PENUTUP 5.1. PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIPLE INTELLIGENCES TERHADAP HASIL BELAJAR DAN KETERAMPILAN PROSES SISWA DENGAN MATERI SISTEM EKSKRESI KELAS XI MIA SMA NEGERI 3 MEDAN T.P 2015/2016.

DAFTAR TABEL Tabel 3.4. Tabel Kisi-kisi Soal Evaluasi 26 Tabel 3.5. Rancangan Penelitian 41 Tabel 4.1. Rata-rata dan Standar Deviasi Pada Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 46 Tabel 4.2. Uji Normalitas Data Kemampuan awal X dan Hasil Belajar siswa Y Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 47 Tabel 4.3. Hasil Uji Homogenitas 48 Tabel 4.4. Keterampilan Proses Siswa Saat Presentasi Pada Kelas Kontrol dan Eksperimen 50 Tabel 4.5. Keterampilan Proses Siswa Pada Saat Praktikum di kelas Kontrol dan Eksperimen 51 Tabel 4.6. Keterampilan Proses Siswa Saat Menerapkan Metode Pembelajaran “Games Siapa Saya” 53 Tabel 4.8. Persentase Nilai Rata-Rata Siswa Saat Melakukan Metode Pembelajaran “Parodi Lagu” 54 DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1. Data Multiple Intelligences yang Dimiliki Siswa Kelas XI MIA Sma Negeri 3 Medan 4 Gambar 2.1. Anatomi Ginjal 20 Gambar 2.2. Struktur Anatomi Nefron 20 Gambar.4.1. Hasil Belajar Siswa Di Kelas Kontrol dan Eksperimen SMA Negeri 3 Medan Selama Proses Pembelajaran Sistem Ekskresi Manusia 47 Gambar 4.2. Hasil Penilaian Keterampilan Proses Siswa Saat Presentasi dan Praktikum Di Kelas Kontrol dan Eksperimen SMA N 3 Medan Selama Proses Pembelajaran 49 Gambar 4.3. Persentase Rata-Rata Ketercapaian Keterampilan Proses Siswa Saat Presentasi di Kelas Kontrol dan Eksperimen 50 Gambar 4.4. Persentase Rata-Rata Ketercapaian Keterampilan Proses Siswa Saat Praktikum di Kelas Kontrol dan Eksperimen 52 Gambar 4.7. Diagram Persentase Nilai Rata-Rata Siswa Saat Bermain “Games Siapa Saya” dengan Mengembangkan Kecerdasan Intrapersonal Siswa 53 Gambar 4.8. Diagram Persentase Nilai Rata-rata Siswa Saat Melakukan Metode pembelajran Parodi Lagu di kelas Eksperimen 55 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Angket Tes Kecerdasan 64 Lampiran 2. Silabus 67 Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen 71 Lampiran 4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran KelasKontrol 89 Lampiran 5. InstrumenTes 106 Lampiran 6. Kunci Jawaban 113 Lampiran 7. Lembar Observasi 114 Lampiran 8. Tabel Uji Validitas Soal Test 115 Lampiran 9. Perhitungan Validitas Soal Tes 116 Lampiran 10. Perhitungan Reliabilitas Tes 119 Lampiran 11. Perhitungan Taraf Kesukaran Soal 120 Lampiran 12. Tabel Daya Beda Soal 121 Lampiran 13. Perhitungan Daya Pembeda Soal 122 Lampiran 14. Data Uji Kemampuan Awal X, dan Uji Hasil Belajar Siswa Y Kelas Kontrol 124 Lampiran 15. Perhitungan Rata-rata, Simpangan Baku, Varian kelas Kontrol 127 Lampiran 16. Data Uji Kemampuan Awal X, dan Uji Hasil Belajar Siswa Y Kelas Eksperimen 129 Lampiran 17. Perhitungan Rata-rata, Simpangan Baku, Varian kelas Eksperimen 132 Lampiran 18 Uji Normalitas Data Kemampuan Awal Siswa dan Hasil Belajar 134 Lampiran 19. Uji Normalitas Data Kemampuan Awal Siswa dan Hasil Belajar Kelas Eksperimen 137 Lampiran 20. Uji Homogenitas 139 Lampiran 21. Uji Hipotesis 142 Lampiran 22. Penilaian Keterampilan Proses Presentasi Kelas Kontrol 144 Lampiran 23. Penilaian Keterampilan Proses Praktikum Kelas Kontrol 148 Lampiran 24. Penilaian Keterampilan Proses Presentasi Kelas Eksperimen 152 Lampiran 25. Penilaan Keterampilan Proses Praktikum Kelas Eksperimen 156 Lampiran 26. Perhitungan Persentase Aspek Nilai Rata-Rata Keterampilan Proses Siswa Saat Presentasi 160 Lampiran 27. Lk Penilaian Autentik Games Siapa saya 161 Lampiran 28. Lk Penilaian Autentik Parodi Lagu 164 Lampiran 29. Daftar Nilai Kritis Untuk Uji Lilliefors 167 Lampiran 30. Daftar Nilai Persentil Untuk Distribusi F 168 Lampiran 31. Tabel Harga Kritik dari r Product Moment 169 Lampiran 32. Tabel Wilayah Luas di Bawah Kurva Normal 0 ke z 170 Lampiran 33. Daftar NiIai Persentil Untuk Distribusi t 171 1

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Persoalan pendidikan di Indonesia banyak beranggapan karena tidak seimbangnya setiap kecerdasan yang dimiliki setiap orang, sebagian besar manusia akan beranggapan bahwa orang-orang pintar adalah mereka yang memiliki nilai IQ tinggi, itu sebabnya orang-orang yang tidak memilki IQ tinggi akan sulit berkembang padahal pembicaraan mengenai makna kecerdasan sangatlah luas. Teori-teori kecerdasan sangatlah banyak. Teori kecerdasan terus berkembang, mulai dari Plato, Aristoteles, Darwin, Alfred Binet, Stanberg, Piaget sampai mengalami puncak perubahan paradigma pada tahun 1983 saat Dr. Howard Gardner, Pemimpin Project Zero Harvard University mengumumkan perubahan makna kecerdasan dari pemahaman sebelumnya. Teori Multiple Intelligences terus berkembanag ke wilayah edukasi, Chatib, 2009. Amstrong 2002 mengatakan bahwa dengan teori Multiple Intelligences memungkinkan guru mengembangkan strategi pembelajaran inovatif yang relative baru dalam dunia pendidikan. Meskipun demikian Amstrong menambahkan bahwa tidak ada rangkaian pembelajaran yang bekerja secara efektif untuk semua siswa. Setiap siswa memiliki kecenderungan tertentu pada kedelapan kecerdasan yang ada, untuk dapat melihat bagaimana peningkatan siswa dalam proses pembelajaran perlu melihat kecerdasan majemuk yang dimilikinya sebab: Kecerdasan tidak dibatasi lewat Soal Test Kecerdasan seseorang tidak dibatasi oleh indikator-indikator yang ada dalam achievement test tes formal. Sebab di teliti, ternyata kecerdasan seseorang itu selalu berkembang dinamis tidak statis. Menurut Gardner, kecerdasan dapat dilihat dari kebiasaan seseorang. Padahal kecerdasan adalah perilaku yang di ulang-ulang. Seperti contoh yang bisa kita amati sehari- hari “Seorang bocah dengan tangan gemetar memberikan secarik kertas kepada ibunya, kertas putih itu adalah hasil ulangan harian matematikanya yang hanya mendapatkan nilai 4, kemudian sang ibu menumpahkan kemarahan kepada si anak. Hal ini yang cenderung membuat anak menjadi tertekan. Kecerdasan itu multidimensi Kecerdasan seseorang dapat dilihat dari banyak dimensi,tidak hanya kecerdasan verbal berbahasa atau kecerdasan logika. Gardner dengan cerdas memberi label “ multiple” jamak atau majemuk pada luasnya makna kecerdasan. Pada dasarnya pertumbuhan dan perkembangan siswa tergantung pada unsur yang saling mempengaruhi, salah satunya yakni bakat yang sudah dimilki oleh siswa sejak lahir dan akan tumbuh berkembang berkat pengaruh lingkungan. Sebaliknya lingkungan akan lebih bermakna apabila dapat mengarahkan pada bakat yang telah ada, walaupun tidak dapat dipungkiri adanya kemungkinan pertumbuhan dan perkembangan itu semata-mata hanya disebabkan oleh faktor bakat saja atau oleh lingkungan saja Hamalik, 2009. Meskipun demikian menciptakan kegiatan belajar yang mampu mengembangkan hasil belajar yang maksimal merupakan tugas dan kewajiban guru. Oleh karena itu guru harus memikirkan dan membuat perencanaan kegiatan belajar mengajar yang dapat meningkatkan hasil belajar yang efisien dan efektif. Mahmud 1989 menyatakan sesungguhnya setiap anak dilahirkan cerdas dengan membawa potensi dan bakat masing – masing. Dalam hal belajar masing-masing individu memiliki kelebihan dan kekurangan, namun didalam kelas kelas guru tidak mengenalinya sejak awal. Menurut Hudojo 1988 memang tidak ada dua individu yang sama persis, beliau menyatakan bahwa jika kecerdasan individu diabaikan di sekolah maka banyak siswa akan mengalami kesulitan dan gagal dalam belajar. Karena didalam kelas berkumpul siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda kecerdasan, bakat, kecepatan belajar, dan sebagainya gaya belajar mereka pun berbeda –beda. Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk mengatasi perbedaan individu tersebut yaitu dengan menggunakan pendekatan yang sesuai untuk tiap siswa. Menurut Gardner 1983 seorang professor pendidikan, setiap individu setidaknya memiliki Delapan jenis kecerdasan yang dikelompokkan pada teori Multiple Intelligences, yaitu: 1kecerdasan linguistik; 2 kecerdasan logis- matematik; 3 kecerdasan spasisal; 4 kecerdasan kinestetik; 5kecerdasan