itu sesuai dengan ajaran mereka masing-masing. Jenis konflik batin yang dialami oleh Saman  adalah pendekatan  ke  menghindar. Saman  takut keputusannya
dijadikan keputusan satu tekad, sehingga pihak perkebunan ALM beranggapan Saman sebagai pastor yang mencoba mengkristenkan semua warga Lubukrantau.
“Wis merasa begitu galau. Ia ingin mencegah Anson, tetapi tiba-tiba ia tak punya nyali itu. Ia kehilangan keyakinan dirinya. Sebab ia bukan mereka.
Salib mereka bukan salibku. Ia bukan perempuan sehingga tidak tahu bagaimana terhinanya diperkosa, dan ia tak punya istri sehingga tak yakin
bisa sungguh mengerti kemarahan lelaki itu. Tiba-tiba ia merasa bukan siapa-siapa. Tiba-tiba ia merasa tak punya suara. S, 2013:102.
4.1.3 Konflik Menghindar ke Menghindar
Konflik menghindar ke menghindar  merupakan konflik yang terjadi karena harus memilih dua hal yang sebenarnya tidak menguntungkan dan harus
dihindari. Sebagai contoh, seseorang harus memilih apakah harus menjual rumah untuk sekolah, atau tidak menjual rumah, tetapi tidak bisa melanjutkan sekolah.
Pada novel Saman  karya Ayu Utami ditemukan beberapa jenis konflik batin
menghindar ke menghindar yang dialami Saman.
Id  lebih dominan memengaruhi kejiwaannya. Hal  tersebut  digambarkan melalui tangisan dan rengekan Saman seperti ketika Saman pernah menjerit ketika
dilahirkan  dari rahim ibunya. Hal tersebut dilakukan Saman agar ibunya merasa bersalah  dan  ayahnya merasa lega, sebab keinginan  ayahnya untuk mendapat
momongan lagi tidak terwujud. Keinginan id tersebut direalisasikan menjadi ego. Hal itu terlihat ketika ego  mewujudkan keinginan id  dengan  memukul ibunya,
Universitas Sumatera Utara
yang  mengharapkan rasa kasihan kepada ayahnya untuk kesekian kalinya rela menunda kelahiran adik Saman. Sedangkan superego tidak mampu mencegah ego
dalam mengambil tindakan. Menurut agama dan norma di masyarakat, memukul orang yang lebih tua, terlebih itu ibu maupun ayah kandungnya adalah perbuatan
dosa dan durhaka kepada mereka karena dianggap telah menyakiti hatinya. Hal ini terlihat ketika Saman yang merupakan seorang anak kandung,  memukul  ibunya
yang secara agama tidak dibenarkan. Jenis konflik batin yang dialami oleh Saman pada kutipan tersebut yaitu menghindar ke menghindar. Sebab, dengan memukul
ataupun tidak memukul ibunya tetap tidak akan mengurangi rasa belas kasih dan beban ayahnya.
“Wis tercenung, sebab ia tetap mendengar sedu bayi dari belakang tengkuknya. Dan ia menjadi begitu gelisah. Sebab adik masih hidup
meskipun sudah mati. Sebab ibunya membiarkan itu terjadi ....tiba-tiba ia merasa begitu kasihan pada ayahnya. Dihampirinya ibunya. Dipukulnya
wanita itu dengan tangis kemarahan, sampai bapak membopongnya dari belakang. Itulah tangis Wis yang paling keras sejak ia menjerit saat
dilahirkan S, 2013:58.
Saman mengalami rasa yang meresahkan bagi kejiwaannya. Sebab dengan kehadiran wanita tua yang hamil di rumah yang dianggapnya sangat misterius itu,
membuat batin Saman terlihat sedikit gundah. Saman  takut kejadian itu terulang seperti kehamilan  ibunya dahulu. Akan tetapi, id  Saman menginginkan agar
wanita itu tidak mengalami trauma dan ketakutan yang luar biasa dalam hidupnya. Untuk menghindari ketakutan dan tidak bermaksud menyinggung hati wanita
yang sedang hamil tua tersebut, Saman lebih baik menutupi rahasia masa kecilnya kepada wanita  tersebut.  Superego  beroperasi dominan dengan tutup mulut tanpa
Universitas Sumatera Utara
bercerita  agar wanita itu tidak merasa tersinggung dengan pengucapan dan pengakuan darinya. Jadi, dalam hal ini superego  mampu mengendalikan ego
untuk tidak melakukan tindakan yang berakibat buruk. Jenis konflik batin pada kutipan di  bawah  yaitu menghindar ke menghindar. Sebab, jika Saman  bercerita
tentang kejadian masa lalunya  akan membuat wanita itu menjadi panik, sebaliknya jika Saman tidak bercerita, dapat menyebabkan hatinya terus menerus
resah dan gelisah. “Ketika berpamitan, ia meminta izin untuk kembali, jika suami perempuan
itu sedang di rumah. Asti, atau Astuti namanya, ia tak terlalu memperhatikan. Sebab kehamilan perempuan itu meresahkan dia, meski ia
tak berani bertanya S, 2013: 61.
Pada kutipan di bawah, id beroperasi ditandai dengan mengejangnya kulit ari Saman sebagai tanda bawaan lahir seseorang ketika melihat sesuatu yang
misterius dan aneh  sebagai bentuk rasa kekhawatirannya. Hal tersebut  dilakukan Saman untuk melawan rasa ketakutan yang dialaminya.  Saman juga sempat
berkomunikasi dengan makhluk tersebut  dengan  bertanya pada batinnya  yang terdalam tentang makhluk  tersebut apakah benar-benar    merupakan adiknya atau
orang lain.  Ego  telah memenuhi keinginan  superego  ketika Saman percaya dan yakin bahwa dibalik ketakutan itu Saman akan merasa aman sebab Tuhan adalah
gembala yang mengatur segala sesuatu dan penguasa sesungguhnya, sehingga ketakutan untuk di serang  kembali  dapat teratasi dari keyakinan Saman  kepada
Tuhan. Konflik batin yang dialami Saman merupakan jenis konflik batin menghindar ke menghindar. Sebab, cara apapun yang dilakukannya untuk
mengetahui siapa sosok dibalik suara itu membuatnya semakin takut dan cemas.
Universitas Sumatera Utara
“Dari arah belakang ia mulai mendengar suara, perempuan, terkadang lelaki, lebih sering perempuan, berbicara bukan dalam bahasa apapun yang ia kenal,
namun ia merasa orang itu menyapanya. Wis menoleh ke belakang cepat- cepat seperti hendak menyergap suara itu dengan matanya. Ia tak melihat
apapun. Suara itu tetap dibalik tengkuknya, hangat menghembus leher dan bahunya, membuat kulit arinya mengejang. “kamu adikku...?” Wis berkata
dengan intonasi kabur, antara menanyakan dan menyatakan, meminta jawaban atau memohon jangan di serang. Tuhanlah gembalaku, takkan
ketakutan aku S, 2013:64.
Perasaaan khawatir akan pandangan  negatif terhadap diri Saman memengaruhi batinnya  ketika  Saman  mencoba menenangkan wanita cacat Upi
yang telah meronta-ronta  karena  tangan perempuan tersebut digenggam  oleh Saman.  Saman tidak ingin masyarakat berpandangan negatif kepadanya, apabila
Saman dipergok secara langsung berada di kamar berdua dengan seorang wanita yang tidak ia kenal sama sekali. Sebab, Saman adalah seorang pastor yang sangat
taat agama dan mengerti benar baik dosa atau tidaknya sebuah perilaku. Ketika id Saman menginginkan agar Saman harus mendekati suara dan langkah wanita
tersebut, maka ego  bekerja  dengan menenangkan si gadis dengan cara menggenggam tangan Upi dengan  erat-erat untuk mengetahui paras wajah  Upi.
Akan tetapi, Upi semakin  meronta-ronta seperti seseorang yang ingin diperkosa. Oleh karena, dorongan  superego  kembali menguasai batinnya.  Perempuan itu
kembali  dilepaskannya, sebab seseorang laki-laki dan perempuan yang berada dalam satu  ruangan yang belum memiliki ikatan menikah adalah haram, apalagi
suara wanita itu mengundang seseorang jika tidak  sengaja mendengarnya. Jadi, untuk menghindari kejadian itu Saman melepas genggamannya kepada Upi. Jenis
konflik batin yang dialami Saman adalah jenis konflik batin menghindar ke
Universitas Sumatera Utara
menghindar. Sebab, keberadaan mereka berdua  di satu ruangan akan menimbulkan prasangka negatif dari orang lain.
“Wis berhasil menangkap lengan anak itu. Tapi gadis-gadis itu meronta- ronta dengan hebat. Ruangannya semakin keras sehingga Wis melepaskan
genggamannya sebab ia khawatir mengundang orang-orang yang menyangka ia hendak memperkosa seorang wanita muda yang cacat dan
tidak berdaya.....apa yang baru terjadi padaku? Tidakkah iblis yang baru saja menggoda dengan halusinasi? S, 2013:67.
Saman memiliki niat untuk menolong Upi dari kesengsaraannya melawan nasib. Di satu sisi Saman tidak memiliki kuasa dan hak untuk melepaskan
penyiksaan yang didapat oleh Upi. Akan tetapi, Saman yang diajarkan di gereja Katolik, diwajibkan untuk bisa menyayangi dan mengasihi antar sesama manusia
yang mengalami kesusahan. Saman merasa iba  melihat kondisi Upi, walaupun Saman juga tidak punya wewenang untuk membantu wanita yang baru
dikenalnya.  Itulah konflik batin  yang dialami Saman. Id  menginginkan  ego bagaimana cara yang dilakukan agar Saman bisa membantu Upi dan hatinya
merasa tenang dan tidak cemas. Akan tetapi, superego menuntut ego untuk tidak berbuat ceroboh yang dapat membahayakan dirinya. Sebab, orang akan
berpandangan negatif jika ada seseorang yang baru dikenal bersedia membantu dengan ikhlas tanpa imbalan jasa. Itulah yang membuat tekanan pada diri Saman,
sehingga Saman hanya bisa termenung saja melihat kondisi tersebut. Walaupun di satu sisi bahwa penyiksaan yang dilayangkan kepada  orang yang tidak bersalah
adalah perbuatan yang melanggar norma. Namun, superego dapat menahan kerja ego, sebab hal itu tidak dirasakan oleh orang yang waras, melainkan orang yang
Universitas Sumatera Utara
memiliki keterbelakangan mental gila. Selain itu, melarang orang gila untuk melampiaskan nafsunya adalah dosa. Sebab hak untuk memperoleh kenikmatan
dan kesenangan tidak dilarang  oleh siapa  pun. Jenis  konflik batin yang dialami oleh Saman adalah menghindar ke menghindar. Sebab, cara yang dilakukan
Saman tidak memberikan pengaruh yang positif bagi wanita gila itu. “Wis pun tercenung. Dia Cuma bisa termenung mendengarnya. Ia menatap
perempuan muda dalam kandang itu, namun segera membuang muka karena tak tahan melihat penyiksaan. Tapi dunia yang hadir mengepung
mereka di sana membuatnya tersadar. S, 2013:74.
Saman  merasa bersalah. Sebab, sesampai di pastoran Saman masih mengingat kejadian yang  menyebabkan kegelisahan pada diri Saman atas
kenyataan hidup yang tidak  pernah dilihat dan dirasakan Saman sebelumnya di kota–kota besar. Perasaan itu merupakan rasa sayang dan kasihan  melihat
penyiksaan yang dialami Upi  dalam hidupnya. Saman merasa berdosa jika membiarkan  Upi  hidup sendiri dalam keadaan gila, serta kekhawatiran  Saman
dengan kondisi Desa Lubukrantau yang memiliki keterbelakangan pendidikan. Id beroperasi dengan raga gelisahnya membolak-balikkan badan dan tidak bisa tidur
dengan nyaman. Hal itu terlihat bahwa kebiasaan seseorang yang merasa gelisah melakukan gerakan yang risau dan cemas dan seakan-akan tidak ada rasa
tenangnya dan berusaha untuk menenangkan pikirannya. Jenis konflik batin yang dialami Saman yaitu jenis menghindar ke menghindar. Sebab, dengan hanya
memikirkan saja, tidak akan mengurangi penyiksaan seksual yang dialami oleh
Universitas Sumatera Utara
perempuan gila tersebut, melainkan akan menyebabkan Saman mengalami trauma dan merasa cemas secara terus-menerus.
“Malam harinya, di kamar tidur pastoran, kegelisahan membolak-balik tubuhnya di ranjang seperti orang mematangkan ikan di penggorengan. Ia
telah melihat kesengsaraan di balik kota-kota maju, tetapi belum pernah ia saksikan keterbelakangan seperti tadi siang S, 2013:75.
Pada kutipan di bawah ini, terlihat betapa bingungnya batin Saman untuk menghadapi kenyataan bahwa baru  pertama kalinya wanita selain ibunya yang
berani menyentuh jari-jari tangannya. Saman adalah seorang pastor yang tidak berani menyentuh  tubuh seorang wanita, sebab hal tersebut  dilarang keras oleh
agama,  karena  dapat menimbulkan hawa  nafsu terhadap sesama lawan jenis  dan merupakan perbuatan dosa. Namun, di  satu sisi Saman tidak ingin membuat
perasaan Upi tersinggung. Id Saman akhirnya bereaksi dengan menunjukkan rasa diam, sebab baru pertama kali seumur hidup Saman merasakan sentuhan seorang
wanita  kecuali  ibunya.  walaupun  Saman juga sempat  menikmati  sentuhan jari tangan Upi.  Akan tetapi,  superego  menentang  id  dengan menuntut ego  agar
menghindari peristiwa tersebut. Ketakutan superego akan menimbulkan perzinaan diantara mereka. Sebab, jika sudah nafsu yang mengendalikan tubuh manusia,
maka bukan hatinya yang berkata, tetapi hasutan iblis. Sehingga ego  menjadi penyalur  superego  ketika  Saman harus berteriak kaget dan melompat untuk
menghindari perzinahan  Upi. Awalnya, Saman  tidak  berani melakukan hal  itu, sebab akan menyebabkan perasaan  Upi  tersinggung.  Namun, karena Saman
adalah seorang pastor, maka secara langsung ia memberontak dan meninggalkan gadis itu sebab dapat menimbulkan fitnah. Jenis konflik batin yang dialami Saman
Universitas Sumatera Utara
adalah konflik menghindar ke menghindar. Hal itu terbukti dengan pilihan Saman untuk menghindari sentuhan jari tangan Upi terhadap anggota tubuh Saman. Jika
Saman tetap menikmati sentuhan tersebut, maka Saman akan dituduh memerkosa Upi, namun jika Saman memberontak juga akan menyinggung perasaan Upi.
“Wis terdiam sebab belum pernah ada perempuan yang mengelus jarinya, sehingga ia tak tahu bagaimana harus bereaksi. Ia ingin
menarik tangannya, tetapi khawatir itu menyinggung perasaan Upi. Dengan ragu dibiarkannya perempuan itu meraba, menjulurkan tangan
keluar untuk menyentuh lengannya yang berlumur tanah dan peluh....pastor muda itu berteriak kaget dan melompat ke belakang. Wis
meninggalkan tempat itu dan si gadis memanggil-manggil S, 2013:78.
Atas dasar keinginan  Saman  untuk mempertemukan  Upi  dengan seorang pria pendamping dalam hidupnya,  dengan tekad yang kuat Saman
menciptakan  orang-orangan  atau  patung seperti Sigale-gale  sebagai  objek pelampiasan hasrat biologis  serta demi memenuhi keinginan seks Upi. Masalah
yang dihadapi Upi tersebut menimbulkan kegelisahan bagi batin Saman, sebab id Saman beroperasi  agar nafsu seks Upi dapat dilampiaskan dan dinikmati Upi
tanpa menyebabkan rasa sakit.  Id  menginginkan bahwa Upi harus mempunyai kekasih yang sesuai impiannya, dalam arti seorang kekasih yang bisa
membuatnya senang, yakni kekasih yang wujudnya seperti manusia  agar Upi merasakan kenikmatan  nafsu yang dialaminya. Di lingkungannya, gadis berusia
belasan tahun sudah memasuki masa haid sehingga sewajarnya berhak memperoleh hasrat seks, walaupun dengan berbagai macam cara. Di satu sisi, ego
Saman  beroperasi  untuk segera mewujudkan cita-cita  Upi senyaman mungkin demi melampiaskan nafsunya dengan cara  mencoba menirukan bentuk kayu
Universitas Sumatera Utara
seperti sama halnya dengan bentuk manusia yang akhirnya berfungsi sebagai alat pemuas dan objek yang yang bakal terus ada di sisi Upi ketika suatu saat Upi
menginginkan masturbasi.  Sebab,  seorang gadis akan merasa kesepian apabila tidak memiliki pendamping ataupun pasangan,  dan  orang lain akan mengira
bahwa  Saman  tidak memiliki pengalaman apa-apa tentang kemesraan dengan seorang laki-laki seperti berciuman, berpelukan, kawin dan masturbasi. Superego
Saman tidak beroperasi, sebab dalam aturan norma di masyarakat tindakan yang dilakukan Saman telah melanggar kaedah di masyarakat.
Jenis konflik batin yang dialami tokoh Saman merupakan jenis konflik menghindar ke menghindar. Sebab konflik yang dialaminya merugikan Upi dan
dirinya. Saman harus terpaksa berbohong kepada Upi bahwa mainan Sigale-gale merupakan manusia yang memiliki nafsu untuk melampiaskan seks Upi,
walaupun  Sigale-gale  merupakan benda mati yang tidak dapat bereaksi. Akan tetapi, jika hal tersebut tidak dilakukan Saman, maka Saman merasa bersalah
akibat tidak dapat menyenangkan keinginan Upi yang secara logika divonis tidak dapat berhubungan seks secara normal dengan lelaki yang waras. Akibat konflik
yang dialami Saman, maka Saman mengambil solusi dengan menciptakan Sigale- gale guna memuaskan nafsu Upi agar terhindar dari rasa sakit.
“Lalu  ia mondar-mandir sepeti hewan menyesuaikan diri dengan kandang baru di taman safari. Dari sisa kerangkeng lama, dikeratnya juga sepasang
mata dan sebuah mulut disekitar hidung limas itu, mencoba meniru patung kayu Sigale-gale yang gagah...ia juga membuat sepasang tangan dari
dahan-dahan kokoh yang diikat dengan ijuk sehingga bisa berayun-ayun. Lalu ia tegakkan dengan  patri semen. “Upi. Kenalkan ini pacarmu
Namanya Totem. Totem  Pallus. Kau boleh maturbasi dengan dia.  Dia lelaki yang baik dan setia S, 2013:80.
Universitas Sumatera Utara
Rasa kekhawatiran Saman akhirnya memuncak. ketika Anson menceritakan kepada Saman tentang seseorang yang telah memerkosa Upi dalam
kandang atau bilik Upi. Saman takut jika dikemudian hari Upi hamil dan tidak ada yang berani bertanggungjawab atas perbuatan yang dilakukan oleh seseorang
yang memerkosa Upi.  Id  Saman beroperasi ketika Saman  melakukan gerakan kesal dengan menggigit bibir dan menelan ludah sebagai rasa kemarahannya
kepada orang yang telah memerkosa Upi. Id  juga menginginkan cara apa yang dilakukan agar Upi tidak mengalami gangguan pada jiwanya atas kejadian
pemerkosaan tersebut. Akan tetapi,  Saman mengira Upi  sebaliknya  menikmati dan senang dengan adanya pemerkosaan pada diri Upi. Sebab, tidak ada seseorang
yang  bersedia  berhubungan seks dengan orang yang tidak waras, kecuali orang tersebut juga memiliki kelainan jiwa.  Saman merasa khawatir jika nantinya Upi
mengandung  anak tanpa seorang suami  disampingnya.  Superego  pun mendominasi dengan rasa takut jika hal itu benar-benar terjadi. Seandainya
memang Upi benar-benar hamil. Superego juga menahan ego untuk tidak berbuat kebaikan pada diri Upi dan bertanggungjawab atas kejadian tersebut. Saman takut
jika dituduh menghamili Upi,  karena  akhir-akhir ini Saman sangat dekat sekali dengan Upi. Konflik batin yang  dialami oleh Saman adalah jenis konflik
menghindar ke menghindar. Konflik yang dialami oleh Saman tidak menguntungkan  bagi dirinya. Sebab, kejadian itu  akan menjadi pertanyaan dan
menyebabkan Saman trauma lebih lama, serta kesengsaraan bagi kandungan Upi jika kemudian hamil bahkan melahirkan.
Universitas Sumatera Utara
“Wis menelan ludah dan menggigit bibirnya hingga hampir berdarah. “bagaimana keadaannya?” tanyanya sambil bergegas ke tempat perempuan
muda itu, meninggalkan ibunya yang belum selesai cerita. Ia merasa lemas sebab tidak tahu harus berbuat apa, sebab barangkali si gadis malah
menyukai pemerkosaan itu. Dan ia tak pernah tahu bagaimana menyelesaikan persoalan ini” .Upi baik-baik saja,” sahut Anson yang
mengiringi. Wis memang menemukan gadis itu tertawa-tawa saja di dalam kandang, menyapa dengan riang melihat dia kembali. “bagaimana kalau
dia hamil?” kata Wis dengan getir pada Anson kemudian S, 2013:90.
Seperti halnya ketika kebiasaan manusia sejak lahir, bahwa sebagai tanda rasa sedih dan perasaan terpukul yang dialami seseorang ditandai dengan air mata
yang menetes dan suara tangisan yang  tersendat di tenggorokan untuk melampiaskan kemarahan. Itulah yang dialami Saman. Menurut Saman  tangisan
dengan suara keras tidak akan menyelesaikan masalah.  Turbin yang telah dibangunnya dengan susah payah sejak enam bulan terakhir telah dihancurkan
oleh  orang yang tidak bertanggungjawab. Rumah kincir yang membantu banyak warga Lubukrantau dirobohkan begitu saja oleh orang yang merasa  iri dan tidak
senang melihat Saman. Terlihat memang id sangat mendominasi batinnya. Sebab, sesuatu yang telah  lama dimiliki oleh seseorang dan suatu saat menhilang,
mengakibatkan tekanan batin dan hancur pada diri seseorang. Saman telah merasa kehilangan cita-citanya untuk membangun kincir untuk membantu kebutuhan
listrik Desa  Lubukrantau.  Akan tetapi superego  menjaga  ego  agar tidak melakukan perbuatan yang dapat menimbulkan keributan dan masalah dengan
menerang orang yang diduga kuat sebagai kaki hitam dari peristiwa tersebut yaitu pihak perkebunan ALM. Konflik batin yang dialami Saman termasuk jenis
konflik batin menghindar  ke menghindar. Sebab, Saman  hanya bisa menangisi, tanpa membalas kejahatan orang yang telah merusak kincir itu. Menurutnya,
Universitas Sumatera Utara
dengan membalas balik sama saja menambah masalah baru. Sebaliknya juga dengan menangis juga tidak akan memecahkan masalah. Namun, hanya sebatas
melampiaskan kekecewaan dan amarahnya.
“Saat lelaki itu telah menghilang,ia masuk ke rumah kincir itu, yang dulu ia bangun dengan bersemangat. Turbin telah dihancurkan orang, sepertinya
menggunakan kapak. Untuk memperbaikinya, ia mesti membeli generator baru. Ia menghela nafas, menyandarkan dahinya pada tembok yang
lembab. Sesuatu seperti tertahan di pangkal tenggoroknya. Ia membiarkan airmatanya menitik, lalu mengalir tanpa suara S, 2013:91.
Id  terlihat ketika Saman  menangis dengan meneteskan dua butir airmatanya hingga membentuk bekas dua lingkaran di bajunya sebagai tanda
kesedihan seseorang terhadap masalah yang dihadapi  Saman.  Id  menginginkan ego untuk melampiaskan kemarahan Saman agar membuat batinnya merasa lega.
Id  Saman  mendeskripsikan  bahwa Saman  merasa tidak percaya terhadap kuasa Tuhan dengan  mencoba menentang Tuhan sebagai rasa tidak terima terhadap
cobaan dan tantangan yang dilayangkan kepadanya serta  warga  Desa Lubukrantau.  Superego  tidak mampu mengendalikan ego  yang menyalahkan
Tuhan karena membiarkan nasib Upi dan  warga  desa Lubukrantau dalam kesusahan, meskipun menentang Tuhan adalah perbuatan dosa  besar dan tidak
diampuni, karena Tuhan merupakan Maha Kuasa dan apa saja yang dikehendaki Nya pasti terjadi dan tidak dapat ditandingi oleh kekuatan apapun. Konflik batin
yang dialami Saman termasuk jenis konflik batin menghindar ke menghindar. Kemarahan pada Tuhan tidak akan mengubah keadaan, karena Tuhan memiliki
kuasa sepenuhnya.
Universitas Sumatera Utara
“Wis menyadari airmatanya telah mencetak dua lingkaran di dada bajunya. Ia sungguh gentar pada nasib desa ini, yang juga berarti nasib Upi. Ia
seperti kota gurun yang terkepung, mata airnya telah dikuasai musuh. Tuhan kau biarkan ini terjadi? S, 2013:96.
Dengan suara yang sepenuhnya  dikuasai  amarah,  Saman mencoba untuk melakukan pembelaan terhadap  dirinya. Pada kutipan di  bawah  terlihat bahwa
konflik yang dialami Saman begitu sulit, karena keputusan yang dipilihnya sama- sama merugikan  diri Saman.  Id  menginginkan  ego  untuk  membela orang Cina
yang memberikan keuntungan bagi pembangunan rumah kincir  yang tidak sepenuhnya bersalah.  Ego  beroperasi  ketika  Saman  mengacungkan tangannya
sebagai simbol  untuk  melawan  pendapat Anson yang mengejek serta  menghina orang Cina. Kemudian Saman mencoba membalikkan pendapat Anson dengan
menghina  warga pribumi seperti binatang babi dan anjing yang memiliki nafsu yang tamak, dan rakus.  Ego  Saman memuncak ketika Saman  mengingatkan
bahwa tidak selamanya warga Cina itu memeras dan memaksa  warga Lubukrantau  untuk mengganti tanaman karet menjadi tanaman kelapa sawit,
bahkan pembangunan kincir angin di Desa Lubukrantau mendapat perhatian serta bantuan yang besar dari pedagang Cina. Dalam hal ini superego  tidak mampu
menahan amarah ego.  Superego  menginginkan agar pendapat yang dikeluarkan Saman juga tidak menyakiti perasaan Anson dan warga, sebab akan mengubah
anggapan masyarakat terhadap Saman  sebagai orang yang tidak konsisten dalam mengambil sikap dan keputusan dalam  memegang teguh tujuan awal yang
dibangun lebih dari setengah tahun.  Jenis konflik batin yang dialami Saman adalah konflik menghindar ke menghindar. Sebab dengan asumsi dan aspirasinya
Universitas Sumatera Utara
tersebut,  masyarakat menilai negatif  pada diri Saman, dan  seolah-olah  ia mendukung perkebunan ALM untuk menjalankan tujuan mereka. jika hal itu tidak
diucapkannya, juga tidak akan mengubah tekad masyarakat melawan perkebunan Anugrah Lahan Makmur.
“Wis merasa terpaksa menyela. “Tolong Anson” ia mengacungkan tangan. “saya Cuma mau mengingatkan bahwa material untuk rumah asap ini kita
dapat dengan harga murah sekali dari pedagang Cina dari Perabumulih. Sebagian malah gratis. Kedua, saham-saham Anugerah Lahan Makmur tidak
cuma dimiliki orang Cina satu itu, tapi juga kongsi dengan orang Jawa dan satu raja kebun Batak. Ketiga, bos-bos perusahaan sawit juga membayar
penjaga orang-orang pribumi, orang-orang hitam seperti kita, untuk mendesak kita. Merusak, mencari, memperkosa. Mereka anjing pribumi Babi hutan
lokal Ia terdiam sebentar menyadari bahwa  suaranya  juga dikuasai amarah S, 2013:97.
Pada kutipan di  bawah ini,  Saman merasakan  konflik batin yang luar biasa. Saman yang dianggap pemuda pastor yang memiliki jiwa
bertanggungjawab, berjiwa sosial, berani, pekerja keras, dan santun itu kini tiba- tiba menjadi lemah dan patah semangat. Hal itu ditandai dengan  id  yang merasa
bahwa kejadian ini tidak ada hubungannya dengan diri  Saman,  Hal tersebut dikarenakan  Saman  bukan merupakan warga Lubukrantau, melainkan  hanya
seorang  pastor  pendatang dari Kota Perabumulih.  Walaupun  Saman mencoba pergi dari Lubukrantau,  Saman  tidak  akan  mengalami  kerugian apapun.
Keputusan yang sudah  bulat, kembali pecah akibat sikap tidak konsisten  Saman terhadap  pergerakan dalam mempertahankan  lahan  milik warga.  Jenis konflik
yang dialami Saman adalah jenis konflik menghindar ke menghindar. Hal itu terwujud apabila Saman menyerah begitu saja dan memberikan keputusan kepada
Universitas Sumatera Utara
warga, maka itu sama saja membiarkan warga yang bodoh dan tidak paham akan perjanjian dengan pihak perkebunan sehingga dapat menyebabkan mereka masuk
kedalam jurang kekalahan. Namun, di  satu sisi jika Saman tetap berargumen dengan melanjutkan perjuangan dari awal, maka Saman merasa bahwa perjuangan
tersebut  tetap tidak dapat membantu warga mendapat haknya  karena kekuasaan perkebunan lebih kuat dan besar jika  dibandingkan  pihak  warga yang sebagian
besar adalah orang-orang yang mudah dipengaruhi. “Untuk pertamakalinya Wis tidak ingin mengambil keputusan bagi
perkebunan itu. Betapa berbeda. Dulu ia begitu keras dan yakin, ia rintis harapan yang hampir habis, ia tak pernah lelah. Tapi kini ia sungguh-
sungguh tidak pasti dengan keonsekuensi-konsekuensi yang mungkin terjadi pada orang-orang itu. Ia menjadi begitu sedih sebab untuk
pertamakalinya ia merasa bukan merupakan bagian dari orang-orang didekatnya S, 2013:99.
Pada kutipan di  bawah  terlihat  bahwa  batin  Saman  mulai  merasakan ketakutan dengan rasa gemetar pada tubuhnya. Hal itu dirasakannya, sebab Saman
hanya ditemani kaum ibu-ibu dan beberapa anak muda  dalam menjalankan amanah dan tugas untuk menjaga pos jaga mereka di sekitar desa. Apalagi ketika
kedatangan sekelompok orang dengan menunggangi mobil yang  ternyata itu bukanlah Anson, maka Saman merasa bahwa ia adalah sosok pertahanan terakhir
bagi ibu-ibu serta pemuda sebaya yang berjaga-jaga di sekitar langgar surau. Id pun beroperasi ketika Saman  merasa aliran darahnya berhenti mengalir.  Id
menuntut  ego  agar melakukan sesuatu yang dapat membuat ibu-ibu menjadi tenang karena kedatangan orang-orang dari perkebunan ALM tersebut.  Ego
berperan dengan mencoba mengingatkan ibu-ibu untuk jangan berhenti meminta
Universitas Sumatera Utara
bantuan dari sang Maha Kuasa. Menurut Saman, kedatangan  para pemuda asing itu membuat  Saman  menjadi  orang yang bertanggungjawab atas keselamatan
mereka.  Dalam hal ini superego  mampu mengendalikan kerja ego  dalam mengambil tindakan dengan tetap berserah diri dan mengingat Tuhan dalam
kondisi berbahaya sekalipun. Konflik batin yang dialami Saman adalah jenis konflik menghindar ke menghindar. Hal itu terbukti dengan  keputusannya untuk
bertahan  dengan  berani menghadapi orang-orang asing tersebut,  daripada lari meninggalkan ibu-ibu. Walaupun dengan berhadapan sendiri belum tentu Saman
sanggup  menghadapinya, sebab jumlah pihak  Saman  yang berjaga-jaga kemampuannya sangat jauh jika dibandingkan pihak perkebunan ALM.
“Sampai lewat tengah malam, tak satupun lelaki yang tadi pergi kembali. Wis semakin gentar. Ia mengabsen anak-anak muda yang berpatroli setiap
kali sepasang lewat didekatnya. Lalu ia berpikir  untuk menggabungkan Upi bersama perempuan yang lain di langgar. Tak baik dalam kondisi
begini membiarkan dia sendirian, ia masuk ke surau untuk menanyakan kesanggupan Mak Argani menjaga putrinya. Ketika baru membuka mulut,
didengarnya deru rem kendaraan. Mestilah sejenis trooper atau kijang, sebab suara dentum pintunya berulang-ulang. Bunyi beberapa
langkahsepatu bot mendekat. Wis merasa darahnya berhenti sebentar, sebab ia tahu itu bukan Anson. “Mak jangan henti berdoa,” uajrnya dengan
lemas. Dan ia tak sempat bertanya tentang Upi S, 2013:103.
Keinginan Saman untuk  menyelamatkan Upi dan rumah milih  warga Lubukrantau tidak terwujud. Penyergapan yang dilakukan orang perkebunan
Sawit ALM terhadap ibu-ibu dan dirinya menghambat Saman untuk mengambil tindakan cepat. Saman harus melawan orang-orang yang memiliki kekuatan lebih
dibanding dirinya dan ibu-ibu.  Pada kutipan di  bawah ini,  id  beroperasi dengan suara jeritan Saman yang mengingat bahwa  Upi belum digabungkan dengan
Universitas Sumatera Utara
sekumpulan ibu-ibu di dalam Langgar. Ratusan rumah dan tempat tinggal telah di lalap api serta  asap yang  mengepul di  seluruh penjuru desa. Tanpa disadari  ego
Saman melakukan cara dengan melompat  dari sergapan orang tersebut untuk mendapatkan pertolongan tanpa menghiraukan nasib ibu-ibu yang masih berada di
langgar. Namun, Saman tidak sempat menolong,  sebab  langkahnya  dapat dihentikan oleh dua orang yang berseragam hitam dan mengunci lengannya yang
mengakibatkan Saman berdarah dan mengerang nyeri kesakitan pada tengkuknya. Pada tahap ini superego  menginginkan Saman untuk berunding kepada orang
yang berseragam hitam tersebut agar diberi izin menyelamatkan Upi yang masih berada di dalam kurungan bilik.  Namun,  ego  Saman merasa bahwa orang-orang
tersebut tidak akan setuju,  sebab tujuan mereka hanya ingin membuat warga sengsara dan suatu saat rela memberikan lahannya untuk diganti dengan tanaman
kelapa sawit secara sukarela.  Jenis konflik batin yang dialami Saman adalah menghindar ke menghindar. Pilihan yang sama-sama merugikan bagi diri Saman,
antara Upi ataupun ibu-ibu dilanggar. “Semenit kemudian Wis melihat api muncul dari rumah asap, lalu rumah
petak keluarga Argani, lalu rumah-rumah yang lain. Ia menjerit teringat Upi yang belum sempat ia gabungkan dengan ibu-ibu. Ia melompat untuk
menyelamatkan gadisnya. Tapi dua orang berseragam hitam-hitam itu menangkap dan mengunci lengannya, mendorong punggunggnya hingga
dada serta pelipisnya menghantam tanah, dan memborgol pergelangannya sebelum ia sempat mengerang nyeri S, 2013:104.
Keinginan  Saman untuk menyelamatkan Upi sia-sia saja. Saman sangat merasa bersalah karena tidak sempat menggabungkan Upi bersama ibu-ibu di
Langgar. Walaupun berada dalam sekapan orang  berbaju hitam  tersebut, Saman
Universitas Sumatera Utara
masih juga memberikan perlawanan dan mencoba memberitahu kepada orang lain bahwa masih ada seorang wanita yang harus diselamatkan dari peristiwa
pembakaran rumah tersebut. Namun tiada daya, teriakannya tidak berarti apa-apa. Bukan membuat diri  Saman  merasa  aman,  sebaliknya  menyebabkan  Saman
menjadi tersiksa akibat hantaman yang dilayangkan orang-orang yang menyekapnya. Id beroperasi ketika dirinya dihantam oleh orang perkebunan ALM
dan mengingat Upi yang masih berada di dalam rumah pasungnya. Rengekan dan juga tendangan merupakan id  yang  mencoba memberitahukan kepada siapapun
yang mendengar suaranya berharap mau menolong Upi.  Id  bekerja karena menginginkan agar Upi dapat terselamatkan dari peristiwa pembakaran kandang
Upi.  Namun, tidak sempat mencoba membantu Upi, tekuk Saman dihantam, sehingga Saman sampai mengalami pingsan. Pada kutipan novel di bawah, id dan
superego  tidak tercapai. Jenis konflik batin yang dialami Saman adalah konflik menghindar ke menghindar. Cara apapun yang dilakukan Saman  demi
menyelamatkan Upi tidak ada gunanya, sebab mulutnya di sumbat dengan kain. Saman  hanya sanggup  menendang pemuda-pemuda berbaju hitam  sehingga
perjuangannya sia-sia saja. “Lelaki itu meronta dan mencoba berteriak sepanjang jalan, menendangi
sosok-sosok dalam mobil, sebab ia ingin memberitahu bahwa seorang gadis  tertinggal di kampung yang kosong. Lalu seorang menarik tutup
matanya dan bertanya dengan jengkel: “mau apa kamu” tetapi orang itu tidak membuka sumbat di mulutnya. Mobil itu berhenti dan dua laki-laki
yang tadi duduk mengapit menjejak dia keluar. Lalu Wis merasa sesuatu menghantam tengkuknya S, 2013:105”
Universitas Sumatera Utara
Untuk mempertahankan hidupnya dari kelaparan, Saman harus memenuhi kebutuhan nafsu makan. Id bekerja tanpa mempermasalahkan rasa malunya. Ego
Saman bekerja dengan mengkonsumsi makanan dan minuman  pemberian  dari orang-orang yang menyiksanya, tanpa menghiraukan makanan itu benar-benar
steril  atau tidak bersih. Dalam ajaran  agama  mengkonsumsi  makanan yang tidak sesuai dengan hukumnya adalah haram, terlebih  minuman yang memiliki kadar
alkohol. Superego  pun mendominasi dengan menghargai makanan dan minuman yang diberi untuk diri Saman. Dalam kasus ini menandakan bahwa Saman
memiliki jiwa menghargai barang ataupun makanan pemberian dari orang lain. Jenis konflik batin yang dialami oleh Saman adalah konflik menghindar ke
menghindar.  Jika memilih pilihan antara makan atau tidak makan, Saman  tetap memilih makan dan minum, sebab waktu penyiksaan yang masih lama menjadi
pertimbangannya. “Maka ia pun tahu bahwa orang-orang sedang menyiksa dan memperolok
dia. Di dekatnya ada sepotong roti dan segelas air. Ia makan dan minum sebab amat lapar. Ia tahu bahwa prosesnya masih panjang dan tak seorang
pun bisa menolongnya, sebab ini merupakan penagkapan gelap  S, 2013:105.
Saman mengalami konflik yang begitu berat. Tubuhnya sangat luka. Jiwanya sangat takut. Sebab id bekerja ketika Saman merasa sakit atas penyiksaan
dari pihak ALM,  yang ditandai dengan rasa gemetar disekujur tubuhnya. Isd Saman merasa ketakutan  terhadap  dugaan-dugaan yang membuatnya  khawatir
akan pertanyaan-pertanyaaan yang dilayangkan pihak ALM kepada diri Saman. Hingga  Superego  muncul ketika  Saman  hanya bisa menjerit dengan tubuh yang
Universitas Sumatera Utara
gemetar, tanpa memaki orang yang menganiayanya. Jenis  konflik batin yang dialami oleh Saman adalah konflik batin menghindar ke menghindar. Cara  atau
dugaan apapun yang  dilakukan dan dipikirkannya  tidak akan mengurangi rasa sakitnya.
“Tapi bagaimanapun penyiksaan yang kemudian ia terima membikin tubuhnya gemetar. Kegentaran itu tetap muncul setiap kali ia digiring ke
ruang interogasi, didudukkan, atau dibiarkan berdiri, sementara ia menduga-duga cara apa yang digunakan orang-orang kali ini, sebab
matanya selalu ditutup” S, 2013:106.
Saman  mengalami tahap situasi klimaks  terhadap suatu tekanan masalah yang dihadapinya. Saman harus memilih jalan tersebut untuk mendapatkan
kenikmatannya, agar tidak terjadi benturan fisik terhadap keadaan yang terdesak dan sakit. Kutipan ‘Rasa sakit yang luar biasa “ dan “cerita yang menyenangkan
orang-orang itu’  tahap  id  menggambarkan tekanan batin Saman tentang
penderitaan yang ia alami berada dalam ketidaksadaran, sebab rasa sakit yang luar biasa tidak dinyatakan dalam tahap rasional dan tindakan. ‘menyebabkan ia
mengarang cerita yang sebelumnya tak pernah ia pikirkan sama sekali, cerita yang menyenangkan orang-orang itu: saya sesungguhnya adalah seorang
komunis yang menyaru sebagai Pastor’.  Pada tahap ini ego  beroperasi untuk
mengatasi kesenangan batin Saman, agar orang-orang yang menghukumnya merasa puas atas apa yang diucapkannya, sehingga dengan terpaksa Saman
berbohong dan mengaku sebagai seorang pastor yang komunis. Dalam konflik tersebut, superego tidak sampai beroperasi.
Universitas Sumatera Utara
Jenis konflik batin yang dialami Saman adalah konflik menghindar ke menghindar. Saman terpaksa berbohong agar penyiksaan yang dialaminya
berakhir. Akan tetapi, dalam keterangannya Saman mengaku sebagai seorang pastor komunis yang sengaja menyebarkan kristenisasi kepada warga
Lubukrantau  sehingga  citra Saman  menjadi negatif di masyarakat, dan  dirinya diteror sebagai daftar pencarian orang yang dianggap bersalah dalam konflik yang
terjadi antara pihak ALM dengan warga Lubukrantau. Solusi yang dilakukan Saman  guna menyelesaikan siksaan dan konflik yang dialaminya secara
berkepanjangan, dalam introgasi di penjara Saman terpaksa berbohong dengan membenarkan setiap pertanyaan yang sesuai keinginan dari pihak karyawan
ALM. “Jeritan pada tangan dan kakinya kadang membuat Wis sendiri kehilangan
keyakinan diri bahwa ia memang membangun kebun itu demi Upi, lalu ia menyetujui tuduhan-tuduhan mereka. Rasa sakit yang luar biasa akhirnya
menyebabkan ia mengarang cerita yang sebelumnya tak pernah ia pikirkan sama sekali, cerita yang menyenangkan orang-orang itu: “saya
sesungguhnya adalah seorang komunis yang menyaru sebagai pastor  S, 2013:107”
Setelah ditangkap oleh orang  yang memakai baju hitam, Saman diinterogasi disebuah penjara yang jauh dari orang-orang dan sangat sunyi dari
kehidupan. Saman mengalami berbagai penyiksaan yang menimpa dirinya. Saman disetrum, dipukul hingga tidak mengalami kesakitan, sebab sekujur tubuh Saman
terasa  kaku.  Ketika rasa sakit yang dialaminya sangat luar biasa, id  Saman menginginkan kesenangan untuk menutupi rasa kesakitannya dengan melakukan
humor  guna  menghibur dirinya melalui setiap jawaban dan cerita yang dibagi
Universitas Sumatera Utara
kepada orang-orang yang menyiksanya. Selain itu rasa tertawanya juga mengurangi rasa sakit dan keyakinannya semakin kuat.  Sehingga  ego  Saman
mengantarkan  superego  bekerja  secara sukarela agar penis alat kelaminnya di potong daripada jari tangannya yang dapat digunakan untuk ngupil. Pada
kenyataannya,  penis adalah masa depannya untuk dapat memperoleh keturunannya kelak. Hal itu berarti Saman telah menentang Tuhan bahwa manusia
memiliki perintah untuk memiliki anak dalam kehidupan di dunia. Namun, hal itu berbeda halnya jika seorang  pastor  Katolik  yang mengalami, sebab hal tersebut
sah.  Jenis konflik batin yang dialami Saman adalah jenis konflik menghindar ke menghindar. Sebab, dengan humor dan keputusannya rela jika penisnya di potong,
maka Saman dianggap telah mengalami guncangan kejiwaan yang berat stres. ”Setiap kali ada kesempatan, ia selalu mengubah rasa sakit menjadi humor
di kepalanya sendiri. Seperti ketika orang-orang itu memindahkan kutub- kutub setrum dari belakang telinga ke penisnya. Ia tertawa-tawa sesaat
setelah terjengat ke belakang. Biarpun kau potong, aku tak akan sedih. Karena benda itu cuma kupakai untuk kencing. Tak perlu panjang-
panjang. Tapi jangan potong kelingkingku, sebab aku perlu untuk ngupil. Orang-orang menganggapnya gila karena kesakitan S, 2013:108.
Batin Saman telah dibawah alam ketidaksadaran. Sebab penyiksaan yang dilakukannya orang perkebunan ALM terhadap dirinya sudah memuncak pikiran
alam ketidaksadarannya. Id Saman ingin memeroleh kenikmatan dan kenyamanan dengan mengingat kejadian masa lalu.  Penyiksaan tersebut  digambarkan persis
ketika Saman memukul ibunya saat gagal memberinya seorang adik dan memberi bapaknya  seorang anak.  Saman  beranggapan  bahwa Tuhan disamakan dengan
ibunya yang hanya diam melihat penyiksaan yang diterima pada dirinya.  Hanya
Universitas Sumatera Utara
dengan cara tersebut  Saman  dapat menghadapi siksaan yang menimpanya dari alat-alat seperti paku-paku, mesin setrum, penyiksa, dan tentara serdadu. Pada
kutipan kali ini, ego dan superego tidak tercapai. Jenis konflik batin yang dialami Saman  adalah menghindar ke menghindar. Sebab, semakin  ia  mengingat masa
lalunya, maka Saman  semakin mengingat masalah yang harus dihadapi selain dengan masalah di Desa  Lubukrantau.  Saman  telah mengurangi keyakinan dan
imannya kepada Tuhan dan agamanya  sebagai penolong dan  penyelamat atas penyiksaan itu.
“Wis memukuli ibunya karena membiarkan itu terjadi. Sebab adik masih hidup meskipun sudah mati, tapi kenapa orang-orang memasukkannya ke
dalam peti. Sebab ia merasakan sesuatu yang lain yang begitu dekat dengan Ibu yang Bapak tidak tahu,amat dekat, amat bersatu, ada cinta di
sana. Ada mimpi, dan para penyiksa, serdadu, paku-paku, mesin penyetrum S, 2013:109.
Saman merindukan suara-suara itu muncul lagi. Suara yang sering muncul dari balik tengkuk kepalanya adalah suara yang selalu membantunya setiap Saman
mengalami musibah dan bencana.  Sepertinya pada kutipan di  bawah ini, Saman tidak lagi meyakini akan keberadaan Tuhan, melainkan keberadaan iblis yang
mulai diyakininya. Saman  kembali ke masa alam ketidaksadarannya. Id  kembali bereaksi untuk mennginginkan suara-suara itu dan cahaya-cahaya itu. Namun,
hanya ada orang yang menyiksanya. Ego  sempat muncul ketika  Saman  ingin mengajak berkomunikasi dengan para penyiksa. Hal itu dilakukan  Saman  agar
tetap  terjalin  hubungan komunikasi antara mereka, sehingga tidak terlarut dalam penyiksaan  lebih  lama dalam proses interogasinya. Akan tetapi, superego  tidak
mengijinkan Saman untuk melakukan hal itu, sebab akan membahayakan bagi
Universitas Sumatera Utara
keimanannya kepada Tuhan dan mengakibatkan Saman berdosa. Jenis konflik batin yang dialami Saman adalah menghindar ke menghindar. Apapun cara yang
dilakukan Saman adalah pilihan yang sulit. Sebab Tuhan adalah yang memiliki kuasa, bukan iblis.
“Tapi ia merindukan orang lain. Ke mana suara-suara itu? Suara-suara yang selalu menggetarkanku, yang membuatku kembali ke tanah ini?
Mereka memang biasa datang tiba-tiba, tidak selalu pada kali aku inginkan. Saat-saat ini Wis berharap betul mereka menemaninya.
Datanglah Tolong datang Namun hingga cahaya muncul dari celah angin dan akhirnya hilang lagi, tak ada suara menemaninya. Hanya orang yang
menyodorkan makanan, dan ia kepingin sekali mengajaknya bercakap- cakap S, 2013:111”
Pada kutipan di  bawah ini menggambarkan  batin Saman sangat terguncang. Rasa ikhlas dan berserahnya kepada Tuhan jelas terlihat. Bagaimana
Saman  rela mati dan meninggalkan segalanya di dunia. Sebab tubuhnya lemah dan merasa sakit. Tidak ada lagi cara yang dapat dilakukannya untuk keluar dari
kebakaran itu.  Sehingga  ego  Saman  menentang  id  dan  superego  yang menginginkan  Saman harus selamat dari pembakaran penjara terebut, dan
superego  yang menginginkan Saman harus memiliki jiwa pemberani dan kuat, sebab jika ada usaha pasti ada jalan. Namun, ego  menginginkan mati daripada
harus hidup. Jenis konflik batin yang dialami Saman adalah konflik menghindar ke menghindar, sebab cara apapun yang dilakukannya akan menjadi sia-sia.
“Dengan matanya yang lelah terbiasa pada kegelapan, ia melihat asap kehitaman  menyusup dari sela-sela pintu. Makin lama makin tebal.
Tercium bau karbondioksida. Setengah sadar ia menduga ada kebakaran. Ia terjaga sesaat, tapi tubuhnya begitu lemah dan sakit. Dan ia berkat pada
dirinya sendiri: Biar saja. Aku mau tidur. Mungkin selamanya  S, 2013:111”
Universitas Sumatera Utara
Saman masih mengalami trauma yang besar akan sosok dirinya.  Id beroperasi ketika rasa ketakutannya mengakibatkan Saman  tidak berani
mengambil keputusan yang  dapat membahayakan dirinya, Anson, gereja, dan orang-orang yang ada di dekatnya.  Ego  bekerja ketika akhirnya Saman  pergi
untuk meminta diantar ke rumah suster-suster  di daerah Boromeus di Lahat. Menurut  Saman, ia  merasa aman dari pencarian orang-orang perkebunan  ALM.
Namun, Saman  harus rela kehilangan orang-orang terdekat untuk sementara, walaupun pada kenyataannya seseorang  yang  mengalami kejadian luar biasa,
harus ditemani oleh orang  terdekat. Konflik batin yang dialami Saman pada kutipan  novel di bawah ini  adalah menghindar ke menghindar, karena  kedua
keputusan itu sangat menyulitkan dirinya. “Wis tidak mau ke Perabumulih, sebab ia khawatir orang-orang yang
menyelidiki dirinya mengintai pastoran. Berbahaya bagi Anson, kawanannya, dan dia sendiri, serta Gereja. Ia minta diantar ke rumah
suster-suster Boromeus di Lahat. Di sana, ia berpisah dari Anson dan teman-temannya. Dipeluknya pemuda yang membungkuk ke tenpat ia
tidur S, 2013:114.
Saman mengalami pilihan yang  sulit.  Hal itu menyebabkan  beban  bagi diri Saman. Saman terkejut sebab ia merasa dijadikan kambing hitam dalam
permasalahan kali ini. Keputuan Pater baginya tidak menguntungkan sama sekali. Sebab, dalam keadaan yang masih sakit ia menginginkan sebuah keringanan bagi
dirinya.  Id  bereaksi ketika lehernya mengejang dan tubuhnya mengejut karena sesuatu hal yang merugikan dirinya. Ego Saman bereaksi ketika ia tidak memilih
Universitas Sumatera Utara
satupun dari keputusan yang disodorkan kepadanya. Pilihan untuk mengaku ke kantor polisi atau keluar dari pastor. Hingga akhirnya, superego bereaksi dengan
megakui bahwa kedua pilihan itu merupakan hukuman baginya. Jenis konflik batin pada kutipan novel dibawah  adalah jenis konflik batin menghindar ke
menghindar. “Pater Westenberg menghela nafas, seperti berat ia menjawab: jika tim
yakin kamu memang tidak bersalah, kamu harus memenuhi panggilan polisi. Jika kamu mersa bersalah, saya kira kamu harus mengundurkan diri
dari tugas pastoral. Selanjutnya, menjadi tanggungjawabmu sendiri untuk menyerahkan diri atau tidak.”.....”Itu tidak adil, Pater. Kedua-duanya
adalah hukuman buat saya-“ tapi lehernya mengejang sebelum ia selesai bicara dalam suaranya yang tegang. Kini, sedikit emosi  saja membuat
tubuhnya mengejut S, 2013:116.
4.2 MEKANISME PERTAHANAN KONFLIK