Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Komunitas Di Apotek Keshia Farma Medan

(1)

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI KOMUNITAS

di

Apotek Keshia Farma Medan

Disusun oleh:

Fitriana Silitonga, S.Farm 073202029

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2008

Fitriana Silitonga : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Komunitas di Apotek Keshia Farma Medan, 2008 USU e-Repository © 2008


(2)

Lembar Pengesahan

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI KOMUNITAS

di

Apotek Keshia Farma Medan

Laporan ini disusun untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara Medan

Disusun oleh:

Fitriana Silitonga, S.Farm 073202029

Apotek Keshia Farma Medan

Pembimbing,

Imelda Ferendina, S.Si., Apt SP: KP.01.02.1.2.2425

Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Dekan,

Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt NIP 131 283 716


(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat melaksanakan Praktek Kerja Profesi dan menyelesaikan penulisan Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Keshia Farma dengan baik.

Dengan segala ketulusan hati penulis juga menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ibu Imelda Ferendina, S.Si., Apt. selaku pembimbing, Apoteker Pengelola Apotek (APA) dan Pemilik Sarana Apotek (PSA) yang telah memberikan bimbingan selama melaksanakan Praktek Kerja Profesi.

2. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi USU.

3. Bapak Drs. Wiryanto, M.S. Apt. selaku Koordinator Program Pendidikan Profesi Apoteker Fakultas Farmasi USU.

4. Seluruh karyawan di Apotek Keshia Farma Medan.

Penulis menyadari atas kekurangan dalam penulisan laporan ini. Untuk itu diharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan laporan ini. Penulis berharap semoga laporan ini dapat memberi manfaat bagi ilmu pengetahuan khususnya di bidang farmasi.

Medan, Maret 2008


(4)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR... iii

DAFTAR ISI... iv

DAFTAR GAMBAR... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

RINGKASAN ... viii

BAB I. PENDAHULUAN... 1

BAB II. TINJAUAN UMUM APOTEK ... 1

2.1. Peran Apotek dan Apoteker ... 3

2.2. Prinsip Manajemen ... 4

2.2.1. Perencanaan... 5

2.2.2. Pengorganisasian... 5

2.2.3. Kepemimpinan ... 5

2.2.4. Pengawasan ... 6

2.3. Studi Kelayakan untuk Mendirikan Apotek... 6

2.3.1. Survei dan Pemilihan Lokasi ... 7

2.3.2. Penyusunan Rencana Anggaran Belanja... 7

2.3.3. Target yang akan dicapai ... 8


(5)

2.4.1. Pembelian... 10

2.4.2. Penyimpanan dan Penataan... 10

2.4.3. Penjualan/Pelayanan ... 11

2.4.4. Administrasi ... 12

2.5. Perpajakan ... 12

2.5.1. Pajak Penghasilan (PPh) ... 13

2.5.2. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) ... 14

BAB III. TINJAUAN KHUSUS APOTEK KESHIA FARMA... 14

3.1. Letak... 14

3.2. Struktur Organisasi ... 14

3.3. Pembelian... 15

3.3.1. Perencanaan Pembelian... 15

3.3.2. Pelaksanaan Pembelian ... 15

3.3.3. Penerimaan Barang ... 16

3.4. Penyimpanan ... 16

3.5. Pelayanan ... 17

3.5.1. Pelayanan Resep... 17

3.5.2. Pelayanan Penjualan Bebas... 18

3.6. Administrasi ... 18

BAB IV. PEMBAHASAN... 20

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 20

5.1. Kesimpulan ... 22

5.2. Saran... 22

DAFTAR PUSTAKA ... 23


(6)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Struktur Organisasi Apotek Keshia Farma... 14


(7)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Formulir Surat Pesanan ... 24

Lampiran 2. Formulir Surat Pesanan Psikotropika ... 25

Lampiran 3. Formulir Surat Pesanan Narkotika ... 26


(8)

RINGKASAN

Telah dilakukan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Keshia Farma Medan pada tanggal 22 November 2007 sampai dengan 27 Desember 2007, dengan jumlah jam efektif sebanyak 225 jam.

Praktek Kerja Profesi ini bertujuan mendidik calon apoteker mampu memahami permasalahan apotek dan mampu mengelola apotek secara profesional sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan kaidah-kaidah profesi yang berlaku.

Kegiatan Praktek Kerja Profesi meliputi pembuatan catatan kegiatan harian, pembuatan catatan pelayanan resep dan catatan pelayanan swamedikasi, pembuatan draft laporan dan tugas khusus serta seminar draft laporan dan tugas khusus.


(9)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan secara tersendiri atau bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok dan/atau masyarakat. Mutu pelayanan kesehatan akan menjadi lebih baik kalau masing-masing profesi kesehatan memberikan pelayanannya kepada pasien didasarkan pada standar profesi, dan etika. Profesi farmasi termasuk profesi yang harus ditingkatkan perannya. Peran itu kini didasarkan pada filosofi Pharmaceutical Care atau Asuhan Kefarmasian. Defenisi Asuhan Kefarmasian menurut International Pharmaceutical Federation adalah tanggung jawab profesi dalam hal farmakoterapi dengan tujuan untuk mencapai hasil yang dapat meningkatkan atau menjaga kualitas hidup pasien.

Terapi dengan obat merupakan proses kolaboratif antara pasien, dokter, apoteker dan penyelenggara pelayanan kesehatan. Apoteker merupakan satu-satunya profesi yang diberi wewenang untuk mengatur, mengawasi dan melaksanakan segala sesuatu yang berkaitan dengan pekerjaan kefarmasian. Apoteker memberikan jaminan bahwa obat yang diberikan adalah obat yang benar, dan pasien menggunakannya dengan benar. Segala keputusan profesional


(10)

apoteker didasarkan pada pertimbangan atas kepentingan pasien dan aspek ekonomi.

Seorang Apoteker tidak hanya dituntut dari segi teknis kefarmasiam saja, tetapi juga harus memiliki keahlian manjemen. Apoteker Pengelola Apotek (APA) mempunyai tanggung jawab untuk menyeimbangkan dua fungsi tersebut demi terpeliharanya martabat dan tradisi luhur profesi farmasi. Untuk dapat mengelola sebuah bisnis apotek, seorang APA tidak cukup dengan hanya berbekal ilmu teknis kefarmasian saja karena mengelola sebuah apotek sama halnya dengan mengelola sebuah perusahaan. APA dituntut pengetahuannya untuk dapat menguasai produk yang dijual dan teknis pelayanan kefarmasian serta harus dapat merencanakan, melaksanakan, mengendalikan, dan menganalisis hasil kinerja operasional.

Berdasarkan hal tersebut diatas maka dilakukan pelaksanaan Praktek Kerja Profesi di Apotek untuk mahasiswa Program Pendidikan Profesi Apoteker. Penulis dalam hal ini melaksanakan praktek kerja profesi di Apotek Keshia Farma di jalan A.R. Hakim No. 300 Medan.

1.2. Tujuan

Dengan dilaksanakannya kerja profesi ini, diharapkan mahasiswa sebagai calon apoteker mampu memahami permasalahan apotek dan mampu mengelola apotek secara profesional sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan kaidah-kaidah profesi yang berlaku.


(11)

BAB II

TINJAUAN UMUM APOTEK

2.1. Peran Apotek dan Apoteker

Apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. Sediaan farmasi yang dimaksud adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetik. Perbekalan farmasi adalah semua bahan selain obat dan peralatan yang diperlukan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan (Keputusan Menkes RI nomor 1027/Menkes/SK/IX/2004).

Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus pendidikan profesi dan telah mengucapkan sumpah berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan berhak melakukan pekerjaan kefarmasian di Indonesia sebagai apoteker. Apoteker Pengelola Apotek (APA) adalah apoteker yang telah diberi Surat Izin Apotek (SIA). Izin apotek diperbaharui setiap lima tahun sekali.

Pengelolaan apotek menurut Permenkes nomor 1332/Menkes/SK/X/2002 yakni:

1. Pembuatan, pengelolaan, peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran, penyimpanan dan penyerahan obat atau bahan obat

2. Pengadaan, penyimpanan, penyaluran dan penyerahan perbekalan farmasi lainnya

3. Pelayanan informasi mengenai perbekalan farmasi

Apoteker merupakan tenaga kesehatan yang profesional yang banyak berhubungan langsung dengan masyarakat sebagai sumber informasi obat. Oleh


(12)

karena itu, informasi obat yang diberikan pada pasien haruslah informasi yang lengkap yang mengarah pada orientasi pasien terdidik bukan pada orientasi produk. Dalam hal sumber informasi obat, seorang apoteker harus mampu memberi informasi yang tepat dan benar sehingga pasien memahami dan yakin bahwa obat yang digunakannya dapat mengobati penyakit yang dideritanya dan merasa aman menggunakannya. Dengan demikian peran seorang apoteker di apotek sungguh- sungguh dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.

Selain memiliki fungsi sosial sebagai tempat pengabdian dan pengembangan jasa pelayanan pendistribusian dan informasi obat dan perbekalan farmasi, apotek juga memiliki fungsi ekonomi yang mengharuskan suatu apotek memperoleh laba untuk meningkatkan mutu pelayanan dan menjaga kelangsungan usahanya. Oleh karena itu apoteker sebagai salah satu tenaga profesional kesehatan dalam mengelola apotek tidak hanya dituntut dari segi teknis kefarmasian saja tetapi juga dari segi manajemen.

2.2. Prinsip Manajemen

Manajemen dapat diartikan sebagai salah satu usaha atau kegiatan yang dilaksanakan secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan bantuan orang lain.

Prinsip-prinsip dasar manajemen dapat dipelajari tetapi hasil yang diperoleh dalam penerapannya masih banyak tergantung pada bakat-bakat perorangan. Manajemen yang baik akan memberikan hasil yang memuaskan sesuai harapan.


(13)

Apoteker sebagai seorang pengelola apotek harus memiliki kemampuan dalam 4 hal yaitu:

1. Perencanaan (planning) 2. Pengorganisasian (organizing) 3. Kepemimpinan (actuating) 4. Pengawasan (controlling) 2.2.1. Perencanaan (Planning)

Sebelum menjalankan suatu usaha sebaiknya dibuat suatu perencanaan. Tanpa perencanaan yang baik tidak akan tercapai tujuan yang diharapkan. Perencanaan ini mencakup pemilihan lokasi, studi kelayakan, perhitungan sumber modal dan waktu, Return of Investment (ROI), serta rencana anggaran belanja.

2.2.2. Pengorganisasian (Organizing)

Pengorganisasian adalah fungsi yang mempersatukan sumber-sumber daya pokok dengan sistem yang teratur dan mengatur orang-orang dalam suatu pola yang harmonis sehingga mereka dapat melaksanakan aktivitas-aktivitas untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.

Pengorganisasian di apotek dibuat sedemikian rupa dimana setiap karyawannya telah mempunyai tugas dan pembagian kerja yang sesuai dengan tingkat pendidikan dan pengalaman yang dimilikinya.

2.2.3. Kepemimpinan (Actuating)

Kepemimpinan adalah kemampuan menggerakkan pelaksanaan tindakan- tindakan bawahannya agar mereka bekerja atas kesadaran sendiri tanpa merasa


(14)

dipaksa. Dalam hal ini diperlukan bakat kepemimpinan dan kewibawaan sehingga dapat mengaktifkan semua karyawan untuk bekerja sesuai dengan bidangnya.

2.2.4. Pengawasan (Controlling)

Semua fungsi diatas tidak akan berjalan secara efektif tanpa adanya pengawasan. Pengawasan adalah proses pengamatan, penelitian, penilaian dari pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi yang sedang atau sudah berjalan untuk dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Fungsi utama dari pengawasan adalah memastikan apakah semua sudah berjalan dengan memuaskan sesuai dengan arah tujuan.

2.3. Studi Kelayakan untuk Mendirikan Apotek

Studi kelayakan merupakan suatu kajian sebagai bagian dari perencanaan yang dilakukan menyeluruh mengenai suatu usaha dalam proses pengambilan keputusan investasi yang mengawali resiko yang belum jelas. Melalui studi kelayakan ini berbagai hal yang diperkirakan dapat menyebabkan kegagalan akan dapat diantisipasi lebih awal.

Dalam mengelola suatu apotek kegagalan dapat saja terjadi pada berbagai tahap yaitu pada saat pendirian apotek atau pada saat apotek melakukan kegiatan. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan kegagalan pada proses pendirian suatu apotek antara lain:

⇒ APA tidak memahami tentang bidang usaha perapotekan


(15)

Kegagalan suatu apotek pada saat melakukan kegiatan dapat disebabkan minimnya masyarakat yang datang ke apotek sehingga kapasitas kerja jauh melebihi pekerjaan yang ada sehingga kegiatan berlangsung tidak efisien.

2.3.1. Survei dan Pemilihan Lokasi

Sebelum mendirikan suatu apotek, sangat penting untuk terlebih dahulu melakukan survei dan pemilihan lokasi. Lokasi sangat mempengaruhi kemajuan suatu usaha apotek dan merupakan pemikiran awal yang paling penting, oleh karena itu pemilihan lokasi harus benar-benar diperhitungkan sebelum apotek berdiri. Agar usaha apotek dapat hidup secara berkesinambungan, apotek harus berada pada lokasi yang memungkinkan untuk memperoleh pelanggan yang terus bertambah. Dengan kata lain, lokasi apotek harus strategis sehingga menjadi pilihan konsumen.

Lokasi yang baik harus memenuhi kriteria-kriteria diantaranya terjamin keamanannya, ramai, tingkat kemampuan ekonomi, mudah dijangkau, dekat dengan tempat pelayanan kesehatan seperti rumah sakit, praktek dokter, klinik dan tempat pelayanan kesehatan lainnya, pusat perbelanjaan, sarana lalu lintas yang tersedia serta memiliki tempat parkir yang memadai dan aman. Dengan lokasi yang demikian diharapkan apotek sebagai tempat usaha akan dapat terus bertahan dan meningkatkan pelayanannya.


(16)

2.3.2. Penyusunan Rencana Anggaran Belanja

Jika seseorang akan mendirikan suatu usaha apotek, maka diperlakukan dana atau modal untuk membiayai semua pengadaan sarana. Modal merupakan unsur utama yang menjamin berdiri dan hidupnya sebuah apotek.

Pada dasarnya dalam suatu usaha dikenal dua bentuk modal yaitu modal aktif dan modal pasif.

1. Modal aktif (modal tetap) adalah dana yang digunakan membiayai pengadaan semua kebutuhan fisik dan non fisik sebagai aset apotek, baik yang mengalami penyusutan maupun tidak, contoh: tanah, bangunan, inventaris apotek.

2. Modal pasif (modal kerja) adalah dana yang diperlukan untuk menjalankan operasional apotek, seperti pengadaan obat-obatan dan perbekalan farmasi lainnya, upah pegawai, listrik, air dan lain-lainnya. Modal kerja ini berdasarkan sumbernya maka dapat digunakan:

a. Modal sendiri, yaitu modal yang dihimpun sendiri merupakan milik pribadi.

b. Modal berasal dari pihak lain, yaitu modal yang berasal dari pinjaman yang berupa hutang yang harus dikembalikan sesuai perjanjian, misalnya pinjaman dari bank.

2.3.3. Target yang akan dicapai

Rencana strategi diperlukan guna menentukan tujuan yang mempunyai dimensi jangka panjang setelah apotek dibuka. Adapun tahap-tahap yang dilalui adalah periode masa perkenalan (introducing period), periode masa pertumbuhan (growing period), periode masa kematangan (maturity periode).


(17)

Pada periode masa perkenalan, target waktu masa ini biasanya 6 bulan sampai 2 tahun. Dalam periode ini harus dilakukan pemasaran serta diharapkan dengan memiliki investasi yang minimum harus sudah mencapai titik impas. Analisis Break Even Point (BEP) atau Analisis Titik Impas yaitu suatu analisis yang dilakukan untuk menetapkan titik dimana hasil penjualan akan menutupi jumlah biayanya, baik itu biaya tetap maupun biaya variabel. Analisis impas ini adalah suatu teknik analisis yang digunakan untuk mempelajari hubungan antara penjualan, biaya dan laba.

Periode masa pertumbuhan terjadi pada tahun kedua dan ketiga dengan sasaran peningkatan omset.

Periode kematangan terjadi pada tahun keempat dan kelima. Dengan bertambahnya item obat biasanya diikuti dengan peningkatan omset penjualan.

Untuk menjaga kelangsungan hidup apotek, target yang direncanakan harus tercapai. Pencapaian target ditentukan oleh kebijakan apoteker dalam melakukan upaya-upaya pengelolaan apotek. Upaya yang dilakukan dapat berupa manajemen personil, pengadaan perbekalan farmasi, menekan biaya pengeluaran seminimal mungkin, mencari pelanggan yang bonafit serta memberikan pelayanan yang baik sehingga meningkatkan volume penjualan.

2.4. Pengelolaan Perbekalan Farmasi

Masalah pengelolaan yang dimaksud adalah segala pekerjaan yang mengarah pada dapatnya dijamin ketersediaan obat dan perbekalan farmasi lainnya dengan kualitas yang benar, termasuk juga sistem pengendalian keuangan beserta sumber daya manusianya.


(18)

Perencanaan pengadaan obat/perbekalan farmasi lainnya, akan dapat lebih terarah dan efisien bila dilakukan oleh tenaga yang terlatih yang didukung oleh wawasan-wawasan ilmu yang terkait. Dilapangan, perencanaan pengadaan perlu didukung oleh data analisis pasar antara lain jumlah penduduk, susunan demografi, kondisi sosial ekonomi dan geografis, masalah kesehatan di lingkungan sekitar, persepsi masyarakat terhadap kesehatan dan pola penggunaan obat.

Pengelolaan obat/perbekalan farmasi di apotek akan mempengaruhi kelengkapan, harga, pelayanan dan persediaan obat serta keuangan yang pada akhirnya akan menentukan citra suatu apotek.

2.4.1. Pembelian

Secara umum komoditi di apotek dapat berupa obat, bahan obat dan alat kesehatan yang pengadaannya dilakukan sewaktu pembelian. Pembelian perbekalan farmasi didasarkan atas kebutuhan penjualan melalui resep dan penjualan bebas. Pembelian harus direncanakan dengan baik untuk mencegah terjadinya kekosongan ataupun penumpukan barang sehingga perputaran barang tidak mengalami hambatan.

Dalam proses pembelian, banyak pertimbangan-pertimbangan yang diperlukan untuk menentukan keputusan yang terbaik. Salah satu pertimbangan tersebut tentunya adalah dari visi farmasis yakni pengadaan yang mengarah pada terjaminnya ketersediaan obat yang tepat baik dari sisi kualitas maupun kuantitasnya. Misalnya perlu diperhatikan keabsahan sumber, jaminan kualitas, pelayanan purna jual, jangka waktu pelayanan dan sebagainya.


(19)

2.4.2. Penyimpanan dan penataan

Untuk kegiatan penyimpanan difokuskan pada tujuan agar tetap terjaminnya kualitas obat sekaligus mendukung jalannya proses pelayanan sesuai yang ditetapkan. Hal ini memerlukan wawasan pendukung yang memadai serta tenaga yang cukup terlatih.

Prosedur dan administrasi penyimpanan barang persediaan diatur dengan memperhatikan sistem First In First Out (FIFO), First Expired First Out (FEFO), bentuk dan jenis obat.

Penataan dilakukan dengan memperhatikan point of interest, efektivitas dan efisiensi pelayanan, pembagian farmakologis dan urutan abjad. Keterbatasan seringkali bisa disiasati dengan optimalisasi penggunaan ruang yang ada serta menyederhanakan jalur pelayanan.

2.4.3. Penjualan/pelayanan

Penjualan perbekalan farmasi dapat berupa pelayanan resep dan penjualan obat bebas, kosmetik dan alat kesehatan. Dalam memberikan pelayanan kepada konsumen ada beberapa hal yang harus diperhatikan:

1. Kelengkapan obat; obat-obat yang dibutuhkan oleh konsumen hendaknya tersedia dengan lengkap sehingga dapat melayani dan memenuhi kebutuhan konsumen baik obat bebas, bebas terbatas maupun obat keras.

2. Harga obat; merupakan faktor yang mempengaruhi pelayanan kefarmasian di apotek. Harga obat yang wajar bagi kemampuan masyarakat sekitar apotek perlu dipertimbangkan sehingga masyarakat dapat memperoleh obat dengan harga yang terjangkau dan kualitas yang terjamin. Disamping itu perlu


(20)

diperhatikan perbandingan harga pada apotek lain yang terdekat dengan apotek kita dan harga obat bebas di swalayan.

3. Pelayanan; pelayanan yang baik dari apotek terhadap konsumen sangat diperlukan dan keadaan tempat yang mendukung penjualan dari suatu apotek seperti kemudahan parkir, keamanan, kenyamanan ruang tunggu dan faktor lain yang dapat memberikan nilai tambah bagi apotek sehingga apotek tersebut menjadi pilihan para konsumen yang membutuhkan obat.

2.4.4. Administrasi

Administrasi merupakan proses pencatatan seluruh kegiatan teknis yang dilakukan oleh suatu perusahaan. Seperti juga sistem usaha lain, kegiatan pengendalian operasional di apotek harus dilakukan secara cermat demi tercapainya tertib administrasi dan manajemen yang baik. Administrasi sangat diperlukan dalam pengelolaan suatu apotek untuk memperoleh sumber informasi yang dapat dipercaya dalam rangka pengambilan keputusan oleh apoteker pengelola apotek. Oleh sebab itu, diperlukan strategi khusus yang terencana dengan mantap sehingga proses pengelolaan bisa berjalan dengan baik.

Administrasi yang dilakukan di apotek meliputi:

1. Administrasi pembukuan yaitu pencatatan seluruh informasi mengenai arus uang dan barang meliputi buku kas, bank, pembelian, penjualan, ongkos-ongkos dan lain-lain

2. Administrasi pelaporan yaitu pencatatan seluruh kegiatan yang mencakup obat-obat narkotika dan psikotropika.


(21)

2.5. Perpajakan

Pajak adalah suatu kewajiban setiap warga negara untuk menyerahkan sebagian dari kekayaannya atau penghasilannya kepada negara menurut Peraturan Perundang-Undangan yang ditetapkan oleh pemerintah dan dipergunakan untuk kepentingan masyarakat.

Jenis-jenis pajak di apotek antara lain: 1. Pajak yang dipungut oleh daerah

⇒ Pajak reklame/iklan (papan nama apotek)

⇒ SKITU (Surat Keterangan Izin Tempat Usaha)

2. Pajak yang dipungut oleh negara (Pemerintah Pusat) yaitu:

⇒ Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)

⇒ Pajak Penghasilan (PPh)

⇒ Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 2.5.1. Pajak Penghasilan (PPh)

PPh pasal 21 adalah pajak atas gaji/upah/honorarium, imbalan jasa dan lainnya yang dibayarkan kepada orang pribadi, terhutang oleh pemberi kerja (majikan, bendaharawan pemerintah, perusahaan dan lain-lain) sehubungan dengan pekerjaan, jabatan dan hubungan kerja lainnya yang dilakukan di Indonesia.

2.5.2. Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

Menurut Undang-Undang PPN 1994 tarif PPN secara umum adalah 10% untuk semua barang yang kena pajak. PPN yang disetorkan ke kas negara oleh pengusaha kena pajak merupakan selisih dari Pajak Pertambahan Nilai dari pajak


(22)

masukan dan pajak keluaran. Dimana pajak masukan adalah pajak pertambahan nilai yang dibayar oleh pengusaha kena pajak karena perolehan barang kena pajak dan atau jasa kena pajak.


(23)

BAB III

TINJAUAN KHUSUS APOTEK KESHIA FARMA

3.1. Letak

Apotek Keshia Farma berlokasi di Jalan A.R. Hakim No. 300 Medan (depan wisma umum). Lokasi Apotek Keshia Farma tergolong strategis karena merupakan daerah dekat pusat perbelanjaan, pemukiman penduduk dan di tepi jalan sehingga mudah dijangkau dan dilalui oleh kendaraan umum, juga terdapat beberapa tempat praktek dokter di sekitarnya.

3.2. Struktur Organisasi

Apotek Keshia Farma dikelola oleh Imelda Ferendina, S.Si., Apt. selaku Apoteker Pengelola Apotek (APA) sekaligus Pemilik Sarana Apotek (PSA). Kegiatan apotek dilakukan setiap hari mulai pukul 08.00 WIB sampai dengan pukul 23.00 WIB dimana pengaturan tenaga kerja dibagi dalam dua shift yaitu shift pagi dan shift sore. Struktur organisasi apotek Keshia Farma dapat dilihat di bawah ini.

APOTEKER PENGELOLA APOTEK (APA) / PSA

PELAYANAN FARMASI ADMINISTRASI

PELAYANAN RESEP

PENJUALAN BEBAS

PEMBELIAN KEUANGAN


(24)

3.3. Pembelian

3.3.1. Perencanaan Pembelian

Perencanaan pembelian dilakukan dengan menetapkan jenis dan jumlah barang yang akan dipesan/dibeli dengan memperhatikan kebutuhan pada ruang peracikan dan penjualan bebas yang disesuaikan dengan permintaan masyarakat, menentukan pemasok dengan mempertimbangkan legalitasnya, kondisi pembelian dan pembayaran yang diberikan, dan juga kecepatan pengiriman barang. Dalam hal penentuan jumlah pembelian, salah satu yang juga menjadi pertimbangan adalah adanya kemungkinan naik/turunnya harga sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan. Barang yang sudah habis atau stok yang sedikit dapat dilihat pada buku penjualan dan pada kotak tempat penyimpanan obat dan kemudian dicatat ke dalam buku pemesanan. Jumlah barang yang akan dibeli disesuaikan dengan sifat barang, fast moving atau slow moving.

3.3.2. Pelaksanaan Pembelian

Pembelian di Apotek Keshia Farma dilakukan dengan cara menghubungi pemasok untuk menanyakan ketersediaan barang yang dibutuhkan dan selanjutnya membuat surat pemesanan yang ditandatangani oleh APA.

Untuk pembelian narkotika dan psikotropika dilakukan dengan menggunakan surat pesanan khusus narkotika dan psikotropika. Untuk psikotropika ditujukan pada Pedagang Besar Farmasi (PBF) tertentu yang menyediakannya dan ditandatangani oleh APA. Untuk narkotika, pemesanan ditujukan langsung ke PBF Kimia Farma Medan dengan menggunakan Surat


(25)

Pesanan Narkotika (Formulir N-9) rangkap 4 yang ditandatangani APA yaitu satu lembar pesanan untuk satu item pesanan narkotika.

3.3.3. Penerimaan Barang

Prosedur penerimaan barang adalah sebagai berikut:

1. Petugas menerima barang dari pemasok disertai dengan surat pengantar barang (faktur) dan surat pesanan.

2. Dilakukan pemeriksaan yang meliputi:

⇒ Penyesuaikan faktur dengan barang yang diterima dalam hal jumlah, jenis, keadaan, kesesuaian harga, potongan harga yang telah disepakati, nama perusahaan pemasok.

⇒ Meminta penjelasan pemasok apabila keadaan barang tidak sesuai dengan yang diinginkan sebagaimana tertulis dalam faktur untuk segera dikoreksi.

3. Bila sesuai, petugas menandatangani faktur dan membubuhkan stempel apotek. Satu lembar copy faktur sebagai pertinggal untuk apotek dan faktur asli beserta copy faktur lainnya dikembalikan pada petugas pengantar barang.

4. Setelah barang diterima, barang dikarantina sementara dengan meletakkannya di tempat tertentu untuk kemudian diperiksa kembali dan diberi harga.

3.4. Penyimpanan

Apotek Keshia Farma mempunyai gudang khusus untuk penyimpanan barang. Stok barang dalam jumlah yang banyak disimpan dalam rak-rak tertentu.


(26)

Penyusunan barang di Apotek Keshia Farma dilakukan berdasarkan bentuk sediaan secara alfabetis dan menggunakan sistem FIFO (First In First Out). Obat-obat golongan narkotika dan psikotropika disimpan di lemari khusus dan terkunci sedangkan obat-obat seperti supositoria, vaksin dan serum disimpan dalam lemari pendingin.

3.5. Pelayanan

Kegiatan pelayanan di Apotek Keshia Farma Medan dapat berupa pelayanan resep tunai, pelayanan swamedikasi dan pelayanan penjualan bebas. Selain itu apotek ini juga melayani pembelian obat secara kredit pada beberapa rumah sakit, melayani para dokter, bidan dan perawat yang membutuhkan, Balai Pengobatan dan klinik.

3.5.1. Pelayanan Resep

Pelayanan terhadap resep dilakukan dengan cara sebagai berikut: 1. Petugas menerima resep dari pasien dan diteruskan ke ruang peracikan. 2. Pengecekan ketersediaan obat.

3. Penetapan harga obat dalam resep dan diberitahukan kepada pasien.

4. Ditanya kepada pasien apakah setuju untuk membeli semua obat atau tidak. Jika setuju maka disiapkan obatnya, diracik untuk obat yang perlu diracik, lalu diberi etiket, diperiksa, dan dikemas.

5. Obat diberikan ke depan (bagian penjualan) untuk diperiksa kembali kelengkapan dan ketepatan obat yang diberikan dengan yang tertulis di resep, serta penulisan etiketnya.


(27)

6. Penyerahan obat kepada pasien disertai dengan penjelasan/pelayanan informasi tentang obat yang ada pada resep obat tersebut.

7. Pembeli membayarkan harga resep. Jika dibutuhkan, berikanlah kuitansi dan copy resep pada pasien.

8. Resep asli disimpan sebagai arsip. 3.5.2. Pelayanan Penjualan Bebas

Pelayanan penjualan bebas dilakukan sebagai berikut:

1. Petugas di ruang penjualan menerima permintaan barang dari pasien dan menginformasikan harga.

2. Jika pasien yang datang dengan keluhan menderita penyakit maka Apoteker Pengelola Apotek atau Asisten Apoteker membantu memilih obat yang sesuai dengan penyakit yang dikeluhkan dengan disertai informasi tentang obat yang digunakan.

3. Bila harga sesuai maka barang diserahkan dan pasien membayarnya. 3.6. Administrasi

Administrasi apotek harus dikelola dengan baik dan benar sehingga apabila suatu saat diperlukan dokumen tersebut dapat ditujukan sebagai bahan pengawasan, pertanggungjawaban dan sebagai bahan pembantu bagi Apoteker Pengelola Apotek dalam mengambil keputusan.

Petugas Administrasi melaksanakan pencatatan:

1. Administrasi pembukuan mencatat arus uang dan arus barang terdiri dari:


(28)

⇒ Buku penjualan, mencatat omset penjualan barang baik dari resep maupun dari penjualan bebas.

⇒ Buku pemesanan barang mencatat barang yang diperlukan untuk dipesan kepada pemasok.

2. Administrasi pelaporan yaitu pelaporan narkotika dan psikotropika

Pelaporan narkotika dilakukan sebulan sekali paling lambat tanggal 10, sedangkan psikotropika 2 kali dalam 1 tahun. Laporan ini ditandatangani oleh Apoteker Pengelola Apotek (APA).


(29)

BAB IV PEMBAHASAN

Apotek merupakan suatu bisnis yang harus dikelola dengan baik agar memperoleh keuntungan guna menutupi beban biaya operasional sehingga apotek tetap dapat menjaga kelangsungan hidupnya. Akan tetapi dalam kegiatannya, bisnis apotek juga tidak melupakan fungsi sosialnya didalam mendistribusikan perbekalan farmasi (khususnya obat) kepada masyarakat, sehingga keberadaan apotek turut membantu pemerintah dalam memelihara dan menjaga kesehatan masyarakat. Seorang apoteker diberi kepercayaan untuk mengelola apotek dengan tujuan agar pendistribusian dan penggunaan perbekalan farmasi di masyarakat dapat terkendali.

Letak Apotek Keshia Farma strategis yaitu tepat di pinggir jalan pada daerah yang mudah dijangkau dengan kendaraan umum, memiliki tempat parkir yang cukup, dekat dengan pemukiman penduduk, praktek dokter, praktek bidan, klinik ataupun rumah sakit. Selain itu, tepat di depan apotek terdapat wisma yang pengunjungnya berasal dari berbagai tempat. Ini sangat menunjang fungsi apotek, baik fungsi ekonomi maupun fungsi sosial.

Pengelolaan perbekalan farmasi di Apotek Keshia Farma dilakukan menurut prosedur yang terdiri dari: perencanaan, pengadaan, penyimpanan dan penjualan. Penanganan perbekalan farmasi dilakukan oleh apoteker yang juga bertindak sebagai Pemilik Sarana Apotek dibantu oleh karyawan-karyawan lainnya. Pelaksanaan penyimpanan dan penyaluran sediaan farmasi dilakukan


(30)

dengan menggunakan sistem FIFO (First In First Out) dan FEFO (First Expire First Out) .

Secara umum, pelayanan di Apotek Keshia Farma cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari kecepatan pelayanan dan keramahan oleh para karyawannya. Adanya pemberian pelayanan swamedikasi yang dilakukan langsung oleh apoteker pada pasien merupakan salah satu nilai tambah untuk apotek ini. Dilaksanakannya konsultasi, informasi dan edukasi dapat menumbuhkan kepercayaan masyarakat terhadap apoteker. Di Apotek Keshia Farma, pengelolaan perbekalan farmasi sudah baik dan dapat dikatakan apotek ini merupakan salah satu apotek yang lengkap. Cukup banyak item obat disediakan di apotek ini.

Peran Apoteker Pengelola Apotek harus benar-benar nyata di apotek. Apoteker Pengelola Apotek seharusnya tetap berada di apotek setiap hari apalagi pada jam-jam sibuk. Hal ini memang sulit apalagi jika pendapatan yang diterima tidak sesuai. Untuk itu akan lebih baik jika Apoteker Pengelola Apotek sekaligus sebagai Pemilik Sarana Apotek sehingga lebih maksimal didalam pengelolaan apotek. Dengan demikian diharapkan masyarakat semakin merasakan peran apoteker.

Berdasarkan hal diatas, diharapkan kepada kalangan apoteker agar memahami pentingnya keberadaan seorang apoteker dalam suatu apotek sebagai penanggung jawab, dan mau senantiasa membenahi diri agar dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, guna mengangkat derajat profesi apoteker menjadi suatu profesi yang diakui oleh masyarakat.


(31)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

⇒ Apotek Keshia Farma dikelola oleh seorang Apoteker Pengelola Apotek (APA) yang sekaligus sebagai Pemilik Sarana Apotek (PSA) yang aktif dalam pelayanan informasi obat.

⇒ Sistem pelayanan di Apotek Keshia Farma untuk pelayanan resep maupun swamedikasi sudah cukup baik. Pasien sudah dapat merasakan secara langsung peranan seorang apoteker di apotek.

⇒ Apotek Keshia Farma memberikan pelayanan resep tunai, penjualan bebas dan pelayanan swamedikasi. Selain itu apotek ini juga melayani pembelian obat secara kredit pada beberapa rumah sakit, melayani para dokter, bidan dan perawat yang membutuhkan, Balai Pengobatan dan klinik.

5.2. Saran

⇒ Pengelolaan perbekalan farmasi hendaknya dilakukan dengan menggunakan komputer sehingga barang yang masuk dan keluar lebih terkontrol, serta barang yang mendekati expired date dapat diketahui dengan cepat.

⇒ Penambahan pegawai hendaknya dilakukan yang bertanggung jawab penuh dibidang kasir dan melakukan pengadaan mesin kasir untuk menghindari terjadinya kerugian-kerugian yang mungkin dapat terjadi.


(32)

DAFTAR PUSTAKA

Anief, M. (1995). Manajemen Farmasi. Edisi I, Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Hal. 7-9, 113-125.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Peraturan Menteri Kesehatan No. 922/Menkes/Per/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Hal. 1-10.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Nomor 1027/Menkes/SK/IX/2004. Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Hal. 1-17.

Istiantora Yati. H dan Vincent. H. S. Gan. (1995). Farmakologi dan Terapi. Edisi Keempat. Jakarta: Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hal. 646-647.

Sartono, (1996). Apa Yang Harus Anda Ketahui Tentang Obat-obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas. Edisi Kedua. Jakarta: Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama. Hal. 118-119.

Seto, Soerjono, dkk, (2004). Manajemen Farmasi. Cetakan I, Surabaya: Airlangga University Press. Hal. 117-119.

Swastha, B., dan Sukotjo, W. (1995). Pengantar Bisnis Modern. Edisi III. Yogyakarta: Liberty. Hal. 81-91

Tjay H.T, Drs & Rahardja Kirana, Drs. (2002). Obat-Obat Penting. Edisi Kelima, Cetakan kedua. Jakarta: Penerbit Gramedia. Hal. 96, 98, 297, 391, 619-624, 768, 770.

Umar, M, (2004), Manajemen Apotek Praktis. Cetakan I, Solo: Penerbit Ar Rahman. Hal. 115, 203-205.


(33)

Lampiran 1. Formulir Surat Pesanan

APOTEK KESHIA FARMA

Jl. A. R. Hakim No. 300 (Depan Wisma Umum) Medan Telp: (061)7363747-77831169; Fax: (061)7354427

Kepada Yth:

...

di Medan SURAT PESANAN

No:... Mohon dikirim kepada kami barang sebagai berikut:

No. Produck Kemasan Banyaknya Keterangan

Medan, ...

Apoteker Pengelola Apotek

Imelda Ferendina, S.Si, Apt. SP: KP. 01. 02. 1. 2. 2425


(34)

Lampiran 2. Formulir Surat Pesanan Psikotropika

Nomor :

SURAT PESANAN PSIKOTROPIKA Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Imelda Ferendina, S.Si, Apt.

Alamat : Jl. A. R. Hakim No. 300 (Depan Wisma Umum) Medan Jabatan : Apoteker Pengelola Apotek

Mengajukan permohonan kepada :

Nama Perusahaan :

Alamat :

Jenis Psikotropika sebagai berikut :

Untuk keperluan :

Nama : Apotek Keshia Farma

Alamat : Jl. A. R. Hakim No. 300 (Depan Wisma Umum) Medan

Medan,... Penanggungjawab

Apoteker Pengelola Apotek

Imelda Ferendina, S.Si, Apt. SP: KP. 01. 02. 1. 2. 2425


(35)

Lampiran 3. Formulir Surat Pesanan Narkotika

Rayon : Model N.9

No. S.P : Lembar ke 1/2/3/4

SURAT PESANAN NARKOTIKA Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : ... Jabatan : ... Alamat rumah : ... Mengajukan pesanan narkotika kepada :

Nama Distributor : ... Alamat & No. Telepon : ...

... Sebagai berikut :

Narkotika tersebut akan dipergunakan untuk keperluan Apotik ………...

Lembaga

...20...

Pemesan

( ... )


(1)

dengan menggunakan sistem FIFO (First In First Out) dan FEFO (First Expire First Out) .

Secara umum, pelayanan di Apotek Keshia Farma cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari kecepatan pelayanan dan keramahan oleh para karyawannya. Adanya pemberian pelayanan swamedikasi yang dilakukan langsung oleh apoteker pada pasien merupakan salah satu nilai tambah untuk apotek ini. Dilaksanakannya konsultasi, informasi dan edukasi dapat menumbuhkan kepercayaan masyarakat terhadap apoteker. Di Apotek Keshia Farma, pengelolaan perbekalan farmasi sudah baik dan dapat dikatakan apotek ini merupakan salah satu apotek yang lengkap. Cukup banyak item obat disediakan di apotek ini.

Peran Apoteker Pengelola Apotek harus benar-benar nyata di apotek. Apoteker Pengelola Apotek seharusnya tetap berada di apotek setiap hari apalagi pada jam-jam sibuk. Hal ini memang sulit apalagi jika pendapatan yang diterima tidak sesuai. Untuk itu akan lebih baik jika Apoteker Pengelola Apotek sekaligus sebagai Pemilik Sarana Apotek sehingga lebih maksimal didalam pengelolaan apotek. Dengan demikian diharapkan masyarakat semakin merasakan peran apoteker.

Berdasarkan hal diatas, diharapkan kepada kalangan apoteker agar memahami pentingnya keberadaan seorang apoteker dalam suatu apotek sebagai penanggung jawab, dan mau senantiasa membenahi diri agar dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, guna mengangkat derajat profesi apoteker menjadi suatu profesi yang diakui oleh masyarakat.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

⇒ Apotek Keshia Farma dikelola oleh seorang Apoteker Pengelola Apotek (APA) yang sekaligus sebagai Pemilik Sarana Apotek (PSA) yang aktif dalam pelayanan informasi obat.

⇒ Sistem pelayanan di Apotek Keshia Farma untuk pelayanan resep maupun swamedikasi sudah cukup baik. Pasien sudah dapat merasakan secara langsung peranan seorang apoteker di apotek.

⇒ Apotek Keshia Farma memberikan pelayanan resep tunai, penjualan bebas dan pelayanan swamedikasi. Selain itu apotek ini juga melayani pembelian obat secara kredit pada beberapa rumah sakit, melayani para dokter, bidan dan perawat yang membutuhkan, Balai Pengobatan dan klinik.

5.2. Saran

⇒ Pengelolaan perbekalan farmasi hendaknya dilakukan dengan menggunakan komputer sehingga barang yang masuk dan keluar lebih terkontrol, serta barang yang mendekati expired date dapat diketahui dengan cepat.

⇒ Penambahan pegawai hendaknya dilakukan yang bertanggung jawab penuh dibidang kasir dan melakukan pengadaan mesin kasir untuk menghindari terjadinya kerugian-kerugian yang mungkin dapat terjadi.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Anief, M. (1995). Manajemen Farmasi. Edisi I, Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Hal. 7-9, 113-125.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Peraturan Menteri Kesehatan No. 922/Menkes/Per/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Hal. 1-10.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Nomor 1027/Menkes/SK/IX/2004. Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Hal. 1-17.

Istiantora Yati. H dan Vincent. H. S. Gan. (1995). Farmakologi dan Terapi. Edisi Keempat. Jakarta: Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hal. 646-647.

Sartono, (1996). Apa Yang Harus Anda Ketahui Tentang Obat-obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas. Edisi Kedua. Jakarta: Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama. Hal. 118-119.

Seto, Soerjono, dkk, (2004). Manajemen Farmasi. Cetakan I, Surabaya: Airlangga University Press. Hal. 117-119.

Swastha, B., dan Sukotjo, W. (1995). Pengantar Bisnis Modern. Edisi III. Yogyakarta: Liberty. Hal. 81-91

Tjay H.T, Drs & Rahardja Kirana, Drs. (2002). Obat-Obat Penting. Edisi Kelima, Cetakan kedua. Jakarta: Penerbit Gramedia. Hal. 96, 98, 297, 391, 619-624, 768, 770.

Umar, M, (2004), Manajemen Apotek Praktis. Cetakan I, Solo: Penerbit Ar Rahman. Hal. 115, 203-205.


(4)

Lampiran 1. Formulir Surat Pesanan

APOTEK KESHIA FARMA

Jl. A. R. Hakim No. 300 (Depan Wisma Umum) Medan Telp: (061)7363747-77831169; Fax: (061)7354427

Kepada Yth:

...

di Medan SURAT PESANAN

No:... Mohon dikirim kepada kami barang sebagai berikut:

No. Produck Kemasan Banyaknya Keterangan

Medan, ...

Apoteker Pengelola Apotek

Imelda Ferendina, S.Si, Apt. SP: KP. 01. 02. 1. 2. 2425


(5)

Lampiran 2. Formulir Surat Pesanan Psikotropika

Nomor :

SURAT PESANAN PSIKOTROPIKA Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Imelda Ferendina, S.Si, Apt.

Alamat : Jl. A. R. Hakim No. 300 (Depan Wisma Umum) Medan Jabatan : Apoteker Pengelola Apotek

Mengajukan permohonan kepada : Nama Perusahaan :

Alamat :

Jenis Psikotropika sebagai berikut :

Untuk keperluan :

Nama : Apotek Keshia Farma

Alamat : Jl. A. R. Hakim No. 300 (Depan Wisma Umum) Medan

Medan,... Penanggungjawab

Apoteker Pengelola Apotek

Imelda Ferendina, S.Si, Apt. SP: KP. 01. 02. 1. 2. 2425


(6)

Lampiran 3. Formulir Surat Pesanan Narkotika

Rayon : Model N.9

No. S.P : Lembar ke 1/2/3/4

SURAT PESANAN NARKOTIKA Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : ... Jabatan : ... Alamat rumah : ... Mengajukan pesanan narkotika kepada :

Nama Distributor : ... Alamat & No. Telepon : ...

... Sebagai berikut :

Narkotika tersebut akan dipergunakan untuk keperluan Apotik ………...

Lembaga

...20...

Pemesan

( ... )