TINJAUAN UMUM APOTEK Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Komunitas Di Apotek Pelengkap No. 14 RSU Dr. Pirngadi Medan

BAB II TINJAUAN UMUM APOTEK

3.1 Aspek Administrasi dan Perundang-undangan Pendirian Apotek

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1027MenkesSKIX2004, apotek adalah tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. Sediaan farmasi yang dimaksud adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetik. Perbekalan kesehatan adalah semua bahan selain obat dan peralatan yang diperlukan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan. Perencanaan pendirian apotek diawali dengan studi kelayakan untuk melihat kelayakan usaha sebelum usaha itu didirikan. Studi kelayakan Feasibility Study adalah penelitian tentang layak atau tidaknya suatu usaha dilaksanakan. Peletakan pondasi manajemen yang kuat ditandai dengan perencanaan yang matang, menyeluruh dan mengungkap suatu realita bersifat realistis. Ada beberapa pertimbangan yang menjadikan studi kelayakan bersifat realistis antara lain: jumlah penduduk, pola transportasi, pola penyakit wilayah tersebut, tingkat kesehatan masyarakat, jumlah apotek yang sudah ada, adanya fasilitas kesehatan umum Rumah sakit, puskesmas, praktek dokter swasta, tingkat pendidikan masyarakat. Dapat pula digunakan metode analisis SWOT Strengths = kekuatan, Weaknesses = kelemahan, Opportunities = peluang, Threats = ancaman. Fitriana Silitonga : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Komunitas di Apotek Pelengkap No. 14 RSU…, 2008 USU e-Repository © 2008 Studi kelayakan dilakukan untuk meyakinkan bahwa semua sumber daya dan keahlian dapat digunakan untuk mendirikan sebuah apotek. Selain memuat beberapa persyaratan pendirian apotek yang telah dipenuhi, hal terpenting dari studi kelayakan adalah prospek pemasaran. 2.2 Aspek Manajerial 2.2.1 Administrasi

2.2.1.1 Administrasi pembukuan

Administrasi pembukuan di apotek meliputi: 1. Administrasi umum Pencatatan, pengarsipan, pelaporan narkotika, psikotropika dan dokumentasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 2. Administrasi pelayanan Pengarsipan resep, pengarsipan catatan pengobatan pasien, pengarsipan hasil monitoring penggunaan obat.

2.2.1.2 Pengelolaan Resep

Apotek wajib menyimpan resep minimal selama 3 tahun dan dapat memberikan informasi kembali tentang resep tersebut apabila konsumen atau dokter penulis resep tersebut memerlukannya.

2.2.2 Pengelolaan Perbekalan Farmasi

Pengelolaan persediaan farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya dilakukan sesuai ketentuan perundangan yang berlaku. Fitriana Silitonga : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Komunitas di Apotek Pelengkap No. 14 RSU…, 2008 USU e-Repository © 2008

2.2.2.1 Perencanaan pengadaan

Sesuai KepMenKes No. 1027 tahun 2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di apotek, maka dalam membuat perencanaan pengadaan sediaan farmasi perlu memperhatikan: 1. Pola penyakit. Perlu memperhatikan dan mencermati pola penyakit yang timbul di sekitar masyarakat sehingga apotek dapat memenuhi kebutuhan masyarakat tentang obat-obat untuk penyakit tersebut. 2. Tingkat perekonomian masyarakat. Tingkat ekonomi masyarakat di sekitar apotek juga akan mempengaruhi daya beli terhadap obat-obatan. 3. Budaya masyarakat. Pandangan masyarakat terhadap obat, pabrik obat, bahkan iklan obat dapat mempengaruhi dalam hal pemilihan obat-obatan khususnya obat-obatan tanpa resep. Demikian juga dengan budaya masyarakat yang lebih senang berobat ke dokter, maka apotek perlu memperhatikan obat-obat yang sering diresepkan oleh dokter tersebut. Dalam perencanaan pengadaan ini, ada empat metode yang sering dipakai yaitu: 1. Metode epidemiologi. Perencanaan dengan metode ini dibuat berdasarkan pola penyebaran penyakit dan pola pengobatan penyakit yang terjadi dalam masyarakat sekitar. 2. Metode konsumsi. Perencanaan dengan metode ini dibuat berdasarkan data pengeluaran barang periode lalu. Selanjutnya data tersebut Fitriana Silitonga : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Komunitas di Apotek Pelengkap No. 14 RSU…, 2008 USU e-Repository © 2008 dikelompokan dalam kelompok fast moving cepat beredar maupun slow moving lambat beredar. 3. Metode kombinasi. Metode ini merupakan gabungan dari metode epidemiologi dan metode konsumsi. Perencanaan pengadaan barang dibuat berdasarkan pola penyebaran penyakit dan melihat kebutuhan sediaan farmasi periode sebelumnya. 4. Metode Just In Time. Perencanaan ini dilakukan saat obat dibutuhkan dan obat yang ada di apotek dalam jumlah terbatas. Perencanaan ini untuk obat-obat yang jarang dipakai atau diresepkan dan harganya mahal serta memiliki waktu kadaluarsa yang pendek.

2.2.2.2 Cara Pemesananpengadaan

Beberapa pertimbangan yang harus dilakukan Apoteker Pengelola Apotek di dalam melaksanakan perencanaan pemesanan barang, yaitu memilih Pedagang Besar farmasi yang memberikan keuntungan dari segala segi, misalnya harga yang ditawarkan sesuai murah, ketepatan waktu pengiriman, diskon dan bonus yang diberikan sesuai besar, jangka waktu kredit yang cukup, serta kemudahan dalam pengembalian obat-obatan yang hampir kadaluarsa ED. Pada saat menerima barang, petugas memeriksa dan menerima fisik barang dari supplier sesuai dengan Surat Pesanan dan faktur barang. Kemudian membuat tanda terima barang di faktur stempel dan tanda tangan berdasarkan fisik barang yang diterima. Petugas pembelian memeriksa jumlah, jenis, harga dan diskon serta masa pembayaran hasil negosiasi dengan supplier. Lalu mengirimkan seluruh faktur pembelian barang yang telah diperiksa ke fungsi tata usaha. Fitriana Silitonga : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Komunitas di Apotek Pelengkap No. 14 RSU…, 2008 USU e-Repository © 2008

2.2.2.3 Penyimpananpergudangan

Obatbahan obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik. Dalam hal pengecualian atau darurat dimana isi dipindahkan pada wadah lain, maka harus dicegah terjadinya kontaminasi dan harus ditulis informasi yang jelas pada wadah baru, wadah sekurang-kurangnya memuat nomor batch dan tanggal kadaluarsa. Semua obat dan bahan obat harus disimpan pada kondisi yang sesuai, layak dan menjamin kestabilan obatbahan obat tersebut.

2.2.2.4 Penjualan

Penjualan atau pengeluaran obat memakai sistem FIFO First In First Out dan FEFO First Expire First Out. Desain apotek yang baik akan menarik keinginan konsumen untuk mengetahui lebih dalam segala sesuatu yang ditawarkan oleh apotek tersebut. Suasana apotek dapat dibangun melalui sistem pencahayaan, pengaturan tata letak, dan penataan atau pengaturan barang dagangan yang baik yang akan menarik pelanggan. Tata cara penataan perbekalan farmasi obat di apotek dapat dibagi menjadi 2 bagian, yaitu: a. Di ruang peracikan atau penyiapan obat ethical counter Dalam menata perbekalan farmasi di ethical counter perlu diperhatikan peraturan yang berlaku yaitu obat-obat golongan narkotika dan psikotropika harus dipisahkan dan disimpan pada lemari tersendiri, sedangkan untuk obat ethical lainnya disimpan dalam lemari yang didesain khusus sehingga dapat memberikan kemudahan dan kecepatan kepada petugas dalam menyiapkan obat yang dibutuhkan konsumen. Fitriana Silitonga : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Komunitas di Apotek Pelengkap No. 14 RSU…, 2008 USU e-Repository © 2008 b. Di ruang penjualan obat bebas OTC counter Dalam menata perbekalan farmasi di OTC counter yang perlu diperhatikan antara lain adalah estetika yaitu seni keindahan dalam menata dan mendesain rak atau lemari obat bebas, bebas terbatas OTC agar dapat menimbulkan rasa ingin tahu dan membeli bagi setiap konsumen yang datang ke apotek. Lay out juga harus diperhatikan yaitu tata letak, susunan barang yang dapat memberikan kenyamanan dan kemudahan bagi konsumen dalam memperoleh obat yang dibutuhkan.

2.2.2.5 Laporan Pemakaian NarkotikaPsikotropika

Apotek membuat laporan pemakaian narkotik dan psikotropik berdasarkan dokumen penerimaan dan pengeluarannya setiap bulan. Untuk obat- obat golongan narkotika, pelaporan dilakukan sekali dalam sebulan, selambat- lambatnya tanggal 10 setiap bulannya. Sedangkan untuk obat-obat psikotropika, pelaporannya dilakukan dua kali dalam setahun, yaitu tiap 6 bulan. Laporan- laporan ini ditandatangani oleh APA lalu diberi stempel apotek, difoto kopi rangkap 4, 1 lembar untuk pertinggal.

2.2.2.6 Pengelolaan Obat Rusak dan Kadaluarsa

Obat rusak atau kadaluarsa dapat dimusnahkan dengan cara: membuat berita yang ditandatangani oleh saksi dari pemerintah balai POM atau Dinkes dan dilaporkan kepada Direktorat Jenderal pengawasan Obat dan Makanan dengan tembusan kepala Dinas Kesehatan Dati II.

2.2.3 Pengelolaan Sumber Daya Manusia

Sesuai ketentuan perundangan yang berlaku, apotek harus dikelola oleh seorang apoteker yang profesional. Dalam pengelolaan apotek, apoteker Fitriana Silitonga : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Komunitas di Apotek Pelengkap No. 14 RSU…, 2008 USU e-Repository © 2008 senantiasa harus memiliki kemampuan menyediakan dan memberikan pelayanan yang baik, mengambil keputusan yang tepat, kemampuan berkomunikasi antar profesi, menempatkan diri sebagai pimpinan dalam situasi multidisipliner, kemampuan mengelola SDM secara efektif, selalu belajar sepanjang karier, dan membantu memberi pendidikan dan memberi peluang untuk meningkatkan pengetahuan. 2.3 Aspek Pelayanan Kefarmasian Pharmaceutical Care 2.3.1 Pelayanan resep Skrining resep Apoteker melakukan skrining resep yang meliputi persyaratan administrasi, kesesuaian farmasetik dan pertimbangan klinis. Jika ada keraguan terhadap resep hendaknya dikonsultasikan kepada dokter penulis resep dengan memberikan pertimbangan dan alternatif seperlunya bila perlu menggunakan persetujuan setelah pemberitahuan. Penyiapan obat Penyiapan obat meliputi peracikan, etiket, kemasan obat yang diserahkan, penyerahan obat, informasi obat, konseling, dan monitoring penggunaan obat. Sebelum obat diserahkan kepada pasien harus dilakukan pemeriksaan akhir terhadap kesesuaian antara obat dengan resep. Penyerahan obat dilakukan oleh apoteker disertai pemberian informasi obat dan konseling kepada pasien. Apoteker harus memberikan informasi yang benar, jelas dan mudah dimengerti, etis dan bijaksana kepada pasien. Informasi obat kepada pasien sekurang-kurangnya meliputi cara pemakaian obat, cara penyimpanan obat, Fitriana Silitonga : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Komunitas di Apotek Pelengkap No. 14 RSU…, 2008 USU e-Repository © 2008 jangka waktu pengobatan, aktivitas serta makanan dan minuman yang harus dihindari selama terapi. Apoteker juga harus memberikan konseling, mengenai sediaan farmasi, pengobatan dan perbekalan kesehatan lainnya, sehingga dapat memperbaiki kualitas hidup pasien atau yang bersangkutan terhindar dari bahaya penyalahgunaan atau penggunaan yang salah sediaan farmasi atau perbekalan kesehatan lainnya. Setelah penyerahan obat kepada pasien, apoteker harus melaksanakan pemantauan monitoring penggunaan obat terutama untuk pasien tertentu seperti TBC, diabetes, kardiovaskular dan penyakit kronis lainnya.

2.3.2 Promosi dan Edukasi

Dalam rangka pemberdayaan masyarakat, apoteker harus berpartisipasi secara aktif dalam promosi dan edukasi. Apoteker ikut membantu memberikan informasi, antara lain dengan penyebaran leafletbrosur, poster, penyuluhan, dan lain-lainnya.

2.3.3 Pelayanan residensial Home Care

Apoteker sebagai care giver diharapkan juga dapat melakukan pelayanan kefarmasian yang bersifat kunjungan rumah, khususnya untuk kelompok lansia dan pasien dengan pengobatan penyakit kronis lainnya. Untuk aktivitas ini apoteker harus membuat catatan berupa catatan pengobatan medication record.

2.3.4 Perpajakan

Pajak adalah suatu kewajiban setiap warga negara untuk menyerahkan sebagian kekayaannya atau penghasilannya kepada negara menurut peraturan Fitriana Silitonga : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Komunitas di Apotek Pelengkap No. 14 RSU…, 2008 USU e-Repository © 2008 perundang-undangan yang ditetapkan oleh pemerintah dan dipergunakan untuk kepentingan masyarakat. Berdasarkan UU RI No. 17 tahun 2000 tentang Pajak Penghasilan, PPh pasal 21 adalah tentang pembayaran pajak atas penghasilan yang diterima oleh orang pribadi pegawai atau badan laba usaha perusahaan yang berdomisili di dalam negeri. Dan berdasarkan UU RI No. 18 tahun 2000 tentang Pajak Pertambahan Nilai BarangJasa dan Pajak Penjualan Barang Mewah, pada pasal 7 dijelaskan bahwa besarnya tarif Pajak Pertambahan Nilai adalah 10 sepuluh persen untuk semua barang kena pajak. Fitriana Silitonga : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Komunitas di Apotek Pelengkap No. 14 RSU…, 2008 USU e-Repository © 2008

BAB III KIMIA FARMA