ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia adalah makhluk individu dan sekaligus sebagai makhluk sosial. Manusia senantiasa ingin membangun relasi dan komunikasi.
Dengan demikian manusia dapat mengetahui lingkungan sekitarnya, bahkan ingin mengetahui apa yang terjadi dalam dirinya. Oleh sebab itu manusia
bisa melihat kekurangan-kekurangan dan kelebihan-kelebihan yang ada dalam dirinya.
Kata komunikasi sendiri dipergunakan sebagai proses, sebagai pesan, sebagai pengaruh, atau secara khusus sebagai pesan pasien dalam
psikoterapi.
1
Jika komunikasi dipandang sebagai proses, komunikasi yang dimaksud adalah suatu kegiatan yang berlangsung secara dinamis. Sesuatu
yang didefinisikan sebagai proses, berarti unsur-unsur yang ada di dalamnya bergerak aktif, dinamis dan tidak statis.
Dalam hidup
bermasyarakat, orang
yang tidak
pernah berkomunikasi dengan orang
lain niscaya akan
terisolasi dari masyarakatnya. Pengaruh keterisolasian ini akan menimbulkan banyak
dampak yang merugikan bagi orang tersebut. Menurut Ruesch yang dikutip Drs. Jalaluddin Rakhmat dalam buku
Psikologi Komunikasi, akhir-akhir ini dunia psikoterapi atau teknik penyembuhan jiwa, mengenal metode baru: komunikasi terapeutik
therapeutic communication. Dengan metode ini, seorang terapis mengarahkan komunikasi begitu rupa sehingga pasien dihadapkan pada
situasi dan pertukaran pesan yang dapat menimbulkan hubungan sosial yang bermanfaat. Komunikasi terapeutik memandang gangguan jiwa bersumber
pada gangguan komunikasi, pada ketidakmampuan pasien untuk
1
Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004, cet. ke-21, h. 4.
1
x mengungkapkan dirinya. Pendeknya, meluruskan jiwa orang diperoleh
dengan meluruskan caranya berkomunikasi.
2
Sementara itu salah satu kebutuhan manusia yang sangat mendasar baik fisik maupun psikis adalah kebutuhan akan kesehatan. Kesehatan
memang sudah menjadi kebutuhan manusia yang paling penting untuk berbagai tujuan. Dengan kesehatan manusia dapat melakukan aktifitas
sehari-hari tanpa adanya hambatan-hambatan. “Klinik sebagai wadah sosial yang hidup dalam bentuk organisasi
merupakan wadah untuk masyarakat, tempat hidup dan berkembang dengan hubungannya yang bersifat timbal balik. Artinya bahwa antara klinik dan
masyarakat terdapat hubungan yang tidak terpisahkan, keduanya terdapat hubungan saling memberi dan menerima.”
3
Dengan maraknya pengobatan alternatif yang tidak sesuai dengan syariat Islam dan banyak dilakukan paranormal dan dukun, serta adanya
keinginan masyarakat mendapatkan terapi dan penyembuhan penyakit secara Islami itulah, Ustadz Abu Aqila lalu membuat klinik syari’ah yang
diberi nama Bengkel Rohani.
4
Klinik Bengkel Rohani merupakan tempat yang didatangi oleh mereka yang mengalami penyakit baik fisik maupun psikis, yakni dengan
terapi secara bertahap. Dalam pelayanan terapinya, para terapis menggunakan pendekatan secara Islami sehingga nilai-nilai Islam dan
tujuan dakwah tetap melekat di dalamnya. Unsur yang paling penting dalam hubungan antara terapis dengan
pasien adalah tentunya komunikasi. Komunikasi sendiri merupakan
2
Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, h. 5.
3
Erik P. Eckholm, Masalah Kesehatan Lingkungan sebagai Sumber Penyakit, Jakarta: Gramedia, 1981, h. 3.
4
Wawancara Pribadi dengan Abu Aqila, Tangerang 07 Oktober 2008.
xi kebutuhan dasar manusia untuk bersosialisasi dengan manusia lainnya.
Dengan komunikasi manusia menyampaikan perasaan, pikiran, pendapat, sikap dan informasi kepada sesamanya secara timbal balik.
Jadi yang dilakukan oleh seorang terapis ketika memberikan pengobatan kepada pasiennya di samping melalui diagnosa obat, ia juga
dituntut berkomunikasi kepada pasien dengan memberikan nasehat serta memberikan pengarahan kepada pasiennya untuk menjalani hidup sehat dan
mengamalkan ajaran agama untuk lebih dekat kepada Allah. Karena dengan jalan inilah jiwa pasien akan tertanam perasaan aman, damai dan tentram.
Hal inilah yang dilakukan di Klinik Bengkel Rohani Ciputat dalam pelayanan terapi konselingnya. Terapis menggunakan bahasa dan
komunikasi yang baik ketika berhadapan dengan pasien, sehingga pasien merasa benar-benar dibantu dalam permasalahannya. Dan karena inilah
penulis tertarik untuk melakukan penelitian di Klinik Bengkel Rohani Ciputat, dengan judul “Komunikasi Antara Terapis Dengan Pasien
dalam Pelayanan Terapi Konseling di Klinik Bengkel Rohani Ciputat.”
Pembatasan Perumusan Masalah.
Terdapat 5 tahapan terapi di Klinik Bengkel Rohani Ciputat, yaitu Konseling, Ruqyah, Pijat Refleksi dan pemberian obat Guna memudahkan
penulis dalam pengerjaan penelitian ini, maka masalah yang akan diteliti dibatasi pada terapi Konseling.
Untuk memperjelas masalah yang akan di bahas maka penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: “Bagaimanakah komunikasi antara terapis
dengan pasien dalam pelayanan terapi konseling di Klinik Bengkel Rohani Ciputat?”.
Tujuan Manfaat Penelitian
Atas dasar perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian yakni: Mengetahui pola komunikasi antara terapis dengan pasien dalam
pelayanan terapi konseling di Klinik Bengkel Rohani Ciputat. Adapun Manfaat dari penelitian ini adalah:
Manfaat Teoritis
xii
Manfaat teoritis dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai tambahan referensi serta dapat memberikan kontribusi dalam usaha mengembangkan ilmu komunikasi terutama pada aspek pola
komunikasi. Manfaat Praktis
Dengan penelitian ini maka akan dapat bermanfaat untuk pengembangan ilmu komunikasi fokusnya dalam penggunaan pola komunikasi di suatu lembaga kesehatan yang menyediakan jasa pelayanan terapi.
Metodologi Penelitian
Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif, dengan
pendekatan deskriptif analisis. “Penelitian kualitatif adalah sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau
lisan dengan orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.”
5
Sedangkan metode deskriptif analisis yaitu suatu cara melaporkan data dengan
menerangkan, memberi
gambaran dan
mengkualifikasikan serta
menginterpretasikan data yang terkumpul secara apa adanya, setelah itu baru disimpulkan.
i. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dalam penelitan ini adalah Klinik Bengkel Rohani Ciputat. Adapun objek penelitiannya adalah Komunikasi antara Terapis dengan
Pasien dalam Pelayanan Terapi Konseling. Teknik Pengumpulan Data
Wawancara yaitu teknik pengumpulan data melalui metode tanya jawab berupa pertanyaan-pertanyaan yang diajukan langsung
kepada pihak-pihak yang bersangkutan. Dalam hal ini yang menjadi sumber wawancara meliputi 3 terapis konseling, 2 pasien
yang diperoleh melalui data base Klinik Bengkel Rohani dengan
5
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007, cet. 23, h.4.
xiii intensitas kunjungan mereka, serta dengan pengurus di Klinik
Bengkel Rohani Ciputat.
Dokumentasi yaitu “Cara mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan transkip, buku-buku, surat kabar, majalah,
prasasti, notulen rapat, agenda, dsb.”
6
Untuk dokumentasi penulis mencari data tentang ruang lingkup komunikasi, pengertian terapi
dan terapis, konseling dan ruang lingkupnya, penulis banyak mendapatkannya dari buku-buku yang menjadi sumber utama,
kemudian internet sebagai media penunjang dan catatan-catatan yang tentunya penulis dapatkan langsung dari Klinik Bengkel
Rohani Ciputat. Sumber Data
a. Data Primer
Data primer adalah data yang langsung dikumpulkan oleh penulis. Untuk itu pengumpulan data primer ini dilakukan penulis dengan
wawancara kepada pihak-pihak yang terkait dengan variabel penelitian yaitu, 3 orang terapis, 2 pasien dan pengurus Klinik
Bengkel Rohani Ciputat. b.
Data Sekunder Data sekunder adalah data yang penulis peroleh dari buku-buku,
internet, brosur Klinik Bengkel Rohani serta dari informasi- informasi yang berkaitan dengan masalah penelitian.
6
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: PT. Rineke Cipta, 1996, h. 236.
xiv ii.
Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data kualitatif. Bogdan menyatakan bahwa analisis data kualitatif adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis
data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan diinformasikan kepada orang lain. “Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkannya ke dalam unit-unit,
melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain.”
7
Alasan peneliti memilih teknik analisis data secara kualitatif adalah demi memudahkan dalam proses penelitian. Data-data yang akan bisa
diperoleh dari pelaksaan penelitian adalah data tulisan dan lisan, bukan nominal atau yang menunjukkan angka-angka. Kelebihan analisis data
kualitatif adalah analisis datanya sudah bisa dimulai sejak awal dengan menginterpretasi datanya untuk bisa memecahkan masalah-masalah yang
dihadapi. Teknik Penulisan
Teknik Penulisan dalam skripsi ini berpedoman kepada buku ”Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Skripsi, Tesis, dan Disertasi”, yang
diterbitkan oleh CEQDA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007.
Tinjauan Kepustakaan
Tinjauan kepustakaan ini adalah melihat dari skripsi orang-orang peneliti terdahulu. Judul dan Pembahasan hal yang sama atau hampir sama
dengan judul yang akan penulis bahas. Misalkan: 1.
Yunani, Pelaksanaan Terapi Islam terhadap Pasien Depresi di Bengkel Rohani Ciputat
, Skripsi: UIN Jakarta, 2005. Pembatasan Masalah yang diteliti yaitu “pelaksanaan terapi Islam terhadap pasien depresi di
Bengkel Rohani Ciputat”, sedangkan perumusan masalahnya adalah
7
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta, 2007, h. 88.
xv “bagaimanakah pelaksanaan terapi Islam terhadap pasien depresi di Bengkel
Rohani Ciputat”. Kesimpulan dari penelitian ini ialah “pelaksanaan terapi Islam terhadap pasien depresi di Bengkel Rohani Ciputat terdiri dari 4
tahapan yaitu: 1 Konseling, 2 Pijat refleksi, 3 Bekam dan 4 Pemberian Obat. Dalam penelitian ini dijelaskan bagaimana tata cara ke-4
terapi tersebut dalam menangani pasien depresi”. Dari skripsi di atas, persamaan antara penulis dengan peneliti
sebelumnya terletak dari lembaga yang diteliti, sama-sama di Bengkel Rohani Ciputat. Namun terletak beberapa perbedaan diantaranya, fokus dan
perumusan masalah serta sampel pasien. Kalau dalam penelitian sebelumnya hanya mengambil sampel pasien depresi, dalam penelitian ini
penulis tidak spesifik pada pasien depresi akan tetapi dengan sampel pasien- pasien yang datang untuk berobat dan terapi, kemudian diambil 3 orang
pasien dengan intensitas kunjungannya ke Klinik Bengkel Rohani Ciputat.
2. Bani Sadr, Pola Komunikasi Dokter terhadap Pasien dalam Proses
penyembuhan di Klinik Yasmin Medika Ciputat , Skripsi: UIN, 2007.
Pembatasan masalah yang diteliti meliputi “aspek komunikator, komunikan, pesan, media, efek hasil dan umpan balik.”
Sementara yang menjadi perumusan masalahnya adalah: 1 Bagaimana tingkat analisis dalam melakukan prediksi antara dokter dan
pasien? 2 Bagaimana pola cost and reward antara dokter dan pasien? 3 Bagaimana proses pola perkembangan hubungan antara dokter dan pasien
dalam proses penyembuhan?.”
xvi Dari tinjauan skripsi yang ke-2 ini antara penelitian yang penulis
lakukan dengan peneliti sebelumnya jelas berbeda terutama untuk fokus dan perumusan masalah serta lembaga yang diteliti. Namun ada beberapa hal
yang Penulis dapatkan dari skripsi Bani Sadr tersebut, salah satunya yang menjelaskan hubungan antara dokter dan pasien. Kalau dalam penelitian
sebelumnya menjelaskan hubungan antara dokter dan pasien dalam proses penyembuhan, dalam skripsi ini Penulis menjelaskan hubungan antara
terapis dan pasien dalam proses wawancara pengobatan konseling. Maksud penulis mencantumkan tinjauan pustaka ini adalah agar dapat
diketahui bahwa apa yang penulis teliti sekarang tidak sama dengan peneliti dari skripsi-skripsi terdahulu dan dapat membandingkannya guna dalam
penelitian ini.
Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan susunan penyusunan skripsi ini maka dibuatlah sistematika penulisan yang terdiri dari beberapa bab dan bab-bab tersebut
memilki beberapa sub-sub, yaitu:
Bab I. Pendahuluan