b. Pihak eksekutif sebagai landasan dalam menyusun APBD berikutnya
c. Pemerintah pusat propinsi sebagai bahan masukkan dalam pembinaan
pengelolaan keuangan daerah d.
Masyarakat dan kreditur, sebagai pihak yang akan turut memiliki saham pemerintah daerah, bersedia memberi pinjaman ataupun membeli obligasi.
2.1.7 Rasio Kemandirian Keuangan Daerah
Kemandirian keuangan daerah otonomi fiskal menunjukkan kemampuan Pemerintah
Daerah dalam
membiayai sendiri
kegiatan pemerintahan,
pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat yang telah membayar pajak dan retribusi sebagai sumber pendapatan yang diperlukan daerah. Kemandirian
keuangan daerah ditunjukkan oleh besar kecilnya pendapatan asli daerah dibandingkan dengan pendapatan daerah yang berasal dari sumber yang lain,
misalnya bantuan pusat ataupun dari pinjaman Widodo, 2001 : 262.
Rasio Kemandirian = x 100
Rasio Kemandirian menggambarkan ketergantungan daerah terhadap sumber dana ekstern. Semakin tinggi rasio kemandirian mengandung arti bahwa
tingkat ketergantungan daerah terhadap bantuan pihak ekstern terutama pemerintah pusat dan propinsi semakin rendah, dan demikian pulasebaliknya.
Rasio kemandirian juga menggambarkan tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan daerah. Semakin tinggi rasio kemandirian, semakin tinggi
partisipasi masyarakat dalam membayar pajak dan retribusi daerah yang merupakan komponen utama pendapatan asli daerah. Semakin tinggi masyarakat
membayar pajak dan retribusi daerah akan menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat yang semakin tinggi. Berikut tabel tingkat kemandirian daerah :
Kemampuan Keuangan Daerah
Kemandirian Pola Hubungan
Rendah Sekali 0,00 - 25,00
Instruktif Rendah
25,01 - 50,00 Konsultatif
Sedang 50,01 - 75,00
Partisipatif Tinggi
75,01 - 100 Delegatif
Sumber: Abdul Halim 2007:169
1 Pola hubungan instruktif, dimana peranan pemerintah pusat lebih dominan
daripada kemandirian pemerintah daeah daerah yang tidak mampu melaksanakan otonomi daerah
2 Pola hubungan konsultif, yaitu campur tangan pemerintah pusat sudah
mulai berkurangkarena
daerah dianggap
sedikit lebih
mampu melaksanakan otonomi daerah.
3 Pola hubungan partisipatif, peranan pemerintah pusat sudah mulai
berkurang, mengingat daerah yang bersangkutan tingkat kemandiriannya mendekati mampu melaksanakan urusan otonomi daerah.
4 Pola hubungan delegatif, yaitu campur tangan pemerintah pusat sudah
tidak ada karena telah benar-benar mampu dan mandiri dalam melaksanakan urusan otonomi daerah.
2.1.8 Rasio Indeks Kemampuan Rutin