnya dengan masyarakat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa peranan kepala
desa di desa penelitian tidak menunjukkan adanya pengaruh
terhadap kemandirian masyarakat, khususnya kemandirian
dalam aspek produksi desa dan pendidikan.
Sedangkan
peranan kepala desa yang menunjukkan adanya pengaruh,
hanya kepada aspek prasarana desa dan kelembagaan. Namun
ha1 itu
setelah
ditelusuri
secara kualitatif bukan
pengaruh dari peranan kepala desa yang sesungguhnya,
tetapi pengaruh
dari
tokoh masyarakat.
peranan kepala dusun dan para
Hal itu semakin jelas terungkap
secara kualitatif,sebab ternyata integritas masyarakat
tidak berada pada
tingkat dusun.
tingkat desa lagi tetapi terbatas pada
Demikian pula halnya dengan transformasi
ii
informasi sudah tidak memusat pada kepala desa, tetapi
bersumber dari luar desa.
Melemahkan integritas masyara-
kat di tingkat desa, dan tidak memusatkanya transformasi
pada kepala desa nampak sebagai faktor penyebab dari
semakin melemahnya
peranan kepala desa terhadap keman-
dirian masyrakat desa.
yang bertahan
di
Faktor integritas masyarakat
tingkat dusun, ternyata memusat
"ditanganu kepala dusun dan para tokoh masyarakat, ha1
ini sebagai akibat dari semakin kurangnya konsentrasi
kepala desa kepada masyrakat.
dapat dipisahkan dari
Keadaan seperti itu tidak
pengaruh
semakin meningkatnya
program pembangunan yang semakin memerlukan peningkatkan
konsentrasi dari kepala desa.
Dengan kata lain kepala
desa semakin lebih berpaling kepada program dari "atas"
desa yang lebih mementingkan sasaran target yang selalu
ingin dicapai di dalam kebijaksanaan program pembangunan.
Perubahan sebagaimana gambaran di atas, nampaknya
perlu mendapatkan perhatian dari pihak "atas" desa untuk
mengadakan peninjauan terhadap pendekatan di dalam menetapkan satuan wilayah kerja pembangunan; apabila semula
lebih memusatkan perhatian di dalam penetapan wilayah
kerjanya desa per desa, maka dewasa ini pendekatan dusun
per dusun nampaknya akan lebih sesuai.
Kemandirian dalam aspek produksi desa dan pendidikan
dikedua desa penelitian nampak sangat memprihatinkan
(skore yang dicapai dikedua desa penelitian hanya sampai
pada tingkat 2,5556 dan 1,6245 untuk desa Cipenjo dan
1,9955 dan 1,6818 untuk desa Dukuh), ha1 ini berbeda jauh
apabila
dibandingkan dengan kemandirian dalam
aspek
prasarana desa dan kelembagaan; kedua aspek yang terakhir
ini, nampak tidak lebih sulit untuk dapat dikembangkan
(3,000 dan 3,2000 untuk desa Cipenjo; 3,2857 dan 3,2841
untuk desa Dukuh).
Fungsi dan peranan kepala desa untuk dimasa-masa
yang akan datang lebih sesuai apabila diarahkan dan
dibatasi hanya sebagai koordinator atau pengendali melalui pemantauan terhadap kepala dusun dan tokoh masyarakat
kepala dusun dan tokoh masyarakat akan lebih sesuai
apabila diberi peranan sebagai pengelola dalam pelaksanaan program pembangunan masyarakat; karena masyarakat
desa dikedua desa penelitian nampak lebih peduli kepada
kepala dusun dib
epala desa.
Hal in1
tidaklah mengherankan, karena kepala dusun yang dibantu
tokoh masyarakat nampak lebih memahami terhadap keutuhan
dan kebutuhan masyarakatnya. Maka
dengan
sendirinya
kepala dusun dan para tokoh masyarakat akan lebih menge-
tahui di dalam menyusun kebutuhan masyarakatnya di dalam
rangka bottom up planing, yang penting pihak "atas" desa
perlu lebih memahami terhadap kebutuhan tadi. Keyakinan
ini semakin diperkuat oleh kenyataan yang terjadi di
lapangan yaitu apabila diperhatikan pembangunan prasarana
desa, maka disana akan diperoleh perbandingan angka yang
sangat mencengangkan 87,5 % merupakan kontribusi yang
diberikan oleh masyarakat secara sukarela atas peranan
yang diberikan oleh kepala dusun, sedangkan 12,5 % merupakan bantuan yang diberikan oleh pemerintah (untuk di
desa Cipenjo: 88,3 % dan 11,7 %
ini merupakan
untuk desa Dukuh) . Hal
salah satu ciri
masih kuatnya sifat
kesatuan masyarakat, dan karena memang pembangunan prasarana desa itu merupakan prasarana yang benar-benar
sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Hal ini terwujud,
merupakan ketajaman dari kepala dusun dan para tokoh
masyarakat
di
dalam
melihat kebutuhan masyarakat yang
sebenarnya.
Sudah
rakat desa
yang diperoleh secara
komulatif
dusun per dusun,
berkaitan erat dengan kuatnya kelembagaan yang ada di
dusun-dusun desa itu.
dusun
(kerja bakti
Bekerja secara gorol di dusun-
atau
gotong
v
royong) merupakan ciri
adanya
upaya
sendiri;
untuk memenuhi kebutuhan masyarakatnya itu
masyarakat
di
dusun-dusun
di
kedua
desa
penelitian akan merasa kekurang serasian apabila diantara
mereka ada yang tidak turut aktif di dalam kegiatan
gorol.
Oleh karena itu jelas kiranya bahwa kuatnya dan
semakin meningkatnya pembangunan prasarana desa berkaitan
erat dengan kuatnya kelembagaan masyarakat dusun-dusun
dikedua desa penelitian.
PERANAN KEPALA DESA DALAM
PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA
STUDI KASUS
DI DUA DESA DI KABUPATEN DT I1 BOGOR
PROPINSI JAWA - BARAT
Oleh :
H-WISYNUBROTO
NRP. 88104
-
SPD
TESIS SEBAGAI SALAH SATU SYARAT
UNTUK MEMPEROLEH GELAR MAGISTER SAINS
BIDANG KEAHLIAN SOSIOLOGI PEDESAAN
PROGRAM STUDI SOSIOLOGI PEDESAAN
PROGRAM PASCA SARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
1992
: PWANAN KEPALA DESA DALAH PENBANGUNAN
HASYARAKAT DESA
Studi Kasus Di dua Desa di Kabupaten DT I1
Bogor Propinsi Jawa - Barat
Nama Mahasiswa : H.WISYNUBROT0
Nomor Pokok
: 88104
Program Studi
: Sosiologi Pedesaan
Menyetujui
1. ~ o d s iPembimbing
.
Prof. Dr. ~ e d d o n dP~ .Tjondronegoro
Ketua
Dr. Ir. Ali M.A. Rachman, MA
Anggota
ktur Program
RIWAYAT HIDUP
Penulis, Wisynubroto,
pernikahan
putra
Rd.Adhisumitrohardjo
ketiga
dari
(almarhum)
hasil
dengan
Ny.Rd.H.Rochaeni, lahir di Purweredjo tanggal 14 Oktober
Menikah dengan Yetti Rochayati dan dikarunia empat
1947.
orang anak.
Lulus Sekolah Rakyat (SD) pada tahun 1961 di Bandung, Sekolah Menengah Pertama tahun 1964 di Bandung, dan
Sekolah Menengah Atas Jurusan Ilmu Pasti/Alam tahun 1967
di Bandung.
Lulus Sekolah Tinggi Ilmu Administrai,
tingkat Akademi, Jurusan Administrasi Niaga (BBA), pada
Lembaga Administrai Negara Republik Indonesia, tahun
1974, di Bandung.
Lulus Sekolah Tinggi Ilmu Administra-
si, tingkat Doktoral, Jurusan Administrai Negara (Drs),
pada Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia,
tahun 1979, di Bandung.
Sejak tahun 1980 mulai bekerja
negeri
pada
sebagai pegawai
Tingkat I1 Bogor,
Inspektorat
Wilayah Kabupaten Bogor, sebagai
Pemeriksa Agraria dan Pemerintahan.
Kemudian pada tahun
1991 bulan Nopember diangkat menjadi Sekretaris Badan
Perencanaan
Pembangunan Daerah Kabupaten Daerah
I1 Bogor.
ix
Tingkat
PEMBAHGUNAN MASYARAKAT DESA
Studi Kasus Di Dua Desa di Kabupaten DT I1 Bogor
Propinsi Jawa - Barat
Oleh :
H. WISYNUBROTO
PROGRAM PASCA SARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
1992
WISYNUBROTO. Peranan kepala desa dalam pembangunan masyarakat desa: Studi kasus pada masyarakat desa Cipenjo,
Kecamatan Cileungsi dan desa Dukuh, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Daerah Tingkat I1 Bogor, Propinsi Daerah
Tingkat I Jawa Barat (di bawah bimbingan SEDIONO M.P.
TJONDRONEGORO sebagai ketua dan ALI M.A RACHMAN sebagai
anggota)
.
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari ada atau
tidak
adanya
pengaruh peranan kepala desa dengan pem-
bangunan masyarakat khususnya yang menyangkut kemandirian, sehingga apakah benar bahwa kepala desa di dalam
pembangunan
masyarakat
dimasa-masa yang
akan datang
peranannya masih penting; dan untuk mempelajari memudarnya sendi-sendi lembaga tradisional itu dipengaruhi oleh
kurang berpihaknya kepala desa kepada masyrakat atau oleh
semakin meningkatnya transformasi informasi di pedesaan.
mengutamakan pengumpulan data
baik
secara kuantitatif maupun
kualitatif, ditambah
dengan pengalaman selama bertugas 12 tahun di desa-desa
Kabupaten Bogor serta berdasarkan hasil wawancara dan
observasi dalam
studi lapang selama 3 bulan.
Perumusan
dan
pengukuran
variabel
dengan
merumuskan
indikator
setiap variabel: setiap variabel dicari skorenya untuk
dicari korelasinya dengan korelasi range dari Spearman
Brown di kombinasikan dengan penafsiran secara kualitatif.
Indikator keberhasilan pembangunan masyarakat diungkapkan melalui tingkat kemandirian yang dicapai.
Keman-
dirian dibatasi dalam aspek produksi desa, prasarana
desa, pendidikan dan kelembagaan.
kepala desa
diungkapkan
Sedangkan peranan
melalui peranan kepemimpinan
dan hubungan sosialnya dengan masyarakat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa peranan kepala
desa di desa penelitian tidak menunjukkan adanya pengaruh
terhadap kemandirian masyarakat, khususnya kemandirian
dalam aspek produksi desa dan pendidikan.
Sedangkan
peranan kepala desa yang menunjukkan adanya pengaruh,
hanya kepada aspek prasarana desa dan kelembagaan. Namun
ha1 itu
setelah
ditelusuri
secara kualitatif bukan
pengaruh dari peranan kepala desa yang sesungguhnya,
tetapi pengaruh
dari
tokoh masyarakat.
peranan kepala dusun dan para
Hal itu semakin jelas terungkap
secara kualitatif,sebab ternyata integritas masyarakat
tidak berada pada
tingkat dusun.
tingkat desa lagi tetapi terbatas pada
Demikian pula halnya dengan transformasi
ii
informasi sudah tidak memusat pada kepala desa, tetapi
bersumber dari luar desa.
Melemahkan integritas masyara-
kat di tingkat desa, dan tidak memusatkanya transformasi
pada kepala desa nampak sebagai faktor penyebab dari
semakin melemahnya
peranan kepala desa terhadap keman-
dirian masyrakat desa.
yang bertahan
di
Faktor integritas masyarakat
tingkat dusun, ternyata memusat
"ditanganu kepala dusun dan para tokoh masyarakat, ha1
ini sebagai akibat dari semakin kurangnya konsentrasi
kepala desa kepada masyrakat.
dapat dipisahkan dari
Keadaan seperti itu tidak
pengaruh
semakin meningkatnya
program pembangunan yang semakin memerlukan peningkatkan
konsentrasi dari kepala desa.
Dengan kata lain kepala
desa semakin lebih berpaling kepada program dari "atas"
desa yang lebih mementingkan sasaran target yang selalu
ingin dicapai di dalam kebijaksanaan program pembangunan.
Perubahan sebagaimana gambaran di atas, nampaknya
perlu mendapatkan perhatian dari pihak "atas" desa untuk
mengadakan peninjauan terhadap pendekatan di dalam menetapkan satuan wilayah kerja pembangunan; apabila semula
lebih memusatkan perhatian di dalam penetapan wilayah
kerjanya desa per desa, maka dewasa ini pendekatan dusun
per dusun nampaknya akan lebih sesuai.
Kemandirian dalam aspek produksi desa dan pendidikan
dikedua desa penelitian nampak sangat memprihatinkan
(skore yang dicapai dikedua desa penelitian hanya sampai
pada tingkat 2,5556 dan 1,6245 untuk desa Cipenjo dan
1,9955 dan 1,6818 untuk desa Dukuh), ha1 ini berbeda jauh
apabila
dibandingkan dengan kemandirian dalam
aspek
prasarana desa dan kelembagaan; kedua aspek yang terakhir
ini, nampak tidak lebih sulit untuk dapat dikembangkan
(3,000 dan 3,2000 untuk desa Cipenjo; 3,2857 dan 3,2841
untuk desa Dukuh).
Fungsi dan peranan kepala desa untuk dimasa-masa
yang akan datang lebih sesuai apabila diarahkan dan
dibatasi hanya sebagai koordinator atau pengendali melalui pemantauan terhadap kepala dusun dan tokoh masyarakat
kepala dusun dan tokoh masyarakat akan lebih sesuai
apabila diberi peranan sebagai pengelola dalam pelaksanaan program pembangunan masyarakat; karena masyarakat
desa dikedua desa penelitian nampak lebih peduli kepada
kepala dusun dib
epala desa.
Hal in1
tidaklah mengherankan, karena kepala dusun yang dibantu
tokoh masyarakat nampak lebih memahami terhadap keutuhan
dan kebutuhan masyarakatnya. Maka
dengan
sendirinya
kepala dusun dan para tokoh masyarakat akan lebih menge-
tahui di dalam menyusun kebutuhan masyarakatnya di dalam
rangka bottom up planing, yang penting pihak "atas" desa
perlu lebih memahami terhadap kebutuhan tadi. Keyakinan
ini semakin diperkuat oleh kenyataan yang terjadi di
lapangan yaitu apabila diperhatikan pembangunan prasarana
desa, maka disana akan diperoleh perbandingan angka yang
sangat mencengangkan 87,5 % merupakan kontribusi yang
diberikan oleh masyarakat secara sukarela atas peranan
yang diberikan oleh kepala dusun, sedangkan 12,5 % merupakan bantuan yang diberikan oleh pemerintah (untuk di
desa Cipenjo: 88,3 % dan 11,7 %
ini merupakan
untuk desa Dukuh) . Hal
salah satu ciri
masih kuatnya sifat
kesatuan masyarakat, dan karena memang pembangunan prasarana desa itu merupakan prasarana yang benar-benar
sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Hal ini terwujud,
merupakan ketajaman dari kepala dusun dan para tokoh
masyarakat
di
dalam
melihat kebutuhan masyarakat yang
sebenarnya.
Sudah
rakat desa
yang diperoleh secara
komulatif
dusun per dusun,
berkaitan erat dengan kuatnya kelembagaan yang ada di
dusun-dusun desa itu.
dusun
(kerja bakti
Bekerja secara gorol di dusun-
atau
gotong
v
royong) merupakan ciri
adanya
upaya
sendiri;
untuk memenuhi kebutuhan masyarakatnya itu
masyarakat
di
dusun-dusun
di
kedua
desa
penelitian akan merasa kekurang serasian apabila diantara
mereka ada yang tidak turut aktif di dalam kegiatan
gorol.
Oleh karena itu jelas kiranya bahwa kuatnya dan
semakin meningkatnya pembangunan prasarana desa berkaitan
erat dengan kuatnya kelembagaan masyarakat dusun-dusun
dikedua desa penelitian.
PERANAN KEPALA DESA DALAM
PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA
STUDI KASUS
DI DUA DESA DI KABUPATEN DT I1 BOGOR
PROPINSI JAWA - BARAT
Oleh :
H-WISYNUBROTO
NRP. 88104
-
SPD
TESIS SEBAGAI SALAH SATU SYARAT
UNTUK MEMPEROLEH GELAR MAGISTER SAINS
BIDANG KEAHLIAN SOSIOLOGI PEDESAAN
PROGRAM STUDI SOSIOLOGI PEDESAAN
PROGRAM PASCA SARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
1992
: PWANAN KEPALA DESA DALAH PENBANGUNAN
HASYARAKAT DESA
Studi Kasus Di dua Desa di Kabupaten DT I1
Bogor Propinsi Jawa - Barat
Nama Mahasiswa : H.WISYNUBROT0
Nomor Pokok
: 88104
Program Studi
: Sosiologi Pedesaan
Menyetujui
1. ~ o d s iPembimbing
.
Prof. Dr. ~ e d d o n dP~ .Tjondronegoro
Ketua
Dr. Ir. Ali M.A. Rachman, MA
Anggota
ktur Program
RIWAYAT HIDUP
Penulis, Wisynubroto,
pernikahan
putra
Rd.Adhisumitrohardjo
ketiga
dari
(almarhum)
hasil
dengan
Ny.Rd.H.Rochaeni, lahir di Purweredjo tanggal 14 Oktober
Menikah dengan Yetti Rochayati dan dikarunia empat
1947.
orang anak.
Lulus Sekolah Rakyat (SD) pada tahun 1961 di Bandung, Sekolah Menengah Pertama tahun 1964 di Bandung, dan
Sekolah Menengah Atas Jurusan Ilmu Pasti/Alam tahun 1967
di Bandung.
Lulus Sekolah Tinggi Ilmu Administrai,
tingkat Akademi, Jurusan Administrasi Niaga (BBA), pada
Lembaga Administrai Negara Republik Indonesia, tahun
1974, di Bandung.
Lulus Sekolah Tinggi Ilmu Administra-
si, tingkat Doktoral, Jurusan Administrai Negara (Drs),
pada Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia,
tahun 1979, di Bandung.
Sejak tahun 1980 mulai bekerja
negeri
pada
sebagai pegawai
Tingkat I1 Bogor,
Inspektorat
Wilayah Kabupaten Bogor, sebagai
Pemeriksa Agraria dan Pemerintahan.
Kemudian pada tahun
1991 bulan Nopember diangkat menjadi Sekretaris Badan
Perencanaan
Pembangunan Daerah Kabupaten Daerah
I1 Bogor.
ix
Tingkat
PERAMAH KEPALA DESA DALAM
PEMBAHGUNAN MASYARAKAT DESA
Studi Kasus Di Dua Desa di Kabupaten DT I1 Bogor
Propinsi Jawa - Barat
Oleh :
H. WISYNUBROTO
PROGRAM PASCA SARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
1992
WISYNUBROTO. Peranan kepala desa dalam pembangunan masyarakat desa: Studi kasus pada masyarakat desa Cipenjo,
Kecamatan Cileungsi dan desa Dukuh, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Daerah Tingkat I1 Bogor, Propinsi Daerah
Tingkat I Jawa Barat (di bawah bimbingan SEDIONO M.P.
TJONDRONEGORO sebagai ketua dan ALI M.A RACHMAN sebagai
anggota)
.
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari ada atau
tidak
adanya
pengaruh peranan kepala desa dengan pem-
bangunan masyarakat khususnya yang menyangkut kemandirian, sehingga apakah benar bahwa kepala desa di dalam
pembangunan
masyarakat
dimasa-masa yang
akan datang
peranannya masih penting; dan untuk mempelajari memudarnya sendi-sendi lembaga tradisional itu dipengaruhi oleh
kurang berpihaknya kepala desa kepada masyrakat atau oleh
semakin meningkatnya transformasi informasi di pedesaan.
mengutamakan pengumpulan data
baik
secara kuantitatif maupun
kualitatif, ditambah
dengan pengalaman selama bertugas 12 tahun di desa-desa
Kabupaten Bogor serta berdasarkan hasil wawancara dan
observasi dalam
studi lapang selama 3 bulan.
Perumusan
dan
pengukuran
variabel
dengan
merumuskan
indikator
setiap variabel: setiap variabel dicari skorenya untuk
dicari korelasinya dengan korelasi range dari Spearman
Brown di kombinasikan dengan penafsiran secara kualitatif.
Indikator keberhasilan pembangunan masyarakat diungkapkan melalui tingkat kemandirian yang dicapai.
Keman-
dirian dibatasi dalam aspek produksi desa, prasarana
desa, pendidikan dan kelembagaan.
kepala desa
diungkapkan
Sedangkan peranan
melalui peranan kepemimpinan
dan hubungan sosialnya dengan masyarakat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa peranan kepala
desa di desa penelitian tidak menunjukkan adanya pengaruh
terhadap kemandirian masyarakat, khususnya kemandirian
dalam aspek produksi desa dan pendidikan.
Sedangkan
peranan kepala desa yang menunjukkan adanya pengaruh,
hanya kepada aspek prasarana desa dan kelembagaan. Namun
ha1 itu
setelah
ditelusuri
secara kualitatif bukan
pengaruh dari peranan kepala desa yang sesungguhnya,
tetapi pengaruh
dari
tokoh masyarakat.
peranan kepala dusun dan para
Hal itu semakin jelas terungkap
secara kualitatif,sebab ternyata integritas masyarakat
tidak berada pada
tingkat dusun.
tingkat desa lagi tetapi terbatas pada
Demikian pula halnya dengan transformasi
ii
informasi sudah tidak memusat pada kepala desa, tetapi
bersumber dari luar desa.
Melemahkan integritas masyara-
kat di tingkat desa, dan tidak memusatkanya transformasi
pada kepala desa nampak sebagai faktor penyebab dari
semakin melemahnya
peranan kepala desa terhadap keman-
dirian masyrakat desa.
yang bertahan
di
Faktor integritas masyarakat
tingkat dusun, ternyata memusat
"ditanganu kepala dusun dan para tokoh masyarakat, ha1
ini sebagai akibat dari semakin kurangnya konsentrasi
kepala desa kepada masyrakat.
dapat dipisahkan dari
Keadaan seperti itu tidak
pengaruh
semakin meningkatnya
program pembangunan yang semakin memerlukan peningkatkan
konsentrasi dari kepala desa.
Dengan kata lain kepala
desa semakin lebih berpaling kepada program dari "atas"
desa yang lebih mementingkan sasaran target yang selalu
ingin dicapai di dalam kebijaksanaan program pembangunan.
Perubahan sebagaimana gambaran di atas, nampaknya
perlu mendapatkan perhatian dari pihak "atas" desa untuk
mengadakan peninjauan terhadap pendekatan di dalam menetapkan satuan wilayah kerja pembangunan; apabila semula
lebih memusatkan perhatian di dalam penetapan wilayah
kerjanya desa per desa, maka dewasa ini pendekatan dusun
per dusun nampaknya akan lebih sesuai.
Kemandirian dalam aspek produksi desa dan pendidikan
dikedua desa penelitian nampak sangat memprihatinkan
(skore yang dicapai dikedua desa penelitian hanya sampai
pada tingkat 2,5556 dan 1,6245 untuk desa Cipenjo dan
1,9955 dan 1,6818 untuk desa Dukuh), ha1 ini berbeda jauh
apabila
dibandingkan dengan kemandirian dalam
aspek
prasarana desa dan kelembagaan; kedua aspek yang terakhir
ini, nampak tidak lebih sulit untuk dapat dikembangkan
(3,000 dan 3,2000 untuk desa Cipenjo; 3,2857 dan 3,2841
untuk desa Dukuh).
Fungsi dan peranan kepala desa untuk dimasa-masa
yang akan datang lebih sesuai apabila diarahkan dan
dibatasi hanya sebagai koordinator atau pengendali melalui pemantauan terhadap kepala dusun dan tokoh masyarakat
kepala dusun dan tokoh masyarakat akan lebih sesuai
apabila diberi peranan sebagai pengelola dalam pelaksanaan program pembangunan masyarakat; karena masyarakat
desa dikedua desa penelitian nampak lebih peduli kepada
kepala dusun dib
epala desa.
Hal in1
tidaklah mengherankan, karena kepala dusun yang dibantu
tokoh masyarakat nampak lebih memahami terhadap keutuhan
dan kebutuhan masyarakatnya. Maka
dengan
sendirinya
kepala dusun dan para tokoh masyarakat akan lebih menge-
tahui di dalam menyusun kebutuhan masyarakatnya di dalam
rangka bottom up planing, yang penting pihak "atas" desa
perlu lebih memahami terhadap kebutuhan tadi. Keyakinan
ini semakin diperkuat oleh kenyataan yang terjadi di
lapangan yaitu apabila diperhatikan pembangunan prasarana
desa, maka disana akan diperoleh perbandingan angka yang
sangat mencengangkan 87,5 % merupakan kontribusi yang
diberikan oleh masyarakat secara sukarela atas peranan
yang diberikan oleh kepala dusun, sedangkan 12,5 % merupakan bantuan yang diberikan oleh pemerintah (untuk di
desa Cipenjo: 88,3 % dan 11,7 %
ini merupakan
untuk desa Dukuh) . Hal
salah satu ciri
masih kuatnya sifat
kesatuan masyarakat, dan karena memang pembangunan prasarana desa itu merupakan prasarana yang benar-benar
sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Hal ini terwujud,
merupakan ketajaman dari kepala dusun dan para tokoh
masyarakat
di
dalam
melihat kebutuhan masyarakat yang
sebenarnya.
Sudah
rakat desa
yang diperoleh secara
komulatif
dusun per dusun,
berkaitan erat dengan kuatnya kelembagaan yang ada di
dusun-dusun desa itu.
dusun
(kerja bakti
Bekerja secara gorol di dusun-
atau
gotong
v
royong) merupakan ciri
adanya
upaya
sendiri;
untuk memenuhi kebutuhan masyarakatnya itu
masyarakat
di
dusun-dusun
di
kedua
desa
penelitian akan merasa kekurang serasian apabila diantara
mereka ada yang tidak turut aktif di dalam kegiatan
gorol.
Oleh karena itu jelas kiranya bahwa kuatnya dan
semakin meningkatnya pembangunan prasarana desa berkaitan
erat dengan kuatnya kelembagaan masyarakat dusun-dusun
dikedua desa penelitian.
PERANAN KEPALA DESA DALAM
PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA
STUDI KASUS
DI DUA DESA DI KABUPATEN DT I1 BOGOR
PROPINSI JAWA - BARAT
Oleh :
H-WISYNUBROTO
NRP. 88104
-
SPD
TESIS SEBAGAI SALAH SATU SYARAT
UNTUK MEMPEROLEH GELAR MAGISTER SAINS
BIDANG KEAHLIAN SOSIOLOGI PEDESAAN
PROGRAM STUDI SOSIOLOGI PEDESAAN
PROGRAM PASCA SARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
1992
: PWANAN KEPALA DESA DALAH PENBANGUNAN
HASYARAKAT DESA
Studi Kasus Di dua Desa di Kabupaten DT I1
Bogor Propinsi Jawa - Barat
Nama Mahasiswa : H.WISYNUBROT0
Nomor Pokok
: 88104
Program Studi
: Sosiologi Pedesaan
Menyetujui
1. ~ o d s iPembimbing
.
Prof. Dr. ~ e d d o n dP~ .Tjondronegoro
Ketua
Dr. Ir. Ali M.A. Rachman, MA
Anggota
ktur Program
RIWAYAT HIDUP
Penulis, Wisynubroto,
pernikahan
putra
Rd.Adhisumitrohardjo
ketiga
dari
(almarhum)
hasil
dengan
Ny.Rd.H.Rochaeni, lahir di Purweredjo tanggal 14 Oktober
Menikah dengan Yetti Rochayati dan dikarunia empat
1947.
orang anak.
Lulus Sekolah Rakyat (SD) pada tahun 1961 di Bandung, Sekolah Menengah Pertama tahun 1964 di Bandung, dan
Sekolah Menengah Atas Jurusan Ilmu Pasti/Alam tahun 1967
di Bandung.
Lulus Sekolah Tinggi Ilmu Administrai,
tingkat Akademi, Jurusan Administrasi Niaga (BBA), pada
Lembaga Administrai Negara Republik Indonesia, tahun
1974, di Bandung.
Lulus Sekolah Tinggi Ilmu Administra-
si, tingkat Doktoral, Jurusan Administrai Negara (Drs),
pada Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia,
tahun 1979, di Bandung.
Sejak tahun 1980 mulai bekerja
negeri
pada
sebagai pegawai
Tingkat I1 Bogor,
Inspektorat
Wilayah Kabupaten Bogor, sebagai
Pemeriksa Agraria dan Pemerintahan.
Kemudian pada tahun
1991 bulan Nopember diangkat menjadi Sekretaris Badan
Perencanaan
Pembangunan Daerah Kabupaten Daerah
I1 Bogor.
ix
Tingkat