Tipe Dan Ukuran Nominal V-belt Panjang V-belt Tegangan Statik dan Gaya Defleksi V-belt.

Gambar 2.3. Penampang v-belt klasik

2.2.1. Tipe Dan Ukuran Nominal V-belt

Tiap dimensi v-belt telah distandarisasi oleh pabrikan dan pada umumnya dapat dibagi dapat diklasifikasikan menjadi 2 dua, yaitu: heavy-duty industri dan light-duty fractional-horsepower. V-belt untuk industri berdasarkan penampangnya Gambar 2.32 terdiri dari 2 tipe dasar, yaitu: penampang konvensionalklasik A, B, C, D, dan E dan penampang sempitnarrow 3V, 5V, dan 8V. Gambar 2.4. Penampang v-belt industri: a Penampang konvensional, dan b Penampang sempit a b Terpal Bantal karet Bagian penarik Universitas Sumatera Utara

2.2.2. Panjang V-belt

Untuk menyatakan panjang dari v-belt ada tiga nomenklatur yang umum digunakan sesuai cara pengukurannya, yaitu: panjang bagian luar OC: outside circumference, panjang efektif Le: effective length, dan panjang pitch Lp: pitch length. Panjang bagian luar OC biasanya diukur secara sederhana dengan pita ukur yang diletakkan dibagian luar v-belt. Cara ini merupakan metode yang baik untuk memperoleh panjang nominal, namun sulit untuk mendapatkan nilai yang akurat dan konsisten oleh karena v-belt diukur pada saat tidak diberi tegangan tension, sehingga tidak dapat menyatakan panjang sabuk saat dioperasikan. Panjang efektif Le diukur langsung saat terpasang yang ditentukan berdasarkan penjumlahan dari dua kali jarak poros ditambah dengan panjang keliling bagian luar dari sebuah puli, ukuran ini yang biasa digunakan dilapangan. Panjang pitch Lp merupakan panjang dari aksis netral dari sabuk, yaitu panjang dari kabel tension cord line. Oleh karena kabel berada di dalam sabuk, sehingga sulit untuk diukur namun dapat dihitung dengan rumus, C d D d D C L p 4 2 2 2 − + + + = π 2.1 dimana: C = jarak antar poros D = diameter puli besar d = diameter puli kecil Universitas Sumatera Utara

2.2.3. Tegangan Statik dan Gaya Defleksi V-belt.

V-belt dapat mentransmisikan daya dengan baik pada rentang tegangan yang cukup lebar. Teknisi yang berpengalaman dapat mengembangkan ”perasaannya” untuk melakukan penyetelan terhadap tegangan v-belt pada rentang ini. Namun untuk mengoptimalkan umur dan performa sabuk serta menghindari tegangan pada poros dan bantalan yang tidak diinginkan, perlu dihitung dan diukur tegangan yang diberikan berdasarkan beban yang akan bekerja. Standar untuk menghitung ini mengacu kepada standar yang dikeluarkan oleh Mechanical Power Transmission Association MPTA. Standar ini dapat digunakan untuk penggerak dengan v-belt jenis classic, yang menghubungkan dua puli seperti rencana penelitian. Cara ini dikenal juga dengan metode defleksi gaya force deflection. Metode ini menerjemahkan tegangan statik menjadi gaya defleksi yang diberikan pada sabuk dan menghasilkan defleksi dengan norma defleksi q, sebesar 164” tiap 1 inci panjang span L s atau 1,6 mm tiap 100 mm span, hal ini dapat dilihat pada Gambar 2.5. Gambar 2.5. Pengukuran defleksi v-belt Universitas Sumatera Utara Defleksi sabuk diukur ditengah span dalam arah tegak lurus span L s . Jarak defleksi q, dalam satuan inci yang disyaratkan dihitung dengan rumus: 64 s L q = 2.2 dimana panjang span Ls dapat dihitung dengan rumus: 2 2 2       − − = d D C L s 2.3 dimana : Ls = panjang rentangan inci C = Jarak antar poros inci D,d = Diameter puli inci Besarnya tegangan pada v-belt idealnya adalah tegangan terendah dimana sabuk tidak akan slip pada kondisi beban tertinggi, lihat Gambar 2.6. Hal ini akan menghasilkan umur sabuk yang paling baik dan beban pada poros yang rendah. Gambar 2.6. Vektor tegangan statik sabuk Universitas Sumatera Utara Metode praktis untuk menghitung dan mengukur tegangan statik static tension sabuk berdasarkan bebandaya rencana dihitung dengan rumus:                   +         − = c b d st g V W V N P K K T 1 60 9 . 10 5 . 2 15 2 3 θ θ 2.4 dimana st T =Tegangan statik sabuk lb, K θ = Faktor koreksi busur kontak P d = Daya rencana hp W = Berat sabuk tiap kaki satuan panjang lb, V = Kecepatan sabuk fpm g c = kontanta gravitasi : 32.2 ftsec 2 N b = Jumlah sabuk yang digunakan Universitas Sumatera Utara Tabel 2.1. Berat sabuk W dan faktor modulus sabukK y Penampang Sabuk Berat Sabuk W lbft Faktor Modulus sabuk 3L 4L 5L A AX B BX C CX D, DX 3V, 3VX 5V 0.04 0.06 0.09 0.07 0.06 0.13 0.11 0.23 0.21 0.42 0.05 0.14 5 6 9 6 7 9 10 16 18 30 4 12 Universitas Sumatera Utara 5VX 8V, 8VX 0.12 0.37 13 22 Sumber: Mechanical Power Transmission Ascociation Faktor koreksi busur K θ , dapat dihitung dengan rumus:       − = R R K 1 25 . 1 θ 2.5. dimana R adalah rasio tegangan yang dihitung dengan rumus: θ 008941 . e R = 2.6 dan θ = sudut busur kontak dari diameter puli terkecil dalam satuan derajat:       − = − C d D 2 cos 2 1 θ 2.7 Daya rencana dihitung dengan rumus: P P d 15 . 1 = 2.8 Universitas Sumatera Utara yang mana P adalah daya motor terpasang dalam horse power hp. Sedangkan kecepatan sabuk dapat dapat dihitung dengan rumus: 12 Dn V π = 2.9 Rentang gaya minimum dan maksimum yang direkomendasikan untuk menentukan tegangan statis v-belt untuk mesin yang dipasang v-belt berjumlah satu dapat dihitung dengan rumus: • Gaya minimum yang direkomendasikan 16 min y y s st K L L T P     + = 2.10. • Gaya maksimum yang direkomendasikan 16 5 . 1 max y y s st K L L T P     + = 2.11 Sesuai rekomendasi MPTA, untuk keperluan analisa tegangan statis v-belt berjumlah satu, akibat gaya defleksi P a , dengan defleksi berjarak q, dapat dihitung dengan rumus: y p s a st K L L P T     − = 16 2.12. Dimana : P a = Gaya defleksi yang aktual diukur lb Universitas Sumatera Utara K y = Faktor Modulus sabuk lihat Tabel 2.13 L s = Panjang span inci L p = Panjang pitch sabuk inci

2.4.4. Beban Statis pada Poros Akibat Tegangan V-belt