PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIPLE INTELLIGENCES TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS V SDN 11 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2014/2015

(1)

PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIPLE INTELLIGENCES TERHADAP

HASIL BELAJAR SISWA KELAS V SDN 11 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN

2014/2015

Oleh

Tri Mei Adi Saputra

Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh signifikan penerapan strategi pembelajaran berbasis multiple intellegences terhadap hasil belajar siswa. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan desain penelitian non-equivalent control group design. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SDN 11 Metro Pusat Tahun Pelajaran 2014/2015 dengan kelas VC sebagai kelas eksperimen dan kelas VB sebagai kelas kontrol. Analisis data penelitian menggunakan uji statistik dengan bantuan program SPSS.20.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) terdapat pengaruh yang signifikan penerapan strategi pembelajaran berbasis multiple intelligences terhadap hasil belajar afektif siswa, (2) tidak terdapat pengaruh yang signifikan penerapan strategi pembelajaran berbasis multiple intelligences terhadap hasil belajar psikomotor siswa, (3) terdapat pengaruh yang signifikan penerapan strategi pembelajaran berbasis multiple intelligences terhadap hasil belajar kognitif siswa, dan (4) terdapat pengaruh yang signifikan penerapan strategi pembelajaran berbasis multiple intelligences terhadap hasil belajar keseluruhan siswa.


(2)

METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Oleh

TRI MEI ADI SAPUTRA Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

pada

Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2015


(3)

(4)

(5)

(6)

Peneliti adalah anak ketiga dari tiga bersaudara pasangan Bapak Tugimin (Alm) dan Ibu Salamah, dilahirkan di Sukadana 18 Mei 1990.

Peneliti memulai pendidikan Sekolah Dasar di SD Negeri 1 Sukadana Ilir tahun 1997 kemudian pindah di SD Negeri 1 Tulusrejo pada tahun 1998 dan lulus pada tahun 2003. Peneliti menyelesaikan Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 2 Pekalongan diselesaikan tahun 2006 kemudian melanjutkan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Metro diselesaikan tahun 2009.

Tahun 2011, peneliti terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi PGSD Jurusan Ilmu Pendidikan FKIP Universitas Lampung melalui jalur SNMPTN. Peneliti pernah mendapat amanah sebagai asisten laboratorium (aslab) pembelajaran terpadu di kampus PGSD Unila UPP Metro.


(7)

i PERSEMBAHAN

Puji Syukur kehadirat Allah SWT, kupersembahkan karya ini kepada orang-orang yang menyayangi seseorang-orang sepertiku…

Tiada cinta yang paling suci selain kasih sayangmu… Searif arahanmu, dan setulus hatimu…

Terimakasih untuk

Bapakku Tugimin (Alm) dan

Mamakku Salamah

, atas segala yang telah dilakukan demi peneliti. Terimakasih atas cinta, yang terpancar dalam setiap do’a dan restumu yang

selalu mengiringi langkah peneliti.

Untuk setiap dukungan, lantunan do’a, dan untaian harapan yang selalu diutarakan kepada peneliti…

Terimakasih Kakak-kakakku…

Mas Iwan, Mbak Wagiyem,

Mas Supriyono dan Mbak Tuti

, untuk semua bantuan usaha yang diberikan demi kelancaran studi hingga peneliti mampu menyelesaikan

skripsi ini. Semoga semua usaha peneliti mampu menjadi kebahagiaan dan kebanggan untuk kakak-kakak.

Untuk keceriaan yang kalian hadirkan sebagai penghapus lelah… Terimakasih keponakanku

Sari, Dio dan Vioni

Peneliti haturkan banyak do’a dan terimakasih atas segala dukungan. Terimakasih untuk semua

canda dan tawa kalian.


(8)

MOTTO

”Man jadda wajada, Man saara ‘ala ad-darbi washala, Man shabara

dzafira”

(Pepatah Arab)

”Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka

apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah

sungguh-sungguh (urusan) yang lain”

(Q.S Al-Insyirah: 6-7)

”Jika hidup kita hanya sekedar mencari uang untuk makan, ayam

yang tak punya tangan pun bisa makan dan bertahan hidup

hingga sekarang. Lalu apa bedanya dengan kita?”

(Tri Mei Adi Saputra)


(9)

ii SANWACANA

Bismillahirrohmanirrohim

Alhamdulillah, puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayahnya sehingga peneliti mampu menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Pengaruh Penerapan Strategi Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas V SDN 11 Metro Pusat Tahun Pelajaran 2014/2015”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan di Universitas Lampung.

Dengan kerendahan hati yang tulus peneliti mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Sugeng P. Hariyanto, M.S, selaku Rektor Universitas

Lampung yang telah memberikan semangat kemajuan serta dorongan untuk memajukan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan khususnya program studi PGSD

2. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung yang telah memberikan semangat kemajuan serta dorongan untuk memajukan program studi PGSD.

3. Ibu Dr. Riswanti Rini, M.Si, selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung yang telah memberikan sumbangsih untuk kemajuan program studi PGSD.

4. Bapak Dr. Hi. Darsono, M.Pd., selaku Ketua Program Studi S-1 PGSD Universitas Lampung sekaligus dosen penguji yang telah memberikan banyak ilmu kepada peneliti dan saran untuk memajukan kampus tercinta PGSD.


(10)

iii 5. Ibu Dra. Asmaul Khair, M.Pd., selaku Ketua UPP Metro PGSD yang telah

memberikan saran dan masukan yang sangat bermanfaat.

6. Bapak Dr. Alben Ambarita, M.Pd, selaku Dosen Pembimbing I yang telah membimbing dengan penuh kesabaran dan memberikan saran yang sangat bermanfaat.

7. Ibu Dra. Hj. Yulina H., M.Pd.I, selaku Dosen Pembimbing II sekaligus dosen pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan dan arahan dengan penuh kesabaran.

8. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf S-1 PGSD UPP Metro yang turut andil dalam kelancaran penyusunan skripsi ini.

9. Bapak Basiran, S.Pd.SD, selaku Kepala SDN 11 Metro Pusat, serta Dewan Guru dan Staf Administrasi yang telah banyak membantu peneliti dalam penyusunan skripsi ini.

10. Ibu Astuti, S.Pd., selaku teman sejawat yang banyak membantu peneliti dalam kelancaran penyusunan skripsi ini.

11. Ibu Indah Masliana, S.Pd.SD, selaku teman sejawat yang banyak membantu peneliti dalam kelancaran penyusunan skripsi ini.

12. Sahabat seperjuangan dalam menulis skripsi: Dewi Renita Sari, Astri Indriyani (endut), dan Umi Ana yang selalu memberikan semangat serta motivasi untuk keberhasilan peneliti dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

13. Seluruh rekan-rekan S-1 PGSD angkatan 2011 khususnya kelas B yang telah berjuang bersama demi masa depan yang cerah, kalian akan menjadi cerita terindah di masa depan.


(11)

iv 14. Teman-teman asisten laboratorium (aslab) PGSD Unila UPP Metro (Mas Ipul, Mbak Suli, Asrul, Anida, Alfian, Zelina, Kiat) kalian akan menjadi kenangan yang terindah karena kalian sering bikin betah di kampus.

15. Teman-teman P4KA di SDN 11 Metro Pusat (MJ, Melani, Adi P, Desi Resti, Desi Ayu, Dianty, dan Debi).

16. Teman-teman KKN-PPL di Gedungagung Kecamatan Pulaupanggung Tanggamus (Sovia, Ica, Sella, Tya, dan SM) yang telah menjadi keluarga selama 3 bulan.

17. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam kelancaran penyusunan skripsi ini.

Semoga Allah SWT melindungi dan membalas semua kebaikan yang sudah kalian berikan kepada peneliti. Peneliti menyadari bahwa dalam skripsi ini masih terdapat kekurangan, akan tetapi semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Metro, April 2015 Peneliti

Tri Mei Adi Saputra NPM 1113053111


(12)

v DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

I PENDAHULUAN A.Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah... 5

C.Pembatasan Masalah ... 6

D.Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 7

G.Ruang Lingkup Penelitian ... 8

II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS A.Strategi Pembelajaran Multiple Intelleginces ... 9

1. Pengertian Strategi Pembelajaran ... 9

2. Pengertian Multiple Intelligences ... 10

3. Jenis-jenis Multiple Intelligences atau Kecerdasan Majemuk ... 12

4. Cara Mengetahui Kecenderungan Kecerdasan ... 16

5. Strategi Pembelajaran Berbasis Multiple Intellegences ... 18

B. Belajar ... 29

1. Pengertian Belajar ... 29

2. Kinerja Guru ... 30

3. Hasil Belajar... 31

4. Penilaian Autentik ... 33

C.Penelitian yang relevan ... 37

D.Kerangka Pikir ... 38

E. Hipotesis ... 40

III METODE PENELITIAN A.Rancangan Penelitian... 41

B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ... 42

1. Variabel Penelitian ... 42

2. Definisi Operasional Variabel ... 43

C.Populasi dan Sampel ... 44

1. Populasi Penelitian ... 44

2. Sampel Penelitian ... 45

D.Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ... 45

E. Uji Kemantapan Alat Pengumpul Data ... 47

1. Validitas ... 47


(13)

vi

3. Analisis Data Kinerja Guru ... 56

4. Analisis Data Hasil Belajar ... 56

5. Uji Hipotesis ... 58

IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Deskripsi Umum Lokasi Penelitian ... 60

B. Pelaksanaan Penelitian... 61

1. Persiapan Penelitian ... 61

2. Uji Coba Instrumen Penelitian ... 61

3. Pelaksanaan Penelitian ... 64

4. Pengambilan Data Penelitian ... 64

C.Deskripsi Data Penelitian ... 65

D.Analisa Data Penelitian... 65

1. Jenis Kecerdasan ... 65

2. Kinerja Guru ... 66

3. Hasil Belajar Afektif ... 67

4. Hasil Belajar Psikomotor ... 71

5. Hasil Belajar Kognitif ... 75

6. Hasil Belajar Keseluruhan (Afektif, Psikomotor, dan Kognitif) ... 82

E. Pembahasan ... 86

F. Keterbatasan Penelitian ... 93

V KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan ... 95

B. Saran ... 96

DAFTAR PUSTAKA ... 97 LAMPIRAN


(14)

vii DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Data nilai hasil belajar siswa kelas V SDN 11 Metro Pusat ... 3

2. Jenis-jenis kecerdasan majemuk ... 12

3. Hasil Analisis Validitas butir Angket Multiple Intelligences ... 49

4. Hasil Analisis Butir Soal Tes Kognitif ... 50

5. Jenis Kecenderungan Kecerdasan Majemuk Siswa ... 65

6. Rerata Hasil Belajar Afektif Siswa ... 68

7. Hasil Perhitungan Normalitas, Homogenitas, dan Uji t Hasil Belajar Afektif ... 68

8. Rerata Hasil Belajar Psikomotor Siswa ... 71

9. Hasil Perhitungan Normalitas, Homogenitas, dan Uji t Hasil Belajar Psikomotor ... 72

10. Nilai Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 75

11. Niali Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 77

12. Hasil Perhitungan Normalitas, Homogenitas, dan Uji t Hasil Belajar n-Gain Hasil Belajar Kognitif ... 79

13. Rerata Hasil Belajar Siswa ... 82

14. Hasil Perhitungan Normalitas, Homogenitas, dan Uji t Hasil Belajar Siswa 83 15. Tingkat Pengaruh Strategi Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences Terhadap Hasil Belajar Berdasarkan Uji t ... 85

16. Tingkat Perbedaan Rata-rata Hasil Belajar antara Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 86


(15)

ix DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Surat Keterangan ... 99

2. Surat izin penelitian pendahuluan ... 100

3. Surat izin penelitian ... 101

4. Surat keterangan penelitian ... 102

5. Surat pernyataan teman sejawat kelas kontrol ... 103

6. Surat pernyataan teman sejawat kelas eksperimen ... 104

7. Kisi-kisi instrument kecerdasan majemuk ... 105

8. Angket kecerdasan majemuk (uji validitas dan reliabilitas) ... 106

9. Hasil analisis validitas angket kecerdasan majemuk ... 110

10. Hasil uji reliabilitas angket kecerdasan majemuk ... 112

11. Instrumen angket kecerdasan majemuk ... 114

12. Hasil analisis kecenderungan kecerdasan siswa ... 117

13. RPP kelas kontrol ... 118

14. RPP kelas eksperimen ... 127

15. Kisi-kisi hasil belajar afektif ... 136

16. Kisi-kisi hasil belajar psikomotor ... 137

17. Kisi-kisi hasil belajar kognitif ... 138

18. Soal evaluasi tes kognitif (uji validitas dan reliabilitas) ... 140

19. Hasis analisis uji validitas instrumen tes kognitif ... 143

20. Hasil analisis uji reliabilitas instrumen tes kognitif ... 144

21. Soal tes kognitif ... 145

22. Hasil belajar afektif ... 147

23. Rekapitulasi hasil belajar afektif ... 151

24. Hasil belajar psikomotor ... 153

25. Rekapitulasi hasil belajar psikomotor ... 157

26. Rekapitulasi hasil belajar kognitif ... 159

27. Rekapitulasi hasil belajar keseluruhan (kognitif, afektif, dan psikomotor) ... 161

28. Hasil uji normalitas, homogenitas, dan hipotesis hasil belajar afektif ... 163

29. Hasil uji normalitas, homogenitas, dan hipotesis hasil belajar psikomotor ... 166

30. Hasil uji normalitas, homogenitas, dan hipotesis hasil belajar kognitif ... 169

31. Hasil uji normalitas, homogenitas, dan hipotesis hasil belajar keseluruhan .. 172

32. Penilaian kinerja guru ... 175


(16)

viii DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Kerangka konsep variabel ... 39

Gambar 2. Desain eksperimen ... 41

Gambar 3. Diagram Batang Perbandingan Nilai Pretest Berdasarkan KKM ... 76

Gambar 4. Diagram Batang Perbandingan Nilai Posttest Berdasarkan KKM... 77


(17)

I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Pendidikan dasar merupakan pondasi dasar dari semua jenjang sekolah selanjutnya. Penyelenggaraan pendidikan dasar bertujuan untuk menyiapkan siswa agar menjadi manusia yang bermoral, membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan intelektual dan mentalnya, membantu dalam proses perkembangan sebagai individu yang mandiri dan sebagai makhluk sosial, serta untuk membantu mengembangkan kreativitas siswa. Sementara itu, Prastowo (2013: 13) menyebutkan bahwa pendidikan dasar memiliki dua fungsi utama. Pertama, memberikan pendidikan dasar yang terkait dengan kemampuan berfikir kritis, membaca, menulis, berhitung, penguasaan dasar-dasar untuk mempelajari sainstek, dan kemampuan berkomunikasi yang merupakan tuntutan kemampuan minimal dalam kehidupan masyarakat. Kedua, pendidikan dasar memberikan dasar-dasar untuk mengikuti pendidikan pada jenjang berikutnya.

Untuk mencapai fungsi dan tujuan pendidikan dasar tersebut, pemerintah telah menetapkan program wajib belajar 9 tahun. Pelaksanaan program wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun adalah salah satu amanat undang-undang yang harus dilaksanakan oleh pemerintah yaitu Pasal 31 Ayat (1) Amandemen UUD 1945 yang secara tegas mengamanatkan bahwa “setiap warga negara berhak


(18)

mendapatkan pendidikan” dan Ayat (2) menyatakan setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya. Hal tersebut juga dikukuhkan dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 6 Ayat (1) yang menegaskan bahwa setiap warga Negara yang berusia tujuh sampai dengan lima belas tahun wajib mengikuti pendidikan dasar.

Berdasarkan tujuan pendidikan dan untuk menjalankan amanat undang-undang di atas, pemerintah telah melakukan berbagai upaya. Salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas dan relevansi pendidikan dasar adalah dengan cara pengembangan kurikulum. Pengembangan kurikulum yang telah dilakukan oleh pemerintah saat ini yaitu menyempurnakan kurikulum KTSP dan merevisinya dengan kurikulum 2013 yang mulai diterapkan pada tahun ajaran baru 2013/2014. Lahirnya kurikulum 2013 diharapkan mampu menjawab tantangan abad ke-21 yang bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan efektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan masyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia (lampiran Permendikbud No 67 Tahun 2013: 4).

Dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional tersebut, salah satu perubahan yang mencolok adalah dengan digunakannya pembelajaran tematik terpadu pada SD/MI sederajat mulai kelas 1 sampai kelas 6. Sebagaiman pendapat Rusman (2010: 253) bahwa dengan pembelajaran tematik akan membantu siswa membangun kebermaknaan konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang baru dan lebih kuat. Namun dalam pelaksanaannya belum semua


(19)

kelas di sekolah dasar menerapkan kurikulum 2013 pada tahun ajaran 2014/2015. Kurikulum 2013 baru diterapkan untuk kelas I, kelas II, kelas IV, dan kelas V.

Hasil observasi yang dilakukan di SDN 11 Metro Pusat diperoleh informasi bahwa telah dilaksanakan kurikulum 2013 dengan pembelajaran tematik. Namun, masih banyak siswa yang memiliki hasil belajar yang belum tuntas. Hal ini berdasarkan pra survey yang diperoleh data tentang hasil belajar siswa kelas V semester ganjil tahun ajaran 2014/2015 sebagai berikut:

Tabel 1. Data nilai hasil belajar siswa kelas V SDN 11 Metro Pusat

No Nilai KKM Jumlah Persentase

1 ≥ 66 Tercapai 39 53%

2 < 66 Tidak Tercapai 35 47%

Jumlah 74 100%

Sumber: Dokumentasi MID semester

Berdasarkan tabel 1 di atas, terlihat bahwa siswa kelas V masih banyak yang tidak mencapai KKM yaitu sebanyak 47% maka dapat dilihat masih banyak siswa belum mencapai ketuntasan dalam belajar.

Pra survei lebih lanjut dilakukan untuk mengamati kegiatan guru dan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Menurut hasil observasi, dalam proses pembelajaran siswa masih terlihat pasif. Meskipun guru telah memancing siswa dengan memberikan pertanyaan namun siswa masih kurang aktif dan kurang merespon pertanyaan dari guru. Kekurangaktifan siswa kemungkinan disebabkan karena dalam proses pembelajaran guru masih lebih banyak melakukan presentasi dibandingkan dengan aktivitas siswa dalam


(20)

belajar. Hal ini terlihat dengan masih banyaknya siswa yang hanya duduk diam mendengarkan penjelasan dari guru serta kurangnya guru dalam menumbuhkan motivasi siswa dalam belajar sehingga pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher centered).

Selain itu, pembelajaran yang dilakukan oleh guru masih belum bermakna bagi siswa. Hal ini disebabkan karena guru masih belum maksimal dalam memberdayakan kemampuan siswa dalam belajar. Seorang guru dituntut untuk memahami diri setiap siswa dengan baik. Pemahaman pada diri siswa disini mempunyai makna bahwa guru mengenal betul kelebihan dan kelemahan pada setiap jenjang usia yang ada pada siswa.

Dari hasil observasi dan wawancara kepada guru kelas V SDN 11 Metro Pusat yang dilakukan pada hari Rabu 5 November 2014, diperoleh informasi bahwa dalam melakukan pembelajaran guru telah melakukan berbagai bentuk strategi pembelajaran. Namun, strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru masih belum menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan. Cara mengajar yang dilakukan oleh guru belum sesuai dengan cara belajar yang dimiliki oleh siswa. Dengan adanya kesesuaian antara cara mengajar guru dengan cara belajar siswa diharapkan dapat mengoptimalkan hasil belajar siswa.

Berdasarkan hal tersebut, maka dalam penelitian ini akan dicobakan strategi pembelajaran berbasis multiple intelligences. Strategi pembelajaran ini menekankan pada cara mengajar guru harus sesuai dengan cara belajar siswa serta pada strategi pembelajaran ini juga mengoptimalkan kemampuan siswa


(21)

dalam belajar. Dengan menerapkan strategi pembelajaran ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Berdasarkan uraian di atas, maka dalam penelitian ini peneliti mengangkat

judul “Pengaruh Penerapan Strategi Pembelajaran Berbasis Multiple

Intelligences Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas V SDN 11 Metro Pusat Tahun Pelajaran 2014/2015”.

B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi masalah penelitian sebagai berikut:

1. Rendahnya hasil belajar siswa

2. Sebagian besar siswa masih pasif dalam menggikuti proses pembelajaran.

3. Proses pembelajaran yang dilakukan masih kurang bermakna bagi siswa. 4. Pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher centered)

5. Guru masih lebih banyak presentasi dibandingkan dengan aktivitas siswa dalam pembelajaran

6. Guru masih belum bisa menciptakan suasana belajar yang menyenangkan

7. Strategi pembelajaran yang dilakukan oleh guru masih belum sesuai dengan cara belajar siswa


(22)

C.Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, peneliti membatasi permasalahan yang akan diteliti, yakni rendahnya hasil belajar siswa kelas V SDN 11 Metro Pusat.

D.Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, dapat dirumuskan masalah penelitian yakni:

1. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan pada penerapan Strategi Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences Terhadap Hasil Belajar Afektif Siswa Kelas V SDN 11 Metro Pusat Tahun Pelajaran 2014/2015? 2. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan pada penerapan Strategi

Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences Terhadap Hasil Belajar Psikomotor Siswa Kelas V SDN 11 Metro Pusat Tahun Pelajaran 2014/2015?

3. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan pada penerapan Strategi Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences Terhadap Hasil Belajar Kognitif Siswa Kelas V SDN 11 Metro Pusat Tahun Pelajaran 2014/2015? 4. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan pada penerapan Strategi

Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences Terhadap Hasil Belajar Secara Keseluruhan Siswa Kelas V SDN 11 Metro Pusat Tahun Pelajaran 2014/2015?”


(23)

E.Tujuan Penelitian

Untuk memperoleh hasil penelitian yang lebih jelas dan terarah, perlu ditetapkan terlebih dahulu tujuan yang hendak dicapai. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

1. Pengaruh Penerapan Strategi Pembelajaran Berbasis Multiple Intellegences Terhadap Hasil Belajar Afektif Siswa Kelas V SDN 11 Metro Pusat Tahun Pelajaran 2014/2015

2. Pengaruh Penerapan Strategi Pembelajaran Berbasis Multiple Intellegences Terhadap Hasil Belajar Psikomotor Siswa Kelas V SDN 11 Metro Pusat Tahun Pelajaran 2014/2015

3. Pengaruh Penerapan Strategi Pembelajaran Berbasis Multiple Intellegences Terhadap Hasil Belajar Kognitif Siswa Kelas V SDN 11 Metro Pusat Tahun Pelajaran 2014/2015

4. Pengaruh Penerapan Strategi Pembelajaran Berbasis Multiple Intellegences Terhadap Hasil Belajar Secara Keseluruhan Siswa Kelas V SDN 11 Metro Pusat Tahun Pelajaran 2014/2015

F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dalam kaitannya dengan penelitian ini adalah: 1. Bagi siswa

Dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran 2. Bagi guru

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan guru mengenai strategi pembelajaran yang dapat mengoptimalkan kemampuan


(24)

siswa serta dapat memberikan manfaat dalam mengembangkan kualitas guru.

3. Bagi sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi kontribusi positif untuk meningkatkan mutu pendidikan di SDN 11 Metro Pusat.

4. Bagi peneliti

Bagi peneliti, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana pengembangan wawasan mengenai strategi pembelajaran serta dapat menambah pengetahuan peneliti tentang penelitian eksperimen dan strategi pembelajaran berbasis multiple intelligences.

G.Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini meliputi:

1. Jenis penelitian adalah penelitian eksperimen

2. Objek penelitian ini adalah strategi pembelajaran berbasis Multiple Intelligences dan hasil belajar siswa kelas V SDN 11 Metro Pusat 3. Subjek penelitian adalah siswa kelas V SDN 11 Metro Pusat

4. Penelitian ini dilakukan di SDN 11 Metro Pusat semester genap tahun pelajaran 2014/2015

5. Penelitian ini dalaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2014/2015 yaitu pada bulan Januari 2015


(25)

II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS

A.Strategi Pembelajaran Berbasis Multiplle Intelligences 1. Pengertian Strategi Pembelajaran

Penggunaan strategi di dalam proses pembelajaran sangat perlu karena untuk mempermudah proses pembelajaran guna mencapai hasil yang optimal. Hal ini sesuai dengan pendapat Sani (2013: 89) yang menyatakan bahwa strategi pembelajaran merupakan suatu konsep yang dipilih untuk mencapai tujuan pembelajaran yang efektif dan efisien.

Sementara itu, Reigeluth (dalam Wena 2013: 5) menyatakan bahwa strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang berbeda untuk mencapai hasil pembelajaran yang berbeda di bawah kondisi yang berbeda. Strategi pembelajaran meliputi pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran. Dengan demikian, guru perlu mempertimbangkan output dan dampak pembelajaran dalam memilih suatu strategi pembelajaran.

Menurut Chatib (2013: 130-131) terdapat empat unsur strategi setiap usaha yang berkaitan dengan konteks pembelajaran yaitu:

1. Strategi pembelajaran harus terkait dengan silabus terutama indicator hasil belajar

2. Strategi pembelajaran akan bermanfaat ganda apabila menggunakan pendekatan student centered

3. Pemilihan metode sebisa mungkin haruslah disesuaikan dengan gaya belajar siswa.


(26)

Lebih lanjut Prastowo (2013: 70) menyatakan bahwa strategi pembelajaran adalah perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pembelajaran. Strategi pembelajaran juga dapat diartikan ilmu atau seni dalam menggunakan sumber daya pembelajaran sehingga kompetensi dan tujuan pembelajaran dapat terlaksana sesuai dengan perencanaan pembelajaran. Dengan kata lain, menurut Sanjaya (2008: 126) strategi pembelajaran mengandung dua makna. Pertama, strategi pembelajaran sebagai rencana tindakan atau kegiatan, termasuk penggunaan metode dan manfaat berbagai sumber daya, baik kekuatan maupun kelemahan dalam pembelajaran. Kedua, strategi pembelajaran disusun untuk mencapai tujuan atau kompetensi tertentu.

Dari pendapat beberapa ahli di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa strategi pembelajaran merupakan suatu cara yang meliputi pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran yang disusun untuk mencapai tujuan pembelajaran.

2. Pengertian Multiple Intelligences

Konsep kecerdasan majemuk (Multiple Intelligences) berawal dari karya Howard Gardner dalam buku Frames Of Mind tahun 1983 yang didasarkan atas hasil penelitian selama beberapa tahun tentang kapasitas kognitif manusia (Human Cognitif Capacities). Feldam (dalam Uno 2008: 59) mendefinisikan kecerdasan sebagai kemampuan memahami dunia, berpikir secara rasional, dan menggunakan sumber-sumber secara efektif saat dihadapkan dengan tantangan. Sementara itu, William Stern (dalam


(27)

Thobroni & Mustofa, 2007: 235) mengemukakan inteligensi ialah kesanggupan untuk menyesuaikan diri kepada kebutuhan baru dengan menggunakan alat-alat berfikir yang sesuai dengan tujuannya. Kecerdasan atau inteligensi seseorang dibawa dari pertama kali ia dilahirkan, akan tetapi perkembangan inteligensi itu didapatkan seseorang seiring perkembangan dalam hidupnya.

Menurut Gardner (dalam Baharuddin dan Wahyuni 2007: 145-146) inteligensi atau kecerdasan merupakan kemampuan untuk memecahkan persoalan dan menghasilkan produk dalam suatu setting yang bermacam-macam dan dalam situasi yang nyata. Berdasarkan pengertian ini, dapat dipahami bahwa inteligensi bukanlah kemampuan dalam menyelesaikan soal-soal tes IQ tetapi inteligensi merupakan kemampuan seseorang dalam memecahkan persoalan nyata dan dalam situasi yang bermacam-macam.

Sementara itu menurut Gardner (dalam Chatib, 2013: 132) kecerdasan seseorang tidak diukur dari hasil tes psikologi standar, namun dapat dilihat dari kebiasaan seseorang terhadap dua hal. Pertama, kebiasaan seseorang menyelesaikan masalahnya sendiri (problem solving). Kedua, kebiasaan seseorang menciptakan produk-produk baru yang punya nilai budaya (creativity). Lebih lanjut Gardner (dalam Chatib, 2009: 102) menyatakan bahwa kecerdasan seseorang itu berkembang, tidak statis. Kecerdasan seseorang lebih banyak berkaitan dengan kebiasaan, yaitu perilaku yang diulang-ulang.

Multiple intelligensi mempunyai metode discovering ability, artinya proses menemukan kemampuan seseorang. Metode ini meyakini bahwa


(28)

setiap orang pasti memiliki jenis kecerdasan tertentu. Teori kecerdasan ini disebut dengan kecerdasan majemuk atau multiple intelligences. Sementara itu, Thobroni dan Mustofa (2007: 238) menyebutkan kecerdasan majemuk adalah suatu kemampuan ganda untuk memecahkan suatu masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan.

Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa kecerdasan merupakan kemampuan seseorang dalam memecahkan masalah atau persoalan dalam kehidupan nyata. Kecerdasan seseorang lebih banyak berkaitan dengan kebiasaan. Setiap orang memiliki jenis kecerdasan tertentu untuk memecahkan masalah yang dihadapi yang disebut dengan kecerdasan majemuk atau multiple intelligences.

3. Jenis-jenis Multiple Intelligences atau Kecerdasan Majemuk

Menurut Gardner (dalam Chatib, 2013: 136-137) terdapat delapan jenis kecerdasan yang dimiliki seseorang yaitu:

Tabel 2. Jenis-jenis Kecerdasan Majemuk

Komponen inti Kompetensi Kecerdasan Area Otak Kepekaan kepada

bunyi, struktur, makna, fungsi kata, dan bahasa Kemampuan membaca, menulis, berdiskusi, berargumentasi, berdebat.

Linguistik 1.Lobus temporal kiri 2.Lobus frontal (Broca dan Wernicle) Kepekaan memahami pola-pola logis atau numeric dan kemampuan mengolah alur pemikiran yang panjang. Kemampuan berhitung, bernalar dan berfikir logis, memecahkan masalah. Matematis-logis 1.Lobus frontal kiri 2.Parietal kanan


(29)

Kepekaan merasakan dan membayangkan dunia gambar dan ruang secara akurat

Kemampuan menggambar, memotret, membuat patung, mendesain. Visual-spasial Bagian belakang hemisfer kanan Kepekaan menciptakan dan mengapresiasi irama, pola titi nada, dan warna nada, serta apresiasi bentuk-bentuk ekspresi emosi musical Kemampuan menciptakan lagu, membentuk irama, mendengar nada dari sumber bunyi atau alat-alat musik

Musik Lobus temporal kanan Kepekaan mengontrol gerak tubuh dan kemahiran mengelola objek, respon, dan reflek.

Kemampuan gerak motorik dan keseimbangan

Kinestetis 1. Serebelum 2. Basal ganglia 3. Motor korteks Kepekaan mencerna dan merespons secara tepat suasana hati, temperamen, motivasi, dan keinginan orang lain. Kemampuan bergaul dengan orang lain, memimpin, kepekaan social yang tinggi, negosiasi, bekerja sama, punya empati yang tinggi

Interpersonal 1. Lobus frontal 2. Lobus temporal 3. Hemisfer kanan 4. Sistem limbik Kepekaan memahami perasaan sendiri dan kemampuan membedakan emosi, pengetahuan tentang kekuatan dan kelemahan diri. Kemampuan mengenali diri sendiri secara mendalam, kemampuan intuitif dan motivasi diri, penyendiri, sensitive terhadap nilai diri dan tujuan hidup

Intrapersonal 1. Lobus frontal 2. Lobus parietal 3. System limbik Kepekaan membedakan spesies, mengenali eksistensi spesies lain, dan memetakan hubungan antar beberapa spesies. Kemampuan meneliti gejala-gejala alam, mengklasifikasi, identifikasi

Naturalis Lobus parietal kiri


(30)

Lebih lanjut, Thomas Amstrong (dalam Uno 2008: 61) menjelaskan dengan rinci jenis-jinis kecerdasan majemuk tersebut.

Linguistic Intelligence adalah kemampuan untuk menggunakan kata-kata secara efektif. Logical Mathematical Intelligence adalah kemampuan untuk menggunakan angka-angka secara efektif, misalnya dalam pekerjaan matematika, akuntansi, perpajakan, ilmuan, dan pemrograman komputer. Spatial Intelligence adalah kemampuan untuk menangkap dunia ruang-pandang (visual spatial world) secara akurat, misalnya dalam dunia pramuka, dan untuk menampilkan visi seorang decorator, arsitek, artis, dan peneliti. Bodily Kinestetic Intelligence adalah kemampuan menggunakan gerakan badan dalam hal penyampaian pemikiran dan perasaan. Musical Intelligence adalah kemampuan untuk menangkap melalui mata hatinya, misalnya musik, memberikan kritik, dan keahlian musik pada umumnya. Interpersonal Intelligence adalah kemampuan untuk menangkap dan membuat perbedaan dalam suasana hati, keinginan, motivasi, dan perasaan orang lain. Intrapersonal Intelligence adalah kemampuan diri sendiri dan kemampuan untuk melakukan tindakan yang adaptif atas dasar pengetahuan tersebut. Kecerdasan ini mencakup gambaran yang akurat tentang diri sendiri (kekuatan dan kelemahan).

Sementara itu, Prasetyo dan Andriani (2009: 2-3) menyebutkan ada delapan jenis inteligensi yang secara bersama terdapat dalam diri anak-anak dan orang dewasa yaitu:

1. Linguistic Intelligence (Kecerdasan Linguistik) adalah kapasitas menggunakan bahasa untuk menyampaikan pikiran dan memahami perkataan orang lain, baik secara lisan maupun tertulis.

2. Logical-Mathematical Intelligence (Kecerdasan Logika-Matematika) adalah kapasitas untuk menggunakan angka, berpikir logis, untuk menganalisa kasus atau permasalahan, dan melakukan perhitungan matematis.

3. Visual-Spatial Intelligence (Kecerdasan Visual-Spasial) adalah kapasitas untuk mengenali dan melakukan penggambaran atas objek atau pola yang diterima otak.

4. Bodily-Kinesthetic Intelligence (Kecerdasan Kinestetik-Tubuh) adalah kapasitas untuk melakukan koordinasi pergerakan seluruh anggota tubuh.

5. Musical Intelligence (Kecerdasan Musikal) adalah kapasitas untuk mengenal suara dan menyusun komposisi irama dan nada.

6. Interpersonal Intelligence (Kecerdasan Interpersonal) adalah kapasitas untuk memahami maksud, motivasi, dan keinginan orang lain.


(31)

7. Intrapersonal Intelligence (Kecerdasan intrapersonal) adalah kapasitas untuk memahami dan menilai motivasi dan perasaan diri sendiri.

8. Naturalis Intelligence (Kecerdasan Naturalis) adalah kapasitas untuk mengenali dan mengelompokkan fitur tertentu di lingkungan fisik sekitarnya, seperti binatang, tumbuhan, dan kondisi cuaca.

Berdasarkan jenis kecerdasan di atas, Howard Gardner (dalam Chatib, 2013: 135) memaparkan bahwa ada tiga hal yang berkaitan dengan multiple intelligences seseorang yaitu komponen inti, kompetensi, dan kondisi akhir terbaik. Ketiga hal penting tersebut sangat berkaitan dengan dunia pendidikan. Setiap area otak yang disebut lobus of brain mempunyai komponen inti berupa potensi kepekaan yang akan muncul dari setiap area otak apabila diberi stimulus yang tepat. Akibat adanya stimulus yang tepat, kepekaan inilah yang akan menghasilkan kompetensi. Apabila kompetensi tersebut dilatih secara terus-menerus dalam jenjang silabus yang tepat, dari kompetensi akan muncul kondisi akhir terbaik seseorang. Namun jika stimulus yang diberikan tidak tepat, kompetensi tersebut tidak akan muncul menonjol atau hanya biasa-biasa saja.

Hal ini sesuai dengan pendapat Chatib (2009: 100) yang menyatakan bahwa banyaknya kegagalan siswa mencerna informasi dari gurunya disebabkan oleh ketidaksesuaian gaya mengajar guru dengan gaya belajar siswa. Sebaliknya apabila gaya mengajar guru sesuai dengan gaya belajar siswa, semua pelajaran akan terasa sangat mudah dan menyenangkan. Gaya mengajar adalah strategi transfer yang diberikan oleh guru kepada siswanya. Sedangkan belajar adalah bagaimana sebuah informasi dapat diterima


(32)

dengan baik oleh siswa. Berdasarkan penelitian Gardner, gaya belajar siswa tercermin dari kecenderungan kecerdasan yang dimiliki oleh siswa tersebut.

Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat delapan jenis kecerdasan yaitu 1) Linguistic Intelligence (Kecerdasan Linguistik), 2) Logical-Mathematical Intelligence (Kecerdasan Logika-Matematika), 3) Visual-Spatial Intelligence (Kecerdasan Visual-Spasial), 4) Bodily-Kinesthetic Intelligence (Kecerdasan Kinestetik-Tubuh), 5) Musical Intelligence (Kecerdasan Musikal), 6) Interpersonal Intelligence (Kecerdasan Interpersonal), 7) Intrapersonal Intelligence (Kecerdasan intrapersonal), dan 8) Naturalis Intelligence (Kecerdasan Naturalis). Setiap orang memiliki minimal satu jenis kecerdasan tersebut. Kecenderungan kecerdasan seseorang mencerminkan gaya belajar yang dimilikinya.

4. Cara Mengetahui Kecenderungan Kecerdasan

Untuk mengetahui kecenderungan kecerdasan siswa di kelas, dapat diketahui melalui indikator-indikator tertentu sesuai dengan masing-masing jenis kecerdasan.

Menurut Thobroni dan Mustofa (2007: 247) setiap guru dapat menggunakan catatan-catatan kecil praktis yang dapat digunakan untuk memantau kecenderungan perkembangan kecerdasan siswa di kelas. Guru juga dapat menyusun checklist yang berisi kecerdasan-kecerdasan tersebut. Cheklis dapat digunakan untuk memantau kecerdasan siswa. Selain checklist, ada cara lain yang dapat digunakan yaitu mengumpulkan dokumen berupa rekaman-rekaman lain yang berhubungan dengan aktivitas siswa, dan catatan-catatan di sekolah yang berhubungan dengan peringkat nilai semua mata pelajaran.

Selain itu, untuk mengetahui jenis kecerdasan seseorang dapat dilakukan melalui Multiple Intelligences Research (MIR). Menurut Chatib (2013: 101)


(33)

Multiple Intelligences Research (MIR) adalah instrumen riset yang dapat memberikan deskripsi tentang kecenderungan kecerdasan seseorang. Instrumen ini disusun berdasarkan indikator dari kompetensi dan kompetensi inti dari masing-masing jenis kecerdasan. Pengukuran ini biasanya dilakukan pada saat penerimaan siswa baru atau juga dapat dilakukan pada setiap kenaikan kelas.

Sementara itu, Prasetyo dan Andriani (2009: 7) menyebutkan ada dua macam skala atau alat pengukuran Multiple Intelligences yang dapat digunakan secara paralel atau sendiri-sendiri. Alat pengukuran ini disebut Multiple Intelligences Scale tipe A dan Multiple intelligensi Scale tipe B. Multiple Intelligences Scale tipe A merupakan lembar kuisioner atau angket yang memuat urutan atau prioritas. Sedangkan Multiple Intelligences Scale tipe B merupakan lembar kuisioner atau angket yang sifatnya lebih sederhana yaitu hanya menentukan satu diantara dua pilihan. Masing-masing alat pengukuran ini memiliki tujuan akhir yang sama yaitu mengetahui tingkat masing-masing kecerdasan dalam Multiple intelligences. Berdasarkan pendapat di atas, dalam penelitian ini peneliti menggunakan checklist yang berupa lembar kuisioner atau angket untuk mengetahui kecenderungan jenis kecerdasan dalam Multiple Intelligences yang dimiliki masing-masing siswa. Pengisian checklist ini dilakukan dengan cara self-monitoring atau penilaian diri sendiri oleh siswa.


(34)

5. Strategi Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligence

Pada awalnya multiple intellegensi merupakan teori kecerdasan dalam ranah psikologi. Ketika ditarik dalam dunia pendidikan, multiple intelligences menjadi sebuah strategi pembelajaran. Hal ini relevan dengan pendapat Chatib (2009: 109) yang menyatakan bahwa multiple intelligences adalah strategi pembelajaran berupa rangkaian aktivitas belajar yang merujuk pada indikator hasil belajar yang sudah ditentukan dalam silabus. Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa multiple intelligences akan menjadi kekuatan yang besar untuk memajukan pendidikan dan kompetensi siswa apabila diterapkan pada kurikulum berbasis kompetensi yang komprehensif. Artinya strategi ini sangat sesuai dengan kurikulum yang diterapkan pemerintah saat ini.

Inti dari strategi ini adalah bagaimana guru mengemas gaya mengajarnya agar mudah ditangkap dan dimengerti oleh siswanya. Pendalaman tentang strategi ini akan menghasilkan kemampuan guru membuat siswa tertarik dan berhasil dalam belajar pada waktu yang relative cepat.

Adapun tahapan dalam pembelajaran berbasis multiple intelligences menurut Chatib (2012: 57-58) adalah sebagai berikut:

a. Mengenali Potensi Siswa

Sebelum memasuki pembelajaran berbasis multiple intelligences seorang guru harus mampu membuka lima bingkisan siswa. Akan tetapi, sebelum guru dapat membuka bingkisan tersebut, seorang guru harus mengetahui jenis kecerdasan yang dimiliki siswa tersebut. Adapun


(35)

kelima bingkisan tersebut adalah: bintang, samudra; harta karun; penyelam; dan bakat.

1. Bintang

Memandang setiap siswa yang dilahirkan adalah Juara. Chatib (2012: 58) menjelaskan bahwa setiap anak adalah bintang. Bintang yang sinarnya mampu menerangi dunia. Bagaimanapun kondisi anak, mereka adalah bintang dan juara. Adapun kuncinya adalah sebagai seorang guru sebelum memasuki kelas, maka seorang guru tersebut harus menyalakan tombol “on” dalam benak guru, yang menganggap bahwa setiap siswa adalah bintang, maka siswa akan menjadi bintang. 2. Samudra

Siswa memiliki kemampuan seluas samudra: kemampuan kognitif (pola pikir) yang menghasilkan daya pikir positif, kemampuan psikomotorik (pola tindak) yang menghasilkan karya bermanfaat dan penampilan yang dahsyat, serta kemampuan afektif (pola sikap) yang menghasilkan nilai dan karakter yang manusiawi sesuai fitrahnya.

Chatib (2012: 87) menjelaskan bahwa kemampuan anak kita seluas samudra. Yang artinya, pasti banyak potensi yang terpendam di dalam dirinya, seperti halnya samudra dengan berbagai potensi kekayaan alamnya. Berbagai potensi terpendam merupakan harta karun orang tuanya yang ada dalam diri anak, yaitu kecerdasan majemuk atau dinamakan pula multiple intelligences.


(36)

3. Harta karun

Setiap siswa memiliki variasi potensi kecerdasan masing-masing. Ada yang punya satu kecerdasan yang dominan, sedangkan yang lainnya rendah. Ada yang memiliki dua, tiga, bahkan semua kecerdasannya dominan. Namun, tidak ada manusia yang bodoh, terutama jika stimulus yang diberikan lingkungan tepat.

4. Penyelam

Discovering ability, kembangkan kemampuan dan kubur ketidakmampuan anak. Discovering ability adalah aktivitas guru untuk menjelajahi kemampuan siswa pada saat hasil tes siswa di bawah standar ketuntasan. Discovering ability juga dapat diartikan meminta siswa untuk menjawab soal yang sama dengan cara yang lain. Apabila discovering ability ini tidak berhasil, maka baru dilakukan remedial test (tes pengulangan). Banyak sekali guru yang langsung melompat dengan memberikan remedial test kepada siswa dengan nilai dibawah standar tanpa melalui fase discovering ability. (Munif Chatib, 2012: 158)

5. Bakat

Menurut Guilford (dalam Chatib 2012) bahwa bakat terkait dengan tiga dimensi pokok, yaitu perseptual, psikomotor, dan intelektual.

Berdasarkan lima bingkisan di atas tadi, maka dapat disimpulkan bahwa kecerdasan tidak terkait dengan kondisi fisik, kondisi brain, dan hasil tes standar (soal tertutup). Akan tetapi, terkait dengan: 1) Discovering Ability (anak mampu menemukan, mencari, proses);


(37)

2)Right Place (tempat yang tepat, diberi wadah untuk menyalurkan) dan 3) Benefiditas (mempunyai manfaat).

b. Merancang Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligensi

Pada tahapan yang kedua adalah tahapan pada merancang pembelajaran dimana nantinya gaya mengajar gurunya harus sama dengan gaya belajar siswanya. Sebelum merancang pembelajaran, seorang guru harus mampu mengenali cara kerja otak manusia. Tahap ini disebut dengan tahap brain. Hal ini relevan dengan pendapat Chatib (2012: 57-58) yang menyatakan bahwa tahap brain merupakan tahap awal yang sangat penting. Artinya, para guru harus memahami cara kerja otak, yaitu: menangkap, menyimpan, dan mengolah informasi dalam proses berpikir. Jika cara kerja otak ini tidak dipahami oleh guru, guru akan cenderung salah menyampaikan informasi dan hasilnya siswa tidak paham, tidak antusias, dan sebagainya. Kondisi menyedihkan lainnya adalah betapa jarangnya guru yang mendapat pelatihan-pelatihan tentang cara kerja otak. Padahal, informasi tentang otak ini selalu berkembang dari hari ke hari dan belum banyak guru yang mengetahuinya.

Setelah guru mampu mengenali cara kerja otak, dilanjutkan dengan tahap merancang strategi pembelajaran. Pada tahap merancang strategi mengajar ini sangat berkaitan dengan brain, sebab yang akan menangkap informasi, kemudian memahaminya adalah otak para siswa. Strategi mengajar adalah cara informasi itu disampaikan dari pemberi informasi (guru) kepada penerima informasi (siswa).


(38)

Sanjaya (2008: 130) menyatakan bahwa sebelum menentukan strategi pembelajaran yang dapat digunakan, ada beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan, yaitu:

a. Pertimbangan yang berhubungan dengan tujuan yang ingin dicapai 1) Apakah tujuan pembelajaran yang ingin dicapai berkenaan

dengan aspek kognitif, afektif, atau psikomotor?

2) Bagaimana kompleksitas tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, apakah tingkat tinggi atau rendah?

3) Apakah untuk mencapai tujuan itu memerlukan keterampilan akademis?

b. Pertimbangan yang berhubungan dengan bahan atau materi pembelajaran

1) Apakah materi pelajaran itu berupa fakta, konsep, hukum, atau teori tertentu?

2) Apakah untuk mempelajari materi pembelajaran itu memerlukan prasyarat tertentu atau tidak?

3) Apakah tersedia buku-buku sumber untuk mempelajari materi itu?

c. Pertimbangan dari sudut siswa

1) Apakah strategi pembelajaran sesuai dengan tingkat kematangan siswa?

2) Apakah strategi pembelajaran itu sesuai dengan gaya belajar siswa?

d. Pertimbangan-pertimbangan lainnya

1) Apakah untuk mencapai tujuan hanya cukup dengan satu strategi saja?

2) Apakah strategi yang kita tetapkan dianggap satu-satunya strategi yang dapat digunakan?

3) Apakah strategi itu memiliki nilai efektivitas dan efisiensi?

Pertanyaan-pertanyaan di atas merupakan bahan pertimbangan dalam menetapkan strategi pembelajaran yang ingin diterapkan. Sementara itu Chatib (2009: 136-144) menyebutkan bahwa dalam merancang dan mendesain strategi pembelajaran ada beberapa pertimbangan yang harus dilakukan yaitu:

a. Strategi pembelajaran yang baik adalah batasi waktu guru dalam melakukan presentasi (30%), limpahkan waktu terbanyak (70%)


(39)

untuk aktifitas siswa. Dengan aktifitas tersebut, secara otomatis siswa akan belajar.

b. Untuk merancang strategi pembelajaran terbaik adalah gunakan modalitas belajar yang tertinggi, yaitu dengan modalitas kinestetis dan visual dengan akses informasi terlihat, mengucapkan, dan melakukan.

c. Strategi pembelajaran terbaik adalah mengaitkan materi yang diajarkan dengan aplikasi dalam kehidupan sehari-hari yang mengandung keselamatan hidup.

d. Strategi pembelajaran terbaik adalah menyampaikan materi kepada siswa dengan melibatkan emosinya. Hindarkan pemberian materi secara hambar dan membosankan

e. Strategi pembelajaran terbaik adalah pembelajaran dengan melibatkan partisipasi siswa untuk menghasilkan manfaat yang nyata dan dapat langsung dirasakan oleh orang lain. Siswa merasa mempunyai kemampuan untuk menunjukkan eksistensi dirinya.

Dengan adanya pertimbangan-pertimbangan dalam menetapkan strategi pembelajaran tersebut, diharapkan strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru sesuai dengan gaya belajar siswa. Dengan demikian penyampaian informasi dapat diterima dengan baik sesuai dengan tujuan pembelajaran.

c. Proses dalam Pembelajaran Berbasis Multiple Intellegensi

Proses pembelajan merupakan tahapan yang terpenting dalam pembelajaran berbasis multiple intelligences. Menurut Runtuwene (2012: 5) penerapan strategi pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk, dapat ditempuh dengan: (1) memberdayakan semua jenis kecerdasan yang ada pada setiap mata pelajaran; (2) mengoptimalkan pencapaian mata pelajaran tertentu berdasarkan kecerdasan yang menonjol pada masing-masing siswa; (3) mengoptimalkan pengelolaan kelas yang variatif.


(40)

1. Memberdayakan Semua Jenis Kecerdasan pada Setiap Mata Pelajaran

Memberdayakan semua jenis kecerdasan pada setiap mata pelajaran adalah ibarat meng-iput informasi melalui delapan jalur ke dalam otak memori siswa. Bloom (dalam Runtuwene, 2012: 6) menekankan pada tiga ranah/domain yang ada, yaitu: kognitif, efektif dan psikomotor. Gardner menekankan pada delapan kecerdasan yang dimiliki setiap siswa. Secara empirik untuk menerapkan strategi pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk dapat dilakukan:

a. Merumuskan kompetensi dasar dan indikator dengan basis kecerdasan majemuk, baik dalam silabus dan RPP.

b. Menetapkan pendekatan dan metode pembelajaran yang variatif sesuai dengan semua atau beberapa kecerdasan.

c. Menetapkan kegiatan-kegiatan/aktivitas pembelajaran yang merangsang kecerdasan majemuk.

d. Menetapkan jenis/bentuk tes dan rumusan butir soal berbasis kecerdasan majemuk.

2. Mengoptimalkan Pencapaian Mata Pelajaran Tertentu Berdasarkan Kecerdasan yang Menonjol pada Masing-Masing Siswa

Strategi kedua yang dapat ditempuh apabila secara faktual guru telah mengidentifikasikan kecerdasan yang menonjol pada masing-masing siswa. Gardner selalu mengingatkan bahwa ada satu atau lebih kecerdasan yang menonjol pada masing-masing individu (siswa). Bila disadari hal ini, mengapa tidak mengoptimalkannya sebagai jati


(41)

dirinya, meskipun untuk bidang yang lainnya harus puas dengan standar minimal yang ditetapkan oleh masing-masing lembaga.

Dalam penerapan tahap kedua ini strategi pembelajaran yang digunakan lebih bersifat personal atau individual. Siswa yang memiliki kecerdasan linguistik misalnya, akan dioptimalkan pencapaian hasil belajarnya pada mata pelajaran bahasa dan sastra. Sedangkan mereka yang mempunyai kecerdasan matematis-logis misalnya, akan diarahkan pada pencapaian hasil belajar mata pelajaran matematika seoptimal mungkin. Bagi mereka yang memiliki kecerdasan spasial dapat dioptimalkan dengan menggunakan media visual atau menggunakan peta konsep. Bagi mereka yang memiliki kecerdasan kinestetik-jasmani dapat diaktifkan dengan gerakan-gerakan tertentu. Misalnya dapat mengekspresikan suatu pesan dengan bahasa tubuh. Sedangkan belajar dengan alunan musik atau alat musik dapat mengoptimalkan belajar mereka yang memiliki kecerdasan musikal. Mereka yang memiliki kecerdasan interpersonal dapat dioptimalkan dengan cara belajar interaksi sosial seperti diskusi dan wawancara. Mereka yang memiliki kecerdasan intrapersonal dapat dioptimalkan dengan cara belajar merenung, berefleksi, proyek/tugas individu dan pada tempat yang agak sepi.

3. Mengoptimalkan Pengelolaan Kelas yang Variatif

Penerapan pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk untuk mencapai kompetensi pada dasarnya adalah bagaimana membantu


(42)

siswa mendapatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap secara aktif. Melvin L. Siberman (2004: 6) menunjukkan beberapa alternative pengelolaan kelas supaya siswa aktif:

a. Proses belajar satu kelas penuh. Pembelajaran yang dipimpin oleh guru yang menstimulasi seluruh siswa.

b. Diskusi kelas: dialog dan debat tentang persoalan-persoalan utama. c. Pengajuan pertanyaan: siswa mengajukan pertanyaan dan meminta

penjelasan.

d. Kegiatan belajar kolaboratif: tugas dikerjakan secara bersama dalam kelompok kecil.

e. Pengajaran oleh teman sekelas (tutor sebaya): pengajaran dilakukan oleh siswa sendiri.

f. Kegiatan belajar mandiri: aktivitas belajar yang dilakukan secara perseorangan.

g. Kegiatan belajar aktif: kegiatan yang membantu siswa memahami perasaan, nilai-nilai, dan sikap mereka.

h. Pengembangan keterampilan: mempelajari dan mempraktekkan keterampilan, baik teknis maupun non-teknis.

Penerapan strategi pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk untuk mencapaian kompetensi pembelajaran menuntut adanya penataan (setting) kelas yang variatif dan menarik. Sistem berpindah kelas (moving class) merupakan salah contoh yang dilakukan sesuai dengan tuntutan kebutuhan belajar kecerdasan tertentu. Penggunaan metode juga menuntut adanya variasi metode seperti: ceramah, tanya


(43)

jawab, diskusi, observasi, wawancara, studi tour, studi lapangan, eksperimen, dramatisasi, refleksi, dan menggunakan musik. Penggunaan media pembelajaran juga harus variatif, misalnya carta, skema, flow chart, diagram, dan sampai pada alat peraga alam. Sistem penilaian tidak cukup hanya menggunakan tes objektif. Tes yang dikembangkan harus lebih variatif, mulai dari uraian, pengamatan, tugas pribadi sampai pada penggunaan portofolio.

d. Membuat produk hasil belajar

Dalam proses pembelajaran, tujuan akhir pembelajaran adalah hasil belajar siswa. Chatib (2009: 146-147) menjelaskan produk hasil belajar adalah hasil belajar yang melahirkan karya baru yang berkaitan dengan materi pembelajaran. Yang termasuk produk hasil belajar adalah:

1. Benda karya intelektual yang dapat ditampilkan

Benda/karya intelektual adalah karya-karya kreativitas siswa yang dapat ditampilkan dan punya manfaat langsung.

2. Penampilan

Penampilan adalah karya yang memberi kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan kemampuannya di depan publik.

3. Proyek edukasi

Proyek edukasi adalah sebuah proyek yang berkaitan dengan pencarian masalah, perencanaan, pelaksanaan, pelaporan hasil, dan evaluasi.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa produk hasil belajar merupakan hasil belajar siswa dalam bentuk nyata (autentik).

e. Melakukan Penilaian Hasil Belajar

Penilaian hasil belajar merupakan sesuatu yang sangat penting dan sangat strategis dalam kegiatan belajar mengajar. Dengan penilaian


(44)

hasil belajar maka dapat diketahui seberapa besar keberhasilan siswa telah menguasai kompetensi atau materi yang telah diajarkan oleh guru. Dalam strategi pembelajaran berbasis multiple intelligences jenis penilaian yang digunakan adalah penilaian autentik. Menurut Kunandar (2013: 37) dalam penilaian autentik memperhatikan keseimbangan antara penilaian kompetensi sikap, pengetahauan, dan keterampilan yang disesuaikan dengan perkembangan karakteristik siswa sesuai dengan jenjangnya.

Berdasarkan kajian teori di atas maka yang dimaksud dengan strategi pembelajaran berbasis multiple intelligences adalah strategi pembelajaran yang menekankan pada kesesuaian antara cara mengajar guru yang harus disesuaikan dengan cara belajar siswa. Cara belajar siswa dipengaruhi oleh kecenderungan dari satu atau beberapa jenis kecerdasan majemuk (multiple intelligences) siswa. Kecerdasan majemuk atau multiple intelligences ada delapan macam yaitu 1) Linguistic Intelligence (Kecerdasan Linguistik), 2) Logical-Mathematical Intelligence (Kecerdasan Logika-Matematika), 3) Visual-Spatial Intelligence (Kecerdasan Visual-Spasial), 4) Bodily-Kinesthetic Intelligence (Kecerdasan Kinestetik-Tubuh), 5) Musical Intelligence (Kecerdasan Musikal), 6) Interpersonal Intelligence (Kecerdasan Interpersonal), 7) Intrapersonal Intelligence (Kecerdasan intrapersonal), dan 8) Naturalis Intelligence (Kecerdasan Naturalis). Untuk mengetahui jenis kecerdasan tersebut, dalam penelitian ini menggunakan ceklist yang berupa angket atau lembar kuesioner. Adapun langkah-langkah dalam pembelajaran berbasis multiple intelligences adalah (1) mengenali potensi siswa, (2)


(45)

merancang pembelajaran berbasis multiple intelligences, (3) proses pembelajaran berbasis multiple intelligences, (4) membuat produk hasil belajar, dan (5) melakukan penilaian hasil belajar.

B.Belajar

1. Pengertian Belajar

Belajar dimulai sejak manusia lahir sampai akhir hayat. Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam kompetensi, keterampilan, dan sikap. Baharuddin dan Wahyuni (2007: 12) mengatakan bahwa belajar merupakan aktivitas yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan perubahan dalam diri melalui pelatihan-pelatihan atau pengalaman-pengalaman.

Selanjutnya Sanjaya (dalam Prastowo, 2013: 49) menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses aktivitas mental seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya sehingga menghasilkan perubahan tingkah laku yang bersifat positif, baik perubahan dalam aspek pengetahuan, afeksi, maupun psikomotorik.

Sedangkan menurut Hilgrad dan Bower (dalam Baharuddin dan Wahyuni, 2007: 13) belajar memiliki pengertian memperoleh pengetahuan atau menguasai pengetahuan melalui pengalaman, mengingat, menguasai pengalaman, dan mendapatkan informasi atau menemukan.

Pengertian belajar juga dikemukakan oleh Dalyono (2005: 214) yang menyatakan bahwa belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan atau pengalaman; dalam arti perubahan-perubahan yang disebabkan


(46)

oleh pertumbuhan atau kematangan tidak dianggap sebagai hasil belajar, seperti perubahan-perubahan yang terjadi pada diri seorang bayi.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa belajar adalah aktivitas yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan pengetahuan melalui pelatihan atau pengalaman yang mengakibatkan perubahan pada diri seseorang yang bersifat positif baik pada perubahan kognitif, afektif, maupun psikomotor.

2. Kinerja Guru

Guru sebagai seorang yang profesional bertugas sebagai pendidik, yang keprofesionalannya akan berimbas pada hasil belajar siswa. Dengan demikian, diharapkan guru terus menerus meningkatkan kinerjanya sehingga pembelajaran siswa berkualitas dan memberikan kontribusi yang maksimal terhadap tujuan pembelajaran.

Menurut Susanto (2013: 29) kinerja guru ialah prestasi, hasil, atau kemampuan yang dicapai atau diperlihatkan oleh guru dalam melaksanakan tugas pendidikan dalam pembelajaran. Selanjutnya Rusman (2010: 50) menjelaskan kinerja guru sebagai wujud perilaku guru dalam proses pembelajaran yang dimulai dari merencanakan pembelajaran, melaksanakan kegiatan pembelajaran, dan menilai hasil belajar.

Dari beberapa pendapat ahli di atas, penulis menyimpulkan bahwa kinerja guru adalah wujud unjuk kerja atau perilaku guru dalam melaksanakan perencanaan pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan


(47)

penilaian hasil belajar sehingga guru dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas pembelajaran.

3. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan suatu hal yang diperoleh atau dicapai dari proses belajar mengajar. Dimyati dan Mudjiono (2006: 3) menyatakan bahwa hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar.

Menurut Purwanto (2010: 46) “hasil belajar adalah perubahan perilaku siswa akibat belajar. Perubahan perilaku disebabkan karena dia mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses belajar mengajar. Pencapaian itu didasarkan atas tujuan pengajaran yang telah ditetapkan. Hasil itu dapat berupa perubahan dalam aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor”.

Hasil belajar dipengaruhi oleh besarnya usaha yang diakukan, inteligensi, dan kesempatan yang diberikan kepada siswa. Hal ini berarti bahwa guru perlu menetapkan tujuan hasil belajar yang sesuai dengan kapasitas inteligensi siswa.

Sementara itu, menurut Bloom (Thobroni dan Arif, 2007: 23-24) hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor.

a. Domain Kognitif mencakup:

1. Knowledge (pengetahuan, ingatan);

2. Comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh); 3. Application (menerapkan);

4. Analys (menguraikan, menentukan hubungan);

5. Synthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru);

6. Evaluating (menilai). b. Domain Afektif mencakup:

1. Receiving (sikap menerima) 2. Responding (memberikan respon);


(48)

3. Valuing (menilai);

4. Organization (organisasi); 5. Characterization (karakterisasi). c. Domain Psikomotor mencakup:

1. Initiatory; 2. Pre-routine; 3. Rountinized;

4. Keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial, manajerial, dan intelektual.

Setiap keberhasilan belajar tersebut diukur dari seberapa jauh hasil belajar yang diperoleh siswa. Karena itu, pengukurannya harus betul-betul valid, reliabel, dan objective. Hal ini dapat tercapai apabila alat ukurnya disusun berdasarkan kaidah, aturan, hukum atau ketentuan penyusunan butir soal.

Keberhasilan dalam kegiatan belajar mengajar dibagi menjadi beberapa tingakatan. Menurut Djamarah & Zain (2010: 107) tingkatan keberhasilan tersebut adalah sebagai berikut:

a) Istimewa/maksimal b) Baik sekali/optimal

c) Baik/minimal d) Kurang : : : :

apabila seluruh bahan pelajaran yang diajarkan itu dapat dikuasai oleh siswa. apabila sebagian besar (76% s.d 99%) bahan pelajaran yang diajarkan dapat dikuasai oleh siswa.

apabila bahan pelajaran yang diajarkan hanya 60% s.d. 75% saja dikuasai oleh siswa.

apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 60% dikuasai oleh siswa.

Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan kemampuan yang didapat siswa yang berupa perubahan perilaku yang diperoleh melalui kegiatan belajar. Perubahan perilaku tersebut berupa perubahan dalam aspek kognitif (pengetahuan, pemahaman,


(49)

penerapan), afektif (jujur dan percaya diri), dan psikomotor (membuat kesimpulan, mengolah informasi, meniru gerak fisik, dan melakukan gerak harmonis). Hasil belajar memiliki tingkatan dan diukur menggunakan alat ukur yang valid, reliabel dan objektif yang disusun berdasarkan kaidah.

4. Penilaian Autentik

a. Pengertian Penialaian Autentik

Penilaian merupakan tahapan yang terakhir dalam proses pembelajaran. Kemendikbud (2013) mengemukakan bahwa penilaian autentik adalah pengukuran yang bermakna secara signifikan atas hasil belajar siswa untuk ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Istilah assesmen merupakan sinonim dari penilaian, pengukuran, pengujian, atau evaluasi. Sedangkan istilah autentik merupakan sinonim dari asli, nyata, valid, atau reliabel.

Nurgiyantoro (2011: 23) menyatakan bahwa penilaian autentik merupakan suatu bentuk tugas yang menghendaki pembelajar untuk menunjukkan kinerja di dunia nyata secara bermakna yang merupakan penerapan esensi pengetahuan dan keterampilan.

Sedangkan menurut Komalasari (2010: 148) penialian autentik adalah suatu penialaian belajar yang memonitor dan mengukur kemampuan siswa dalam semua aspek hasil belajar (yang tercakup dalam domain kognitif, afektif, dan psikomotor) yang merujuk pada situasi atau konteks dunia nyata.


(50)

Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa penilaian autentik adalah penilaian yang mengukur atau menunjukkan pengetahuan dan keterampilan siswa baik dalam domain kognitif, afektif, maupun psikomotor dengan cara menerapkan pengetahuan tersebut dalam dunia nyata.

b. Metode Penilaian Autentik

Metode penilaian autentik sangat berkaitan dengan aktivitas pembelajaran. Semakin banyak aktivitas pembelajaran yang mampu dinilai, semakin baik pula hasil pembelajaran tersebut.

Hal-hal mendasar yang perlu diperhatikan dalam metode penilaian autentik menurut Chatib (2009: 166) adalah:

a. Dalam penilaian autentik, kemajuan siswa dilihat dari kempetensi siwa tersebut dalam menerima pembelajaran. Kompetensi siswa dapat dilihat dari keseluruhan proses pembelajaran

b. Pada saat proses pembelajaran berlangsung, saat itulah waktu yang sangat pas untuk mengambil penilaian. Dengan demikian pada saat mengajar, guru tersebut sudah mendapatkan nilai dari proses pengajaran. Penilaian dilakukan pada proses pembelajaran, bukan pada akhir pembelajaran.

c. Dengan paradigma baru ini, penilaian siswa dilakukan setelah proses pembelajaran sehari-harinya. Pada saat sebuah sistem sekolah ingin mengetahui bagaimana penilaian siswa pada tiga bulan, enam bulan, atau satu tahun maka dipakai metode average (rata-rata) dari kompetensi yang terangkum.

d. Model pelaporan menggunakan penilaian autentik dapat dilakukan sewaktu-waktu, tidak harus menunggu 3 bulan, 6 bulan atau 1 tahun.

c. Teknik Penilaian Autentik

Dalam penilaian autentik ada tujuh teknik yang dapt digunakan oleh guru, yaitu penilaian unjuk kerja, penilaian sikap, penilaian tertulis,


(51)

penilaian proyek, penilaian produk, portofolio, dan penilaian diri. (Depdiknas dalam Komalasasi, 2010: 152)

1. Penilaian Unjuk Kerja

Penilaian unjuk kerja merupakan penilaian yang dilakukan dengan mengamati kegiatan siswa dalam melakukan sesuatu. Pengamatan unjuk kerja perlu dilakukan dalam berbagai konteks untuk menetapkan tingkat pencapaian kemampuan tertentu

Untuk mengamati unjuk kerja siswa dapat mengguakan instrument berupa daftar cek (check-list) atau menggunakan skala penilaian (rating scale)

2. Penilaian Sikap

Penilaian sikap merupakan penilaian yang dilakukan dengan mengamati perasaan atau penilaian siswa, kepercayaan atau keyakinan siswa, dan kecenderungan untuk berperilaku siswa berkaitan dengan suatu objek. Penilaian sikap dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa instrument, antara lain format observasi perilaku dan item pertanyaan langsung.

3. Penilaian Tertulis

Penilaian tertulis dilakukan dengan tes tertulis. Tes tertulis merupakan tes dimana soal dan jawaban diberikan kepada siswa dalam bentuk tulisan.


(52)

Terdapat dua bentuk tes tertulis, yaitu soal dengan memilih jawaban berupa soal pilihan ganda dan menjodohkan, serta soal dengan menyuplai jawaban berupa soal isian singkat atau melengkapi, soal uraian terbatas dan soal uraian objektif/nonobjektif.

4. Penilaian Proyek

Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus diselesaikan dalam periode atau waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu investigasi sejak dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan, dan penyajian data. Penilaian proyek dapat digunakan untuk mengetahui pemahaman, kemampuan mengaplikasikan, kemampuan penyelidikan, dan kemampuan menginformasikan mata pelajaran tertentu secara jelas kepada siswa lain.

Guru perlu melakukan tahapan yang perlu dinilai, seperti pengumpulan data, analisis data, dan menyiapkan laporan tertulis. Laporan tugas juga dapat disajikan dalam bentuk poster. Pelaksanaan penilaian dapat menggunakan instrument berupa daftar cek atau skala penilaian.

5. Penilaian Produk

Penilaian produk adalah penilaian terhadap proses pembuatan dan kualitas suatu produk. Penilaian ini meliputi penilaian kemampuan


(53)

siswa dalam membuat produk-produk teknologi dan seni, seperti: makanan, pakaian, barang-barang yang terbuat dari kayu, keramik, dll.

6. Portofolio

Penilaian portofolio adalah penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan siswa dalam periode tertentu secara individu. Informasi tersebut dapat berupa hasil karya siswa pada saat proses pembelajaran yang dianggap terbaik oleh siswa.

7. Penilaian Diri (Selft Assessment)

Penilaian diri merupakan suatu teknik penilaian dimana siswa diminta untuk menilai dirinya sendiri berkaitan dengan status, proses, dan tingkat pencapaian kompetensi yang dipelajarinya. Teknik ini dapat digunakan untuk mengukur kompetensi kognitif, afektif, dan psikomotor. Siswa diminta untuk menilai berdasarkan kriteria dan acuan yang telah disiapkan.

C.Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini antara lain adalah penelitian yang dilakukan oleh Faridah yang berjudul “Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences bagi Siswa Usia Sekolah Dasar”. Nur Faridah (2012: 186) menyimpulkan bahwa (1) setiap individu pada dasarnya memiliki banyak kecerdasan yang harus dikembangkan sejak usia pendidikan dasar (minimal


(54)

sejak usia pendidikan dasar). Minimal ada sembilan kecerdasan yang dimiliki manusia, yaitu kecerdasan linguistik, matematis-logis, ruang spasial, kinestetik badani, musikal, interpersonal, intrapersonal, naturalis dan eksistensial. (2) Pengembangan multiple intelligences pada metode pembelajaran pendidikan untuk siswa usia pendidikan dasar membutuhkan kreativitas seorang guru (pendidik), baik dalam mengatur, merencanakan, maupun menerapkan metode-metode tersebut.

Penelitian tersebut memiliki kesamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Kesamaan tersebut yaitu kedua penelitian menerapakan strategi pembelajaran berbasis multiple intelligensi pada siswa sekolah dasar. Namun kedua penelitian memiliki perbedaan yaitu pada penelitian yang dilakukan oleh Nur Farida dalam penelitian hanya bertujuan untuk mengetahui bagaimana cara penerapan strategi pembelajaran berbasis multiple intelligence pada siswa sekolah dasar. Sedangkan dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pembelajaran berbasis multiple intelligences terhadap hasil belajar siswa.

D.Kerangka Pikir

Kerangka pikir merupakan kesimpulan untuk mengetahui adanya hubungan antara variabel-variabel yang ada dalam penelitian. Menurut Sugiyono (2013: 91) kerangka pikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah penting. Seperti yang telah diungkapkan dalam kajian pustaka, penulis mempunyai keyakinan bahwa variabel bebas berkaitan dengan variabel terikat.


(55)

Sebab strategi pembelajaran berbais multiple intelligences merupakan strategi pembelajaran yang menekankan pada gaya mengajar guru harus sesuai dengan gaya belajar siswa.

Teori multiple intelligences memandang bahwa semua anak cerdas. Setiap siswa pasti memiliki kecenderungan kecerdasan tertentu. Kecenderungan kecerdasan ini mencerminkan gaya belajar yang dimiliki siswa tersebut. Dengan mengetahui gaya belajar siswa, guru dapat menyesuaikan gaya mengajarnya sehingga transfer informasi yang disampaikan guru dapat diterima dengan baik oleh siswa. Menurut Runtuwene (2012: 5) penerapan strategi pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk, dapat ditempuh dengan: (1) memberdayakan semua jenis kecerdasan yang ada pada setiap mata pelajaran; (2) Mengoptimalkan pencapaian mata pelajaran tertentu berdasarkan kecerdasan yang menonjol pada masing-masing siswa; (3) Mengoptimalkan pengelolaan kelas yang variatif.

Berdasarkan pokok pemikiran di atas, memungkinkan bahwa strategi pembeljaran berbasis multiple intelligensi berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Hubungan antar variabel-variabel dalam penelitian ini dapat dilihat pada diagram kerangka pikir sebagai berikut:

Gambar. 1 Kerangka Konsep Variabel Keterangan:

X = Strategi pembelajaran berbasis multiple intelligences Y = Hasil belajar siswa

= Pengaruh


(56)

Berdasarkan gambar. 1 alur kerangka pikir dapat dideskripsikan bahwa strategi pembelajaran berbasis multiple intelligences yang dilakukan saat proses pembelajaran berlangsung dapat membuat siswa lebih mudah menguasai dan menghayati materi pelajaran karena gaya mengajar guru disesuaikan dengan gaya belajar siswa. Dengan kesesuaian antara gaya mengajar guru dengan gaya belajar siswa memungkinkan terjadi peningkatan hasil belajar siswa.

E.Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, setelah peneliti mengemukakan landasan teori dan kerangka berfikir (Sugiyono, 2013: 96). Berdasarkan landasan teori dan kerangka pikir di atas, maka hipotesis penelitian yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

1. Terdapat pengaruh yang signifikan pada penerapan pembelajaran berbasis multiple intelligences terhadap hasil belajar afektif siswa kelas V SDN 11 Metro Pusat.

2. Terdapat pengaruh yang signifikan pada penerapan pembelajaran berbasis multiple intelligences terhadap hasil belajar psikomor siswa kelas V SDN 11 Metro Pusat.

3. Terdapat pengaruh yang signifikan pada penerapan pembelajaran berbasis multiple intelligences terhadap hasil belajar kognitif siswa kelas V SDN 11 Metro Pusat.

4. Terdapat pengaruh yang signifikan pada penerapan pembelajaran berbasis multiple intelligences terhadap hasil belajar secara keseluruhan siswa kelas V SDN 11 Metro Pusat.


(57)

III. METODE PENELITIAN

A.Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimen. Objek penelitian adalah pengaruh pembelajaran berbasis multiple intelligences (X) terhadap hasil belajar siswa (Y).

Penelitian ini menggunakan desain non-equivalent control group design. Desain ini menggunakan 2 kelompok, yaitu kelas kontrol dan kelas eksperimen. Kelas eksperimen adalah kelas yang mendapat perlakuan berupa penerapan pembelajaran berbasis multiple intelligences sedangkan kelompok kontrol adalah kelompok pengendali yaitu kelas yang tidak mendapat perlakuan. Pada desain ini kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara random. Menurut Sugiyono (2013: 116) bahwa non-equivalent control group design digambarkan sebagai berikut:

O1 X O2

O3 O4

Gambar 2. Desain Eksperimen

Keterangan: O1 = nilai pretest kelompok yang diberi perlakuan (eksperimen) O2 = nilai posttest kelompok yang perlakuan (eksperimen) O3 = nilai pretest kelompok yang tidak diberi perlakuan (kontrol) O4 = nilai posttest kelompok yang tidak diberi perlakuan (kontrol) X = perlakuan strategi pembelajaran berbasis multipe


(58)

Setelah diketahui tes awal dan tes akhir maka dihitung selisihnya yaitu: O2– O1 = Y1

O4– O3 = Y2 Keterangan:

Y1 = Hasil belajar siswa yang mendapat perlakuan strategi pembelajaran berbasis multiple intelligences

Y2 = Hasil belajar siswa tanpa perlakuan

Kemudian gain score tersebut dianalisis menggunakan ttest

B.Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel 1. Variabel Penelitian

Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2013: 60). Dalam penelitian ini ada dua macam variabel penelitian yaitu variabel bebas dan variabel terikat.

a) Variabel independen atau variabel bebas. Variabel bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat) (Sugiyono, 2013: 61). Dalam Penelitian ini yang menjadi variabel bebas yaitu pebelajaran berbasis multiple intellegences (X).

b)Variabel dependen atau disebut juga variabel terikat. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2013: 61). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah hasil belajar siswa (Y).


(1)

Menghitung nilai rata-rata seluruh siswa X = ∑ �

∑ Keterangan:

X = Nilai rata-rata seluruh siswa Xi = Totalnilai yang diperoleh siswa N = Jumlah siswa

4. Uji Hipotesis

Jika sampel atau data dari populasi yang berdistribusi normal maka pengujian hipotesis untuk mengetahui apakah ada pengaruh X (strategi pembelajaran berbasis multiple intelligences) terhadap Y (hasil belajar) maka diadakan uji kesamaan rata-rata. Pengujian hipotesis ini menggunakan

Independent Sampel t-test dalam Program Statistik SPSS 20.0. Independent Sampel t-test digunakan untuk menguji perbedaan rata-rata dari dua kelompok data atau sampel yang independen (Priyatno, 2010: 93).

Rumusan Hipotesis:

H0: � = � (Tidak ada pengaruh signifikansi pada penerapan strategi

pembelajaran berbasis multiple intelligences terhadap hasil belajar siswa kelas)

H1: � ≠ � (Ada pengaruh signifikansi pada penerapan strategi

pembelajaran berbasis multiple intelligences terhadap hasil belajar siswa kelas)


(2)

59

Rumus Statistik:

�ℎ� = ̅ − ̅ ��√� + � Dimana: � = − + −

+ − Keterangan:

X̅1 = Rata-rata hasil belajar siswa pada kelas eksperimen X̅2 = Rata-rata hasil belajar siswa pada kelas kontrol n1 = Jumlah siswa pada kelas eksperimen

n2 = Jumlah siswa pada kelas kontrol

S1 = Standar deviasi hasil belajar siswa pada kelas eksperimen

S2 = Standar deviasi hasil belajar siswa pada kelas kontrol

Sg = Standar deviasi gabungan

Kriteria Uji:

thitung≤ ttabel maka H0 diterima

thitung > ttabel maka H0 ditolak

Dimana: α = taraf signifikansi 5% n = jumlah sampel


(3)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dalam penelitian ini, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Terdapat pengaruh yang signifikan pada penerapan strategi pembelajaran berbasis multiple intelligences terhadap hasil belajar afektif siswa. Nilai rerata pada kelas eksperimen adalah 73,6 sedangkan rata-rata kelas kontrol sebesar 66,3 dengan selisih sebesar 7,3 antara kedua kelompok.

2. Tidak terdapat pengaruh yang signifikan pada penerapan strategi pembelajaran berbasis multiple intelligences terhadap hasil belajar psikomotor siswa. Nilai rerata pada kelas eksperimen adalah 74,75 sedangkan rata-rata kelas kontrol sebesar 67,125 dengan selisih sebesar 7,625 antara kedua kelompok.

3. Terdapat pengaruh yang signifikan pada penerapan strategi pembelajaran berbasis multiple intelligences terhadap hasil belajar kognitif siswa. Nilai rerata n-Gain pada kelas eksperimen adalah 0,54 sedangkan rata-rata kelas kontrol sebesar 0,29. dengan selisih sebesar 0,25 antara kedua kelompok. 4. Terdapat pengaruh yang signifikan pada penerapan strategi pembelajaran

berbasis multiple intelligences terhadap hasil belajar keseluruhan siswa. Nilai rerata pada kelas eksperimen adalah 75,58 sedangkan rata-rata kelas kontrol sebesar 69,04 dengan selisih sebesar 6,55 antara kedua kelompok.


(4)

96

B.Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dalam penggunaan strategi pembelajaran berbasis multiple intelligences, maka ada beberapa saran yang dapat dikemukakan oleh peneliti, antara lain:

1. Bagi siswa, strategi pembelajaran berbasis multiple intelligences dapat diterapkan untuk dapat menarik minat siswa, mengoptimalkan semua kemampuan siswa, serta dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar. 2. Bagi guru, strategi pembelajaran berbasis multiple intelligences dapat

dipakai sebagai alternatif dalam memberikan variasi dalam proses pembelajaran. Untuk dapat menerapkan strategi pembelajaran berbasis

multiple intelligences seorang guru sebaiknya memiliki pengetahuan yang baik tentang teori kecerdasan majemuk atau dapat bekerjasama dengan pakar psikologi.

3. Bagi sekolah, yang ingin menerapkan strategi pembelajaran berbasis

multiple intelligences hendaknya memberikan dukungan kepada guru yang berupa perlengkapan fasilitas sekolah yang mendukung tercapainya pembelajaran ini secara maksimal.

4. Bagi peneliti lanjutan, yang ingin menggunakan strategi pembelajaran pembelajaran berbasis multiple intelligences sebaiknya mengembangkan perangkat instrumen penilaian kecerdasan agar hasil penilaian kecerdasan lebih akurat serta mempertimbangkan waktu dalam pembelajaran.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Yunus. 2013. Desain Sistem Pembelajaran dalam Konteks Kurikulum 2013. Rafika Aditama. Bandung

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Pendekatan Suatu Praktek. Rineka Cipta. Jakarta

Baharuddin dan Esa Nur w. 2007. Teori Belajar & Pembelajaran. Ar-ruzz Media. Jogjakarta.

Chatib, Munif. 2009. Sekolahnya Manusia Sekolah Berbasis Multiple Intelligences di Indonesia. Kaifa. Bandung.

___________. 2012. Orang Tuanya Manusia. Kaifa. Bandung. ___________. 2013. Gurunya Manusia.Kaifa Bandung

________________. Sekolah Anak-anak Juara. Kaifa. Bandung. Dalyono. 2005. Psikologi Pendidikan. Reneka Cipta. Jakarta

Dimyati dan Mudjiono, 2006. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2010. Strategi Belajar Mengajar.

Rineka Cipta. Jakarta

Faridah, Nur.2012. Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences bagi Siswa Usia Sekolah Dasar. UIN Sunan Kalijaga. Yogyakarta

Komalasari, Kokom. 2010. Pembelajaran Konstektual: Konsep dan Aplikasi.

Refika Aditama. Bandung

Kunandar, 2013. Penilaian Autentik. Rajawali Press. Jakarta

Nurgiyantoro, Burhan. 2011. Penilaian Otentik dalam Pembelajaran Bahasa. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Prasetyo, Justinus Reza & Yeny Andriani. 2009. Multiply Your Multiple Intelligences. CV Andi Offset. Yogyakarta


(6)

98

Prastowo, Andi. 2013. Pengembangan Bahan Ajar Tematik. Diva Press. Jogjakarta

Priyatno, Duwi. 2010. Teknik Mudah dan Cepat Melakukan Analisis Data Penelitian dengan SPSS. Gava Media. Yogyakarta.

Purwanto. 2010. Evaluasi Hasil Belajar. Pustaka Pelajar. Yogyakarta

Runruwene, Laskito. 2012. Strategi Pembelajaran Berbasis Kecerdasan Majemuk

untuk Pencapaian Kompetensi dalam Pembelajaran. Disdikpora.

Tomohon

Rusman. 2010. Model-model Pembelajaran. Raja Grafindo. Bandung Sani, Ridwan A. 2013. Inovasi Pembelajaran. Bumi Aksara. Jakarta

Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Kencana Prenada Media Group. Jakarta

Silberman, Melvin L. 2004. Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif.

Nusamedia. Bandung.

Siregar, Sofyan. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif. Kencana. Jakarta Sugiyono, 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Alfabeta. Bandung

Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Prenada Media group. Jakarta

Thobroni, Muhammad & Arif Mustofa. 2007. Belajar & Pembelajaran. Ar-Ruzz Media. Jogjakarta

Tim Penyusun. 2004. UUD 1945 Amandemen IV. Jakarta

Tim Penyusun. 2013 Lampiran Permendikbud No 67 Tahun 2013. Kemdikbud. Jakarta

Tim Penyusun. 2013. Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013.

Kemendikbud. Jakarta

Unila. 2011. Format Penulisan Karya Ilmiah. Universitas Lampung. Bandar Lampung

Uno, Hamzah B. 2008. Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran. Bumi Aksara. Jakarta

Wena, Made. 2013. Strategi Pembelajaran Inovatif Konteporer. Bumi Aksara. Jakarta


Dokumen yang terkait

PENERAPAN PEMBELAJARAN TERPADU MODEL CONNECTED UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL SISWA KELAS IVC SDN 11 METRO PUSAT

0 9 60

PENERAPAN PEMBELAJARAN TERPADU MODEL CONNECTED UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL SISWA KELAS IVC SDN 11 METRO PUSAT

0 10 65

PENERAPAN MODEL PROBLEM POSING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF DAN HASIL BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK SISWA KELAS IV C SDN 11 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 7 72

PENERAPAN MODEL PROBLEM POSING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF DAN HASIL BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK SISWA KELAS IV C SDN 11 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 32 244

PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIPLE INTELLIGENCES TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS V SDN 11 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2014/2015

1 11 79

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL MELALUI CONCEPT MAPPING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V B SD NEGERI 11 METRO PUSAT

7 55 75

PENERAPAN MAPPING DALAM MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IVA SD NEGERI 11 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2014/2015

0 10 77

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV B SDN 11 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2014/2015

0 4 73

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE GROUP INVESTIGATION UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IVC SD NEGERI 11 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2014/2015

0 3 65

PENERAPAN MEDIA REALIA PADA PEMBELAJARAN TEMATIK UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IA SD NEGERI 7 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2014/2015

7 93 76