farchan bulkin pokok pokok pikiran mengenai kelas menengah

Pokok-Pokok Pikiran Mengenai
Kelas Menengah *
Farchan Bulkin
1. Gej ala kelas menengah dan sekt or swast a t idak bisa dipahami
dan dianalisa t anpa pemahaman dan analisa kapit alisme. Pada
mulanya, dewasa ini dan mungkin nant i pada akhirnya, gej ala
kel as m enengah dan sekt or sw ast a sel al u ber kai t dan
berkel indan dengan kapit al isme. Kal au kit a sadari bahwa
kapit alisme, sepert i dikemukakan oleh Wallerst ein, sif at nya
global dan bukan lokal, maka pemahaman kelas menengah,
kapan saj a dan di manapun j uga selalu menunt ut pemahaman
dan analisa kapit alisme. Perbedaan-perbedaan yang nampak
dari luar di dalam pandangan polit ik dan ideologi, peranan
pol i t i k ekonomi dan sosi al kel as menengah di beber apa
kawasan dunia, pada dasarnya bukan perbedaan pada esensi
d ar i k e l as m e n e n gah , t e t ap i p ad a p e r w at ak an d an
kecenderungan kapit alisme pada kurun wakt u t ert ent u.
2. Kebangkit an kelas menengah di Eropah t elah memperkenalkan
suat u t at a susunan berf ikir, masyarakat , ekonomi dan sosial
baru yang t idak pernah dikenal sebel umnya. Tidak kal ah
pent ingnya adalah kemaj uan t eknologi, ilmu penget ahuan,

f ilsaf at dan seni. Makna ideologis dari kemenangan kelas ini
adalah t umbuhnya f aham-f aham yang didasarkan pada hakhak azasi manusia, konst it usionalisme at au rule of law dan
demokrasi. Legit imasi polit ik dan kekuasaan sert a eksist ensi
dari kelas ini t elah diperj uangkan dengan f aham-f aham ini.
Kemenangan polit ik yang paling nyat a ini adalah dilahirkannya
negara yang disyahkan sebagai lembaga umum yang pada
esensi nya m em per t ahankan kel angsungan m ekani sm e
*

M akalah untuk PAIS (Percakapan Ahli Ilmu-Ilmu Sosial) FISIP-UI, 3-4 Oktober
1984.

kapit alisme -– t empat kelas ini berpij ak dan memperkuat
dirinya.
Secara ekonomi, kelas ini mempert ahankan sist em di mana
t erdapat reproduksi modal yang luas, pert umbuhan komposisi
organis dari modal, buruh bebas yang diperlakukan sebagai
komodit i, pemaksaan-pemaksaan yang bersif at “ ekonomis, ”
pemisahan kekuasaan ekonomi dari kekuasaan negara, dan
diarahkannya produksi unt uk pasar. Kemenangan-kemenangan

ideologis, polit ik dan ekonomi dari kelas menengah ini disert ai
dengan t umbuhnya kot a dan kebudayaannya. Lebih pent ing
dari pada it u adalah bahwa kelas menengah t elah berhasil
memimpin suat u t ransformasi masyarakat ke arah formasi sosial
kapit alis.
3. Kemenangan kelas menengah, sert a t erbent uknya kapit alisme
dan f ormasi sosial kapit alis ini t elah mempengaruhi dunia
secara luas dan mendalam sampai saat ini. Pemahaman parsial
t erhadap t ransf ormasi sosial Eropa akan sulit dipakai unt uk
memahami gej ala-gej ala “ yang bersif at ” Eropa – sepert i kelas
menengah at au demokrasi -– yang berada di negara-negara
bekas j aj ahan dewasa ini. Jika kit a menerima sikap pikiran
demikian, maka unt uk memahami nasib dan prospek kelas
menengah di negara-negara bekas j aj ahan kit a mest inya
t erlebih dahulu memahami ciri dan wat ak kapit alisme yang
b e r k e m b an g d i d ae r ah i t u , d an f or m asi sosi al y an g
menyert ainya, sert a memahami pula pengalihan prasaranapr asar ana sosi al , pol i t i k dan ekonomi yang ber kembang
bersama dengan kapit alisme di Eropa. Dengan cara melihat
semacam ini, nant i kit a akan melihat bet apa kesulit an-kesulit an
yang dihadapi kelas menengah negara-negara bekas j aj ahan

bersumber pada masalah-masalah st rukt ural dari kapit alisme
yang berkembang di negara-negara it u. Juga kit a akan melihat
bet apa kesulit an-kesulit an kelas menengah dalam peranan
pol it ik dan sosial nya bersumber pada f ormasi sosial yang
ber kembang ber sama dengan kapi t al i sme negar a bekas
j aj ahan.

| 2|

Pokok- Pokok Pikiran Mengenai Kelaas Menengah
4. Sering sudah dikemukakan bahwa kapit alisme yang berkembang
di negara-negara bekas j aj ahan adalah kapit alisme perif eral.
Jenis kapit alisme ini menunj ukkan ciri dan perwat akan yang
sama dengan yang ber kembang di Er opa Bar at ; t et api
menunj ukkan kel ai nan-kel ai nan st r ukt ur al yang aki bat akibat nya sangat lah dalam bagi kelas menengah, kehidupan
sosial dan polit ik di negara-negara bekas j aj ahan. Hamza Alavi
menunj ukkan dua kelainan st rukt ural. Pert ama, kapit alisme
pusat dan kapit alisme perif eral t elah t erlibat dalam produksi
barang-barang unt uk pasar; t et api di kapit alisme pusat produksi
b ar ang- b ar ang unt uk p asar m er up ak an suat u p r oses

perkembangan yang “ int egrat ed” dalam sekt or indust ri dan
pert anian –- unt uk sekt or yang pert ama produksinya adalah
bar ang-bar ang kapi t al dan konsumsi ; sedangkan dal am
kapit alisme perif eral sirkulasi dalam proses produksi barang
unt uk pasar t idak penuh, t et api harus melalui ket erhubungan
dengan kapit alisme pusat , dengan memproduksi bahan ment ah
ekspor dan menj adi pasar unt uk barang-barang yang diimpor.
Inilah sebabnya kapit alisme perif eral sering disebut sebagai
kapit alisme yang dependen -– ia hanya akan bergerak kalau
diint egrasikan dengan kapit alisme pusat . Kalau -– karena sat u
dan lain hal –- ket erkait an dengan pusat t erput us, kapit alisme
perif eral akan menghadapi st agnasi dan disl okasi. Kedua,
kapit alisme perif eral t idak memiliki pusat -pusat kekuat an
produkt if . Hal ini disebabkan oleh karena proses akumulasi,
konsent rasi dan reproduksi kapit al berlangsung di kapit alisme
pusat . Inilah sumber dari kesulit an yang sekarang kit a kenal
sebagai gej ala kekurangan modal. Kelainan st rukt ural lain yang
sej ak dekade yang l al u sampai dewasa i ni di der i t a ol eh
kapit alisme perif eral adalah pasar.
5. Dengan kel ai nan- kel ai nan st r ukt ur al yang m enci r i kan

kapi t al i sm e per i f er al i ni t i dakl ah ber ar t i bahw a kel as
menengah sama sekali t idak t umbuh di negara-negara bekas
j aj ahan. Kelompok-kelompok yang mendasarkan diri pada
perdagangan, dan unt uk ukuran yang lebih kecil, indust ri sert a
pr of esi t er nyat a memi l i ki per anan yang cukup ber ar t i ,

|3|

t er ut ama pada per i ode menj el ang kemer dekaan, dal am
mengembangkan kehidupan int elekt ual dan perj uangan menuj u
kemerdekaan, sepert i dit unj ukkan dalam pert engahan pert ama
abad keduapuluh di Indonesia. Pada periode ini kelompok
kel as menengah di Indonesia peranannya yang pokok dan
t erut ama adalah sebagai penyebar pikiran-pikiran dan prinsip
yang t elah berkembang di Eropa. Relevansi mereka dalam
pol it ik bersumber dari kenyat aan bahwa mereka menj adi
pusat - pusat pem i ki r an dan per um usan i deol ogi s yang
mempunyai orient asi Eropa, dan dengan demikian mampu
mengger akkan masyar akat ; dan bukan kar ena kekuat an
ekonom i m er eka. Kekuat an pol i t i k i ni kem udi an bi sa

dimaneif est asikan secara nyat a pada dekade pert ama masa
pasca kolonial. Pada periode ini kelihat an bet apa perangkat
ideologis dan polit ik yang berkembang di Eropa t elah dialihkan
ke dalam polit ik Indonesia pasca kolonial.
6. Jika kit a membuat suat u penyederhanaan dan perbandingan
dalam sej arah kelas menengah di Eropa Barat dan Indonesia,
maka akan t ampakl ah suat u gambar an yang demi ki an;
Pert umbuhan kelas menengah di Eropah pada mulanya dan
pada pokoknya adalah sebagai kekuat an ekonomi dan sosial,
kemudian memperoleh kemenangan polit ik dan t erakhir secara
l uas mer ebut per anan dal am pemi ki r an dan i deol ogi . Di
Indonesi a, memang benar kel ompok i ni secar a spor adi s
merupakan kekuat an ekonomi, t et api rel evansinya dal am
masyarakat pert ama-t ama t erasa dan menonj ol sebagai sumber
pemikiran dan ideologis, kemudian memperoleh kemenangan
polit ik. Sebagai kekuat an ekonomi -– karena kelainan-kelainan
st rukt ural yang kit a sebut kan di at as -– kelas menengah di
Indonesia sangat lah lemah. Inilah mungkin sebabnya maka cit acit a demokrasi, perj uangan hak-hak azasi manusia, negara
hukum, konst it usionalisme dan kemanusiaan begit u luas dalam
polit ik Indonesia pasca kolonial.

7. Bar u kemudi an set el ah t er capai kemer dekaan, dengan
kekuat an ideologi dan perangkat polit ik sert a kemenangan
polit ik, kelas menengah berusaha unt uk melengkapi sosok

| 4|

Pokok- Pokok Pikiran Mengenai Kelaas Menengah
kehadirannya dengan memperkuat kedudukan ekonominya.
Kar ena kekuat an pol i t i k pendukungnya dan kepent i ngan
ekonominya, kelas menengah berusaha unt uk memperkuat
kedudukan ekonominya t idak bisa t idak harus melalui pasar
bebas. Kekuat an l ai n yang di gunakan adal ah keput usankeput usan yang di t uj ukan unt uk memper kuat pengusaha
Indonesia. Disadari at au t idak, kelompok kelas menengah ini
akan mencipt akan kelas kapit alis sepert i yang t umbuh di Eropa.
Pol i t i k Bent eng dan Pr ogr am Ur gensi Ekonom i adal ah
konkret isasi penggunaan keput usan negara unt uk memperkuat
kelas menengah.
8. St rukt ur kapit alisme perif eral t ernyat a t elah menghalangi
secar a ker as usaha kel as menengah unt uk memper kuat
kedudukan ekonomi nya. Pal i ng pent i ng dar i mani f est asi

st r ukt ur kapi t al i sme per i f er al i ni adal ah ket er gant ungan
pendapat an negara pada impor dan ekspor. Sudah dikemukakan
bahwa st rukt ur ini akan mengalami st agnasi dan disalokasi
j i ka hubungannya dengan kapi t al i sme pusat di put uskan.
Indonesia set el ah bom Perang Korea pada bat as t ert ent u
mencerminkan suat u keadaan di mana hubungan dengan
kapit alisme pusat semakin lemah. Sej ak t ahun 1953 sampai
t ahun 1965 perekonomian Indonesia t elah berj alan di bawah
ancaman kekur angan devi sa dan t ekanan i nf l asi . Kel as
menengah yang mendasarkan diri pada kegiat an indust ri dan
perdagangan t ent u t idak bisa berkembang dalam sit uasi sepert i
it u. Ket ergant ungan indust ri pada suku cadang dan bahan
ment ah luar negeri menunt ut suat u penyediaan devisa yang
kuat , sedangkan kelompok ekonomi yang mendasarkan diri
pada perdagangan t idak bisa berkembang dalam t ekanan inflasi
yang kuat . Kegagalan kelas menengah unt uk memperkuat
ekonominya kemudian diperburuk lagi dengan kekalahan polit ik
-– yang disebabkan oleh munculnya kekuat an-kekuat an polit ik
baru yang t umbuh dalam dinamika polit ik Indonesia pasca
kolonial. Demikianlah maka pada akhir dekade pert ama pasca

kolonial, kelas menengah t elah gagal unt uk merealisasikan
dirinya sebagai kekuat an ekonomi dan pol it ik, dan t erus

|5|

“ nengaw ang” sebagai al am pi ki r an dan pr i nsi p- pr i nsi p
ideol ogis.
9. Demokr asi Ter pi mpi n t el ah memper bur uk keadaan kel as
menengah l ebi h j auh l agi , secar a pol i t i k, ekonomi dan
ideologis. Ket erlepasan ekonomi Indonesia dari kapit alisme
pusat t elah mencipt akan t ingkat dislokasi dan st agnasi yang
t er amat t i nggi , sehi ngga per ekonomi an Indonesi a bi sa
dikat akan hampir berhent i. Kelompok kelas menengah t ent u
saj a t idak mampu memperkukuh kehidupan ekonominya. Dan
lebih dari it u, sekt or modern -– yang pada periode sebelumnya
dikuasai oleh perusahaan-perusahaan asing -– yang dij adikan
sasaran unt uk dikuasai kelas menengah, pada periode ini secara
polit ik t elah dikuasai oleh perusahaan-perusahaan negara.
Secara polit ik dan ideoligis kelas menengah t elah dipoj okkan
oleh kekuat an-kekuat an yang dominan pada periode it u. Pada

periode ini pula kelompok bisnis Cina t elah t erpaksa unt uk
memusat kan kegiat an-kegiat an ekonomi mereka di pusat -pusat
per dagangan di kot a- kot a, t er ut am a di Jaw a, kar ena
pelaksanaan perat uran yang melarang mereka unt uk berusaha
di t ingkat desa dan kecamat an. Pergeseran-pergeseran yang
t erj adi dalam periode t ak menent u ini t ernyat a merupakan
bayangan bagi penat aan kekuat an-kekuat an ekonomi dalam
periode Orde Baru.
10. Sit uasi yang hampir berhent i dari perekonomian Indonesia
t ahun 1965 t el ah memaksa pemerint ah Orde Baru unt uk
mengi nt egr asi kan kembal i per ekonomi an Indonesi a pada
kapit alisme pusat . Kebij aksanaan ini t elah menimbulkan akibat akibat yang t idak mengunt ungkan pert umbuhan kelas menengah
pribumi. Tunt ut an-t unt ut an makro yang t erkandung dalam
perekonomian Indonesia t elah memaksa pemerint ah Orde Baru
unt uk mendasarkan diri pada kebij aksanaan ekonominya pada
dua per al at an yang st r at egi s yai t u negar a dan modal .
Pemerint ah Orde Baru t elah mengef ekt if kan negara dalam
f u n gsi - f u n gsi p e n gat u r an d an u sah a; y an g p e r t am a
dimanif est asikan dalam bent uk-bent uk perat uran dan lembaga
yang mengat ur perekonomian, sedangkan yang kedua dalam


|6|

Pokok- Pokok Pikiran Mengenai Kelaas Menengah
bent uk peranan yang luas dari perusahaan negara. Bant uanbant uan ekonomi dan konsult asi dari negara-negara Barat t elah
menunt ut qui d pr o quo ber upa di bukanya per ekonomi an
Indonesia pada modal asing. Pengerahan modal asing, dan dalam
neger i memang sesuai dengan per al at an st r at egi s yang
dikemukakan di at as. Dalam menghadapi sit uasi yang demikian,
kelas menengah pribumi, yang diakibat kan oleh perj alanan
sej arahnya yang t idak mengunt ungkan, t ernyat a t idak siap.
11. St r ukt ur kapi t al i sm e per i f er al dengan dem i ki an t i dak
melahirkan kekuat an-kekuat an ekonomi dan kemasyarakat an
sepert i yang kit a kenal di Eropa, t et api t elah memunculkan
kekuat an-kekuat an yang dimanif est asikan oleh kapit alisme
negara, kapit alisme imperial (kapit alisme asing), dan dalam
t ingkat an yang agak kurang pent ing, oleh apa yang sering
di i st i l ahkan sebagai bur eaucr at i c capi t al i sm dan cl i ent
capit alism. Konf igurasi kapit alisme yang demikian t ent u saj a
menimbulkan implikasi-implikasi ideologis, polit is dan sosial
yang dalam pada masyarakat Indonesia. Jika kit a melonggarkan
pengert ian kit a mengenai kelas menengah –- art inya kit a bisa
menerima pengert ian bahwa mereka yang t erl ibat dal am
bent uk-bent uk inst it usional kapit alisme di at as bisa kit a anggap
kelas menengah -– maka kit a bisa memast ikan bahwa mereka
t idak mampu at au bisa memiliki pot ensi ideologis dan polit ik
sepert i yang dimiliki oleh kelas menengah di Eropa.
>>>