Pertumbuhan serta Sifat-sifat Karkas dan daging Sapi Sumba Ongole, Brahman Cross dan Australian Commercial Cross yang Dipelihara secara Intensif pada Berbagai Bobot Potong

_.-

PERTUMBUHAN SERTA SIFAT-SIFAT KAMCAS DAN DAGING
SAP1 SUMBA ONGOLE, BRAHMAN CROSS DAN A U S T W A N
COMMERCIAL CROSS YANG DIPELIHARA SECARA
INTENSIF PADA BERBAGAI
BOBOT POTONG
.
*%.

Oleh

NONO NGADIYONO

PROGRAM PASCASARJANA
INTITUT PERTANIAN BOGOR
1995

RINGKASAN
NONO NGADIYONO. Pertumbuhan serta Sifat-sifat Karkas dan


Daging Sapi Sumba Ongole, Brahman Cross dan Australian
Commercial Cross yang Dipelihara Secara Intensif pada

Berbagai Bobot Potong (Di bawah bimbingan R. EDDIE
GURNADI sebagai ketua, ASIKIN NATASASHITA,

AWINUDDIN

PARAKKASI, AISJAH GIRINDRA dan AHHAD ANSORI MATTJIK se-

bagai anggota).
Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari laju
pertumbuhan, produksi dan kualitas karkas, sifat fisik
daging, komposisi kimia daging, dan lemak dari sapi
Sumba Ongole (SO), Brahman Cross (Bx) dan Australian
Commercial Cross (ACC) yang dipelihara secara intensif

pada berbagai bobot potong.
Dalarn penelitian ini digunakan 96 ekor sap1 j a n t a n
yang terdiri dari 32 ekor sapi SO, 32 ekor sapi Bx Parepare dan 32 ekor sapi ACC dengan bobot awal 314.61

21.25 kg dan umur sekitar 2 tahun.

Masing-masing bangsa

sapi dipotong pada bobot potong I (350
(376

-

400 kg), I11 (401

-

-

375 kg), I1

425 kg) dan IV (426

Sapi dipelihara secara feedlot


+

-

450 kg).

(penggemukan) dengan

pakan yang sama, yaitu terdiri dari 85% konsentrat dan

.

15% rumput raja (king grass)
kan secara ad libitum.
dl

Pakan dan minum disedia-

Pengamatan pertumbuhan dilakukan


PT Kariyana Gita Utama selama kurang lebih empat

bulan, sedangkan pemotongan sapi dilakukan di PT Sampico

Adhi Abattoir.

Pengamatan kualitas daging dilakukan di

laboratorium dengan menggunakan sampel otot Longissinus
d o r s i (LD) atau dengan nama lain Longissini thoraxis e t .
lulbaruat, sedangkan untuk analisis komposisi asam lemab

daging menggunakan otot Seatimarbranosus

(SM), Seniten-

dinosus (ST) dan Biceps fentoris (BF) secara komposit.

Data dianalisis dengan menggunakan analisis peragam

(kovarians), kemudian dilanjutkan dengan analisis profil
yang meliputi uji kesejajaran dengan surnbu datar, uji
kesejajaran antar profil dan uji keberimpitan.
Pertambahan bobot badan harian sapi SO lebih tinggi
daripada sapi Bx, yaitu pada sapi SO, ACC dan Bx masingmasing sebesar 0.85, 0.82 dan 0.78 kg/ekor/hari.

Namun

demikian, ketiga bangsa sapi cenderung mempunyai laju
pertumbuhan yang sama.

Sapi yang dipotong pada bobot

potong IV mempunyai pertarnbahan bobot badan harian lebih
tinggi daripada bobot potong I, I1 dan 111.

Konsumsi

bahan kering pakan sapi Bx paling rendah, yaitu pada
sapi SO, Bx dan ACC masing-masing 8.49, 7.88 dan 8.75

kg/ekor/hari.

Konversi pakan dan feed

cost/gain

di

antara ketiga bangsa sapi relatif sama dan dengan meningkatnya bobot potong cenderung lebih baik.
Kecepatan pertumbuhan relatif karkas berbeda di
antara bangsa sapi, yaitu pada sapi SO, Bx dan ACC
masing-masing mempunyai nilai b sebesar 1.21, 0.89 dan
1.22.

Persentase karkas sapi SO dan ACC cenderung

bertambah dengan meningkatnya bobot potong, sedangkan

pada sapi Bx relatif tetap.


Persentase non-karkas (ke-

pala, kaki, saluran pencernaan, hati, jantung dan paruparu) cenderung berkurang dengan meningkatnya bobot
potong.

Persentase tulang berkurang dengan meningkatnya

bobot karkas, sedangkan persentase daging tetap dan persentase lemak akan bertambah dengan meningkatnya bobot
karkas

.

Persentase karkas sapi Bx lebih tinggi daripada SO
dan ACC, yaitu masing-masing 54.18,

52.69

dan 53.07%.

Sebaliknya, persentase penyusutan karkas sapi Bx lebih

rendah daripada sapi SO dan ACC, yaitu masing-masing
2.04,

2.43

dan 2.50%.

Namun demikian pengaruh bobot

potong tidak menunjukkan perbedaan secara nyata.
Tebal

lemak

punggung,

persentase

lemak


depo

(pelvis, ginjal dan 'jantung) dan yield grade karkas sapi

Bx dan ACC lebih tinggi dibandingkan sapi SO, sedangkan
di antara bobot potong tidak berbeda secara nyata.

Luas

urat daging mata rusuk di antara ketiga bangsa sapi relatif sama dan akan semakin luas dengan meningkatnya
bobot potong.
Karkas sapi SO dan ACC
lebar daripada karkas sapi Bx.

lebih panjang dan lebih
Karkas sapi SO mempunyai

kaki dan tulang kanon yang lebih panjang daripada karkas
sapi Bx dan ACC, sedangkan karkas sapi ACC mempunyai kemontokan paha


(plumpness of leg) yang

lebih tinggi.

Karkas sapi akan semakin lebar dan mempunyai kemontokan

paha yang cenderung meningkat dengan meningkatnya bobot
potong

.

Komponen karkas bervariasi di antara bangsa sapi.
Sapi SO mempunyai persentase tulang dan daging lebih
tinggi daripada sapi Bx, tetapi sebaliknya sapi SO mempunyai persentase lemak karkas ( f a t deboning)
rendah daripada sapi Bx dan ACC.
komersial karkas ( r e t a i l
bangsa

sapi.


Sapi

Persentase potongan

c u t ) bervariasi

SO mempunyai

lebih

di antara

persentase t o p s i d e ,

i n s i d e , shank, b l a d e , tulang iga dan tulang leher yang
lebih tinggi daripada sapi Bx dan ACC, sebaliknya sapi
SO mempunyai persentase f i l l e t ,

b r i s k e t yang lebih rendah.

sirloin,

flank

dan

Persentase potongan karkas

lainnya, seperti s i l v e r s i d e , cube r o l l , rib meat, o x t a i l
dan tulang sumsum tidak berbeda secara nyata di antara
bangsa sapi.
Persentase kulit dan kepala sapi SO lebih tinggi
daripada sapi ACC, sebaliknya sapi SO mempunyai persentase kaki lebih rendah daripada sapi Bx dan ACC.

Bangsa

sapi juga berpengaruh terhadap persentase komponen nonkarkas internal, terutama saluran pencernaan, hati,
limpa dan ginjal.

Di antara bobot potong, persentase

komponen non-karkas tidak berbeda secara nyata, kecuali
persentase saluran pencernaan yang cenderung menurun
dengan meningkatnya bobot potong.
Kadar air daging sapi SO lebih tinggi daripada sapi
Bx dan ACC, tetapi sebaliknya sapi SO mempunyai kadar

protein yang lebih rendah.

Kadar lemak dan abu tidak

berbeda nyata di antara bangsa sapi, namun sapi SO cenderung mempunyai kadar lemak daging yang paling rendah.
Komposisi kimia daging tidak berbeda secara nyata di
antara bobot potong, kecuali kadar air daging yang cenderung menurun dengan meningkatnya bobot potong.

Sapi

ACC mempunyai pH ultimat (akhir) daging yang lebih
tinggi daripada sapi SO dan Bx.

Namun demikian, sapi Bx

dan ACC mempunyai daya mengikat air atau WHC

(water-

holding capacity) daging yang lebih tinggi dan mempunyai
susut masak (cooking loss) serta nilai keempukan (shear
force) daging yang lebih rendah daripada sapi SO.

Kadar

hidroksiprolin daging sapi SO lebih tinggi daripada sapi

Bx dan ACC, sedangkan di antara bobot potong tidak berbeda secara nyata.
Asam lemak jenuh terbanyak dalam daging sapi adalah
asam

palmitat dan stearat, sedangkan asam lemak tidak

jenuh yang terbanyak adalah asam oleat.

Asam palmitat,

palmitoleat, heptadekanoat, heptadekenoat dan linolenat
pada daging sapi SO lebih tinggi daripada sapi Bx dan
ACC.

Sebaliknya, asam oleat pada daging sapi ACC adalah

paling tinggi, kemudian sapi Bx dan SO. Asam miristat,
pentadekanoat, stearat dan linoleat tidak berbeda secara
nyata di antara bangsa sapi.

Sapi SO mempunyai daging

dengan kandungan asam linolenat yang relatif tinggi sebesar 1.04 g/100 g asam lemak, yang berperan dalam
menekan tingkat kolesterol dalam darah.

NONO
and

NGADIYONO.

Growth and Characteristics of

Meat of Sumba Ongole, Brahman Cross and
Cross Grown in A Feedlot System

Commercial

Weights (Advisors: R. HID=

Slaughter

Carcass

Australian
at

Various

GURNADI

Leader,

ASIKIN NATASASMITA, AMINUDDIN PARUICI