Ahmad Dauzi Pohan : Analisis Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Tunggal Pada Proyek Pembagunan Rusunawa Universitas Medan Area Pancing – Medan, 2009.
USU Repository © 2009
Gambar 2.11 Beban sentris dan momen kelompok tiang arah x dan y Sumber : Sardjono Hs, 1988
Untuk menghitung tekanan aksial pada masing-masing tiang adalah sebagai berikut :
Qi =
2 2
. .
y y
M x
x M
n V
i x
i y
Σ ±
Σ ±
.............................................................. 2.24 dimana :
Qi = Beban aksial pada tiang ke-i. V
= Jumlah beban vertikal yang bekerja pada pusat kelompok tiang. Mx = Momen yang bekerja pada bidang yang tegak lurus sumbu x.
My = Momen yang bekerja pada bidang yang tegak lurus sumbu y. n
= Banyaknya tiang pancang dalam kelompok tiang pancang pile group.
x
i
,y
i
= Absis atau jarak tiang ke pusat berat kelompok tiang ke tiang nomor-i.
∑x
2
= Jumlah kuadrat absis-absis tiang pancang. ∑y
2
= Jumlah kuadrat ordinat-ordinat tiang pancang.
2.13. Kapasitas Kelompok dan Efisiensi Tiang Pancang
Ahmad Dauzi Pohan : Analisis Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Tunggal Pada Proyek Pembagunan Rusunawa Universitas Medan Area Pancing – Medan, 2009.
USU Repository © 2009
Jika kelompok tiang dipancang dalam tanah lempung lunak, pasir tidak padat, atau timbunan, dengan dasar tiang yang bertumpu pada lapisan kaku, maka
kelompok tiang tersebut tidak mempunyai resiko akan mengalami keruntuhan geser umum, asalkan diberikan faktor aman yang cukup terhadap bahaya
keruntuhan tiang tunggalnya. Akan tetapi, penurunan kelompok tiang masih tetap harus dipancang secara keseluruhan ke dalam tanah lempung lunak.
Pada kelompok tiang yang dasarnya bertumpu pada lapisan lempung lunak, faktor aman terhadap keruntuhan blok harus diperhitungkan, terutama
untuk jarak tiang-tiang yang dekat. Pada tiang yang dipasang pada jarak yang besar, tanah diantara tiang-tiang bergerak sama sekali ketika tiang bergerak
kebawah oleh akibat beban yang bekerja Gambar 2.12a. Tetapi, jika jarak tiang- tiang terlalu dekat, saat tiang turun oleh akibat beban, tanah diantara tiang-tiang
juga ikut bergerak turun. Pada kondisi ini, kelompok tiang dapat dianggap sebagai satu tiang besar dengan lebar yang sama dengan lebar kelompok tiang. Saat tanah
yang mendukung beban kelompok tiang ini mengalami keruntuhan, maka model keruntuhannya disebut keruntuhan blok Gambar 2.12b. Jadi, pada keruntuhan
blok, tanah yang terletak diantara tiang bergerak kebawah bersama-sama dengan tiangnya. Mekanisme keruntuhan yang demikian dapat terjadi pada tipe-tipe tiang
pancang maupun tiang bor.
Ahmad Dauzi Pohan : Analisis Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Tunggal Pada Proyek Pembagunan Rusunawa Universitas Medan Area Pancing – Medan, 2009.
USU Repository © 2009
a b
Gambar 2.12 Tipe keruntuhan dalam kelompok tiang : a Tiang tunggal, b Kelompok tiang
Sumber : Hardiyatmo, 2002 Umumnya model keruntuhan blok terjadi bila rasio jarak tiang dibagi
diameter SD sekitar kurang dari 2 dua. Whiteker 1957 memperlihatkan bahwa keruntuhan blok terjadi pada jarak 1,5d untuk kelompok tiang yang
berjumlah 3x3, dan lebih kecil dari 2,25d untuk tiang yang berjumlah 9x9. Kapasitas ultimit kelompok tiang dengan memperlihatkan faktor efisiensi
tiang dinyatakan dengan rumus sebagai berikut : Qg = Eg . n . Qa ........................................................................... 2.25
dimana : Qg = Beban maksimum kelompok tiang yang mengakibatkan
keruntuhan. Eg = Efisiensi kelompok tiang.
n = Jumlah tiang dalam kelompok.
Qa = Beban maksimum tiang tungga l. Beberapa persamaan efisiensi tiang telah diusulkan untuk menghitung
kapasitas kelompok tiang, namun semuanya hanya bersifat pendekatan. Persamaan-persamaan yang diusulkan didasarkan pada susunan tiang, dengan
mengabaikan panjang tiang, variasi bentuk tiang yang meruncing, variasi sifat tanah dengan kedalaman dan pengaruh muka air tanah. Salah satu dari persamaan-
Ahmad Dauzi Pohan : Analisis Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Tunggal Pada Proyek Pembagunan Rusunawa Universitas Medan Area Pancing – Medan, 2009.
USU Repository © 2009
persamaan efisiensi tiang tersebut, yang disarankan oleh Converse-Labarre Formula, sebagai berikut :
Eg = 1 –
. .
90 .
1 .
1 n
m n
m m
n −
+ −
.................................................... 2.26 dimana :
Eg = Efisiensi kelompok tiang. m
= Jumlah baris tiang. n
= Jumlah tiang dalam satu baris. = Arc tg ds, dalam derajat.
s = Jarak pusat ke pusat tiang lihat Gambar 2.13
d = Diameter tiang.
Gambar 2.13 Definisi jarak s dalam hitungan efisiensi tiang Sumber : Hardiyatmo, 2002
2.14. Penurunan Tiang