Sebaran Sukun Persepsi Masyarakat Terhadap (Artocarpus Communis Forst) Pada Daerah Tangkapan Air Danau Toba Di Nagori Purba Saribu, Kecamatan Haranggaol Horison, Kabupaten Simalungun

(1)

SEBARAN SUKUN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP

(

Artocarpus communis

Forst

)

PADA DAERAH TANGKAPAN

AIR DANAU TOBA DI NAGORI PURBA SARIBU,

KECAMATAN HARANGGAOL HORISON,

KABUPATEN SIMALUNGUN

SKRIPSI

Oleh:

JORDY MARTHIN MANURUNG 111201040/BUDIDAYA HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

SEBARAN SUKUN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP

(

Artocarpus communis

Forst

)

PADA DAERAH TANGKAPAN

AIR DANAU TOBA DI NAGORI PURBA SARIBU,

KECAMATAN HARANGGAOL HORISON,

KABUPATEN SIMALUNGUN

SKRIPSI

Oleh:

JORDY MARTHIN MANURUNG 111201040/BUDIDAYA HUTAN

Skripsi sebagai salah satu sayarat untuk memperoleh Gelar sarjana di Fakultas Kehutanan

Universitas Sumatera Utara

FAKULTAS KEHUTANAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Sebaran Sukun Persepsi Masyarakat Terhadap (Artocarpus Communis Forst) Pada Daerah Tangkapan Air Danau Toba Di Nagori Purba Saribu, Kecamatan Haranggaol Horison, Kabupaten Simalungun

Nama : Jordy Marthin Manurung

NIM : 111201040

Program Studi : Budidaya Hutan

Disetujui oleh Komisi Pembimbing

Dr. Budi Utomo, SP., MP. Afifuddin Dalimunte, SP., MP.

Ketua Komisi Anggota Komisi

Mengetahui

Siti Latifah, S.Hut., M.Si., Ph.D. Ketua Program Studi Kehutanan


(4)

ABSTRACT

JORDY MARTHIN MANURUNG. Public Perception Of Plants Breadfruit (Artocarpus communis Forst) At the Watershed of Lake Toba in Purba Nagori Saribu, District Haranggaol Horison, Simalungun. Under academic supervision by BUDI UTOMO and AFIFUDDIN DALIMUNTHE.

Forests and land in the catchment area of Lake Toba, showed a decrease for quality and quantity of the land. This study aims to determine the public perception of breadfruit (Artocarpus communis Forst). Research carried out in the catchment area of Lake Toba, Simalungun. Analysing public perception using a questionnaire. Data from the questionnaire were analyzed by descriptive quantitative.

Perception is influenced by factors of age, education, livelihood and long lived. Research shows that there is a breadfruit distribution point in Haranggaol. Public perception of the breadfruit (Artocarpus communis Forst) is good. Where 58.41% of the people know and understand the benefits of breadfruit.

Keywords: Breadfruit (Artocarpus communis Forst), Community Perception, Forest, Catchment Area


(5)

ABSTRAK

JORDY MARTHIN MANURUNG. Persepsi Masyarakat Terhadap Tanaman Sukun (Artocarpus Communis Forst) Pada Daerah Tangkapan Air Danau Toba Di Nagori Purba Saribu, Kecamatan Haranggaol Horison, Kabupaten Simalungun. Dibimbing oleh BUDI UTOMO dan AFIFUDDIN DALIMUNTHE.

Keberadaan hutan dan lahan Daerah Tangkapan Air Danau Toba menunjukkan penurunan kualitas dan kuantitas lahan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi masyarakat terhadap sukun (Artocarpus communis Forst). Penelitian dilakukan di daerah tangkapan air Danau Toba, Kabupaten Simalungun. Menganalisis persepsi masyarakat dengan menggunakan kuisioner. Data hasil kuisioner dianalisis secara deskriptif kuantitatif.

Persepsi masyarakat dipengaruhi oleh faktor umur, pendidikan, mata pencaharian dan lama bermukim. Penelitian menunjukkan titik sebaran sukun yang terdapat di Haranggaol. Persepsi masyarakat terhadap sukun (Artocarpus communis Forst) adalah baik. Dimana 58.41% masyarakat mengetahui dan memahami manfaat sukun.

Kata kunci: Sukun (Artocarpus communis Forst), Persepsi Masyarakat, Hutan, Daerah Tangkapan Air.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan YME, atas segala berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang bertema “Persepsi Masyarakat Sekitar Daerah Tangkapan Air Terhadap Tanaman Sukun”.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak memberikan bimbingan dan bantuan dalam menyelesaikan penelitian ini. Dengan segala kerendahan hati dan penuh rasa hormat penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orangtua tercinta yang memberikan bimbingan, semangat dan motivasi selama mengikuti perkuliahan di Kehutanan Universitas Sumatera Utara. Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Dr. Budi Utomo, SP., MP. selaku ketua komisi pembimbing dan Afifuddin Dalimunte, SP., MP. selaku anggota komisi pembimbing yang telah memberikan berbagai arahan dan masukan berharga. Bapak/Ibu Dosen yang mengajar di departemen kehutanan juga penulis mengucapkan terima kasih atas arahan dan didikannya.

Kepada teman-teman penulis dan juga satu tim penelitian, seluruh masyarakat desa dolok purba saribu beserta rekan sekalian yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu penulis menyelesaikan penelitian ini. Penulis sampaikan terimakasih banyak. Semoga penelitian ini bermanfaat.


(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sipanganbolon pada tanggal 03 November 1993, anak ke lima dari lima bersaudara. Penulis merupakan anak dari pasangan Haposan Manurung yang bekerja sebagai wiraswasta dan Hotria Situmorang sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS). Penulis memulai pendidikan formal SD 098164 Dolok Panribuan dan menyelesaikannya pada tahun 2005, kemudian penulis melanjutkan pendidikan SMP Negeri 1 Dolok Panribuan dan menyelesaikannya pada tahun 2008, kemudian penulis melanjutkan pendidikan SMA Negeri 1 Dolok Panribuan dan menyelesaikannya pada tahun 2011.

Pada tahun 2011 penulis diterima di Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara melalui jalur SNMPTN dan selesai pada tahun 2015. Selama duduk dibangku perkuliahan penulis aktif dalam organisasi HIMAS dan RIMBAPALA Kehutanan Universitas Sumatera Utara. Penulis menyelesaikan Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) tahun 2013 di Taman Hutan Raya Berastagi selama 10 hari dan juga Praktik Kerja Lapan (PKL) selama sebulan di Perhutani KPH Banyuwangi Barat Divre II Jawa Timur.


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR . ... i

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 3

Manfaat Penelitian ... 3

TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Lokasi ... 5

Tanaman Sukun ... 6

Pohon dan Cabang ... 7

Daun ... 8

Akar dan Perakaran ... 8

Buah ... 9

Bunga ... 10

Persyaratan Tumbuh Tanaman Sukun ... 10

Presepsi Dan Perilaku Masyarakat ... 12

Kondisi Umum Danau Toba ... 13

Letak Geografi ... 13

Iklim ... 14

Curah Hujan ... 14

Suhu dan Kelembaban Udara ... 14

Topografi dan Tata Guna Lahan ... 15

Kecamatan Haranggaol ... 15

METODE PENELITIAN Waktu Dan Tempat Penelitian ... 17

Alat dan Bahan ... 17

Populasi Dan Sampel ... 17

Metode Pengumpulan Data ... 19

Teknik Pengumpulan Data. ... 19


(9)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Lokasi ... 22

Karakteristik Sosial Masyarakat. ... 23

Umur Responden ... 24

Tingkat Pendidikan Responden ... 25

Pekerjaan Atau Jenis Mata Pencaharian Responden ... 26

Lama Menetap ... 27

Persepsi Dan Pemanfaatan Sukun ... 29

Persepsi Masyarakat Terhadap Kegiatan Penanaman Pada Lahan Kosong Dan Restorasi Hutan ... 32

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 35

Saran ... 35 DAFTAR PUSTAKA ... DAFTAR LAMPIRAN ...


(10)

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Kuisioner yang Digunakan Peneliti. ... 17

2. Pengambilan Sampel dari Suatu Populasi ... 18

3. Distribusi Responden Berdasarkan Umur ... 24

4. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat pendidikan ... 25

5. Jenis Pekerjaan Responden ... 27

6. Distribusi Responden Berdasarkan Lama Menetap ... 28

7. Persepsi Masyarakat terhadap Tanaman Sukun (Artocarpus communis). .. 29

8. Persepsi Masyarakat terhadap Kegiatan Penanaman pada Lahan Kosong danRestorasi Hutan ... 32


(11)

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Pohon dan Cabang Sukun ... 7

2. Daun Sukun ... 8

3. Akar Sukun ... 8

4. Buah Sukun ... 9

5. Bunga Sukun ... 10

6. Peta Tutupan Lahan ... 16

7. Bagan Alur Penelitian. ... 21

8. Titik Penyebaran Sukun di Haranggaol Horison. ... 22


(12)

ABSTRACT

JORDY MARTHIN MANURUNG. Public Perception Of Plants Breadfruit (Artocarpus communis Forst) At the Watershed of Lake Toba in Purba Nagori Saribu, District Haranggaol Horison, Simalungun. Under academic supervision by BUDI UTOMO and AFIFUDDIN DALIMUNTHE.

Forests and land in the catchment area of Lake Toba, showed a decrease for quality and quantity of the land. This study aims to determine the public perception of breadfruit (Artocarpus communis Forst). Research carried out in the catchment area of Lake Toba, Simalungun. Analysing public perception using a questionnaire. Data from the questionnaire were analyzed by descriptive quantitative.

Perception is influenced by factors of age, education, livelihood and long lived. Research shows that there is a breadfruit distribution point in Haranggaol. Public perception of the breadfruit (Artocarpus communis Forst) is good. Where 58.41% of the people know and understand the benefits of breadfruit.

Keywords: Breadfruit (Artocarpus communis Forst), Community Perception, Forest, Catchment Area


(13)

ABSTRAK

JORDY MARTHIN MANURUNG. Persepsi Masyarakat Terhadap Tanaman Sukun (Artocarpus Communis Forst) Pada Daerah Tangkapan Air Danau Toba Di Nagori Purba Saribu, Kecamatan Haranggaol Horison, Kabupaten Simalungun. Dibimbing oleh BUDI UTOMO dan AFIFUDDIN DALIMUNTHE.

Keberadaan hutan dan lahan Daerah Tangkapan Air Danau Toba menunjukkan penurunan kualitas dan kuantitas lahan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi masyarakat terhadap sukun (Artocarpus communis Forst). Penelitian dilakukan di daerah tangkapan air Danau Toba, Kabupaten Simalungun. Menganalisis persepsi masyarakat dengan menggunakan kuisioner. Data hasil kuisioner dianalisis secara deskriptif kuantitatif.

Persepsi masyarakat dipengaruhi oleh faktor umur, pendidikan, mata pencaharian dan lama bermukim. Penelitian menunjukkan titik sebaran sukun yang terdapat di Haranggaol. Persepsi masyarakat terhadap sukun (Artocarpus communis Forst) adalah baik. Dimana 58.41% masyarakat mengetahui dan memahami manfaat sukun.

Kata kunci: Sukun (Artocarpus communis Forst), Persepsi Masyarakat, Hutan, Daerah Tangkapan Air.


(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Luas hutan pada Daerah Tangkapan Air (DTA) Danau Toba pada tahun 1985 adalah ± 78.558 Ha dan menurun pada tahun 1997 menjadi ± 62.403 Ha. Diperlukan penataan ulang terhadap kawasan tutupan hutan yang harus dipelihara di kawasan Danau Toba. Salah satu penyebab kebakaran hutan adalah keteledoran masyarakat, sebagian masyarakat membakar alang-alang dengan tujuan untuk membersihkan lahan pertanian saat awal musim tanam dan mendapatkan rumput muda sebagai makanan ternak. Pembakaran alang-alang dapat merambat ke areal hutan (Kementerian Lingkungan Hidup, 2011).

Kawasan DTA Danau Toba memiliki kondisi struktur tanah yang memiliki kemiringan yang tinggi sehingga tanaman atau pepohonan sulit tumbuh dan bertahan hidup sedangkan kondisi curah hujan didaerah tersebut cukup tinggi. Hutan yang ada dikawasan sekitar daerah Nagori Purba Saribu masih sedikit dibandingkan dengan luas tanah yang berada di kawasan tersebut. Daerah Nagori Purba Saribu yang terlihat hijau menyelimuti bukit sekitar lokasi hanya ditumbuhi oleh semak belukar dan jarang di tumbuhi oleh pepohonan, dimana akar pohon yang dapat menjaga sturktur tanah agar tidak terjadi kerusakan lingkungan.

Masyarakat desa adalah komunitas yang tinggal didalam satu daerah yang sama, yang bersatu dan bersama-sama, memiliki ikatan yang kuat dan sangat mempengaruhi satu sama lain. Hal ini dikarenakan pada masyarakat desa tradisi itu masih sangat kuat dan kental. Di sisi lain banyak hal yang mengakibatkan sebuah desa sulit untuk mengalami pembaharuan antara lain isolasi wilayah, yaitu desa yang wilayahnya berada jauh dari pusat ekonomi daerah, desa yang mengalami ketertinggalan di bidang pembangunan jalan dan sarana-sarana


(15)

lainnya, sulitnya akses dari luar, bahkan desa yang mengalami kemiskinan dan keminiman tingkat pendidikan. Pada umumnya masyarakat desa diidentikkan dengan masyarakat petani dan nelayan, ini dikarenakan masyarakat pedesaan dominan bermata pencaharian dari hasil pertanian sehingga ada muncul pembukaan wilayah hutan yang tidak teratur atau tidak terstruktur dari pemerintah setempat.

Berdasarkan hal tersebut perlu dilakukan suatu rehabilitasi agar mengurangi degradasi dan memperbaiki ekosistem hutan yang rusak. Diversifikasi tanaman dapat memberikan dampak positif pada usaha tani, meningkatan penghasilan petani dan tanaman dapat memberikan nilai tambah seperti peningkatan ketersediaan pangan, peningkatan akses pangan dan penganekaragaman pangan. Jenis bibit yang ditanam untuk memperbaiki degradasi dan ekosistem yang rusak harus memiliki adaptasi yang tinggi, tidak memiliki syarat tumbuh dan kriteria yang banyak dan pertumbuhan yang relatif cepat, cocok di lahan terbuka, salah satunya adalah tanaman sukun

(Artocarpus communis).

Tanaman sukun (Artocarpus communis) dapat tumbuh baik di dataran rendah hingga dataran tinggi. Tanaman sukun memiliki toleransi yang cukup longgar terhadap rentang iklim. Sukun dapat tumbuh dengan baik di daerah beriklim basah maupun iklim kering. Tanaman sukun lebih suka tumbuh di tempat terbuka, dan mendapat sinar matahari penuh. Sukun juga memiliki toleransi terhadap garam tanah. Sukun mengkehendaki tanah yang memiliki air tanah dangkal, dan tidak mengkehendaki tanah dengan kadar garam yang tinggi. Tanah


(16)

dengan kadar humus yang tinggi akan lebih menjamin tingkat pertumbuhan dan produksi buahnya (Widyatama, 2009).

Pemilihan jenis tanaman yang cocok merupakan hal yang sangat penting dalam pemanfaatan lahan kritis. Salah satu tanaman yang cocok pada lahan kritis yaitu tanaman tropis yang pertumbuhannya berada pada kisaran 20-400C dan juga mampu tumbuh pada tinggi. Sosok pohon sukun yang tinggi dengan perakaran yang tidak begitu dalam tetapi cukup kokoh sehinggga cocok untuk tanaman penghijauan. Tajuknya yang besar mampu mengurangi erosi tanah akibat angin kencang, mengingat perakarannya yang mencengkram tanah dengan kuat sehingga mampu menyimpan air hujan, sehingga dengan adanya tanaman sukun ini dapat memperbaiki sumber tata air dan mempertahankan struktur tanah. Tanaman sukun mempunyai arti penting dalam menopang kebutuhan sumber pangan karena sumber kalori dan juga kandungan gizi yang tinggi (Laksamana, 2011).

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi masyarakat terhadap tanaman sukun (Artocarpus communis) di Nagori Purba Saribu, Kecamatan Haranggaol Horison, Kabupaten Simalungun.

Manfaat Penelitian

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan sebagai bahan pertimbangan baik instansi dan pihak yang terkait agar lebih memperhatikan keberadaan hutan agar dapat mempertahankan manfaatnya.


(17)

2. Sebagai upaya untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman masyarakat sekitar dan pemerintah setempat agar dapat dibentuk program kerjasama terkait upaya pelestarian hutan.


(18)

TINJAUAN PUSTAKA

Karakteristik Lokasi

Danau Toba terbentuk sebagai akibat terjadinya runtuhan (depresi) tektonik vulkanis yang dahsyat pada zaman Pleiopleistosen dengan luas 1100 km2. Ketinggian permukaan air Danau Toba yang pernah diamati dan dicatat adalah sekitar ± 906 meter dpl (diatas permukaan laut). Kedalaman air Danau Toba berkisar 400 – 600 meter dan terdapat di depan teluk Haranggaol (± 460 meter) dan disamping Tao Silalahi yang relatif memiliki area yang luas (± 445 meter). Jenis tanah yang terdapat disekeliling Danau Toba mempunyai sifat kepekaan terhadap erosi yang cukup tinggi. Hal ini dapat kita lihat banyaknya bagian yang terkena longsor dan adanya singkapan batuan sesi (PPT Bogor, 1990).

Daerah Tangkapan Air Danau Toba telah terindikasi adanya penebangan hutan secara liar di kawasan Danau Toba dan menurunkan kapasitas resapan kawasan hutan terhadap air hujan. Pembukaan hutan untuk di konversi menjadi lahan pertanian akan mengakibatkan lahan terbuka sehingga akan meningkatkan laju erosi, transpor sedimen maupun meningkatkan aliran permukaan. Kemampuan resapan kawasan yang telah dibuka penutupan hutannya juga akan menurunkan kemampuan lahan meresapkan air hujan. Peningkatan aliran permukaan dan penurunan resapan ini juga akan mengganggu keseimbangan/neraca air danau dan menurunkan fungsi hidrologis DTA secara umum (LIPI, 2014).

Nurdin Tampubolon dalam website rotan indonesia mengatakan bahwa kerusakan ekosistem hutan di sekitar Danau Toba (Sumatera Utara) telah


(19)

mencapai tingkat mencemaskan. Penggundulan hutan di sana, bukan hanya menghilangkan keindahan alam, tetapi juga mengakibatkan permukaan air Danau Toba tidak stabil dan cenderung menurun. Nurdin memperkirakan kerusakan hutan penyangga di sekitar kawasan Danau Toba akibat kegiatan pemanfaatan hutan yang berkisar 70 -80 %. Beliau menegaskan perambahan itu bukan hanya disebabkan pembalak liar, tetapi pemanfaatan hutan oleh perusahaan tertentu sehingga memperparah kerusakan dan penggundulan hutan. Penggundulan hutan di kawasan Danau Toba telah mengancam kehidupan masyarakat yang bermukim di pinggiran Danau Toba. Pada musim hujan tiba, sebagian besar daerah yang berada di sekitar kawasan danau terancam bencana alam, seperti banjir bandang dan longsor, sebagaimana yang belum lama ini menimpa masyarakat Desa Sabulan dan Desa Rangsang Bosi, Kecamatan Sitio-tio Kabupaten Samosir.

Tanaman Sukun

Sukun adalah tumbuhan dari genus Artocarpus dalam famili Moraceae yang banyak terdapat di kawasan tropik seperti Malaysia dan Indonesia. Ketinggian tanaman ini bisa mencapai 20 meter. Di pulau Jawa tanaman ini dijadikan tanaman budidaya oleh masyarakat. Tanaman ini dikategorikan sebagai MPTS. Multipurpose Tree Species (MPTS) adalah sistem pengelolaan lahan dimana berbagai jenis kayu ditanam dan dikelola, tidak saja untuk menghasilkan kayu, akan tetapi juga daun-daunan dan buah-buahan yang dapat digunakan sebagai bahan makanan ataupun pakan ternak (Suyanto at all, 2009).

Buahnya terbentuk dari keseluruhan kelopak bunganya, berbentuk bulat atau sedikit bujur dan digunakan sebagai bahan makanan alternatif. Kulit buahnya berwarna hijau kekuningan dan terdapat segmen-segmen petak berbentuk


(20)

poligonal. Segmen poligonal ini dapat menentukan tahap kematangan buah sukun (Mustafa, 1998).

Taksonomi tanaman sukun (Artocarpus communis Forst) yaitu: Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Urticales

Famili

Genus

Spesies : Artocarpus communis Forst 1. Pohon dan cabang

Gambar 1. Pohon dan Percabangan Sukun

Pohon sukun berbentuk piramida, tingginya mencapai 10 meter. Pohon sukun membentuk percabangan sejak ketinggian 1,5 m dari tanah. Percabangan melebar ke samping. Tekstur kulitnya sedang, dan warna kulitnya hijau


(21)

kecoklat-coklatan. Pohon sukun yang dipangkas akan cepat membentuk cabang kembali (Pitojo, 1999).

2. Daun

Gambar 2. Daun Sukun

Tajuk daun rimbun, bentuk daun oval panjang dengan belahan daun simetris karena didukung oleh tulang daun yang menyirip simetris. Panjang daun 65 cm dan lebar daun 45 cm dengan tangkai daun 7 cm. Ujung daun meruncing. Tepi daun bercangap menyirip, kadang-kadang siripnya bercabang. Muka daun bagian atas halus dan bagian bawah kasar berbulu. Warna bagian atas daun hijau mengkilap dan bagian bawah kusam, posisi daun mendatar dan lebar, dan menghadap ke atas. Jarak antar daun bervariasi antara 2-10 cm (Pitojo, 1999).


(22)

Gambar 3. Akar Sukun

Perakaran sukun dapat diikuti dengan baik sejak di persemaian. Setelah bibit sukun ditanam di lapangan, akar akan tumbuh dari stek akar, kemudian membesar bulat dan memanjang diikuti dengan ranting-ranting akar yang mengecil, disertai adanya rambut-rambut akar (Pitojo, 1999).

Letak akar masuk ke dalam tanah, ada pula yang tumbuh mendatar dan sering tersembunyi di permukaan tanah. Panjang akar dapat mencapai 6 meter. Warna kulit akar coklat kemerah-merahan. Tekstur kulit akar sedang, mudah terluka dan mudah mengeluarkan getah. Apabila akar terpotong atau terluka akan memacu tumbuhnya pertunasan (Pitojo, 1999).

4. Buah


(23)

Sukun termasuk buah yang berbuah sepanjang tahun. Pembentukan buah sukun tidak didahului dengan proses pembuahan bakal biji (partenocarpy), sehingga buah sukun tidak memiliki biji. Bakal buah terus membesar membentuk bulat atau agak lonjong. Buah akan menjadi tua setelah 3 bulan sejak menculnya bunga betina. Buah yang muncul awal akan menjadi tua lebih dahulu, kemudian diikuti buah berikutnya. Tanda-tanda buah sukun tua yang siap untuk dipetik adalah bila kulit buah yang semula kasar telah berubah menjadi halus, warna kulit buah berubah dari hijau muda menjadi hijau kekuningan kusam. Selain itu nampak bekas getah yang mengering. Sukun mempunyai kulit yang berwarna hijau kekuningan dan terdapat segmen-segmen petak berbentuk poligonal pada kulitnya. Segmen poligonal ini dapat menentukan tahap kematangan buah sukun. Poligonal yang lebih besar menandakan buahnya telah matang sedangkan buah yang belum matang mempunyai segmen-segmen poligonal yang lebih kecil dan lebih padat (Alrasjid 1993 dalam Lit BangHut, 2003).

5. Bunga


(24)

Bunganya berumah satu. Bunga jantan berbentuk kecil memanjang dan bunga betina berbentuk bulat sampai bulat panjang. Kedua jenis bunga tersebut berwarna hijau disaat muda dan setelah tua berwarna kekuningan. Umur bunga jantan dan betina relatif pendek, bunga jantan 25 hari dan bunga betina + 90 hari,

letaknya bunga jantan atau betina berada pada pangkal daun (Direktorat Reboisasi, 1995).

Persyaratan Tumbuh Tanaman Sukun

Tanaman sukun dapat ditanam pada tempat mulai dari dataran rendah sampai tinggi yaitu 0-700 m di atas permukaan laut (mdpl) dengan ketinggian optimum 600 m, rata-rata curah hujannya 1000-2.500 mm/tahun dan rata-rata suhu tahunan 21-35 oC. Iklim mikro yang baik untuk pertumbuhan tanaman sukun adalah pada lahan terbuka dan banyak menerima sinar matahari, sebagai indikator adalah apabila tanaman keluwih bisa tumbuh dengan baik maka sukun juga bisa tumbuh asal daerahnya tidak berkabut. Sukun dapat tumbuh pada semua jenis tanah (tanah podsolik merah kuning, tanah berkapur, tanah berpasir), namun akan lebih baik bila ditanam pada tanah gembur yang bersolum dalam, berhumus dan tersedia air tanah yang dangkal dengan pH 5-7. Tanaman sukun tidak baik dikembangkan pada tanah yang memiliki kadar garam tinggi. Tanaman sukun mulai berbuah pada umur 4 tahun bila ditanam di tempat terbuka dan umur tujuh tahun bila ternaungi (Alrasjid, 1993).

Di Indonesia sukun mempunyai daerah tempat tumbuh alami yang cukup luas yaitu di Yogyakarta, Cilacap, Blitar, Banyuwangi, dan gugus kepulauan Kayangan. Sedangkan di luar Jawa terdapat di Sumatera (Aceh, Batak, Nias),


(25)

Nusa Tenggara (Bali, Bima, Sumba, dan Flores), Sulawesi (Gorontalo, Bone), Maluku dan Irian (LitBangHut, 2003).

Sejak jaman dahulu, tanaman sukun (Artocarpus Communis Forst) banyak dikenal dan dibudayakan masyarakat. Tanaman sukun merupakan tanaman multiguna, dimana: buah dapat digunakan sebagai bahan makanan, bunga digunakan sebagai bahan ramuan obat-obatan; daun dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak dan kayunya dapat digunakan sebagai bahan perkakas rumah tangga. Sampai saat ini, pengembangan dan pemanfaatan tanaman sukun masih terbatas, belum dibudidayakan secara intensif, buahnya masih diolah dalam skala industri rumah tangga dan dipasarkan untuk memenuhi permintaan lokal. Budidaya Tanaman sukun belum secara intensif, masih sebagai tanaman pekarangan, sehingga memunculkan permasalahan terkait pengembangan tanaman Sukun, antara lain: (1). Perusahaan pengolah buah sukun masih dalam betuk home industri. (2). Ketersedian bahan baku masih terbatas, karena produksi buah sukun masih tergantung pada musim. (3). Terbatasnya akses permodalan. (4). Minat Petani untuk membudidayakan tanaman sukun masih rendah. (5). Belum adanya kepastian pasar (Dephut, 2005).

Persepsi dan Perilaku Masyarakat

Persepsi manusia terhadap lingkungan (enviromental perception) merupakan persepsi spasial yakni sebagai interpretasi tentang suatu setting (ruang) oleh individu yang didasarkan atas latar belakang, budaya, nalar, dan pengalaman individu tersebut. Dengan demikian setiap individu dapat mempunyai persepsi lingkungan yang berbeda terhadap objek yang sama karena tergantung


(26)

dari latar belakang yang dimiliki. Persepsi lingkungan yang menyangkut persepsi spasial sangat berperan dalam pengambilan keputusan dalam rangka migrasi, komunikasi, dan transportasi (Umar, 2009).

Persepsi masyarakat sekitar DTA terhadap reboisasi berkaitan erat dengan kondisi lingkungan yang terjadi disekitarnya. Kondisi lingkungan maupun hutan yang berada disekitar daerah tangkapan air berhubungan langsung dengan masyarakat dan kualitas air. Perilaku masyarakat dalam kehidupan sehari-hari akan mempengaruhi kondisi DTA. Masyarakat sekitar DTA memanfaatkan DTA itu sendiri sebagai sumber mata pencaharian dengan pertimbangan yang minim terhadap kelestariannya. Berdasarakan persepsi masyarakat, prioritas utama yang dipertimbangkan dalam penggunaan lahan adalah kebutuhan ekonomi dan ketersediaan air, selanjutnya diikuti dengan dengan kejadiaan bencana alam, jarak dari jalan/sungai, kepemilikan lahan, kenyamanan iklim mikro dan kemudahan perijinan (Arifin, 2008).

Kondisi Umum Danau Toba

LIPI (2010) menyatakan profil Danau Toba adalah sebagai berikut:

Danau Toba terbentuk sebagai akibat terjadinya runtuhan (depresi) tektonik vulkanis yang dasysat pada zaman Pleiopleistosen. Kaldera raksasa ini mempunyai ukuran:

Panjang 87 km, lebar 27–31 km Luas 1.100 km²

Ketinggian permukaan air Danau Toba yang pernah diamati dan dicatat adalah sekitar ± 906 meter dpl (diatas permukaan laut) . Luas daerah aliran sungai


(27)

Asahan (DAS Asahan) adalah ± 4000 km² dan 90% dari luas DAS ini adalah kawasan Danau Toba sendiri sebagai daerah tangkapan air (catchment area) yang dibatasi oleh pegunungan terjal, kecuali di daerah antara Porsea dan Balige terdapat daerah dataran. Di tengah-tengah danau terdaapt pulau Samosir dengan panjang 45 km, lebar 19 km dan luas 640 km². Kedalaman air Danau Toba berkisar 400–600 meter dan bagian terdapat di depan teluk Haranggaol (± 460 meter) dan disamping Tao Silalahi yang relatif memiliki area yang luas (± 445 meter).

Letak Geografi

Secara geografis Kawasan Danau Toba terletak di pegunungan Bukit. Danau Toba terletak di Pulau Sumatera 176 Km arah Selatan Kota Medan, merupakan danau terbesar di Indonesia dan di Asia Tenggara. Permukaan danau berada pada ketinggian 903 meter dpl, dan Daerah Tangkapan Air (DTA) 1.981 meter dpl. Luas Perairan Danau Toba yaitu 1.130 Km² dengan kedalaman maksimal danau 529 meter. Total luas Daerah Tangkapan Air (DTA) Danau Toba lebih kurang 4.311,58 Km².

Iklim

DTA Danau Toba termasuk ke dalam tipe iklim B1, C1, C2, D2, dan  E2. Dengan demikian bulan basah (Curah Hujan 200 mm/bulan) berturut-turut pada kawasan ini bervariasi antara dari 3 bulan sampai dengan 7–9 bulan, sedangkan bulan kering (Curah Hujan 100 mm/bulan) berturut-turut antara 2–3


(28)

bulan. Berdasarkan klasifikasi iklim menurut Scmidt dan Ferguson maka DTA Danau Toba ini termasuk ke dalam tipe iklim A,B dan C.

Curah Hujan

Curah hujan tahunan yang terdapat di kawasan Daerah Tangkapan Air Danau Toba berkisar antara 1.700 sampai dengan 2.400 mm/tahun. Sedangkan puncak musim hujan terjadi pada bulan Nopember hingga Desember dengan curah hujan antara 190–320 mm/bulan dan puncak musim kemarau terjadi selama bulan Juni-Juli dengan curah hujan berkisar 54–151 mm/bulan.

Suhu dan Kelembaban Udara

Suhu udara selama musim kemarau cenderung agak lebih tinggi dibandingkan dengan selama musim hujan. Sedangkan angka kelembaban tahunannya berkisar antara 79%–95%. Pada bulan-bulan musim kemarau kelembaban udara cenderung agak rendah dibandingkan pada bulan-bulan musim hujan. Evaporasi bulanan di daerah tangkapan air Danau Toba ini berkisar antara 74 - 88 mm/bulan.

Topografi dan Tata Guna Lahan

Kondisi topografi DTA Danau Toba didominasi oleh perbukitan dan pegunungan, dengan kelerengan lapangan terdiri dari datar dengan kemiringan (0%–8%) seluas 703,39 Km², landai (8%–15%) seluas 791,32 Km², agak curam (15–25%) seluas 620,64 Km², curam (25–45%) seluas 426,69 Km², sangat curam sampai dengan terjal (>45%) seluas 43,96 Km². Eksisting penggunaan dan penutupan lahan di DTA Danau Toba terdiri dari hutan alam, hutan rapat, hutan


(29)

tanaman, hutan jarang dan kebun campuran, semak belukar, resam, tanaman semusim, persawahan dan lahan terbuka.

Kecamatan Haranggaol

Kecamatan Haranggaol memiliki luas areal wilayah 371,70 Km². Kecamatan Haranggaol adalah nama suatu kecamatan dikabupaten Simalungun, dulunya merupakan sebuah desa yang bernama tingga langgiung namun karena pertumbuhan masyarakat yang terus meningkat maka desa ini dimekarkan menjadi sebuah kecamatan.adapun batas-batas wilayah Haranggaol adalah

Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Dolok Pardamean Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Purba

Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Siimakuta Sebelah Selatan berbatasan dengan Danau Toba

Kecamatan Haranggaol mempunyai 11 desa dan jumlah rumah tangga sebanyak 3.096 rumah tangga dan mata pencaharian masyarakatnya adalah Tambak ikan dan berkebun (BPS, 2012).


(30)

Gambar 6. Peta Tutupan Lahan

Kondisi topografi DTA Danau Toba didominasi oleh perbukitan dan pegunungan, dengan kelerengan lapangan terdiri dari datar dengan kemiringan (0–8 %) seluas 703,39 km2, landai (8–15 %) seluas 791,32km2, agak curam (15–

25 %) seluas 620,64 Km2, curam (25–45 %) seluas 426,69 km2sangat curam

sampai dengan terjal (> 45 %) seluas 43,962 km2. Penggunaan dan penutupan

lahan di DTA Danau Toba terdiri dari hutan alam, hutan rapat, hutan tanaman, hutan jarang dan kebun campuran, semak belukar, resam, tanaman semusim, persawahan dan lahan terbuka (permukiman, bangunan lain, lahan terbuka, padang rumput dan alang-alang).


(31)

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2014 sampai November 2014. Penelitian dilakukan di Nagori Purba Saribu, Kecamatan Haranggaol Horison, Kabupaten Simalungun.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis, dan kamera digital, GPS (Geographic Position System), ArcGIS 10.1. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tally sheet, kuisioner serta dokumen lain yang berhubungan dengan lokasi dan kegiatan penelitian. Data kuisioner yang akan digunakan dalam pelaksanaan penelitian dapat dilihat pada Tabel 1 berikut.

Tabel 1. Kuisioner Yang Digunakan Peneliti No Nama Umur Jenis

Kelamin

Suku Pendidikan Terakhir

Lama Menetap

Agama Pekerjaan

1 2 3

Populasi dan Sampel

Populasi yang menjadi objek penelitian yaitu seluruh masyarakat yang bertempat tinggal atau telah menetap (setidaknya satu tahun menetap) di


(32)

Haranggaol Horison. Jumlah populasi di Haranggaol Horison yang berjumlah 160 Kepala Keluarga (KK). Pada penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, digunakan untuk menganalisis hubungan antara persepsi masyarakat dengan partisipasinya dalam pertumbuhan dan pemanfaatan sukun tersebut.

Data kuantitatif diperoleh dengan metode survei yang dilakukan secara sengaja (purposive) dan menggunakan instrumen berupa kuesioner yang ditujukan kepada responden. Kuisioner yang diberikan kepada responden berisi pertanyaan-pertanyaan mengenai karakteristik responden dan persepsi responden terhadap pertumbuhan dan manfaat sukun. Wawancara dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada informan sesuai dengan pedoman wawancara yang telah dibuat sebelumnya. Metode wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi lebih dalam dan untuk menunjang dalam menginterprestasi data kuantitatif. Jumlah sampel (S) yang ditentukan oleh jumlah populasi (N) diteliti terkait langsung dan berkesinambungan dengan kesimpulan hasil penelitian. Untuk besarnya sampel minimal dapat diolah datanya, Krecjek dan Morgan menyarankan pengambilan sampel dari suatu populasi seperti tabel berikut.

Tabel 2. Pengambilan Sampel Dari Suatu Populasi

N S N S N S

60 52 340 181 2400 331

65 56 360 186 2600 335

70 59 380 191 2800 338

75 63 400 196 3000 341

80 66 420 201 3500 346


(33)

90 73 460 210 4500 354

95 76 480 214 5000 357

100 80 500 217 6000 361

110 86 550 226 7000 364

120 92 600 234 8000 367

130 97 650 242 9000 368

140 103 700 248 10000 370

150 108 750 254 15000 375

160 113 800 260 20000 377

170 118 850 265 30000 379

180 123 900 269 40000 380

190 127 950 274 50000 381

200 132 1000 278 75000 382

210 136 1100 285 100000 384

Sumber: Dantes, 2012.

Metode Pengumpulan Data

Adapun data-data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah a. Data Primer

Data yang diperlukan yaitu berupa karakteristik responden yakni umur, jenis kelamin, suku, pendidikan, lama menetap/bermukim, pekerjaan/mata pencaharian yang diperoleh melalui survei lapangan, kuisioner dan wawancara.


(34)

Diperlukan data umum mengenai kondisi sosial masyarakat dan daerah Nagori Purba Saribu pada instansi yang terkait.

Teknik Pengumpulan Data

Adapun pengumpulan data dilakukan dengan cara sebagai berikut: 1. Observasi

Pengamatan dilakukan dengan cara melihat langsung keadaan lokasi yang digunakan masyarakat setempat.

2. Wawancara

Ada proses tanya jawab dengan masyarakat mengenai tanggapan masyarakat terhadap keberadaan tanaman sukun (Atocarpus communis) yang disesuaikan dengan tujuan penelitian yang ingin dicapai.

3. Kuisioner

Kuisioner yang telah dipersiapkan terlebih dahulu disebarkan kepada beberapa responden yang ada di Haranggaol Horison.

4. Dokumentasi

Perlu dilakukan dokumentasi setiap kegiatan, sehingga dapat dijadikan sebagai bukti pelaksanaan kegiatan penelitian.

Analisis Data

Setiap responden diwawancara berdasarkan kuisioner yang telah dipersiapkan, bahan pertanyaan meliputi data diri, kehidupan sosial masyarakat,


(35)

pengetahuan masyarakat terhadap sukun (Artocarpus communis) dan keberadaan hutan oleh masyarakat. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan variabel penelitian terdiri dari lahan kosong di arel bukit dan manfaat sukun (Artocarpus communis) terhadap masyarakat dan hutan. Untuk mendapatkan data yang diperlukan pada penelitian ini, digunakan teknik pengumpulan data yaitu wawancara (interview) dan observasi (rating scale).


(36)

Bagan Alur Penelitian

Gambar 7. Bagan Alur Penelitian

Pengumpulan Data Survei Pendahuluan

Persiapan

Data Sekunder

Pelaksanaan Penelitian Pelaksanaan Penelitian

Kuisioner

Wawancara Observasi

Data Primer

Analisis Deskriptif

Persepsi Masyarakat Terhadap Tanaman Sukun (Artocarpus communis)


(37)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Lokasi

Nagori Purba Saribu merupakan desa dengan jumlah masyarakat sebesar 369 jiwa yang terdiri dari laki-laki sebanyak 188 jiwa dan perempuan sebanyak 181 jiwa dengan jumlah KK 160 (Kantor Kecamatan Haranggaol, 2015). Terletak pada daerah bukit yang memiliki kelerengan yang cukup tinggi dengan ketinggian 750-1400 meter diatas permukaan laut dengan luas desa 6,25 km2.

Gambar 8. Titik penyebaran sukun di Haranggaol Horison

Berdasarkan data komposisi penduduk mayoritas adalah suku Batak Simalungun sebagai suku asli Nagori Purba Saribu dan selebihnya suku lain yang berstatus sebagai pendatang dan menetap di Nagori Purba Saribu dengan bahasa mayoritas yang digunakan yaitu bahasa simalungun. Masyarakat yang mayoritas


(38)

beragama kristen dan menurut mata pencaharian penduduknya yang berprofesi sebagai petani adalah yang paling tinggi yaitu sekitar 90% dan selebihnya adalah pedagang, Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan lain-lain.

Karakteristik Sosial Masyarakat

Karakterisik sosial masyarakat adalah sikap yang melekat pada masing-masing individu masyarakat. Karakteristik tersebut menjadi salah satu unsur yang dapat mempengaruhi pola pikir dan aktivitas responden terhadap status lahan. Oleh karena itu, dilakukan wawancara observasi serta pengisian lembar kuisioner terhadap responden di Haranggaol Horison. Kegiatan wawancara dapat dilihat pada Gambar 9. Secara umum masyarakat Haranggaol Horison merupakan masyarakat tetap dimana masyarakat sudah menetap di daerah tersebut dari kecil hingga sudah berkeluarga. Hal ini dapat dilihat tidak begitu banyak macam suku yang mendiami daerah tersebut. Haranggaol Horison mayoritas dihuni oleh etnis Batak Simalungun, selain itu terdapat juga etnis Batak Toba dan Batak Karo.

Gambar 9. Wawancara dengan masyarakat Haranggaol Horison

Karakteristik sosial responden yang diamati pada penelitian ini meliputi umur, pendidikan, mata pencaharian dan lamanya bermukim di lokasi tersebut.


(39)

Umur Responden

Umur responden yang diteliti berdasarkan pertimbangan bahwa responden memiliki pengetahuan mengenai lingkungan berdasarkan usia, yakni terkait dengan pengalaman hidupnya dengan lingkungan dimana responden memiliki interaksi langsung maupun tidak langsung dengan lingkungan sekitarnya. Mulai dari umur 28 tahun sebagai umur responden termuda yang dianggap cukup mengetahui lingkungannya dan dapat mengkomunikasikan perspektifnya hingga 70 tahun yang diperkirakan mewakili usia tertua yang dapat diwawancarai. Umur responden dikategorikan ke dalam lima kelas umur. Klasifikasi responden berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Distribusi responden berdasarkan umur

No Tingkat Umur (Tahun) Jumlah Responden Persentasi (%)

1 21-30 17 15.05

2 31-40 22 19.47

3 41-50 23 20.35

4 51-60 35 30.97

5 61-70 16 14.16

Total 113 100

Pada Tabel 3 terlihat bahwa responden dengan umur 31-60 tahun lebih banyak ditemukan dilapangan yaitu sebesar 70.65%. Tingkat umur responden termasuk dalam kategori “Tua”. Dan berdasarkan kriteria umur responden yang diwawancarai, yang melakukan aktivitas rutin dalam kesehariannya berada pada kisaran umur 51-60 tahun yang merupakan persentasi tertinggi dalam kategori ini


(40)

yaitu 30.97%. Hal ini berhubungan dengan aktivitas mereka yang berada di lahan pertanian mereka dan di tempat perkumpulan peristirahatan yang biasanya disebut dengan warung ketika sore hinggga menjelang malam. Mereka berinteraksi langsung dan biasanya lebih memahami mengenai ekosistem dan keberadaan hutan. Responden dengan usia produktif merupakan responden yang telah berumah tangga dan sangat aktif secara langsung dalam bekerja di wilayah desa tersebut. Pemuda-pemudi masyarakat Nagori Purba Saribu yang sulit di dapat di lapangan dikarenakan kebayakan mereka harus sekolah keluar kota dan menetap sementara waktu untuk menyelesaikan studi. Dimana sulitnya akses transportasi dan jarak antara tempat tinggal dan sekolah mengharuskan untuk menetap di sekitar lingkungan sekolah. Sebagian dari pemuda tersebut pergi merantau keluar dari daerah mereka untuk mencari pekerjaan dan penghasilan yang lebih baik. Pembuatan kelas umur termuda yaitu 21 tahun dan tertua 70 tahun dimaksudkan bahwa responden kelas umur tersebut lebih tepat memungkinkan untuk mengkomunikasikan perspektifnya.

Tingkat Pendidikan Responden

Tingkat pendidikan responden diasumsikan dapat mempengaruhi pola pikir dan sikap masyarakat terhadap lingkungannya. Tingkat pendidikan responden diklasifikasikan dalam lima kategori menurut pendidikan formal yang pernah mereka jalani. Kategori tersebut dimulai dari kategori tidak sekolah, kategori SD, kategori SMP, kategori SMA, kategori perguruan tinggi (PT).


(41)

Tabel 4. Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan

No Tingkat Pendidikan Jumlah Responden Persentasi (%)

1 Tidak sekolah 7 6.19

2 SD 49 43.36

3 SMP 38 33.63

4 SMA 14 12.39

5 Perguruan Tinggi 5 4.43

Total 113 100

Pada Tabel 4 dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan yang dimilki oleh masyarakat Nagori Purba Saribu termasuk dalam kategori “Rendah”. Diketahui hanya 6 dari kelompok responden yang tidak bersekolah. Berdasarkan 113 responden yang diwawancarai kebanyakan responden hanya bersekolah hingga tingkat SD saja yang terdiri dari 49 responden dengan persentasi sebesar 43.36%, tingkat SMP sebanyak 38 responden yaitu sebesar 33.63%, tingkat SMA sebanyak 14 responden yaitu sebesar 12.39%, dan tingkat Peguruan Tinggi sebanyak 5 responden yaitu sebesar 4.43%. Berbagai faktor penyebab latar belakang kurang memperhatikan pendidikan mereka adalah disebabkan oleh rendahnya kesadaran akan pentingnya pendidikan dikarenakan jauhnya jarak dari Nagori Purba Saribu menuju sekolah dan akses transportasi yang tidak mendukung rutinitas kegiatan pendidikan. Untuk sarana pendidikan Nagori Purba Saribu hanya memiliki sekolah dasar, sehingga utnuk melanjutkan tingkat pendidikan yang lebih tinggi masyarakat sekitar harus pergi ke luar daerah.


(42)

Kondisi pendidikan semacam ini mempengaruhi terhadap persepsi masyarakat terhadap alam sekitarnya. Misalnya, tingkat kesadaran untuk pemanfaatan pohon pada tanah berlereng. Seperti diketahui bahwasanya Nagori Dolok Purba Saribu dikelilingi oleh bukit, sehingga jika tidak ada tanaman untuk menahan struktur tanah akan menyebabkan kerusakan lingkungan seperti longsor yang kapan saja bisa terjadi.

Pekerjaan atau Jenis Mata Pencaharian Responden

Sebagian besar masyarakat Nagori Purba Saribu berprofesi sebagai petani. Kebun masyarakat ditanami dengan tanaman bawang, jagung, dan tanaman semusim lainnya yang mendominasi lahan daerah tersebut. Selain itu masyarakat sekitar danau tersebut sebagai nelayan karena didukung oleh letak dan kondisi daerah yang cukup dekat dengan kawasan pinggir danau. Berikut disajikan jenis pekerjaan responden pada Tabel 5.

Tabel 5. Jenis Pekerjaan Responden

No Jenis Pekerjaan Jumlah Responden

Persentasi (%)

1 Petani 70 61.95

2 Pedagang 6 5.31

3 Nelayan 32 28.32

4 PNS 4 3.54

5 Perawat 1 0.88


(43)

Berdasarkan Tabel 5 diketahui bahwa pekerjaan pokok paling banyak adalah sebagai petani. Profesi petani di Nagori Purba Saribu sudah menjadi mata pencaharian prioritas, sebab mereka mempunyai lahan masing-masing dan mereka dapat bekerja tanpa mengeluarkan modal yang banyak. Mereka hanya membutuhkan bibit dan pupuk untuk keberhasilan pertaniannya. Selain itu profesi nelayan juga cukup diminati hal ini dikarenakan produksi perikanan yang besar di Haranggaol yang dimiliki tauke, dimana tauke mempekerjakan orang-orang yang berada disekitar pinggiran danau.

Responden menyatakan hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari sehingga perkembangan sarana dan prasana desa berjalan sangat lambat menyebabkan perkembangan kebutuhan masyarakat sulit untuk terpenuhi. Untuk pekerjaan sampingan biasanya dimiliki oleh kaum perempuan/istri dimana pada dasarnya berprofesi sebagai ibu rumah tangga. Dalam mengisi waktu senggang di rumah biasanya kaum istri membantu suami bertani.

Lama Menetap

Lamanya seseorang pada wilayah tertentu baik yang tinggal/berdomisili sementara atau menetap, dan pendatang sangat mempengaruhi pengenalannya terhadap kondisi lingkungan yang ditempatinya. Terkait dengan kearifan lokal atau sosial budaya daerah setempat yang menjadi tempat tinggalnya. Interaksi langsung maupun tidak langsung terhadap intensitas serta frekuensi akan dipengaruhi oleh lama tidaknya seseorang berada disuatu daerah. Berikut disajikan distribusi responden berdasarkan lama menetap pada Tabel 6.


(44)

No Lama Menetap Jumlah Responden Persentasi (%)

1 10-20 12 10.62

2 21-30 30 26.55

3 31-40 20 17.70

4 41-50 18 15.93

5 51-60 17 15.04

6 61-70 16 14.16

Total 113 100

Berdasarkan Tabel 6 jumlah responden yang menetap di Nagori Purba Saribu persentasi tertinggi pada kategori kedua yaitu kisaran umur 21-30 tahun (26.55%). Mereka biasanya putra daerah asli yang sejak lahir telah tinggal di wilayah tersebut dan ada juga sebagian pendatang dari luar daerah Nagori Purba Saribu kemudian menetap di Nagori Purba Saribu karena berkeluarga dengan warga desa tersebut.

Dari hasil wawancara dengan responden pada kategori kedua sebagai persentasi tertinggi (26.55%) ditemukan warga yang kurang mengetahui mengenai perubahan-perubahan lingkungan yang menjadi tempat barunya. Sementara responden yang sejak lahir berada di lokasi tersebut maupun responden yang telah menetap diatas 30 tahun ternyata lebih mengerti mengenai dinamika perubahan lingkungan yang terjadi.


(45)

Persepsi dan Pemanfaatan Sukun

Persepsi masyarakat terhadap pemanfaatan hasil hutan dianggap sangat penting guna mengetahui sikap dan perilaku masyarakat sekitar hutan, dalam memanfaatkan hasil hutan dengan baik. Menurut Wibowo (1988) dalam Rahmawaty dkk (2006) menyatakan bahwa salah satu faktor yang menentukan persepsi seseorang terhadap suatu objek adalah faktor pengalaman. Masyarakat Dolok Purba Saribu merupakan kawasan yang berada di dekat kaki bukit. Oleh karena itu, setiap hari mereka berinteraksi dengan tanah atau lahan yang memiliki kemiringan cukup tinggi. Berdasarkan adanya interaksi ini maka masyarakat memiliki pengalaman-pengalaman tentang tanah miring dan berbukit yang dijadikan lahan pertanian, hal tersebut menjadi peluang besar bagi masyarakat bagi masyarakat untuk memanfaatkan sukun (Artocarpus communis), sehingga memberikan persepsi pemanfaatan sukun (Artocarpus communis) yang saat sekarang ini. Berikut disajikan perspektif masyarakat terhadap tanaman sukun (Artocarpus communis) pada Tabel 7.

Tabel 7. Persepsi Masyarakat Terhadap Tanaman Sukun (Artocarpus communis)

No Pertanyaan Total Persentase (%)

1. Memahami manfaat

a. Memahami 66 58.41

b. Tidak 47 41.59

2. Berpengaruh terhadap perekonomian dan sosial


(46)

b. Tidak 113 100 3. Hubungan antara hutan

dan sukun

a. Ada 104 92.04

b. Tidak 9 7.96

4. Mengetahui produk dari sukun

a. Tahu 51 45.13

b. Tidak 62 54.87

Pengetahuan dalam pemilihan jenis tanaman terhadap kondisi lingkungannya memiliki keterkaitan yang erat. Fungsi dan pemanfaatan tanaman akan mempengaruhi persepsi masyarakat yang memberikan berbagai macam nilai fungsi. Dimana Kartikawati dan Adinugraha (2003), menyatakan bahwa kunyahan daun sukun muda, sering digunakan untuk menetralisir kandungan racun dalam makanan.

Berdasarkan Tabel 7 ditunjukkan bahwa persentase pengetahuan masyarakat terhadap tanaman sukun (Artocarpus communis) tergolong baik akan tetapi pemahaman tentang tanaman sukun (Artocarpus communis) hanya sebagian dari kelompok responden yang mengetahui akan manfaatnya. Terdapat 58.41% responden memahami manfaat secara sederhana dari tanaman tersebut, akan tetapi 100% responden mengatakan bahwa sampai saat ini tanaman sukun (Artocarpus communis) tidak memberi pengaruh terhadap perekonomian dan sosial masyarakat. Masyarakat mengetahui/mengenal tanaman tersebut adalah salah satu


(47)

tanaman MPTS akan tetapi sebagian dari mereka tidak mengetahui akan manfaat dari tanaman sukun dan tidak memiliki pengetahuan ataupun pengalaman bagaimana melakukan pemeliharaan dan cara penggunaan tanaman sukun. Tanggapan masyarakat terhadap pemanfaatan sukun (Artocarpus communis) beraneka ragam, beberapa diantaranya kurang setuju jika tanaman tersebut ditanam diluar areal lahan masyarakat dan ketidakjelasan status kepemilikan tanaman. Sikap tersebut dapat ditemui berdasarkan hasil observasi bahwa hingga saat ini hanya beberapa yang menanam sukun dan mereka menanam di areal lahan pertaniannya.

Menurut Pitojo (1999) menyatakan bahwa tanaman sukun (Artocarpus communis) dapat ditanam hampir di segala jenis tanah, sehingga memiliki penyebaran yang luas, relatif kuat terhadap keadaan iklim, di daerah yang memiliki curah hujan tinggi. Hal ini sangat mendukung bagi sukun (Artocarpus communis) untuk ditanam di areal lahan kosong bukit sekitar Nagori Purba Saribu sehingga dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pribadi atau umum dan dapat menjaga kelestarian keindahan kawasan bukit dimasa yang akan datang. Adanya pemanfaatan sukun (Artocarpus communis) oleh masyarakat sekitar DTA dapat membantu pelestarian lingkungan dan peningkatan kesejahteraan. Selain itu banyak diantara responden juga menyatakan bahwa mereka meminta jika dilakukan penanaman bibit sukun juga dilakukan di areal lahan pertanian masyarakat.

Masyarakat Nagori Purba Saribu menyatakan bahwa mereka belum terbiasa menggunakan sukun, karena tanaman tersebut jarang dijumpai dan dimanfaatkan oleh masyarakat dan tidak memiliki pengalaman untuk


(48)

mengolahnya. Oleh karena itu, masyarakat lokal disana kurang memberi perhatian terhadap tanaman ini, maka diperlukan adanya kegiatan sosialisasi, penyuluhan, dan pembelajaran langsung kepada masyarakat secara bertahap agar mereka mengetahui fungsi, pemeliharaan dan pemanfaatan hasil secara langsung atau tidak langsung maupun hasil dari tanaman itu sendiri yaitu kayu dan non kayu. Dalam Widyatama (2009) menyatakan bahwa daun sukun yang dapat dimanfaatkan menjadi obat tradisional yang dapat digunakan untuk mengobati penyakit kulit, jantung, ginjal. Hal ini perlu disosialisasikan kepada masyarakat bahwa manfaat hasil dari sukun tidak terfokus hanya pada batang sebagai kayu dan akar yang dapat menahan struktur tanah, tetapi daun dan buah dapat juga dimanfaatkan untuk keperluan sehari-hari. Karena kurangnya perhatian masyarakat maka pelestarian dan perawatan terhadap sukun menyebabkan sukun tidak dapat bertumbuh secara optimal.


(49)

Persespsi Masyarakat Terhadap Kegiatan Penanaman Pada Lahan Kosong Dan Restorasi Hutan

Berikut disajikan persepsi masyarakat terhadap kegiatan penanaman pada lahan kosong dan restorasi hutan.

Tabel 8. Persepsi Masyarakat Terhadap Kegiatan Penanaman Pada Lahan Kosong dan Restorasi Hutan

No Pertanyaan Total Persentase (%)

1. Pengetahuan cara

penanaman/pemeliharaan

a. Ya 20 17.70

b. Tidak 93 82.30

2. Perlu tidak direstorasi

a. Perlu 108 95.58

b. Tidak 5 4.42

3. Setuju tidak dilakukan penanaman pada lahan kosong

a. Setuju 105 92.92

b. Tidak 8 7.08

4. Yang harus terlibat dalam restorasi dan penanaman

a. Pemerintah saja 13 11.50

b. Masyarakat saja 7 6.20


(50)

saja

d. Semua pihak a, b, c 89 78.76

5. Tanggapan terhadap mahasiswa/instansi yang melakukan penanaman

c. Sangat mendukung 104 92.04

d. Tidak mendukung 9 7.96

6. Respon terhadap kegiatan restorasi

a. Mau terlibat 92 81.42

b. Tidak mau terlibat 21 18.58

Keprihatinan masyarakat yang sangat tinggi terhadap kondisi lingkungan yang rawan bencana di sekitar mereka tanpa adanya aksi bukan sebuah solusi untuk mengatasi masalah lingkungan yang terjadi saat ini. Kondisi lingkungan Dolok Purba Saribu haruslah lebih baik dan dijaga kelestariannya.

Pada Tabel 8 disajikan pengetahuan masyarakat secara sederhana yaitu menanam/memelihara sukun (Artocarpus communis) tergolong buruk (17.70%). Akan tetapi persentase (95.58%) yang berpendapat bahwa hutan yang rusak perlu direstorasi dan sangat setuju (92.92%) jika dilaksanakan penanaman pada areal yang kosong. Sebanyak 78.76% responden memilih opsi keterlibatan semua pihak (pemerintah, masyarakat, lembaga/institusi) dalam melaksanakan program penanaman dan restorasi dari pada hanya dilakukan oleh masyarakat saja (6.20% responden), lembaga/instansi saja (3.54%), dan pemerintah saja (11.50%


(51)

responden). Seperti yang dinyatakan Hafizianor (2009) bahwa persepsi penting untuk melihat pandangan masyarakat terhadap kondisi dan keberadaan kawasan. Dari persepsi ini akan diperoleh masukan bagi instansi terkait berdasarkan sudut pandang masyarakat, sehingga dapat dijadikan dasar atau bahan pertimbangan dalam merencanakan strategi pengelolaan dan kebijakan lebih lanjut. Hal ini juga didukung oleh Sawitri dan Subiadndono (2009), adalah keadaan yang terjadi dimasyarakat perlu diketahui agar pengelolaan potensi kawasan dapat diarahkan pada sistem kolaborasi yang akan dilaksanakan oleh pihak terkait seperti masyarakat, pemerintah daerah, dan pengelola kawasan.

Masyarakat belum mengetahui cara melakukan pemeliharaan yang baik bagi tanaman tersebut. Hal ini juga dapat disebabkan oleh kurang kerjasama antara pemerintah atau instansi untuk menambah pengetahuan masyarakat seperti yang dinyatakan oleh Wakhidah dkk (2012) bahwa adanya keterpaduan dan koordinasi antar stakkeholders dalam menyusun rancangan pengelolaan, memanfaatkan kelembagaan yang ada untuk merumuskan atau megusulkan kepada instansi terkait (Kehutanan) untuk menyusun alternatif kegiatan dalam meningkatkan pendapatan masyarakat.

Berdasarkan pernyataan responden, mereka menyatakan bahwa masyarakat biasanya diikutkan dalam penanaman saja apabila ada proyek-proyek penanaman di daerah tersebut. Melibatkan warga tersebut diberikan upah yang dihitung perbibit yang akan ditanam. Setelah selesai penanaman masyarakat dan pihak yang mengadakan acara penanaman memberikan tanggung jawab penuh kepada masyarakat yang menanam bibit masing-masing untuk pemeliharaan selanjutnya, menyebabkan beberapa masyarakat kurang memperhatikan tentang


(52)

pemeliharaan bibit sehingga pertumbuhan sukun tidak optimal karena mereka hanya menginginkan keuntungan adanya upah dari penanaman sementara dilain pihak berharap tanaman tersebut dapat tumbuh agar dapat memperbaiki kondisi lingkungan.

Responden memiliki tanggapan yang sangat mendukung (92.04%) terhadap mahasiswa/lembaga instansi yang melakukan kegiatan penanaman dan restorasi di wilayah mereka. Hanya sedikit saja (7.96%) yang tidak mendukung dengan alasan tidak perlu dilakukan penanaman dan restorasi dan dibiarkan saja. Sebanyak 81.42% responden bersedia mendukung/berpartisipasi dan menyatakan mau terlibat dalam kegiatan penanaman ataupun restorasi jika di wilayah mereka dilakukan kegiatan penanaman dan retorasi. Sementara 18.58% responden tidak mau terlibat dengan alasan tidak memiliki waktu dan takut berinteraksi dengan orang lain atau tergantung pada upah yang diberi pada saat penanaman per bibitnya.


(53)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Persepsi masyarakat terhadap tanaman sukun (Artocarpus communis Forst) adalah baik. Dimana 58.41% masyarakat mengetahui dan memahami manfaat tanaman sukun.

Saran

Perlu dilakukan penyuluhan secara rutin untuk menambah informasi dan pemahaman bagi masyarakat sekitar serta melibatkan peran masyarakat lokal dari pemerintah maupun instansi untuk meningkatkan respon yang sangat baik terhadap tanaman MPTS untuk keberlanjutan ekosistem yang terjaga. Dan juga diperlukan penelitian-penelitian selanjutnya terkait masalah persepsi masyarakat diwilayah lain atau disekitar Nagori Purba Saribu sebagai referensi dalam menjaga lingkungan.


(54)

DAFTAR PUSTAKA

Alrasjid, H. 1993. Pedoman Penanaman Sukun (Arthocarpus altilis Fosberg). Informasi Teknis No. 42. Pusat Penelitian Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Bogor.

Arifin, A.M. 2008. Kajian Persepsi Masyarakat untuk Perencanaan Tata Ruang Berbasis Daerah Aliran Sungai. [Skripsi]. Departemen Manajemen Hutan. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Badan Pusat Statistik (BPS). 2012. Kependudukan Kecamatan Haranggaol

Horison. Diakses dari [10 Maret 2015]

Dantes. 2012. Metode Penelitian. Andi. Yogyakarta.

Departemen Kehutanan. 2005. Teknik Pembibitan dan Konservasi Tanah. Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan. Buku I. Jakarta.

Direktorat Reboisasi. 1995. Budidaya Pohon Serbaguna (MPTS) Sukun (Artocarpus communis Forst). Departemen Kehutanan. Jakarta.

Ingesti, P.S. 2008. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi Masyarakat Terhadap Kegiatan Konservasi Sumber Daya Alam 30(2):71-80.

Irwanto. 2001. Pengaruh Hormon IBA (Idole Butyric Acid) Terhadap Persen Jadi Stek Pucuk Meranti Putih (Shorea montigena). Jurusan Kehutanan. Fakultas Pertanian. Universitas Pattimura. Ambon.

[05 Oktober 2014]

Fauzi, M. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif. Walisongo Press. Semarang. Hafizianor. 2009. Interaksi, Persepsi Dan Sikap Masyarakat Terhadap Kawasan

Suaka Margasatwa. Hutan Tropis Borneo (26):138-151

Kartikawati, N. K. Dan H. A. Adinugraha. 2003. Teknik Persemaian dan Informasi Benih Sukun. Pusat Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan. Yogyakarta.

Kementerian Lingkungan Hidup. 2011. Profil 15 Danau Prioritas Nasional. Jakarta.

Laksamana, R. C. 2011. Penggunan Beberapa Jenis Penahan Air Untuk Mendukung Pertumbuhan Bibit Sukun (Artocarpus communis Forst). [Skripsi]. Program Studi Kehutanan. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara.


(55)

Lipi. 2014. Gambaran Umum Danau Toba. Sumatera Utara.

Lit BangHut. 2003. Teknik Persemaian dan Informasi Benih Sukun (Artocarpuss communis Forst). PusLitBang Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Kehutanan. Yogyakarta.

Leti, S., dan Sanudin. 2009. Analisis Pemangku Kepentingan dalam Upaya Pemulihan Ekosistem Daerah Tangkapan Air Danau Toba Stakeholder Analysis on Ecosystem Restoration of Lake Toba Catchment Area. IPB Bogor Press. Bogor.

Mustafa, A.M. 1998. Isi Kandungan Artocarpus communis. Food Science. Pitojo, S. 1999. Budidaya Sukun. Kanisius. Yogyakarta.

PPT Bogor. 1990. Buku Keterangan Peta Suatu Lahan dan Tanah Lembar. Bogor. Rahmawaty, Khairida dan Eva, S. 2006. Persepsi Masyarakat Terhadap Upaya

Konservasi di Taman Hutan Raya Bukit Barisan. Fakultas Pertanian Departemen Kehutanan. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Sawitri, R., dan Subiando, E. 2009. Karakteristik dan Persepsi Masyarakat Daerah Penyangga Taman Nasional Gunung Halimun-Salak. Penelitian Hutan dan Konservasi Alam 8:273-285.

Singarimbun, M., dan Efendi, S. 1989. Metode Penelitian Survei. Jakarta (ID): LP3S.

Suyanto, Hafizianur, Nugroho Y. 2009. Inventarisasi Jenis-Jenis Pohon Bermanfaat Ganda Unggulan Lokal (MPTS) Berdasarkan Kondisi Ekologisnya. Hutan Tropis 26 : 110.

Wakhidah, H. S., Hartuti, P., Munifatul, I. 2012. Persepsi dan Perilaku Masyarakat Dalam Upaya Pelestarian Hutan Rakyat Di Desa Karang Rejo Kecamatan Loano Kabupaten Purworejo. Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan 4(3):34-36

Umar. 2009. Persepsi dan Prilaku Masyarakat dalam Pelestarian Fungsi Hutan sebagai Daerah Resapan Air (Studi Kasus Hutan Penggaro Kabupaten Semarang). [Tesis]. Program Magister Ilmu Lingkungan Program Pascasarjana. Universitas Diponegoro. Semarang.

Widyatama, N. 2009. Strategi Pengembangan Komoditas Sukun (Artocarpus communis Forst) di Kabupaten Cilacap (Pendekatan Metode Analisis Hierarki Proses/AHP). Skripsi. Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret.


(56)

Lampiran 1. Rekapitulasi Hasil Quisioner Data Responden Dari Masyarakat

No Nama Umur Jenis Suku Pendidikan

Lama

Menetap Agama Pekerjaan

(Tahun) Kelamin Terakhir (Tahun)

1 Pak Andre Sidauruk 45 Laki-laki

Batak

Simalungun P.Tinggi 45 Kristen PNS

2 Pak Agus Damanik 52 Laki-laki

Batak

Simalungun P.Tinggi 22 Kristen Perawat

3 Pak Sastri Purba 60 Laki-laki

Batak

Simalungun SMP 60 Kristen Petani

4

Pak Bendri

Sumbayak 52 Laki-laki

Batak

Simalungun P.Tinggi 37 Kristen PNS dan Petani

5 Pak Johana Purba 58 Laki-laki Simalungun Batak P.Tinggi 35 Kristen PNS dan Petani

6 Pak Anjelina Purba 49 Laki-laki

Batak

Simalungun SMA 20 Kristen Petani

7 Pak Rudi Malau 65 Laki-laki

Batak

Simalungun SD 65 Kristen Petani

8 Pak Destri Purba 35 Laki-laki

Batak

Simalungun SMA 15 Kristen Petani

9 Bu Ardina Purba 60 Perempuan

Batak

Simalungun SD 60 Kristen Petani

10 Pak Jusli Saragih 67 Laki-laki Simalungun Batak Tidak Sekolah 67 Kristen Petani

11 Pak Bigel Girsang 35 Laki-laki

Batak

Simalungun SMA 10 Kristen Nelayan

12 Pak Evi Haloho 68 Laki-laki

Batak

Simalungun SD 68 Kristen Nelayan

13

Pak Asido

Simarmata 50 Laki-laki

Batak

Simalungun SD 50 Kristen Petani

14

Pak Josafat

Sidabalok 28 Laki-laki

Batak

Simalungun SMP 28 Kristen Petani

15 Pak Robbi Sidabalok 38 Laki-laki Simalungun Batak SMP 38 Kristen Petani

16 Pak Josua Sidabalok 42 Laki-laki

Batak

Simalungun SD 42 Kristen Petani

17 Pak Arjuna Purba 30 Laki-laki

Batak

Simalungun SMA 30 Kristen Nelayan

18 Pak Agato Haloho 28 Laki-laki

Batak

Simalungun SMA 28 Kristen Petani

19 Pak Ridho Tondang 50 Laki-laki

Batak

Simalungun SD 25 Kristen Nelayan

20 Pak Wendi Sinaga 49 Laki-laki

Batak

Simalungun SMP 49 Kristen Petani 21 Pak Evan Sinaga 35 Laki-laki Batak Toba SMA 35 Kristen Petani

22 Pak Putri Rumahorbo 45 Laki-laki Simalungun Batak SD 45 Kristen Petani

23 Pak Via Rumahorbo 48 Laki-laki

Batak

Simalungun SD 48 Kristen Petani

24 Mesra Purba 55 Laki-laki

Batak

Simalungun SD 55 Kristen Petani

25 Op Samuel Purba 69 Laki-laki

Batak

Simalungun Tidak Sekolah 69 Kristen Petani

26 Parinson Sijabat 65 Laki-laki

Batak

Simalungun SD 65 Kristen Nelayan

27 Pak Poseri Manalu 40 Laki-laki Simalungun Batak SMP 20 Kristen Nelayan

28 Pak Jenni Tambak 35 Laki-laki

Batak

Simalungun SMP 20 Kristen Petani

29 Pak Rajaman Sinaga 52 Laki-laki

Batak

Simalungun SD 10 Kristen Petani

30 Op Shopi Purba 55 Perempuan

Batak

Simalungun Tidak Sekolah 55 Kristen Petani 31 Pak Jaloper Tarigan 40 Laki-laki Batak Karo SMA 15 Kristen Nelayan


(57)

33 Pak Nono Sihaloho 60 Laki-laki

Batak

Simalungun SD 30 Kristen Nelayan

34 Pak Nindo Sidauruk 30 Laki-laki

Batak

Simalungun SMA 40 Kristen Nelayan

35 Cosmas Batubara 37 Laki-laki Simalungun Batak SMP 25 Kristen Petani

36 Esron Damanik 40 Laki-laki

Batak

Simalungun SMP 28 Kristen Nelayan

37 Belek Purba 58 Perempuan

Batak

Simalungun SD 58 Kristen Petani

38 Figinus Haloho 62 Laki-laki Simalungun Batak SD 44 Kristen Petani

39 Jitta Damanik 55 Perempuan

Batak

Simalungun SD 55 Kristen Pedagang

40 Jaodong Saragih 38 Laki-laki Simalungun Batak SMP Kristen Petani

41 Leman Purba 28 Laki-laki

Batak

Simalungun SMP 28 Kristen Petani

42 Pilipus Munthe 45 Laki-laki

Batak

Pakpak SD 20 Kristen Petani

43 Tobal Lingga 52 Laki-laki

Batak

Simalungun SD 52 Kristen Nelayan

44 Lodewik Saragih 61 Perempuan

Batak

Simalungun SD 30 Kristen Pedagang

45 Emman Purba 48 Laki-laki Simalungun Batak SD 48 Kristen Nelayan

46 Kasim Damanik 37 Laki-laki

Batak

Simalungun SMP 37 Kristen Nelayan

47 Dongpe Saragih 29 Laki-laki

Batak

Simalungun SMP 29 Kristen Petani

48 Kosden Damanik 55 Laki-laki

Batak

Simalungun SD 55 Kristen Nelayan

49 Kontina Purba 58 Perempuan

Batak

Simalungun SD 30 Kristen Nelayan

50 Mister Purba 37 Perempuan Simalungun Batak SMP 25 Kristen Petani

51 Salmen Saragih 35 Laki-laki

Batak

Simalungun SMP 22 Kristen Petani

52 Dong Marain Manik 64 Laki-laki

Batak

Simalungun SD 64 Kristen Nelayan

53 Jokelosen Purba 47 Laki-laki

Batak

Simalungun Tidak Sekolah 47 Kristen Nelayan

54 Saidi Simbolon 26 Laki-laki

Batak

Simalungun SMA 26 Kristen Petani

55 Reksi Damanik 30 Laki-laki Simalungun Batak SMP 30 Kristen Petani

56 Jamin Saragih 40 Laki-laki

Batak

Simalungun SMP 40 Kristen Petani

57 Pentus Purba 34 Laki-laki

Batak

Simalungun SMP 34 Kristen Nelayan

58 Karmen Munthe 35 Laki-laki

Batak

Pakpak SMP 35 Kristen Nelayan

59 Suliaman Lingga 64 Laki-laki

Batak

Simalungun SD 64 Kristen Nelayan

60 Kristinus Simarmata 38 Laki-laki Simalungun Batak SMP 24 Kristen Petani

61 Juslin Purba 46 Laki-laki

Batak

Simalungun SD 28 Kristen Petani

62 Jawamer Damanik 60 Laki-laki

Batak

Simalungun SD 45 Kristen Petani

63 Liberatus Purba 30 Laki-laki

Batak

Simalungun SMP 11 Kristen Petani

64 Jannes Saragih 42 Laki-laki

Batak

Simalungun SMP 34 Kristen Petani

65 Arsenius Saragih 24 Laki-laki Simalungun Batak SMA 24 Kristen Petani

66 Belson Purba 58 Laki-laki

Batak

Simalungun SD 58 Kristen Petani

67 Krisman Sihaloho 40 Laki-laki Simalungun Batak SMP 22 Kristen Nelayan

68 Tinus Manik 56 Laki-laki

Batak


(58)

69 Alip Sinaga 28 Perempuan Batak Toba SMP 28 Kristen Pedagang

70 Marinus Saragih 38 Laki-laki

Batak

Simalungun SMP 38 Kristen Pedagang

71 Lipak damanik 50 Perempuan

Batak

Simalungun SD 50 Kristen Petani

72 Eson Damanik 30 Laki-laki

Batak

Simalungun SD 30 Kristen Petani

73 Diaman Purba 52 Laki-laki

Batak

Simalungun SD 52 Kristen Petani

74 Salman Saragih 54 Laki-laki

Batak

Simalungun SD 54 Kristen Petani

75 Palemon Purba 27 Laki-laki

Batak

Simalungun SMA 27 Kristen Nelayan

76 Laurencius Purba 43 Laki-laki Simalungun Batak SMP 35 Kristen Nelayan

77 Dameanus Haloho 59 Perempuan

Batak

Simalungun SD 59 Kristen Nelayan

78 Melatinus Purba 47 Perempuan Simalungun Batak SD 47 Kristen Petani

79 Pilipus Haloho 50 Laki-laki

Batak

Simalungun SMP 37 Kristen Petani

80 Wilson Simbolon 45 Laki-laki

Batak

Simalungun SMP 11 Kristen Petani

81 Alim Saragih 66 Laki-laki

Batak

Simalungun Tidak Sekolah 66 Kristen Petani

82

Alexander

Simbolon 29 Laki-laki

Batak

Simalungun SMP 12 Kristen Petani

83 Berlin Purba 65 Laki-laki

Batak

Simalungun SD 44 Kristen Petani

84 Amen Purba 62 Laki-laki

Batak

Simalungun SD 62 Kristen Petani

85 Ramen Saragih 58 Laki-laki

Batak

Simalungun SD 58 Kristen Petani

86 Rinus Haloho 58 Laki-laki

Batak

Simalungun SD 58 Kristen Petani

87 Bunga Sinta Saragih 48 Perempuan

Batak

Simalungun SMP 34 Kristen Pedagang

88 Pesta Simbolon 27 Perempuan Simalungun Batak SMP 27 Kristen Petani

89 Jatongam Manik 44 Laki-laki

Batak

Simalungun SMP 30 Kristen Petani

90 Risda Sihaloho 63 Laki-laki

Batak

Simalungun SD 63 Kristen Petani

91 Mangoloi Sinaga 68 Laki-laki Simalungun Batak Tidak Sekolah 68 Kristen Petani

92 Netty Purba 59 Laki-laki

Batak

Simalungun SD 41 Kristen Petani

93 Maruli Damanik 27 Laki-laki Simalungun Batak SMA 15 Kristen Nelayan

94

Krismanto

Sidabalok 30 Laki-laki

Batak

Simalungun SMA 21 Kristen Nelayan

95 Penti Sidauruk 34 Perempuan

Batak

Simalungun P.Tinggi 34 Kristen PNS

96 Rosinta Saragih 38 Perempuan

Batak

Simalungun SMA 23 Kristen Nelayan 97 Idaman Sinaga 35 Laki-laki Batak Toba SMP 35 Kristen Nelayan

98 Harapan Rumahorbo 62 Laki-laki Simalungun Batak SD 62 Kristen Petani

99 Jatenra Sijabat 42 Laki-laki

Batak

Simalungun SMP 26 Kristen Nelayan

100 Juandri Malau 49 Laki-laki

Batak

Simalungun SMP 33 Kristen Nelayan

101 Subandri Haloho 52 Laki-laki

Batak

Simalungun SMP 36 Kristen Petani

102 Jansen Simbolon 54 Laki-laki

Batak

Simalungun SD 54 Kristen Petani

103 Hutari Saragih 59 Laki-laki Simalungun Batak SD 43 Kristen Petani

104 Jepri Purba 51 Laki-laki

Batak

Simalungun SMP 29 Kristen Petani 105 Dame Girsang 60 Perempuan Simalungaun SD 40 Kristen Petani


(59)

106 Hotden Sidauruk 55 Laki-laki

Batak

Simalungun SMP 31 Kristen Nelayan

107 Parulian Manik 54 Laki-laki

Batak

Simalungun SD 54 Kristen Petani

108 Sangap Purba 57 Laki-laki Simalungun Batak SD 42 Kristen Petani

109 Januari Saragih 60 Laki-laki

Batak

Simalungun SD 45 Kristen Petani

110 Roito Sinaga 52 Perempuan

Batak

Simalungun SMP 30 Kristen Pedagang

111 Pistarita Rumahorbo 65 Perempuan Simalungun Batak SD 65 Kristen Petani

112 Rinto Situmorang 67 Laki-laki

Batak

Simalungun SD 67 Kristen Petani


(60)

I. Data Responden

LEMBAR KUISINONER UNTUK MASYARAKAT

1. Nama :

2. Umur : Tahun

3. Jenis Kelamin : Laki-laki / Perempuan 4. Suku : a. Batak Toba

b.Batak Simalungun c. Batak Karo

d.Dan lain-lain 5. Pendidikan Terakhir : a. Tidak Sekolah

b. SD

c. SMP/SLTP

d. SMA/SMEA/STM/SMK e. Perguruan Tinggi

6. Lama Bermukim : a. 1 – 4 tahun b. 5 – 9 tahun c. 10 – 14 tahun d. 15 – 19 tahun e. ≥ 20 tahun

7. Agama : a. Islam

b.Kristen c. Budha d.Hindu e. Dan lain-lain

8. Pekerjaan :

II. Hubungan eksistensi hutan terhadap masyarakat

1. Apakah anda mengetahui/mengenal hutan? a. Ya b. Tidak

2. Apakah anda memahami manfaat hutan? a. Memahami b. Tidak memahami

3. Apakah hutan berpengaruh terhadap perekonomian/pendapatan anda? a. Berpengaruh b. Tidak berpengaruh

4. Apakah hutan berpengaruh terhadap sosial kehidupan anda? a. Bepengaruh b. Tidak berpengaruh

5. Apakah usaha anda menguntungkan atau tidak? a. Menguntungkan b. Tidak menguntungkan

6. Menurut anda apakah kegiatan anda merusak atau tidak terhadap hutan? a. Merusak b. Tidak merusak c. Tidak tahu

7. Menurut anda apakah hutan itu penting bagi kehidupan anda?


(61)

III. Persespsi/Tanggapan masyarakat terhadap kegiatan penanaman pada lahan kosong dan restorasi hutan

1. Menurut anda bagaimana kondisi hutan di daerah anda saat ini? a. Baik b. Tidak baik c. Tidak tahu

2. Adakah perbedaan kondisi hutan dulu dengan sekarang (semakin baik atau buruk sejak ±5 tahun belakangan ini)?

a. Semakin baik b. Semakin buruk c. Tidak tahu

3. Bagaimana tanggapan bapak/ibu melihat kondisi hutan yang rusak? a. Perihatin b. Tidak perduli

4. Apakah bapak/ibu tahu cara melakukan penanaman/pemeliharaan hutan? a. Tahu b. Tidak tahu

5. Menurut anda apakah hutan yang rusak perlu diperbaiki (restorasi)? a. Perlu b. Tidak perlu

6. Apakah anda setuju jika hutan direstorasi? a. Setuju b. Tidak setuju

7. Menurut anda sapakah yang harus terlibat dalam memperbaiki/merestorasi hutan tersebut dan mengisi lahan kosong untuk mencegah bencana?

a. Pemerintah saja c. Lembaga/institusi saja b. Masyarakat saja d. Semua puhak a, b, dan c

8. Bagaimana tanggapan anda terhadap mahasiswa/instansi yang mau meneliti dan melakukan kegiatan tersebut?

a. Sangat mendukung b. Tidak mendukung

9. Apakah bapak/ibu mau mendukung/berpartisipasi dan terlibat dalam kegiatan ini?

a. Mau terlibat b. Tidak mau terlibat

IV. Persepsi/Tanggapan masyarakat terhadap tanaman sukun (Artocarpus

communis)

1. Apakah anda mengetahui tanaman sukun?

a. Ya b. Tidak

2. Apakah anda memahami manfaat tanaman sukun? b. Memahami b. Tidak memahami

3. Apakah tanaman sukun berpengaruh terhadap perekonomian/pendapatan anda?

b. Berpengaruh b. Tidak berpengaruh

4. Apakah tanaman sukun berpengaruh terhadap sosial kehidupan anda? b. Bepengaruh b. Tidak berpengaruh

5. Adakah hubungan antara hutan dengan tanaman sukun? a. Ada b. Tidak

6. Apakah anda mengetahui produk yang dihasilkan oleh tanaman sukun? a. Tahu b. Tidak tahu


(62)

(1)

33 Pak Nono Sihaloho 60 Laki-laki

Batak

Simalungun SD 30 Kristen Nelayan

34 Pak Nindo Sidauruk 30 Laki-laki

Batak

Simalungun SMA 40 Kristen Nelayan

35 Cosmas Batubara 37 Laki-laki Simalungun Batak SMP 25 Kristen Petani

36 Esron Damanik 40 Laki-laki

Batak

Simalungun SMP 28 Kristen Nelayan

37 Belek Purba 58 Perempuan

Batak

Simalungun SD 58 Kristen Petani

38 Figinus Haloho 62 Laki-laki Simalungun Batak SD 44 Kristen Petani

39 Jitta Damanik 55 Perempuan

Batak

Simalungun SD 55 Kristen Pedagang

40 Jaodong Saragih 38 Laki-laki Simalungun Batak SMP Kristen Petani

41 Leman Purba 28 Laki-laki

Batak

Simalungun SMP 28 Kristen Petani

42 Pilipus Munthe 45 Laki-laki

Batak

Pakpak SD 20 Kristen Petani

43 Tobal Lingga 52 Laki-laki

Batak

Simalungun SD 52 Kristen Nelayan

44 Lodewik Saragih 61 Perempuan

Batak

Simalungun SD 30 Kristen Pedagang

45 Emman Purba 48 Laki-laki Simalungun Batak SD 48 Kristen Nelayan

46 Kasim Damanik 37 Laki-laki

Batak

Simalungun SMP 37 Kristen Nelayan

47 Dongpe Saragih 29 Laki-laki

Batak

Simalungun SMP 29 Kristen Petani

48 Kosden Damanik 55 Laki-laki

Batak

Simalungun SD 55 Kristen Nelayan

49 Kontina Purba 58 Perempuan

Batak

Simalungun SD 30 Kristen Nelayan

50 Mister Purba 37 Perempuan Simalungun Batak SMP 25 Kristen Petani

51 Salmen Saragih 35 Laki-laki

Batak

Simalungun SMP 22 Kristen Petani

52 Dong Marain Manik 64 Laki-laki

Batak

Simalungun SD 64 Kristen Nelayan

53 Jokelosen Purba 47 Laki-laki

Batak

Simalungun Tidak Sekolah 47 Kristen Nelayan

54 Saidi Simbolon 26 Laki-laki

Batak

Simalungun SMA 26 Kristen Petani

55 Reksi Damanik 30 Laki-laki Simalungun Batak SMP 30 Kristen Petani

56 Jamin Saragih 40 Laki-laki

Batak

Simalungun SMP 40 Kristen Petani

57 Pentus Purba 34 Laki-laki

Batak

Simalungun SMP 34 Kristen Nelayan

58 Karmen Munthe 35 Laki-laki

Batak

Pakpak SMP 35 Kristen Nelayan

59 Suliaman Lingga 64 Laki-laki

Batak

Simalungun SD 64 Kristen Nelayan

60 Kristinus Simarmata 38 Laki-laki Simalungun Batak SMP 24 Kristen Petani

61 Juslin Purba 46 Laki-laki

Batak

Simalungun SD 28 Kristen Petani

62 Jawamer Damanik 60 Laki-laki

Batak

Simalungun SD 45 Kristen Petani

63 Liberatus Purba 30 Laki-laki

Batak

Simalungun SMP 11 Kristen Petani

64 Jannes Saragih 42 Laki-laki

Batak

Simalungun SMP 34 Kristen Petani

65 Arsenius Saragih 24 Laki-laki Simalungun Batak SMA 24 Kristen Petani

66 Belson Purba 58 Laki-laki

Batak

Simalungun SD 58 Kristen Petani

67 Krisman Sihaloho 40 Laki-laki Simalungun Batak SMP 22 Kristen Nelayan

68 Tinus Manik 56 Laki-laki

Batak


(2)

69 Alip Sinaga 28 Perempuan Batak Toba SMP 28 Kristen Pedagang

70 Marinus Saragih 38 Laki-laki

Batak

Simalungun SMP 38 Kristen Pedagang

71 Lipak damanik 50 Perempuan

Batak

Simalungun SD 50 Kristen Petani

72 Eson Damanik 30 Laki-laki

Batak

Simalungun SD 30 Kristen Petani

73 Diaman Purba 52 Laki-laki

Batak

Simalungun SD 52 Kristen Petani

74 Salman Saragih 54 Laki-laki

Batak

Simalungun SD 54 Kristen Petani

75 Palemon Purba 27 Laki-laki

Batak

Simalungun SMA 27 Kristen Nelayan

76 Laurencius Purba 43 Laki-laki Simalungun Batak SMP 35 Kristen Nelayan

77 Dameanus Haloho 59 Perempuan

Batak

Simalungun SD 59 Kristen Nelayan

78 Melatinus Purba 47 Perempuan Simalungun Batak SD 47 Kristen Petani

79 Pilipus Haloho 50 Laki-laki

Batak

Simalungun SMP 37 Kristen Petani

80 Wilson Simbolon 45 Laki-laki

Batak

Simalungun SMP 11 Kristen Petani

81 Alim Saragih 66 Laki-laki

Batak

Simalungun Tidak Sekolah 66 Kristen Petani 82

Alexander

Simbolon 29 Laki-laki

Batak

Simalungun SMP 12 Kristen Petani

83 Berlin Purba 65 Laki-laki

Batak

Simalungun SD 44 Kristen Petani

84 Amen Purba 62 Laki-laki

Batak

Simalungun SD 62 Kristen Petani

85 Ramen Saragih 58 Laki-laki

Batak

Simalungun SD 58 Kristen Petani

86 Rinus Haloho 58 Laki-laki

Batak

Simalungun SD 58 Kristen Petani

87 Bunga Sinta Saragih 48 Perempuan

Batak

Simalungun SMP 34 Kristen Pedagang

88 Pesta Simbolon 27 Perempuan Simalungun Batak SMP 27 Kristen Petani

89 Jatongam Manik 44 Laki-laki

Batak

Simalungun SMP 30 Kristen Petani

90 Risda Sihaloho 63 Laki-laki

Batak

Simalungun SD 63 Kristen Petani

91 Mangoloi Sinaga 68 Laki-laki Simalungun Batak Tidak Sekolah 68 Kristen Petani

92 Netty Purba 59 Laki-laki

Batak

Simalungun SD 41 Kristen Petani

93 Maruli Damanik 27 Laki-laki Simalungun Batak SMA 15 Kristen Nelayan

94

Krismanto

Sidabalok 30 Laki-laki

Batak

Simalungun SMA 21 Kristen Nelayan

95 Penti Sidauruk 34 Perempuan

Batak

Simalungun P.Tinggi 34 Kristen PNS

96 Rosinta Saragih 38 Perempuan

Batak

Simalungun SMA 23 Kristen Nelayan

97 Idaman Sinaga 35 Laki-laki Batak Toba SMP 35 Kristen Nelayan

98 Harapan Rumahorbo 62 Laki-laki Simalungun Batak SD 62 Kristen Petani

99 Jatenra Sijabat 42 Laki-laki

Batak

Simalungun SMP 26 Kristen Nelayan

100 Juandri Malau 49 Laki-laki

Batak

Simalungun SMP 33 Kristen Nelayan

101 Subandri Haloho 52 Laki-laki

Batak

Simalungun SMP 36 Kristen Petani

102 Jansen Simbolon 54 Laki-laki

Batak

Simalungun SD 54 Kristen Petani

103 Hutari Saragih 59 Laki-laki Simalungun Batak SD 43 Kristen Petani

104 Jepri Purba 51 Laki-laki

Batak

Simalungun SMP 29 Kristen Petani


(3)

106 Hotden Sidauruk 55 Laki-laki

Batak

Simalungun SMP 31 Kristen Nelayan

107 Parulian Manik 54 Laki-laki

Batak

Simalungun SD 54 Kristen Petani

108 Sangap Purba 57 Laki-laki Simalungun Batak SD 42 Kristen Petani

109 Januari Saragih 60 Laki-laki

Batak

Simalungun SD 45 Kristen Petani

110 Roito Sinaga 52 Perempuan

Batak

Simalungun SMP 30 Kristen Pedagang

111 Pistarita Rumahorbo 65 Perempuan Simalungun Batak SD 65 Kristen Petani 112 Rinto Situmorang 67 Laki-laki

Batak

Simalungun SD 67 Kristen Petani


(4)

I.

Data Responden

LEMBAR KUISINONER UNTUK MASYARAKAT

1.

Nama

:

2.

Umur

:

Tahun

3.

Jenis Kelamin

: Laki-laki / Perempuan

4.

Suku

: a. Batak Toba

b.

Batak Simalungun

c.

Batak Karo

d.

Dan lain-lain

5.

Pendidikan Terakhir

: a. Tidak Sekolah

b. SD

c. SMP/SLTP

d. SMA/SMEA/STM/SMK

e. Perguruan Tinggi

6.

Lama Bermukim

: a. 1 – 4

tahun

b. 5 – 9

tahun

c. 10 – 14 tahun

d. 15 – 19 tahun

e.

≥ 20

tahun

7.

Agama

: a. Islam

b.

Kristen

c.

Budha

d.

Hindu

e.

Dan lain-lain

8.

Pekerjaan

:

II.

Hubungan eksistensi hutan terhadap masyarakat

1.

Apakah anda mengetahui/mengenal hutan?

a.

Ya

b. Tidak

2.

Apakah anda memahami manfaat hutan?

a.

Memahami

b. Tidak memahami

3.

Apakah hutan berpengaruh terhadap perekonomian/pendapatan anda?

a.

Berpengaruh

b. Tidak berpengaruh

4.

Apakah hutan berpengaruh terhadap sosial kehidupan anda?

a.

Bepengaruh

b. Tidak berpengaruh

5.

Apakah usaha anda menguntungkan atau tidak?

a.

Menguntungkan b. Tidak menguntungkan

6.

Menurut anda apakah kegiatan anda merusak atau tidak terhadap hutan?

a.

Merusak b. Tidak merusak

c. Tidak tahu

7.

Menurut anda apakah hutan itu penting bagi kehidupan anda?


(5)

III.

Persespsi/Tanggapan masyarakat terhadap kegiatan penanaman pada

lahan kosong dan restorasi hutan

1.

Menurut anda bagaimana kondisi hutan di daerah anda saat ini?

a.

Baik

b. Tidak baik

c. Tidak tahu

2.

Adakah perbedaan kondisi hutan dulu dengan sekarang (semakin baik atau

buruk sejak ±5 tahun belakangan ini)?

a.

Semakin baik

b. Semakin buruk

c. Tidak tahu

3.

Bagaimana tanggapan bapak/ibu melihat kondisi hutan yang rusak?

a.

Perihatin

b. Tidak perduli

4.

Apakah bapak/ibu tahu cara melakukan penanaman/pemeliharaan hutan?

a.

Tahu

b. Tidak tahu

5.

Menurut anda apakah hutan yang rusak perlu diperbaiki (restorasi)?

a.

Perlu

b. Tidak perlu

6.

Apakah anda setuju jika hutan direstorasi?

a.

Setuju

b. Tidak setuju

7.

Menurut anda sapakah yang harus terlibat dalam memperbaiki/merestorasi

hutan tersebut dan mengisi lahan kosong untuk mencegah bencana?

a.

Pemerintah saja

c. Lembaga/institusi saja

b.

Masyarakat saja

d. Semua puhak a, b, dan c

8.

Bagaimana tanggapan anda terhadap mahasiswa/instansi yang mau

meneliti dan melakukan kegiatan tersebut?

a.

Sangat mendukung

b. Tidak mendukung

9.

Apakah bapak/ibu mau mendukung/berpartisipasi dan terlibat dalam

kegiatan ini?

a.

Mau terlibat

b. Tidak mau terlibat

IV.

Persepsi/Tanggapan masyarakat terhadap tanaman sukun (

Artocarpus

communis

)

1.

Apakah anda mengetahui tanaman sukun?

a.

Ya

b. Tidak

2.

Apakah anda memahami manfaat tanaman sukun?

b.

Memahami

b. Tidak memahami

3.

Apakah tanaman sukun berpengaruh terhadap perekonomian/pendapatan

anda?

b.

Berpengaruh

b. Tidak berpengaruh

4.

Apakah tanaman sukun berpengaruh terhadap sosial kehidupan anda?

b.

Bepengaruh

b. Tidak berpengaruh

5.

Adakah hubungan antara hutan dengan tanaman sukun?

a.

Ada

b. Tidak

6.

Apakah anda mengetahui produk yang dihasilkan oleh tanaman sukun?

a.

Tahu

b. Tidak tahu


(6)

Dokumen yang terkait

Penggunaan Berbagai Jenis Kompos Terhadap Pertumbuhan Sukun (Artocarpus communis Forst ) Pada Daerah Tangkapan Air Danau Toba, Kecamatan Haranggaol Horison

0 68 50

Penggunaan Berbagai Pupuk Kandang Terhadap Pertumbuhan Sukun (Artocarpus communis Forst ) Pada DTA Danau Toba, Kecamatan Haranggaol Horison

2 69 56

Penggunaan Berbagai Jenis Kompos Terhadap Pertumbuhan Sukun (Artocarpus communis Forst ) Pada Daerah Tangkapan Air Danau Toba, Kecamatan Haranggaol Horison

0 0 11

Penggunaan Berbagai Jenis Kompos Terhadap Pertumbuhan Sukun (Artocarpus communis Forst ) Pada Daerah Tangkapan Air Danau Toba, Kecamatan Haranggaol Horison

0 0 2

Penggunaan Berbagai Jenis Kompos Terhadap Pertumbuhan Sukun (Artocarpus communis Forst ) Pada Daerah Tangkapan Air Danau Toba, Kecamatan Haranggaol Horison

0 0 2

Penggunaan Berbagai Jenis Kompos Terhadap Pertumbuhan Sukun (Artocarpus communis Forst ) Pada Daerah Tangkapan Air Danau Toba, Kecamatan Haranggaol Horison

0 0 11

Penggunaan Berbagai Jenis Kompos Terhadap Pertumbuhan Sukun (Artocarpus communis Forst ) Pada Daerah Tangkapan Air Danau Toba, Kecamatan Haranggaol Horison

0 0 2

Penggunaan Berbagai Jenis Kompos Terhadap Pertumbuhan Sukun (Artocarpus communis Forst ) Pada Daerah Tangkapan Air Danau Toba, Kecamatan Haranggaol Horison

0 0 9

Penggunaan Berbagai Pupuk Kandang Terhadap Pertumbuhan Sukun (Artocarpus communis Forst ) Pada DTA Danau Toba, Kecamatan Haranggaol Horison

0 0 10

Sebaran Sukun Persepsi Masyarakat Terhadap (Artocarpus Communis Forst) Pada Daerah Tangkapan Air Danau Toba Di Nagori Purba Saribu, Kecamatan Haranggaol Horison, Kabupaten Simalungun

0 0 13