dengan varietas kedelai dan adaptif dapat meningkatkan produksi kedelai. Rerata hasil tonh disajikan pada tabel 13.
Tabel 13. Rerata hasil tonh
Perlakuan Rhizobium
sp.- mikoriza
Rhizobium sp.- Rhizobacteri
Rhizobium sp.-
mikoriza- Rhizobacteri
Tanpa inokulum
Rata-rata Grobogan
0,33 b 0,89 b
0,83 b 0,19 b
0,56 Detam-1
0,56 b 1,29 b
0,63 b 1,31 b
0,95 Petek
5,97 a 4,65 a
1,29 b 1,96 b
3,47 Rata-rata
2,29 2,28
0,92 1,16
+ Keterangan: angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak ada beda
nyata berdasarkan uji F taraf α 5 dan uji DMRT + menunjukkan ada interaksi antar perlakuan
data ditransformasi akar
Berdasarkan deskripsi, hasil varietas Petek yakni 1,2 tonh Suhartina, 2005. Hasil ini 4 kali lebih besar dari hasil kedelai varietas Petek pada deskripsi
varietas. Tanaman yang adaptif dan didukung oleh inokulum yang sesuai dapat meningkatkan hasil. Jadi, inokulum berinteraksi dengan varietas sehingga
meningkatkan bobot biji per tanaman dan hasil tonh, sedangkan varietas mempengaruhi jumlah polong total, persentase polong berisi dan bobot kering
polong. Berdasarkan parameter pengamatan pertumbuhan dan hasil kedelai
menunjukkan bahwa masing-masing varietas memiliki respon yang berbeda terhadap inokulasi macam inokulum. Varietas Grobogan tanpa inokulasi dan
diinokulasi Rhizobium sp-mikoriza memiliki pengaruh yang sama tinggi terhadap jumlah spora mikoriza. Varietas Petek yang diinokulasi Rhizobium sp.-mikoriza
dan Rhizobium sp.-Rhizobacteri, varietas Detam-1 yang tanpa inokulasi dan diinokulasi Rhizobium sp.- mikoriza-Rhizobacteri, saling mempengaruhi panjang
akar. Rhizobium sp.-mikoriza pada varietas Petek saling mempengaruhi bobot segar akar, bobot kering akar, dan luas daun. Rhizobium sp.- mikoriza dan Rhizobium sp.-
Rhizobacteri pada varietas Petek saling mempengaruhi bobot biji per tanaman dan hasil.
Rhizobium sp.-mikoriza mempengaruhi jumlah nodul total, nodul efektif, diameter nodul pada minggu ke-6, bobot nodul pada minggu ke-6 dan ke-9.
Varietas Detam-1 memiliki tinggi tanaman dan bobot kering polong tertinggi, varietas Petek memiliki jumlah daun, jumlah polong total dan persentase polong
berisi tertinggi dan varietas Grobogan memiliki umur berbunga yang cepat. Rhizobium sp.- mikoriza atau Rhizobium sp-Rhizobacteri indigenous Merapi
cenderung lebih baik dalam meningkatkan pertumbuhan tiga varietas kedelai dan mempengaruhi hasil kedelai Petek secara signifikan dibandingkan inokulasi
ketiganya.
89
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Rhizobium sp.- mikoriza meningkatkan pertumbuhan akar, luas daun, bobot biji
per tanaman dan hasil kedelai varietas Petek. 2.
Asosiasi inokulum Rhizobium sp.,-mikoriza nyata meningkatkan bobot nodul. 3.
Macam varietas berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, umur berbunga, jumlah polong per tanaman, persentase polong berisi, dan bobot
kering polong per tanaman. 4.
Rhizobium sp.-mikoriza dan Rhizobium sp-Rhizobacteri indigenous Merapi pada varietas Petek merupakan asosiasi yang sesuai untuk pengembangan
kedelai di tanah pasir pantai.
B. Saran
1. Untuk petani lahan pasir pantai, lebih baik menanam kedelai varietas Petek
yang diinokulasi dengan Rhizobium sp.-mikoriza dengan pemupukan P susulan. 2.
Penanaman kedelai di lahan pasir pantai secara tumpang sari atau tumpang gilir dengan tanaman jagung.
3. Penelitian aplikasi inokulum pada varietas Petek di lahan pasir pantai secara
langsung dengan penambahan tanah liat serta imbangan pupuk P dan pupuk kandang.
90
DAFTAR PUSTAKA
Adetama, D. S. 2011. Analisis Permintaan Kedelai. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta. 14 hal.
Aep W. I. 2006. Budidaya Tanaman Kedelai Glycine max L. Merill. Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran. Jatinangor. Hal. 8-29.
Agus A. 2015. Kajian Asosiasi Rhizobacteri indigenous Merapi-Mikoriza dan Frekuensi Penyiraman terhadap Pertumbuhan dan Hasil Padi Segreng di
Tanah Regosol. Skripsi Fakultas Pertanian UMY Tidak Dipublikasikan. Agung _Astuti. 2012. Isolasi Rhizobacteri indigenous Lahan Pasir Vulkanik
Merapi Yang Tahan Terhadap Cekaman Kekeringan. Laporan Penelitian. Tidak dipublikasikan.
Agung_Astuti, Sarjiyah dan Amalia F. 2014. Pengaruh Formulasi Inokulum Padat Dan Bahan Pengemas Terhadap Aktivitas Rhizobacteri indigenous Merapi
Dan Pertumbuhan Padi Dalam Cekaman Kekeringan. Skripsi Fakultas Pertanian UMY Tidak Dipublikasikan.
Ainun M., Taufan H. dan Nasliyah. 2012. Pengaruh Varietas dan Jarak Tanah terhadap Pertumbuhan Kedelai. Jurnal Agrista. 16 I: 22-28.
Amir Y. 2011. Evaluasi Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas Kedelai pada Wilayah Dataran Tinggi. Jurnal Agrisistem 71: 38-46.
Anna E., Diana S. H. dan Isman N. 2015. Respon Morfologis dan Fisiologis Beberapa Varietas Kedelai Glycine max L. Merril di Tanah Masam.
Jurnal Online Agroekoteknologi. 3 II: 507-514. Arie.
2013. Angan
Swasembada Pangan.
http:www.kompasiana.comariefebstyoangan-swasembada- pangan_552995c8f17e614a0ad623a8. Diakses 10 Juli 2015
. Ardiansyah, Lisa M. dan Nini R. 2014. Respons Pertumbuhan dan Produksi Kedelai
Hasil Seleksi terhadap Pemberian Asam Askorbat dan Inokulasi Fungi Mikoriza Arbuskular di Tanah Salin. Jurnal Online Agroteknologi 23:
948-954.
Armiadi. 2009. Penambatan Nitrogen Secara Biologis pada Tanaman Leguminosa. Wartazoa. 19I: 23-30.
Asmary M., Didik I. dan Jaka W. 2013. Pengaruh Inokulasi Mikoriza Arbuskula terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kedelai Glycine max L. Merrill pada
Berbagai Interval Penyiraman. Vegetalika. 2II: 7-20.