Analisis Persepsi Masyarakat Terhadap Partai Politik Pasca Munculnya Kasus Korupsi Di Indonesia (Studi Deskriptif di Kelurahan Asam Kumbang,Kecamatan Medan)

(1)

ANALISIS PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PARTAI POLITIK PASCA MUNCULNYA KASUS KORUPSI DI INDONESIA

(Studi Deskriptif : Analisa Persepsi Masyarakat Terhadap Partai Politik Pasca Munculnya Kasus Korupsi Di Kelurahan Asam Kumbang, Medan Selayang)

DI SUSUN OLEH :

SRI PUTRI UTAMI SARAGIH 080901004

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sosial

DEPARTEMEN SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014


(2)

Tabel 28 Responden Berdasarkan Pertimbangan Memilih Partai Politik . 55 Tabel 29 Responden Berdasarkan Daya Ingat Isi Kampanye Caleg

Yang Dipilih ... 56 Tabel 30 Responden Berdasarkan Daya Ingat Parpol Pendukung Caleg

Yang Dipilih ... 57 Tabel 31 Responden Berdasarkan Kepercayaan Terhadap Caleg Dalam

Perubahan Medan yang Lebih Baik ... 58 Tabel 32 Responden Berdasarkan Kriteria Calon Legislatif yang

Dipilih ... 59 Tabel 33 Responden Berdasarkan Penilaian Keterwakilan Kepentingan

Masyarakat Oleh Anggota Legislatif... 60 Tabel 34 Responden Berdasarkan Penilaian Kejujuran Terhadap

Anggota Parpol yang Menggunakan Fasilitas Negara ... 60 Tabel 35 Pendapat Responden Mengenai Anggota Parpol yang Ada

Memiliki Moral dan Kepribadian yang Baik dan Akan

Mengutamakan Kepentingan Masyarakat... 61 Tabel 36 Responden Berdasarkan Penilaian Terhadap Parpol Telah

Menjalankan Fungsinya Dengan Baik ... 62 Tabel 37 Responden Berdasarkan Alasan Memilih Salah Satu Partai

Politik Pada Tahun 2009 ... 63 Tabel 38 Responden Berdasarkan yang Menjadi Daya Tarik Partai


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Alatas, Syed Hussein. 1986. Sosiologi Kkorupsi: Sebuah Penjelajahan dengan Data Kontemporer. Jakarta: LP3ES.

Anugrah, Iqra. 2013. Harian Indoprogress. Korupsi Sebuah Pembelajaran Akan Pentingnya Analisis Struktural. (http://indoprogress.com/2013/02/korupsi-sebuah-pembelajaran-akan-pentingnya-analisa-struktural/, diakses pada 9 Juni 2014, pukul 15.30 WIB).

Bismar Arianto, 2011. Analisis Penyebab Masyarakat Tidak Memilih Dalam Pemilu. Jakarta: Jurnal Ilmu Politik dan Ilmu Pemerintahan Vol.1 No.1.

Budiarjo, Miriam, 1992. Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

UGM, Humas, 2007. Tingkat Kepercayaan Pada Partai Politik Turun. (Jurnal Online) (http://ugm.ac.id/index.php?page=rilis&artikel=4918, diakses pada 28 Juni 2012, pukul 08.35 WIB).

Ignatius, Ismanto, 2012. Jurnal Online. (http://lab-ane.fisip-untirta.ac.id/wp-content/uploads/2011/06/1%20ignatius%20ismanto.pdf, diakses pada 25 Juni 2012, pukul 15.35 WIB).

Meleong, Lexy, 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Muqoddas, M.Bursyo, 2011. Pengawasan KPK Dalam Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagai Extra Ordinary Crime. Jurnal Online Program Pascasarjana Universitas Atmajaya Yogyakarta.


(4)

Pamungkas, Sigit, 2011. Partai Politik: Teori dan Praktik di Indonesia. Yogyakarta: Institute for Democracy and Welfarism.

Ramlan, Surbakti, 1992. Memahami Ilmu Politik. Jakarta: PT.Gramedia Widiasaranan Indonesia.

Sirait, Josua M., 2011. Upaya Pemberantasan Korupsi Di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Surabaya. Skripsi. Surabaya: Universitas Pembangunan Nasional Veteran.

Sitepu, Anthonius dan Kisah Ruth Siregar, 2009. Soekarno, Militer dan Partai Politik. Medan: Usu Press.

Sofyan, Asep, 2012. Jurnal Online. (http://asepsofyan.multiply.Com/journal/item /20?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem, diakses pada 17 Juni 2012, pukul 13.45 WIB) .

Sudjana, Eggi. 2008. Republik Tanpa KPK Koruptor Harus Mati. Surabaya: Penerbit JP BOOKS.

Wikipedia, Wiki, 2012. Persepsi Partai Politik. (Jurnal Online). (http://id.wikipedia.org/wiki/Persepsi, diakses pada 2 Juli 2012, pukul 09.00 WIB).

Yahoo, berita, 2012. Cerita Inong Pembobol Bank. (Jurnal Online).


(5)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian dengan pendekatan kuantitatif dan menggunakan metode penelitian survei. Adapun penelitian survei adalah penelitian yang menggunakan sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data pokok (Singarimbun, 2008:3). Dengan menggunakan kuesioner, peneliti akan memperoleh informasi atau data mengenai persepsi masyarakat terhadap partai politik pasca munculnya kasus korupsi di Indonesia di Kota Medan, Kelurahan Asam Kumbang dan kemudian peneliti dapat menganalisis persepsi tersebut secara sosiologis.

3.2Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan terhadap masyarakat Medan Selayang yang tinggal di Kelurahan Asam kumbang. Alasan peneliti memilih lokasi ini karena masyarakat yang tinggal di daerah Kelurahan Asam Kumbang, Medan Selayang aktif membicarakan tentang partai politik pasca munculnya kasus korupsi di Indonesia, sehingga peneliti memandang bahwa ada persepsi yang muncul pada masyarakat Kelurahan Asam Kumbang.


(6)

3.3Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

Populasi merupakan keseluruhan dari objek penelitian yang dapat berupa manusia, hewan, tumbuhan, udara, gejala, nilai, peristiwa, sikap hidup, dan sebagainya, sehingga objek ini dapat menjadi sumber data penelitian (Bungin, 2009: 99-100). Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat yang tinggal di Kelurahan Asam Kumbang, Medan Selayang dan berusia di atas 17 tahun hingga 51 tahun. Berdasarkan data kependudukan Kelurahan Asam Kumbang, jumlah masyarakat Kelurahan Asam Kumbang yaitu sebanyak 14758 orang dan jumlah inilah yang tetapkan peneliti sebagai populasi dalam penelitian ini.

3.3.2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang diambil melalui cara-cara tertentu yang juga memiliki karakteristik tertentu, jelas, dan lengkap yang dianggap bisa mewakili populasi (Hasan, 2002: 58). Sampling dilakukan karena jumlah populasi yang cukup banyak dan akan menyulitkan penelitian apabila menggunakan jumlah populasi dalam melakukan pengolahan data.

Untuk menentukan sampel dari populasi yang ada, peneliti menggunakan teknik Sampling Insidential yaitu teknik penentuan sampel secara kebetulan, atau siapa saja yang kebetulan (insidential) bertemu dengan peneliti yang dianggap cocok dengan karakteristik sampel yang ditentukan akan dijadikan sampel. Adapun yang menjadi alasan peneliti menggunakan penarikan sampel insidental


(7)

yaitu keterbatasan waktu yang dimiliki peneliti untuk mendapatkan responden dalam penelitian ini.

Dalam menentukan jumlah sampel yang akan dicari maka peneliti menggunakan rumus Taro Yamane dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan: n= Jumlah sample, N= Jumlah Populasi,

d² = Presisi yang inginkan (10 %)

Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 14758 orang dan tingkat kesalahan yang ditetapkan adalah 10%, maka jumlah sampel yang diperoleh berdasarkan rumus di atas adalah sebagai berikut:

N n =

N. d2 + 1 14758 n =

14758 . (0,1)2 + 1

n = 99, 9

Mengingat jumlah populasi di atas tidak didasarkan pada kategori umur maka peneliti mengambil kebijakan menetapkan jumlah sampel yang diambil


(8)

adalah seperempat dari sampel sebenarnya dengan pertimbangan untuk mempermudah peneliti mengambil sampel. Jadi sampel dalam penelitian ini adalah 25 orang.

3.4Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan informasi yang dapat menjelaskan dan menjawab permasalahan-permasalahan yang bersangkutan. Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder, yang dapat digolongkan sebagai berikut:

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh peneliti secara langsung dari objek penelitian. Adapun data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui kuesioner. Kuesioner merupakan alat yang dugunakan peneliti berupa daftar pertanyaan yang akan dijawab responden. Adapun yang menjadi fokus pertanyaan dalam kuesioner ini adalah untuk mencari tahu bagaimana persepsi masyarakat Kelurahan Asam Kumbang terhadap partai politik pasca munculnya kasus korupsi di Indonesia.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek penelitian. Pengumpulan data sekunder dalam penelitian ini dilakukan dengan cara penelitian kepustakaan dan pencatatan dokumen, yaitu dengan mengumpulkan data dan mengambil informasi dari buku–buku referensi, dokumen, jurnal dan bahan dari situs–situs internet yang dianggap relevan dengan


(9)

masalah yang diteliti. Dalam penelitian ini tentunya yang berkaitan dengan persepsi terhadap partai politik dengan pemberitaan korupsi di Indonesia.

3.5Teknik Analisis Data

Teknik analisis data berkaitan dengan metode pengumpulan data, yaitu data primer dan data sekunder. Dalam pengolahan dan menganalisis data yang telah diperoleh, peneliti melakukan pengolahan data dengan menggunakan teknik statistik deskriptif. Analisis data seperti ini bertujuan untuk menggambarkan keadaan gejala sosial apa adanya tanpa melihat hubungan-hubungan yang ada (Bungin, 2009: 171). Pengolahan data ini dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dan kemudian data akan dideskripsikan dengan teknik distribusi frekuensi.

Setelah data dibaca, dipelajari, dan ditelaah, maka dilakukan reduksi data dengan cara abstraksi yaitu usaha membuat rangkuman yang terperinci mengenai hasil yang diperoleh. Langkah selanjutnya adalah menyusun data-data dalam satuan-satuan yang dikategorisasikan, setelah itu dianalisis menggunakan dengan pendekatan kuantitatif.


(10)

3.6Jadwal Pelaksanaan

Penelitian ini dilakukan mulai dari 2013 sampai 2014

No. Jadwal Kegiatan

Bulan ke

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 Pra Observasi √

2 Acc Judul √

3 Penyusunan Proposal Penelitian √ 4 Seminar Proposal Penelitian √ 5 Revisi Proposal Penelitian √ √

6 Operasional Penelitian √ √ √

7 Pengumpulan dan Analisis Data √ √ √

8 Bimbingan Skripsi √ √ √

9 Penulisan Laporan Penelitian √ √


(11)

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

4.1. Deskripsi Lokasi

Kelurahan Asam Kumbang merupakan bagian dari Kecamatan Medan Selayang yang berada di bagian Barat Daya Wilayah Kota Medan yang memiliki luas dengan perkiraan sekitar 23,89 km2 atau 4,83% dari seluruh luas wilayah Kota Medan. Kecamatan ini berada pada ketinggian 26-50 meter di atas permukaan laut. Kelurahan Asam Kumbang sendiri memiliki luas 400 Ha dan memiliki 10 lingkungan.

4.2. Kondisi Demografi 4.2.1. Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk Kelurahan Asam Kumbang berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kota Medan tahun 2008 adalah 14758 orang dengan kepadatan penduduk per Km2 yaitu 3690 orang. Berdasarkan data jumlah penduduk menurut jenis kelamin dapat dilihat perbandingannya antara jumlah penduduk yang berjenis kelamin laki-laki dan perempuan pada Kelurahan Asam Kumbang yaitu laki-laki sebanyak 7375 orang dan perempuan sebanyak 7384 orang.

4.2.2. Komposisi Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur

Jumlah penduduk Kecamatan Medan Selayang menurut kelompok umur dan jenis kelaminnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini:


(12)

Tabel 1

Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur 0-65 Tahun Di Kecamatan Medan Selayang Tahun 2008

Kelompok Umur Jenis Kelamin Jumlah

Laki-laki Perempuan

0-4 3625 3800 7425

5-14 7926 7878 15804

15-44 22583 23041 45624

45-64 6593 6335 12928

>/= 65 1313 1820 3133

Jumlah 42040 42873 84913

Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Medan

Data pada tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah penduduk kelompok umur 15-44 tahun dengan jumlah 45.624 jiwa adalah yang mendominasi dari kelompok umur lainnya. Hal ini dikarenakan berdasarkan kelompok umur, selisih umur 15-44 tahun adalah selisih umur yang paling jauh dari pada kelompok umur lainnya yaitu 29 tahun banyaknya selisih umur tersebut. Data pada tabel menunjukkan bahwa umur 15-44 tahun adalah usia produktif maka kelompok umur ini didasarkan atas kelompok usia produktif.

4.2.3. Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

Terdapat beberapa mata pencaharian bagi penduduk Kelurahan Asam Kumbang. Di antaranya yaitu Pegawai Negeri, Pegawai Swasta, ABRI, Petani, Pedagang, Pensiunan dan lainnya.


(13)

Tabel 2

Mata Pencaharian Penduduk

No. Jenis Mata Pencaharian Jumlah Persentase (%)

1. Pegawai Negeri 517 8,5

2. Pegawai Swasta 323 5,3

3. ABRI 832 13,7

4. Petani 293 4,8

5. Pedagang 157 2,6

6. Pensiunan 139 2,3

7. Lainnya 3794 62,7

Jumlah Total 6.055 100

Bila dibandingkan dengan kelurahan lainnya di Kecamatan Medan Selayang, maka data di atas menunjukkan bahwa jumlah penduduk dengan status bekerja lebih banyak di Kelurahan Asam Kumbang daripada kelurahan lainnya. Hal itu berarti bahwa lebih sedikit penduduk yang berstatus tidak bekerja (pengangguran) di Kelurahan Asam Kumbang.

4.2.4. Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama

Komposisi penduduk berdasarkan agama yang dianut penduduk di Kecamatan Medan Selayang dapat dilihat pada tabel di bawah ini:


(14)

Tabel 3

Jumlah Penduduk menurut Kategori Agama Di Kecamatan Medan Selayang Tahun 2005

NO. Agama Jumlah Persentase

(%)

1. Islam 57.398 60,53

2. Kristen Protestan 29.771 31,40

3. Kristen Katolik 5.488 5,79

4. Budha 1.119 1,18

5. Hindu 1.049 1,11

Jumlah Total 94.825 100

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa mayoritas penduduk di Kecamatan Medan Selayang adalah beragama Islam dengan jumlah 57.398 orang atau sebesar 60,53% dari total keseluruhan penduduk dan penduduk yang beragama Kristen Protestan adalah mayoritas kedua dengan persentase sebesar 31,40%.

4.3. Prasarana Kelurahan Asam Kumbang

Prasarana merupakan suatu aspek yang sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat. Prasarana umum yang tersedia dapat digunakan oleh masyarakat untuk melakukan aktifitas sehari-hari, khususnya yang berhubungan dengan kepentingan umum. Untuk itu penting bagi suatu daerah memiliki sarana dan prasarana yang lengkap. Adapun prasarana yang ada di Kelurahan Asam Kumbang antara lain adalah sebagai berikut:


(15)

4.3.1. Prasarana Rumah Ibadah

Berdasarkan data tahun 2008 disebutkan bahwa mayoritas penduduk di Kelurahan Asam Kumbang adalah beragama Islam maka rumah ibadah yang sangat menonjol jumlahnya adalah masjid dan langgar. Terdapat 5 buah bangunan masjid dan terdapat 3 buah bangunan langgar. Begitu juga agama lain seperti Agama Kristen Protestan dan Kristen Katolik, mereka membangun gereja di berbagai tempat. Terdapat 3 buah bangunan gereja yang tersebar di Kecamatan Medan Selayang, sedangkan rumah ibadah agama Buddha hanya satu buah. Untuk lebih jelasnya, hal ini dapat dilihat melalui tabel di bawah ini.

Tabel 4

Prasarana Peribadatan di Kelurahan Asam Kumbang Tahun 2008 No Jenis prasarana Jumlah

1 Mesjid 5

2 Langgar 3

3 Gereja 3

4 Kelenteng 1

TOTAL 12

Sumber: KUA (Kantor Urusan Agama) Kecamatan Medan Selayang

Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa tempat ibadah dari setiap agama yang dianut penduduk di Kelurahan Asam Kumbang telah tersedia, sehingga penduduk Kelurahan Asam Kumbang dapat menjalankan ibadahnya dengan baik.


(16)

4.3.2. Prasarana Olahraga

Adapun prasarana Olahraga yang tersedia di Kelurahan Asam Kumbang dapat dikatakan cukup lengkap. Tabel di bawah ini akan menunjukkan prasarana Olahraga apa saja yang ada di Kelurahan Asam Kumbang.

Tabel 5

Prasarana Olahraga di Kelurahan Asam Kumbang Tahun 2008 No Jenis Prasarana Jumlah

1 Lapangan Bola Kaki 1

2 Lapangan Voli 1

3 Lapangan Bulu Tangkis 2

4 Tenis Meja 3

TOTAL 7

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa terdapat satu lapangan bola kaki, satu lapangan voli, dua lapangan bulu tangkis, dan tiga lapangan tenis meja. Prasarana yang tersedia dan mencukupi ini sangat baik ada di Kelurahan Asam Kumbang, karena melalui kegiatan olahraga penduduk dapat saling bertemu dan berkumpul dengan begitu sangat mungkin terjadi proses sosialisasi dan bertukar informasi antar penduduk. Dalam kaitannya dengan penelitian ini, informasi mengenai pemilihan umum bisa saja diperoleh dengan adanya saling bertukar informasi ketika penduduk Kelurahan Asam Kumbang bertemu ketika melakukan kegiatan olahraga.


(17)

4.3.3. Prasarana Pendidikan

Di Kelurahan Asam Kumbang, prasarana pendidikan tidak begitu banyak. Bangunan-bangunan sekolah formal yang tersedia hanya meliputi jenjang Taman Kanak-kanak, Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama. Tabel berikut akan memperlihatkan jumlah dari prasarana pendidikan yang tersedia di Kelurahan Asam Kumbang.

Tabel 6

Prasarana Pendidikan di Kelurahan Asam Kumbang No Jenis Prasarana Jumlah

1 Taman Kanak-kanak 2

2 Sekolah Dasar 3

3 SMP 2

4 SMA -

TOTAL 7

Meskipun belum tersedia Sekolah Menengah Atas di Kelurahan Asam Kumbang, namun penduduknya masih cukup mudah untuk menjangkau Sekolah Menengah Atas yang terletak di kelurahan lain yang berdekatan. Untuk prasarana pendidikan taman kanak-kanak telah tersedia 2 buah di Kelurahan Asam Kumbang, Sekolah Dasar sebanyak 3 buah dan Sekolah Menengah Pertama sebanyak 2 buah.


(18)

BAB V

TEMUAN DATA DAN ANALISIS DATA

5.1. Identitas Responden

Identitas responden akan dikategorikan berdasarkan usia, status perkawinan, agama, dan pendidikan terakhir. Adapun persentase jumlah responden berdasarkan kategorisasi tersebut akan dipaparkan dalam penjelasan di bawah ini.

5.1.1. Identitas Responden Berdasarkan Usia

Adapun yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kelurahan Asam Kumbang, Kecamatan Medan Selayang yang berusia di atas 17 tahun. Tabel berikut ini akan memperlihatkan persentase jumlah responden berdasarkan usianya.

Tabel 7

Responden Berdasarkan Usia

No. Usia Frekuensi Persentase

1. 17-30 tahun 10 40

2. 31-40 tahun 5 20

3. 41-50 tahun 4 16

4. 51 tahun ke atas 6 24


(19)

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah responden dalam penelitian ini mayoritas yang berumur antara tujuh belas tahun sampai tiga puluh tahun dengan persentase sebasar 40%.

5.1.2. Identitas Responden Berdasarkan Status Perkawinan

Status perkawinan sering kali dapat mempengaruhi seseorang dalam menentukan keputusannya. Dalam penelitian ini, peneliti memandang bahwa akan ada perbedaan persepsi dari responden yang belum menikah dengan responden yang telah menikah. Hal ini mengingat bahwa lingkungan pergaulan dari dua jenis responden ini juga berbeda. Adapun persentase responden dalam penelitian ini berdasarkan status perkawinannya akan ditunjukan pada tabel berikut.

Tabel 8

Responden Berdasarkan Status Menikah

No. Status Frekuensi Persentase

1. Menikah 17 68

2. Belum Menikah 8 32

TOTAL 25 100%

Berdasarkan tabel di atas, jumlah reponden yang telah menikah lebih banyak dibandingkan yang belum menikah. Adapun persentase responden yang telah menikah yaitu sebesar 68% sedangkan yang belum menikah sebesar 32%.

5.1.3. Identitas Responden Berdasarkan Agama

Tidak dapat dipungkiri bahwa latar belakang agama seseorang dapat mempengaruhi persepsinya terhadap sesuatu. Dalam penelitian ini, responden yang diambil tidak didasarkan pada satu agama tertentu saja. Identitas responden


(20)

dalam penelitian ini diupayakan cukup heterogen agar dapat menjawab permasalahan yang telah dirumuskan. Adapun jumlah responden berdasarkan agamanya dapat di lihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 9

Responden Berdasarkan Agama

No. Agama Frekuensi Persentase

1. Islam 12 48

2. Kristen Protestan 5 25

3. Kristen Katolik 4 16

4. Hindu 1 4

5. Budha 3 12

TOTAL 25 100%

Bila melihat tabel di atas, jumlah responden yang beragama Islam memang lebih banyak dibandingkan agama lainnya dimana responden yang beragama Islam sebesar 48%. Namun bila melihat kembali komposisi penduduk Kelurahan Asam Kumbang berdasarkan agama, responden-responden yang ada dalam penelitian ini cukup mewakili. Hal ini karena mayoritas penduduk Kelurahan Asam Kumbang memang beragama Islam, sedangkan yang beragama lain dari jumlah responden-responden yang ada dalam penelitian ini sudah terwakili.


(21)

5.1.4. Identitas Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir

Tingkat pendidikan responden diasumsikan akan mempengaruhi persepsi responden dalam menilai suatu permasalahan. Oleh karena itu, dalam penelitian ini peneliti juga mengambil responden berdasarkan tingkat pendidikan yang berbeda-beda. Adapun persentase responden berdasarkan pendidikan terakhirnya adalah sebagai berikut.

Tabel 10

Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir

No. Pendidikan Frekuensi Persentase

1. Sarjana (S1, S2, S3) 15 60

2. Diploma 4 16

3. SMA / Sederajat 3 12

4. SMP / Sederajat 1 4

5. SD / Sederajat 1 4

6. Tidak Sekolah 1 4

TOTAL 25 100%

Dalam penelitian ini, responden yang memiliki pendidikan sarjana merupakan jumlah yang paling banyak yaitu sebesar 60%. Meskipun begitu penduduk yang memiliki pendidikan rendah dan tidak sekolah juga mendapat perwakilan dalam penelitian ini seperti terlihat dalam tabel di atas.


(22)

5.2. Pengetahuan Masyarakat Kelurahan Asam Kumbang Mengenai Informasi Pemilihan Umum

Pemilihan Umum (Pemilu) merupakan agenda rutin yang dilaksanakan bangsa Indonesia setiap lima tahun sekali. Pemilihan umum tersebut bertujuan untuk memilih wakil-wakil rakyat di kursi legislatif dan memilih presiden dan wakil presiden. Setiap warga negara Indonesia yang telah berusia tujuh belas tahun ke atas telah dapat memiliki hak untuk memilih dalam pemilihan umum.

Adapun informasi mengenai pemilihan umum biasanya sudah mulai ramai pemberitaannya beberapa bulan menjelang waktu pemilihan. Saat ini keinginan masyarakat untuk berpartisipasi dalam pemilihan umum tahun 2014 tidak cukup tinggi, hal ini juga disebabkan informasi yang mereka terima tentang pemilu masih terbatas. Berdasarkan hasil survei Lembaga Survei Indonesia (LSI) tahun 2014, 52 persen pemilih menyatakan bahwa mereka merasa informasi tentang pemilu dinilai sedikit, sementara 21 persen menyatakan tidak memiliki informasi sama sekali, 20 persen menyatakan cukup banyak informasi, sementara yang menyatakan sangat banyak informasi hanya sebesar 2 persen.

Mengenai informasi tentang pemilihan umum di Medan, komposisi responden yang menyatakan tahu sebesar 68% dan yang menyatakan tidak sebesar 32%. Tabel berikut akan menunjukan komposisi responden berdasarkan pengetahuan mengenai pemilu tahun 2014 di Medan.


(23)

Tabel 11

Komposisi Responden Berdasarkan Pengetahuan Mengenai Pemilu di Medan

No. Jawaban Frekuensi Persentase

1. Ya, tahu 17 68

2. Tidak tahu 8 32

TOTAL 25 100%

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa dari dua puluh lima responden yang ditanyakan pendapatnya mengenai pemilihan umum 2014 sebanyak 17 orang atau 68% menjawab mengetahui informasi pemilihan umum, sedangkan yang menyatakan tidak tahu sebanyak 8 orang atau 32%. Data ini menunjukkan bahwa untuk pengetahuan dasar mengenai pemilihan umum masih ada responden yang tidak mengetahuinya, informasi yang dimaksud adalah terkait kapan pemilihan umum akan dilaksanakan dan kapan masa kampanye berlangsung.

Untuk melihat pengetahuan responden mengenai kampanye yang dilakukan calon anggota legislatif, maka hasil yang didapatkan adalah seperti dalam tabel berikut:


(24)

Tabel 12

Komposisi Responden yang Pernah Mengetahui Kampanye Calon Anggota Legislatif

No. Jawaban Frekuensi Persentase

1. Pernah 20 80

2. Tidak pernah 5 20

TOTAL 25 100%

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa kampanye calon anggota legislatif diketahui sebagian besar responden yaitu sebanyak 80% sedangkan yang tidak pernah mengetahui adanya kampanye calon anggota legislatif yaitu 20%. Hal ini menunjukkan bahwa informasi mengenai kampanye calon anggota legislatif dapat dengan mudah diakses oleh masyarakat.

Saat ini banyak tersedia media untuk mendapatkan berbagai informasi, baik media cetak maupun media elektronik. Dalam melakukan kampanyenya calon anggota legislatif tentunya tidak hanya menggandalkan kampanye dengan bentuk sosialisasi bertemu langsung dengan masyarakat, namun sekarang telah banyak menggunakan media lain yang lebih efektif menjangkau banyak masyarakat. Tabel berikut ini akan memperlihatkan komposisi responden yang pernah mengikuti kampanye calon anggota legislatif berdasarkan bentuk kampanye yang telak dilakukan.


(25)

Tabel 13

Komposisi Responden Berdasarkan Bentuk Kampanye yang Pernah Diikuti No. Bentuk Kampanye yang

Diikuti

Frekuensi Persentase

1. Media Elektronik dan Cetak 18 72

2. Sosialisasi Partai 4 16

3. Sosialisasi Non Partai 3 12

TOTAL 25 100%

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa bentuk kampanye yang dilakukan dengan menggunakan media elektronik dan media cetak lebih banyak diikuti oleh responden dengan persentase sebanyak 72%, sedangkan melalui sosialisasi yang dilakukan partai persentase yaitu 16% dan melalui sosialisasi yang dilakukan bukan melalui partai persentasenya sebesar 12%.

Setelah hasil pemilihan umum legislatif tahun 2010 keluar, sebagian responden menyatakan tidak menerima hasil tersebut. Hal ini diasumsikan bahwa hasil tersebut mengandung kecurangan ataupun anggota legislatif yang terpilih ternyata tidak mampu menjalankan aspirasi pemilih. Tabel di bawah ini akan memperlihatkan persentase penerimaan responden terhadap hasil pemilihan umum legislatif pada tahun 2010.


(26)

Tabel 14

Responden Berdasarkan Penerimaan Hasil Legislatif Medan 2010

No. Menerima atau Tidak Frekuensi Persentase

1. Menerima 8 32

2. Tidak Menerima 17 68

TOTAL 25 100%

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa persentase yang menerima hasil pemilu legislatif pada tahun 2010 dari 25 orang responden, mayoritas menyatakan tidak menerima hasil pemilihan umum tersebut. Adapun yang menyatakan menerima yaitu sebesar 32% dan yang menyatakan tidak menerima adalah 68%.

Mengenai pengetahuan responden tentang perubahan sistem pemilihan umum yang diterapkan pada pemilu 2014, tabel di bawah ini akan menunjukkan persentasenya.

Tabel 15

Responden Berdasarkan Pengetahuannya Terhadap Perubahan Sistem Pemilu

No. Pengetahuan Perubahan Sistem Pemilu

Frekuensi Persentase

1. Ya, tahu 15 60

2. Tidak tahu 10 40

TOTAL 25 100%

Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa antara responden yang mengetahui perubahan sistem pemilihan umum dan responden yang tidak mengetahui perubahan sistem pemilu hampir sama. Untuk responden yang


(27)

mengetahui adanya perubahan sistem pemilihan umum yaitu sebesar 60%, sedangkan responden yang tidak mengetahui adanya perubahan sistem pemilihan umum yaitu sebesar 40%.

Untuk penilaian responden sendiri mengenai sistem pemilu Indonesia mayoritas menyatakan tidak tahu. Tabel di bawah ini akan menunjukkan bagaiman penilaian responden terhadap sistem pemilihan umum di Indonesia.

Tabel 16

Responden Berdasarkan Penilaian Terhadap Sistem Pemilu Indonesia

No. Penilaian Frekuensi Persentase

1. Sudah Baik 8 32

2. Tidak Baik 7 28

3. Tidak Tahu 10 40

TOTAL 25 100%

Bila dilihat pada tabel di atas, terdapat 32% responden dari 25 orang responden yang menyatakan bahwa sistem pemilihan umum Indonesia sudah baik, 28% menyatakan tidak baik, dan 40% menyatakan tidak tahu.

Dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi masyarakat Kelurahan Asam Kumbang, Kecamatan Medan Selayang terhadap partai politik pasca munculnya kasus korupsi yang sedang terjadi di Indonesia. Untuk itu, peneliti memandang penting untuk melihat apakah responden cukup mengenal yang menjadi calon anggota legislatif yang akan memimpin daerahnya.


(28)

Berdasarkan jawaban responden terhadap pertanyaan mengenai hal itu maka hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 17

Responden Berdasarkan Mengenal Calon Anggota Legislatif yang akan Memimpin Daerahnya

No. Kenal atau Tidak Frekuensi Persentase

1. Ya 16 64

2. Tidak 9 36

TOTAL 25 100%

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa 64% responden mengenal calon anggota legislatif yang akan memimpin daerahnya dan 36% responden menjawab tidak mengenal. Banyaknya responden yang tidak mengenal calon anggota legislatif yang akan mewakili aspirasinya menggambarkan bahwa informasi yang diterima masyarakat belumlah maksimal mengenai calon anggota legislatif yang mencalonkan diri di daerahnya. Hal ini dapat menimbulkan masyarakat yang ikut memilih dalam pemilihan umum calon anggota legislatif seperti memilih kucing dalam karung, sehingga masyarakat tidak dapat meyakinkan bahwa calon yang dipilihnya adalah yang terbaik.

5.3. Partisipasi Masyarakat Kelurahan Asam Kumbang dalam Pemilihan Umum

Dalam konteks demokratisasi, masyarakat yang memiliki kesadaran berdemokrasi adalah langkah awal menuju demokrasi yang benar. Aktualisasi dari


(29)

kesadaran berwarganegara sebenarnya terletak pada tingkat partisipasi politik masyarakat di setiap momentum politik seperti pemilihan umum, karena sekaligus menjadi media pembelajaran serta praktik berdemokrasi bagi rakyat yang diharapkan dapat membentuk kesadaran kolektif segenap unsur bangsa tentang pentingnya memilih pemimpin yang benar sesuai nuraninya.

Bentuk partisipasi politik seseorang dapat dilihat dengan jelas melalui aktivitas-aktivitas politiknya, begitu juga dalam masyarakat Asam Kumbang bentuk partisipasinya dapat dilihat dari keterlibatan masyarakat dalam mengikuti pemilihan umum. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan terhadap 25 responden maka dapat dilihat dalam tabel berikut jumlah responden yang menggunakan hak pilihnya saat pemilihan umum sebelumnya.

Tabel 18

Responden Berdasarkan Penggunaan Hak Pilih Saat Pemilu

No. Memakai Hak Pilih Frekuensi Persentase

1. Ya 17 68

2. Tidak 8 32

TOTAL 25 100%

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa yang menggunakan hak pilihnya saat pemilu adalah 68% persen dari dua puluh lima orang responden dan 32% nya tidak menggunakan hak pilihnya. Hal ini menunjukkan bahwa masih cukup banyak yang tidak memanfaatkan hak politiknya dengan berpartisipasi dalam pemilihan umum sebelumnya.


(30)

Sedangkan ketika ditanyakan apakah responden selalu mengikuti pemilihan calon anggota legislatif atau pemilihan-pemilihan umum lainnya sebagian responden menjawab ya. Adapun persentase dari jawaban responden tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 19

Responden Berdasarkan Frekuensi Keikutsertaan Pemilihan Calon Legislatif

No. Frekuensi Frekuensi Persentase

1. Ya 19 76

2. Tidak selalu 6 24

TOTAL 25 100%

Bila dilihat pada tabel maka terdapat 76% dari jumlah responden yang menjawab iya dan 24% responden menjawab tidak. Dalam hal ini kita juga dapat mencermati bahwa responden cukup berpartisipasi dalam mengikuti pemilihan umum lainnya di samping pemilihan umum calon anggota legislatif.

Bila dilihat dari keterlibatan masyarakat Kelurahan Asam Kumbang dalam mengikuti organisasi sosial kemasyarakatan maka berdasarkan jawaban yang diberikan oleh responden yang mewakili masyarakat Kelurahan Asam Kumbang sebagian besar dari responden menjawab aktif. Adapun persentase jawaban responden dapat dilihat pada tabel di bawah ini.


(31)

Tabel 20

Responden Berdasarkan Aktif atau Tidaknya Dalam Organisasi Sosial Kemasyarakatan

No. Jawaban Frekuensi Persentase

1. Ya 19 76

2. Tidak selalu 6 24

TOTAL 25 100%

Bila dilihat pada tabel, frekuensi dari responden yang menjawab aktif dalam organisasi sosial kemasyarakatan adalah 19 orang atau 76%, sedangkan yang menjawab tidak selalu aktif mengikuti organisasi sosial kemasyarakatan yaitu sebanyak 6 responden atau sebesar 24%.

Untuk partai politik yang dipilih oleh responden dalam pemilihan umum pada tahun 2009 jawaban responden cukup variatif. Adapun partai politik yang dipilih oleh responden dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 21

Responden Berdasarkan Partai Yang Dipilih Dalam Pemilu 2009

No. Frekuensi Frekuensi Persentase

1. GOLKAR 6 24

2. PPP - -

3. PDIP 5 20

4. PAN - -

5. PKB - -


(32)

7. GERINDRA 3 12

8. HANURA 1 4

9. PDP - -

10. Lainnya (Demokrat) 4 16

11. Tidak Memilih (GOLPUT) 2 8

TOTAL 25 100%

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa responden yang menjawab memilih partai GOLKAR pada pemilihan umum tahun 2009, yaitu sebanyak 6 responden atau sebesar 24%, yang memilih PDIP sebanyak 5 responden atau sebesar 20%, yang memilih PKS sebanyak 4 responden atau sebesar 16%, yang memilih GERINDRA sebanyak 3 responden atau sebesar 12%, yang memilih HANURA yaitu sebanyak 1 responden, yang memilih partai DEMOKRAT yaitu sebanyak 4 responden atau sebesar 16% dan yang tidak memilih atau GOLPUT yaitu sebanyak 2 orang atau sebesar 8%.

5.4. Pertimbangan Masyarakat Kelurahan Asam Kumbang dalam Memilih Anggota Legislatif

Kematangan politik di Indonesia saat ini dinilai masih jauh dari harapan. Edukasi politik kepada masyarakat belum terlaksana dengan baik, sehingga pertimbangan mereka dalam menentukan pilihan belum berfokus pada visi bangsa ke depan. Sedangkan pihak-pihak yang bertangungjawab dalam memberikan edukasi politik kepada masyarakat tidak banyak berbuat dan pihak-pihak yang berkepentingan hanya mengambil keuntungan dari kondisi yang ada tanpa memberikan pemahaman


(33)

yang berarti kepada masyarakat luas akan pentingnya partisipasi aktif masyarakat dalam kehidupan demokrasi di Indonesia.

Informasi apapun saat ini sudah lebih mudah untuk didapatkan oleh masyarakat. Kemudahan dalam mengakses media elektronik maupun media cetak telah mempengaruhi pembaharuan informasi yang berkembang setiap saat, tidak terkecuali informasi mengenai pemilihan umum ataupun partai politik yang terlibat dalam pemilihan umum. Pengaruh informasi yang diterima juga akan menentukan masyarakat dalam memilih partai politik. Selain itu, informasi yang diterima masyarakat bisa juga didapat ketika ada interaksi dengan berbagai macam kalangan/ pihak. Pemilih yang banyak mendapatkan informasi dari keluarga dan lingkungannya, akan lebih besar dan lebih banyak ke partai yang ada di lingkungannya.

Berdasarkan hasil survei yang dilakukan terhadap dua puluh lima responden dalam penelitian ini, ketika ditanyakan bentuk kampanye apa yang paling sering dilihat sebagian besar responden menjawab bahwa kampanye yang ditampilkan di media elektronik dan cetak merupakan media yang paling sering mereka lihat. Untuk melihat persentasenya tabel di bawah ini akan memperlihatkan rinciannya.


(34)

Tabel 22

Responden Berdasarkan Bentuk Kampanye Yang Paling Sering Dilihat

No. Bentuk Kampanye Yang Dilihat

Frekuensi Persentase

1. Media Elektronik dan Cetak 19 76

2. Sosialisasi Partai 5 20

3. Sosialisasi Non Partai 1 4

TOTAL 25 100%

Berdasarkan tabel tersebut terlihat bahwa dari dua puluh lima responden sebanyak sembilan belas responden atau 76% menyatakan kampanye yang sering dilihat adalah media elektronik dan media cetak, lima responden atau 20% menyatakan kampanye yang sering dilihat adalah sosialisasi partai, dan hanya satu responden atau 4% yang menyatakan kampanye yang sering dilihat adalah sosialisasi non partai. Dari data ini dapat diambil kesimpulan bahwa melalui media elektronik dan media cetak kampanye lebih efektif untuk banyak dilihat masyarakat.

Untuk bentuk kampanye yang menarik bagi responden berdasarkan media yang digunakan, mayoritas responden memilih media elektronik dan media cetak. Tabel di bawah ini akan menunjukkan rincian dari jawaban responden.


(35)

Tabel 23

Responden Berdasarkan Bentuk Kampanye Paling Menarik Bagi Responden

No. Bentuk Kampanye Yang Diketahui

Frekuensi Persentase

1. Media Elektronik dan Cetak 21 84

2. Sosialisasi Partai 3 12

3. Sosialisasi Non Partai 1 4

TOTAL 25 100%

Berdasarkan data pada tabel di atas dapat dilihat bahwa ada sebanyak dua puluh satu responden atau 84% dari total responden menjawab bahwa bentuk kampanye melalui media elektonik dan cetak lebih menarik, tiga orang responden atau 12% dari total responden menjawab bentuk kampanye melalui media sosialisasi partai lebih menarik, dan satu responden atau 4% menyatakan bentuk kampanye melalui media sosialisasi non partai atau dapat dikatakan secara personal calon anggota legislatif lebih menarik. Dengan melihat perbandingan data di atas dapat disimpulkan bahwa media elektronik dan cetak telah menjadi pilihan bagi masyarakat dalam mengikuti perkembangan pemilihan umum ataupun kampanye-kampanye yang dilakukan oleh calon-calon perwakilan rakyat.

Ketika ditanyakan kepada responden apakah kampanye melalui media akan mempengaruhi pilihan mereka dalam menentukan calon anggota legislatif yang akan mereka pilih, maka sebagian besar menjawab iya. Tabel berikut akan memperlihatkan hasilnya.


(36)

Tabel 24

Responden Berdasarkan Pemilihan Kampanye Melalui Media

No. Jawaban Frekuensi Persentase

1. Ya 17 68

2. Tidak 8 32

TOTAL 25 100%

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah responden yang menjawab bahwa kampanye melalui media akan mempengaruhi mereka dalam memilih calon anggota legislatif sebanyak tujuh belas responden atau sebesar 68% dari total responden, sedangkan yang menjawab tidak mempengarui sebanyak delapan responden atau 32% dari total responden. Untuk itu semakin sering calon anggota tampil di media, ada kemungkinan masyarakat dapat mengenalnya dan

memilihnya dalam pemilihan umum. Ketika responden telah menetapkan pilihannya sebelum hari pemilihan

umum, masih ada kemungkinan pilihannya akan berubah. Perubahan keputusan pemilih bisa saja karena mengetahui adanya calon anggota legislatif yang lebih baik, latar belakang calon anggota legislatif tidak sesuai dengan kriterianya karena mendapatkan informasi terbaru dari media, partai politik calon anggota legislatif banyak terlibat kasus, ataupun bentuk kampanye calon anggota legislatif tersebut tidak menarik simpati pemilih. Berdasarkan pertanyaan yang diberikan kepada responden apakah adanya kampanye yang didengar, lihat atau tonton dapat mengubah keputusan pilihannya terdahulu, maka sebagian besar menjawab bahwa pilihannya dapat berubah. Untuk melihat persentase jawaban responden maka dapat dilihat pada tabel berikut.


(37)

Tabel 25

Responden Berdasarkan Perubahan Keputusan Karena Kampanye yang Diikuti

No. Perubahan Keputusan Akibat bentuk Kampanye

Frekuensi Persentase

1. Ya 19 76

2. Tidak 6 24

TOTAL 25 100%

Berdasarkan tebel di atas, sembilan belas responden atau 76% dari total responden menjawab ya, dapat berubah keputusannya setelah melihat, mendengar atau menonton kampanye-kampanye yang dilakukan oleh berbagai partai politik atau calon anggota legislatif. Sedangkan yang menjawab tidak hanya sebanyak enam responden atau sebesar 24% dari total responden.

Dengan berlandaskan pada pengetahuannya dan latar belakang masyarakat, maka dalam menentukan pilihannya ada banyak faktor mempengaruhi. Adapun dalam penelitian ini, ketika responden dihadapkan pada pertanyaan faktor apa yang mempengaruhi pilihannya, maka mayoritas responden menjawab figur dari calon anggota legislatif tersebut. Tabel di bawah ini akan memperlihatkan persentasenya.


(38)

Tabel 26

Responden Berdasarkan Faktor Yang Mempengaruhi Dalam Memilih

No. Faktor Pengaruh Frekuensi Persentase

1. Figur Caleg 20 80

2. Partai Politik Pendukung 5 20

TOTAL 25 100%

Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa faktor figur calon anggota legislatif lebih banyak mempengaruhi responden dalam memilih yaitu sebanyak 80% dari total responden, berdasarkan partai politik yang mendukung calon anggota legislatif tersebut hanya menjadi faktor yang mempengaruhi 20% responden.

Pertimbangan lain yang mempengaruhi pilihan masyarakat terhadap calon anggota legislatif adalah visi dan misi calon, citra calon, kesamaan etnis dengan calon, kesamaan agama dengan calon, hubungan kekerabatan dengan calon, ataupun imbalan yang diterima oleh masyarakat dari calon. Berdasarkan pertimbangan tersebu, ketika ditanyakan kepada responden mana yang lebih mempengaruhi responden dalam mempertimbangkan calon yang dipilihnya maka didapatkan hasil seperti pada tabel di bawah ini.


(39)

Tabel 27

Responden Berdasarkan Pertimbangan Memilih Calon Legislatif No. Pertimbangan Yang Dipilih

Responden

Frekuensi Persentase

1. Visi Misi Calon 12 48

2. Citra Calon 2 8

3. Kesamaan Etnis dengan Calon 2 8

4. Kesamaan Agama dengan Calon

2 8

5. Hubungan kekerabatan dengan Calon

3 12

6. Memperoleh Imbalan (uang, sembako, jabatan)

4 16

TOTAL 25 100%

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa mayoritas menjawab visi dan misi calon lebih menjadi pertimbangan responden dalam memilih. Adapun persentase yang didapat dari pertanyaan ini yaitu 48% responden menjawab visi dan misi calon lebih menjadi pertimbangan dalam memilih, 8% responden menjawab bahwa citra calon lebih menjadi pertimbangan mereka, 8% responden menjawab kesamaan etnis dengan calon, 8% responden menjawab kesamaan agama dengan calon, 12% menjawab adanya hubungan kekerabatan yang lebih menjadi pertimbangan dan 16% responden menjawab bahwa apa yang mereka dapatkan dari calon (imbalan berupa uang atau sembako) lebih menjadi pertimbangan bagi mereka dalam menentukan pilihan mereka dalam pemilihan umum.


(40)

Hal lainnya yang sering kali menjadi pertimbangan masyarakat adalah partai politik yang mengusung calon dalam mengikuti pemilihan umum. Adapun yang dilihat dari partai politik tersebut yaitu ideologi/ aliran partai, visi/ misi kampanye partai, dan citra partai politik. Kepada responden ditanyakan pula apa yang menjadi pertimbangannya dalam memilih partai politik, maka didapatkalah hasilnya seperti dalam tabel berikut ini.

Tabel 28

Responden Berdasarkan Pertimbangan Memilih Partai Politik No. Pertimbangan Pemilihan

Partai Politik

Frekuensi Persentase

1. Ideologi/aliran partai politik 15 60 2. Visi/misi kampanye partai

politik

8 32

3. Citra partai politik 2 8

TOTAL 25 100%

Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden menjawab yang menjadi pertimbangan dalam memilih partai politik adalah ideology/ aliran dari partai politik dengan jumlah responden yang menjawab lima belas responden atau 60% dari total keseluruhan responden. Sedangkan yang menjawab visi/ misi kampanye partai politik sebagai pertimbangannya dalam memilih partai politik yaitu sebanyak delapan responden atau 32% dari total responden dan yang menjawab citra partai politik hanya sebanyak dua responden atau 8% dari total responden.


(41)

Agar isi kampanye calon anggota legislatif diingat oleh masyarakat dan mendorong masyarakat untuk memilihnya maka isi kampanye yang disampaikan haruslah melekat di hati masyarakat dan dapat menjawab persoalan masyarakat. Selain itu bentuk dari kampanye yang dilakukan juga haruslah menarik agar masyarakat mudah mengingat setiap pesan yang disampaikan ketika calon anggota legislatif melakukan kampanye. Adapun jawaban dari reponden dalam penelitian ini ketika ditanyakan apakah masih mengingat isi dari kampanye yang telah lalu maka mayoritas dari responden menjawab sudah tidak ingat. Tabel di bawah ini akan memperlihatkan persentasenya.

Tabel 29

Responden Berdasarkan Daya Ingat Isi Kampanye Caleg Yang Dipilih

No. Daya Ingat Frekuensi Persentase

1. Masih ingat 8 32

2. Tidak Ingat 17 68

TOTAL 25 100%

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah responden yang mengingat isi kampanye hanya delapan responden atau 32% dari total responden, dan jumlah responden yang tidak ingat isi kampanye dari calon anggota legislatif adalah sebanyak tujuh belas responden atau sebesar 68% dari total responden.

Selain itu kepada responden juga ditanyakan mengenai apakah responden masih mengingat partai politik yang mendukung calon anggota legislatif yang dipilihnya maka sebagian besar responden juga yang menyatakan tidak ingat lebih banyak daripada yang menyatakan masih mengingatnya. Adapun hasil dari pertanyaan ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini.


(42)

Tabel 30

Responden Berdasarkan Daya Ingat Parpol Pendukung Caleg Yang Dipilih

No. Daya Ingat Frekuensi Persentase

1. Masih ingat 9 36

2. Tidak Ingat 16 64

TOTAL 25 100%

Dari tabel di atas terdapat Sembilan responden atau 36% dari total responden yang menjawab masih mengingat partai politik yang mendukung calon anggota legislatif yang dipilihnya dan sebanyak enam belas responden atau 64% yang menjawab tidak ingat. Berdasarkan data-data ini dapat disimpulkan adalah masyarakat masih kurang menaruh perhatian terhadap siapa yang menjadi wakilnya di tingkatan legislatif dan partai politik mana yang mendukung calon mereka tersebut ketika naik sebagai anggota legislatif.

Untuk melihat tingkat kepercayaan masyarakat terhadap calon anggota legislatif yang akan mewakili aspirasi masyarakat, maka ditanyakan pula kepada responden mengenai kepercayaan mereka apakah calon anggota legislatif yang dipilih akan mampu membawa perubahan Medan ke arah yang lebih baik, baik dalam bidang ekonomi, politik, hokum, dan sosial budaya. Berdasarkan jawaban yang diberikan responden maka didapatkanlah hasil seperti yang terlihat pada tabel berikut.


(43)

Tabel 31

Responden Berdasarkan Kepercayaan Terhadap Caleg Dalam Perubahan Medan yang Lebih Baik

No. Kepercayaan Frekuensi Persentase

1. Percaya 4 16

2. Tidak Percaya 21 84

TOTAL 25 100%

Berdasarkan hasil pada tabel di atas terlihat bahwa mayoritas responden tidak atau belum dapat percaya sepenuhnya kepada calon anggota legislatif yang dipilihnya. Persentase dari jawaban responden terhadap pertanyaan tersebut adalah 16% menjawab bahwa mereka percaya dengan calon anggota legislatif yang mereka pilih dapat membuat perubahan Medan kea rah yang lebih baik dan 84% dari total responden menjawab tidak percaya.

Kriteria calon anggota legislatif yang dilihat oleh masyarakat juga menjadi bahan pertimbangan khusus untuk menentukan pilihannya. Sering kali kriteria orang lain yang menjadi acuan masyarakat dalam memilih, seperti melihat pada pilihan orang tua. Jawaban yang diberikan responden ketika ditanya apa criteria yang menjadi bahan pertimbangannya dalam memilih calon anggota legislatif maka jawaban yang muncul cukup variatif. Adapun jawaban-jawaban yang diberikan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.


(44)

Tabel 32

Responden Berdasarkan Kriteria Calon Legislatif yang Dipilih

No. Kepercayaan Frekuensi Persentase

1. Tokoh/ Figur 4 16

2. Programnya 1 2

3. Hasil/ Prestasinya 2 8

4. Pilihan Orang Tua 5 20

5. Kepribadian 10 40

6. Partai 3 12

TOTAL 25 100%

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa 16% responden dati total keseluruhan responden menjawab yang menjadi pertimbangan kriteria calon anggota legislatif yang dipilihnya dilihat dari ketokohan atau figur calon tersebut. Sedangkan 2% responden menyatakan melihat program dari calon anggota legislatifnya, 8% responden menyatakan melihat hasil/ prestasi dari calon, 20% lebih mengandalkan pilihan orang tua dalam menentukan criteria calon yang dipilihnya, 40% responden melihat dari kepribadian calon, dan 12% mempertimbangkan partai yang mengusungnya sebagai kriteria calon yang dipilihnya.

Penilaian masyarakat mengenai anggota legislative yang terpilih apakah telah mewakili dari kepentingan masyarakat, maka jawabannya akan berbeda-beda. Dari dua puluh lima responden jawaban terhadap pertanyaan tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini.


(45)

Tabel 33

Responden Berdasarkan Penilaian Keterwakilan Kepentingan Masyarakat Oleh Anggota Legislatif

No. Kepercayaan Frekuensi Persentase

1. Mewakili 14 56

2. Tidak Mewakili 11 44

TOTAL 25 100%

Dari tabel di atas terlihat bahwa empat belas responden atau sebesar 56% dari total responden menjawab bahwa anggota legislatif telah dapat mewakili kepentingan masyarakat dan sebelas responden atau 44% menyatakan tidak dapat mewakili.

Masyarakat memiliki pandangannya sendiri-sendiri dalam menilai anggota partai politik. Untuk melihat penilaian responden mengenai apakah mereka percaya dengan kejujuran anggota partai politik dalam menggunakan fasilitas negara, maka hasilnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 34

Responden Berdasarkan Penilaian Kejujuran Terhadap Anggota Parpol yang Menggunakan Fasilitas Negara

No. Kepercayaan Frekuensi Persentase

1. Ya 7 28

2. Tidak 18 72


(46)

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden tidak menaruh penilaian percaya terhadap anggota partai politik dalam menggunakan fasilitas negara. Ini terlihat dari data bahwa hanya tujuh responden atau 28% dari total responden yang menjawab bahwa mereka percaya anggota partai politik menggunakan fasilitas negara dengan jujur, sedangkan delapan belas responden atau 72% menjawab tidak percaya.

Masyarakat punya pandangannya sendiri mengenai anggota partai politik yang ada di daerahnya ataupun di nasional, baik melalui pemberitaan yang ada ataupun mengenal mereka secara personal. Berikut pendapat responden mengenai anggota partai politik apakah memiliki moral dan kepribadian yang baik dan akan mengutamakan kepentingan masyarakat atau tidak.

Tabel 35

Pendapat Responden Mengenai Anggota Parpol yang Ada Memiliki Moral dan Kepribadian yang Baik dan Akan Mengutamakan Kepentingan

Masyarakat

No. Jawaban Frekuensi Persentase

1. Ya 11 44

2. Tidak 14 56

TOTAL 25 100%

Berdasarkan tabel di atas jumlah responden yang menjawab bahwa anggota partai politik yang ada memiliki moral dan kepribadian yang baik dan akan mengutamakan kepentingan masyarakat adalah sebelas responden atau 44% dari total responden, sedangkan yang menjawab tidak yaitu sebanyak empat belas


(47)

responden atau 56% dari total responden menjawab tidak. Adapun perbandingan dari persentase yang ada hanya berbeda sedikit.

Dalam melihat partai politik apakah telah menjalankan fungsinya dengan baik selama ini maka masyarakat memiliki pandangan yang berbeda pula. Adapun penilaian responden terhadap partai politik adalah seperti dalam tabel berikut ini.

Tabel 36

Responden Berdasarkan Penilaian terhadap Parpol Telah Menjalankan Fungsinya Dengan Baik

No. Jawaban Frekuensi Persentase

1. Ya 7 28

2. Tidak 18 72

TOTAL 25 100%

Melalui tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah responden yang menjawab bahwa partai politik telah menjalankan fungsinya dengan baik adalah 7 responden atau 28% dari total responden. Sedangkan jumlah responden yang menjawab bahwa partai politik tidak menjalankan fungsinya dengan baik adalah sebanyak 18 rsponden atau sebesar 72% dari total responden.

Alasan masyarakat dalam memilih partai politik tentu berbeda-beda. Ada yang memang didasarkan pada kehendak sendiri ada pula yang memilih karena pengaruh orang lain. Pada masyarakat Kelurahan Asam Kumbang yang diwakili oleh responden dalam penelitian ini, mayoritas memilih partai politik karena adanya pengaruh dari orang lain. Tabel di bawah ini akan mempelihatkan persentasenya.


(48)

Tabel 37

Responden Berdasarkan Alasan Memilih Salah Satu Partai Politik Pada Tahun 2009

No. Jawaban Frekuensi Persentase

1. Kemauan sendiri 9 36

2. Terpengaruh oleh orang lain 13 52 3. Dipaksa oleh pihak-pihak

tertentu

- -

4. Alasan lain 3 12

TOTAL 25 100%

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa sembilan responden atau 36% dari total responden menyatakan bahwa mereka memilih partai politik pada tahun 2009 karena kemauan sendiri, sedangkan tiga belas responden atau 52% menyatakan bahwa memilih salah satu partai politik pada pemilihan umum tahun 2009 karena ada pengaruh dari orang lain. Tiga responden atau 12% dari total responden menyatakan bahwa mereka mempunyai alasan tersendiri di luar dari kemauan sendiri dan pengaruh orang lain dan tidak ada satu pun dari responden yang menyatakan bahwa ada paksaan kepada mereka dalam memilih partai politik pada pemilihan umum pada tahun 2009.

Ketika ditanyakan kepada responden apa yang menjadi daya tarik partai politik maka jawabannya berbeda-beda. Berikut ini adalah jumlah responden dengan pilihan jawaban yang ada terhadap pertanyaan yang menjadi daya tarik partai politik.


(49)

Tabel 38

Responden Berdasarkan yang Menjadi Daya Tarik Partai Politik

No. Jawaban Frekuensi Persentase

1. Program-program partai yang cukup bagus

10 40

2. Pengurus partainya pintar-pintar

3 12

3. Pengurus partainya orang terkenal

12 48

TOTAL 25 100%

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa sepuluh responden atau 40% dari total responden menjawab yang menjadi daya tarik partai politik adalah program-program partai yang cukup bagus, tiga responden atau 12% menjawab pengurus partai politik yang pintarlah yang menjadi daya tarik partai politik, dan dua belas responden atau 48% menjawab bahwa yang menjadi daya tarik parti politik adalah adanya pengurus partainya yang merupakan orang terkenal.

5.5. Analisis Persepsi Masyarakat Kelurahan Asam Kumbang tentang Partai Politik Pasca Munculnya Kasus Korupsi

Pendekatan sosiologis cenderung menempatkan kegiatan memilih dalam kaitan dengan konteks sosial. Konkretnya, pilihan seseorang dalam pemilihan dipengaruhi latar belakang demografi dan sosial ekonomi, seperti jenis kelamin, tempat tinggal (kota – desa), pekerjaan, pendidikan, kelas, pendapatan dan agama pemilih. Berdasarkan data-data yang telah diperoleh dari hasil kuesioner terhadap


(50)

dua puluh lima responden maka banyak hal yang menjadi pertimbangan dalam memilih anggota legislatif ataupun partai politik yang tentu saja dipengaruhi oleh konteks sosialnya. Maka menarik untuk melihat bagaimana persepsi yang muncul dengan menganalisis data-data tersebut dengan mendasarkan pada pertimbangan responden terhadap terkuaknya kasus-kasus korupsi yang terjadi di Indonesia.

Media saat ini banyak menampilkan kasus-kasus korupsi di Indonesia yang dikuak oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Korupsi di Indonesia telah berkembang dan tumbuh subur terutama di kalangan para pejabat dari level tertinggi pejabat negara sampai ke tingkat Rukun Tetangga yang paling rendah. Dengan banyaknya muncul kasus korupsi yang diberitakan maka banyak masyarakat yang akhirnya menaruh ketidakpercayaan terhadap pejabat negara.

Bila dilihat dari data sebelumnya mengenai partisipasi masyarakat Kelurahan Asam Kumbang dalam pemilihan umum maka dapat diambil kesimpulan bahwa masyarakat masih menaruh ketertarikkan pada kegiatan politik dimana 68% persen dari total responden menggunakan hak pilihnya saat pemilu. Selain itu responden juga cukup mendapatkan informasi pemilihan umum melalui media-media yang ada terutama media elektronik dan cetak.

Informasi yang diterima oleh masyarakat dapat menjadi masukan dalam memilih partai politik ataupun calon anggota legislatif yang akan dipilihnya. Sehingga dengan munculnya kasus korupsi yang dilakukan oleh kader-kader dari sebuah partai tentu akan menjadi pertimbangan khusus masyarakat Kelurahan Asam Kumbang, karena yang menjadi daya tarik kuat sebuah partai politik menurut responden adalah adanya orang-orang terkenal di partai politik tersebut, tentunya terkenal dalam artian positif bukan karena korupsi.


(51)

Sebagai sebuah lembaga sosial yang ada di masyarakat, partai politik tentunya memiliki fungsi tertentu. Ketika banyak kasus korupsi yang melibatkan anggota partai politik masyarakat bisa jadi tidak menaruh kepercayaan lagi terhadap partai politik. Hal ini karena sebagai sebuah lembaga, partai politik tidak mampu membentuk kader yang berintegritas dalam mencapai tujuan dari keberadaan partai politik.

Tidak dapat dipungkiri pula bahwa kasus korupsi yang dilakukan oleh anggota partai politik telah menjadi fenomena sosial yang ada di Indonesia. Dengan banyaknya kasus yang terjadi dan keterlibatan banyak pihak dalam setiap kasusnya menjadi sebuah bentuk gambaran pula mengenai birokrasi di Indonesia dan gambaran sikap masyarakat Indonesia.


(52)

BAB VI PENUTUP

6.1. Kesimpulan

1. Masyarakat Kelurahan Asam Kumbang telah menunjukkan partisipasi politiknya dengan memberikan suaranya dalam pemilihan umum yang ada selama ini.

2. Media yang banyak diakses oleh masyarakat Kelurahan Asam Kumbang dalam mendapatkan informasi mengenai pemilihan umum dan perkembangannya dan kampanye yang dilakukan oleh calon-calon anggota legislatif adalah media elektronik dan media cetak.

3. Visi dan misi calon anggota legislatif masih menjadi perhatian masyarakat Kelurahan Asam Kumbang. Hal ini memperlihatkan bahwa kesamaan agama, suku, hubungan kekerabatan ataupun adanya politik uang tidak begitu mempengaruhi masyarakat Kelurahan Asam Kumbang dalam memilih calon anggota legislatif.

4. Untuk kriteria calon anggota legislatif sendiri masyarakat masih melihat pada kepribadiannya.

5. Dalam memilih partai politik masyarakat masih sangat dipengaruhi oleh orang lain. Jadi informasi mengenai kasus-kasus korupsi yang melibatkan partai politik dapat juga diperoleh oleh masyarakat dari orang-orang di sekitarnya.

6. Program-program partai politik dan orang-orang terkenal yang ada di dalam partai politik tersebut merupakan hal-hal yang menjadi ketertarikan masyarakat Kelurahan Asam Kumbang dalam memilih partai politik.


(53)

Namun dengan banyaknya orang-orang di salah satu partai politik yang terkenal dengan korupsi akan membuat masyarakat untuk tidak memilih partai politik tersebut.

6.2. Saran

1. Harus ada upaya untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap partai politik di tengah banyaknya pemberitaan mengenai kasus-kasus korupsi yang melibatkan kader partai yang menjadi anggota legislatif. 2. Sosialisasi mengenai program-program partai politik atau pun

kampanye-kampanye yang dilakukan oleh calon anggota legislatif perlu memperhatikan kembali media apa yang mudah diakses masyarakat dan menarik oleh masyarakat sehingga pesan sampai ke masyarakat luas. 3. Korupsi yang ada di Indonesia perlu segera diberantas sehingga tidak


(54)

BAB II

KERANGKA TEORI

2.1Sejarah Partai Politik di Indonesia

Partai politik pertama–tama lahir dalam zaman kolonial sebagai manifestasi bangkitnya kesadaran nasional. Dalam suasana itu semua organisasi, apakah dia bertujuan sosial (seperti Budi Utomo dan Muhammadiah) ataukah terang-terangan menganut azas politik/agama (seperti Sarikat Islam dan Partai Politik) atau azas politik/sekuler (seperti PNI atau PKI), memainkan peranan penting dalam berkembangnya pergerakan nasional. Pola kepartaian masa ini menunjukkan keanekaragaman, pola mana diteruskan dalam masa merdeka dalam bentuk sistem multi-partai. Dengan didirikannya Volksraad maka beberapa partai dan organisasi bergerak melalui badan ini.

Pada tahun 1939 terdapat beberapa fraksi dalam Volksraad, yakni Fraksi Nasional di bawah pimpinan Husni Thamrin, PPBB (perhimpunan Pegawai Bestuur Bumi-Putra) di bawah pimpinan Prawoto dan Indonesische Nationale Group di bawah pimpinan Muhammad Yamin. Di luar Volksraad ada usaha untuk mengadakan gabungan dari partai-partai politik dan menjadikannya semacam dewan perwakilan nasional. Pada tahun 1939 dibentuk K.R.I. (Komite Rakyat Indonesia) yang terdiri dari GAPI (Gabungan Politik Indonesia, yang merupakan gabungan dari partai-partai beraliran Islam yang terbentuk pada tahun 1937) dan MRI (Majelis Rakyat Indonesia, yang merupakan gabungan organisasi buruh). Kegiatan politik pada masa pendudukan Jepang dilarang hanya golongan-golongan Islam diberi kebebasan untuk membentuk partai Masyumi.


(55)

Akan tetapi, satu bulan sesudah Proklamasi Kemerdekaan, kesempatan dibuka lebar-lebar untuk mendirikan partai poltik, anjuran mana mendapat sambutan yang antusias. Dengan demikian kepartaian kembali ke pola multi-partai yang telah dimulai dalam zaman kolonial. Banyaknya multi-partai tidak menguntungkan berkembangnya pemerintahan yang stabil. Pemilihan umum yang diadakan pada tahun 1955 membawa penyederhanaan dalam jumlah partai dalam arti bahwa dengan jelas telah muncul empat partai besar, yakni Masyumi, PNI, NU, dan PKI. Akan tetapi partai-partai tetap tidak menyelenggarakan fungsinya sebagaimana yang diharapkan. Akhirnya pada masa Demokrasi Terpimpin partai-partai dipersempit ruang-geraknya mengenai partai dalam masa sistem parlementer pernah ditulis oleh Daniel S.Lev.

“Sistem partai di Indonesia menunjukkan beberapa gejala

kekacauan yang tidak asing bagi sistem multi-partai di dunia. Ada partai kecil yang mempunyai pengaruh yang jauh lebih besar daripada dukungannya dalam masyarakat; di samping itu tidak ada partai yang mengembangkan sikap memikul tanggung jawab penuh seperti yang biasanya terdapat pada partai yang menguasai pemerintahan tanpa koalisi. Lagipula, sistem parlementer (di Indonesia) tidak pernah memiliki kekuasaan sepenuhnya, kewenangan dan keabsahan dalam tata-tertib politik, dan juga tidak dapat menguasai segala aspek situasi konflik politik. Pada akhirnya pemerintahan parlementer dijatuhkan oleh kekuatan-kekuatan extra parlementer seperti presiden dan tentara. Akan tetapi partai politik juga tidak luput dari tantangan dari kalangan mereka sendiri. Dan hal ini juga membantu timbulnya Demokrasi Terpimpin”

Dalam masa Orde Baru partai politik diberi kesempatan untuk bergerak lebih leluasa. Akan tetapi, sesudah diadakan pemilihan umum tahun 1971, di mana Golkar menjadi pemenang pertama dengan disusul oleh tiga partai besar NU, Parmusi dan PNI, agaknya partai politik harus menerima kenyataan bahwa


(56)

peranan mereka dalam decision making process untuk sementara akan tetap terbatas. Pada tahun 1973 terjadi penyederhanaan partai. Empat partai Islam, yaitu Nahdatul Ulama, Partai Muslimin Indonesia, Partai Syarikat Indonesia dan Perti bergabung menjadi Partai Persatuan Pembangunan, Partai Kristen Indonesia, Partai Katolik, Partai Murba dan Partai Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia (IPKI) bergabung menjadi Partai Demokrasi Pembangunan.

2.2Defenisi Partai Politik

Secara umum dapat dikatakan bahwa partai politik adalah suatu kelompok yang terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai dan cita-cita yang sama. Tujuan kelompok ini ialah untuk memperoleh kekuasaan politik dan merebut kedudukan politik (biasanya) dengan cara konstitusionil– untuk melaksanakan kebijaksanaan-kebijaksanaan mereka.

Kegiatan seseorang dalam partai politik merupakan suatu bentuk partisipasi politik. Partisipasi politik mencakup semua kegiatan sukarela melalui mana seseorang turut serta dalam proses pemilihan pemimpin-pemimpin politik dan turut serta secara langsung atau tak langsung dalam pembentukan kebijaksanaan umum. Kegiatan-kegiatan ini mencakup kegiatan memilih dan pemilihan umum, menjadi anggota golongan politik seperti partai, kelompok penekan, kelompok kepentingan; duduk dalam lembaga politik seperti dewan perwakilan rakyat atau mengadakan komunikasi dengan wakil-wakil rakyat yang duduk dalam badan itu; berkampanye,dan menghadiri kelompok diskusi, dan sebagainya. Kebalikan dari partisipasi adalah apatis. Seseorang dinamakan apatis (secara politik) jika dia tidak ikut serta dalam kegiatan-kegiatan tersebut di atas.


(57)

Di bawah ini beberapa definisi mengenai partai politik antara lain: 1. Carl J.Friedrich

Partai politik adalah sekolompok manusia yang teroganisir secara stabil dengan tujuan merebut atau mempertahankan penguasaan tethadap pemerintahan bagi pimpinan partainya dan,berdasarkan penguasaan ini memberikan kepada anggota partainya kemanfaatan yang bersifat idiil maupun materiil.

2. R.H Soltau

Partai politik adalah sekelompok warga negara yang sedikit banyak terorganisir, yang bertindak sebagai suatu kesatuan politik dan yang dengan memanfaatkan kekuasaannya untuk memilih, bertujuan menguasai pemerintahan dan melaksanakan kebijaksanaan umum mereka.

3. Sigmund Neumann

Neumann dalam karangannya Modern Political Parties mengemukakan definisi partai politik sebagai organisasi dari aktivis-aktivis politik yang berusaha untuk menguasai kekuasaan pemerintahan serta merebut dukungan rakyat atas persaingan dengan suatu golongan atau golongan-golongan lain yang mempunyai pandangan yang berbeda.

Perlu diterangkan bahwa partai berbeda dengan gerakan (movement). Suatu gerakan merupakan kelompok atau golongan yang ingin mengadakan perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga politik atau kadang-kadang malahan


(58)

ingin menciptakan suatu tata masyarakat yang baru sama sekali, dengan memakai cara-cara politik. Dibanding dengan partai politik, gerakan mempunyai tujuan yang lebih terbatas dan fundamental sifatnya, dan kadang-kadang malahan bersifat ideologi. Partai politik juga berbeda dengan kelompok penekan (pressure group).

Istilah yang lebih banyak dipakai dewasa ini adalah ‘kelompok kepentingan’ (interest group). Kelompok ini bertujuan untuk memperjuangkan sesuatu kepentingan dan mempengaruhi lembaga-lembaga politik agar mendapatkan keputusan yang menguntungkan atau menghindarkan keputusan yang merugikan. Kelompok kepentingan tidak berusaha untuk menempatkan wakil-wakilnya dalam dewan perwakilan rakyat, melainkan cukup mempengaruhi satu atau beberapa partai di dalamnya atau instansi pemerintah atau menteri yang berwenang. Teranglah bahwa kelompok kepentingan mempunyai orientasi yang jauh lebih sempit daripada partai politik, yang karena mewakili berbagai golongan, lebih banyak memperjuangkan kepentingan umum (Miriam, 1992:160-162).

2.3Fungsi Partai Politik

Fungsi partai politik sesungguhnya berangkat dari realitas empirik yang dikerjakan partai politik dan berlangsung melalui proses evolusi yang panjang. Menurut Paul Allen Beck dan Frank J.Sorauf (1992;17), kesulitan untuk melekatkan fungsi apa yang semestinya menjadi atribut partai disebabkan oleh dua hal. Pertama, di antara ahli kepartaian sendiri tidak pernah mencapai kesepakatan tentang apa yang dimaksud dengan kata fungsi. Beberapa ahli


(59)

menggunakan kata itu untuk menunjukkan aktivitas nyata partai politik, seperti kontestasi dalam pemilu, sementara ahli yang lain menggunakannya untuk menggambarkan konsekuensi-konsekuensi yang tidak direncanakan atau sebuah kebetulan yang dihasilkan dari aktivitas-aktivitas yang direncanakan. Pakar yang lain menyebutkan fungsi adalah menandakan sebuah kontribusi partai untuk beroperasi dalam sistem politik yang luas. Kedua, kesulitan untuk memformulasikan kategori fungsi partai terkait dengan kebutuhan untuk dapat diobservasi dan diukur atas fungsi yang dijalankan. Beberapa penulis berpendapat bahwa salah satu fungsi partai politik adalah mengorganisir konflik sosial atau artikulasi kepentingan-kepentingan sosial.

Menurut Caton (2007:7) dalam Pamungkas, dalam negara demokrasi dan berbagai fungsi partai politik yang ada sebenarnya terdapat 4 (empat) fungsi sentral partai politik. Pertama adalah fungsi artikulasi kepentingan, yaitu mengembangkan program-program dan kebijakan pemerintah yang konsisten. Kedua, fungsi agregasi kepentingan, memungut tuntutan masyarakat dan membungkusnya. Ketiga, rekuitmen, yaitu menyeleksi dan melatih orang untuk posisi-posisi di eksekutif dan legislatif. Keempat, mengawasi dan mengkontrol pemerintah (Pamungkas, 2011:15-20).

Anthonius Sitepu dalam Soekarno, Militer, dan Partai Politik yang mengutip Miriam Budiarjo menjabarkan bahwa fungsi utama dari sebuah partai politik seharusnya adalah mempertahankan kekuasaan guna mewujudkan program-program yang disusun. Fungsi-fungsi tersebut dalam cakupan lebih luasnya antara lain adalah:


(60)

1. Sebagai sarana komunikasi politik yang menyalurkan aneka ragam pendapat dan aspirasi masyarakat dan mengaturnya sedemikian rupa sehingga kesimpangsiuran pendapat dalam masyarakat berkurang; 2. Partai sebagai sarana sosialisasi politik yakni memainkan peran

sebagai sarana proses di mana seseorang memperoleh sikap dan sosialisasi berjalan secara berangsur-angsur dari masa kanak-kanak sampai dewasa. Di samping itu sosialisasi politik juga mencakup proses melalui masyarakat untuk menyampaikan norma dan nilai dari satu generasi ke generasi lainnya;

3. Partai politik sebagai sarana recruitment politik berfungsi mencari dan mengajak orang yang berbakat untuk turut aktif dalam kegiatan politik sebagai anggota partai sehingga partai akan memperluas partisipasi politik. Caranya antara lain adalah dengan mengkader golongan muda untuk mengganti pimpinan lama;

4. Partai politik sebagai sarana pengatur konflik (conflict management), di mana partai politik berusaha mengatasinya (Sitepu, P. Anthonius & Kisah Ruth Siregar, 2009:31).

Selain itu beberapa ilmuwan juga menggambarkan banyak definisi mengenai partai politik. Sitepu kembali menjelaskan bahwa menurut Carl Friedrich yang dikutip oleh Ramlan Surbakti bahwa batasan partai politik sebagai kelompok manusia yang terorganisir secara stabil dengan tujuan untuk merebut atau mempertahankan kekuasaan dalam pemerintahan bagi pemimpin partainya, dan berdasarkan kekuasaan itu akan memberikan kegunaan materiil dan idil kepada para anggotanya (Sitepu, P. Anthonius & Kisah Ruth Siregar, 2009:28).


(61)

Soltau dalam Ramlan Surbakti yang dikutip oleh Sitepu Anthonius juga memaparkan bahwa definisi partai politik sebagai sekelompok warga negara yang sedikit banyak terorganisasikan, yang bertindak sebagai suatu kesatuan politik dan dengan memanfaatkan kekuasaannya untuk memilih, bertujuan untuk menguasai pemerintahan dan menjalankan kebijakan umum yang mereka buat (Sitepu, P. Anthonius & Kisah Ruth Siregar, 2009:28).

Berdasarkan pendapat tersebut dapat dikemukakan bahwa partai politik pada dasarnya mempunyai unsur-unsur yaitu organisasi yang teratur, terdiri dari orang-orang yang mempunyai tujuan yang sama yaitu merebut dan atau mempertahankan kekuasaan. Adapun cara-cara yang digunakan untuk mencapai tujuannya antara lain adalah dengan turut serta dalam kegiatan yang konstitusional seperti pemilihan umum.

Ismanto Ignatius dalam tulisannya Dinamika Politikal Di Era Otonomi Daerah-nya juga memaparkan pahwa pemilihan kepala daerah tidak lagi menjadi subjek intervensi pemerintah pusat. Kepala daerah dan DPRD kini dapat dipilih secara langsung oleh masyarakat melalui proses pemilu yang lebih demokratis. Proses liberalisasi politik tersebut telah menempatkan partai politik daerah yang semakin terbuka bagi partisipasi masyarakat. Hal ini diungkapkannya dengan menambahkan bajwa pelembagaan partai lokal dapat menjadi alternatif bagi penguat kapasitas politik lokal (http://lab-ane.fisip-untirta.ac.id/wp-content/uploads/2011/06/1%20ignatius%20ismanto.pdf, diakses pada 25 Juni 2012, puku; 15.35 WIB).

Hal yang senada juga dipaparkan oleh Humas UGM bahwa banyak partai politik sekarang yang menghadapi kaderisasi. Fenomena kader partai yang pindah


(1)

politisi yang berasal dari berbagai partai politik di Indonesia ditetapkan terjerat kasus korupsi.

Tindakan para politisi dalam partai politik yang lebih mengutamakan kesempatan (opportunis) untuk dirinya sendiri menjadi budaya yang semakin terus tumbuh dan berkembang. Proses hukum yang seharusnya berjalan menjadi tidak berfungsi ketika kepentingan politik dalam sebuah partai politik sedang dijalankan. Contohnya adalah kasus Century yang merupakan kasus yang sudah pernah terungkap namun kemudian tenggelam dengan alasan diserahkan pada proses hukum yang sampai saat ini tidak memiliki kejelasan apapun untuk dipertanggungjawabkan di hadapan masyarakat.

Partai politik di Indonesia yang mengedepankan tema “Anti Korupsi” dinilai hanya sebagai kepura-puraan dan sensasi untuk mendapatkan gengsi di mata masyarakat Indonesia. Program kerja yang tidak memberikan hasil atau memberikan hasil yang hanya jalan di tempat membuat masyarakat semakin tidak memberikan kepercayaan terhadap kinerja partai politik yang ada di tengah masyarakat.

1Faktor lain adalah para politisi yang tidak mengakar, politisi yang dekat dan memperjuangkan aspirasi rakyat. Sebagian politisi lebih dekat dengan para petinggi partai, dengan pemegang kekuasaan. Mereka lebih mengantungkan diri pada pemimpinnya dibandingkan mendekatkan diri dengan konstituen atau pemilihnya. Kondisi lain adalah tingkah laku politisi yang banyak berkonflik mulai konflik internal partai dalam mendapatkan jabatan strategis di partai, kemudian konflik dengan politisi lain yang berbeda partai. Konflik seperti ini


(2)

menimbulkan anti pati masyarakat terhadap partai politik. Idealnya konflik yang ditampilkan para politisi seharusnya tetap mengedepankan etika politik (fatsoen).

Politik pragamatis yang semakin menguat, baik di kalangan politisi maupun di sebagian masyarakat. Para politisi hanya mencari keuntungan sesaat dengan cara mendapatkan suara rakyat. Sedangkan sebagian masyarakat kita, politik dengan melakukan transaksi semakin menjadi-jadi. Baru mau mendukung, memilih jika ada mendapatkan keutungan materi, maka muncul ungkapan kalau tidak sekarang kapan lagi, kalau sudah terpilih mereka akan lupa janji (Arianto, 2011:10).

Berdasarkan kenyataan yang terjadi di masyarakat, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang persepsi masyarakat Medan Selayang Kelurahan Asam Kumbang terhadap partai politik terkait dengan munculnya kasus korupsi yang sedang hangat dibicarakan saat ini di Indonesia.

1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan dalam latar belakang di atas, maka yang menjadi pokok permasalahan yang diteliti adalah bagaimana persepsi masyarakat Kelurahan Asam kumbang, Kecamatan Medan Selayang tentang partai politik di Indonesia pasca munculnya kasus korupsi?


(3)

Kecamatan Medan Selayang terhadap partai politik pasca munculnya kasus korupsi yang sedang terjadi di Indonesia.

1.4Manfaat penelitian

Adapun yang menjadi manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Manfaat teoritis

Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan sumbangan kepada peneliti lain sebagai bahan perbandingan referensi dalam meneliti masalah yang mirip dengan penelitian ini dalam bidang ilmu sosiologi tertentu terutama bidang sosiologi politik. Penelitian ini juga diharapkan dapat menambah rujukan bagi mahasiswa Sosiologi Fisip USU mengenai penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini.

2. Manfaat praktis:

a. Bagi penulis, penelitian ini dapat mengasah penulis dalam membuat karya tulis ilmiah serta menambah pengetahuan penulis mengenai masalah yang diteliti.

b. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan informasi mengenai persepsi dan pandagan masyarakat itu sendiri dalam memandang kehadiran partai politik.


(4)

1.5Definisi Konsep

Dalam sebuah penelitian ilmiah, defenisi konsep sangat diperlukan untuk memfokuskan penelitian sehingga memudahkan penelitian. Konsep adalah definisi, abstraksi mengenai gejala atau realita ataupun suatu pengertian yang nantinya akan menjelaskan suatu gejala (Meleong, 2006:67).

Di samping berfungsi untuk memfokuskan dan mempermudah penelitian, konsep ini juga berfungsi sebagai panduan yang nantinya digunakan peneliti untuk menindak lanjuti sebuah kasus yang diteliti dan menghindari terjadinya kekacauan akibat kesalahan penafsiran dalam sebuah penelitian. Adapun konsep yang digunakan sesuai dengan konteks penelitian ini antara lain adalah:

1. Persepsi adalah sebuah proses saat individu mengatur dan menginterpretasikan kesan-kesan sensoris mereka guna memberikan arti bagi lingkungan mereka (http://id.wikipedia.org/wiki/Persepsi, diakses pada 2 Juli 2012, pukul 09.00 WIB).

2. Masyarakat menurut Robert Mac Iver adalah suatu sistim hubungan-hubungan yang ditertibkan (society means a system of ordered relations). Dan menurut perumusan Harold J.Laski dari London School of Economics and Political Science maka masyarakat adalah sekelompok manusia yang hidup bersama dan bekerjasama untuk mencapai terkabulnya keinginan-keinginan mereka bersama (a society is a group of human beings living


(5)

3. Partai politik, Carl Friedrich memberi batasan partai politik sebagai kelompok manusia yang terorganisir secara stabil dengan tujuan untuk merebut atau mempertahankan kekuasaan dalam pemerintahan bagi pemimpin partainya,dan berdasarkan kekuasaan itu akan memberikan kegunaan materil dan idil kepada para anggotanya (Surbakti, 1992:116). 4. Kasus merupakan kesatuan kondisi yang di dalamnya terkandung satu atau

sejumlah masalah yang dialami oleh seorang individu atau kelompok, keluarga, dan lembaga (http://id.wikipedia.org/wiki/Persepsi, diakses pada 2 Juli 2012, pukul 20.00 WIB).

5. Korupsi adalah penyelewengan atau penggelapan uang negara atau perusahaan dan sebagainya untuk kepentingan pribadi maupun orang lain (KBBI).


(6)

ABSTRAK

Tindak perilaku korupsi akhir-akhir ini makin marak dipublikasikan di media massa maupun media cetak. Pelaku korupsi semakin banyak yang berasal dari anggota partai politik yang menduduki jabatan di pemerintahan. Informasi yang diterima oleh masyarakat pada akhirnya menjadi masukan untuk memilih partai politik ataupun calon anggota legislatif dalam pemilihan umum.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi masyarakat khususnya masyarakat Kelurahan Asam kumbang, Kecamatan Medan Selayang terhadap partai politik pasca munculnya kasus korupsi yang terjadi di Indonesia. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Dalam melihat permasalahan fokus kerangka teori yang digunakan adalah yang terkait dengan fungsi lembaga partai politik dan fakta sosial korupsi di Indonesia. Berdasarkan hasil analisis terhadap persepsi masyarakat terhadap partai politik pasca kasus korupsi adalah banyak hal yang menjadi pertimbangan dalam memilih anggota legislatif ataupun partai politik yang tentu saja dipengaruhi oleh konteks sosialnya. Dengan banyaknya muncul kasus korupsi yang diberitakan maka banyak masyarakat yang akhirnya menaruh ketidakpercayaan terhadap pejabat negara.