BAB II TINJAUAN UMUM APOTEK
2.1. Apotek dan Peran Apoteker Pengelola Apotek
Apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya
kepada masyarakat. Sediaan farmasi yang dimaksud adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetik. Perbekalan farmasi adalah semua bahan selain obat dan
peralatan yang diperlukan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan Keputusan Menkes RI nomor 1027MenkesSKIX2004.
Pengelolaan apotek menurut Permenkes nomor 1332MenkesSKX2002 yakni:
1. Pembuatan, pengelolaan, peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran,
penyimpanan dan penyerahan obat atau bahan obat 2.
Pengadaan, penyimpanan, penyaluran dan penyerahan perbekalan farmasi lainnya
3. Pelayanan informasi mengenai perbekalan farmasi
Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus pendidikan profesi dan telah mengucapkan sumpah berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku dan berhak melakukan pekerjaan kefarmasian di Indonesia sebagai apoteker. Apoteker Pengelola Apotek APA adalah apoteker yang telah diberi
Surat Izin Apotek SIA. Izin apotek berlaku untuk seterusnya selama apotek yang bersangkutan masih aktif melakukan kegiatan dan APA dapat melaksanakan
pekerjaannya dan masih memenuhi persyaratan.
Emil Salim: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Apotek Apotek Wahyu Medan, 2008. USU e-Repository © 2008
Apoteker merupakan tenaga kesehatan yang profesional yang banyak berhubungan langsung dengan masyarakat sebagai sumber informasi obat. Oleh
karena itu, informasi obat yang diberikan pada pasien haruslah informasi yang lengkap yang mengarah pada orientasi pasien bukan pada orientasi produk. Dalam
hal sumber informasi obat, seorang apoteker harus mampu memberi informasi yang tepat dan benar sehingga pasien memahami dan yakin bahwa obat yang
digunakannya dapat mengobati penyakit yang dideritanya dan merasa aman menggunakannya. Dengan demikian peran seorang apoteker di apotek sungguh-
sungguh dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Selain memiliki fungsi sosial, sebagai tempat pengabdian dan
pengembangan jasa pelayanan pendistribusian dan informasi obat dan perbekalan farmasi, apotek juga memiliki fungsi ekonomi yang mengharuskan suatu apotek
memperoleh laba untuk meningkatkan mutu pelayanan dan menjaga kelangsungan usahanya. Oleh karena itu apoteker sebagai salah satu tenaga profesional
kesehatan dalam mengelola apotek tidak hanya dituntut dari segi teknis kefarmasian saja tapi juga dari segi manajemen.
2.2. Pengertian dan Fungsi Manajemen
Manajemen dapat diartikan sebagai salah satu usaha atau kegiatan yang dilaksanakan secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan dengan bantuan orang lain. Prinsip-prinsip dasar manajemen dapat dipelajari tetapi hasil yang
diperoleh dalam penerapannya masih banyak tergantung pada bakat-bakat
Emil Salim: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Apotek Apotek Wahyu Medan, 2008. USU e-Repository © 2008
perorangan. Manajemen yang baik akan memberikan hasil yang memuaskan sesuai harapan.
Berdasarkan Keputusan Menkes RI Nomor 1027MenkesSKIX2004, Apoteker sebagai manajer atau pengelola apotek harus mempunyai kemampuan
sebagai pengelola apotek, apoteker harus memiliki kemampuan dalam mengelola : 1.
Sumber daya manusia 2.
Sarana dan prasarana 3.
Sediaan Farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya 4.
Administrasi
2.2.1 Sumber Daya Manusia
Dalam pengelolaan apotek, apoteker harus memiliki kemampuan menyediakan dan memberikan pelayanan yang baik dan bermutu, dapat
mengambil keputusan yang tepat, kemampuan dalam berkomunikasi antar profesi, menempatkan diri sebagai pimpinan yang multidispliner, kemampuan mengelola
SDM secara efektif, belajar sepanjang karir, dan membantu memberi pendidikan dan memberi peluang untuk meningkatkan pengetahuan.
2.2.2 Sarana dan Prasarana
Apotek berlokasi pada daerah yang mudah dikenali oleh masyarakat. Pada halaman terdapat papan petunjuk yang dengan jelas tertulis kata apotek. Apotek
harus dapat dengan mudah diakses oleh masyarakat. Pelayanan produk kefarmasian diberikan pada tempat yang terpisah dari
aktivitas pelayanan dan penjualan produk lainnya. Hal ini berguna untuk menunjukkan integritas dan kualitas produk serta mengurangi resiko kesalahan
Emil Salim: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Apotek Apotek Wahyu Medan, 2008. USU e-Repository © 2008
penyerahan. Masyarakat harus diberi akses untuk memberi informasi dan konseling tentang obat.
Lingkungan apotek harus dijaga kebersihannya, bebas dari hewan pengerat dan serangga. Memiliki suplai listrik yang konstan, terutama untuk lemari
pendingin. Apotek harus memiliki :
1. Ruang tunggu yang nyaman bagi pasien
2. Tempat untuk mendisplai informasi bagi pasien, termasuk penempatan
brosurmateri informasi 3.
Ruang racikan 4.
Ruangan tertutup untuk mengadakan konseling yang dilengkapi dengan meja dan kursi serta lemari untuk menyimpan catatan medis pasien
5. Keranjang sampah yang tersedia untuk staf maupun pasien.
2.2.3 Sediaan Farmasi dan Perbekalan Kesehatan lainnya
Pengelolaan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya dilakukan sesuai ketentuan perundangan yang berlaku, meliputi : perencanaan, pengadaan,
penyimpanan, dan pelayanan. Pengeluaran obat memakai sistem FIFO First in First out dan FEFO First Expired First Out.
Apoteker sebagai seorang pengelola apotek harus juga memiliki kemampuan dalam 4 hal yaitu:
1. Perencanaan planning
Sebelum menjalankan suatu usaha sebaiknya dibuat suatu perencanaan, baik itu rencana jangka pendek maupun jangka panjang. Tanpa
perencanaan yang baik tidak akan tercapai tujuan yang diharapkan.
Emil Salim: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Apotek Apotek Wahyu Medan, 2008. USU e-Repository © 2008
Perencanaan ini mencakup pemilihan lokasi, studi kelayakan, perhitungan sumber modal dan waktu Return on Investment ROI, serta rencana
anggaran belanja. 2.
Pengorganisasian organizing Pengorganisasian adalah fungsi yang mempersatukan sumber-sumber daya
pokok dengan sistem yang teratur dan mengatur orang-orang dalam suatu pola yang harmonis sehingga mereka dapat melaksanakan aktivitas-
aktivitas untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Kemampuan mengorganisir meliputi pembagian aktivitas-aktivitas pada
setiap karyawan, penentuan tugas tiap-tiap kelompok, pemilihan orang- orang sesuai dengan tingkat pendidikan, pendelegasian wewenang,
pemberian tanggung jawab pengkoordinasian macam-macam aktivitas, hubungan-hubungan dan tanggung jawab manusia-manusianya secara
sadar. 3.
Kepemimpinan actuating Kepemimpinan adalah kemampuan menggerakkan pelaksanaan tindakan-
tindakan bawahannya agar mereka bekerja atas kesadaran sendiri tanpa merasa dipaksa. Dalam hal ini diperlukan bakat kepemimpinan dan
kewibawaan sehingga dapat mengaktifkan semua karyawan untuk bekerja sesuai dengan bidangnya.
4. Pengawasan controlling
Agar fungsi di atas berjalan lancar dan efektif perlu adanya pengawasan. Pengawasan adalah proses pengamatan, penelitian, penilaian dari
pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi yang sedang atau sudah berjalan
Emil Salim: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Apotek Apotek Wahyu Medan, 2008. USU e-Repository © 2008
untuk dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Fungsi utama dari pengawasan adalah memastikan apakah semua sudah berjalan dengan
memuaskan sesuai dengan arah tujuan
2.3. Studi Kelayakan
Studi Kelayakan merupakan suatu kajian sebagai bagian dari perencanaan yang dilakukan menyeluruh mengenai suatu usaha dalam proses pengambilan
keputusan investasi yang mengawali resiko yang belum jelas. Melalui studi kelayakan berbagai hal yang diperkirakan dapat menyebabkan kegagalan, dapat
diantisipasi lebih awal. Dalam mengelola suatu apotek kegagalan dapat saja terjadi pada berbagai
tahap yaitu pada saat pendirian apotek atau pada saat apotek melakukan kegiatan. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan kegagalan pada proses pendirian suatu
apotek antara lain : -
APA tidak memahami tentang bidang usaha perapotekan -
Modal yang dibutuhkan ternyata lebih tinggi dari dana yang diperkirakan
Kegagalan suatu apotek pada saat melakukan kegiatan dapat disebabkan minimnya masyarakat yang datang ke apotek sehingga kapasitas kerja jauh
melebihi pekerjaan yang ada sehingga kegiatan berlangsung tidak efisien. Selain faktor diatas, dapat juga disebabkan oleh kesulitan likuiditas akibat gagalnya
efisiensi penggunaan modal.
Emil Salim: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Apotek Apotek Wahyu Medan, 2008. USU e-Repository © 2008
2.3.1. Survei dan Pemilihan Lokasi
Sebelum mendirikan suatu apotek, sangat penting untuk terlebih dahulu melakukan survei dan pemilihan lokasi. Lokasi sangat mempengaruhi kemajuan
suatu usaha apotek dan merupakan pemikiran awal yang paling penting, oleh karena itu pemilihan lokasi harus benar-benar diperhitungkan sebelum apotek
berdiri. Agar usaha apotek dapat hidup secara berkesinambungan, apotek harus berada pada lokasi yang memungkinkan untuk memperoleh pelanggan yang terus
bertambah. Dengan kata lain, lokasi apotek harus strategis sehingga menjadi pilihan konsumen.
Lokasi yang baik harus memenuhi kriteria-kriteria diantaranya terjamin keamanannya, ramai, mudah terjangkau, dekat dengan tempat pelayanan
kesehatan seperti rumah sakit, praktek dokter, klinik dan tempat pelayanan kesehatan lainnya Dengan lokasi yang demikian diharapkan apotek sebagai
tempat usaha akan dapat terus bertahan dan meningkatkan pelayanannya.
2.3.2. Analisis Perbelanjaan a. Modal minimal
Modal minimal adalah modal yang diperlukan untuk pengadaan sarana dan prasarana sebagai syarat untuk diperolehnya izin apotek. Modal
minimal digunakan untuk tujuan pengadaan aktiva tetap, aktiva lancar, biaya awal yang dibutuhkan untuk pendirian dan kas yang berupa uang kontan
baik di tangan maupun di bank.
b. Sumber modal
Kesulitan modal merupakan masalah yang sangat sering dijumpai bagi seorang apoteker sewaktu mendirikan apotek sendiri. Untuk itu,
Emil Salim: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Apotek Apotek Wahyu Medan, 2008. USU e-Repository © 2008
seorang apoteker harus mempunyai keberanian dan mau bekerja keras untuk mengusahakan modal dari berbagai sumber.
Sumber-sumber modal yang dibutuhkan dapat diperoleh dari: 1. Modal sendiri yaitu modal yang tidak mempunyai jangka waktu
pengembalian, misalnya modal milik apoteker sendiri atau keluarga. 2.
Modal kredit yaitu modal yang diperoleh dari pembeli kredit kreditur kepada penerima kreditur debitur. Dalam hal ini ada hubungan
kepercayaan antara kedua pihak bahwa dimasa mendatang debitur akan sanggup memenuhi segala sesuatu sesuai perjanjian. Sumber-sumber
modal kredit ini antara lain adalah bank, teman sejawat, PBF yang umumnya berupa sediaan farmasi bersifat fast moving.
Berdasarkan pada penggunaannya, modal dapat dibagi atas: 1.
Modal tetap aktiva tetap, yaitu modal yang keadaannya relatif tetap misalnya gedung, tanah, mesin-mesin, kendaraan.
2. Modal lancar aktiva lancar yaitu modal yang sewaktu-waktu dapat
berubah misalnya uang tunai kasbank, piutang, barang dagangan, uang muka.
c. Analisis impas
Analisis impas adalah suatu cara yang digunakan untuk mempelajari hubungan antara penjualan, biaya dan laba. Melalui analisis
impas, dapat diketahui berapa omset yang harus dicapai agar suatu usaha dapat hidup dengan layak atau agar suatu usaha dapat mencapai laba
tertentu. Secara umum suatu kegiatan dikatakan impas atau omsetnya berada pada titik impas apabila si pelaku kegiatan tidak merasa diuntungkan atau
Emil Salim: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Apotek Apotek Wahyu Medan, 2008. USU e-Repository © 2008
dirugikan. Apabila kegiatan itu merupakan proses jual beli maka si penjual akan merasa impas apabila nilai penjualan = nilai pembelian + biaya yang
dikeluarkan atau apabila laba = biaya yang telah dikeluarkan. Rumus umum yang digunakan untuk menentukan titik impas adalah:
Titik impas Penjualan
BV BT
− =
1
Titik impas Omzet
HPP BT
− =
1
Keterangan: BT
: Biaya tetap yaitu biaya yang besarnya tidak tergantung pada jumlah barang yang tidak terjual
BV : Biaya variabel yaitu biaya yang besarnya tergantung pada jumlah
barang yang terjual. Untuk apotek BV adalah nilai pembelian dari barang yang terjual
Penjualan : Nilai penjualan dari barang yang terjual. Nilai penjualan adalah nilai pembelian + margin keuntungan
HPP : Harga pokok penjualan yaitu nilai pembelian dari barang yang terjual
pada kurun waktu tertentu, merupakan hasil perhitungan harga pokok dari persediaan awal + pembelian barang pada kurun waktu
tertentu – persediaan barang akhir Omset
: Nilai penjualan dari barang yang terjual pada kurun waktu tertentu.
Emil Salim: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Apotek Apotek Wahyu Medan, 2008. USU e-Repository © 2008
2.3.3. Target yang akan dicapai
Setelah mendapatkan nilai titik impas, kita akan mengetahui posisi kita dalam suatu usaha ataupun sasaran target yang akan dicapai. Untuk menjaga
kelangsungan hidup apotek, target yang direncanakan harus tercapai. Pencapaian target ditentukan oleh kebijakan apoteker dalam melakukan upaya-upaya
pengelolaan apotek. Upaya yang dilakukan dapat berupa manajemen personil, pengadaan perbekalan farmasi, menekan biaya pengeluaran seminimal mungkin,
memberikan pelayanan yang baik sehingga meningkatkan volume penjualan.
2.4. Pengelolaan ObatPerbekalan Farmasi
Masalah pengelolaan yang dimaksud adalah segala pekerjaan yang mengarah pada dapatnya dijamin ketersediaan obat dan perbekalan farmasi lainnya dengan
kualitas yang benar, termasuk juga sistem pengendalian keuangan beserta sumber daya manusianya.
Perencanaan pengadaan obatperbekalan farmasi lainnya, akan dapat lebih terarah dan efisien bila dilakukan oleh tenaga yang terlatih yang didukung oleh
wawasan-wawasan ilmu yang terkait. Dilapangan, perencanaan pengadaan perlu didukung oleh data analisis pasar antara lain jumlah penduduk, susunan
demografi, kondisi sosial ekonomi dan geografis, masalah kesehatan di lingkungan sekitar, persepsi masyarakat terhadap kesehatan dan pola penggunaan
obat.
Emil Salim: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Apotek Apotek Wahyu Medan, 2008. USU e-Repository © 2008
Pengelolaan obatperbekalan farmasi di apotek akan mempengaruhi kelengkapan, harga, pelayanan dan persediaan obat serta keuangan yang pada
akhirnya akan menentukan citra suatu apotek.
2.4.1. Pembelian
Secara umum komoditi di apotek dapat berupa obat, bahan obat dan alat kesehatan yang pengadaannya dilakukan sewaktu pembelian. Pembelian
perbekalan farmasi didasarkan atas kebutuhan penjualan melalui resep dan penjualan bebas. Pembelian harus direncanakan dengan baik untuk mencegah
terjadinya kekosongan ataupun penumpukan barang sehingga perputaran barang tidak mengalami hambatan.
Dalam proses pembelian, banyak pertimbangan-pertimbangan yang diperlukan untuk menentukan keputusan yang terbaik. Salah satu pertimbangan
tersebut tentunya adalah dari visi farmasis yakni pengadaan yang mengarah pada terjaminnya ketersediaan obat yang tepat baik dari sisi kualitas maupun
kuantitasnya.. Misalnya perlu diperhatikan keabsahan sumber, jaminan kualitas, pelayanan purna jual, jangka waktu pelayanan dan sebagainya.
2.4.2. Penyimpanan dan penataan
Untuk kegiatan penyimpanan tentunya difokuskan pada tujuan agar tetap terjaminnya kualitas obat sekaligus mendukung jalannya proses pelayanan sesuai
yang ditetapkan. Jelas hal ini juga memerlukan wawasan pendukung yang memadai serta tenaga yang cukup terlatih.
Prosedur dan administrasi penyimpanan barang persediaan diatur dengan memperhatikan sistem First In First Out FIFO, First Expired First Out FEFO,
bentuk dan jenis obat.
Emil Salim: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Apotek Apotek Wahyu Medan, 2008. USU e-Repository © 2008
Penataan dilakukan dengan memperhatikan efektivitas dan efisiensi pelayanan, pembagian farmakologis dan urutan abjad. Keterbatasan seringkali
bisa disiasati dengan optimalisasi penggunaan ruang yang ada serta menyederhanakan jalur pelayanan.
2.4.3. Penjualanpelayanan
Penjualan perbekalan farmasi dapat berupa pelayanan resep dan penjualan obat bebas, kosmetik dan alat kesehatan. Dalam memberikan pelayanan kepada
konsumen ada beberapa hal yang harus diperhatikan: 1.
Kelengkapan obat, obat-obat yang dibutuhkan oleh konsumen hendaknya tersedia dengan lengkap sehingga dapat melayani dan memenuhi kebutuhan
konsumen baik obat bebas, bebas terbatas maupun obat keras. 2.
Harga obat merupakan faktor yang mempengaruhi pelayanan kefarmasian di apotek. Pelayanan harga obat yang wajar bagi kemampuan masyarakat sekitar
apotek perlu dipertimbangkan sehingga masyarakat dapat memperoleh obat dengan harga yang terjangkau dan kualitas yang terjamin.
3. Pelayanan, pelayanan yang baik dari apotek terhadap konsumen sangat
diperlukan dan keadaan tempat yang mendukung penjualan dari suatu apotek seperti kemudahan parkir, keamanan, kenyamanan ruang tunggu dan faktor
lain yang dapat memberikan nilai tambah bagi apotek sehingga apotek tersebut menjadi pilihan para konsumen yang membutuhkan obat.
2.4.4. Administrasi
Administrasi merupakan proses pencatatan seluruh kegiatan teknis yang dilakukan oleh suatu perusahaan, seperti juga sistem usaha lain kegiatan
pengendalian operasional di apotek harus dilakukan secara cermat demi
Emil Salim: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Apotek Apotek Wahyu Medan, 2008. USU e-Repository © 2008
tercapainya tertib administrasi dan manajemen yang baik. Administrasi sangat diperlukan dalam pengelolaan suatu apotek untuk memperoleh sumber informasi
yang dapat dipercaya dalam rangka pengambilan keputusan oleh apoteker pengelola apotek. Oleh sebab itu, diperlukan strategi khusus yang terencana
dengan mantap sehingga proses pengelolaan bisa berjalan dengan baik. Administrasi yang dilakukan di apotek meliputi:
1. Administrasi pembukuan yaitu pencatatan seluruh informasi mengenai
arus uang dan barang meliputi buku kas, bank, pembelian penjualan dan lain-lain
2. Administrasi pelaporan yaitu pencatatan seluruh kegiatan yang mencakup
obat-obat narkotika dan psikotropika.
2.5. Perpajakan
Apotek sebagai tempat usaha, sudah pasti harus membayar pajak. Pajak adalah suatu kewajiban setiap warga negara untuk menyerahkan sebagian dari kekayaannya atau
penghasilannya hasil pendapatan kepada negara menurut peraturan perundang- undangan yang ditetapkan oleh pemerintah dan dipergunakan untuk kepentingan
masyarakat. Jenis-jenis pajak di apotek antara lain :
1. Pajak yang dipungut oleh daerah yaitu :
• Pajak ReklameIklan papan nama apotek
• SKITU Surat Keterangan Izin Tempat Usaha
2. Pajak yang dipungut oleh negara pemerintah pusat yaitu :
• Pajak Bumi dan Bangunan PBB
Emil Salim: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Apotek Apotek Wahyu Medan, 2008. USU e-Repository © 2008
• Pajak Penghasilan PPh
• Pajak Pertambahan Nilai PPN
2.5.1 Pajak Penghasilan PPh pasal 21
Pajak penghasilan adalah pajak atas gaji, upah, honorarium, imbalan jasa dan kenikmatan lain yang dibayarkan kepada orang pribadi, terhutang kepada pemberi kerja
majikan, bendaharawan pemerintah dan perusahaan sehubungan dengan pekerjaan, jabatan dan hubungan kerja lainnya yang dilakukan di Indonesia. Besarnya Penghasilan
Tidak Kena Pajak PTKP untuk wajib pajak orang pribadi berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak No. Kep-139PJ.2005 mengenai Surat Pemberitahuan
Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak pasal 21 tahun 2005 adalah sebagai berikut: a. Rp 12.000.000,00 untuk Wajib Pajak.
b. Rp 1.200.000,00 tambahan untuk Wajib Pajak yang kawin. c. Rp 12.000.000,00 tambahan untuk seorang isteri, yang diberikan apabila ada
penghasilan isteri yang digabung dengan penghasilan suami. d. Rp 1.200.000,00 tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga
semenda dalam garis keturunan lurus serta anak angkat, yang menjadi tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3 tiga orang untuk setiap keluarga
Sedangkan penghasilan kena pajak didasarkan pada tarif pajak penghasilan menurut Peraturan Direktur Jenderal Pajak No. Kep-139PJ.2005 mengenai Surat
Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak pasal 17 UU PPh dapat dilihat pada tabel 1 sebagai berikut:
Emil Salim: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Apotek Apotek Wahyu Medan, 2008. USU e-Repository © 2008
Tabel 1. Penghasilan kena pajak didasarkan kepada tarif pajak penghasilan. Penghasilan Kena Pajak PKP
Tarif Pajak Sampai dengan Rp 25.000.000,00
5 Rp 25.000.000,00 sd Rp 50.000.000,00
10 Rp 50.000.000,00 sd Rp 100.000.000,00
Rp 100.000.000,00 sd Rp 200.000.000,00 Di atas Rp 200.000.000,00
15 25
35
2.5.2 Pajak Penghasilan Badan PPh pasal 25
Pajak penghasilan badan pasal 25 adalah pajak yang dipungut dari perusahaan atas laba yang diperoleh perusahaan tersebut. Penentuan besar pajak ini didasarkan
pada penghasilan bersih.
2.5.3. Pajak Pertambahan Nilai PPn
Menurut Undang-Undang PPn tahun 1984 bahwa tarif pajak secara umum adalah 10 untuk semua Barang Kena Pajak BKP. PPn yang harus disetor ke kas
negara oleh Pengusaha Kena Pajak PKP merupakan selisih dari pajak masukan dengan pajak keluaran.
Jika pajak masukan lebih besar daripada pajak keluaran maka selisih merupakan kelebihan pajak yang terhutang dalam masa berikutnya atau dapat diminta
kembali. Tetapi apabila pajak keluaran lebih besar daripada pajak masukan maka selisihnya merupakan pajak yang harus disetor ke kas negara selambat-selambatnya
tanggal 10 setiap bulannya dan dilaporkan ke kantor pelayanan pajak.
Emil Salim: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Apotek Apotek Wahyu Medan, 2008. USU e-Repository © 2008
BAB III TINJAUAN KHUSUS APOTEK WAHYU