7
mencegah komplikasi sehingga dapat hidup lebih sejahtera, sehat dan berkualitas Basuki, 2005. Menurut Notoatmodjo 2010, bahwa pengetahuan sebagai dasar dalam melakukan terapi non
farmakologi bagi penderita DM diikuti dengan tahu, mau dan mampu. Masing-masing individu akan melakukan suatu tindakan didahului dengan tahu, kemudian mempunyai inisiatif untuk melakukan
tindakan.
Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik untuk melakukan pene-litian tentang hubungan tingkat pengeta-huan tentang diet Deabetes Mellitus dengan kepatuhan kontrol gula darah
pada pasien Diabetes Melitus Tipe II. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat pengeta-huan tentang diet
Deabetes Mellitus dengan kepatuhan kontrol gula darah pada pasien Diabetes Melitus Tipe II di Wilayah Kerja Puskesmas Baki Sukoharjo.
2. METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasional dengan menggunakan rancangan cross sectional, dimana variabel pada subyek penelitian diukur dalam waktu yang bersamaan.
Populasi pada penelitian ini adalah pasien DM tipe II di Puskesmas Gatak sebanyak 155 orang, diambil sampel sebanyak 61 orang dengan teknik proportional random sampling.
Variabel independen yang diguna-kan berupa tingkat pengetahuan tentang diabetes mellitus dan variabel dependen-nya adalah kepatuhan kontrol gula darah.
Teknik analisis data terdiri dari analisis univariate dan bivariat. Adapun untuk analisis univariate menjelaskan masing-masing variabel yang diteliti. Adapun analisis biariate yang lain dengan
menggunakan analisis Chi-Square
2
.
3. HASIL PENELITIAN
3.1 Karakteristik Responden Tabel 4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik yang meliputi Umur, Jenis Kelamin,
Pendidikan dan Pekerjaan Pasien Usia 40-65 tahun. Pada Bulan Desember 2015 di Wilayah Kerja Baki Sukoharjo.
Variabel f
Umur : 40
– 50 tahun 13
21,3 51
– 60 tahun 15
24,6 60 tahun
33 54,1
Jenis Kelamin : Laki-laki
19 31,1
Perempuan 42
68,9 Pendidikan Akhir :
Tidak Tamat SD 2
3,3 SD
17 27,9
SMP 13
21,3 SMA
24 39,3
PT 5
8,2 Pekerjaan :
Tidak BekerjaIRT 23
37,7 BuruhTani
19 31,1
WiraswastaDagang 11
18,0 PNSPensiunan PNS
8 13,1
Jumlah 61 100,0
Berdasarkan distribusi umur responden, diketahui bahwa 13 orang 21,3 berumur antara 40-50 tahun, 15 orang 24,6 berumur 51
– 60 tahun, dan 33 orang 54,1 berumur lebih dari 60 tahun. Jenis kelamin responden diketahui bahwa sebagian responden mempunyai jenis kelamin
8
perempuan yaitu sebanyak 42 orang 68,9. Pendidikan akhir responden diketahui sebagian besar tamat SMASLTA yaitu sebanyak 24 orang 39,3. Sebagian besar responden mempunyai pekerjaan
atau tidak bekerjaIbu Rumah Tangga yaitu sebanyak 23 orang 37,7. 3.2Tingkat pengetahuan tentang Diabetes Mellitus
Tabel 2. Distribusi Frekuensi tentang Tingkat Pengetahuan tentang Diet Diabetes Mellitus pada
pasien DM Tipe II pada Bulan Desember 2015 di Wilayah Kerja Puskesmas Baki Sukoharjo.
Tingkat Pengetahuan F
Kurang Cukup
Baik 12
27 22
19,7 44,3
36,1 Jumlah
61 100,0
Berdasarkan distribusi data tingkat pengetahuan pada pasien sebagian besar mempunyai tingkat pengetahuan cukup yaitu sebanyak 27 orang 44,3 dan sebagian kecil mempunyai tingkat
pengetahuan kurang yaitu sebanyak 12 orang 19,7. 3.3 Kepatuhan Kontrol Gula Darah
Tabel 3. Distribusi Frekuensi tentang Kepatuhan Kontrol Gula Darah pada pasien Diabetes
Mellitus Tipe II bulan Desember 2015 di Wilayah Kerja Puskesmas Baki Sukoharjo Kepatuhan
F Tidak Patuh
Patuh 29
32 47,5
52,5 Jumlah
61 100,0
Berdasarkan distribusi data tentang kepatuhan kontrol gula darah pada pasien DM tipe II di wilayah Puskesmas Baki Sukoharjo sebagian besar tergolong patuh yaitu sebanyak 52,5, sedangkan
yang lain tergolong tidak patuh yaitu sebanyak 29 orang 47,5. 4.
PEMBAHASAN 4.1
Tingkat Pengetahuan tentang Diet Diabetes
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar pasien DM tipe II usia lebih dari 60 tahun mempunyai tingkat pengetahuan cukup yaitu sebanyak 27 orang 44,3 dan paling sedikit
tergolong mempunyai tingkat pengetahuan kurang yaitu sebanyak 12 orang 19,7. Responden yang mempunyai tingkat pengetahuan cukup umumnya dimiliki oleh responden yang mempunyai
pendidikan menengah dan tinggi dan bagi responden yang mempunyai tingkat pengetahuan tentang diet diabetes mellitus kurang dimiliki oleh responden yang berpendidikan rendah SD dan
bahkan tidak tamat SD.
Menurut Nursalam 2005 bahwa pendidikan merupakan proses dimana seseorang mengem-bangkan kemampuan, sikap dan bentuk perilaku positif yang mengandung nilai positif
dalam masyarakat tempat hidup. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi sehingga makin banyak pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya pendidikan
yang kurang akan menghambat perkembangan seseorang terhadap nilai-nilai baru yang dikenalkan.
Selain itu faktor lain yang mempengaruhi tingkat pengetahuan tentang diet diabetes mellitus adalah sumber informasi. Informasi adalah keseluruhan makna dapat diartikan sebagai
pemberitahuan seseorang, adanya informasi baru bagi terbentuknya sikap hal tersebut. Pesan- pesan sugesti dibawa oleh informasi tersebut, pendidikan ini biasanya digunakan untuk mengubah