Keuangan Daerah Landasan Teori .1 Definisi Otonomi Daerah

2.1.5 Keuangan Daerah

Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 sekarang diganti dengan PP Nomor 58 Tahun 2005, tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah, dalam ketentuan umumnya menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintah daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk didalamnya segala bentukkekayaan daerah tersebut, dalam kerangka Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Pemerintah mengeluarkan berbagai peraturan pelaksanaan terhadap keuangan daerah setelah dikeluarkannya undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah. Beberapa peraturan pelaksanaan sebagaimana yang dikemukaan oleh Halim 2007:2 antara lain: 1. Peraturan Pemerintah Nomor 104 Tahun 2000 tentang Dana Perimbangan. 2. Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah. 3. Peraturan Pemerintah Nomor 107 Tahun 2000 tentang Pinjaman Daerah. 4. Peraturan Pemerintah Nomor 108 Tahun 2000 tentang Tata Cara Pertanggungjawaban Kepala Daerah. 5. Surat Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah Tanggal 17 November 2000 Nomor 9032735SJ tentang Pedoman Umum Penyusunan dan Pelaksanaan APBD Tahun Anggaran 2001. 6. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2002 tentang Pedoman Pengurusan, Pertanggungjawaban, dan Pengawasan Keuangan Daerah, serta Tata Cara Penyusunan APBD, pelaksanaan Tata Cara Keuangan Daerah, serta Pernyusunan Perhitungan APBD. 7. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. 8. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. Sumber-sumber PendapatanPenerimaan Daerah menurut undang-undang nomor 33 Tahun 2004: 1 Pembiayaan Penyelenggaraan Pemerintah: a. Penyelenggaraan tugas Pemerintah Daerah dan DPRD dibiayai dari dan atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. b. Penyelenggaraan tugas pemerintah di daerah dibiayai dari dan atas beban Anggaran dan Pendapatan Belanja. 2 Sumber Pendapatan Daerah: a. Pendapatan asli daerah, yaitu: hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah, dan hasil pengelolaan kekayaan milik daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. b. Dana perimbangan. c. Pinjaman daerah. d. Lain-lain pendapatan daerah yang sah. 3 Persentase Dana Perimbangan: a. Dana Perimbangan: 1 Bagian daerah dari penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan, Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Banguanan, dan penerimaan dari sumber daya alam. 2 Dana alokasi khusus. 3 Dana alokasi umum. b. Bagian daerah dari penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan sektor pedesaan, perkotaan, dan perkebunan serta Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan diterima langsung oleh daerah penghasil. c. Bagian daerah dari penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan sektor petambangan serta kehutanan dan penerimaan dari sumber daya alam, diterima oleh daerah penghasil dan daerah lainnya untuk pemerataan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. d. Penerimaan Negara dan Pajak Bumi dan Bangunan dengan pembagian imbalan 10 untuk Pemerintah psat dan 90 untuk daerah. e. Penerimaan Negara dari Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan dibagi dengan imbalan 20 untuk Pemerintah Pusat dan 80 untuk Pemerintah Daerah. f. 10 penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan dan 20 penerimaan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan yang menjadi bagian dari Pemerintah Pusat dibagikan kepada seluruh Kabupaten dan Kota. g. Penerimaan Negara dari sumber daya alam sektor kehutanan, sektor pertambangan umum, dan sektor perikanan dibagi dengan imbangan 20 untuk Pemerintahan Pusat dan 80 untuk Pemerintah Daerah. h. Penerimaan Negara dari sumber daya alam sektor pertambangan minyak dan gas alam yang dihasilkan dari wilayah daerah yang bersangkutan dibagi dengan imbangan sebagai berikut: 1 Penerimaan Negara dari pertambangan minyak bumi yang berasal dari wilayah daerah setelah dikurangi komponen pajak sesuai dengan ketentuan yang berlaku dibagi dengan imbangan 85 untuk pemerintah pusat dan 15 untuk pemerintah daerah. 2 Penerimaan Negara dari pertambangan gas alam yang berasal dari wilayah daerah setelah dikurangi komponen pajak sesuai dengan ketentuan yang berlaku dibagi dengan imbangan 70 untuk pemerintah pusat dan 30 untuk pemerintah daerah. PP Nomor 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah memiliki keterkaitan dengan PP Nomor 108 Tahun 2000 tentang Pertanggungjawaban Kepala Daerah. Pengeolaan Keuangan Daerah secara khusus diatur dalam pasal 14 PP Nomor 105 Tahun 2000 yang menyatakan bahwa: a Ketentuan tentang pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah ditetapkan Peraturan Daerah. b Sistem dan Prosedur Keuangan Daerah diatur dengan Keputusan Kepala Daerah. c Pedoman tentang Pengurusan, Pertanggungjaawaban dan Pengawasan Keuangan Daerah, serta Tata Cara pennyusunan APBD, Pelaksanaan Tata Usaha Keuangan Daerahm dan Penyusunan Perhitungan APBD ditetapkan Keputusan Menteri Dalam Negeri. Berdasarkan ketentuan PP Nomor 105 Tahun 2000 Pasal 14 tersebut, kemudian Departemen Dalam Negeri mengeluarkan Kepmendagri Nomor 29 Tahun 20002. Kepmendagri Nomor 29 Tahun 2002 tersebut meruoakan petunjuk teknis pelaksanaan PP Nomor 105 Tahun 2000 dibidang pengelolaan Keuangan Daerah dalam rangka pelaksanaan transparansi dan akuntabilitas keuangan daerah.

2.1.6 Kinerja Keuangan Daerah

Dokumen yang terkait

ANALISIS KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN TINGKAT KEMANDIRIAN DAERAH DI ERA OTONOMI DAERAH: STUDI KASUS KABUPATEN PROBOLINGGO (TAHUN ANGGARAN 2002-2014) (Performance Analysis of Financial Management and Independence in The Era Autonomy Region: A Ca

0 3 5

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DAERAH PADA ERA OTONOMI DAERAH DI KABUPATEN BOYOLALI

0 5 131

ANALISKEMAN Analisis Kinerja Pengelolaan Keuangan Dan Tingkat Kemandirian Daerah Di Era Otonomi Daerah (Studi Pada DPPKA SurakartaTahun 2010-2012).

0 8 14

PENDAHULUAN Analisis Kinerja Pengelolaan Keuangan Dan Tingkat Kemandirian Daerah Di Era Otonomi Daerah (Studi Pada DPPKA SurakartaTahun 2010-2012).

0 5 7

ANALISKEMAN Analisis Kinerja Pengelolaan Keuangan Dan Tingkat Kemandirian Daerah Di Era Otonomi Daerah (Studi Pada DPPKA SurakartaTahun 2010-2012).

0 3 11

ANALISIS KINERJA ANGGARAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PENYELENGGARAAN OTONOMI ANALISIS KINERJA ANGGARAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PENYELENGGARAAN OTONOMI DAERAH DI KABUPATEN WONOGIRI.

0 1 9

ANALISIS KINERJA ANGGARAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PENYELENGGARAAN OTONOMI DAERAH ANALISIS KINERJA ANGGARAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PENYELENGGARAAN OTONOMI DAERAH DI KABUPATEN SUKOHARJO.

0 0 13

ANALISIS KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH PADA ERA OTONOMI DAERAH DI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2001-2013.

0 0 16

Analisis kinerja pengelolaan keuangan daerah pada era otonomi daerah di Kabupaten Sukoharjo tahun 2001-2013 AWAL

0 0 16

ANALISIS KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN TINGKAT KEMANDIRIAN DAERAH DI ERA OTONOMI DAERAH: STUDI PADA KOTA MANADO (TAHUN 2010-2014) | Kaunang | JURNAL BERKALA ILMIAH EFISIENSI 12412 24740 1 SM

0 0 11