Batuan Dan Sedimen Dan Karbonat

TUGAS PETROLOGI #2
"Batuan Sedimen Karbonat"

Oleh :
Firmansyah
410014055

JURUSAN TEKNIK GEOLOGI
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL
YOGYAKARTA
2014 – 2015
Kata Pengantar

1

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya terutama
nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah mata
kuliah “PETROLOGI” dengan judul makalah "BATUAN SEDIMEN KARBONAT" tepat pada
waktunya. Kemudian shalawat beserta salam kita panjatkan kepada Nabi besar kita Muhammad
SAW yang telah membawa umat manusia dari jaman Jahiliyyah ke jaman yang terang benerang
ini.

Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Petrologi di program studi Teknik
Geologi STTNAS (Sekolah Tinggi Teknologi Nasional) Yogyakarta. Selanjutnya penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Dr. Hill Gendoet Hartono, S.T.
selaku dosen pembimbing mata kuliah Petrologi dan kepada segenap pihak yang telah
memberikan bimbingan serta arahan selama penulisan makalah ini. Akhirnya penulis menyadari
bahwa banyak terdapat kekurangan-kekurangan dalam penulisan makalah ini, maka dari itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari para pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.

Yogyakarta, 22 Mei 2015

Taufich hidayatuloh

DAFTAR ISI
2

Cover . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
Kata Pengantar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .2
Daftar isi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .3
BAB I

Pendahuluan
A. Latar Belakang. .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .4-5
B. Maksud. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .5
C. Tujuan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5
BAB II
Pembahasan
A. Batuan Sedimen karbonat
1. Pengertian Petrologi . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 6
2. Pengertian Batuan Sedimen Karbonat. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 8
B. Jenis-Jenis Batuan Karbonat. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . .8
1) Batuan karbonat yang bersifat kerangka atau sebagai suatu terumbu (reef).
...........................................................
2) Batuan karbonat yang bersifat klastik. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
3) Batuan karbonat yang bersifat afanitik atau batugamping halus. . . . . . . . .
4) Tipe Batugamping Kristalin. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 13
C. Komposisi Kimia dan Mineral Batuan Karbonat. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 13
a). Aragonit : CaCO3 (Ortorombik). . . . . . . . . . . . . . . . . .
b). Kalsit : CaCO3 (Heksagonal). . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
c). Dolomit : CaMg (CO3)2. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
e). Magnesit : MgCO3. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

d). High Magnesium Kalsit. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .14
D. Lingkungan Pengendapan Karbonat. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .14-15
E. Penyusun Batuan Karbonat. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .15-16
F. Diagenesis Batuan Karbonat. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .16-23
G. Klasifikasi Batuan Karbonat Berdasarkan Tekstur Pengendapan Menurut Dunham
(1962) dan Embry & Klovan (1971). . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .23-25
BAB III
Penutup
A. Kesimpulan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .26
DAFTAR PUSTAKA. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .27

BAB I
Pendahuluan
3

A. Latar Belakang
Bagian luar bumi tertutupi oleh daratan dan lautan, dimana bagian lautan lebih besar
daripada bagian daratan. Akan tetapi daratan adalah bagian dari kulit bumi yang dapat diamati
langsung dengan dekat, maka banyak hal-hal yang dapat diketahui secara cepat dan jelas. Salah
satu diantaranya adalah kenyataan bahwa daratan tersusun oleh jenis batuan yang berbeda satu

sama lain dan berbeda-beda materi penyusun serta berbeda pula dalam proses terbentuknya.
Batuan karbonat sebenarnya telah banyak dipergunakan orang dalam kehidupan sehari-hari
hanya saja kebanyakan orang hanya mengetahui cara mempergunakannya saja, dan sedikit yang
mengetahui asal kejadian dan seluk-beluk mengenai batuan karbonat ini. Secara sederhana
adalah batuan dengan kandungan material karbonat lebih dari 50 % yang tersusun atas partikel
karbonat klastik yang tersemenkan atau karbonat kristalin hasil presipitasi langsung (Rejers &
Hsu, 1986). Batuan karbonat didefinisikan sebagai batuan dengan kandungan material karbonat
lebih dari 50 % yang tersusun atas partikel karbonat klastik yang tersemenkan atau karbonat
kristalin hasil presipitasi langsung (Reijers 1986). Bates & Jackson (1987) mendefinisikan
batuan karbonat sebagai batuan yang komponen utamanya adalah mineral karbonat dengan berat
keseluruhan lebih dari 50 %. Sedangkan batugamping, menurut definisi REijers & Hsu (1986)
adalah batuan yang mengandung kalsium karbonat hingga 95 %. Sehingga tidak semua batuan
karbonat merupakan batugamping.. Dalam prakteknya adalah terutama gamping (limestone) dan
dolomit. Sedimen karbonat dihasilkan dari proses organik biokimia pada llingkungan laut bersih,
hangat, shallow water. Daerah tropikal dan subtropikal dapat mencerminkan kondisi tersebut.
Keadaan tertentu dapat ditunjukan sebagai faktor sedimen karbonat, misalkan karena adanya
produksi sedimen yang tinggi dan akumulasi kalsium karbonat dari cangkang organisme. Faktorfaktor yang mempengaruhi sedimen karbonat adalah :
1. Garis lintang dan iklim
Karbonat yang terbentuk pada air hangat neritik (0 – 200 m) terakumulasi pada garis lintang
300 utara dan selatan equator. Biasanya terbentuk dari pecahan organisme seperti koral, dengan

pertumbuhan terbaik pada kedalaman kurang dari 30 m. Sedimen planktonik terbentuk pada
kedalaman yang lebih dalam dengan garis lintang 400 utara dan selatan. Endapan pada air dingin
neritik terletak pada garis lintang 200 – 400 , terbentuk dari bryozoa, moluska dan foraminifera.
Iklim dapat mengontrol rata-rata evaporasi atau hujan, mempengaruhi komposisi air laut dekat
batas kontinental dan restricted basin.
4

2. Penetrasi cahaya
Penetrasi cahaya berkurang seiring dengan bertambahnya kedalaman air, tingginya garis
lintang dan berkurangnya kejernihan air. Karbonat tumbuh pada zona shallow neritik , diatas 10
– 20 m dari permukaan laut. Batas terendah penetrasi cahaya berkisar antara 100 – 150 m yang
merupakan batas zona euphotic, zona dimana fotosintetik organisme terjadi.
3. Salinitas
Keanekaragaman dan kelimpahan organisme laut terdapat pada salinitas normal marine yaitu
30 – 40 ppt (normal air laut sekitar 32 – 36 ppt).
B. Maksud
Dalam Dunia Geologi kita mempelajari ilmu tentang bumi serta faktor penyusun dari bumi
itu sendiri. Dimaksudkan agar kita dapat mengenal, mengetahui dan juga menguasai ilmu tentang
Batuan atau yang biasa disebut dengan bidang studi Petrologi yang menjadi salah satu dasar
terpenting dalam Bidang Geologi. Dan pada akhirnya,akan dapat lebih mudah dalam

mempelajari ilmu Geologi pada tahap selanjutnya.
H. Tujuan
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis membatasi dengan hanya

mengkaji masalah -

masalah sebagai berikut:
1. Apakah yang dimaksud dengan batuan karbonat?
2. Bagaimana batuan karbonat terbentuk?
3. Apa saja mineralogi yang membentuk batuan karbonat?
4. Bagaimanakah tekstur batuan karbonat?

BAB II
Pembahasan

5

A. Batuan Sedimen Karbonat
1.Pengertian petrologi


Petrologi adalah bidang geologi yang berfokus pada studi mengenai batuan dan kondisi
pembentukannya. Ada tiga cabang petrologi, berkaitan dengan tiga tipe batuan: beku, metamorf,
dan sedimen. Kata petrologi itu sendiri berasal dari kata Bahasa Yunani petra, yang berarti
"batu". Petrologi batuan beku berfokus pada komposisi dan tekstur dari batuan beku (batuan
seperti granit atau basalt yang telah mengkristal dari batu lebur atau magma). Batuan beku
mencakup batuan volkanik dan plutonik. Petrologi batuan sedimen berfokus pada komposisi dan
tekstur dari batuan sedimen (batuan seperti batu pasir atau batu gamping yang mengandung
partikel-partikel sedimen terikat dengan matrik atau material lebih halus). Petrologi batuan
metamorf berfokus pada komposisi dan tekstur dari batuan metamorf (batuan seperti batu sabak
atau batu marmer yang bermula dari batuan sedimen atau beku tetapi telah melalui perubahan
kimia, mineralogi atau tekstur dikarenakan kondisi ekstrem dari tekanan, suhu, atau keduanya)
Petrologi memanfaatkan bidang klasik mineralogi, petrografi mikroskopis, dan analisis kimia
untuk menggambarkan komposisi dan tekstur batuan. Ahli petrologi modern juga menyertakan
prinsip geokimia dan geofisika dalam penelitan kecenderungan dan siklus geokimia dan
penggunaan data termodinamika dan eksperimen untuk lebih mengerti asal batuan.
Petrologi eksperimental menggunakan perlengkapan tekanan tinggi, suhu tinggi untuk
menyelidiki geokimia dan hubungan fase dari material alami dan sintetis pada tekanan dan suhu
yang ditinggikan. Percobaan tersebut khususnya berguna utuk menyelidiki batuan pada kerak
bagian atas dan mantel bagian atas yang jarang bertahan dalam perjalanan kepermukaan pada
kondisi asli.


6

2. Pengertian Batuan Sedimen Karbonat

Batuan karbonat adalah batuan dengan kandungan material karbonat lebih dari 50 % yang
tersusun atas partikel karbonat klastik yang tersemenkan atau karbonat kristalin hasil presipitasi
langsung (Rejers & Hsu, 1986).Bates & Jackson (1987) mendefinisikan batuan karbonat sebagai
batuan yang komponen utamanya adalah mineral karbonat dengan berat keseluruhan lebih dari
50 %. Sedangkan batugamping menurut definisi Reijers &Hsu (1986) adalah batuan yang
mengandung kalsium karbonat hingga 95 %. Sehingga tidak semua batuan karbonat adalah
batugamping. secara umum batuan karbonat ini mengandung fase primer, sekunder dan butiran
reworked.
Fase primer ini merupakan mineral presipitasi yang dihasilkan oleh organisme, sementara
mineral karbonat sekunder dihasilkan oleh presipitasi alami non organik yang terjadi saat proses
diagenesis berlangsung. Material reworked ini sama dengan mekanisme yang terjadi pada batuan
terigen klastik yaitu hasil abrasi pelapukan batuan sebelumnya.
lime mud merupakan istilah untuk material karbonat dengan butiran yang sangat halus lebih
kecil dari ukuran pasir (kurang lebih kayak matrik or lempung versi karbonatlah) dibagi dua jenis
yaitu micrite yaitu butiran karbonat berukuran 50%. Apabila fraksi

karbonatnya 2 mm maka disebut pisoid.
b. Peloid
Peloid adalah butiran karbonat yang berbentuk bulat, elipsoid atau merincing yang tersusun
oleh mikrit dan tanpa struktur internal. Ukuran peloid antara 0,1 – 0,5 mm. Kebanyakan peloid
ini berasala dari kotoran (faecal origin) sehingga disebut pellet (Tucker 1991).

15

c. Agregat dan Intraklas
Agregat merupakan kumpulan dari beberapa macam butiran karbonat yang tersemenkan
bersama-sama oleh semen mikrokristalin atau tergabung akibat material organik. Sedangkan
intraklas adalah fragmen dari sedimen yang sudah terlitifikasi atau setengah terlitifikasi yang
terjadi akibat pelepasan air lumpur pada daerah pasang surut atau tidal flat (Tucker,1991).
2. Skeletal Grain
Skeletal grain adalah butiran cangkang penyusun batuan karbonat yang terdiri dari seluruh
mikrofosil, butiran fosil, maupun pecahan dari fosil-fosil makro. Cangkang ini merupakan
allochem yang paling umum dijumpai dalam batugamping (Boggs, 1987). Komponen cangkang
pada batugamping juga merupakan penunjuk pada distribusi invertebrata penghasil karbonat
sepanjang waktu geologi (Tucker, 1991).
3. Lumpur Karbonat atau Mikrit

Mikrit merupakan matriks yang biasanyaberwarna gelap. Pada batugamping hadir sebagai
butir yang sangat halus. Mikrit memiliki ukuran butir kurang dari 4 mikrometer. Pada studi
mikroskop elektron menunjukkan bahwa mikrit tidak homogen dan menunjukkan adanya ukuran
kasar sampai halus dengan batas antara kristal yang berbentuk planar, melengkung, bergerigi
ataupun tidak teratur. Mikrit dapat mengalami alterasi dan dapat tergantikan oleh mozaik
mikrospar yang kasar (Tucker, 1991).
4. Semen
Semen terdiri dari material halus yang menjadi pengikat antar butiran dan mengisi rongga
pori yang diendapkan setelah fragmen dan matriks. Semen dapat berupa kalsit, silika, oksida besi
ataupun sulfat.
F. Diagenesis Batuan Karbonat
Diagenesa merupakan perubahan yang terjadi pada sedimen secara alami, sejak proses
pengendapan awal hingga batas (onset) dimana metamorfisme akan terbentuk. Pada batuan
karbonat, diagenesa merupakan proses transformasi menuju batugamping atau dolomit yang
lebih stabil. Faktor yang menentukan karakteristik akhir produk diagenesa antara lain
1. Komposisi sedimen mula-mula
2. Sifat alami fluida interstitial dan pergerakannya
3. Proses fisika dan kimia yang bekerja selama diagenesa
16


Proses Diagenesis

Gambar: Proses-proses diagenesis batuan karbonat

Proses-proses diagenesis yang dialami oleh batuan karbonat meliputi:
Pelarutan (Dissolution)
Proses pelarutan merupakan proses diagenesis yang penting yang menyebabkan
meningkatnya porositas dan penipisan lapisan batuan sedimen terutama pada batuan yang mudah
larut seperti batuan karbonat dan evaporit. Proses ini dikontrol oleh pH, Eh, temperature, tekanan
parsial CO2, komposisi kimia dan ion strength. Proses pelarutan juga dikontrol oleh porositas dan
permiabilitas awal, mineralogy dan ukuran butir sedimen.. Material yang paling mudah larut
dalam batupasir adalah semen kalsit, sehingga efek utama dari proses pelarutan adalah
penghilangan semen. Proses ini diesbut disementasi. Mineral metastabil pada batupasir seperti
feldspar, fragmen batuan dan mineral berat, dapat juga mengalami pelarutan.

17

Sementasi (Cementation)
Proses Sementasi adalah proses dimana butiran-butiran sedimen direkatkan
oleh material lain, dapat berasal dari air tanah atau hasil pelarutan mineral-mineral dalam
sedimen itu sendiri. Material semennya dapat berupa karbonat (CO3), silika (Si), atau oksida
(Fe).

Sementasi dengan keluarnya air dari ruang pori-pori, material yang terlarut didalamnya
mengendap dan merekatkan butiran-butiran sedimen. Material semennya dapat merupakan
karbonat (CaCO3), silica (SiO3), oksida (besi) atau mineral lempung. Proses ini menyebabkan
porositas sedimen menjadi lebih kecil dari material semula.
Semen merupakan komponen batuan karbonat yang mengisi pori-pori dan merupakan hasil
diagenesis atau hasil presipitasi dalam pori batuan dari batuan yang telah ada. Semen sering
disamakan dengan sparit hasil neomorphisme, padahal sparit hasil neomorphisme adalah
perubahan (rekristalisasi) dari komponen karbonat yang telah ada.
Beberapa jenis semen yang dikenal dalam batuan karbonat moderen adalah fibrous, botroidal,
isophaceous, mesh of needles dll. Jenis semen tersebut tergantung pada lingkungan pembentuk
semen yang dikenal sebagai lingkungan diagenesis.
Kenampakan lapangan dari semen adalah bening seprti kaca, sedangkan dibawah mikroskop
memperlihatkan warna tranparan. Semen dapat terbentuk pada ruang antar komponen dan dapat
juga terbentuk pada ruang dalam komponen atau ruang hasil pelarutan.

18

Gambar: Kenampakan jenis-jenis semen dan jenis mineral pembentuk semen pada batuan karbonat. Jenis semen
yang umum dijumpai pada laut dangkal menurut James & Choquette, 1990.



Dolomitisasi (Dolomitization)

Dolomitisasi adalah perubahan limestone secara parsial maupun keseluruhan menjadi
dolomit. Dolomit mempunyai komposisi CaMg(CO3) 2 dan secara kristalografi serupa dengan
kalsit, namun lebih besar densitasnya, sukar larut dalam air, dan lebih mudah patah (brittle).
Secara umum, dolomit lebih porous dan permeable dibandingkan limestone.
Saat sedimen terakumulasi, mineral yang kurang stabil mengkristal kembali atau terjadi
rekristalisasi, menjadi yang lebih stabil. Proses ini umumnya terjadi pada batu gamping terumbu
yang porous. Mineral aragonite (bahan struktur koral hidup), lama-kelamaan berekristalisasi
menjadi bentuk polimorfnya, kalsit.

Aktivitas Mikroba (Microbial Activity)
Aktifitas organisme terjadi pada awal proses diagenesis segera setelah material sedimen
mengalami pengendapan. Aktifitas organisme akan mempercepat atau memacu terjadi proses
diagenesis lainnya. Organisme yang menyebabkan proses ini dapat merupakan organisme yang
sangat kecil (mikrobia) dimana aktifitas jasad renik sangat berhubungan dengan proses
dekomposisi material organik. Proses dekomposisi material organik akan mempengaruhi pH dan
Eh air, sehingga mempercepat terjadinya reaksi kimia dengan mineral penyusun sedimen.

19

Gambar : Kenampakan singkapan dari koral yang dijumpai pada lower teras batugamping Selayar di daerah Bira,
Kab. Bulukumba (A). Foto sayatan tipis yang memperlihatkan fosil foraminifera besar (B) yang juga tersebar luas
dalam batuan karbonat.

Aktifitas mikrobia antara lain fermentasi, respirasi, pengurangan nitrat, besi, sulfat dan
pembentukan gas methana. Selain itu aktifitas organism lainnya terjadi ketika endapan sedimen
berlangsung seperti buworing dan boring. Kebanyakan bioturbasi terjadi pada sedikit di bawah
permukaan pengendapan, setelah pengendapan material sedimen dengan kedalaan beberapa
puluh sentimeter. Proses ini akan membentuk kenampakan yang khas pada batuan sedimen yang
disebut struktur sedimen.

Gambar: Komponen batuan karbonat berupa fragmen-fragmen algae merah (Corallinaceae) (A), Foram besar (B)
dan koral (C). A dan B dalam sayatan tipis, C dalam bentuk poles. Lokasi batugamping Selayar, Bira.

Kompaksi Mekanik (Mechanical Compaction)
Proses kompaksi pada umumnya terjadi akibat terbebaninya lapisan akibat sedimen yang
berada diatasnya, sehingga menyebabkan hubungan antar butir menjadi lebih dekat dan juga air
yang terkandung dalam pori-pori lapisan tertekan keluar. Dengan demikian volume batuan
sedimen yang terbentuk menjadi lebih kecil, namun sangat kompak.

20

Kompaksi merupakan proses penyusunan kembali butiran sedimen sehingga menghasilkan
hubungan antara butiran yang lebih rapat. Hasil dari proses kompaksi adalah penurunan porositas
dan permeablitas sedimen, pengualaran fluida dan pori antara butiran serta penipisan perlapisan.
Menurut Raymond (2002) kompaksi merupakan fungsi dari ukuran butiran, bentuk butiran,
sorting, porositas awal dan jumlah fluida yang berada dalam sedimen. Butiran yang membundar
dan terpilah baik tidak lebih kompak dari butiran yant terpilah buruk dan menyuduut, karena
yang menyudut akan membentuk pola saling mengunci (interlocking) ketika kompaksi tejradi
dan fraksi yang lebih kecil akan mengisi ruang antar butiran di fraksi yang kasar.

21

Kompaksi Kimia (Chemical Compaction)
Perubahan kimia antara lain terdapat pada proses sementasi, authigenesis, replacement,
inverse, dan solusi. Proses sementasi menentukan kemampuan erosi dan pengangkatan partikel
oleh fluida. Pengangkutan sedimen oleh fluida dapat berupa bedload atau suspended load.
Partikel yang berukuran lebih besar dari pasir umumnya dapat diangkut secara bedload dan yang
lebih halus akan terangkut oleh partikel secara kontinu mengalami kontak dengan permukaan,
traksi meliputi rolling, sliding, dan creeping. Sedangkan pada saltasi partikel tidak selalu
mengalami kontak dengan permukaan. Deposisi akan terjadi jika energi yang mengangkut
partkel sudah tidak mampu lagi mengangkutnya.
Penggantian (replacement) merupakan proses pelarutan mineral atau sebagian mineral pada
waktu terjadinya proses diagenesis, dan terjadinya proses kristalisasi mineral baru yang berbeda
komposisinya pada tempat mineral yang mengalami pelarutan. Tekstur dan struktur awal pada
umunya tidak mengalami perubahan (terawetkan).

Inversi merupakan proses penggantian mineral oleh bentuknya yang lain biasanya terjadi pada
mineral yang polimorf (mineral dengan komosisi kimia sama tetapi bentuknya berbeda.
Contohnya adalah perubahan mineral aragonite (CaCO3 ortorombik) menjadi kalsit (CaCO3
romhedaral). Contoh lain adalah perubahan dari opal A (SiO2 amorf) menjadi opal CT yang
mengandung kristobalit (SiO2 ortorombik). Proses ini biasanya bersamaan dengan proses
rekristalisasi.

22

Larutan (solution) biasanya pada batuan karbonat akibat adanya larutan sehingga terbentuk
rongga-rongga di dalam jika tekanan cukup kuat menyebabkan terbentuknya struktur iolit.
Anthigenesis merupakan proses pembentukan mineral baru dalam lingkungan diagnetik,
sehingga adanya mineral tersebut merupakan partikel baru dalam suatu sedimen. Mineral
autigenik ini yang umum diketahui sebagai berikut : karbonat, silika, klastika, illite, gypsum dan
lain-lain.
1. Mineral utama (Essential mineral) : mineral penetuan penanaman batuan. Contoh :
kuarsa, felpas, mika, amphibol, piroksin atau olivin
2. Mineral sekunder (Secondary mineral) : mineral yang terbentuk dari mineral primer yang
mengalami proses pelapukan, hidrotermal atau metamorfisme. Contoh : kalsit, serpentin,
klorit, serosit atau kaolin.
3. Mineral Tambahan (Accessorys mineral) : mineral yang terbentuk dari kristalisasi magma
(kehadiran mineral ini ± 50%). Contoh : hematit, magmatit, kromit, apaptit, zikron, rutin
atau ilmenit.
G. Klasifikasi Batuan Karbonat Berdasarkan Tekstur Pengendapan Menurut Dunham (1962)
dan Embry & Klovan (1971)
Klasifikasi Dunham (1962) Klasifikasi ini didasarkan pada tekstur deposisi dari
batugamping, karena menurut Dunham dalam sayatan tipis, tekstur deposisional merupakan
aspek yang tetap. Kriteria dasar dari tekstur deposisi yang diambil Dunham (1962) berbeda
dengan Folk (1959).
Kriteria Dunham lebih condong pada fabrik batuan, misal mud supported atau grain supported
bila ibandingkan dengan komposisi batuan. Variasi kelas-kelas dalam klasifikasi didasarkan pada
perbandingan kandungan lumpur. Dari perbandingan lumpur tersebut dijumpai 5 klasifikasi
23

Dunham (1962). Nama nama tersebut dapat dikombinasikan dengan jenis butiran dan
mineraloginya. Batugamping dengan kandungan beberapa butir (