Dian Bayu Firmansyah, 2015 ANALISIS KESALAHAN MAHASISWA DALAM PENGGUNAAN KONSTRUKSI VERBA BENEFAKTIF BAHASA
JEPANG Uni versitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Setiap bahasa di dunia ini pasti memiliki perbedaan tersendiri. Perbedaan tersebut dapat terlihat dari segi struktur sintaksis, makna semantik,
pembentukan kata morfologi dan, sebagainya. Perbedaan-perbedaan yang terdapat pada bahasa ibu pembelajar dan bahasa target yang dipelajari pembelajar,
sering kali menimbulkan kesulitan bagi pembelajar asing untuk mempelajari dan memahami secara lebih mendalam tentang bahasa target yang dipelajari tersebut.
Bahkan kesulitan-kesulitan tersebut menjadi salah satu penyebab dari timbulnya kesalahan berbahasa pada pembelajar.
Hal ini juga berlaku dalam proses pengajaran dan pembelajaran bahasa Jepang. Salah satu kesulitan yang dialami pembelajar yaitu ketika memahami kalimat
yang mengandung konstruksi verba benefaktif bahasa Jepang. Seperti umumnya terlihat pada kebanyakan tata bahasa di dunia, fungsi
konstruksi verba benefaktif dalam Bahasa Jepang digunakan untuk menyatakan suatu peristiwa yang didalamnya terdapat manfaat atau keuntungan yang diterima
oleh subyek maupun obyek dalam peristiwa tersebut. Dalam bahasa Jepang, kalimat yang didalamnya mengandung konstruksi verba benefaktif, lazim dikena l
dengan istilah
juju hyoogen
. Istilah “benefaktif” dipopulerkan oleh Yamada 2004, pada penelitiannya
Dian Bayu Firmansyah, 2015 ANALISIS KESALAHAN MAHASISWA DALAM PENGGUNAAN KONSTRUKSI VERBA BENEFAKTIF BAHASA
JEPANG Uni versitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
yang membahas tentang seluk beluk konstruksi verba benefaktif, yang dinyatakan dengan tiga buah konstruksi verba seperti berikut ini.
1 田中
太田 本
あ
Tanaka ga Oota ni hon wo kashite ageta.
Tanaka meminjamkan buku pada Ota. 2
田中 ぼく
本 く
Tanaka ga Boku ni hon wo kashite kureta.
Tanaka meminjamkan buku untuk saya. 3
太田 田中
本
Oota ga Tanaka ni hon wo kashite moratta.
Ota dipinjamkan buku oleh Tanaka. Yamada, 2004 : 57
Dari contoh diatas, diketahui bahwa pemarkah pada verba benefaktif bahasa Jepang, ditandai dengan konstruksi verba
te ageru
,
te kureru
, dan
te morau
. Ketiga konstruksi verba tersebut berfungsi sebagai konstruksi verba bantu dalam
bahasa Jepang, atau sering dikenal dengan istilah
hojodooshi
. Ketiga konstruksi verba tersebut di atas, merupakan konstruksi verba turunan dari bentuk verba
utama
hondooshi
- nya yaitu :
ageru
,
kureru
,
morau
, yang digunakan untuk menyatakan ungkapan penerimaan dan pemberian barang dalam bahasa Jepang
yarimorai
. Oleh karena itu, dalam pembahasan mengenai sifat dan karakteristik konstruksi verba benefaktif, tentu saja tidak dapat dilepaskan dari karakteristik
yang melekat pada konstruksi verba
yarimorai
sebagai konstruksi verba utamanya.
Dalam kehidupan sehari-hari, selain ketiga konstruksi verba tersebut, kalimat bahasa Jepang yang bermakna benefaktif, juga ditandai dengan konstruksi verba
Dian Bayu Firmansyah, 2015 ANALISIS KESALAHAN MAHASISWA DALAM PENGGUNAAN KONSTRUKSI VERBA BENEFAKTIF BAHASA
JEPANG Uni versitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
te yaru
,
te sashiageru
,
te kudasaru
,
te itadaku
. Konstruksi verba tersebut merupakan bentuk variasi dari ketiga konstruksi dasar verba benefaktif bahasa
Jepang diatas, atau sering dikenal dengan istilah
taiguuteki na jujudooshi
. Tetapi, karena penggunaan
taiguuteki na jujudooshi
yang dianggap rumit bagi pembelajar, pada penelitian ini,
taiguuteki na jujudooshi
tidak termasuk dalam obyek penelitian yang akan diteliti dan dikaji. Sehingga penelitian ini hanya akan
terfokus pada tiga bentuk dasar konstruksi verba benefaktif Bahasa Jepang yaitu konstruksi verba
te ageru
,
te kureru
,
te morau
. Selanjutnya, seperti yang diungkapkan oleh Yamada 2004 : 2, pada
penelitian tata bahasa, istilah benefaktif banyak digunakan untuk menyatakan kasus-kasus benefaktif
benefactive case
, imbuhan- imbuhan benefaktif
benefactive affix
, dan juga konstruksi verba benefaktif
benefactive construction
. Pada penelitian ini, istilah benefaktif digunakan untuk menyatakan konstruksi
verba
te ageru
,
te kureru
,
te morau
sebagai verba bantu
hojodooshi
untuk menyatakan ungkapan pemberian-penerimaan manfaat dalam bahasa Jepang.
Selama ini, kesalahan penggunaan konstruksi verba benefaktif umumnya terjadi karena pembelajar kurang memahami kasus-kasus benefaktif dan
kasus-kasus non-benefaktif, seperti contoh berikut ini.
4 私
そ へ行
い ,
友達 駅
ラック 連
行 ま
Wa tashi wa soko e itta koto ga na i node, tomoda chi ga eki kara torakku de tsurete ikima shita.
Karena Saya tidak pernah pergi ke tempat itu, teman Saya mengajak Saya ke tempat itu menggunakan truk dari stasiun.
Dian Bayu Firmansyah, 2015 ANALISIS KESALAHAN MAHASISWA DALAM PENGGUNAAN KONSTRUKSI VERBA BENEFAKTIF BAHASA
JEPANG Uni versitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
5 日本
個性 あ
ま 認
く く
, 個人
意見 団体
方 重要
Nihon de wa kosei ga a nmari mitomera retekurenakute, kojin no iken yori mo da nta i no hoo ga juuyoo desu.
Karena pendapat pribadi kurang diakui di Jepang, pendapat kelompok lebih penting dibandingkan pendapat pribadi.
Horiguchi, 1983 : 99
Dari contoh diatas, terlihat bahwa pembelajar tidak menggunakan konstruksi verba benefaktif, pada kalimat yang seharusnya menggunakan konstruksi verba
benefaktif 4. Sebaliknya untuk kalimat yang tidak perlu menggunakan konstruksi verba benefaktif 5, pembelajar memaksakan untuk menggunakan
verba benefaktif sehingga mengakibatkan kerancuan dalam penggunaannya. Salah satu faktor yang sering menimbulkan kesalahan penggunaan konstruksi
verba benefaktif bagi pembelajar bahasa Jepang, diakibatkan oleh kekhususan yang dimiliki oleh bahasa Jepang itu sendiri. Dalam hal ini, Iori 2001 : 121
mengatakan bahwa, “pada kebanyakan bahasa yang ada di dunia, umumnya hanya
mengenal dua
buah pemarkah
untuk menyatakan
ungkapan pemberian-penerimaan barang
yar imorai
, yaitu:
give
beri →
receive
terima dan
receive
terima →
give
beri. Sebaliknya, dalam bahasa jepang kita melihat adanya pemisahan fungsi antara verba
yaruageru
dan
kureru
untuk menyatakan proses
give
beri, lalu untuk menyatakan proses
receive
terima digunakan verba
morau
, sehingga ada tiga buah verba yang digunakan dalam ungkapan
ya rimorai
”. Penggunaan tiga buah verba untuk kegiatan pemberian dan penerimaan barang
seperti ini, merupakan hal yang sangat jarang ditemui di berbagai bahasa yang ada di dunia Yamada dalam Iori 2001. Hal ini tentu saja menjadi salah satu faktor
Dian Bayu Firmansyah, 2015 ANALISIS KESALAHAN MAHASISWA DALAM PENGGUNAAN KONSTRUKSI VERBA BENEFAKTIF BAHASA
JEPANG Uni versitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
yang menyebabkan terjadinya kesalahan penggunaan di kalangan pembelajar asing. Seperti yang terlihat pada contoh kalimat berikut.
6 a. I
ga ve
Hanako a book. 私
花子 本
あ /
く b. Hanako
ga ve
me a book. 花子
私 本
あ /く
7 a. I
received
a book from Hanako. 私
花子 /
本 b.?? Hanako
received
a book for me ??
花子 私
/ 本
Iori, 2001 : 121 Selanjutnya kita akan melihat beberapa kesalahan yang sering ditemui dalam
penggunaan kalimat benefaktif oleh pembelajar bahasa Jepang.
8 ,
会 社 課長
本当 親切
人 私達
少 教え
あ ま
Teramura, 1990 : 289
Demo, ka isha no ka choo sa n wa hontoo ni shinsetsu na hito de, wa tashita chi ni sukoshi zutsu oshiete a gema shita.
Tetapi, kepala bagian itu benar-benar orang yang baik hati, dan selalu mengajari kami sedikit demi sedikit.
→ ,
会社 課長
本当 親切
人 私達
少 教え
く ま
Demo, ka isha no ka choo sa n wa hontoo ni shinsetsu na hito de, wa ta shitachi ni sukoshi zutsu oshiete kurema shita .
Tetapi, kepala bagian itu benar-benar orang yang baik hati, dan selalu mengajari kami sedikit demi sedikit.
9 私
宿題 い
, い
い 教え
く ま
Teramura, 1990 : 289
Wa ta shi wa shukudai ni tsuite, iroiro na koto wo oshiete kurema shita.
Saya mengajarkan macam-macam hal terkait dengan tugas itu. →
私 宿題
い ,
い い
教え いま
/あ ま
Wa tashi wa
shukuda i ni
tsuite, iroiro
na koto
wo oshiete
mora ima shita kurema shita .
Dian Bayu Firmansyah, 2015 ANALISIS KESALAHAN MAHASISWA DALAM PENGGUNAAN KONSTRUKSI VERBA BENEFAKTIF BAHASA
JEPANG Uni versitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Saya diajarkanmengajarkan macam-macam hal terkait dengan tugas itu. 10
ゴ 先 生 ま
先生 ,
い 学生
親切 あ
, 大変好
Teramura, 1990 : 290
Goh Sensei wa ma jime na sensei de, itsumo gakusei ni shinsetsu ni shite a geta ka ra , daisuki desu.
Saya menghormati Goh sensei karena beliau seorang guru yang rajin, dan selalu memperlakukan siswanya dengan baik.
→ ゴ 先生
ま 先生
, い
学生 親切
く ,
大変好
Goh Sensei wa majime na sensei de, itsumo gakusei ni shinsetsu ni shite kureta ka ra , daisuki desu.
Saya menghormati Goh sensei karena beliau seorang guru yang rajin, dan selalu memperlakukan siswanya dengan baik.
11 9
時 家
出 ,
教室へ来 ,
先生 私
教え く
ま Teramura,
1990 : 289
9 ji goro ie wo dete, kyooshitsu e kite, sensei kara wa tashi ni oshiete kurema su.
Jam 9 Sensei keluar dari rumah, pergi ke kelas, lalu Sensei mengajari Saya. →9
時 家
出 ,
教室へ来 ,
先生 私
教え く
ま
9 ji goro ie wo dete, kyooshitsu e kite, sensei wa wa ta shi ni oshiete kurema shita .
Jam 9 Sensei keluar dari rumah, pergi ke kelas, lalu Sensei mengajari Saya. 12
ま ,
祖 母 様々
料理 作
く ま
Teramura, 1990 : 290
Ma ta , Ba a -san ka ra sa mazama na ryoori wo tsukutte kurema shita .
Lalu, Nenek membuatkan macam-macam masakan untuk Saya. →
ま ,
祖母 様々
料理 作
いま
Ma ta , Ba a -sa n ka ra sama zama na ryoori wo tsukutte mora ima shita.
Lalu, Saya dibuatkan macam-macam masakan oleh Nenek.
Dian Bayu Firmansyah, 2015 ANALISIS KESALAHAN MAHASISWA DALAM PENGGUNAAN KONSTRUKSI VERBA BENEFAKTIF BAHASA
JEPANG Uni versitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pada contoh kesalahan penggunaan konstruksi verba benefaktif bahasa Jepang diatas, kesalahan terjadi karena pembelajar belum sepenuhnya memahami
mengenai penggunaan ketiga konstruksi verba benefaktif bahasa Jepang, terutama mengenai arah acuan benefit-nya. Sehingga sering tertukar antara verba yang satu
dengan verba yang lain, seperti pada contoh kalimat 8, 9 dan 10. Untuk contoh kalimat 11 dan 12, kesalahan terjadi karena pembelajar
kurang jeli dalam penggunaan partikel atau kata bantu dalam konstruksi verba benafaktif bahasa Jepang, seperti kata bantu
kara
dan
wa
yang tertukar pada kalimat 11, serta konstruksi verba
te morau
dan
te kureru
yang tertukar karena pembelajar kurang memahami fungsi kata bantu
kara
yang biasanya digunakan untuk konstruksi verba
te morau
.
13 そ
課長 い
い 指導
い ま
, 感謝
いま Teramura, 1990 : 289
Sono kachoo sa n wa iroiro no shidoo wo shite ita dakima shite kansha shiteima su.
Saya bersyukur karena kepala bagian itu sering membimbing kami dalam banyak hal.
→ そ
課長 い
い 指導
く いま
, 感謝
いま
sono kachoo sa n wa iroiro no shidoo wo shite kudasaima shite kansha shiteima su.
Saya bersyukur karena kepala bagian itu sering membimbing kami dalam banyak hal.
Pada kalimat 13, kesalahan penggunaan konstruksi verba benefaktif terjadi pada situasi pembicara pembelajar menceritakan kepada lawan bicara tentang rasa syukur
atas yang dilakukan oleh kepala bagian kepada dirinya. Pada situasi seperti ini,
Dian Bayu Firmansyah, 2015 ANALISIS KESALAHAN MAHASISWA DALAM PENGGUNAAN KONSTRUKSI VERBA BENEFAKTIF BAHASA
JEPANG Uni versitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
penggunaan konstruksi verba
te kuda sa ru
dianggap lebih tepat jika dibandingkan dengan konstruksi verba
te ita da ku
.
14 あ
男 別
女房 車
く い
Yun, 2004 : 170
Ano otoko wa wakareta nyooboo ni kuruma wo ka tte kureta ra shii.
Katanya pria itu membelikan mobil untuk mantan istri Saya. →
あ 男
別 女房
車 あ
い
Ano otoko wa wakareta nyooboo ni kuruma wo katte a geta ra shii.
Katanya pria itu membelikan mobil untuk mantan istri Saya
Pada kalimat 14, konstruksi verba
te ageru
lebih tepat digunakan pada konteks kalimat tersebut, karena penggunaan konstruksi verba benefaktif, dapat dipengaruhi juga
oleh kapan ujaran atau kalimat tersebut diucapkan oleh pembicara. Pada kalimat 14 diatas, penggunaan konstruksi verba
te kureru
dapat dibenarkan jika pembicara belum berpisah dengan istrinya tersebut.
15 自転車
無く ,
店長 電話
, 車
乗 ,
家 帰
ま Yun, 2004 : 171
J itensha ga naku natte, tenchoo san ni denwa wo kakete, kuruma de nosete, ie ni ka erima shita .
Sepeda Saya hilang, lalu saya telepon ke kepala toko dan pulang dengan menaikan di mobil.
→ 自 転車
無く ,
店長 電話
, 車
乗 ,
家 帰
ま
J itensha ga naku na tte, tenchoo sa n ni denwa wo kakete, kuruma de nosete, ie ni ka erima shita .
Dian Bayu Firmansyah, 2015 ANALISIS KESALAHAN MAHASISWA DALAM PENGGUNAAN KONSTRUKSI VERBA BENEFAKTIF BAHASA
JEPANG Uni versitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Sepeda Saya hilang, lalu saya telepon ke kepala toko dan pulang dengan naik mobil.
16 ADART
ま 作
い ,
感謝 いま
Karangan bebas pembelajar ADART
ma de tsukurasete ita daki, ka nshashite ima su.
Saya bersyukur sekali karena Saya membuatkan ADART-nya juga. →ADART
ま 作
い ,
感謝 いま
ADART
ma de tsukutte ita daki, kanshashite ima su.
Saya bersyukur sekali karena ADART-nya dibuatkan juga.
Pada contoh kalimat 15 dan 16 diatas, kesalahan penggunaan konstruksi verba benefaktif bahasa Jepang, terjadi karena pemahaman pembelajar terhadap
konstruksi verba
shieki yarimora i
yang masih kurang mendalam. Kesalahan mendasar seperti ini tentunya akan berakibat pada tidak tersampaikannya maksud
yang ingin disampaikan, seperti yang terlihat pada contoh kalimat 15 dan 16 diatas.
17 ベ ッ
祖母 わ
ま Karangan bebas pembelajar
Beddo wa obaa sa n ni ka wa rema shita .
Kasur ini dibelikan oleh Nenek.
→ ベ ッ
祖母 いま
Beddo wa obaasan ni katte moraima shita.
Kasur ini dibelikan oleh Nenek.
Kesalahan pada kalimat 17 diatas terjadi karena pengaruh bahasa Ibu pembelajar
bogo kanshoo
yang melakukan transfer secara langsung dari bahasa
Dian Bayu Firmansyah, 2015 ANALISIS KESALAHAN MAHASISWA DALAM PENGGUNAAN KONSTRUKSI VERBA BENEFAKTIF BAHASA
JEPANG Uni versitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Ibu Indonesia ke bahasa target Jepang. Dalam bahasa Indonesia penggunaan kalimat pasif seperti diatas dapat digunakan dengan bebas oleh pembelajar, tetapi
hal ini tidak berlaku dalam bahasa Jepang. Untuk menyatakan kalimat tersebut diatas, konstruksi verba
te morau
lebih tepat karena mengandung makna terima kasih pembicara kepada lawan bicara. Sebaliknya, konstruksi verba pasif tidak
dapat digunakan karena mengandung kesan gangguan
meiwaku
bagi pembicara. Dari contoh kalimat diatas, terlihat bahwa kesalahan-kesalahan yang terjadi,
merupakan kesalahan dasar dalam penggunaan konstruksi verba benefaktif. Hal ini menegaskan bahwa tidak sedikit pembelajar bahasa Jepang di beberapa negara
terutama di negara yang menjadi obyek penelitian Teramura, yang masih kurang paham dan atau belum menguasai penggunaan konstruksi verba benefaktif bahasa
Jepang. Kesalahan-kesalahan pemahaman dan penggunaan verba benefaktif bahasa
Jepang seperti diatas, sering sekali d itemui di kalangan pembelajar bahasa Jepang. Hal ini tidak bisa dibiarkan begitu saja, karena bukan tidak mungkin akan
menimbulkan kerancuan dan kesalahpahaman ketika pembelajar berinteraksi dengan
native speaker
dalam kehidupan sehari-hari. Selanjutnya, kita akan membahas tentang apa yang dimaksud dengan
kesalahan berbahasa. Menurut Yoshikawa 1997, yang dimaksud dengan kesalahan berbahasa yaitu ketika
native speaker
merasakan sebuah keganjilan ketika membaca tulisan maupun mendengar ucapan dari pembelajar bahasa
Jepang. Sementara itu Sutedi 2009 : 116 mengatakan bahwa, “kesalahan
Dian Bayu Firmansyah, 2015 ANALISIS KESALAHAN MAHASISWA DALAM PENGGUNAAN KONSTRUKSI VERBA BENEFAKTIF BAHASA
JEPANG Uni versitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
berbahasa muncul akibat adanya interferensi bahasa ibu bahasa I serta masalah dalam pembelajaran diakibatkan karena adanya perbedaan antara bahasa I dan
bahasa II ”. Hal inilah yang menjadi penyebab utama kesulitan berbahasa asing
bagi para pembelajar, sehingga menimbulkan kesalahan-kesalahan dalam proses pemahaman serta penggunaan bahasa II.
Tetapi kesalahan berbahasa bukanlah sesuatu yang dianggap buruk. Karena dengan adanya kesalahan-kesalahan tersebut, menjadi jalan bagi para peneliti
untuk mulai mencari dan mengumpulkan obyek kesalahan penggunaan bahasa dari pembelajar, lalu mulai meneliti dan mencari penyebab dari timbulnya
kesalahan penggunaan bahasa tersebut Sakoda, 2002 : 23. Berikutnya kita akan melihat beberapa penelitian terdahulu mengenai proses
pemerolehan konstruksi verba benefaktif bahasa Jepang dan penelitian mengenai analisis kesalahan terhadap konstruksi verba benefaktif bahasa Jepang.
Untuk penelitian mengenai konstruksi verba benefaktif itu sendiri, diwakili oleh Yamada 2004 yang mengupas tuntas mengenai konstruksi verba benefaktif
bahasa Jepang dari berbagai sudut pandang. Diantaranya meneliti tentang konsep
shiten, onkei no hokoosei
, konstruksi verba benefaktif, sampai dengan pembahasan mengenai verba benefaktif yang tidak menyatakan adanya
benefit
atau manfaat
hionkeigata benefakutibu
. Dari hasil penelitian tersebut, diketahui dengan jelas mengenai seluk beluk konstruksi verba benefaktif bahasa Jepang,
yang sering digunakan oleh
native speaker
dalam kehidupan sehari-hari.
Dian Bayu Firmansyah, 2015 ANALISIS KESALAHAN MAHASISWA DALAM PENGGUNAAN KONSTRUKSI VERBA BENEFAKTIF BAHASA
JEPANG Uni versitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Selain itu, Inaguma 2004 juga melakukan penelitian kontrastif verba benefaktif bahasa Jepang dengan bahasa Korea, yang terfokus pada konstruksi
verba
morau
dan
kureru
. Dari hasil penelitian tersebut diketahui bahwa, pembelajar bahasa Jepang di Korea menganggap materi tentang konstruksi verba
kureru
yang paling sulit dipahami. Tetapi, pada kenyataannya, justru konstruksi verba
morau
yang lebih banyak ditemukan kesalahan penggunaannya oleh pembelajar.
Lalu Hagiwara 2007 meneliti tentang pemahaman pembelajar terhadap verba benefaktif bahasa Jepang, dengan menggunakan metode
judgement test
.
Judgement test
ini dilakukan dengan cara: pembelajar mendengarkan percakapan singkat antara dua orang partisipan yang didalamnya menggunakan verba
benefaktif, lalu diminta menentukan apakah penggunaan konstruksi verba benefaktif yang digunakan pada percakapan singkat tersebut benar atau salah.
Hasilnya diketahui bahwa pada konstruksi verba
morau
dan
kureru
, banyak ditemukan kesulitan. Hal ini dikarenakan ada konsep
shiten
yang digunakan partisipan dalam percakapan tersebut, yang berpengaruh pada konteks sintaksis
kalimat yang digunakan, salah satunya penggunaan partikel “
ga
” dan “
ni
” dalam penentuan arah acuan benefit.
Selanjutnya ada Yamamoto 2010 yang meneliti mengenai kesalahan penggunaan
yar imorai
pada pembelajar bahasa Jepang, dengan memberikan empat buah hipotesis awal yang diyakini sebagai faktor penyebab terjad inya
kesalahan, yaitu: kurangnya pemahaman partikel yang digunakan pada kalimat
Dian Bayu Firmansyah, 2015 ANALISIS KESALAHAN MAHASISWA DALAM PENGGUNAAN KONSTRUKSI VERBA BENEFAKTIF BAHASA
JEPANG Uni versitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
yarimorai
, penggunaan konstruksi verba
te ageru
yang berlebihan, pemahaman konsep
uchi-soto
yang kurang, serta penggunaan kalimat
yarimorai
yang tidak efektif. Menurut Yamamoto 2010, dari hasil penelitian secara keseluruhan,
terlihat bahwa pembelajar tidak terlalu memperhatikan segi tata bahasa yang digunakan. Akan tetapi, pembelajar cenderung lebih memperhatikan konteks
kalimat dengan mengandalkan intuisinya untuk menjawab soal. Sehingga kesalahan-kesalahan seperti penggunaan konstruksi verba
te ageru
yang berlebihan, serta kesalahan pemahaman konsep
uchi-soto
pun banyak terjadi. Selain itu, pada penelitian ini diketahui bahwa konstruksi verba
te kureru
merupakan konstruksi verba yang paling dianggap sulit dipahami baik oleh pembelajar maupun pengajar bahasa Jepang.
Penelitian-penelitian tersebut diatas, merupakan acuan dasar bagi penulis dalam melakukan analisis kesalahan penggunaan verba benefaktif bahasa Jepa ng
oleh pembelajar. Selanjutnya, untuk melihat ada tidaknya kesalahan pada penggunaan
konstruksi verba benefaktif bahasa Jepang dikalangan pembelajar bahasa Jepang di Indonesia, penulis melakukan penelitian pendahuluan dengan mengambil
sampel mahasiswa tingkat 2, tingkat 3 dan tingkat 4 Universitas Komputer Indonesia UNIKOM Bandung. Penelitian pendahuluan dilaksanakan pada bulan
Desember 2014. Pada penelitian ini, penulis menggunakan instrumen penelitian berbentuk tes
untuk mengumpulkan data kesalahan penggunaan konstruksi verba benefaktif
Dian Bayu Firmansyah, 2015 ANALISIS KESALAHAN MAHASISWA DALAM PENGGUNAAN KONSTRUKSI VERBA BENEFAKTIF BAHASA
JEPANG Uni versitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
bahasa Jepang oleh pembelajar. Tes tersebut dibagi menjadi tiga jenis tes, yaitu: tes pilihan ganda, tes penerjemahan dan
judgement test
. Dari hasil penelitian pendahuluan diatas, diketahui bahwa dari 45 soal yang
ditanyakan, jumlah soal yang dijawab benar dengan prosentase dibawah 50 sebanyak 23 soal. Sedangkan jumlah soal dengan jawaban benar diatas 80
hanya 2 soal. Melihat hasil penelitian pendahuluan tersebut dapat diketahui bahwa,
penguasaan dan pemahaman pembelajar bahasa Jepang di Indonesia terhadap kalimat bahasa Jepang yang bermakna benefaktif, masih sangat rendah.
Berdasarkan uraian yang telah penulis jabarkan di atas, penulis memantapkan diri untuk melakukan penelitian dengan tema “Analisis Kesalahan Mahasiswa
dalam Penggunaan Konstruksi Verba Benefaktif Bahasa Jepang”. Karena tema
yang penulis ungkapkan di atas sangat layak untuk diteliti dan dikembangkan, serta diharapkan dapat menjadi jawaban atas segala permasalahan yang terjadi di
lapangan.
1.2 Identifikasi Masalah Penelitian