1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masyarakat Indonesia sangat kaya dengan pusaka budaya cultural heritage dan salah satu bentuk pusaka budaya yang hingga saat ini masih
memiliki pewaris aktif active bearers adalah upacara adat atau upacara tradisional. Upacara adat atau upacara tradisional adalah sebuah laku atau
perbuatan dan tuturan tertentu yang dijalankan oleh komunitas tertentu, dan tradisi itu diwarisi dari para leluhurnya. Senyatanya upacara tradisional merupakan
sarana komunikasi, yakni komunikasi antara pelaku upacara dengan lingkungannya dan kekuatan gaib yang dipercaya dapat memberi perlindungan
atau solusi terhadap masalah yang membelit para pelaku dan pendukung upacara.
1
Upacara adat atau upacara tradisional yang masih dilestarikan dan masih ada hinga saat ini yaitu salah satunya di Jawa Timur tepatnya di Desa Mojorejo
Kecamatan Kedungadem Kabupaten Bojonegoro. Upacara adat di Kabupaten Bojonegoro ini dilaksanakan satu tahun sekali sebelum bulan ramadhan atau
dalam bulan jawa disebut dengan bulan ruwah.
1
Sutarto, Ayu. 2013. Upacara Tradisional, Kohesi Social, dan Bengunan Kebangsaan
2
Tabel 1: Penanggalan Jawa
2
No Penanggalan Jawa
Lama hari 1
Sura 30
2 Sapar
29 3
Mulud 30
4 Bakda Mulud
29 5
Jumadilawal 30
6 Jumadilakir
29 7
Rejeb 30
8 Ruwah
29 9
Pasa Puwasa, Siyam, ramelan 30
10 Sawal
29 11
Sela Dulkangidah, apit 30
12 Besar dulkahahijjah
2930
Upacara adat atau upacara tradisional di Bojonegoro ini disebut juga dengan nyadran atau nydranan yaitu upacara yang dipersembahkan untuk sang
pencipta kehidupan dan juga nenek moyang karena telah melimpahkan kesehatan dan hasil panen yang bagus. Karena mayoritas penduduk Kabupaten Bojonegoro
bermata pencaharian sebagai petani maka bentuk pengaplikasian rasa syukur para petani karena telah diberi keberhasilan dalam panen padi yaitu dengan
mengadakan upacara adat atau nyadranan tersebut. Tradisi nyadran menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat, karena kegiatan ini sangat ditunggu-tunggu oleh
seluruh warga, nyadranan selain menjadi upacara adat tradisional yaitu menjadi
2
Lihat skripsi, Satriadi, Fredian, Lega. 2014. Pemaknaan Masyarakat Nelayan Terhadap Larung Sembonyo. UMM
3
kegiatan untuk saling berkumpul dengan keluarga dan tetangga untuk menjalin interaksi yang lebih dekat.
Nyadran atau Nyadranan merupakan rangkaian situs budaya yang mentradisi, yang berupa membersihan makam leluhur dan Sendang Gede
sendang ndhangar atau kerja bakti, perziarahan, dan berpuncak pada kenduri makan bersama dimakam desa dan di sendang tersebut. Pengaplikasian rasa
syukur yang diberikan kepada alam dan nenek moyang ini dengan dilakukannya pembersihan sendang ndhangar dan makam desa, para warga datang ke tempat
tersebut dengan membawa ambeng tumpeng sederhana dan makan-makanan lain yang nantinya akan dimakan bersama dengan semua warga desa. Ambeng yang
dibawa berisikan beras yang yang menjadi nasi, sayur-sayuran, telur dan ayam yang menjadi lauk, beras ataupun lauk pauk yang dibawa dan digunakan untuk
tumpeng tersebut merupakan hasil panen yang ditanan oleh warga Desa Mojorejo Kecamatan Kedungadem Kabupaten Bojonegoro itu sendiri.
Nyadran salah satu objek untuk meningkatkan integrasi antar warga karena acara nyadran ini dihadiri oleh seluruh warga desa dan berkumpul pada
satu tempat di adakanya acara tersebut dan membawa makanan yang nantinya dimakan bersama-sama. Acara nyadranan ini menampilkan kesenian Jawa yaitu
wayang dan sinden atau masyarakat menyebutnya dengan sinder sebagai bentuk persembahan atau peramaian acara nyadranan tersebut.
4
Tradisi merupakan perbuatan yang dilakukan berulang-ulang dalam bentuk yang sama.
3
Dalam Kamus Bahasa Indonesia, tradisi adalah adat kebiasaan turun- temurun dari nenek moyang yang masih dijalankan dalam masyarakat.
4
Jadi tradisi merupakan kebiasaan yang dilakukan secara terus menerus oleh
masyarakat dan akan diwariskan secara turun-temurun. Nyadran berasal dari kata sodrun yang artinya dada atau hati. Makna
nyadran dalam hal ini adalah bahwa masyarakat membersihkan hati mereka menjelang bulan Ramadhan. Makna lainnya nyadran yaitu sadran bersal dari kata
sudra sehingga nyadran berarti menyudra menjadi sadra atau berkumpul dengan orang-orang awam. Ini mencerminkan nilai-nilai bahwa pada hakekatnya manusia
adalah sama
5
. Nyadran disebut juga dengan sedekah bumi, pada umumnya daerah Jawa,
termasuk Jawa Timur ada dan melaksanakan tradisi semacam ini dengan makna yang sama namun berbeda sebutan pelaksanaan tradisinya saja, di Kabupaten
Bojonegoro saja contohnya di Kecamatan Suko Sewu nama dari tradisi ini yaitu sedekah bumi, di Kecamatan Bornoe sama dengan Kecamatan yang digunakan
lokasi penelitian yaitu disebut dengan nyadran dari proses pelaksanaanya dan acara yang tampilkan tidak jauh berbeda.
Pelaksanaan nyadran ada dua lokasi yang digunakan untuk upacara sakral ini, yaitu di makam atau masyarakat menyebutnya dengan kuburan desa dan di
sendang, nama dari sendang tersebut yakni sendang ndhangar, acara tersebut
3
Soejono Soekamto. 1987. Sosiologi Suatu Pengantar. Cv. Rajawali. Jakarta. Hlm 13
4
Pusat Bahasa Depertemen Pendidikan Nasional. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai
Pustaka. Jakarta. Hlm 1208.
5
Anonim.Http:Mujibur, Rohman. Blogspot.Com. 2010. Nyadran-Agus-Jogjatrip-Html
.
5
tidak berlangsung secara bebarengan pada hari yang sama namun berjarak satu minggu. Bukan hanya lokasi dan waktu pelaksaan saja yang berbeda antara
nyadran kuburan dengan nydran sendang, mulai dari acara, penampilan permainan dan do
’a berbeda karena makna yang berbeda tentunya. Keunikan yang menonjol dari nyadran yang ada di Desa Mojorejo ini
ialah pada saat makan bersama, yang mana pada zaman dulu di desa tersebut terjadi sebuah perseteruan antara warga Desa Mojorejo dengan Dusun Mojopangi
warga tersebut berseteru karena alasan perbedaan pendapat mengenai nyadran, yang mana dari pihak Mojorejo yakni yang bernama Bunari menolak upacara
tradisi nyadran tersebut, karena ia beranggapan bawasannya nyadranan ini adalah satu hal yang menentang agama islam atau syirik, sedangkan dari pihak Dusun
Mojopangi yang bernama Sipur ingin tetap menjaga tradisi ini sebagai bentuk rasa syukur warga setelah dilimpahkannya panen.
Makan bersama adalah media utama untuk mendekatkan kembali Desa Mojorejo dengan Dusun Mojopangi terutama Burnari dan Sipur yang bebeda
pendapat di kala itu, saat acara nyadran dimulai dan semua ambeng sudah dikumpalakan kemudian dido’akan, Bunari dan Sipur di dudukan bersama dan di
beri satu nampan ambeng
6
untuk dimakan bersama,Inilah salah satu bentuk dari tradisi nyadran yang bisa menyatukan dan meredakan konflik di masyarakat.
6
Ambeng menurut Mbah Wo selaku orang yang dituakan di Desa Mojorejo yakni sebuah nampan yang berisikan nasi dengan lauk ayam,telur,sayur hasil kebun warga atau apa saja yang
bisa dibawa untuk makan bersama, ambeng lebih sederhana dibandingkan tumpeng karena ambeng ialah makanan sederhana yang tidak menuntut warga harus membawa
makanan secara besar, apapun yang dimiliki yang bisa dinikmati bersama hasil wawancara, 03.02.2015
6
Prosesi yang dilakukan dalam mempersiapkan nyadran hingga selesainya nyadran tetap sama dengan awalnya dibentuknya nyadran di Desa Mojorejo
kurang lebih tahun 30an. Keunikan dari nyadran Desa Mojorejo selain menjalin kedekatan antar warga, nyadran Desa Mojorejo tetap menggunakan konsep acara
yang sama setiap tahunnya dan seterusnya sesuai dengan awalnya terbentuknya nyadran, mulai dari persiapan nyadran, prosesi nyadran, apa saja yang perlu
dibawa dalam nyadran dan lain sebagianya. Semua warga bisa hadir di acara nyadran ini semua bisa menikmati makan
bersama dan menikmati tari-tarian serta kisah perwayangan yang diceritakan oleh dalang. Tidak hanya warga asli desa saja yang boleh mengikuti acara ini namun
semua orang dari desa manapun bisa ikut serta dalam kemeriahan acara yang penuh ceria, tawa namun tetap tidak jauh dari arti upacara nyadran tersebut.
Zaman dulu, nyadran di Desa Mojorejo menjadi satu hal yang sakral dan banyak ditunggu oleh semua warga, nyadran sebagai alat untuk memupuk rasa
kebersamaan antara individu satu dengan yang lain. Nyadran pada zaman dulu diyakini sebagai cara untuk berkomunikasi dengan nenek moyang, karena
masyarakat percaya akan arwah nenek moyang yang sudah meninggal tetap biasa mempengaruhi anak cucunya dalam menjalani kehidupan kedepan. Fungsi dari
nyadran yaitu salah satunya membangun kedekatan antar warga, agar tidak terjadi perselisihan dan dapat melakukan kegiatan secara gotong royong dan saling
membantu.
7
Seiring berkembangnya zaman, ruh dalam tradisisi nyadranan bisa saja mengalami perubahan karena tingkat perubahan dimasyarakat yang semakin maju,
secara otomatis hal ini biasa saja merubah ruh dari tradisi nyadran yang dimaknai sakral dan untuk meninggkatkan integrasi warga dan bentuk konstruksi sosial
nyadran terhadap masyarakat.. Tradisi nyadran menjadi penting dikaji karena nyadranan ini adalah salah satu bentuk dari tradisi yang harus tetap dijaga dan di
pahami oleh masyarakat luas terutama generasi muda, apabila tidak bisa saja tradisi ini punah tergerus oleh zaman yang modern seperti ini.
1.2 Rumusan Masalah