Pokok Pikiran Mengenai Pembangunan Pendidikan Nasional Dalam PJP II dengan Penekanan pada Pendidikan TInggi

D

a l m suasana yang membahagiakan ini, marilah kita pmjatkm puji
syukur ke hadirat 'Fuhm Uarag.Maha Esa, karena atas n i b a t dan
kamnia-Nya kita dapat menghadiri Lokakarya Nasional Pendidikan
Tinggi Pertanian Masa Depan, suatu acara yang saya anggap penting dalarn
menghadapi era Pembangunan Jangka Panjang Kedua (PJP 11) yang diawali
dengan Repelita VI yang sudah di ambang pintu. Lokakarya in2 juga sangat
genting, karena pada kesempatan ini para pakar d x i berbagai perguruan tinggi
pertanian di Indonesia baik negeri maupun swasta berkumpul untuk bersmasama memmuskm dan menyusun bentuk dan wajah pendidikan tinggi pertanian
yang dilperlukamr guna mengisi pernbangunan nasional di masa depan. Melalui
diskusi dan kornunikasi ilmiah dalam forum ini, juga saya yakin bahwa mmusan
p r ~ pendidikan
m
yang berkaitan dengan pmgembaragan sumberdaya manusia
di bfdang pertanian akan dapat disusun secara saksarnaguna menjawab berbagai
tantangan pembangunan yang semakin beragam.
Seperti kita ketahui bersama, pernbangunan nasional dalarn PJP I telah
rnencapai banyak kernajuan sehingga berhasil melmhgkatkan taraf hidup serta
harkat dan martabat rakyat Indonesia. Pembangunan pendidikan yang
diselenggarakan secara terpadu dengan bidang dan pembangunan lainnya

&lam PJP I telab menunjukkan hasil yang sangat bermaha. Jumlah peserta
didik pada setiap jalur, jenis, dan jenjang pendidikan menhgkat dengan
meyakinkan. Hal ini berarti kualitassumberdaya manusia telah pula meningkat.
Seraya hasil ymg telah kita capai itu, Eta perlu meningkatkan kemarnpuan yang
lebih andal dalam memasuki PJP fI yang Ma pandang sebagai rnasa kebangkitan
nasional kedrra bangsa Indonesia. Berbagai rnasalah yang belum sepenuhnya
terpecahkan d a l m PJP I d m adanya masaiah barn yang akan timbul sehubungan
dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat dan semakin ketatnya persaingan
e k o n m i globat menuntul Eta untuk meningkatkan hatitas di berbagai bidang
dan sektor pembaragunan. Ketangguhan surnberdaya manusia, dalam hal hi,
merupakan faMor dominan yang akan sangat menentukan keberhasilan kita
rnembangun masa depan yang lebih baik.

Sehubungan dengan itu, adalah sangat tepat.GBHN 1993 menetapkan titik
berat pembangunan dalam PJP 11 pada bidang ekonomi, yang mempakan
penggerak utama pembangunan, seiring dengan halitas sumberdaya manusia.
Dengan demikian,sebagai sasaaan urnurn pembmgunan d a l m PJPII, diharapkan
tercipta halitas manusia dan masyarakat Indonesia yang maju dan rnmdiri
&lam suasana tenterm dan sejahtera lahir batin, dalam tata kehlidupan yang
berdasarkan Pancasila dan dalam suasana kehidupan yang serba

berkeseimbmgan.
Konsep pernbangunan tersebut, memberikan gambaran yang jelas bahwa,
menurut pandangan bangsa kita, bangsa y h g maju dan mandiri adalah bangsa
yang di samping mempunyai kekukuhan ekonomi juga rnemilifi ketahanan
agarna dan budaya yang tangguh dan andal sehingga &lam kemajuan dan
kernandirian bangsa kita tetap memiliki jati diri dan kepribadian yang selalu
menjunjung tlinggi keselarasan, keserasian, dan keseimbangan lahir dan batin.
Suasma kehidupan masyarakat dan bangsa yang kita darnbakm adalah suasana
kehidupan yang serba berkesebbangan dan selaras d a l m hubungan antara
sesama manusia, manusia dengan masyarakat, manusia dengan alam dan
lingkungnnya, rnanusia dengan Tuhan Yang Maha Esa. Dengm derniEan,
maka pernbangunan nasional pada hakekatnya adalah pembangunm manusia
Indonesia seutuhnya d m pembangunm rnasy m k a t Indonesia selumhnya dengan
Pancasila sebagai dasar, bjuan, dan pedoman pernbangunan nasional.
Sejalan dengan itu, pembangunan nasional dilaksanakan atas dasar azas
keimanan dan ketakvvaan terhahp Tuhm Yang Maha Esa, azas manfaat, azas
demokrasi Banmila, a m adil d m merata, azas keseimbangm, keserasian dan
keselarasan &lam perikehidupan, azas hukum, azas kemandirian, azas kejuangan
dan azas ilmu pengetahuan dan tehologi.
Menyimak pesan-pesan dan "sukma" yang tertuang &lam GBNN 1993,

peningkatan halitas sumberdaya manusia mempakan suatu proses yang
berkesinambungan dan holistik menmkup pernbangunan manusia baik sebagai
insm maupun sebagai sumberdaya pembangunan. Manusia sebagai insan
adaIah manusia yang mernpunyai harkat dan martabat baik jiwa maupun
raganya, jasmmiah maupun rohaniahnya yang dalarn dirinya terkandung nilainilai etika, estetika, dan logika. h s a n berlruaiibs, seperti juga dimmuskan
& l m tujuan pernbmgunan pendidikan nasnsional menurut Undmg-Undang No.
2tahun 1989, adalah manusia yang beriman dan bemk\;va terhadapTuhan Yang
Maha Esa, berbudi pekerti Iuhur, berakhlak mulia, jujur, disiplin, menghargai
waktu, mempunyai etos kej a , cerdas, kreatif, produbif, m g g u n g jawab dan
kesetiakawanan sosial dan disiplin nasional, serta selalu condong kepada
keadilan dan kebenarm. Dengan demiGan, maka keberadaannya bemanfaat

bagi diri dan keluarganya, masyarakat, bangsa dan negaranya sekaligus dia
berfungsi sebagai sumberdaya pembangunan. Kualibs manusia seperti itulah
yang akafi m m p u membawa bangsa dan negara Indonesia berdiri sejajar dan
sederajat dengan bangsa-bangsa lain yang telah maju dan mandiri. Oleh karena
itu, GBHN 1993menempatkan manusia dan masyarakat Indonesia sebagai titik
pusat dari segenap gerak pembangunan dan sekaligus sebagai modal dasar dan
hjuan pembangunan d a l m PJP II. Pembangunan nasional harus m m p u
meningkatkan harkat dan martabat manusia baik sebagai insan maupun sebagai

sumberdaya pembangunan.
Peningkatan kualitas sumberdaya manusia harus dilakukan daiam
Preselumhan proses dan siWus kehidupm manusia sejak dalam kandungan
sampai usia lanjut guna menjamin terurujudnya manusia yang berhalitas, baik
sebagai insan maupun sebagai sumberdaya pembangunan. Dengan demikian,
pembangunan surnberdaya manusia harus dirnulai sejak usia dini, dengan
menanmkan seluruh faktor pembentuk kuaIitas secara utuh baik kualitas fisikmaterial maupun mental-spiritual. Proses itulah yang akan membentukmanusia
yang tangguh. Tangguh &lam berkarya serta tangguh d a l m mempertahankan
jati d i ~ n y walaupun
a
dunia dilanda gejolak dehumanisasi.
Dalam rangka peningkatan halitas sumberdaya manusia, pendidikan
harus mampu memberikan bekal kepada peserta didik agar memiliki
kemampuan manajemen dan kemampum memanfaatkan, mengembangkan,
dan menguasai Ilmu pengetahurn dan tehologi seraya tetap berpegang teguh
kepada nilai-nilai a g m a dan nilai-nilai Iuhur budaya bangsa. Kualitas manusia
seperti itulah yang akan membawa dan membentuk bangsa Indonesia sebagai
bangsa mulia d m terpandang di dunia. Menuju cita-cita seperti itu, pendidikan
tinggi; temasuk pendidikan tinggi pertanian, menghadapi tantangan yang
m e m a g berat, tetapi mufia. D a l m kaitan ini, marilah kita simak pesan-pesan

paling pokok dalam GBZIN 1993 yang berkenaan dengan pembangunan
pendidikan nasional dan dalam hubungannya dengan perkembangan sistem
pendidikan tinggi di Indonesia.
GBNN 1993 dengan jelas telah menggariskan perlunya melaksanakan
penatam pendidikan nasional untuk mewjudkan manusia yang beriman d m
b e r t a k a terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti Iuhur, memiliki
p n g e M u a n dan keterampilan, kesehatan rohani dan jasmani, kepribadian
yang mantap dan mandiri, serta memilifi rasa tanggung jawab kemasyarakatan
dan kebangsaan. Pesan GBHN ini sejaIan dengan ntmusarm hjuan pendidikarm
nasional ymg tertera dalam Undang-Undang No.2 sun 1989 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (SPN). Pendidikan yang pada dasarnya merupkan upaya
untukmemperkaya pengetahurn dan kemampuan profesional serta mernbentuk

watak dan kepribadian perIu dilakukan secara'berkelanjutan baik di sekolah
maupun luar sekolah temasuk dalam keluarga dan masyarakat.
Berbicara tentang SPN, dengan demikian, berarti Eta berbiara mengenai
ha1 yang sangat mendasar dalam konsepsi pentbangunan nasionah hdonesia.
S t a berbiwa mengenai hakekat pernbangunan sebagai pernbangunan manusia
Indonesia seutuhnya dan masyarakat Indonesia seluruhnya dengan Pancasila
sebagai dasar, tujuan dan sebagai pedoman pembangunan nasional. Menyimak

pesan-pesan tersebut, timbul pertanyaan apakah sistem peddidikan nasional
kita telah betul-betul mampu ntembent!k manusia seperti itu. Sehubungan
dengan pendidikan tinggi, Tarnpaknya kita harus mengkaji sistem dan
penyelenggaraan Tri Dhama Perguruan Tinggi yang selama ini dilaksanakan,
dan kalau perIu sekaligus melakukan reodentasi dan pesnbalharuan yang
mendasar terhadap sistem pendidikan tinggi di Indonesia, temasuk pendidikan
tinggi pertanian.
Menyimak perkembangan pendidikm tinggi dalam PJP I, tidak seorang
pun dapat menyangkal kenyataan bahwa pertumbuhan perguman tinggi di
hdonesia berlangsung dengan m a t pesat. Namun, seirhg dengan proses
perturnbuhm itu terjadi kesenjangan antar berbagai per uman tinggi, temtama
berkenam dengm prestasi akademik dan mutu lulusannya. Dengan perkataan
lain, perturnbuhm yang pesat itu, beljum d i i h t i dengan peningkatan mutu yang
merata. Disamping itu,tarnpaknya&jadi pula ketidaksehbanganpertumbuhan
ditinjau dari jenis dan ragam bidmg studi. Keseimbangan yang Ideal antara
jumlah program studi keteknikm, p e w i a n , dan sejenisnya dengan progham
studi sosial, humaniora dan seni, mas& belum t e m j u d . Dalam pendidikan
tinggi pertanian, tarnpabymasib terdapat kesenjangan kualitas mtar jumsm,
antar fakultas, antar perguruan tinggi, Qan antar daerah. BIeh karena itu,
reodenbsi, konsolidasi dan peningkatan mu& pendidikan tinggi pertanian

perlu Eta rrtamakm,sehingga tebih m m p u menjawab m t u l g m pernbangunan
nasional di m a s depan seeara aktif d m proaktif. Hal ini sangat penting
dilakukan, karena tantangan pmbangunan dalam PJP II jelas berbeda dengan
& l a PJP I. G l a u d a l m PJP I -tangan pembmgunan ieb& b m y a k d i w m a i
oleh pernasalahan agraris, sedangkan d a l m PJP II tantangan pembangunan
lebih berkaitan dengan pennasalahan industd sejalan dengan proses transfonnasi
stmbur sosial ekonomi dari pertanian ke industd.
Dengan makin berkentbangnya sektor industri dalam PJP If, sumbangan
sektor pertanian dalam PDB diperbakan akm terns menumn. N m u n , sektor
p"tar%ianmasih a k a tetap memegang peranan srategys. Sektor ini masih akan
merupakan sumber p e n d a r i a n utama dari sbagian besar angkatan k e j a di
hdonesia, di samping fungsinya untuk memenuhi kebutuhm pangan penduduk

yang terns meningkat. 81eh karena itu, sektor ini masih diharapkan tumbuh
relatif cukup tinggi, yaitu sekitar 3,s persen per tahun. Sementara itu, dengan
semakin menyempitnya lahan pertanian ysng subur, pertumbuhan dan
penhgkabn produksi tidak lagi dapat mengmdalkan perluasan areal dan
tehologi yang a&. Produktivitas tersebut h
ditempuh melalui pengembangan
pola usaha tani dan tehologi b m yang lebih tepat guna yang hams makin

diintensiflran.
Tantangan lain yang dihadapi adalah perlunya meningkatkan variasi jenis
dan kualitas komoditas pertanian sehingga lebih mampu bersaing di pasaran
global. Kekayaan dan keragaman jenis sumberdaya hayati negara kita baik di
darabn maupun perairan menunggu sentuhan tehologi budidaya dan pemuliaan
untuk pengembangannya. Di samping itu, perbedaan nilai tukar yang c u h p
besar antara komoditas pertanian dibanding komoditas hdustri atau jasa
mernpak-an masalah yang perlu diatasi. Teknologi pertanian industrial perlu
dikembangkan untuk meningkatkan nilai tukar tersebut dan sekaligus
meningkatkan nilai tambah dari komoditas pertanian. Dengan demiEan,
keunggulan komparatif yang selama ini mempakan andalan pembangunan
pertanian perlu diirnbangi dengan keunggulan kompetitif. D a l m ha1 h i ,
penerapm dan pengembangan tehologi pas= panen temasuk tehologi
pengolaha hasil pertanian yang diikuti dengan upaya pemasaran mempakan
jawaban yang srategys. Dengan perkataan lain, d a l m PJP 11 kita perlu
mengernbangkan agroindustri dan agribisnis dengan lebih sungguh-sungguh.
Sejalan dengan upaya pengedangan agroindustri dan agribisnis, produk yang
dihasilkan oleh petani tidak lagi bempa bahan mentah, tetapi berupa b a h a baku
kdustri atau komoditas bemutu tinggi yang dipasarkan.
Menghadapi tantangan masa depan yang makin mmit dan beragam, yang

tidak hanya berupa tantangan tehis-ekonomis tetapi juga tantangan sosial
budaya, pendidikan tinggi peEtanim harus lebih mampu menghasilkan lulusan
yang lebih profesional dan tanggap serta m m p u mengantisipasi perkehnbangan.
Lulusan yang dihasilkan tidak hmya sekadar cocok, melainkan harus sesuai
dengan tuntulan dunia kej a dalam arti yang luas, termasuk kesanggupan untuk
bekej a s e n d i (self-employme@
~
atau b a h h n kesanggupan untuk berprakarsa
membuka kesempatan kej a (employment-generafirzg inih'ative)
Di samping itu, lembaga pendidikan tinggi pertanian pertu lebih
meningkatkan perannya dalam mengembanghn i h u pengetahurn dan teknologi
(iptek) yang berguna dan mendukung perkembangan industri.
Dengan demikian, lembaga pendidikan tinggi pertmian, juga pendidikan
tinggi secara umum, jangan hanya bersifat responsif, dalam arti hanya sekadar
mampu menyesuaikan diri dengan dan memenuhi tuntutan perkembangan

zaman, tetapi seyogyanya iebib aktif dan g r b k t i f sehingga lebih m m p u
menentukan tunatan dan perkembangan
Semua itu, tampaknya memerlukan reorientasi d m p e m b a h m m dalam
sistem gendidikan tinggi temasuk pendidikm tinggi p e m i m . b k a k a r y a hi,

merupakan suatu forum yang sangat berharga untuk memikirkan dan
mewmuskarm jawaban terhadap berbagai bntangm tersebut.