Kearifan Lokal Kesantunan Berbahasa Pada Masyarakat Pasisi Barus

K;ifiaIJ LiIlgui5lik, FebJU;m'2()J3, 13.9-1S2
.51>-,5 EST'; LS:5iV 16:93·4bur)
CopJriJ,7bt rD2013.. PmgnJm Sllidi liセALイャQウエゥォ@

Tahml kc-1 f!. iVo J

KEARIFAN LOKAL KESANTUNAN BERBAHASA PADA MASYARAKAT PASISI
BARUS
Yenny Puspita Saragih
yennyagih(ii{gmail.com
Robert Sibarani
FIB Universitas Sumatera Utara
Abstract
This study is entitled The Local Wisdom in Language Politeness of Pastsi Baros Society.
This is the study of anthropolinguislic as an interdisciplinary field which studies language
as a cultural resource and speaking as a cultural practice by using pragmatic approach
The objectives of this study are: 1) to explain language politeness strategies in the
utterances of Pasisi Barus Society, 2) to describe the pattern of language politeness of
Pasisi Barus society, and 3) to explain the local wisdom in language politeness of Pastsi
Baros SOciety. The theory used in this study was language politeness based on Brown and
Levinson and speech acts theory of Searle. The method of this study was qualitative

method After the analysis of the results obtained of data showed that language politeness
of Pasisi Baros Society in the family and neighborhood interaction is realized in jlVe forms
of speech act, they are: 1) rejiLSing, 2) requesting, 3) commanding. 4) prohibiting, and 5)
offering. The strategies of realizing language politeness used by Pastsi Baros Society are:
1) giving reason, 2) pessimistic, 3) being indirect, 4) apologizing. 5) thanking, 6)
postponing, 7) using hedges, and 8) minimizing imposition. Based on these strategies, there
are ten patterns used by Pasis; Barus Society in expressing language' politeness. 171e
language politeness reflects two wisdomS, they are: 1) avoiding coriflict and 2) tolerable.
The local wisdoms reflected in the language politeness of Pasisi BaniS Society are taught
by the eldesJ to the youngest by implementing the language politeness in daily
communication.
Key Word: Local Wisdom, Language Politeness, Speech Acts, Pasisi Baros Society,
Anthropolinguistic, Pragmatic.

PENDAHULUAN
Bahasa yang pada dasarnya berfungsi sebagai alat komunikasi untuk saling bertukar informasi,
juga menjadi perekat hubungan antara pembicara dan pendengar. Untuk dapat merekatkan
hubungan antara pembicara dan pendengar dalam suatu peristiwa tutur, penutur dan petutur
diharapkan meng."ounakan bahasa yang santun. Dengan menggunakan bahasa yang santun,
kemungkinan teIjadinya konflik akan semakin kecil sehingga perselisihan yang saat ini semakin

marak kita saksikan baik di televisi maupun di Iingkungan sekitar kita dapat dihindari dan
suasana damai akan lebih mendominasi kehidupan ini. Fenomena berbahasa yang terlihat saat
ini sangat membuat miris perasaan. Masalah kesantunan berbahasa kurang menjadi perhatian di
masyarakat sehingga tak jarang ketidaksantunan dalam berbahasa terjadi daJam komunikasi
sehari-hari. Ketidaksantunan daJam berbahasa yang teljadi di masyarakat cenderung dilakukan
oleh remaja. Contoh tuturan yang menunjukkan ketidaksantunan berbahasa berikut ini adalah
tutu ran seorang siswa yang merasa tidak terima dengan hukuman yang diberikan salah seorang
guru kepadanya.
A: Elok-elok muncung Bapak lu mangeccek.
(Bagus-bagus muncung Bapak kalau berbicara)
Kata munczmg yang dalam Bahasa Indonesia berarti 'mulut' namun merupakan kata yang sangat
tidak santun dan kasar jika digunakan daJampertuturan fonnal di sekolah, apaJagi jika tuturan
tersebut dituturkan oleh seorang siswa yang terhadap guru. Bahasa dan budaya memiJiki

YemJy Pu.pita Sanlgih

hubungan erat yang tak dapat dipisahkan satu sarna lain. Untuk mempelajari suatu bahasa, mau
tak mau kita juga harus mempelajari budaya penutur bahasa tersebut sebab bahasa hanya
mempunyai makna dalam latar kebudayaan yang menjadi wadahnya (Sibarani, 2004: 65).
Seperti kata kepeng memiliki makna yang berbeda jika dibandingkan antara bahasa Pesisir yang

penuturnya terdapat di Sibolga dan sebagian Tapanuli Tengah (Sumatera Utara) dengan bahasa
Mjnangkabau (Sumatera Barat). Dalam bahasa .Pesisir kata kepeng bermakna '"uang' atau