Penggunaan Berbagai Pupuk Kandang Terhadap Pertumbuhan Sukun (Artocarpus communis Forst ) Pada DTA Danau Toba, Kecamatan Haranggaol Horison

(1)

PENGGUNAAN BERBAGAI PUPUK KANDANG TERHADAP

PERTUMBUHAN SUKUN (Artocarpus Communis Forst)

PADA DTA DANAU TOBA, KECAMATAN

HARANGGAOL HORISON

OLEH: SKRIPSI

JONNY LUDGER HUTABARAT 1112011019/BUDIDAYA HUTAN

PROGRAM STUDI KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2015


(2)

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Penelitian : Penggunaan Berbagai Pupuk Kandang Terhadap Pertumbuhan Sukun (Artocarpus communis Forst ) Pada DTA Danau Toba, Kecamatan Haranggaol Horison.

Nama : Jonny Ludger Hutabarat

NIM : 111201019

Program studi : Kehutanan

Disetujui Oleh Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

Dr. Budi Utomo SP, MP Afifuddin Dalimunthe SP, MP NIP.197008202003121002

NIP.197311052002121001

Mengetahui

Ketua Program Studi Kehutanan

NIP.197104162001122001 Siti Latifah, S.Hut, M.Si, Ph.D


(3)

ABSTRAK

JONNY LUDGER HUTABARAT Penggunaan Berbagai Jenis Pupuk Kandang Terhadap Pertumbuhan Sukun (Artocarpus communis Forst) pada DTA Danau Toba, Kecamatan Haranggaol Horison, Kabupaten Simalungun. Di bawah bimbingan BUDI UTOMO dan AFIFUDDIN DALIMUNTHE.

Luas hutan pada DTA Danau Toba berkurang hingga ribuan hektar, mengakibatkan banyak lahan-lahan terbuka, kemampuan lahan untuk meresapkan air berkurang dan lahan menjadi kering sehingga produktivitas lahan DTA Danau Toba menurun. Tanaman sukun dapat meningkatkan produktivitas lahan dan dapat dimanfaatkan sebagai tanaman penghijauan untuk mencegah erosi. Pupuk kandang merupakan pupuk yang berasal dari kotoran ternak yang dapat memperpaiki struktur dan tekstur tanah, menaikkan daya serap tanah terhadap air, menaikkan aktivitas mikroorganisme tanah dan sebagai sumber zat makanan bagi tanaman. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh berbagai jenis pupuk kandang terhadap pertumbuhan sukun.

Pupuk kandang yang digunakan adalah pupuk kandang ayam, pupuk kandang bebek, pupuk kandang kambing dan pupuk kandang sapi. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September-November 2014, di DTA Danau Toba, Kecamatan Haranggaol, Kabupaten Simalungun. Parameter yang diamati adalah tinggi bibit, diameter bibit, luas daun, luas tajuk, jumlah daun dan kadar air daun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian berbagai jenis pupuk kandang memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan bibit sukun dan perlakuan terbaik adalah pemberian pupuk kandang ayam.


(4)

ABSTRACT

JONNY LUDGER HUTABARATUse Different Types of Manure on Growth

Breadfruit (Artocarpus communis Forst)the DTA Lake Toba, District Haranggaol

Horison, Simalungun.Under the guidance of BUDI UTOMO and Afifuddin

Dalimunthe.

Forest area at catcment area Lake Toba reduced to thousands of acres, resulting in a lot of open land, the land’s ability to absorb water is reduced and became dry land so that land productivity declined catcment area Lake Toba. Breadfruit plants can increase the productivity of land and can be used as plant

reforestation to prevent erosion.Manure is manure originating from livestock

manure that can memperpaiki structure and texture of the soil, raising the soil absorption of the water, raising the activity of soil microorganisms and as a

source of nutrients for plants.The purpose of this study was to determine the

effect of various types of manure on the growth of breadfruit.

Manure is used is chicken manure, duck manure, goat manure and cow

manure.This study was conducted in September-November 2014, at the catcment

area Lake Toba, District Haranggaol, Simalungun.Parameters measured were

high seed, seed diameter, leaf area, crown area, number of leaves and leaf water

content.The results showed that administration of various types of manure

significant effect on the growth of breadfruit seeds and the best treatment is chicken manure.


(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Parsaoran pada tanggal 26 Maret 1993 dari Ayah Robet Hutabarat dan Ibu Mollan Situmorang. Penulis merupakan anak ke-lima dari enam bersaudara.

Penulis memulai pendidikan di SD Negeri 0303046 Hutagugung dan lulu pada tahun 2005. Penulis melanjutkan pendidikan di SMP Swasta Parulian 6 Balna dan lulu pada tahun 2008. Tahun 2011 penulis lulus dari SMA Swasta Santo Petrus Sidikalang dan pada tahun yang sama penulis diterima di Program Studi Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur udangan. Selanjutnya penulis memilih peminatan Budidaya Hutan.

Penulis mengikuti Praktek Pengenalan Ekosisten Hutan (PE2H) di Taman Hutan Raya (Tahura) Bukit Barisan pada tahun 2013. Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di PT. INHUTANI 1 UM HTI Batu Ampar-Mentawir Provinsi Kalimantan Timur (28 Januari-7 Maret 2015). Penulis melaksanakan penelitian dari bulan September 2014 sampai November 2014 di Kecamatan Haranggaol Horison, Kabupaten Simalungun Provinsi Sumatera Utara.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini tepat pada waktunya. Judul skripsi ini adalah “Penggunaan Berbagai Jenis Pupuk Kandang Terhadap Pertumbuhan Sukun (Artocarpus communis Forst) pada DTA Danau Toba, Kecamatan Haranggaol Horison”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan di Program Studi Kehutanan dan memperoleh gelar Sarjana Kehutanan.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pembimbing Dr. Budi Utomo SP., MP. dan Afiffuddin Dalimunthe SP., MP. yang telah membimbing penulis dalam penyelesaian laporan ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman dan berbagai pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya bidang kehutanan.

Medan, Juni 2015


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACK ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 4

Hipotesis Penelitian ... 4

Tujuan Penelitian ... 4

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi taksonomi tanaman sukun ... 5

Botani tanaman sukun ... 6

Syarat tumbuh sukun ... 7

Pupuk kandang ... 8

Pupuk kandang sapi ... 9

Pupuk kandang ayam ... 9

Pupuk kandang bebek ... 10

Pupuk kandang kambing ... 11

Peranan pupuk bagi tanaman ... 11

DTA Danau Toba Kecamatan Haranggaol Horison ... 12

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat ... 16

Alat dan Bahan ... 16

Metode Penelitian ... 16

Prosedur Penelitian... 17

1. Penyiapan bibit sukun ... 17

2. Penyiapan lubang tanam ... 17

3. Penanaman bibit sukun ... 18


(8)

5. Parameter pengamatan ... 18

a. Tinggi bibit (cm) ... 18

b. Diameter bibit (mm) ... 18

c. Jumlah daun (helai)... 19

d. Luas daun (cm2) ... 19

e. Luas tajuk (cm2) ... 19

f. Kadar air daun... 19

g. Warna daun ... 20

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 21

1. Tinggi bibit sukun ... 21

2. Diameter bibit sukun ... 23

3. Luas daun ... 24

4. Luas tajuk ... 24

5. Jumlah daun ... 25

6. Kadar air ... 25

7. Warna daun ... 26

Pembahasan ... 27

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 33

Saran ... 33 DAFTAR PUSTAKA


(9)

DAFTAR TABEL

No. Hal.

1. Hasi pengamatan pertumbuhan bibit sukun dengan berbagai perlakauan

... 21

2. Uji lanjut Duncan terhadap pertambahan tinggi bibit Sukun ... 22

3. Uji lanjut Duncan terhadap pertambahan diameter bibit Sukun ... 24

4. Uji lanjut Duncan terhadap luas daun bibit Sukun... 24

5. Uji lanjut Duncan terhadap luas tajuk bibit Sukun ... 25

6. Uji lanjut Duncan terhadap kadar air daun bibit Sukun ... 26

7. Hasil Pengamatan Warna Daun Bibit Sukun ... 26


(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Hal.

1. Grafik pertambahan tinggi bibit sukun selama pengamatan ... 22 2. Grafik pertambahan diametr bibit sukun selama pengamatan ... 23


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Analisis rancangan percobaan pertambahan tinggi bibit sukun 2. Analisis rancangan percobaan pertambahan diameter bibit sukun 3. Analisis rancangan percobaan luas daun bibit sukun

4. Analisis rancangan percobaan luas tajuk bibit sukun 5. Analisis rancangan percobaan jumlah daun bibit sukun 6. Analisis rancangan percoban kadar air daun bibit sukun 7. Dokumentasi penelitian


(12)

ABSTRAK

JONNY LUDGER HUTABARAT Penggunaan Berbagai Jenis Pupuk Kandang Terhadap Pertumbuhan Sukun (Artocarpus communis Forst) pada DTA Danau Toba, Kecamatan Haranggaol Horison, Kabupaten Simalungun. Di bawah bimbingan BUDI UTOMO dan AFIFUDDIN DALIMUNTHE.

Luas hutan pada DTA Danau Toba berkurang hingga ribuan hektar, mengakibatkan banyak lahan-lahan terbuka, kemampuan lahan untuk meresapkan air berkurang dan lahan menjadi kering sehingga produktivitas lahan DTA Danau Toba menurun. Tanaman sukun dapat meningkatkan produktivitas lahan dan dapat dimanfaatkan sebagai tanaman penghijauan untuk mencegah erosi. Pupuk kandang merupakan pupuk yang berasal dari kotoran ternak yang dapat memperpaiki struktur dan tekstur tanah, menaikkan daya serap tanah terhadap air, menaikkan aktivitas mikroorganisme tanah dan sebagai sumber zat makanan bagi tanaman. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh berbagai jenis pupuk kandang terhadap pertumbuhan sukun.

Pupuk kandang yang digunakan adalah pupuk kandang ayam, pupuk kandang bebek, pupuk kandang kambing dan pupuk kandang sapi. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September-November 2014, di DTA Danau Toba, Kecamatan Haranggaol, Kabupaten Simalungun. Parameter yang diamati adalah tinggi bibit, diameter bibit, luas daun, luas tajuk, jumlah daun dan kadar air daun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian berbagai jenis pupuk kandang memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan bibit sukun dan perlakuan terbaik adalah pemberian pupuk kandang ayam.


(13)

ABSTRACT

JONNY LUDGER HUTABARATUse Different Types of Manure on Growth

Breadfruit (Artocarpus communis Forst)the DTA Lake Toba, District Haranggaol

Horison, Simalungun.Under the guidance of BUDI UTOMO and Afifuddin

Dalimunthe.

Forest area at catcment area Lake Toba reduced to thousands of acres, resulting in a lot of open land, the land’s ability to absorb water is reduced and became dry land so that land productivity declined catcment area Lake Toba. Breadfruit plants can increase the productivity of land and can be used as plant

reforestation to prevent erosion.Manure is manure originating from livestock

manure that can memperpaiki structure and texture of the soil, raising the soil absorption of the water, raising the activity of soil microorganisms and as a

source of nutrients for plants.The purpose of this study was to determine the

effect of various types of manure on the growth of breadfruit.

Manure is used is chicken manure, duck manure, goat manure and cow

manure.This study was conducted in September-November 2014, at the catcment

area Lake Toba, District Haranggaol, Simalungun.Parameters measured were

high seed, seed diameter, leaf area, crown area, number of leaves and leaf water

content.The results showed that administration of various types of manure

significant effect on the growth of breadfruit seeds and the best treatment is chicken manure.


(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Danau Toba berada di daerah Sumatera Utara merupakan salah satu aset Negara/Pemda yang sangat berharga dan termasuk salah satu Daerah Tujuan Wisata penting setelah Bali dan Lombok/NTB sehingga merupakan kebanggaan tersendiri bagi daerah ini. Ditetapkannya Danau Toba sebagai salah satu daerah tujuan wisata, karena anggapan selama ini memiliki panorama alam yang indah. Sekarang ini keindahan Danau Toba sudah terusik seabgai akibat eksploitasi sumber daya alamnya, baik daerah perairan maupun daratan disekitarnya.

Luas hutan pada Daerah Tangkapan Air (DTA) Danau Toba pada tahun 1985 adalah ± 78.558 Ha dan menurun pada tahu 1997 menjadi ± 62.403 Ha. Penurunan luas hutan tersebut diikuti dengan pertambahan luas semak belukar dari 103.970 Ha menjadi 114.258 Ha serta bertambahnya luas padang rumput dari 5.870 Ha menjadi 22.528 Ha (LPPM USU, 2000). Penyebab menurunnya luas hutan pada DTA Danau Toba adalah kebakaran hutan, penebangan hutan secara liar dan pembukaan hutan untuk dikonversi manjadi lahan pertanian. Salah satu penyebab kebakaran hutan adalah keteledoran masyarakat, sebagian masyarakat membakar alang-alang dengan tujuan untuk mendapatkan rumput muda sebagai makanan ternak, sehingga pembakaran alang-alang dapat merambat ke areal berhutan. Pada DTA Danau Toba telah terjadi indikasi adanya penebangan hutan secara liar, penebangan hutan secara liar untuk kawasan Danau Toba akan menurunkan kapasitas resapan kawasan hutan terhadap air hujan. Pembukaan hutan untuk dikonversi menjadi lahan pertanian akan mengakibatkan lahan


(15)

terbuka sehingga akan mengakibatkan laju erosi, transpor sedimen maupun meningkatkan resapan kawasan yang telah dibuka penutupan hutannya juga akan menurunkn kemampuan lahan meresapkan air hujan, (kementrian lingkungan hidup, 2011).

Dampak buruk pada lingkungan akibat penurunan luas hutan DTA Danau Toba oleh masyarakat sekitar danau adalah lahan menjadi tandus (kurang subur). Tidak adanya vegetasi pada lahan juga menyebabkan daya serap tanah terhadap air menjadi rendah, sehingga hanya sedikit hanya sedikit jenis tanaman yang dapat bertahan hidup pada kondisi kritis tersebut. Untuk menghindari hal tersebut perlu dilakukan upaya rehabilitasi lahan kritis.

Upaya untuk mengurangi laju degradasi dan memulihkan kondisi ekosistem kawasan DTA Danau Toba telah banyak dilakukan, baik atas inisiatif pemda maupun inisiatif kelompok masyarakat serta berbagai lembaga swadaya masyarakat. Namun upaya-upaya tersebut belum membuahkan hasil nyata dalam memperbaiki kondisi ekosistem maupun kesejahteraan masyarakat di kawasan DTA Danau Toba. Belum berhasilnya upaya tersebut dikarenakan lahan yang kritis, terjal dan kondisi tanah yang miskin hara.

Pemilihan jenis tanaman yang cocok merupakan hal yang sangat penting dalam pemanfaatan lahan kritis. Salah satu tanaman yang cocok pada lahan kritis yaitu tanaman tropis yang pertumbuhannya berada pada kisaran 20-400C dan juga mampu tumbuh pada daratan rendah sampai ketinggian 650 mdpl. Sosok pohon sukun yang tinggi dengan perakaran yang tidak begitu dalam tetapi cukup kokoh sehinggga cocok untuk tanaman penghijauan. Tajuknya yang besar mampu mengurangi erosi tanah akibat angin kencang, mengingat perakarannya yang


(16)

mencengkram tanah dengan kuat sehingga mampu menyimpan air hujan, sehingga dengan adanya tanaman sukun ini dapat memperbaiki sumber tata air. Tanaman sukun mempunyai arti penting dalam menopang kebutuhan sumber pangan karena sumber kalori dan juga kandungan gizi yang tinggi (Laksamana, 2011).

Pertumbuhan dan perkembangan tanaman ditentukan oleh berbagai faktor tanah dan iklim serta faktor-faktor yang terdapat di dalam tanah itu sendiri. Beberapa faktor-faktor ini dikendalikan oleh manusia, tetapi banyak yang tidak demikian. Misalnya, orang tidak dapat mengendalikan udara, cahaya dan suhu, tetapi dapat mempengaruhi penyediaan unsur hara tanaman dalam tanah dengan melakukan pemupukan. Mereka dapat meningkatkan persediaan hara yang tersedia dengan cara mengubah keadaan tanah atau melakukan penambahan pupuk (Forth, 1994).

Pupuk organik (pupuk kandang) merupakan bahan pembenah tanah yang paling baik dibanding bahan pembenah lainnya. Pada umumnya nilai pupuk yang dikandung pupuk organik terutama unsur makro nitrogen (N), fosfor (P) dan kalim (K) rendah, tetapi pupuk organik juga mengandung unsur mikro esensial yang lain, sebagai bahan pembenah tanah, pupuk organik membantu dalam terjadinya rertakan tanah. Pemberian bahan organik mampu meningkatkan kelembapan tanah dan memperbaiki pengatusan dakhil (Susanto, 2002).

Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengaruh pemberian berbagai jenis pupuk kandang seperti kotoran ayam, sapi, bebek, dan kambing terhadap pertumbuhan bibit sukun. 2. Untuk mengetahui perlakuan terbaik dari pemberian berbagai jenis pupuk


(17)

Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan pertimbangan dan masukan dalam mengaplikasikan berbagai jenis pupuk kandang bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

2. Sebagai bahan informasi bagi penelitian selanjutnya mengenai penggunaan berbagai jenis pupuk kandang pada objek yang berbeda.

Hipotesis Penelitian

1. Adanya pengaruh interaksi antara berbagai jenis pupuk kandang seperti kotoran ayam, sapi, bebek, dan kambing terhadap pertumbuhan bibit sukun. 2. Adanya perlakuan terbaik dari pemberian berbagai jenis pupuk kandang


(18)

TINJAUAN PUSTAKA

Klasifikasi taksonomi tanaman sukun

Sukun (A. Communis) adalah tumbuhan dari genus Artocarpus dalam famili moraceae yang banyak terdapat di kawasan tropika seperti Malaysia dan Indonesia. Dalam sistematika (taksonomi) tumbuh-tumbuhan, klasifikasi taksonomi tanaman sukun adalah sebagai berikut:

Kerajaan : Plantae

Filum : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Bangsa : Rosales

Keluarga : Morceae

Suku : Artocarpus

Spesies : Artocarpus communis forst. Nama umum : Sukun

Nama daerah

Sumatera : Sukun (Aceh), Hatopul (Batak) dan Amu (Meteyu) Jawa : Sukun (Jawa) Sakon (Madura)

Bali : Sukun (Bali) Nusa Tenggara : Sukun (Bali) (Rauf, 2009).

Botani Tanaman Sukun

Tanaman sukun merupakan tanaman hutan yang tingginya mencapai 20 m. Kulit kayunya berserat kasar dan semua bagian tanaman bergetah encer. Daunnya


(19)

lebar sekali, bercagap menjari dan berbulu kasar. Bunganya keluar dari ketiak daun pada ujung cabang dan ranting, tetapi masih dalam satu pohon (berumah satu). Bunga jantan berbentuk tongkat panjang yang biasa disebut ontel. Bunga betina berbentuk bulat bertangkai pendek yang biasa disebut babal seperti pada nangka. Bunga betina ini merupakan bunga majemuk sinkarpik seperti pada nangka. Kulit buah bertonjolan rata sehingga tidak jelas yang merupakan bekas putik dari bunga sinkarpik tersebut. Kayu sukun tidak terlalu keras tapi kuat, elastis dan tahan rayap, digunakan sebagai bahan bangunan antara lain mebel, partisi interior, papan selancar dan peralatan rumah tangga lainnya (Irwanto, 2001).

Perakaran sukun dapat diikuti dengan baik sejak di persemaian. Setelah bibit sukun ditanam di lapangan, akar akan tumbuh dari stek akar, kemudian membesar bulat dan memanjang, diikuti dengan ranting-ranting akar yang mengecil, disertai dengan adanya rambut-rambut akar. Letak akar masuk ke dalam tanah, adapula yang tumbuh mendatar dan sering tersembul di permukaan tanah. Panjang akar dapat mencapai 6 meter. Warna kulit akar coklat kemerah-merahan. Tekstur kulit akar sedang, mudah terluka dan mudah mengeluarkan getah. Apabila akar terpotong atau terluka akan memacu tumbuhnya pertutanasan (Pitojo, 1992).

Syarat tumbuh sukun

Tanaman sukun baik dikembangkan di dataran rendah hingga ketinggian 1200 mdpl yang bertipe iklim basah. Curah hujan antara 2.000-3.000 mm per tahun. Tanah aluvial yang mengandung banyak bahan organik disenangi oleh tanaman sukun. Derajat keasaman tanah sekitar 6-7. Tanaman sukun relatif toleran terhadap pH rendah, relatif tahan kekeringan, dan tahan naungan. Di


(20)

tempat yang mengandung batu karang dan kadar garam agak tinggi serta sering tergenang air, tanaman sukun mampu tumbuh dan berbuah (Khaerudin, 1999).

Tanaman sukun dapat ditanam hampir di segala jenis tanah, sehingga memiliki penyebaran yang luas. Pada tanah podsolik merah kuning, tanah berkapur, tanah berpasir, tanaman sukun mampu tumbuh dengan baik karena mempunyai toleransi yang tinggi terhadap keadaan tanah. Kesesuaian lahan diberbagai daerah membuat sukun menjadi terkenal, misalnya sukun Sorong, sukun Bone, sukun Yogyakarta, sukun Cilacap, sukun Pulau Seribu dan lain-lain. Kesesuaian lahan di berbagai daerah membuat sukun menjadi terkenal. Sukun mampu tumbuh dengan baik di dataran rendah, dataran sedang hingga mencapai kurang lebih ± 600 meter di atas permukaan laut. Di pegunungan Bone sukun mampu tumbuh dengan baik. Tanah yang gembur dan banyak mengandung humus. Sukun relatif kuat terhadap keadaan iklim, di daerah yang memiliki curah hujan tinggi, banyak bulan basah dan di daerah yang sedikit bulan basahnya seperti di Madura dan Flores, sukun mampu tumbuh dan menghasilkan banyak buah (Setijo Pitojo, 1992).

Tanah aluvial (Inceptisol) yang banyak mengandung bahan organik sangat sesuai untuk tanaman sukun. Derajat keasaman (pH) rendah, relatif tahan kekeringan dan tahan naungan. Di tempat yang mengandung batu karang dan kadar garam ang agak tinggi serta sering tergenang air, tanaman sukun masih mampu tumbuh dan berbuah (Rauf, 2009).

Di Indonesia sukun mempunyai daerah tempat tumbuh alami yang cukup luas yaitu di Yogyakarta, Cilacap, Blitar dan Banyuwangi. Sedangkan di luar Jawa terdapat di Sumatera (Aceh, Batak dan Nias), Nua Tenggara (Bali, Bima,


(21)

Sumba dan Flores), Sulawesi (Gorontalo dan Bone), Maluku dan Irian (Kartikawati dan Adinugraha, 2003).

Pupuk Kandang

Pupuk kandang merupakan salah satu pupuk organik yang mengandung hara makro dan hara mikro, yang dapat memperbaiki sifat-sifat fisik, kimia dan biologi tanah (Marsono, 2001). Pupuk kandang dapat berasal dari kotoran sapi, ayam atau bebek yang benar-benar telah matang yang dapat digunakan sebagai pupuk dasar atau pupuk susulan. Selain itu pupuk kandang dapat menghasilkan hormon sitokinin dan giberelin yang dapat merangsang pertumbuhan tanaman.

Pupuk kandang dapat digolongkan ke dalam pupuk organik yang memiliki kelebihan. Beberapa kelebihan pupuk kandang sehingga sangat disukai para petani seperti, memperbaiki struktur dan tekstur tanah, menaikkan daya serap tanah terhadap air, menaikkan kondisi kehidupan di dalam tanah dan sebagai sumber zat makanan bagi tanaman (Wiryanta, 2003).

Pupuk kandang adalah pupuk yang berasal dari kandang ternak, baik berupa kotoran padat (feses) yang bercampur sisa makanan maupun air kencing (urine). Itulah sebabnya pupuk kandang terdiri dari dua jenis, yaitu padat dan cair. Menurut Mayadewi (2007) pupuk kandang merupakan pupuk organik yang memiliki kandungan hara yang dapat mendukung kesuburan tanah dan pertumbuhan mikroorganisme dalam tanah. Pemberian pupuk kandang selain dapat menambah tersedianya unsur hara, juga dapat mendukung pertumbuhan mikroorganisme serta mampu memperbaiki struktur tanah.


(22)

Pupuk Kandang Sapi

Pupuk sapi merupakan pupuk padat yang banyak mengandung air dan lendir. Bagi pupuk padat yang keadaannya demikian bila terpengaruh oleh udara maka cepat akan terjadi pergerakan-pergarakan sehingga keadaannya menjadi keras, selanjutnya air tanah dan udara yang melapukkan pupuk itu menjadi sukar menembus/merembes ke dalamnya. Dalam keadaan demikian peranan jasad renik untuk mengubah bahan-bahan yang terkandung dalam pupuk menjadi zat-zat hara yang tersedian dalam tanah untuk mencukupi keperluan pertumbuhan tanaman mengalami hambatan-hambatan, perubahan langsung secara perlahan-lahan. Pada perubahan-perubahan ini kurang sekali terbentuk panas (Mulyadi, 1987).

Menurut (Maskamian, 2004) seekor sapi dapat menghasilkan pupuk organik dari kotoran ayam sebanyak 5 kg/ekor/hari, sehingga me-miliki potensi pupuk organik lokal yang cukup besar. Selama ini kotoran sapi tersebut belum dimanfaatkan, dan hanya dibuang atau diba-kar. Dengan proses sederhana yaitu pengom-posan menggunakan bantuan Stardec ditam-bah Urea dan SP-36 kualitas pupuk organik dari kotoran sapi dapat ditingkatkan, se-hingga diharapkan pupuk organik dari ko-toran sapi

Pupuk Kandang Ayam

Kotoran ayam merupakan sumber hara yang penting karena mempunyai kandungan nitrogen yang lebih tinggi dibanding pupuk kandang lain. Menurut Odoema (2006) pupuk kandang ayam merupakan sumber yang baik bagi unsur-unsur hara makro dann mikro yang mampu meningkatkan aktivitas mikroba, sehingga cepat terdekomposisi dan melepaskan hara. Aplikasi pupuk kandang ayam juga diyakini memperbaiki sifat fisik tanah dan meningkatkan daur hara


(23)

sperti mengerahkan efek enzimtatik atau hormon langsung pada akar tanaman sehingga mendorong pertumbuhan tanaman.

Unsur hara dalam pupuk kandang ayam tersedia dalam bentuk yang dapat langsung diserap tanaman. Sementara pada kotoran sapi dan kambing memerlukan proses penguraian terlebih dahulu. Pengunaan pupuk kandang ayam berfungsi untuk memperbaiki struktur fisik dan biologi tanah, menaikan daya serap tanah terhadap air. Pemberian pupuk kandang berpengaruh dalam meningkatkan Al-dd dan menurunkan pH, hal ini disebabkan karena bahan organik dari pupuk kandang dapat menetralisir sumber kemasaman tanah. Pupuk kandang juga akan menyumbangkan sejumlah harakedalam tanah yang dapat berfungsi guna menunjang pertumbuhan danperkembangannya, seperti N, P, K.Secara umum kandungan unsur hara tiap ton pupuk kandang ayam adalah 65.8 Kg N, 13.7 Kg P dan 12.8 Kg K (Risnandar, 2004).\

Pupuk Kandang bebek

Menurut (Anonimus, 2010) Kotoran itik merupakan salah satu pupuk organik yang dapat memperbaiki sifat fisik, kimia, biologi tanah. Mampu memperbaiki struktur tanah, tanah menjadi ringan untuk diolah, meningkatkan daya tahan air, akibatnya bila pupuk dengan dosis tinggi hara tanaman tidak mudah tercuci. Unsur hara yang terkandung dalam pupuk kandang kotoran unggas (itik) bermanfaat dalam proses mineralisasi melepaskan hara dengan lengkap (N, P, K, Ca, Mg, S, serta hara mikro) sehingga dapat meningkatkan kandungan nutrisi tanah. Selain itu, pupuk kandang juga dapat memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah, memperbaiki struktur tanah, tanah menjadi ringan untuk diolah, meningkatkan daya tahan air, permeabilitas tanah menjadi lebih baik serta


(24)

meningkatkan kapasitas tukar kation tanah sehingga hara tanaman tidak mudah tercuci.

Kotoran itik dapat menambah unsur hara yang dapat diserap oleh akar tanaman. Selain itu pupuk kandang berpengaruh baik terhadap sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Kelebihan dari pupuk kandang adalah membantu menetralkan pH tanah, aman digunakan dalam jumlah besar, bahkan dalam pertanian organik sumber utama hara berasal dari pupuk kandang, dan mempertinggi porositas tanah dan secara langsung meningkatkan ketersediaan air tanah (Redhanie, 2008).

Pupuk Kandang Kambing

Pupuk kandang kambing terdiri dari 67% bahan padat (faeces) dan 33% bahan cair (urine). Sebagai pupuk kandang komposisi unsur haranya 0.95% N, 0.35% P2O4 dan 1% K2O. Ternyata bahwa kadar N pupuk pupuk kambing cukup

tinggi, kadar airnya lebih rendah dari kadar air pupuk sapi. Keadaan demikian merangsang jasad renik melakukuan perubahan-perubahan aktif, sehingga perubahan berlangsung dengan cepat. Pemakaian atau pembenaman pupuk ini dalam tanah sebaiknya dilakukan 1 atau 2 minggu setelah masa tanam (Mulyani, 1987).

Peranan Pupuk Bagi Tanaman

Secara alamiah pertumbuhan tanaman, misalnya hutan-hutan yang lebat, padang rumput yang luas pada iklim yang sesuai, merupakan bukti bahwa tanah dapat menyediakan unsur hara esensial bagi pertumbuhan dan kehidupannya. Setelah adanya campur tangan manusia, maka akan terjadi gangguan keseimbangan dari unsur-unsur hara di dalam tanah (Nyakpa et al, 1991).


(25)

Bagi tanaman pupuk digunakan untuk hidup, tumbuh dan berkembang. Jika dalam makanan manusia dikenal ada istilah gizi maka dalam pupuk dikenal dengan nama zat atau unsur hara. Secara umum dapat dikatakan bahwa manfaat pupuk adalah menyediakan unsur hara yang kurang atau bahkan tidak tersedi di tanah untuk mendukung pertumbuhan tanaman. Dalam memupuk, pemupukan yang berimbang sangat penting untuk mencapai produksi yang tinnggi dan berpengaruh terhadap kualitas hasil yang diperoleh. Pemupukan yang tidak seimbang akan merangsang kekahatan unsur lainnya, produksi rendah dan akan terus merosot (Soepardi et al, 1985).

Tanaman untuk hidup paling tidak mebutuhkan unsur 13 hara hara esensial yang diperoleh dari tanah. Hingga sekarang yang menjadi permasalahan adalah unsur nitrogen, fosfor dan kalium. Unsur-unsur ini sering sekali mengalami defisiensi di dalam tanah, sehingga sering ditambahkan ke dalam tanah melalui pemupukan yang mengandung unsur tersebut. Ketiga unsur tersebut disebut sebagai unsur-unsur pupuk, disamping itu pula kepentingan unsur hara mikro tidak boleh diabaikan walaupun dibutuhkan dalam jumlah yang sedikit (Hakim et al, 1986).

Unsur yang diserap untuk pertumbuhan dan metabolisme tanaman dinamakan hara tanaman. Mekanisme pengubahan unsur hara menjadi senyawa organik atau energi disebut metabolisme. Dengan menggunakan hara, tanaman dapat memenuhi siklus hidupnya. Fungsi hara tanaman tidak dapat digantikan oleh unsur lain dan apabila tidak terdapat suatu hara tanaman, maka kegiatan metabolisme akan terganggu atau terhenti sama sekali. Menurut Khaerudin (1999) bahwa ada 16 unsur hara yang diperlukan tanaman untuk pertumbuhannya, unsur


(26)

hara tersebut dibedakan menjadi unsur gas, unsur hara mikro dan unsur hara makro. Karbon, hidrogen dan oksigen adalah unsur yang berbentuk gas dan diperoleh dari udara. Unsur hara mikro terdiri dari Seng (Zn), Besi (Fe), Mangan (Mn), Tembaga (Cu), Molibdenum (Mo), Boron (B), Klor (Cl), Natrium (Na), Kobal (Co) dan Silikon (Si), adapu yang tergolong unsur hara makro yaitu Nitrogen (N), Fosfer (P), Kalium (K), Sulfur (S), Kalsium (Ca) dan Magnesium (Mg).

Maka untuk mengatasi kekurangan hara perlu dilakukan pemupukan yang berimbang bagi tanaman untuk menyediakan unsur hara bagi pertumbuhannya. Dalam arti luas, pupuk adalah suatu bahan yang digunakan untuk mengubah sifat fisik, kimia atau biologi tanah sehingga menjadi lebih baik bagi pertumbuhan tanaman. Di dalam pengertian yang lebih khusus, pupuk adalah suatu bahan yang mengandung satu atau lebih hara tanaman (Rosmarkam dan Yuwono, 2002).

Pemupukan juga mempunyai maksud mencapai kondisi dimana tanah memungkinkan tanaman tumbuh dengan sebaik-baiknya. Pertumbuhannya tidak saja tergantung dari tersedianya berbagai zat makanan dalam jumlah yang cukup, tetapi juga dari persyaratan lain seperti struktur dan kondisi derajat keasaman tanah. Pemupukan ikut mempengaruhi keadaan itu. Keadaan tanah yang baik berarti pula bahwa tanaman dapat dengan mudah menyerap makanan melalui pertubuhan akarnya yang kuat, dibanding dengan jika pertumbuhannya kurang baik (Rinsema, 1993).

DTA Danau Toba Kecamatan Haraggaol Horison

Secara geografis Kawasan Danau Toba terletak di pegunungan Bukit Barisan Propinsi Sumatera Utara pada titik koordinat 2021‘ 32‘‘– 20 56‘ 28‘‘


(27)

Lintang Utara dan 980 26‘ 35‘‘ – 990 15‘ 40‘‘ Bujur Timur. Permukaan danau berada pada ketinggian 903 meter dpl, dan Daerah Tangkapan Air (DTA) 1.981 meter dpl. Luas Perairan Danau Toba yaitu 1.130 Km2 dengan kedalaman maksimal danau 529 meter. Total luas Daerah Tangkapan Air (DTA) Danau Toba lebih kurang 4.311,58 Km2. Curah hujan tahunan yang terdapat di kawasan Daerah Tangkapan Air Danau Toba berkisar antara 1.700 sampai dengan 2.400 mm/tahun. Sedangkan puncak musim hujan terjadi pada bulan Nopember – Desember dengan curah hujan antara 190 – 320 mm/bulan dan puncak musim kemarau terjadi selama bulan Juni – Juli dengan curah hujan berkisar 54 – 151 mm/bulan (Kementerian Lingkungan Hidup, 2011).

Saat ini kawasan DTA Danau Toba telah terancam dengan adanya beberapa lahan kritis di sekitar kawasan. Berdasarkan hasil analisis lahan kritis yang dilakukan oleh BPDAS Asahan Barumun tahun 2006, terdapat 377.834,81 Ha lahan yang berpotensi kritis hingga sangat kritis akibat klimatologi dan faktor kesengajaan manusia. Kebakaran hutan dan laju penebangan pohon di Daerah Tangkapan Air (DTA) sulit dihindari tanpa pemantauan dan pengendalian pemanfaatan ruang (Soedrajat, 2011).


(28)

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di DTA Danau Toba, Kecamatan Haranggaol. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan yang dimulai dari bulan September 2014 sampai dengan November 2014.

Alat dan Bahan Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain cangkul, timbangan, jangka sorong, camera digital, software image j, alat tulis, kalkulator, penggaris, spidol, benang, dan kertas label. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit sukun (Artocarpus communis Forst) dengan umur seragam yaitu 6 bulan, media topsoil dan pupuk kandang (kotoran ayam, bebek, kambing dan sapi).

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Kelompok (RAK) non faktorial dengan 5 perlakuan yaitu:

C = Kontrol (tanpa perlakuan)

A = Dosis 1 kg kotoran ayam untuk setiap bibit B = Dosis 1 kg kotoran bebek untuk setiap bibit K = Dosis 1 kg kotoran kambing untuk setiap bibit S = Dosis 1 kg kotoran sapi untuk setiap bibit

Setiap perlakuan dilakukan pengulangan sebanyak 6 kali ulangan, sehingga didapat jumlah bibit sukun sebanyak 30 bibit.


(29)

Model linier Rancangan Acak Kelompok yang digunakan dalam percobaan ini adalah:

Yij = µ + τi +βj+

ij

Keterangan :

Yij = Nilai hasil pengamatan tanaman sukun pada ulangan ke-j dan perlakuan ke-i µ = Nilai rataan umumpertumbuhan sukun

τi = Pengaruh perlakuan berbagai pupuk kandang terhadap pertumbuhan sukun

βj = Pengaruh kelompok ke j (1,2,3,4,5,6)

ij = Pengaruh galat percobaan pada ulangan ke-j dan perlakuan berbagai pupuk kandang

Pada pengolahan data dilakukan dengan uji F pada sistem SPSS. Jika ANOVA berpengaruh nyata terhadap uji F, maka dilanjutkan dengan uji lanjutan berdasarkan uji jarak DMRT (Duncan Multiple Range Test).

Prosedur Penelitian 1. Penyiapan Bibit Sukun

Bibit sukun yang digunakan dalam penlitian ini merupakan bibit yang berasal dari daerah kota Medan. Bibit sukun yang digunakan merupakan hasil perbanyakan vegetatif stek akar. Bibit yang digunakan merupakan bibit yang memiliki umur seragam yaitu 6 bulan dan memiliki kesehatan serta keadaan fisik yang baik.

2. Penyiapan Lubang Tanam

Lubang tanam dibuat dengan ukuran 20cm x 20cm x 20cm dengan jarak tanam adalah 5m x 5m. Media tanah yang digunakan adalah top soil yang berasal


(30)

dari DTA Danau Toba, Kecamatan Haranggaol Horison. Media tanam yang telah dibuat harus sama-sama terkena sinar matahari penuh.

3. Penanaman Bibit Sukun

Bibit sukun kemudian ditanam sesuai dengan lubang tanam yang telah dibuat dan diberi label sesuai dengan perlakuan pada setiap bibit yang telah ditanam.

4. Pemberian Dosis Pupuk

Pupuk yang telah disiapkan sebelumnya kemudian diberikan secara merata pada setiap bibit tanaman sukun sesuai dengan dosis yang telah ditentukan sebelumnya.

5. Parameter Penelitian

a. Pertambahan tinggi bibit (cm)

Pengambilan data parameter tinggi tanaman dilakukan dua minggu sekali. Pengukuran dilakukan sejak hari pertama dilakukan penelitian. Pengukuran tinggi dilakukan dengan menggunakan benang yang kemudian diukur dengan penggaris. Pengukuran tinggi dilakukan 1 cm di atas titik awal pertumbuhan tunas, dan pada titik tersebut diberi tanda untuk memudahkan pengukuran.

b. Diameter bibit (cm)

Pengambilan data parameter diameter tanaman dilakukan dua minggu sekali. Pengukuran dilakukan sejak hari pertama dilakukan penelitian. Pengukuran tinggi dilakukan dengan menggunakan jangka sorong. Pengukuran tinggi dilakukan 1 cm di atas titik awal pertumbuhan tunas dan pada titik tersebut diberi tanda untuk memudahkan pengukuran.


(31)

c. Jumlah daun (helai)

Perhitungan jumlah daun dilakukan pada awal pengamatan dan ahir pengamatan. Daun yang dihitung adalah daun yang sudah terbuka sempurna. Setelah dihitung, kemudian dibandingkan pertumbuhan jumlah daun pada awal pengamatan dengan ahir pengamatan

d. Luas daun (cm2)

Pengukuran luas daun dilakukan pada pengamatan terahir dari setiap tanaman sukun. Daun digambar pada kertas millimeter kemudian hasilnya di-scan untuk mendapatkan pengukuran luas dengan menggunakan program image j.

e. Luas tajuk (cm2)

Pengukuran luas tajuk dilakukan pada pengamatan terahir dari setiap tanaman sukun. Tajuk diambil fotonya, kemudian hasilnya di-scan dan untuk mendapatka luas tajuk pengukuran dilakukan dengan menggunakan program image J.

f. Kadar air daun

Pengukuran kadar air daun dilakukan pada ahir pengamatan dengan cara mengambil daun ke-3 dari setiap tanaman. Kemudian ditimbang beratnya lalu dioven dengan suhu ± 1050C selama 2 kali 24 jam. Setelah itu daun kemudian ditimbang dan diperoleh berat ovennya. Kemudian dihitung kadar air daun dengan rumus:

KA daun (%)= berat awal−berat kering oven

berat kering oven x100%

g.Warna Daun

Pengamatan ini dilakukan pada akhir penelitian. Warna daun, diamati pada satu helai daun yaitu daun ke-3 dari setiap tanaman.


(32)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan selama 90 hari dengan parameter tinggi, diameter, jumlah daun, luas daun, luas tajuk dan kadar air diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 1. Hasil pengamatan pertumbuhan bibit sukun dengan berbagai perlakuan Perlakuan Tinggi

(cm)

Diameter (mm)

Luas Daun (cm2)

Luas Tajuk (cm2)

Jumlah Daun

Kadar Air (%)

C 3,00 0,45 10,05 51,17 3 74,08

A 4,78 1,32 55,41 254,10 5 80,80

B 3,45 0,69 25,88 89,81 4 76,42

K 3,66 0,75 37,27 108,23 5 81,49

S 3,68 0,80 28,30 113,19 4 78,01

Total 18,57 4,01 156,91 616,5 21 390,46

Rata-rata 3,71 0,80 31,38 123,3 4 78,10

1. Tinggi Bibit Sukun

Berdasarkan hasil pengukuran tinggi rata-rata bibit sukun yang disajikan pada tabel 1 menunjukkan bahwa pertambahan tinggi bibit sukun atas setiap perlakuan yang diberikan, menunjukkan pertambahan tinggi yang berbeda-beda. Pertambahan bibit sukun tertinggi pada perlakuan A (1 kg kompos ayam) sebesar 4,78 cm, sedangkan pertambahan tinggi terendah pada perlakuan C (kontrol) sebesar 3 cm.


(33)

Gambar 1. Grafik pertambahan tinggi bibit sukun selama pengamatan Pada Gambar 1 menunjukkan bahwa pertambahan tinggi bibit sukun pada perlakuan C, B, K dan S menunjukkan hasil yang tidak terlalu jauh berbeda. Perlakuan A memberikan pertambahan tinggi yang lebih tinggi, sedangkan pertambahan tinggi terendah pada perlakuan C.

Hasil analisis sidik ragam rataan pertambahan tinggi bibit Sukun (Lampiran 1) menunjukkan bahwasanya pemberian pupuk kandang memberikan pengaruh nyata terhadap pertambahan tinggi bibit sukun. Tabel 2 menunjukkan hasil uji lanjut Duncan terhadap rataan pertambahan tinggi bibit.

Tabel 2. Uji lanjut Duncan terhadap pertambahan tinggi bibit Sukun

Perlakuan Tinggi rata-rata (cm)

C (kontrol) 3,00 a

A (1 kg kompos ayam) 4,78 b B (1 kg kompos bebek) 3,45 a K (1kg kompos kambing) 3,66 ab S (1 kg kompos sapi) 3,68 ab

Keterangan: Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji jarak Duncan (DMRT) pada taraf 5%.

0 1 2 3 4 5 6

III-I V-I VII-I IX-I XI-I

Pengamatan ke-P e rt a m b a h a n t in ggi ( cm ) C A B K S


(34)

2. Diameter Bibit Sukun

Berdasarkan hasil pengukuran diameter bibit sukun yang disajikan pada tabel 1menunjukkan bahwa pertambahan diameter tertinggi terdapat pada perlakuan A (pupuk ayam) yaitu sebesar 1,32 mm, sedangkan rataan pertambahan diameter terndah pada perlakuan C (kontrol) yaitu sebesar 0,45 mm.

Gambar 2. Grafik pertambahan diametr bibit sukun selama pengamatan Pada Gambar 2 menunjukkan bahwa pertambahan diameter bibit sukun spada perlakuan C, A, B, K dan S menunjukkan hasil yang bervariasi. Perlakuan A memberikan pertambahan diameter yang lebih tinggi, sedangkan pertambahan diameter terendah pada perlakuan C.

Hasil analisis sidik ragam rataan pertambahan diameter bibit Sukun (Lampiran 2) menunjukkan bahwasanya pemberian pupuk kandang memberikan pengaruh nyata terhadap pertambahan diameter bibit sukun. Tabel 3 menunjukkan hasil uji lanjut Duncan terhadap rataan pertambahan diameter bibit.

0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 1,4

III-I V-I VII-I IX-I XI-I

Pengamatan ke-P er ta mb a h a n d ia met er ( mm) C A B K S


(35)

Tabel 3. Uji lanjut Duncan terhadap pertambahan diameter bibit Sukun

Perlakuan Tinggi rata-rata (cm)

C (kontrol) 0,45 a

A (1 kg kompos ayam) 1,32 c B (1 kg kompos bebek) 0,69 b K (1kg kompos kambing) 0,75 b S (1 kg kompos sapi) 0,80 b

3. Luas Daun

Berdasarkan hasil pengukuran yang disajikan pada tabel 1, luas daun terbesar adalah 55,41 cm2 pada perlakuan A. Sedangkan untuk luas daun paling kecil adalah 10,05 cm2 pada perlakuan C. Hasil analisis sidik ragam rataan luas daun bibit Sukun (Lampiran 3) menunjukkan bahwa pemberian pupuk kandang memberikan pengaruh nyata terhadap luas daun bibit sukun. Tabel 4 menunjukkan hasil uji lanjut Duncan terhadap luas daun bibit sukun.

Tabel 4. Uji lanjut Duncan terhadap luas daun bibit Sukun Perlakuan Luas daun rata-rata (cm2)

C (kontrol) 10,05 a

A (1 kg kompos ayam) 55,41 c B (1 kg kompos bebek) 25,88 ab K (1kg kompos kambing) 37,27 bc S (1 kg kompos sapi) 28,30 b

Keterangan: Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji jarak Duncan (DMRT) pada taraf 5%.

4. Luas Tajuk

Berdasarkan hasil pengukuran yang disajikan pada tabel 1, luas tajuk terbesar adalah 254,10 cm2 pada perlakuan A. Sedangkan untuk luas tajuk paling kecil adalah 51,17 cm2 pada perlakuan C. Hasil analisis sidik ragam rataan luas tajuk bibit Sukun (Lampiran 4) menunjukkan bahwa pemberian pupuk kandang


(36)

memberikan pengaruh nyata terhadap luas tajuk bibit sukun. Tabel 5 menunjukkan hasil uji lanjut duncan terhadap rataan luas tajuk bibit tajuk.

Tabel 5. Uji lanjut Duncan terhadap luas tajuk bibit Sukun Perlakuan Luas tajuk rata-rata (cm2)

C (kontrol) 51,17 a

A (1 kg kompos ayam) 254,10 b B (1 kg kompos bebek) 89,81 a K (1kg kompos kambing) 108,23 ab S (1 kg kompos sapi) 113,19 ab

Keterangan: Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji jarak Duncan (DMRT) pada taraf 5%.

5. Jumlah Daun

Hasil analisis sidik ragam rataan jumlah daun bibit sukun (Lampiran 5) menunjukkan bahwa permberian pupuk kandang tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah daun. Berdasarkan hasil pengamatan yang disajikan pada tabel 1 menunjukkan bahwa jumlah daun bibit sukun terbanyak yaitu sebanyak 5 helai daun pada perlakuan A dan K, sedangkan daun yang jumlahnya paling sedikit sebanyak 3 helai daun pada perlakuan C.

6. Kadar Air

Berdasarkan hasil pengukuran yang disajikan pada tabel 1, kadai air daun bibit sukun terbesar adalah 81,49% pada perlakuan K. Sedangkan untuk kadar air daun peling kecil adalah 74,08% pada perlakuan C. Hasil analisis sidik ragam rataan kadar air daun bibit Sukun (Lampiran 6) menunjukkan bahwa pemberian pupuk kandang memberikan pengaruh nyata terhadap kadar air daun bibit sukun. Tabel 6 menunjukkan hasil uji lanjut Duncan terhadap rataan kadar air daun bibit sukun.


(37)

Tabel 6. Uji lanjut Duncan terhadap kadar air bibit Sukun

Perlakuan Kadar air rata-rata (%)

C (kontrol) 74,08 a

A (1 kg kompos ayam) 80,80 b B (1 kg kompos bebek) 76,42 a K (1kg kompos kambing) 81,49 ab S (1 kg kompos sapi) 78,01 ab

Keterangan: Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji jarak Duncan (DMRT) pada taraf 5%.

7. Warna Daun

Tabel 7. Hasil Pengamatan Warna Daun Bibit Sukun

Berdasarkan pada Tabel 7 menunjukkan warna daun terbaik yaitu pada perlakuan A, dimana daun terlihat berwarna hijau tua dibandingkan dengan perlakuan yang lain. Sedangkan warna daun hijau muda pada perlakuan C.

Perlakuan Warna Daun Luas Daun (cm2)

C 10,05 (1)

A 55,41 (5)

B 25,88 (2)

K 37,27 (4)


(38)

Pembahasan

Pada penelitian yang dilakukan dapat dilihat bahwa pemberian berbagai pupuk kandang (pupuk kandang ayam, bebek, kambing dan sapi) memberikan pengaruh yang berbeda-beda pada setiap parameter pengamatan. Hal ini dikarenakan pupuk kandang yang diberikan memberikan efek yang berbeda pada bibit sukun. Setiap parameter pengamatan memiliki kebutuhan hara yang berbeda-beda, sehingga hasil yang didapatkan menjadi bebeda-beda juga.

Lahan tempat dilakukannya penelitian adalah lahan marginal atau lahan kritis, dimana kondisi lahannya dalam cekaman kekeringan karena kelerengan lahannya agak curam (15 - 25%). Hal ini sangat mempengaruhi pertumbuhan bibit sukun tanpa perlakuan (C) yang begitu lambat. Dapat dilihat dari data bahwa pertambahan tinggi bibit sukun rata-rata 3 cm, pertambahan diameter rata-rata 0.45 mm, luas daun rata-rata 10,05 cm2, luas tajuk rata-rata 51,17 cm2 dan jumlah daun rata-rata 3 helai. Pernyataan ini sesuai dengan Departemen Kehutanan (2006) salah satu kriteria lahan kritis adalah lahan yang kondisinya mengalami cekaman kekeringan akibat laju erosi yang tinggi maupun intensitas curah hujan yang sangat rendah. Hal ini menyebabkan tanah yang berfungsi sebagai media penyimpan air yang terkandung di dalamnya tidak dapat berfungsi maksimal sehingga berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman yang juga menjadi tidak stabil.

Berdasarkan beberapa pengamatan yang diamati, menunjukkan bahwa nilai tertinggi dari parameter tinggi bibit sukun adalah pada perlakuan pupuk kandang ayam yaitu 4,78 cm, sedangkan perlakuan kontrol (tanpa perlakuan) menunjukkan pertambahan tinggi paling kecil yaitu 3,00 cm. Hal ini disebabkan


(39)

karena pupuk kandang ayam memiliki kandungan N yang lebih tinggi dibanding pupuk kandang lain, yang dapt memperbaiki struktur dan memperbaiki kesuburan tanah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Odoema (2006) yang menyatakan aplikasi pupuk kandang ayam diyakini memperbaiki sifat fisik tanah dan meningkatkan daur hara sperti mengerahkan efek enzimtatik atau hormon langsung pada akar tanaman sehingga mendorong pertumbuhan tanaman.

Berdasarkan beberapa parameter yang diamati, nilai tertinggi dari parameter diameter bibit sukun adalah 1,32 mm yaitu pada perlakukan pupuk ayam, sedangkan pertambahan diameter bibit sukun yang paling rendah adalah 0,45 mm yaitu pada kontrol (tanpa perlakuan). Hal ini disebabkan karena pupuk kandang ayam menyediakan unsur hara lebih tinggi dibanding pupuk kandang lain ( sapi, kambing dan itik) ini sesuai dengan pernyataan Risnandar (2004) yang menyatakan bahwa kandungan unsur hara tiap ton pupuk kandang ayam adalah 65.8 Kg N, 13.7 Kg P dan 12.8 Kg K. Unsur hara dalam pupuk kandang ayam tersedia dalam bentuk yang dapat langsung diserap tanaman. Sementara pada kotoran sapi dan kambing memerlukan proses penguraian terlebih dahulu.

Dari hasil penelitian yang diperoleh dapat dilihat bahwa pemberian perlakuan pupuk kandang menunjukkan hasil yang lebih baik untuk setiap parameter dibandingkan dengan tanpa perlakuan (kontrol). Hal ini dikarenakan adanya penambahan bahan organik ke dalam tanah yang berfungsi sebagai media penyuplai air dan unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Hal ini sesuai dengan pernyataan Mayadewi (2007) bahwa pupuk kandang merupakan pupuk organik yang memiliki kandungan hara yang dapat mendukung kesuburan tanah dan pertumbuhan mikroorganisme dalam tanah. Pemberian pupuk kandang selain


(40)

dapat menambah tersedianya unsur hara, juga dapat mendukung pertumbuhan mikroorganisme serta mampu memperbaiki struktur tanah.

Hasil penelitian menunjukkan nilai tertinggi parameter luas daun bibit sukun adalah dengan perlakuan pupuk kandang ayam yaitu sebesar 55,41 cm2 dan luas daun paling kecil bibit sukun adalah pada kontrol (tanpa perlakuan) dengan luas 33,15 cm2. Luas daun ini juga berbanding lurus dengan luas tajuk bibit sukun, dimana berdasarkan hasil pengamatan luas tajuk tertinggi bibit sukun sebesar 254,10 cm2 pada perlakuan pupuk kandang ayam dan luas daun paling kecil sebesar 51,17 cm2 yaitu tanpa perlakuan (kontrol).

Pada pengamatan parameter jumlah daun bibit sukun dapat dilihat bahwa jumlah daun berbeda-beda untuk setiap perlakuan. Jumlah daun bibit sukun terbanyak adalah 5 helai pada perlakuan pupuk kandang ayam. Sementara itu jumlah daun paling sedikit adalah 3 helai pada kontrol (tanpa perlakuan). Jumlah daun dapat dijadikan sebagai salah satu indokator produktivitas tanaman, karena daun merupakan tempat terjadinya fotosintesis. Jumlah daun suatu tanaman berhubungan dengan intensitas fotosintesis, dimana semakin banyak jumlah daun maka semakin tinggi hasil fotosintesisnya.

Pada pengamatan kadar air daun, daun yang digunakan adalah daun ketiga dari setiap bibit. Alasan penggunaan daun ketiga ini adalah bahwa daun ketiga dari setiap bibit sudah terentuk secara sempurna dan sudah matang secara fisiologis. Pada pengamatan kadar air daun, hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar air tertinggi sebesar 81,49% pada perlakuan pupuk kandang kambing yang tidak jauh beda dengan perlakuan pupuk kandang ayam dengan kadar air sebesar 80,80%, kemudian diikuti dengan kadar air daun sebesar 78,01% pada perlakuan


(41)

pupuk kandang sapi dan kadar air daun sebesar 76,42% pada perlakuan pupuk kandang bebek. Sedangkan kadar air bibit sukun paling rendah adalah 74,08% pada kontrol. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa bahan organik yang terkandung dalam pupuk kandang dapat meningkatkan kemampuan tanah untuk menyerap dan menahan air yang dibutuhkan tanaman. Hal ini sesuai dengan pernyataan Musnawar (2002), bahwa bahan organik mempunyai kemampuan menyerap air 80 – 90% dari berat totalnya. Penambahan bahan organik ke dalam tanah terutama pada tanah yang mempunyai kadar liat yang tinggi dapat memperbaiki struktur tanah menjadi lebih remah, distribusi ruang pori menjadi lebih merata dan kapasitas memegang air meningkat.

Warna daun adalah suatu indikator yang berguna bagi kebutuhan pupuk N tanaman. Daun yang bewarna pucat atau hijau kekuningan menunjukkan bahwa tanaman kekurangan N, sedangkan daun yang berwarna hijau tua menunjukkan bahwa kebutuhan tanaman akan N terpenuhi. Hasil pengamatan parameter warna daun bibit sukun yang diamati menunjukkan hasil warna daun mulai warna hijau muda sampai dengan hijau tua. Warna daun hijau tua ditunjukkan oleh perlakuan A (pupuk kandang ayam), sedangkan warna daun hijau muda ditunjukkan oleh perlakuan C (kontrol). Dari hasil ini, pupuk kandang ayam memiliki unsur hara N yang cukup untuk pertumbuhan bibit sukun. Menurut Odoema (2006) kotoran ayam merupakan sumber hara yang penting karena mempunyai kandungan nitrogen yang lebih tinggi dibanding pupuk kandang lain. Pupuk kandang ayam merupakan sumber yang baik bagi unsur-unsur hara makro dann mikro yang mampu meningkatkan aktivitas mikroba, sehingga cepat terdekomposisi dan melepaskan hara.


(42)

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakukan berbagai jenis pupuk kandang berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan bibit sukun untuk parameter tinggi, diameter, luas daun, luas tajuk dan kadar air daun. Pengaruh nyata pada perlakuan jenis pupuk kandang terhadap pertumbuhan bibit sukun disebabkan karena pupuk kandang dapat memberikan sumbangan unsur hara bagi pertumbuhan bibit sukun. Pernyataan ini sesuai dengan Wiryanta (2003) yang menyatakan pupuk kandang dapat digolongkan ke dalam pupuk organik yang memiliki kelebihan. Beberapa kelebihan pupuk kandang sehingga sangat disukai para petani seperti, memperbaiki struktur dan tekstur tanah, menaikkan daya serap tanah terhadap air, menaikkan kondisi kehidupan di dalam tanah dan sebagai sumber zat makanan bagi tanaman.

Berdasarkan hasil uji lanjutan DMRT (Duncan Multiple Range Test) pada parameter tinggi bibit, diameter bibit, luas daun, luas tajuk dan kadar air daun menunjukkan bahwa perlakuan terbaik terhadap pertumbuhan bibit sukun adalah perlakuan pupuk kandang ayam karena pupuk kandang ayam kandungan haranya lebih baik dibanding pupuk kandang bebek, kambing dan sapi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Odoema (2006) pupuk kandang ayam memiliki kandungan nitrogen yang lebih tinggi dibanding pupuk kandang lain dan merupakan sumber hara yang baik bagi unsur-unsur hara mmakro dan mikro yang mampu meningkatkan aktivitas mikroba, sehingga cepat terdekomposisi dan melepaskan hara. Unsur hara nitrogen terutama berfungsi untuk merangsang pertumbuhan tanaman secara keseluruhan, terutama batang, cabang dan daun.


(43)

Tabel 8. Korelasi antar perlakuan

parameter Tinggi diameter Luas daun Luas tajuk Jumlah daun Kadar air

Tinggi 1

Diameter 0.998569 1

Luas daun 0.964547 0.954536 1

Luas tajuk 0.993921 0.99287 0.93756 1

Jumlah daun 0.927353 0.907438 0.945977 0.914071 1

Kadar air 0.746067 0.72042 0.881072 0.685414 0.875187 1

Keterangan: 0.00-0.199 : Sangat rendah 0.20-0.399 : Rendah 0.40-0.599 : Cukup 0.60-0.799 : Kuat 0.80-1.000 : sangat kuat

Korelasi menunjukkan hubugan dari dua variabel. Berdasarkan data pada tabel 7 di atas dapat dilihat bahwa setiap pertambahan tinggi memiliki korelasi sangat kuat terhadap diameter, luas daun, luas tajuk dan jumlah daun. Namun, tinggi bibit dengan kadar air menunjukkan korelasi kuat. Diameter memiliki korelasi sangat kuat terhadap luas daun, luas tajuk dan jumlah daun. Sedangkan antara diameter dengan kadar air memiliki korelasi yang kuat. Korelasi sangat kuat juga antara luas daun terhadap luas tajuk dan jumlah daun sedangkan luas daun dan kadar air memiliki korelasi kuat. Luas tajuk memeiliki korelasi sangat kuat terhadap jumlah daun namun, luas tajuk dengan kadar air memiliki korelasi yang kuat. Korelasi sangat kuat juga ditunjukkan antara jumlah daun dengan kadar air.


(44)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesipulan

1. Perlakuan pupuk kandang (pupuk ayam, bebek, kambing dan sapi) berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi bibit, diameter bibit, luas daun, luas tajuk dan kadar air daun sementara pada parameter jumlah daun perlakuan pupuk kandang tidak berpengaruh nyata.

2. Perlakuan pupuk kandang terbaik untuk pertumbuhan bibit sukun adalah perlakuan pupuk kandang ayam.

Saran

Perlu dilakukan penelitian lanjutan pada daerah yang yang lain untuk mengetahui jenis pupuk kandang terbaik pada berbagai kondisi tanah dan lingkungan.


(45)

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. 2010. Produk Panduan NASA dan Hormonik. Edisi2.Natural Nusantara.Yogyakarta.

Forth, H. D. 1994. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Terjemahan Soenartono Adisoemarto.

Hakim, N., M. Y. Nyakpa, A. M. Lubis, S. E. Nugroho, M. A. Diha, Go Ban Hong, H. H. Bailey, 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. Lampung.

Irwanto. 2001. Pengaruh Hormon IBA (Idole Butyric Acid) Terhadap Persen Jadi Stek Pucuk Meranti Putih (Shorea montigena). Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Pattimura. Ambon.

Kartikawati, N. K. dan H. A. Adinugraha. 2003. Teknik Persemaian dan Informasi Benih Sukun. Pusat Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan. Yogyakarta.

Kementrian Lingkungan Hidup Republik Indonesia. 2011. Profil 15 Danau Prioritas Nasional. Jakarta.

Khaerudin. 1999. Pembibitan Tanaman HTI. Penebar Swadaya. Jakarta

Laksamana, R. C. Penggunaan Beberapa Jenis Penahan Air Untuk Mendukung Pertumbuhan Bibit Sukun (Artocarpus communis Forst). 2011. Skripsi. Program Studi Kehutanan. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara. Marsono dan P. Sigit. 2005. Pupuk Akar. Penebar Swadaya. Jakarta. 96 hlm. Mayadewi, Ari. 2007. Pengaruh Jenis Pupuk Kandang dan Jarak Tanam terhadap

Pertumbuhan Gulma Jagung manis. Agritrop, 26 (4):153-159 ISN:02158620.

Maskamian, A. 2004. Buku Saku Peternakan tahun 2004. Dinas Peternakan Provin-si Kalimantan Selatan, 58 p.

Nyakpa, M. Y, A. M. Lubis, M. A. Pulungan, A. G. Amrah, A. Munawar, Go Ban Hong dan N. Hakim, 1999. Kesuburan Tanah. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Depdikbud. Jakarta.

Odoemena, C.S.I. 2006. Effect of Poultry Manure on Growth, Yield and chemical composition of Chemical Composition of Tomato (Lycopersicon esculentum, mill) cultivarrs.IJNAS.1(1):51-55


(46)

Pitojo, S. 1992. Budidaya Sukun. Kanisius. Yogyakarta.

Redhanie. 2008. Pupuk Alami. http://graminea.wordpress.com. Diakses tanggal 05 Desember 2014.

Risnandar, C. 2004. Jenis dan Karakteristik Pupuk Kandang.

Sidabutar, Rina Mayawi. 2012. Studi Tentang Aktivitas Bududaya Ikan Keramba di Desa Silalahi Kecamatan Silalahisabungan Kabupaten Dairi.

[9 September

2014]

Soedrajat, I. 2011. Kawasan Strategis Nasional Borobudur dan danau toba Menuju Pembangunan yang Responsif Berencana. Kementrian Pekerjaan Umum. Jakarta.

Soepardi, G., Ismunadji dan Soetjipto. 1985. Menuju Pemupukan Berimbang Guna Meningkatkan Jumlad dan Mutu Hasil Pertanian. Direktorat Jenderal Pertanian Tanaman Pangan. Departemen Pertanian RI. Jakarta.

Subiksa, I. G. D. 2006. Pemanfaatan Mikoriza Untuk Penanggulangan lahan kritis. 2014]

Susanto, S. 2002. Penerapan Pertanian Organik. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Rauf, A. 2009. Profil Arboretu USU 2006-2008. USU Press. Medan.

Rinsema, W. T. 1993. Pupuk dan Cara Pemupukan. Penerbit Bhratara. Jakarta. Rosmarkam, A dan Yuwono, N. W. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius.

Yogakarta.

Wiryanta. W. 2003. Bertanam Cabai Hibrida Secara Intensif.Agromedia Pustaka. Jakarta.


(47)

Lampiran 1. Analisis rancangan percobaan pertambahan tinggi bibit sukun Data pertambahan tinggi bibit sukun minggu ke-1

Perlakuan Ulangan

1 2 3 4 5 6

C 45,8 33,4 48,6 45 50.8 39,2

A 47,8 47,4 42,3 52,3 51,1 47,5

B 47,8 44,3 41,5 50,6 48,3 39,2

K 41,5 46,4 51,4 45,4 42,9 47,5

S 43,8 42,5 39,7 39,2 52,2 45,3

Data pertambahan tinggi bibit sukun minggu ke-3

Perlakuan Ulangan

1 2 3 4 5 6

C 46,2 33,9 48,8 45,3 51,3 39,8

A 48,1 48,3 43 53,2 51,9 48,5

B 48,9 45 42,2 50,8 48,7 39,4

K 42,2 47,2 51,9 46,8 43 49,4

S 44,2 42,9 40,6 39,7 53,5 46,3

Data pertambahan tinggi bibit sukun minggu ke-5

Perlakuan Ulangan

1 2 3 4 5 6

C 46,7 34,4 49,2 46 51,6 40,3

A 49,3 48,9 44 54,5 53 49,4

B 49,5 45,5 43,5 51,2 49,7 40

K 42,5 48 52,5 47,3 43,5 50,8

S 44,8 43,2 41,9 40,1 54 47,4

Data pertambahan tinggi bibit sukun minggu ke-7

Perlakuan Ulangan

1 2 3 4 5 6

C 47,3 35 50 46,3 52,3 41,2

A 49.8 48,9 45,3 55,5 54,1 50,4

B 50,3 46,2 44,4 51,4 50,2 40,5

K 43,8 48,8 52,7 48 44,1 51,4

S 45,5 43,8 42,5 40,6 55 48,6

Data pertambahan tinggi bibit sukun minggu ke-9

Perlakuan Ulangan

1 2 3 4 5 6

C 47,8 35,6 50,7 47 52,8 42,3

A 50,8 50,8 46,4 56,4 55,2 51

B 50,9 47 45,5 52 51 41,2

K 44,5 49,5 53,3 48,8 44,7 52,1


(48)

Data pertambahan tinggi bibit sukun minggu ke-11

Perlakuan Ulangan

1 2 3 4 5 6

C 48,4 36,1 51,3 47,8 53,5 43,7

A 51,8 51,8 47,5 57,7 56,1 52,2

B 51,8 48,1 46,3 52,7 52 41,5

K 45,6 50,3 54 49,3 45,2 52,7

S 46,5 45,6 43,7 42 56,8 50,2

Analisis ragam pertambahan tinggi bibit sukun Sumber

Keragaman

db Jumlah

Kuadrat

Kuadrat Tengah

F Hitung F tabel Perlakuan 4 10,35667 2,589167 3,065675 2,866081*

Blok 5 2,813667 0,562733 0,666298 2,71089 tn

Galat 20 16,89133 0,844567

Total 29 30,06167

Keterangan: tn : tidak nyata * : nyata

Lampiran 2. Analisis rancangan percobaan pertambahan diameter bibit sukun Data pertambahan diameter bibit sukun minggu ke-1

Perlakuan Ulangan

1 2 3 4 5 6

C 6,5 6,35 5,8 6,45 5,4 5,55

A 6,6 5,75 6,35 6,55 6,8 7,15

B 7,2 7,15 5 7,2 7,35 5,7

K 7,2 6,35 5,7 6 6 7,55

S 6,25 6,65 5,75 4,9 6,35 6,65

Data pertambahan diameter bibit sukun minggu ke-3

Perlakuan Ulangan

1 2 3 4 5 6

C 6,55 6,4 5,85 6,5 5,5 5,75

A 6,75 5,85 7 6,9 7,45 7,25

B 7,4 7,2 5,25 7,5 7,45 5,75

K 7,45 6,75 5,8 6,2 6,1 7,7

S 6,35 6,75 5,9 5,1 6,45 6,8

Data pertambahan diamater bibit sukun minggu ke-5

Perlakuan Ulangan

1 2 3 4 5 6

C 6,6 6,5 5,95 6,55 5,6 5,8

A 6,85 6 7,2 7,05 7,75 7,6

B 7,5 7,5 5,35 7,65 7,5 5,85

K 7,75 7 5,9 6,35 6,15 7,85


(49)

Data pertambahan diameter bibit sukun minggu ke-7

Perlakuan Ulangan

1 2 3 4 5 6

C 6.65 6.6 6.05 6.7 5.7 6

A 7.3 6.25 7.65 7.75 7.75 7.9

B 7.75 7.7 5.5 7.75 7.65 5.9

K 7.8 7.1 6.05 6.45 6.4 7.95

S 6.6 7.1 6.3 5.4 6.75 7.2

Data pertambahan diameter bibit sukun minggu ke-9

Perlakuan Ulangan

1 2 3 4 5 6

C 6,75 6,65 6,15 6,85 5,95 5,9

A 7,55 6,5 7,8 8 8,05 8,1

B 7,85 7,9 5,65 7,8 7,75 6

K 7,9 7,2 6,2 6,5 6,55 8,1

S 6,7 7,25 6,5 5,6 6,9 7,35

Data pertambahan diameter bibit sukun minggu ke-11

Perlakuan Ulangan

1 2 3 4 5 6

C 6,9 6,8 6,25 6,85 5,95 6

A 7,7 6,75 7,95 8,25 8,25 8,25

B 8 8 5,75 7,95 7,9 6,15

K 8.05 7,35 6,35 6,65 6,65 8,25

S 6,95 7,4 6,65 5,75 7,15 7,5

Analisis ragam pertambahan diameter bibit sukun Sumber

Keragaman

db Jumlah

Kuadrat

Kuadrat Tengah

F Hitung F tabel

Perlakuan 4 2,4738 0,6185 20,1397 2,8661*

Blok 5 0,0937 0,0188 0,6929 2,7109tn

Galat 20 0.6142 0,0307

Total 29 3.1818

Keterangan: tn : tidak nyata * : nyata


(50)

Lampiran 3. Analisis rancangan percobaan luas daun bibit sukun Data luas daun bibit sukun pada minggu ke-11

Perlakuan Ulangan Total

Rata-rata

1 2 3 4 5 6

C 11,43 7,43 7,43 11,88 12,86 9,30 332,46 55,41

A 64,94 46,48 36.09 61,96 39,85 83,12 155,28 25,88

B 17,16 40,44 19,39 15,50 44,70 18.06 60,34 10,05

K 70,11 24,89 14,29 37,84 22,87 53,61 223,63 37,27

S 27,63 28,59 25,75 13,05 32,49 42,29 169,83 28,30

Total 191,29 147,84 102,96 140,25 152,793 206,40 941,55 156,92 Analisis ragam luas daun bibit sukun

Sumber Keragaman

db Jumlah

Kuadrat

Kuadrat Tengah

F Hitung F tabel Perlakuan 4 6639,123 1659,781 8,779319 2,866081*

Blok 5 1383,659 276,7318 1,463757 2,71089tn

Galat 20 3781,115 189,0557

Total 29 11803,9

Keterangan: tn : tidak nyata * : nyata

Lampiran 4. Analisis rancangan percobaan luas tajuk bibit sukun Data luas tajuk bibit sukun pada minggu ke-11

Perlakuan Ulangan Total

Rata-rata

1 2 3 4 5 6

C 47,17 72,29 30,33 31,62 46,28 79,35 307,05 51,17

A 174,22 191,00 198,80 322,71 1998,92 438,95 1524,61 254,10

B 70,19 128,98 91,88 54,83 54,83 138,16 538,88 89,81

K 35,43 176,06 188,30 56,77 157,08 35,76 649,39 108,23

S 227,90 119,19 65,84 69,44 53,27 143,45 679,186 113,20

Total 554,92 687,53 575,25 535,36 510,37 835,671 3699,11 616,52 Analisis ragam luas tajuk bibit sukun

Sumber Keragaman

Db Jumlah

Kuadrat

Kuadrat Tengah

F Hitung F tabel

Perlakuan 4 142570 35642,4 7,3255 2,866081*

Blok 5 15284 3056,81 10,62826 2,71089tn

Galat 20 97310,5 4865,53

Total 29 255164

Keterangan: tn : tidak nyata * : nyata


(51)

Lampiran 5. Analisis rancangan percobaan jumlah daun bibit sukun Data jumlah daun bibit sukun pada minggu ke-11

Perlakuan Ulangan Total

Rata-rata

1 2 3 4 5 6

C 3 2 3 4 4 4 20 3,33

A 5 4 7 6 5 5 32 5,33

B 4 4 4 4 4 3 24 3,83

K 4 7 4 5 3 4 27 4,5

S 3 4 3 4 6 4 24 4

Total 19 21 21 24 22 20 127 21,67

Analisis ragam jumlah daun bibit sukun Sumber

Keragaman

Db Jumlah

Kuadrat

Kuadrat Tengah

F Hitung F tabel

Perlakuan 4 13,2 3,3 2,844828 2,866081tn

Blok 5 2,966667 0,593333 0,511494 2,71089tn

Galat 20 23,2 1,16

Total 29 39,36667

Keterangan: tn : tidak nyata * : nyata

Lampiran 6. Analisis rancangan kadar air daun bibit sukun Data kadar air daun bibit sukun pada minggu ke-11

Perlakuan Ulangan Total

Rata-rata

1 2 3 4 5 6

C 70 72,5 71,42 80 78,57 72 444,5 74,08

A 83,1 82,22 80,36 78,67 75,86 84,62 484,82 80,80

B 86,20 81,63 75 70 74,29 71,43 458,55 76,43

K 83,08 86,67 78,57 80 80 80,65 488,96 81,49

S 80,56 77,27 73,91 833 77,77 73,17 466,02 77,67 Total 402,94 400,29 379,27 392 386,50 381,86 2342,86 390,48 Analisis ragam kadar air daun bibit sukun

Sumber Keragaman

db Jumlah

Kuadrat

Kuadrat Tengah

F Hitung F tabel

Perlakuan 4 227,677 56,9193 3,19455 2,86608*

Blok 5 93,9325 18,7865 1,05438 2,71089tn

Galat 20 356,353 17,8176

Total 29 677,962

Keterangan: tn : tidak nyata * : nyata


(52)

Lampiran 7. Dokumentasi penelitian

Titk pengukuran diameter batang Batas pengukuran tinggi

Pupuk kandang ayam Pupuk kandang bebek


(53)

Pemberian label pada bibit sukun Pemberian pupuk kandang pada bibit sukun

Pengukuran tinggi bibit sukun Pengukuran diameter bibit sukun


(54)

Pengukuran KA daun

Bibit sukun awal pengamatan perlakuan Bibit sukun ahir pengamatan perlakuan A (pupuk kandang ayam) A (pupuk kandang ayam)


(55)

Bibit sukun awal pengamatan perlakuan Bibit sukun ahir pengamatan perlakuan B (pupuk kandang bebek) A (pupuk kandang bebek)

Bibit sukun awal pengamatan perlakuan Bibit sukun ahir pengamatan perlakuan C (tanpa perlakuan) C (tanpa perlakuan)


(56)

Bibit sukun awal pengamatan perlakuan Bibit sukun ahir pengamatan perlakuan K (pupuk kandang kambing) K (pupuk kandang kambing)

Bibit sukun awal pengamatan perlakuan Bibit sukun ahir pengamatan perlakuan S (pupuk kandang sapi) S (pupuk kandang sapi)


(1)

Lampiran 5. Analisis rancangan percobaan jumlah daun bibit sukun Data jumlah daun bibit sukun pada minggu ke-11

Perlakuan Ulangan Total

Rata-rata

1 2 3 4 5 6

C 3 2 3 4 4 4 20 3,33

A 5 4 7 6 5 5 32 5,33

B 4 4 4 4 4 3 24 3,83

K 4 7 4 5 3 4 27 4,5

S 3 4 3 4 6 4 24 4

Total 19 21 21 24 22 20 127 21,67

Analisis ragam jumlah daun bibit sukun Sumber

Keragaman

Db Jumlah

Kuadrat

Kuadrat Tengah

F Hitung F tabel

Perlakuan 4 13,2 3,3 2,844828 2,866081tn

Blok 5 2,966667 0,593333 0,511494 2,71089tn

Galat 20 23,2 1,16

Total 29 39,36667

Keterangan: tn : tidak nyata * : nyata

Lampiran 6. Analisis rancangan kadar air daun bibit sukun Data kadar air daun bibit sukun pada minggu ke-11

Perlakuan Ulangan Total

Rata-rata

1 2 3 4 5 6

C 70 72,5 71,42 80 78,57 72 444,5 74,08

A 83,1 82,22 80,36 78,67 75,86 84,62 484,82 80,80

B 86,20 81,63 75 70 74,29 71,43 458,55 76,43

K 83,08 86,67 78,57 80 80 80,65 488,96 81,49

S 80,56 77,27 73,91 833 77,77 73,17 466,02 77,67

Total 402,94 400,29 379,27 392 386,50 381,86 2342,86 390,48

Analisis ragam kadar air daun bibit sukun Sumber

Keragaman

db Jumlah

Kuadrat

Kuadrat Tengah

F Hitung F tabel

Perlakuan 4 227,677 56,9193 3,19455 2,86608*

Blok 5 93,9325 18,7865 1,05438 2,71089tn

Galat 20 356,353 17,8176

Total 29 677,962

Keterangan: tn : tidak nyata * : nyata


(2)

Lampiran 7. Dokumentasi penelitian

Titk pengukuran diameter batang Batas pengukuran tinggi

Pupuk kandang ayam Pupuk kandang bebek


(3)

Pemberian label pada bibit sukun Pemberian pupuk kandang pada bibit sukun

Pengukuran tinggi bibit sukun Pengukuran diameter bibit sukun


(4)

Pengukuran KA daun

Bibit sukun awal pengamatan perlakuan Bibit sukun ahir pengamatan perlakuan A (pupuk kandang ayam) A (pupuk kandang ayam)


(5)

Bibit sukun awal pengamatan perlakuan Bibit sukun ahir pengamatan perlakuan B (pupuk kandang bebek) A (pupuk kandang bebek)

Bibit sukun awal pengamatan perlakuan Bibit sukun ahir pengamatan perlakuan C (tanpa perlakuan) C (tanpa perlakuan)


(6)

Bibit sukun awal pengamatan perlakuan Bibit sukun ahir pengamatan perlakuan K (pupuk kandang kambing) K (pupuk kandang kambing)

Bibit sukun awal pengamatan perlakuan Bibit sukun ahir pengamatan perlakuan S (pupuk kandang sapi) S (pupuk kandang sapi)


Dokumen yang terkait

Penggunaan Berbagai Jenis Kompos Terhadap Pertumbuhan Sukun (Artocarpus communis Forst ) Pada Daerah Tangkapan Air Danau Toba, Kecamatan Haranggaol Horison

0 68 50

Penggunaan Berbagai Dosis Pupuk Kandang Terhadap Pertumbuhan Bibit Sukun (Artocarpuscommunis.Forst) Pada Dta Danau Toba, Kecamatan Haranggaol Horison

0 33 63

Penggunaan Berbagai Jenis Kompos Terhadap Pertumbuhan Sukun (Artocarpus communis Forst ) Pada Daerah Tangkapan Air Danau Toba, Kecamatan Haranggaol Horison

0 0 11

Penggunaan Berbagai Jenis Kompos Terhadap Pertumbuhan Sukun (Artocarpus communis Forst ) Pada Daerah Tangkapan Air Danau Toba, Kecamatan Haranggaol Horison

0 0 2

Penggunaan Berbagai Jenis Kompos Terhadap Pertumbuhan Sukun (Artocarpus communis Forst ) Pada Daerah Tangkapan Air Danau Toba, Kecamatan Haranggaol Horison

0 0 2

Penggunaan Berbagai Jenis Kompos Terhadap Pertumbuhan Sukun (Artocarpus communis Forst ) Pada Daerah Tangkapan Air Danau Toba, Kecamatan Haranggaol Horison

0 0 11

Penggunaan Berbagai Jenis Kompos Terhadap Pertumbuhan Sukun (Artocarpus communis Forst ) Pada Daerah Tangkapan Air Danau Toba, Kecamatan Haranggaol Horison

0 0 2

Penggunaan Berbagai Jenis Kompos Terhadap Pertumbuhan Sukun (Artocarpus communis Forst ) Pada Daerah Tangkapan Air Danau Toba, Kecamatan Haranggaol Horison

0 0 9

Penggunaan Berbagai Pupuk Kandang Terhadap Pertumbuhan Sukun (Artocarpus communis Forst ) Pada DTA Danau Toba, Kecamatan Haranggaol Horison

0 0 10

Penggunaan Berbagai Dosis Pupuk Kandang Terhadap Pertumbuhan Bibit Sukun (Artocarpuscommunis.Forst) Pada Dta Danau Toba, Kecamatan Haranggaol Horison

0 0 13