BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian
Pada bab ini diuraikan tentang hasil penelitian yang telah dilakukan dengan sumber yang berasal dari rekam medik pasien yang melakukan endoskopi
sejak tanggal 1 Januari 2010 hingga 31 Desember 2010.
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian Lokasi penelitian dilaksanakan di RSUP. H. Adam Malik Medan yang
merupakan rumah sakit pemerintah yang ditujukan sebagai pusat pelayanan kesehatan masyarakat, pendidikan kesehatan, dan pelatihan kesehatan; tepatnya di
Divisi Gastroenterologi dan Hepatologi, Departemen Ilmu Penyakit Dalam.
5.1.2. Hasil Penelitian Dari perhitungan ditemukan bahwa sepanjang tahun 2010 sejak tanggal 1
Januari hingga 31 Desember, data rekam medik dari RSUP H. Adam Malik Divisi Gastroenterologi dan Hepatologi mencatat sebanyak 984 pasien yang datang
melakukan pemeriksaan endoskopi, 250 25,4 diantaranya dengan perdarahan saluran cerna bahagian atas. Sebanyak 145 14,7 pasien dieksklusi dikarenakan
ketidaklengkapan data rekam medik dan dikarenakan pembatalan pemeriksaan endoskopi dikarenakan berbagai alasan medis.
6 9
28 52
8 25
9
2 4
6
19 13
20 8
1
20
40
60
11-20 21-30
31-40 41-50
51-60 61-70
71-80 81-90
Laki-Laki Perempuan
Gambar 5.1. Distribusi Golongan Umur dari 250 Pasien yang Menjalani Pemeriksaan Endoskopi dengan Keluhan Perdarahan Saluran Cerna Bahagian
Atas
Universitas Sumatera Utara
Dari penelitian yang dilakukan ditemukan bahwa usia yang paling sering melakukan pemeriksaan endoskopi dengan perdarahan saluran cerna bahagian
atas adalah golongan umur 41-50 tahun 28 disusul kelompok umur 51-60 tahun 24 dan kelompok umur 61-70 tahun 18.
88 59
13 17
46 15
8 3
1 20
40 60
80 100
Batak Jawa
Melayu Aceh
Dayak Laki-Laki
Perempuan
Gambar 5.2. Distribusi Suku dan Jenis Kelamin Pasien yang Melakukan Pemeriksaan Endoskopi dengan Keluhan Perdarahan Saluran Cerna Bahagian
Atas Pada tabel 5.2. dapat dilihat bahwa suku Batak adalah suku paling banyak
menderita perdarahan saluran cerna bahagian atas dengan jumlah total 134 pasien 52,5 lalu disusul suku Jawa dengan jumlah total 74 pasien 32.
Juga dapat dilihat pada tabel 5.2. bahwasanya laki-laki 177 orang 70,8 lebih cenderung menderita perdarahan saluran cerna bahagian atas daripada
wanita 73 orang 29,2 dengan rasio perbandingan 2:1.
165
1 2
1 1
84 1
50 100
150 200
Tanpa Penyakit
Penyerta Hematoma
Hepatitis B Hepatitis C
Jaudice Obstruksi
Sirosis Hati Tuberculosis Paru
Jumlah
Gambar 5.3. Distribusi Penyakit Penyerta yang Timbul Bersamaan dengan Perdarahan Saluran Cerna Bahagian Atas
Universitas Sumatera Utara
Dari tabel 5.3. dapat dilihat bahwa keluhan penyakit penyerta yang paling sering menyertai perdarahan saluran cerna bahagian atas adalah sirosis hati
sebanyak 84 33, tetapi yang menarik adalah sebanyak 165 65 ternyata tidak memiliki penyakit penyerta.
Tabel 5.4. Distribusi Hasil Pemeriksaan Endoskopi dari 250 Pasien dengan Perdarahan Saluran Cerna Bahagian Atas
Kelainan Endoskopi Jumlah Penderita
Persentase Varices Esofagus
104 31
Ulkus Gaster 52
15 Gastritis
46 14
Gastropati 42
12 Normal
24 7
Ulkus Duodenal 15
4 Esofagitis
13 4
Ligasi 12
4 Kanker
8 2
Barret Esofagus 3
1 Candidiasis Esofagus
3 1
Bulbitis 3
1 Penyakit Bile Refluks
2 1
Polip Gaster 2
1 Varices Gaster
2 1
Clot Gaster 1
Hernia Hiatus Oesophagus
1 Asites
1 Polip Esofagus
1 Varices Duodenal
1 Obstruksi Gaster
1 Total
337 100
Universitas Sumatera Utara
104
52 46
42
24
15 13
12 20
40 60
80
100
120
Varices Esofagus
Ulkus Gaster
Gastritis Gastropati Normal Ulkus
Duodenal Esofagitis
Ligasi
Jumlah Kelainan Endoskopi
Gambar 5.4. Distribusi Hasil Pemeriksaan Endoskopi dari 250 Pasien dengan Keluhan Perdarahan Saluran Cerna Bahagian Atas
Pada tabel 5.4. dan gambar 5.4. dapat dilhat bahwa dari hasil pemeriksaan endoskopi; penyebab perdarahan saluran cerna bahagian atas terbanyak adalah
varices esofagus sebanyak 104 kasus 31 diikuti oleh ulkus gaster 52 kasus 15 lalu, gastritis terdapat 46 kasus 14, gastropati 42 kasus 12, normal
24 kasus 7, ulkus duodenal 15 kasus 4, esofagitis 13 kasus 4, ligasi 12 kasus 4, dan keganasan 8 kasus 3. Dari hasil pemeriksaan endoskopi juga
ditemukan bahwa kebanyakan pasien yang datang melakukan pemeriksaan endoskopi memiliki lebih dari satu kelainan pada saluran cerna.
5.2. Pembahasan
Perdarahan saluran cerna bahagian atas adalah salah satu gangguan sistem pencernaan yang umumnya membuat pasien sering berkunjung ke dokter untuk
berobat sehingga pemeriksaan endoskopi diperlukan untuk mengidentifikasi sumber perdarahan. Tingginya angka prevalensi penderita hepatitis B di Indonesia
yang pada akhirnya dapat menyebabkan penyakit sirosis hati juga meningkat, hal ini dikarenakan sirosis hati dapat menimbulkan varices esofagus yang pada
akhirnya menimbulkan perdarahan saluran cerna bahagian atas.
Universitas Sumatera Utara
Pada penelitian ini, ditemukan insidensi perdarahan saluran cerna bahagian atas lebih sering terjadi pada laki-laki 70,8. Hasil ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan Syam, A.F., et al., 2005 yang menemukan bahwa insidensi perdarahan saluran cerna bahagian atas pada laki-laki sebesar 66. Pada
penelitian lain yang dilakukan Zaltman C, et al., 2002 ditemukan insidensi terjadinya perdarahan saluran cerna bahagian atas pada laki-laki dan perempuan
dengan rasio 2:1. Bila kita observasi dari segi usia pasien, pada penelitian ini ditemukan
bahwa usia yang paling banyak melakukan pemeriksaan endoskopi dengan keluhan perdarahan saluran cerna bahagian atas yaitu pasien dengan usia 41-50
tahun sebanyak 71 pasien 28, Hasil ini sedikit berbeda dengan referensi yang didapat, dimana referensi menyatakan bahwa pasien yang beresiko menderita
perdarahan saluran cerna bahagian atas lebih sering pada usia lebih dari 60 tahun. Ini menunjukkan bahwa perdarahan saluran cerna bahagian atas lebih sering
terjadi pada pasien yang lebih tua. Data ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Caestecker, J.d. et al., 2011, Syam, A.F., et al., 2005, dan
referensi lain yang menyebutkan salah satu faktor resiko daripada perdarahan saluran cerna bahagian atas adalah usia di atas 60 tahun. Pasien-pasien di atas 60
tahun memiliki resiko kematian yang lebih tinggi dibanding pasien muda. Dengan kebanyakan hasil diagnosis yang ditemukan pada pasien-pasien tersebut berupa
varices esofagus dan ulkus peptik. Pada penelitian ini, proporsi varices esofagus di RSUP H. Adam Malik
Medan sangat tinggi dimana terdapat sebanyak 104 pasien 31 dan hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Syam, A.F., et al., 2005 yang
mendapatkan sekitar 33,5 kasus perdarahan saluran cerna bahagian atas di RSCM Jakarta diakibatkan varices esofagus. Berbeda dengan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Zaltman C, et al., 2002 di Brazil yang hanya menemukan 18,75. Pada penelitian ini, varices esofagus berperan penting sebagai
penyebab perdarahan saluran cerna bahagian atas; varices esofagus biasanya disebabkan oleh sirosis hati yang merupakan akibat infeksi kronik daripada virus
hepatitis B ataupun virus hepatitis C. Ini dikarenakan prevalensi hepatitis B
Universitas Sumatera Utara
kronik di Indonesia sangat tinggi. Pada penelitian dijumpai sebanyak 84 33 kasus perdarahan saluran cerna bahagian atas yang disertai dengan sirosis hati.
Lalu ada sekitar 49 pasien diantaranya muncul bersamaan dengan gastropati hipertensi portal. Sirosis hati sering disebabkan oleh infeksi virus hepatitis B
sehingga menyebabkan perburukan keadaan menjadi gastropati hipertensi portal yang berakhir menjadi perdarahan saluran cerna bahagian atas. Hal ini dapat
dilihat dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Aguslina, Farida. 2004 yang menyebutkan bahwa berdasarkan pemeriksaan HBsAg pada kelompok donor
darah di Indonesia prevalensi hepatitis B berkisar antara 2,50 – 36,17. Varices
ini dapat berdarah, meningkatkan risiko infeksi dan kematian dalam periode waktu yang singkat sehingga dibutuhkan manajemen pemeriksaan endoskopi
segera yang mencakup diagnosis dan terapi. Norberto C, et al., 2010 Pada studi ini, ditemukan bahwa proporsi ulkus peptik cukup tinggi yaitu
sebanyak 67 pasiem 19,2 baik dari ulkus gaster maupun ulkus duodenal. Angka ini menjadi urutan kedua terbanyak setelah varices esofagus dan sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Syam, A.F., et al., 2005 yang juga menemukan sekitar 26,8 sementara berbeda dengan Zaltman C, et al., 2002
dimana penyebab perdarahan saluran cerna bahagian atas adalah ulkus peptik yaitu sekitar 39,7.
Penderita ulkus peptik yang mengakibatkan perdarahan saluran cerna bahagian atas biasanya berusia lebih dari 60 tahun, ini menunjukkan bahwa usia
memiliki peranan penting yang harus dipertimbangkan dalam menegakkan diagnosa perdarahan saluran cerna bahagian atas. Penelitian sebelumnya oleh Kirk
and Richard, 1980 yang menunjukkan bahwa pasien dengan penyakit sirosis hati dikarenakan ulkus peptik dengan frekuensi 6 sampai 19 mengalami
perdarahan gastrointestinal. Penelitian ini terdapat sebanyak 46 pasien 14 yang mengalami gastritis
yang menyebabkan perdarahan saluran cerna bahagian atas. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh McCormack, et al., 1985 dimana diamati adanya gastritis
pada endoskopi sebanyak 65 pasien 51. Adanya gastritis dengan penyakit hati atau derajat tekanan vena hepatik yang meningkat juga menyebabkan perdarahan
Universitas Sumatera Utara
saluran cerna bahagian atas. Asam dalam lumen, asam empedu, alkohol, ASA Asam Asetilsalisilat Asetosal dan berbagai penyebab lainnya menyebabkan
penghancuran epitel sawar lambung sehingga asam kembali berdifusi ke mukosa. Hal ini menyebabkan peningkatan penghancuran sel mukosa yang menimbulkan
peningkatan pepsinogen-pepsin yang menyebabkan rusaknya fungsi sawar lambung sehingga terjadi penghancuran kapiler dan vena kecil. Peningkatan
penghancuran sel mukosa juga menimbulkan peningkatan asam yang merangsang aktivitas kolinergik. Selain itu penghancuran sel mukosa juga menyebabkan
terjadinya peningkatan histamin yang menyebabkan peningkatan vasodilatasi permeabilitas terhadap protein, terjadi kebocoran plasma ke intestinum, edema,
juga terjadi kebocoran plasma ke lambung. Secara keseluruhan dari hal di atas dapat menyebabkan perdarahan saluran cerna bahagian atas Agus, Priyanto,
2008. Dari pembahasan di atas dapat dilihat bahwa endoskopi memiliki peranan
yang sangat penting dalam menemukan kelainan-kelainan di saluran pencernaan.
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN