1
ASSOSIASI FOSIL DAN PALEOEKOLOGI BATUAN KARBONAT FORMASI RAJAMANDALA,
PADALARANG, JAWA BARAT
oleh :
Moehammad Ali Jambak, Ovinda, Ulam P. Nababan Dosen Tetap, Prodi T. Geologi
Fakultas Teknologi Kebumian Energi, Usakti Gedung D, Lantai 2, Jl. Kyai Tapa No.1, Grogol, Jakarta 11440
Abstrak
Peranan bidang paleontologi sangat penting dalam studi batuan karbonat. Dalam rangka membantu pemecahan masalah yang dihadapi dalam dunia industri yang berhubungan dengan kegiatan eksplorasi-produksi minyak bumi dan
industri bahan baku karbonat. Untuk mendapatkan gambaran permodelan tepat dan akurat yang pada akhirnya dapat digunakan dalam aplikasi. Biofacies satuan batugamping Formasi Rajamandala terdapat di daerah Padalarang dan
sekitarnya dengan lokasi pengamatan di daerah Togogapu, Gunung Hawu, Gunung Pabiasan, Lampegan, Gunung Pawon dan Gunung Masigit sangat menarik untuk dikaji mengenai kandungan atau assosiasi fosilbiota pembentuk
batuan dan menafsirkan paleoekologi. Metode penelitian adalah berdasarkan data observasi singkapan dan hasil deskripsi sayatan tipis petrografi dari sampel batuan yang diambil. Di lapangan dilakukan observasi singkapan, deskripsi
megaskopik dan pengambilan sampel batuan serta pengambilan data-data lain, seperti morfologi dan struktur yang teramati pada singkapan.
Klasifikasi yang digunakan adalah menurut Dunham 1962 yang dikombinasikan dengan klasifikasi Emri Klovan
1972. Berdasarkan studi dijumpai beberapa assosiasi fauna yang terdapat dalam batuan karbonat Formasi Rajamandala dapat dikelompokan dalam : 1 Foraminifera besar yang terdiri atas jenis Orbitoid, Lepidocyclina sp, Miogypsinoides.,
Miogysina sp., Cycloclypeus sp., Spiroclipeus sp., Heterostegina sp, 2 Coral dan Algae, berupa: Red algae; Lithothamnion sp; Jania
sp dan fragmen coral, seperti: massive coral, branching coral dan platy coral 3 Foraminifera kecil planktonik dan bentonik, 4
Fauna lain, seperti Moluska, Echinodermata, Ostracoda dan lainnya, sedangkan facies batuan adalah a facies batuan karbonat berlapis, b facies Rudstone, c Lepidocyclina Packstone, d foraminifera wackstone, e foraminifera wackstone-
packstone , f facies coral-algae boundstone, g facies platy coral. Batuan karbonat, umumnya diendapkan pada daerah komplek
“reef”, yaitu backreeflagon, core reef, fore reef, dan reef slope, serta basinal. Kata kunci : fosil, facies, reef, formasi rajamandala
I. Pendahuluan
Berbeda dengan batuan klastik, batuan karbonat dalam studinya memerlukan pengetahuan yang
mendasar dalam paleontologi, hal ini dikarenakan pada umumnya batuan karbonat dibentuk oleh
kumpulan atau assosiasi dari biota yang sudah mati fosil yang mengalami litifikasi. Pembelajaran
batuan karbonat dengan penggabungan dasar ilmu paleontologi, sedimentologi dan stratigrafimenjadi
sangat penting untuk membantu mengenali karakter reservoir batuan karbonat pada eksplorasi
minyak dan gas bumi.
Paleontologibatuan karbonat sangat membantu pemecahan masalah menyangkut genesa dan sistem
pembentukan yang dihadapi dalam dunia industri yang berhubungan dengan pemanfaatan batuan
karbonat pada kegiatan eksplorasi-produksi minyak bumi dan industri bahan baku karbonat.
Penelitian ini dimaksudkan untuk mempelajari aspek-aspek paleontologi yang terdapat pada
batuan karbonat untuk mendapatkan gambaran permodelan pembentukannya yang pada akhirnya
dapat digunakan dalam aplikasi dari pemanfaatan batuan karbonat, sedangkan tujuannya adalah studi
kandungan atau assosiasi fosilbiota pembentuk batuan dan menafsirkan paleoekologi, sehingga
dapat dipelajari segala yang berhubungan dengan aspek geologi.
Batuan karbonat yang dipelajari terdapat di daerah Padalarang dan sekitarnya dengan lokasi
pengamatan di daerah Togogapu, Pabiasan, Gn. Manik, G. Pawon, G. Masigit dan Sanghiangti-
koro Gambar 1. terletak lebih kurang 20 km dari Kota Bandung, Jawa Barat. Lokasi pengamatan
dapat dicapai dengan mudah, karena berada di tepi jalan raya Bandung - Jakarta dengan hanya sedikit
berjalan kaki sudah sampai di setiap lokasi pengamatan.
Konsep Dasar Paleoekologi
Lingkungan pengendapan merupakan gejala geografis alami tempat sedimen terakumulasi, yang
ditandai oleh parameter biologi, fisika dan kimia. Hubungan dari beberapa parameter tersebut dapat
menghasilkan tipe sedimentasi yang berbeda atau mewakili facies dari kondisi lingkungan yang
berbeda. Suatu studi tentang facies sedimentasi yang terekam pada batuan dapat menginterpretasi-
kan kondisi saat itu pada waktu pembentukan atau pengendapan. Parameter lingkungan diwakili
dalam rekaman batuan yang hanya terlihat di permukaan, seperti bedding plane, fosil atau
permukaan
disconformity .
Pada umumnya
parameter sekuen pengendapan berkaitan dengan body
atau volume batuan sedimen, sedangkan model pengendapan digunakan model umum dari
Moehammad Ali Jambak, Suyati Ibrahim, Dyah Ayu Setyorini
2 James 1979, namun juga tidak mengabaikan
model lain, apabila mendukung data analisis dari kandungan biota penyusun batugamping.
Dasar Interpretasi
Beberapa parameter
mengkarakteristikan paleoekologi dan ini dapat dikenali melalui efeknya
akumulasi penyusun batuan sedimen karbonat lampiran 3 rekonstruksi lingkungan berdasarkan
atas pengetahuan
paleontologi dari
proses lingkungan dan hasilnya produk akan menghasil-
kan penafsiran sekuen sedimentasi yang tepat. Model facies digunakan sebagai dasar untuk
pemahaman tentang lingkungan pengendapan hidup dan dikontruksikan dari kenyataan dan
studi teoritis, baik pada rekaman batuan dan lingkungan modern.
Gambar 1. Peta Lokasi Daerah Penelitian
Geologi Umum
Morfologi daerah
penelitian merupakan
punggungan bukit-bukit yang dibentuk oleh batuan karbonat yang berelevasi antara 400 hingga 800
meter dpl. Kelerengan dari bukit-bukit berkisar antara 20 hingga 100 persen, umumnya kelerengan
yang ada saat ini bukan kelerengan yang alamiah, tetapi terjadi akibat penambangan dari batuan.
Pada daerah ini sering terdapat gua-gua dan banyak diantaranya yang sudah runtuh dan
dibeberapa tempat terjadi proses karstifikasi. Pada Geologic Map of Rajamandala - Togogapu Area West
Jawa Gambar 2, terlihat penyebaran batuan dari
beberapa formasi yang terdapat di sekitar daerah Rajamandala - Togogapu, dengan urutan stratigrafi
menurut Martrodjojo, 1983 Koesoemadinata, 1992. Berdasarkan kolom tersebut, umur dari
Formasi Rajamandala adalah Oligosen Akhir- Miosen Awal dengan ketebalan formasi sekitar 300
– 700 m, litologi terdiri atas batuan karbonat koral dan batuan karbonat foraminifera - algae yang
memperlihatkan adanya perlapisan maupun yang masive
. Secara lateral kontak batuan ini saling
menjemari dengan satuan lanau dan batupasir kuarsa. Punggungan kompleks batuan karbonat
Formasi Rajamandala mempunyai arah umum jurus timurlaut - baratdaya yang mendekati ke arah
timur barat, kemiringan ke arah selatan dangan
besar kemiringan antara 40 –60
. Sesar-sesar yang terdapat di daerah ini berupa sesar
sesar geser yang hampir secara umum mengarah utara
selatan. Pada
daerah zona
sesar sering
terjadi juruskemiringan yang kacau, bahkan terdapat
kemiringan lapisan yang hampir paralel dengan bidang sesar. Gambar 2.
II. Metodologi