Latar Belakang Hubungan Antara Perilaku Seks Pra Nikah dengan Kecemasan Hamil Pra Nikah pada Remaja

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perilaku seks pranikah marak terjadi di masyarakat dan banyak dilakukan oleh para remaja. Karena pada masa ini muncul minat-minat dan dorongan seksual karena matangnya organ reproduksi. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang mengakibatkan perubahan fisik, kognitif dan sosioemosi. Individu dikatakan berada di masa remaja umumnya ketika berusia 11 hingga 20 tahun. Pada masa remaja terjadi perubahan fisik yang menonjol karena mengalami pubertas. Pubertas ialah proses yang mengarah pada kematangan seksual, kesuburan dan kemampuan bereproduksi yang ditandai dengan munculnya karakteristik seks primer dan karakteristik seks sekunder. Masa remaja seringkali dianggap sebagai masa kritis karena pada masa ini muncul minat-minat seksual dan aktivitas seksual. Minat-minat seksual yang tidak terarahkan dengan baik akan mengakibatkan remaja melakukan seks bebas atau seks pranikah. Seks pranikah ialah hubungan seksual yang dilakukan oleh pasangan berlawanan jenis diluar ikatan hubungan pernikahan yang bisa memberikan banyak dampak bagi pelakunya seperti terjangkit infeksi menular seksual IMS, depresi, putus sekolah, kesehatan reproduksi atau kehamilan yang tidak diinginkan, dll. Remaja menganggap seks pranikah sebagai hal yang sudah biasa karena sebagai bentuk ungkapan kasih sayang pada pasangan. Padahal seks pranikah bertentangan dengan ajaran agama, budaya dan norma yang ada di masyarakat. Ada banyak faktor yang menjadi penyebab remaja melakukan seks pranikah, seperti mudahnya akses informasi yang didapat dari dunia maya, minimnya pemahaman mengenai pendidikan seks, minimnya pengawasan dari orang tua terhadap pergaulan anaknya, pergaulan lingkungan sosial, dll. Pada usia remaja keingintahuan untuk mencoba-coba sesuatu yang dirasa belum pernah dirasakan dan menarik baginya untuk dicoba dan dirasakan maka akan dilakukan. Sebagai contoh, media yang menayangkan adegan-adegan intim dalam tayangan film, kartun, sinetron dll seperti berciuman, tidur dengan lawan jenis, berpelukan dll akan membuat remaja berpikiran ingin merasakan hal tersebut. Survey BKKBN tahun 2010 mencatat bahwa 51 remaja jabodetabek telah melakukan hubungan seksual, sedangkan di Surabaya mencapai 54, Bandung 47, Medan 52, Yogayakarta 37. Survey yang dilakukan oleh KPAI tahun 2012 tercatat bahwa remaja Indonesia pertama kali berpacaran pada usia 12 tahun. Beberapa hal yang dilakukan para remaja ketika berpacaran ialah 92, berpegangan tangan, 82 berciuman dan 63 rabaan petting. Berdasarkan hasil penelitian dari Australia National University ANU dan Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia UI yang dilakukan penelitian terhadap 3006 responden dengan usia 17-24 tahun pada tahun 2010-2011 di daerah Jakarta, Tangerang dan Bekasi. Hasilnya, terdapat 20,9 remaja mengalami kehamilan pranikah dan kelahiran pranikah.. Survey yang dilakukan oleh Komisi Nasional Perlindungan Anak Komnas PA yang bekerjasama dengan Lembaga Pelrindungan Anak di 12 kota besar di Indonesia pada tahun 2012 tercatat bahwa 62,7 remaja SMP tidak perawan. Selama tahun 2015, di Yogyakarta jumlah kelahiran bayi dengan Ibu yang masih berusia 10-18 tahun masih tinggi. Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia PKBI mencatat ada 1.078 remaja di Yogyakarta yang melahirkan bayi dengan status sebagai pelajar. Dari 1.078 kelahiran tersebut, 976 diantaranya merupakan kehamilan yang tidak diinginkan sebagai dampak dari aktivitas seks bebas yang dilakukan pranikah Hasil dari survey-survey tersebut menunjukkan bahwa perilaku seks yang dilakukan oleh remaja di kota-kota besar Indonesia atau di daerah manapun menunjukkan bahwa tingkat kenakalan remaja dalam hal perilaku seks bebas dari tahun ke tahun makin meningkat. Resiko paling besar dari seks pra menikah yang dilakukan oleh para remaja adalah terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan. Ketika remaja positif hamil akibat melakukan seks pranikah maka akan timbul kecemasan yang dapat memunculkan konflik-konflik batin dan konflik sosial yang akan diterima. Kecemasan tersebut muncul karena remaja tidak siap menghadapi perubahan dalam dirinya secara fisik dan sosial. Remaja yang hamil pranikah akan takut dan khawatir jika kehamilannya tidak diterima oleh lingkungan. Perasaan takut tersebut juga dikarenakan ketidaksiapan remaja untuk menjalani kehidupan selama proses kehamilan dan persalinan. Terlebih lagi jika pasangannya tidak mau bertanggung jawab atas kehamilan tersebut akan semakin membuat kondisi remaja yang hamil menjadi tertekan secara psikologis. Meskipun dampak kehamilan pranikah akibat melakukan sekspranikah begitu besar karena dapat mempengaruhi masa depan pelakunya, tampaknya para remaja mengabaikan hal tersebut karena fakta di lapangan banyak remaja melakukan seks pranikah. Ketika remaja melakukan hubungan seksual dengan pasangannya sebelum memiliki ikatan yang sah, peneliti ingin mengetahui apakah ada perasaan cemas jika mereka hamil dari perbuatan yang dilakukannya ataukah tidak adakah perasaan cemas mengenai dampak-dampak seks pranikah ketika remaja melakukan hubungan seksual dengan lawan jenis. Berdasarkan keadaan dan permasalahan tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan pembahasan dalam bentuk penelitian dengan judul Hubungan Antara Perilaku Seks Pranikah dengan Kecemasan Hamil Pranikah pada Remaja. Dengan penelitian ini peneliti ingin mengetahui apakah ada hubungan antara perilaku seks pranikah yang marak dilakukan oleh remaja dengan kecemasan yang dimiliki oleh remaja mengenai dampak seks pranikah salah satunya adalah kehamilan.

1.2 Rumusan Masalah