Bentuk layanan bimbingan rohani pasien dalam membantu proses kesembuhan pasien di layanan kesehatan cuma-cuma (LKC) Ciputat

(1)

BENTUK LAYANAN BIMBINGAN ROHANI PASIEN DALAM

MEMBANTU PROSES KESEMBUHAN PASIEN DI LAYANAN

KESEHATAN CUMA-CUMA(LKC) CIPUTAT

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh:

INDAH CHABIBAH_ NIM: 107052002552

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1432 H / 2011 M


(2)

(3)

(4)

(5)

i

ABSTRAK

Indah Chabibah, Bentuk Layanan Bimbingan Rohani Pasien dalam Membantu Proses Kesembuhan Pasien di Layanan Kesehatan Cuma-Cuma Ciputat, dibawah bimbingan Dr. Asep Usman Ismail, MA

Sekarang ini banyak Rumah sakit yang hanya memberikan pelayanan secara medis kurang memperhatikan pelayanan secara spiritual padahal menurut ketetapan WHO yang baru ini orang bisa dikatakan sehat apabila mencakup 4 hal yaitu sehat secara fisik, sehat secara psikologis, sehat secara sosial dan sehat secara spiritual.

Bimbingan rohani bagi pasien merupakan kegiatan yang di dalamnya terjadi proses bimbingan dan pembinaan rohani kepada pasien di Rumah Sakit sebagai bentuk upaya kepedulian kepada mereka yang sedang mendapat ujian dari Allah SWT. Dalam kegiatan tersebut bagaimana seorang relawan dapat memberikan ketenangan, kedamaian dan kesejukan hati kepada pasien dengan senantiasa memberikan dorongan dan motivasi untuk tetap bersabar, tawakkal dan tetap menjalankan kewajibannya sebagai Hamba Allah, dengan demikian akan membantu kualitas kesembuhan pasien secara holistik.

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk layanan Bimbingan Rohani Pasien yang ada di Layanan Kesehatan Cuma-Cuma ciputat dalam membantu proses kesembuhan pasien di Layanan Kesehatan Cuma-Cuma Ciputat.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif, penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Adapun yang menjadi subjek disini adalah pembina rohani selaku yang melaksanakan program Bimbingan Rohani, selain itu pasien juga menjadi subjek dalam penelitian ini karena pasien yang menerima layanan Bimbingan Rohani. Yang menjadi objek penelitian ini adalah program Bimbingan Rohani pasien.

Berdasarkan hasil penelitian bentuk layanan bimbingan rohani pasien yang ada di Layanan Kesehatan Cuma Cuma ada 2 macam kegiatan bimbingan rohani yang pertama adalah Bimbingan Rohani Pasien Rawat Inap yaitu bimbingan rohani yang diberikan kepada pasien rawat inap LKC, yang kedua yaitu bimbingan rohani pasien rawat jalan yaitu buat pasien LKC yang berobat jalan atau rawat jalan, biasanya berupa pengajian di masjid binaan LKC yang diadakan setiap sebulan sekali yang wajib diikuti oleh member LKC.


(6)

ii

KATA PENGANTAR

Bimillahirrahmanirrahiim

Alhamdulilah wa syukurillah, segala puji bagi Allah SWT tuhan semesta alam yang telah memberikan kita segala nikmat yang tak terhingga kepada hambanya sampai detik ini, dan Shalawat serta salam semoga selalu senantiasa terlimpahkan kepada baginda Muhammad SAW sehingga penulis dapat melewati

perjalanan akademis dan dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Model Layanan Bimbingan Rohani Pasien dalam Membantu Proses Kesembuhan Pasien di Layanan Kesehatan Cuma-Cuma Dompet Dhuafa Ciputat”.

Alhamdulillah pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini atas usaha dan upaya yang telah penulis lakukan serta bantuan yang sangat berharga dari beberapa pihak. Di tengah kesibukannya, mereka menyempatkan waktu luang untuk berbagai informasi dan motivasi agar penulis mampu mewujudkan skripsi ini. Maka dengan niat suci dan ketulusan hati, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada orang-orang atas segala bantuannya terutama kepada : 1. Dr. H. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Drs. Wahidin Saputra, MA selaku Pembantu Dekan Bidang Akademik, Drs. H. Mahmud Jalal, MA selaku Pembantu Dekan Bidang Administrasi, Drs. Study Rizal LK, MA selaku Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan.

2. Dra. Rini Laili Prihatini, M.Si selaku Ketua Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam. Terima kasih atas segala motivasi yang telah diberikan hingga terselesaikannya skripsi ini. Maaf kalu selalu merepotkan ibu.


(7)

iii 3. Drs. Sugiharto, MA selaku Sekretaris Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan

Islam. Terima kasih pak atas semuanya.

4. Teristimewa orang tua penulis, My great Mom Suriyah dan Alm. Amad Kurdi yang ada di surga sana , Terima kasih penulis ucapkan yang telah mengantarkan penulis hingga seperti sekarang dengan penuh kasih sayang, doa, kesabaran, keikhlasan dan perjuangan hidup demi kelangsungan pendidikan putra-putrinya, terima kasih untuk semuanya.

5. Dr. Asep Usman Ismail,M.A. selaku Pembimbing skripsi yang dengan sabar telah meluangkan waktunya untuk membimbing penulis. Terima kasih atas motivasinya bapak, sehingga bisa terselesaikannya skripsi ini. Syukron jiddan buat semuanya pak

6. Para penguji yang telah memberikan masukan pada skripsi ini.

7. Para Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah memberikan dedikasinya, pengarahan, pengalaman, serta bimbingan kepada penulis selama perkuliahan.

8. Untuk semua Kakak-kakak ku tersayang dan terbaik, Dra. Imronah, Drs. H.

Amir Ma’ruf, Mu’sodah, Bejo Mudzakir, Ida Zulifah,S.Pd.i, Alif Nur Solihin,S.Pd.i, Faidloturrofiah, Amd. Terima kasih atas doa dan motivasi yang tak henti diberikan sehingga terselesaikannya skripsi ini, penulis akan berusaha tidak mengecewakan kalian. Terima kasih dan tetap selalu menjadi penyemangat penulis.

9. Buat ponakan-ponakan ku Laras Azmil Abida, Patih Elkautsar Muhammad, Ravi Dara Jeeta, Muhammad Nazalul Fawadz, Asfa Ihdal Mafaza, Isna fadia Hayya, yang sudah mendukung dan menghibur penulis.


(8)

iv 10. Bapak Iwan selaku supervisi program di LKC yang telah banyak memberikan

informasi, pengalaman, dan memberikan semangat sehingga terselesaikan skripsi ini. Maaf pak saya selalu merepotkan bapak 

11. Ust Yazid selaku pembina Rohani pasien di LKC yang sudah meluangkan waktunya sehingga dapat terselesaikan skripsi ini.

12. Seluruh Staf Karyawan Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Dakwah untuk referensi buku-bukunya.

13. Hamdani Jabir yang tak pernah bosan memberi semangat dan membantu penulis, selalu menjadi teman setia dalam suka dan duka, sehingga dapat terselesaikannya skipsi ini. Terima kasih atas semua doa dan motivasinya ya bby, semoga Allah membalas semua kebaikkan mu. Semoga kebersamaan kita akan indah pada waktunya, Aminn....

14. “Geng Kor” (wiwin, vika, huwaida, dan Ilah) teman-teman seperjuangan ku, yang tak pernah henti memberi semangat untuk penulis. Semoga pertemanan kita terjalin sampai kakek nenek yaa...amiin

15. Untuk semua teman-teman ku seperjuangan di Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam, khususnya angkatan 2007, terima kasih atas kebersamaannya, selama hampir 4 tahun lamanya kita berbagi satu sama lain, semoga kita sukses selalu, dan tetaplah menjadi teman-teman terbaik bagi penulis.

16. Teman-teman yang tidak bisa disebutkan satu persatu, penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.


(9)

v 17. Yang terakhir gomawo buat opaa-oppaku Shinee, DBSK, Super Junior, dll,

yang sudah membantu menghilangkan rasa penat dan stres dalam menyelesaikan skripsi ini. Saranghae oppa 

Akhirnya penulis berharap semoga apa yang telah diberikan mendapatkan balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT dan penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang membaca pada umumnya dan bagi keluarga besar Bimbingan dan Penyuluhan Islam pada khususnya.

Jakarta, Mei 2011


(10)

vi

DAFTAR ISI

ABSTRAK ………. ... i

KATA PENGANTAR ………... ii

DAFTAR ISI ……… vi

DAFTAR LAMPIRAN ………... ix

BAB I PENDAHULUAN ……… 1

A. Latar Belakang Masalah ……… 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ……… 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

1. Tujuan Penelitian ………….……..………... 6

2. Manfaat Penelitian ……… 7

D. Tinjauan Pustaka ……… 7

E. Metodologi penelitian ... 9

1. Metode penelitian ... 9

2. Subjek dan objek penelitian ...13

3. Tempat dan waktu Penelitian...13

4. Teknik pengumpulan data ...14

5. Sumber data ...15

6. Teknik analisa data ...15

7. Keabsahan data ...16

8. Teknik penulisan data...17

F. Sitematika Penulisan ………...18

BAB II LANDASAN TEORI ……… 20

A. Bimbingan Rohani ...………..20

1. Pengertian Bimbingan Rohani ………...20

2. Tujuan dan fungsi bimbingan rohani ... 24

3. Metode Bimbingan Rohani ...26

4. Bentuk Bimbingan ... 29

B. Pengertian Pasien ... 31


(11)

vii

2. Kondisi Mental Kejiwaan Pasien ... 32

3. Terapi Keagamaan Bagi Pasien ...33

C. Konsep Sehat dan Sakit ... 34

1. Konsep Sehat ...34

2. Konsep Sakit ... 36

BAB III GAMBARAN UMUM LAYANAN KESEHATAN CUMA-CUMA... 43

A. Latar Belakang Berdirinya ……….………... 43

B. Perkembangan LKC ……… 44

C. Visi Misi Tujuan LKC ………... 46

D. Struktur Organisasi ……….……… 47

E. Program-program LKC ….……… 48

1. Direct Program ... 48

2. Indirect Program ... 49

F. Sistem Kepesertaan LKC ……….... 49

G. Layanan Bimbingan Rohani Pasien ... 51

1. Visi, Misi dan Tujuan BRP ... 52

2. Karakteristik BRP ... 53

3. Manfaat BRP bagi Pasein ... 53

4. Syarat Pembina Rohani ...55

BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA ……….……… 56

A. TEMUAN ... 56

1. Bentuk Layanan Bimbingan Rohani Pasien di LKC ..56

2. Keadaan pasien sebelum sesudah mendapat BRP ...63

B. Analisis ... 65

1. Analisis model kegiatan BRP di LKC ... 65

2. Analisis pasien sebelum sesudah mendapat BRP ...78

BAB V PENUTUP ……….. 85


(12)

viii

B. Saran ……….. 86

DAFTAR PUSTAKA ………... 87


(13)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Layanan Kesehatan Cuma-Cuma (LKC) merupakan lembaga non profit jejaring Dompet Dhuafa Republika khusus di bidang kesehatan yang melayani kaum dhuafa secara paripurna melalui pengelolaan dana sosial masyarakat (ZISWAF- Zakat, Infak, Sedekah dan wakaf) dan dana sosial perusahaan.1 LKC juga memiliki layanan rawat inap dan rawat jalan yang sudah berfungsi sebagai mana mestinya seperti Rumah Sakit.

Setiap Rumah sakit berkewajiban memberikan pelayanan kesehatan. Pelayanan diwujudkan melalui upaya penyembuhan pasien (kuratif), pemulihan kesehatan pasien (rehabilitatif), yang ditunjang upaya peningkatan kesehatan (promotif) dan pencegahan gangguan kesehatan (preventif), secara menyeluruh (holistik) dengan pendekatan biopsikososiospiritual sebagaimana disebutkan oleh Organisasi Kesehatan Sedunia(WHO). Terdapat kecenderungan pendekatan yang dilakukan pada pasien-pasien di Rumah Sakit tidak secara holistik, hanya ditujukan pada pendekatan fisik (biologis) semata dan melupakan pendekatan spiritual, padahal pendekatan spiritual (Rohani) merupakan pendekatan yang urgen, karena sebagai kebutuhan dan kewajiban.

Dengan banyaknya Rumah Sakit yang memberikan pelayanan kesehatan saat ini menyebabkan berbagai pelayanan memberikan service yang lebih memuaskan pelanggan, hal ini menyebabkan tingginya tariff rumah sakit yang

1


(14)

2

tidak mampu ditanggung oleh masyarakat biasa. Tingginya jumlah pasien yang masuk ke rumah sakit dan kurangnya perawatan yang diberikan pada rumah sakit menyebabkan LOS (leng of stay/lama tinggal di RS) menjadi semakin panjang sehingga banyak diantara penderita/keluarga merasa keberatan dengan biaya yang harus dibayar untuk biaya perawatan. Hal ini terjadi hampir disemua bangsal perawatan.2 Banyak Rumah Sakit yang memberikan pelayanan hanya kepada orang yang mampu atau kaya sedangkan banyak orang yang kurang mampu tidak mendapat pelayanan sebagaimana mestinya.

Kebanyakan manusia cenderung menganggap bahwa cobaan atau ujian hidup terbatas pada hal-hal yang tidak menyenangkan, seperti bencana alam,pailit/bangkrut, kesedihan, sakit, kecelakaan, atau hal-hal yang lazim disebut musibah. Paling tidak, nasihat untuk bersabar dan tabah menghadapi masalah-masalah yang dirasa menyakitkan. Terkadang tidak terlintas dalam benak kita bahwa nikmat berupa kesehatan,kekayaan, kesenangan, jabatan, dan kemewahan merupakan ujian serta cobaan, sebagaimana firman Allah SWT berikut ini:

                    

Artinya : “ Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan

menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). dan hanya kepada kamilah kamu dikembalikan”(Q.S. Al anbiyaa : 35)3

.

2

H. Nurul Kawakib, Urgensi Santunan Spiritual di Rumah Sakit, 2009 di akses dari http://nurulkawakibblog.blogspot.com/2009/04/urgensi-pendekatan-spiritual-di-rumah.html yang diunduh pada tanggal 15 februari 2011 pada pukul 09.00

3

Ali Yafie, dkk., Sakit menguatkan Iman(Jakarta : Gema Insani Press, 1996). Cet,ke-1, h.1.


(15)

3

Konsep Sakit, menurut Nani Maharany, S.Kep., Ners dari Departemen Keperawatan RS Al Islam, adalah suatu keadaan tidak menyenangkan yang menimpa seseorang sehingga orang tersebut mengalami gangguan aktivitas sehari-hari, baik aktivitas jasmani, rohani, maupun sosial. Sakit dapat juga diterjemahkan sebagai sebuah keadaan penyimpangan dari status kesehatan yang mempunyai arti lebih luas dari sekadar penyakit. Pola penyembuhan pasien selama ini biasanya lebih fokus pada penanganan penyakit secara medis. Sementara itu, pendekatan proses tenaga medis (perawat) yang lebih mengarah pada kebutuhan dasar manusia masih belum banyak diterapkan.

Padahal, pendekatan proses keperawatan adalah perawat sebagai pengganti pasien, perawat sebagai penolong pasien, dan perawat sebagai partner pasien. Pendek kata, perawat berperan sebagai motivator dan edukator bagi pasien yang ditanganinya. Diakuinya, memang belum ada standar baku pelayanan keperawatan yang berdasar pada keperawatan spiritual. Dengan demikian, perlu ada semacam buku petunjuk standar keperawatan spiritual, mengingat masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang beragama. 4

Dan sebagai Seorang yang beriman, kita mempercayai bahwa dibalik sesuatu yang terjadi pada manusia pasti ada hikmahnya. Semua yang dialami dalam hidup ini adalah cobaan Allah swt, supaya manusia dapat membuktikan sikapnya dalam menghadapi segala macam ujian untuk mengendalikan dirinya.5

4

H. Nurul Kawakib, Urgensi Santunan Spiritual di Rumah Sakit, 2009 di akses dari http://nurulkawakibblog.blogspot.com/2009/04/urgensi-pendekatan-spiritual-di-rumah.html yang diunduh pada tanggal 15 februari 2011 pada pukul 09.00

5

Ali Yafie, dkk., Sakit Menguatkan Iman (Jakarta : Gema Insani Press, 1996). Cet. Ke-1, h.1.


(16)

4

Dalam kerangka berfikir filsafat kehidupan ini, penulis melihat dan menyikapi keadaan sakit. Sakit adalah salah satu aspek kehidupan manusia. Bila manusia tidak memahaminya, ia akan menganggap sakit itu suatu derita.6

Hampir setiap orang pernah sakit. Musibah yang satu ini memang dapat menimpa siapapun dan dimanapun. Ia tidak memandang perbedaan pangkat dan status sosial, bahkan tanpa mengenal ruang dan waktu. Datangnya pun bisa tiba-tiba. Kalau yang kebetulan sejenis penyakit ringan, mungkin tak terlalu berpengaruh terhadap kehidupan kita. Malah sering kita lihat penyakit sebagai peristiwa alamiah yang bisa terjadi pada siapa saja. Tetapi jika yang datang itu penyakit berat,atau yang terasuk dalam stadium terminal,terkadang bisa menghilangkan harapan hidup bahkan tak jarang bisa menurunkan mental dan merontokkan iman kita dalam waktu sekejap. Islam tidak menginginkan orang sakit tanpa usaha, sebab Nabi telah bersabda bahwa setiap penyakit itu ada obatnya dan kita semua disuruh untuk berobat.

Penyakit yang diderita seseorang tidak terlepas dari seluruh mata rantai kehidupannya, dan penyakit itu harus didudukkan dalam filsafat ujian. Penyakit adalah salah satu ujian Allah yang dianggap orang sebagai sesuatu yang tidak menyenangkan. Pada waktu orang sakit imannya akan teruji, karena sakit itu seseuatu yang tidak menyenangkan, maka harus diterima dengan kesabaran.7 Untuk menolong atau meredakan ketegangan jiwa dalam membantu proses

6

Ali Yafie, dkk., Sakit Menguatkan Iman (Jakarta : Gema Insani Press, 1996). Cet. Ke-1, h.1.

7

Ali Yafie, dkk., Sakit Menguatkan Iman (Jakarta : Gema Insani Press, 1996). Cet. Ke-1, h. 7


(17)

5

penyembuhan para pasien maka Bimbingan Rohani Pasien (BRP) hadir sebagai sarana pelengkap penyembuhan dan pelayanan para pasien di Rumah sakit.

Bimbingan Rohani Pasien sebagai salah satu program layanan kesehatan yang dilaksanakan oleh Lembaga pelayan masyarakat (LPM) Dompet Dhuafa Republika yang di dalamnya terjadi proses Bimbingan dan pembinaan Rohani kepada pasien di Rumah sakit sebagai bentuk upaya kepada mereka yang mendapat ujian dari Allah swt.

Lembaga ini juga mendirikan sebuah klinik yaitu Layanan Kesehatan Cuma-Cuma (LKC) Dompet Dhuafa Republika yang merupakan lembaga non profit pertama di Jabodetabek yang menyediakan pelayanan kesehatan gratis bagi kaum miskin. Antara lain LKC Cabang: Gerai Sehat, TB Center, Aksi Tanggap Bencana (SigaB), Aksi Layanan Sehat (ALS), Khitanan Massal (KhitMas), Operasi Massal (OpMas), Pembiayaan Pasien,Pos Sehat Mitra, Pondok Keluarga dan Masyarakat Sehat (PKMS), Penyuluhan Kesehatan, Medical Check Up, Bina Rohani Pasien (BRP), Pelayanan Ambulance dan Mobil Jenazah. Bukan saja pelayanan secara medis tetapi juga pelayanan secara spiritual.8 Di LKC ini memberikan layanan kesehatan secara gratis jadi layanan ini hanya diberikan kepada kaum dhuafa atau kurang mampu.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas penulis mencoba menelaah terhadap masalah tersebut dalam skripsi penulis yang diberi judul “Bentuk Layanan Bimbingan Rohani Pasien (BRP) dalam membantu proses

8


(18)

6

kesembuhan pasien di LKC (Layanan Kesehatan Cuma-Cuma) Dompet Dhuafa Ciputat”.

B. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Dari sekian banyaknya Layanan yang diberikan oleh Layanan Kesehatan Cuma-Cuma Ciputat. Maka penulis hanya mengambil atas satu Layanan Bimbingan Rohani Pasien (BRP) yang diberikan kepada pasien di LKC. Bimbingan Rohani Pasien (BRP) merupakan salah satu dari program yang ada di LKC (Layanan Kesehatan Cuma-Cuma) Dompet Dhuafa Ciputat.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka penulis merumuskan masalah dalam penelitian ini yaitu Bagaimana Bentuk Layanan Bimbingan Rohani Pasien dalam membantu proses kesembuhan di LKC.

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk menggambarkan layanan Bimbingan Rohani Pasien dalam membantu proses kesembuhan pasien. Adapun tujuan secara khusus yaitu untuk mengetahui layanan-layanan BRP yang diberikan kepada pasien di LKC khususnya dalam membantu proses kesembuhan pasien.


(19)

7

2. Manfaat Penelitian

Sesuai dengan tujuan di atas, maka manfaat dari penelitian ini yaitu:

a. Manfaat akademis

Dengan skripsi ini diharapkan dapat menjadi bahan refrensi bagi mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi, khususnya jurusan Bimbingan dan penyuluhan islam. Serta memberikan pengetahuan yang lebih tentang Bimbingan Rohani pasien yang ada di LKC.

b. Manfaat praktis

Hasil penelitian ini diharapkan sebagai :

- Sebagai bahan evaluasi dalam pelayanan program Bimbingan Rohani Pasien yang ada di Layanan Kesehatan Cuma-Cuma (LKC).

- Sebagai masukan bagi pengelolaan program Bimbingan Rohani Pasien di Layanan Kesehatan Cuma-Cuma(LKC).

D. Tinjauan Pustaka

Dalam penulisan skripsi ini, ada beberapa judul skripsi mahasiswa atau mahasiswi sebelumnya yang oleh penulis jadikan sebagai tinjauan pustaka. Namun perlu dipertegas perbedaan antara masing – masing judul dan masalah yang dibahas, antara lain:

1. Rahmah Hidayah, NIM: 1030520286722, Jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dengan judul skripsi: “Peranan Bimbingan Rohani Pasien Dompet Dhuafa Republika Dalam Meningkatkan Sikap Sabar Pasien di


(20)

8

Rumah Sakit Cengkareng Jakarta Barat”. Dalam penelitian ini dijelaskan tentang bagaimana peranan bimbingan rohani pasien dalam meningkatkan kesabaran pasien yang sedang mengalami sakit. Apakah Bimbingan Rohani pasien yang diberikan kepada sudah sesuai dengan harapan lembaga pelayan masyarakat yang mengadakan program bimbingan rohani pasien yaitu salah satunya meningkatkan kesabaran pasien.

2. Nur Hidayah, NIM : 102052025658, Jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dengan judul skripsi “Peranan Bimbingan Rohani Pasien (BRP) Dompet Dhuafa dalam proses penyembuhan pasien Rumah Sakit Umum

Daerah Cengkareng”. Dalam penelitian ini dijelaskan tentang bagaimana

bimbingan rohani pasien itu berperan dalam penyembuhan pasien Rumah Sakit Cengkareng Jakarta Barat.

3. Siti umayah, NIM : 105052001770, Jurusan Bimbingan Penyuluhan

Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi,”Pelaksanaan Bimbingan

Rohani bagi pasien dan keluarga napza pada saat detoksifikasi di Rumah Sakit Muhammad Husni Thamrin Internasional Salemba Jakarta”. Dalam penelitian ini dijelaskan tentang pelaksanaan bimbingan rohani bagi pasien khusus narkoba.

4. Rika Nurhasanah, NIM: 102052025661, Jurusan Bimbingan Penyuluhan

Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, “Pelaksanaan Bimbingan Rohani Islam dalam menangani depresi bagi penderita kanker di Rumah


(21)

9

5. Galuh Yuni Utami,NIM: 105052001744, Jurusan Bmbingan Penyluhan

Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, “ pelaksanaan bimbingan

rohani islam terhadap penderita skizofrenia di panti bina laras harapan sentosa 3 ceger –jakarta Timur.

Dari penelitian diatas yang membedakan dengan penelitian ini adalah tentang model, kalau diatas dijelaskan peranannya bimbingan rohani pasien yang telah diberikan apakah sudah berperan dengan baik atau belum. Sedangkan penelitian ini yaitu tentang model bimbingan yang diberikan kepada pasien dalam membantu proses kesembuhan di Layanan Kesehatan Cuma-Cuma.

E. Metodologi Penelitian 1. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan bagian yang sangat penting karena sangat menentukan sukses atau tidaknya suatu penelitian. Metode penelitian adalah cara yang digunakan untuk mengumpulkan data di dalam penelitian. Adapun bentuk penelitian ini adalah penelitian lapangan field research yaitu melakukan penelitian langsung dengan datang langsung ke Layanan Kesehatan Cuma-Cuma Ciputat.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor yang dikutip oleh Lexy.J. Moleong, pendekatan kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.9

Adapun langkah langkah dalam penelitian yang dilakukan adalah :

9

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitan Kualitatif , Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,2007, h.4.


(22)

10

a. Pengamatan Awal

Pengamatan awal bertujuan untuk melakukan penelitian singkat yang membantu untuk memahami keadaan program Layanan yang ada di LKC, sehingga dapat melakukan identifikasi masalah yang terdapat dalam salah satu program layanan di LKC. Pengamatan dilakukan secara langsung dengan datang langsung ke LKC dan browsing di Home atau web LKC.10

b. Mengidentifikasi Masalah

Setelah dilakukan pengamatan awal untuk mengumpulkan informasi mengenai kondisi awal tentang program Layanan yg ada di LKC, maka langkah yang diambil selanjutnya adalah mengidentifikasi masalah yang ada sehingga dapat menemukan permasalahan yang ada dalam program Layanan yang ada di LKC.

Permasalahan yang muncul dan ingin diteliti adalah yaitu memusatkan perhatian pada salah satu program Layanan yang ada di LKC yaitu Layanan Bimbingan Rohani Pasien. Karena Layanan tersebut merupakan layanan penting selain layanan yang diberikan secara medis.11 c. Permasalahan

Setelah melakukan pengidentifikasian masalah yang akan diteliti, maka langkah selanjutnya yaitu melakukan perumusan masalah yang

10

Metodologi penelitian, yang diakses di :

http://digilib.petra.ac.id/viewer.php?page=1&submit.x=7&submit.y=9&submit=next&qual=high& submitval=next&fname=%2Fjiunkpe%2Fs1%2Ftmi%2F2010%2Fjiunkpe-ns-s1-2010-25406098-16510-clpp-chapter3.pdf, pada tanggal 13 april 2011, pukul 20.00.

11

Metodologi penelitian, yang diakses di :

http://digilib.petra.ac.id/viewer.php?page=1&submit.x=7&submit.y=9&submit=next&qual=high& submitval=next&fname=%2Fjiunkpe%2Fs1%2Ftmi%2F2010%2Fjiunkpe-ns-s1-2010-25406098-16510-clpp-chapter3.pdf, pada tanggal 13 april 2011, pukul 20.00.


(23)

11

akan diteliti. Yaitu tentang model layanan Bimbingan Rohani Pasien yang ada di LKC dalam membantu proses kesembuhan pasien.

d. Menetapkan Tujuan penelitian

Langkah selanjutnya adalah menentukan tujuan yang akan dicapai dalam melakukan penelitian ini memiliki arah dan sasaran yang jelas yang hendak dicapai dalam permasalahan yang dihadapi. Selain itu tujuan ini juga dimaksudkan untuk memberikan solusi bagi LKC dalam mengkoreksi program Layanan yang ada apakah sudah berjalan lancar dan sesuai dengan yang diharapkan.12

e. Menetapkan Batasan Masalah

Dalam melakukan penelitian dalam memecahkan permasalahan yang ada diperlukan adanya batasan-batasan agar sasaran dan arah dari penyelesaian pemaslahan yang ada tidak menyimpang. Batasan-batasan masalah ini bertujuan agar dalam memecahkan masalah yang ada lebih akurat dan sesuai dengan tujuan penelitian ini sehingga akan memberikan hasil yang sesuai yang akan diteliti.

f. Studi Literatur

Agar dapat mengenal permasalahan yang akan diteliti, dibutuhkan pengetahuan tambahan yang dapat diperoleh dari beberapa literatur sesuai dengan permaslahan yang ada. Dengan mempelajari teori-teori atau konsep-konsep yang dapat mendukung tugas akhir penelitian ini, maka

12

Metodologi penelitian, yang diakses di :

http://digilib.petra.ac.id/viewer.php?page=1&submit.x=7&submit.y=9&submit=next&qual=high& submitval=next&fname=%2Fjiunkpe%2Fs1%2Ftmi%2F2010%2Fjiunkpe-ns-s1-2010-25406098-16510-clpp-chapter3.pdf, pada tanggal 13 april 2011, pukul 20.00.


(24)

12

dapat membantu penulis untuk menganalisa permaslahan yang diteliti. Dan dapat mencari alternatif pemecahan permasalahan yang diteliti. 13 g. Melakukan pengumpulan data

Langkah yang selanjutnya adalah melakukan pengumpulan data yang dapat digunakan untuk penyelesaian masalah yang diteliti. Data-data yang dikumpulkan yaitu data-data primer dan data sekunder. yang diperoleh dengan cara observasi, wawancara dan dokumentasi. dan melakukan instrumen penelitian yaitu membuat pedoman wawancara. 14 h. Pengolahan Data

Data-data yang telah dikumpulkan sebelumnya kemudian diolah. Pengolahan data yang dilakukan melalui beberapa langkah-langkah yaitu :

a. Reduksi data, yaitu dimana peneliti mencoba memilih data yang relevan dengan proses layanan bimbingan rohani pasien bagi pasien yang ada di Layanan Kesehatan Cuma-Cuma (LKC).

b. Penyajian data, setelah data mengenai proses layanan bimbingan Rohani Pasien bagi pasien LKC serta hambatan-hambatannya diperoleh, maka data tersebut disusun dan disajikan dalam bentuk narasi, visual gambar, matrik, bagan, tabel dan lain sebagainya.

13

Metodologi penelitian, yang diakses di :

http://digilib.petra.ac.id/viewer.php?page=1&submit.x=7&submit.y=9&submit=next&qual=high& submitval=next&fname=%2Fjiunkpe%2Fs1%2Ftmi%2F2010%2Fjiunkpe-ns-s1-2010-25406098-16510-clpp-chapter3.pdf, pada tanggal 13 april 2011, pukul 20.00.

14

Metodologi penelitian, yang diakses di :

http://digilib.petra.ac.id/viewer.php?page=1&submit.x=7&submit.y=9&submit=next&qual=high& submitval=next&fname=%2Fjiunkpe%2Fs1%2Ftmi%2F2010%2Fjiunkpe-ns-s1-2010-25406098-16510-clpp-chapter3.pdf, pada tanggal 13 april 2011, pukul 20.00.


(25)

13

c. Penyimpulan atas apa yang disajikan, pengambilan kesimpulan dengan menghubungkan dari tema tersebut sehingga memudahkan untuk menarik kesimpulan.15

2. Subjek dan Objek Penelitian

Adapun yang menjadi subjek penelitian ini ada tiga subjek yang ingin diteliti yang pertama yaitu kepala bidang atau ketua kegiatan Bimbingan Rohani Pasien di Layanan Kesehatan Cuma-Cuma (LKC) selaku yang membuat konsep. Yang kedua yaitu petugas BRP yang melaksanakan layanan BRP. Yang ketiga adalah pasien selaku penerima layanan BRP. Sedangkan yang menjadi objek adalah layanan Bimbingan Rohani Pasien di LKC ciputat.

3. Tempat dan waktu penelitian

Peneliti melakukan penelitian ini berlokasi di Layanan Kesehatan Cuma-Cuma Dompet Dhuafa Ciputat Jl. Ir. H. Djuanda No 34 Ciputat Mega Mal D 01, Ciputat, Tangerang Selatan. Adapun alasan pemilihan lokasi itu didasari oleh pertimbangan sebagai berikut : Lokasi penelitian mudah dijangkau oleh peneliti, bertujuan untuk mengetahui bagaimana bentuk layanan Bimbingan Rohani Pasien yang ada di LKC sehinga mempermudah peneliti menganalisis data. Adapun waktu penelitian ini dilakukan mulai bulan Februari sampai dengan Mei 2011.

15

Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1998. H.288


(26)

14

4. Pengumpulan Data

Berdasarkan permasalahan penelitian dan data-data yang dibutuhkan, maka penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

a. Observasi

Observasi yaitu aktifitas pengamatan meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan alat indera.16 Dalam penelitian ini, observasi dilakukan dengan cara berkunjung atau datang langsung ke LKC ciputat untuk memperoleh sehingga data peneltian didapatkan.

b. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee)yang memeberikan jawaban atas pertanyaan itu.17 Wawancara ditujukan pada pelaksana bimbingan rohani pasien untuk memperkuat dan pelengkap data pada penelitian ini. Wawancara dilakukan dengan cara face to face atau berhadapan langsung, Dan dengan pasien yang rawat inap dan rawat jalan.

c. Dokumentasi

Data data yang diperoleh dari lapangan yaitu di LKC ciputat yang berhubungan dengan maslah penelitian, baik dari sumber, dokumen formal, buku-buku, artikel dan lain sebagainya.

16

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: PT.Rieneka Cipta,1996), h. 145.

17


(27)

15

5. Sumber Data

Sumber data adalah subjek utama dalam proses penelitian masalah diatas: Adapun sumber data dari penelitian ini adalah :

a. Sumber data primer, yakni data yang diperoleh langsung dari pembina Rohani Pasien di LKC.

b. Sumber data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari buku-buku, literatur, brosur dan artikel yang memiliki relevansi terhadap objek penelitian ini.

6. Teknik analisa data

Yang dimaksud teknik analisa data adalah suatu proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan.18 Menurut Bogdan & Biklen yang dikutip oleh Lexy J Moleong mengemukakan bahwa teknik analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,mengorganisasikan data, memilah-milah menjadi bahan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola,menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang akan diceritakan kepada orang lain.19

Teknik yang digunakan dalam penelitian ini disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai, yaitu dari data yang terkumpul kemudian dijabarkan dengan memberi interpretasi untuk kemudian diambil kesimpulan akhir.

18

Masri Singarimbun dan Sofian Efendi, Metode Penelitian Survai(Jakarta: LP3ES),1995, cet ke-1. h. 263.

19


(28)

16

Ada berbagai cara untuk menganalisa data, tetapi secara garis besarnya dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Reduksi data, yaitu dimana peneliti mencoba memilih data yang relevan dengan proses layanan bimbingan rohani pasien bagi pasien yang ada di Layanan Kesehatan Cuma-Cuma (LKC).

b. Penyajian data, setelah data mengenai proses layanan bimbingan Rohani Pasien bagi pasien LKC serta hambatan-hambatannya diperoleh, maka data tersebut disusun dan disajikan dalam bentuk narasi, visual gambar, matrik, bagan, tabel dan lain sebagainya.

c. Penyimpulan atas apa yang disajikan, pengambilan kesimpulan dengan menghubungkan dari tema tersebut sehingga memudahkan untuk menarik kesimpulan.20

7. Keabsahan Data

a. Kredibilitas (derajat kepercayaan) dengan menggunakan teknik tringulasi, yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain, hal itu dapat dicapai dengan jalan; (a). membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara, misalnya untuk mengetahui bimbingan merntal bagi gelandangan dan pengemis yang diberikan oleh PSBK tersebut. (b). membandingkan keadaan dan prespektif sesorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang lain, misalnya dalam hal ini peneliti membandingkan jawaban yang diberikan oleh klien yang menerima pelayanan dengan jawaban yang diberikan oleh pegawai atau peksos. (c). membandingkan hasil wawancara dengan hasil dokumen

20

Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1998)


(29)

17

yang berkaitan dengan masalah yang diajukan. Peneliti memanfaat dokumen dan data sebagai bahan perbandingan.21

b. Ketekunan atau keajegan pengamatan, ketekungan pengamatan bermaksud menentukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi-situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari. Kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci, maksudnya peneliti hanya memusatkan dan mencari jawaban sesuai dengan rumusan masalah saja.22

c. Kepastian dengan teknik pemeriksaan audit, kepastian auditor dalam hal ini ialah objektif atau tidak tergantung pada persetujuan beberapa orang terhadap pandangan, pendapat dan penemuan seseorang. Dapatlah dikatakan bahwa pengalaman sesorang itu subjektif, sedangkan jika disepakati oleh beberapa orang barulah dapat dikatakan objektif.23

8. Teknik Penulisan Data

Dalam penulisan ini peneliti menggunakan teknik penulisan yang didasakan

pada buku “Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi” yang diterbitkan oleh CeQDA (Center For Quality Development and Assurance) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007.

21

Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1998). h. 330-331

22

Ibid, h. 329 23


(30)

18

F. Sistematika Penulisan

Pembahasan dalam skripsi ini dibagi dalam lima BAB, adapun penyusunannya sebagai berikut:

BAB 1 PENDAHULUAN

Latar belakang masalah, batasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN TEORITIS

Pada bab ini penulis menjelaskan tentang landasan teoritis yaitu Pengertian Model, Pengertian Bimbingan Rohani, Tujuan dan Fungsi Bimbingan Rohani, Pengertian Pasien, Konsep Sehat dan Sakit.

BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG LKC DOMPET DHUAFA CIPUTAT

Pada bab ini penulis mengemukakan akan membahas tentang gambaran umum objek penelitian yang terdiri dari : Latar belakang berdirinya, perkembangan Layanan Kesehatan Cuma-Cuma, visi misi dan tujuan, program-program Layanan Kesehatan Cuma-Cuma, Program Layanan Bimbingan Rohani Pasien.


(31)

19

Pada bab ini berisi tentang temuan data yang terdiri dari : model layanan BRP yang diberikan kepada pasien di Layanan Kesehatan Cuma-cuma, Keadaan pasien sebelum dan sesudah mendapat Bimbingan Rohani pasien.

BAB V PENUTUP


(32)

(33)

20

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Bimbingan Rohani

1. Pengertian Bimbingaan Rohani

Pengertian bimbingan diartikan berbeda-beda oleh para tokoh, oleh karena itu penulis ingin menguraikan istilah dari arti Bimbingan dan dari pendapat tokoh-tokoh tersebut.

Istilah Bimbingan merupakan terjemahan dari bahasa inggris “guidance” yang berasal dari kata kerja “to guide” yang berarti menunjukkan, menurut H.M. Arifin

Bimbingan berarti menunjukkan atau memberi jalan, atau menuntun orang lain ke arah tujuan yang bermanfaat bagi hidupnya di masa kini

dan masa mendatang.1

Menurut crow dan crow pengertian guidance yaitu bantuan yang diberikan kepada seseorang baik pria atau wanita, yang memiliki pribadi yang baik dan pendidikan yang memadai, kepada individu dari setiap usia untuk menolongnya, mengemudikan kegiatan hidupnya, mengarahkan pandangannya sendiri, membuat pilihannya sendiri, memikul bebannya sendiri.2

Menurut Djumhur dan M. Surya, memberikan batasan mengenai pengertian Bimbingan, yaitu suatu proses pemberian bantuan yang terus menerus dan sistematis kepada individu dalam memecahkan masalah yang dihadapinya,

1

H.M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama , Jakarta : PT. Golden Terayon Press,1998, Cet, ke-6, h-1

2

Djumhur dan M. Surya, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah , Bandung: CV. Ilmu, 1975, h.25.


(34)

21

agar tercapai kemampuan untuk memahami dirinya (self understanding), kemampuan untuk menerima dirinya (self acceptence), kemampuan untuk mengarahkan dirinya (self direction) kemampuan untuk merealisasikan dirinya (self realization), sesuai dengan potensi kemampuan dalam yang menyesuaikan dirinya baik dengan lingkungan keluarga maupun dengan masyarakat. Dan bantuan itu diberikan oleh orang yang memiliki keahlian dan pengalaman khusus dalam bidang tersebut.3

Menurut R.C Suhartian dan Bonar Simangunsong, Bimbingan adalah

“suatu bantuan yang diberikan kepada individu atau sekelompok individu dalam

menemukan kemampuan-kemampuan dari segi kehidupan masyarakat, agar demikian nantinya individu atau sekelompok individu lebih sukses dalam merencanakan rencana-rencana hidupnya.4 Selanjutnya Suhartian dan Simangusong mengutip dari Bimo walgito, bahwa Bimbingan adalah “Bantuan yang diberikan kepada individu atau sekumpulan individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan-kesulitan didalam hidupnya, agar supaya individu atau sekumpulan individu itu dapat mencapai kesejahteraan hidupnya.5

Rohani berasal dari kata “roh” yang berarti 1) sesuatu (unsur) yang ada

dalam jasad yang diciptakan Tuhan sebagai penyebab adanya hidup (kehidupan): nyawa; jika sudah berpisah dari badan, berkahirlah kehidupan seseorang. Makhluk

3

Ibid, h.28 4

RI. Suhartin dan Bonar Simangunsong, Pembinaan Personil Melalui Bimbingan dan

Penyuluhan , Jakarta ; Paneindo, 1989, h. 17.

5


(35)

22

hidup yang tidak berjasad, tetapi berpikiran dan berperasaan (malaikat, jin, setan, dsb). Semangat,spirit, kedamaian bagi seluruh warga sesuai dengan islam.6

Dalam al-Quran dinyatakan bahwa ruh merupakan kesempurnaan dan kekuasaan terhadap penciptaan manusia supaya menjadikan manusia tunduk kepada Allah, dijelaskan dalam surah As-Shaad (38) ayat 72 :













Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh (ciptaan)Ku; Maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadaNya". Dalam firman Allah yang lain, yakni dalam surah Al-Isra (17) ayat 85 :























“dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu Termasuk

urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit". Menurut firman tersebut dijelaskan bahwa sebagau manusia kita hanya diberikan sedikit informasi tentang masalah ruh, misalnya gejala-gejalanya. Dan selebihnya merupakan urusan Allah. Nabi SAW bersabda mengatakan :

“Ruh-ruh adalah himpunan yang terorganisasi, yang saling mengenal akan

bergabung dan yang tidak saling mengenal akan saling berselisih.”7

Menurut Imam Al-Ghazali yang dikutip oleh Jamaluddin Kafie, roh mempunyai dua pengertian yaitu roh jasmani dan roh rohani. Yang dimaksud roh

6

KBBI , Jakarta: Balai Pustaka, 2007, Cet. Ke-4, ed. 3, h. 960. 7

Abdul Rahman Shaleh dan Muhbib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar Dalam


(36)

23

jasmani ialah zat halus yang berpusat di ruangan hati dan menjalar ke seluruh tubuh, karenanya manusia dapat bergerak (hidup) dan dapat merasakan perasaan serta dapat berfikir atau mempunyai kegiatan-kegiatan hidup kejiwaan. Sedangkan roh rohani ialah sebagian dari yang ghaib. Dengan roh ini manusia dapat mengenal dirinya sendiri dan mengenal tuhan serta menyadari keberadaan orang lain (berkepribadian dan berketuhanan), serta bertanggung jawab atas segala tingkah laku.8

Sedangkan pengertian Rohani berasal dari bahasa arab yang berarti “ruh”

sedangkan dalam kamus bahasa Indonesia arti “rohani” adalah roh yang bertalian

dengan yang tidak berbadan jasmaniah.9

Imam Al Ghazali berpendapat bahwa roh itu mempunyai dua pengertian, yaitu roh jasmaniah dan roh rohaniah. Roh jasmaniah yaitu zat halus yang berpusat di ruangan hati dan menjalar keseluruh tubuh, karenanya manusia dapat bergerak (hidup) dan dapat merasakan berbagai perasaan serta dapat berfikir atau mempunyai kegiatan-kegiatan hidup kejiwaan. Sedangkan roh rohaniah adalah bagian dari yang ghaib. Dengan roh ini, manusia dapat mengenal dirinya sendiri dan mengenal Tuhan, serta bertanggung jawab atas segala tingkah lakunya.

Menurut kaum sufi, “ruh adalah esensi kehidupan, ia bukan tubuh secara fisik

atau otak dan fikiran serta ingatan. Ruh memiliki dunia yang berbeda yang berasal dari Tuhan dan seluruhnya milik Tuhan.10

8

Jammaluddin Kaffie, Psikologi Dakwah , Surabaya: Indah, 1993, h. 15. 9

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, cet. Ke-1, h. 850.

10

Hakim Muinuddin, Penyembuhan Cara Sufi. Penerjemah Burhan Wira Subrata, Jakarta: Lentera, 1999, Cet. Ke-1, h. 42.


(37)

24

Dari beberapa teori di atas maka penulis memilih salah satu teori yang menjadi acuan yaitu dengan menggabungkan teori bimbingan djumhur dan teori rohani Imam Al-Ghazali maka pengertian Bimbingan Rohani pasien yaitu suatu proses pemberian bantuan yang terus menerus dan sistematis kepada individu dalam memecahkan masalah yang dihadapinya, agar tercapai kemampuan untuk memahami dirinya (self understanding), mengenal dirinya sendiri dan mengenal tuhan serta menyadari keberadaan orang lain (berkepribadian dan berketuhanan), serta bertanggung jawab atas segala tingkah laku. Karena menurut penulis teori tersebut sesuai dengan kebutuhan pasien.

A. Tujuan dan Fungsi Bimbingan Rohani Pasien

1. Tujuan dan Fungsi

a. Tujuan Bimbingan dan penyuluhan yaitu : 1) Untuk mengenal diri sendiri dan lingkungan

2) Untuk dapat menerima sendiri dan lingkungan secara positif dan dinamis.

3) Untuk dapat mengambil keputusan sendiri tentang berabagai hal.

4) Untuk dapat mengarahkan diri sendiri. 5) Untuk dapat mewujudkan diri sendiri.11

Tujuan Bimbingan Rohani Islam menurut Ainur Rahim Faqih yakni:

11


(38)

25

1. Membantu klien untuk mengembangkan pemahaman diri sendiri sesuai dengan kecakapan, minat, pribadi dan kesempatan yang ada.

2. Membantu proses sosialisasi dan sensivitas kepada kebutuhan orang lain.

3. Memberikan dorongan di dalam pengarahan diri, pemecahan masalah, pengambilan keputusan dan keterlibatan diri dalam maslah yang ada.

4. Mengembangkan nilai dan sikap secara menyeluruh serta perasaan sesuai dengan penerimaan diri.

5. Membantu di dalam memahami tingkah laku manusia.

6. Membantu klien untuk memperoleh kepuasan pribadi dan dalam penyesuaian diri secara maksimum.

7. Membantu klien untuk hidup didalam kehidupan yang seimbang dalam berbagai aspek fisik, mental dan sosial.12 b. Fungsi Bimbingan Rohani Pasien

Kemudian menurut Dewa Ketut Sukardi menjelaskan bahwa ditinjau dari sifatnya layanan Bimbingan, dapat berfungsi :

a. Fungsi preventif, layanan Bimbingan ini dapat berfungsi sebagai pencegahan, artinya merupakan usaha pencegahan terhadap timbulnya masalah.

12

Ainur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling Dalam Islam , Yogyakarta. UI Press, 2001,Cet. Ke-2, h. 54.


(39)

26

b. Fungsi pemahaman, yaitu fungsi bimbingan yang akan menghasilkan pemahaman tentang sesuatu oleh pihak-pihak tertentu.

c. Fungsi perbaikan, yaitu fungsi bimbingan yang akan menghasilkan terpecahkannya atau teratasinya berbagai permasalahan yang dialami individu.

d. Fungsi pemeliharaan dan pengembangan, fungsi ini berarti bahwa layanan bimbingan ini dapat membantu para individu dalam memelihara dan mengembangkan keseluruhan pribadinya secara mantap, terarah dan berkelanjutan.13

Pada dasarnya Bimbingan Rohani Islam merupakan aktualisasi teologi yang dimanifestasikan dalam suatu kegiatan manusia beriman sebagai makhluk sosial yang dilaksanakan secara teratur untuk membina dan mengarahkan manusia agar aqidahnya mantap, keyakinannya kokoh, bertambahnya taqwa kepada Allah SWT, taat melaksanakan ibadah dan memantapkan kesadaran beragama, sehingga dapat membawa seseorang menjadi lebih tenang dalam menghadapi permasalahan dan jauh dari rasa cemas.

B. Metode Bimbingan Rohani

Menurut H.M.Arifin, metode Bimbingan Rohani Islam yakni:

13

Dewa Ketut Sukardi, Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah , Jakarta: Rineka Cipta, 2000, h. 26-27.


(40)

27

a. Wawancara, salah satu cara memperoleh fakta-fakta kejiwaan yang dapata dijadikan bahan pemetaan tentang bagaimana sebenarnya hidup kejiwaan klien pada saat tertentu yanmemerlukan bantuan.14

b. Metode Group Guidance (bimbingan secara berkelompok), yakni cara pengngkapan jiwa/batin oeh klien serta pembinaannya melalui kegiatan kelompok seperti ceramah, diskusi, seminar,simposium, atau dinamika kelompok (group dynamics), dan sebagainya.

c. Metode Non Direktif (cara yang tidak mengarahkan), metode ini mempunyai dua macam yakni :

- Client Centered, yaitu cara pengungkapan tekanan batin yang dirasakan menjadi penghambat klien dengan sistem pancingan yang berupa satu dua pertanyaan yang terarah.

- Metode edukatif, yaitu cara pengungkapan tekanan perasaan yang menghambat perkembangan belajar dengan mengorek sampai tuntas perasaan/sumber perasaan yang menyebabkan hambatan dan ketegangan.

d. Metode Psikoanalisa (penganalisaan jiwa), metode ini untuk memperoleh data-data tentang jiwa tertekan bagi penyembuhan jiwa klien tersebut.15 e. Metode Direktif (metode yang bersifat mengarahkan), metode ini bersifat

mengarahkan kepada klien untuk berusaha mengatasi kesulitan (problema) yang dihadapi. Pengarahan yang diberikan kepada klien ialah dengan memberikan secara langsung jawaban-jawaban terhadap permasalahan yang menjadi sebab kesulitan yang dihadapi/dialami klien.

14

H.M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama , Jakarta : PT. Golden Terayon Press,1998, Cet, ke-6, h. 44-50.

15 Ibid.


(41)

28

f. Metode lainnya, seperti metode sosiometri yaitu suatu cara yang dipergunakan untuk mengetahui kedudukan klien dalam kelompok.16

Ada pula metode-metode lain dalam Bimbingan Rohani yakni :

a. Metode AudioVisual

b. Metode dzikir, dzikir hanya akan memiliki nilai bila dilakukan sesuai petunjuk Allah Swt dan Rasul-Nya, dzikrullah artinya mengingat Allah SWT,mengingat sesuatu berarti menunjukkan hubungan hati dengan yang diingat, ingatan ini berpusat di hati, akal dan lisan adalah alat bantu bagi ingatan kita, adapun dzikirnya seperti ; Takbir, Tahmid dan Tasbih.17 c. Sholat

d. Puasa, menurut Al-Mawardi, selain mengatasi berbagai penyakit, puasa juga melatih rohani atau jiwa manusia agar menjadi lebih baik. Temuan terakhir kedokteran jiwa membuktikan bahwa puasa dapat meningkatkan derajat perasaan atau Emotional Quaetion (EQ) manusia.18

Secara psikologis manusia tidak hanya diukur atau dinilai dari kecerdasan atau Intelejent Quaetion (IQ)nya tetapi juga diukur dari EQnya. EQ berpengaruh dalam pembentukan sifat-sifat seseorang anatara lain : sifat dermawan, santun, sabar, rela berkorban, kasih sayang, dan rasa kepedulian.19

16

H.M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama , Jakarta : PT. Golden Terayon Press,1998, Cet, ke-6,h.44-50.

17

Lembaran Dakwah Keluarga Marhamah, Menangis Mengingat Allah Swt. Edisi 460, h. 2.

18

Al-Mawardi, Hikmah Puasa Tinjauan Ilmu Kedokteran, Jakarta: PT. Prima, 2001, Cet. Ke-2, h.149.

19

Al-Mawardi, Hikmah Puasa Tinjauan Ilmu Kedokteran, Jakarta: PT. Prima, 2001, Cet. Ke-2, h.149.


(42)

29

Seandainya IQ berpengaruh pada bertambahnya rasa percaya diri dan meningkatnya daya ingat serta daya nalar seseorang.

Dari segi kesehatan mental puasa erat kaitannya dengan kemampuan mengendalikan diri, puasa merupakan wahana penempatan mental sehingga ujian dan cobaan serta sikap menghadapi perjuangan dan pengorbanan yang lebih berat. Puasa dapat melatih kedisiplinan dalam mengendalikan diri dari amarah, nafsu ingin berkuasa, sikap berlebihan dan dari sikap merasa paling benar.20

Metode Commulative Records, yaitu segala fakta yang diperoeh dari klien dicatat secara teratur dan rapih didalam buku catatan untuk klien yang bersangkutan serta disimpan baik-baik sebagai file (dokumen penting),pada saat dituntaskan, catatan pribadi tersebut dianalisa dan diidentifikasi untuk bahan pertimbangan tentang metode apa yang lebih tepat bagi bantuan yang harus diberikan kepadanya.21

2. Bentuk Bimbingan

Bentuk-bentuk Bimbingan antara lain : 1. Layanan orientasi

2. Layanan informasi

3. Layanan penempatan dan penyaluran 4. Layanan Bimbingan Belajar

5. Layanan Konseling Perseorangan 6. Layanan Bimbingan Kelompok

20

Ibid. h. 149.

21

Al-Mawardi, Hikmah Puasa Tinjauan Ilmu Kedokteran, Jakarta: PT. Prima, 2001, Cet. Ke-2, h.149.


(43)

30

7. Layanan Konseling Kelompok.22

Adapun bentuk-bentuk Bimbingan Islam antara lain:

1. Bimbingan dan penyuluhan jabatan (Vocational)

Bentuk ini berkenaan dengan maslaah jabatan atau kekayaan yang perlu dipilih oleh individu, sesuai dengan kemampuan dan bakat-bakat masing-masing untuk masa sekarang maupun masa mendatang.

2. Bimbingan Penyuluhan Bidang Pendidikan (Sducational Guidance dan Counseling)

Bentuk bimbingan Islam ini menyangkut tentang tentang pengambilan keputusan mengenai lapangan studi yang akan dipilih, yang berkaitan dengan kurikulum di sekolah dan perguruan Tinggi, serta fasilitas pendidikan lainnya.

3. Bimbingan dan Penyuluhan Keagamaan (Religius Counseling) Bentuk bimbingan ini diberikan seseorang yang bersifat keagamaan, seperti melalui keimanan (keyakinan) menurut Islam, yang bertujuan membantu memecahkan problematika terbimbing dalam bidang keagamaan.

Bimbingan ini bersifat keagamaan, sebab menggunakan metode pendekatan keagamaan dalam memberikan bimbingan rohaninya.23 Terbimbing tersadarkan melalui suatu hubungan sebab akibat dalam rangkaian problem yang dihadapi. Selain itu, sisi

22

ibid 23


(44)

31

kejiwaannya disentuh dengan nilai-nilai keimanan yang mengisi kekosongan spiritual dalam dirinya.24

C. Pengertian Pasien

1. Pengertian pasien

Kata pasien berasal dari kata bahasa Indonesia analog dengan kata patient dari Bahasa Inggris. Patient diturunkan dari Bahasa latin yaitu patient yang memiliki kesamaan arti dengan kata kerja pati yang artinya menderita.25

Menurut “Kamus Besar Bahasa Indonesia”, pasien adalah orang sakit: yang dirawat oleh dokter; penderita sakit.26Pasien adalah “Orang sakit, penderita (sakit), baik itu yang menjalani rawat inap pada suatu unit pelayanan kesehatan tertentu ataupun yang tidak. Dan seseorang dikatakan sakit apabila orang itu tidak lagi mampu berfungsi secara wajar dalam kehidupan sehari-hari karena fisiknya yang sakit atau kejiwaannya yang tertanggu.27

Beberapa pengertian pasien, diantaranya :

a. Menurut Christine Brooker dalam bukunya Kamus Saku Perawat:

1) Pasien adalah penderita penyakit mendapatkan pengamanan medis dan/atau asuhan keperawatan.

2) Klien yang memanfaatkan jasa pelayanan kesehatan.28

24

ibid 25

http://wikipedia.org.id/2009/0116/index. html, pada tanggal 12 maret 2011 jam 14.00. 26

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2001, h. 834.

27

Dadang Hawari, Pelatihan Relawan Bimbingan Rohani Pasien, Sawangan: Dompet Dhuafa Republika, tanggal, 9 juli 2003.

28


(45)

32

b. Menurut Barbara F. Weller dalam buku Kamus Saku Perawat, pasien adalah orang yang sakit atau yang menjalani pengobatan karena menderita penyakit.29

2. Kondisi mental (kejiwaan) pasien

Ketika pasien sedang menghadapi, merasakan penyakit yang sedang di deritanya, maka pada saat itu pula mentalnya terganggu. Karena badan dan jiwa saling mempengaruhi. Pengaruh emosi yang ada dalam kehidupan seseorang sangat berpengaruh pada kondisi kejiwaan (mental) sekaligus agar menjaga kesehatan badannya. Dengan demikian, semakin jelas bahwa setiap orang yang menderita sakit (pasien) maka gangguan mentalnya yang ada pada dirinya cenderung dipengaruhi kondisi fisik dan psikisnya masing-masing. Bila kondisi fisik dan psikisnya pun cenderung sedikit. Akan tetapi, seandaimya kondisi fisik dan psikisnya kurang baik maka gangguan mental yang dideritanya cenderung lebih berat.30 Selain kedua kemungkinan itu, ada faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya gangguan mental (kejiwaan) terhadap pasien, antara lain sebagai berikut:

a. Usia, semakin tua seseorang maka pasien cenderung respek dengan kegiatan Bimbingan Rohani.

b. Pendidikan, jika dilihat dari faktor ini tingkatan pendidikan seseorang terlepas. Ia mempunyai pendidikan agama ataupun tidak melibat ke arah itu.

29

Barbara F. Weller, Kamus Saku Perawat, Jakarta: EGC,2005, h. 508. 30

Dadang Hawari, Al-Quran: Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa , Jakarta: Dana Bhakti Prisma Yasa, 1996, h.133.


(46)

33

c. Ekonomi, disamping pasien sedang menghadapi penyakitpun harus juga memikirkan tentang biaya yang akan ditanggung selama ia dirawat di Rumah Sakit.

Setelah mengamati sebab-sebab terjadinya gangguan mental yang terjadi pada pasien, telah di dominasi oleh causa psikis, dan permasalahan yang ada pada diri pasien adalah karena masalah emosi yang ada pada diri mereka.31

3. Terapi Keagamaan Bagi Pasien

Terapi adalah suatu cara pengobatan yang dilakukan dokter kepada pasien. Sedangkan yang dimaksud penulis disini adalah terapi pasien melalui pendekatan keagamaan.

Terapi keagamaan menurut Dadang Hawari adalah suatu proses penyadaran terhadap objek atau pasien diantaranya sebagai berikut : a. Proses penyadaran melalui taubatan nasuha

b. Menyalurkan pasien melalui doktrin optimisme, memberikan nasihat-nasihat misalnya: Tuhan Maha Pengampun, hidup ini hanya sementara.

c. Pemberian motivasi yang tidak terlepas dari nilai-nilai spiritual dan ritual.32

d. Proses aksi atau tindakan yang dilakukan baik dari aspek kognitif yaitu dengan pemberian materi Al-Quran dan Hadits , Rukun Iman dan Islam, Akhlaq, Tauhid dan Islamologis. Selanjutnya aspek

31

ibid 32

Dadang Hawari, Al-Quran: Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa ,Jakarta: Dana Bhakti Prisma Yasa, 1996, h. 133


(47)

34

psikomotor, yaitu pelaksanaan sholat fardhu, sunnah, dzikir, doa, puasa dan sebagainya. Setelah itu akan terlihat aspek afektif yaitu kesabaran, kejujuran, kepatuhan, kedisiplinan dan amanah.33

D. Konsep Sehat dan Sakit 1. Konsep Sehat

Sehat merupakan sebuah keadaan yang tidak hanya terbebas dari penyakit akan tetapi juga meliputi seluruh aspek kehidupan manusia yang meliputi aspek fisik, emosi, sosial dan spiritual.

Menurut WHO (1947) Sehat itu sendiri dapat diartikan bahwa suatu keadaan yang sempurna baik secara fisik, mental dan sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan (WHO,1947). Definisi WHO tentang sehat mempunyai karakteristik berikut yang dapat meningkatkan

konsep sehat yang positif (Edelman dan Mandle. 1994):

1. Memperhatikan individu sebagai sebuah sistem yang menyeluruh.

2. Memandang sehat dengan mengidentifikasi lingkungan internal dan eksternal. 3. Penghargaan terhadap pentingnya peran individu dalam hidup.34

UU No.23,1992 tentang Kesehatan menyatakan bahwa: Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Dalam pengertian ini maka kesehatan harus dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh terdiri dari unsur-unsur fisik, mental dan sosial dan di dalamnya kesehatan jiwa merupakan bagian integral kesehatan.

33

Dadang Hawari, Al-Quran: Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa , Jakarta: Dana Bhakti Prisma Yasa, 1996, h. 133.

34

Iwan Purnawan, S.Kep,Ns, Konsep Sehat dan Sakit, yang diakses di


(48)

35

Dalam pengertian yang paling luas sehat merupakan suatu keadaan yang dinamis dimana individu menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan lingkungan internal (psikologis,intelektual, spiritual dan penyakit) dan eksternal(lingkungan fisik, social, dan ekonomi) dalam mempertahankan kesehatannya.35

Dalam pengertian lain Sehat adalah suatu keadaan sejahtera (sempurna) fisik, mental, dan sosial, tidak terbatas pada bebas dari penyakit dan kelemahan saja.

Health is defined as a state of complete physical, mental, and social well being and not marely absence of disease and infirmity.

Yang dimaksud dengan kesehatan ialah keadaan yang meliputi kesehatan badan,rohani (mental), dan sosial dan bukan hanya keadaan yang bebas dari penyakit cacat, dan kelemahan (UU RI No. 9/1960).36

Sehat adalah tidak hanya sehat dalam arti fisik, psikologis, dan sosial, tetapi sehat dalam arti spiritual / agama. (Empat dimensi sehat : bio – psiko – sosio – spiritual ) (WHO, 1984).

Seseorang dikatakan sehat apabila ia memiliki tubuh jasmaniah yang sehat, tidak berpenyakit, gizi yang baik, psike (mental) rukhaniyah yang tenang, tidak gelisah, mempunyai kedudukan sosial yang baik, mempunyai kehidupan dan rumah berlindung, serta dihargai sebagai manusia.37Kesehatan adalah keadaan

35

Iwan Purnawan, S.Kep,Ns, Konsep Sehat dan Sakit, yang diakses di

http://www.scribd.com/doc/8343666/Konsep-Sehat pada tanggal 5 mei 2011, pada pukul 21.00. 36

Zuchairi Dahlan, Konsep Sehat dan Sakit, Blok Kesehatan Masyarakat, 16 April 2008. H.2-6.

37

Zuchairi Dahlan, Konsep Sehat dan Sakit, Blok Kesehatan Masyarakat, 16 April 2008. H.2-6.


(49)

36

sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial, yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.38

2. Konsep Sakit

Sakit adalah keadaan dimana fisik, emosional, intelektual, sosial,

perkembangan, atau seseorang berkurang atau terganggu, bukan hanya keadaan terjadinya proses penyakit.Oleh karena itu sakit tidak sama dengan penyakit. 39

Sebagai contoh klien dengan Leukemia yang sedang menjalani pengobatan mungkin akan mampu berfungsi seperti biasanya sedangkan klien lain dengan kanker payudara yang sedang mempersiapkan diri untuk menjalani operasi mungkin akan merasakan akibatnya pada dimensi lain, selain dimensi fisik. Perilaku sakit merupakan perilaku orang sakit yang meliputi: cara seseorang memantau tubuhnya; mendefinisikan dan menginterpretasikan gejala yang dialami; melakukan upaya penyembuhan; dan penggunaan sistem pelayanan kesehatan. Seorang individu yang merasa dirinya sedang sakit perilaku sakit bisa berfungsi sebagai mekanisme koping.40

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Sakit 1. Faktor Internal

a. Persepsi individu terhadap gejala dan sifat sakit yang dialami

Klien akan segera mencari pertolongan jika gejala tersebut dapat mengganggu rutinitas kegiatan sehari-hari. Misal: Tukang Kayu yang menderita sakit punggung, jika ia merasa hal tersebut bisa membahayakan dan mengancam kehidupannya maka ia akan segera mencari bantuan. Akan tetapi persepsi seperti

38 ibid 39

Iwan Purnawan, S.Kep,Ns, Konsep Sehat dan Sakit, yang diakses di

http://www.scribd.com/doc/8343666/Konsep-Sehat pada tanggal 5 mei 2011, pada pukul 21.00. 40


(50)

37

itu dapat pula mempunyai akibat yang sebaliknya. Bisa saja orang yang takut mengalami sakit yang serius, akan bereaksi dengan cara menyangkalnya dan tidak mau mencari bantuan.

b. Asal atau Jenis penyakit

Pada penyakit akut dimana gejala relatif singkat dan berat serta mungkin mengganggu fungsi pada seluruh dimensi yang ada, Maka klien bisanya akan segera mencari pertolongan dan mematuhi program terapi yang diberikan. Sedangkan pada penyakit kronik biasanya berlangsung lama (>6 bulan)sehingga jelas dapat mengganggu fungsi diseluruh dimensi yang ada. Jika penyakit kronik itu tidak dapat disembuhkan dan terapi yang diberikan hanya menghilangkan sebagian gejala yang ada, maka klien mungkin tidak akan termotivasi untuk memenuhi rencana terapi yang ada.41

Syariat Islam membagi tipikal orang sakit menjadi tiga tipe atau tiga bagian : 1. Orang yang sakit ringan

2. Orang sakit Keras

3. Orang yang dalam sakaratul maut

Dari tiga tipe tersebut yang pertama dan kedua yang umumnya ada di rumah sakit manapun, sedangkan tipe ketiga tak banyak terjadi dirumah sakit kecuali Allah menakdirkan kita menanganinya dan kalaupun terjadi sangat jarang sekali.42

1. Orang yang sakit ringan umumnya memiliki masalah serius dalam komunikasi karena indra pendengaran penglihatan, dan pengucapan tak

41

Ibid 42

Zuchairi Dahlan, Konsep Sehat dan Sakit, Blok Kesehatan Masyarakat, 16 April 2008.h.6


(51)

38

memiliki masalah. Akan tetapi kondisi psikis dan sifat dasar alami pasien menjadi faktor kedua dalam proses konseling.

2. Adapun tipe sakit keras./ tipe kedua umumnya pasien kondisi kritis umumnya berada di ICU, pasien pasca operasi dan pasien yang divonis dengan penyakit menahun (TBC, tumor, kanker.dll ). Pada pasien tipe kedua, jangan dulu berharap menjalin komunikasi langsung dan aktif pada pertemuan pertama kali, hubungan yang intens dan berkelanjutan menjadi kunci dalam proses konseling tipe kedua.

3. Pasien fase atau tipe ketiga, penanganan pasien haruslah sesuai dengan

syari’at islam, proses talqin harus tetap diupayakan seiring bantuan CPR,

kejut listrik, tidak mengganggu proses talqin untuk pasien.43

3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Keyakinan dan Tindakan Kesehatan

1. Faktor Internal

1. Tahap Perkembangan

Artinya status kesehatan dapat ditentukan oleh faktor usia dalam hal ini adalah pertumbuhan dan perkembangan, dengan demikian setiap rentang usia (bayi-lansia) memiliki pemahaman dan respon terhadap perubahan kesehatan yang berbeda-beda.44

Untuk itulah seorang tenaga kesehatan (perawat) harus mempertimbangkan tingkat pertumbuhan dan perkembangan klien pada saat melakukan perncanaan tindakan.Contohnya: secara umum seorang anak belum mampu untuk mengenal

43

Zuchairi Dahlan, Konsep Sehat dan Sakit, Blok Kesehatan Masyarakat, 16 April 2008.h.6

44

Iwan Purnawan, S.Kep,Ns, Konsep Sehat dan Sakit, yang diakses di


(52)

39

keseriusan penyakit sehingga perlu dimotivasi untuk mendapatkan penanganan atau mengembangkan perilaku pencegahan penyakit..

2. Pendidikan atau Tingkat Pengetahuan

Keyakinan seseorang terhadap kesehatan terbentuk oleh variabel intelektual yang terdiri dari pengetahuan tentang berbagai fungsi tubuh dan penyakit latar Belakang pendidikan, dan pengalaman masa lalu.

Kemampuan kognitif akan membentuk cara berfikir seseorang termasuk kemampuan untuk memehami faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakit dan menggunakan pengetahuan tentang kesehatan untuk menjaga kesehatan sendirinya.45

3. Persepsi tentang fungsi

Cara seseorang merasakan fungsi fisiknya akan berakibat pada keyakinan terhadap kesehatan dan cara melaksanakannya.Contoh, seseorang dengan kondisi jantung yang kronik merasa bahwa tingkat kesehatan mereka berbeda dengan orang yang tidak pernah mempunyai masalah kesehatan yang berarti. Akibatnya, keyakinan terhadap kesehatan dan cara melaksanakan kesehatan pada masing-masing orang cenderung berbeda-beda. Selain itu, individu yang sudah berhasil sembuh dari penyakit akut yang parah mungkin akan mengubah keyakinan mereka terhadap kesehatan dan cara mereka melaksanakannya.

Untuk itulah perawat mengkaji tingkat kesehatan klien, baik data subjektif yiatutentang cara klien merasakan fungsi fisiknya (tingkat keletihan, sesak napas, ataunyeri), juga data objektif yang aktual (seperti, tekanan darah, tinggi badan,

45


(53)

40

dan bunyiparu). Informasi ini memungkinkan perawat merencanakan dan mengimplementasikan perawatan klien secara lebih berhasil.46

4. Faktor Emosi

Faktor emosional juga mempengaruhi keyakinan terhadap kesehatan dan cara melaksanakannya. Seseorang yang mengalami respons stres dalam setiap perubahan hidupnya cenderung berespons terhadap berbagai tanda sakit, mungkin dilakukan dengan cara mengkhawatirkan bahwa penyakit tersebut dapat mengancam kehidupannya. Seseorang yang secara umum terlihat sangat tenang mungkin mempunyai responsemosional yang kecil selama ia sakit. Seorang individu yang tidak mampu melakukan koping secara emosional terhadap ancaman penyakit mungkin akan menyangkal adanya gejala penyakit pada dirinya dan tidak mau menjalani pengobatan.47

Contoh: seseorang dengan napas yang terengah-engah dan sering batuk mungkin akan menyalahkan cuaca dingin jika ia secaraemosional tidak dapat menerima kemungkinan menderita penyakit saluran pernapasan. Banyak orang yang memiliki reaksi emosional yang berlebihan, yang berlawanan dengan kenyataan yang ada, sampai-sampai mereka berpikir tentang resiko menderita kanker dan akan menyangkal adanya gejala dan menolak untuk mencari pengobatan.Ada beberapa penyakit lain yang dapat lebih diterima secara emosional, sehingga mereka akan mengakui gejala penyakit yang dialaminya dan mau mencari pengobatan yang tepat.48

5. Spiritual

46

Ibid 47

Iwan Purnawan, S.Kep,Ns, Konsep Sehat dan Sakit, yang diakses di

http://www.scribd.com/doc/8343666/Konsep-Sehat, pada tanggal 5 mei 2011, pada pukul 21.00. 48

Iwan Purnawan, S.Kep,Ns, Konsep Sehat dan Sakit, yang diakses di


(54)

41

Aspek spiritual dapat terlihat dari bagaimana seseorang menjalani kehidupannya, mencakup nilai dan keyakinan yang dilaksanakan, hubungan dengan keluarga atauteman, dan kemampuan mencari harapan dan arti dalam hidup. Spiritual bertindak sebagai suatu tema yang terintegrasi dalam kehidupan seseorang. Spiritual seseorang akan mempengaruhi cara pandangnya terhadap kesehatan dilihat dari perspektif yang luas.49

Fryback (1992) menemukan hubungan kesehatan dengan keyakinan terhadap kekuatan yang lebih besar, yang telah memberikan seseorang keyakinan dan kemampuan untuk mencintai. Kesehatan dipandang oleh beberapa orang sebagai suatu kemampuan untuk menjalani kehidupan secara utuh. Pelaksanaan perintah agama merupakan suatu cara seseorang berlatih secara spiritual. Ada beberapa agama yang melarang penggunaan bentuk tindakan pengobatan tertentu,sehingga perawat hams memahami dimensi spiritual klien sehingga mereka dapat dilibatkan secara efektif dalam pelaksanaan asuhan keperawatan. 2. Faktor Eksternal

a. Praktik di Keluarga

Cara bagaimana keluarga menggunakan pelayanan kesehatan biasanya mempengaruhi cara klien dalam melaksanakan kesehatannya.

Misalnya:

Jika seorang anak bersikap bahwa setiap virus dan penyakit dapat berpotensi mejadi penyakit berat dan mereka segera mencari pengobatan, maka bisasnya anak tersebut akan malakukan hal yang sama ketika mereka dewasa. Klien juga

49


(55)

42

kemungkinan besar akan melakukan tindakan pencegahan jika keluarganya melakukan hal yang sama. Misal: anak yang selalu diajakorang tuanya untuk melakukan pemeriksaan kesehatan rutin, maka ketika punya anak dia akan melakukan hal yang sama.50

b. Faktor Sosio ekonomi

Faktor sosial dan psikososial dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit dan mempengaruhi cara seseorang mendefinisikan dan bereaksi terhadap penyakitnya. Variabel psikososial mencakup: stabilitas perkawinan, gaya hidup, dan lingkungan kerja. Sesorang biasanya akan mencari dukungan dan persetujuan dari kelompoksosialnya, hal ini akan mempengaruhi keyakinan kesehatan dan cara pelaksanaannya.

c. Latar Belakang Budaya

Latar belakang budaya mempengaruhi keyakinan, nilai dan kebiasaan individu, termasuk sistem pelayanan kesehatan dan cara pelaksanaan kesehatan pribadi. Untuk perawat belum menyadari pola budaya yang berhubungan dengan perilaku dan bahasa yang digunakan.51

50

ibid 51

Iwan Purnawan, S.Kep,Ns, Konsep Sehat dan Sakit, yang diakses di


(56)

43

BAB III

GAMBARAN UMUM TENTANG LAYANAN KESEHATAN CUMA-CUMA

A. Latar Belakang Berdirinya

Layanan Kesehatan Cuma-Cuma (LKC) Dompet dhuafa Republika merupakan lembaga non profit pertama di Jabodetabek (Jakarta-Depok-Bogor-Tangerang-Bekasi) yang menyediakan pelayanan kesehatan gratis bagi kaum miskin yang didirikan pada tanggal 6 November 2001 dan diresmikan oleh wakil Presiden RI Bapak DR. Hamzah Haz. Pelayanan diberikan secara paripurna melalui klinik gratis di Ciputat-Tangerang dan Bekasi serta pelayanan kesehatan keliling di daerah kumuh. Seluruh pelayanan diberikan dalam sistem kepesertaan (membership).1 Hingga saat ini, member yang terdaftar berjumlah 14.250 kepala keluarga miskin dengan jumlah populasi 71.250 jiwa yang telah mendapatkan manfaat Layanan Kesehatan Cuma-Cuma dengan memanfaatkan dana sebesar 6,5 Milyar setiap bulannya.

Selain itu LKC juga membantu kesehatan ribuan jiwa korban bencan alam dan konflik, seperti banjir nasional 2002 dan 2007, konflik Ambon, bencana tanah longsor Bandung dan bencana tsunami Aceh dan gempa Nias. Serta tsunami Yogya dan Pangandaran, longsor di kabupaten Karanganyar,banjir di Jawa Tengah dan Jawa Timur awal tahun 2008, dan Gempa Padang Sumatra Barat.

1

Home LKC, yang diakses di http://www.lkc.or.id/index.php/tentang-kami pada tanggal 22 februari 2011, pukul 10.00.


(57)

44

LKC merupakan alternatif solusi atas permasalahan kaum miskin.2 Dasar pemikirannya adalah memecahkan masalah tanpa menimbulkan masalah baru. LKC telah berevolusi menjadi sebuah model yang melibatkan partisipasi aktif seluruh masyarakat. Gambarannya, kaum miskin dapat berobat gratis sementara pembiayaan kesehatannya didanai oleh seluruh elemen masyarakat, mulai dari individu sampai perusahaan. Selain dana, masyarakat juga membantu dari berbagai sisi, seperti tenaga dengan menjadi relawan LKC.

Dengan model ini, besar biaya kesehatan per keluarga miskin yang ditanggung pun menjadi murah. Layanan Kesehatan Cuma-Cuma (LKC) merupakan lembaga non profit jejaring Dompet Dhuafa Republika khusus di bidang kesehatan yang melayani kaum dhuafa secara paripurna melalui pengelolaan dana sosial masyarakat (ZISWAF- Zakat, Infak, Sedekah dan wakaf) dan dana sosial perusahaan.3

B. Perkembangan LKC

Pada tahun 2001, LKC diresmikan oleh Bapak Wapres Hamzah Haz. LKC lahir sebagai kepedulian Dompet Dhuafa dalam membantu dhuafa dengan mengelola dana ZISWAF. LKC memeberikan layanan rawat jalan umum, gigi, spesialis, KIA, rawat inap, pendampingan rujukan, persalinan dan kegiatan aksi layan sehat. LKC turut membantu korban banjir besar di Jabodetabek pada Februari 2002.

2

Home LKC, yang diakses di http://www.lkc.or.id/index.php/tentang-kami pada tanggal 22 februari 2011, pukul 10.00.

3

Home LKC, yang diakses di http://www.lkc.or.id/index.php/tentang-kami pada tanggal 22 februari 2011, pukul 10.00.


(1)

Hasil wawancara Nama : pak wawan Pasien LKC

1. Apakah bapak/ibu sudah mendapat Bimbingan Rohani ? Ya saya pernah dapet .

2. Sudah berapa kali Ibu/Bapak mendapat Bimbingan Rohani ?

Sudah berapa ya kalau ga salah sih 3 kali, saya kan pertama dateng kesini paling masih dikasih obat aja belum dapet apa itu yang namanya

bimbingan rohani, pas waktu udah lumayan lama berobat disini saya kaget tiba-tiba ada ustadz dateng dan nanya nanya ke saya yasudah saya Cuma diem dan dengerin.

3. Berapa lama waktu Bimbingan Rohani?

Gatahu ya berapa lama 30 menit kayaknya lah. Tapi saya seneng ketika pak ustadz dateng dia mau dengerin cerita sama keluhan saya. Karena semenjak saya sakit jarang yang mau dengerin keluhan saya.

4. Bagaimana perasaan bapak setelah mendapat bimbingan ?

Setelah dapet bimbingan saya merasa lebih baik ya dan sadar akan dosa-dosa saya, heheh namanya udah tua jadi banyak dosa-dosa, saya juga merasa sejuk , tenang dah pokoknya.

5. Bagaimana cara bapak menyikapi sakit yang bapak rasakan ? Wah saya mah biasanya diem aja, abiz mau ngapain lagi saya juga

bingung, ya paling saya rasakan itu sakit biasanya kalo sudah minum obat saya diemin aja.

6. Apakah harapan Bapak/ibu setelah mendapat Bimbingan Rohani ? Ya pastinya saya pengin cepet sembuh ya, ga ada kan orang sakit terus menerus. Sama saya merasa lebih baik lagi daripada dulu.

7. Apakah bapak merasa lebih tenang setelah mendapat bimbingan rohani?

Yaa jujur saya merasa tenang ketika setelah dapet ceramah dari pak ustadz, rasanya itu tenang dan lumayan lah saya jadi tambah pengetahuan tentang agama saya

8. Bagaimana rasa sakit bapak apakah sedikit berkurang setelah mendapat bimbingan rohani?

Seperti yang saya bilang tadi saya merasa sedikit tenang dan tidak berfikir macem macem tentang penyakit saya, saya malah yakin kalau saya pasti bisa sembuh, yang penting berusaha dan berdoa itu bisa membantu saya untuk cepat sembuh.

9. Apakah ada perbedaan antara sebelum dan sesudah mendapat bimbingan?


(2)

mau ngerjain apa, sedangkan saya hanya terbaring di tempat tidur . yasudah saya Cuma diem saja saya juga bingung ketika mau

melaksanakan sholat harus gimana, tapi setelah dapet bimbingan saya diarahin gimana melaksanakan shalat ketika sakit dan cara berwudhu juga, alhamdulilah setelah itu saya mencoba mengisi waktu luang saya buat beribadah kepada Allah.

10.Apakah dengan Bimbingan Rohani Ibu/Bapak merasa lebih dekat kepada Allah?

Ya merasa dekat sii, kan sekarang ini saya memang mencoba untuk selalu beribadah kepada Allah, soalnya saya tahu Allah itu pasti akan

mengabulkan doa hambanya kalau kita dekat dengan Allah, makanya saya sekarang juga sedang mendekatkan diri kepada Allah.


(3)

Hasil wawancara Nama : bu yustinah

Pasien LKC (sakit lambung)

1. Apakah bapak/ibu sudah mendapat Bimbingan Rohani ?

Oh bimbingan rohani itu ya, ya saya sering saya kan aktif ikut pengajian saya ikut mullu setiap ada pengajian, memang lkc itu bagus sekali jadi setiap bulannya saya mengikuti pengajian yang diadakan lkc.

2. Sudah berapa kali Ibu/Bapak mendapat Bimbingan Rohani ? wah dah berapa kali ya, kalu yang pengajian sih udah sering, tapi kalau yang dirawat saya belum tahu tuh karena belum pernah juga kali ya, hehehehe

3. Berapa lama waktu Bimbingan Rohani?

Biasanya sih satu jam ya kalau dipengajian .. nanti kalo sudah selesai pengajian ada tanya jawab gitu ka, jadi misalnya yang kurang ngerti ditanyain gitu, biasanya juga setelah pengajian itu ada cek kesehatannnya. 4. Bagaimana perasaan bapak setelah mendapat bimbingan ?

Alhamdulillah ya setelah saya ikut pengajian ini saya merasa senang saya merasa lebih tambah pengetahuan yaaa, jadi ngerti giu mana yang baik dan mana yang tidak, pokoknya itu lebih percaya deh sama Allah.

5. Bagaimana cara bapak menyikapi sakit yang bapak rasakan ? Biasanya saya ke LKC terus dikasih obat, ya saya bisanya Cuma itu kan namanya kita sakit ya jadi ya kita juga harus berusaha biar sembuh

gimana, yaa untung ada LKC ini yang membantu saya. Pokoknya LKC itu bagus banget,semua layanan disini diberikan secara gratis semua.

6. Apakah harapan Bapak/ibu setelah mendapat Bimbingan Rohani ? Harapan saya sih ka biar jadi lebih baik lagi, sama itu ka saya menjadi lebih bersyukur ternyata ya ka masih banyak yang kurang beruntung. Tapi mang begini ya ka semuanya udah diatur sama Allah.

7. Apakah bapak merasa lebih tenang setelah mendapat bimbingan rohani?

Yaa kayak yang saya bilang tadi ka saya itu senang kalau dikasih

bimbingan rohani soalnya itu juga memotivasi saya untuk sembuh ka, kan kadang pak ustadnya sering ngeelasin tuh yang ada di alquran

8. Bagaimana rasa sakit bapak apakah sedikit berkurang setelah mendapat bimbingan rohani?

Ya saya tuh ka kalau sakit ga dirasain kecuali kalau pas kambuh yaa,,, setelah saya dapet bimbingan kan jadi lebih tenang dan lebih ngerti, jd ketika sakit saya kambuh saya coba dengan berdzikir, shalat minta sama Allah agar disembuhkan.


(4)

bimbingan?

Oh jelas ada itu, ini ya ka sebelum saya dapet bimbingan rohani saya itu orangnya suka marah, terus rada emosian apalagi kan saya sering sakit-sakitan kan, jadi bawaaannnya itu gimana gitu ka, tapi kalau setelah dapet bimbingan saya mah dah lebih sabar ka .. nerima cobaan ini ikhlas ka , ya namanya juga kita lagi diuji sama Allah ya ka.

10.Apakah dengan Bimbingan Rohani Ibu/Bapak merasa lebih dekat kepada Allah?

Alhamdulillah ka setelah dapet bimbingan rohani saya lebih ngerti tentang shalat, sama tentang ajaran agama yang betul itu gimana , kan soalnya itu ya ka pas pengajian bapaknya sering bilang terjemahan yang dari alquran itu ka jadi dia itu bacain terus dari situ saya ngerti kalu didalam islam itu memang benar ka. Jadi apa yang ada dialquran itu tidak salah .


(5)

Hasil wawancara Nama : herlan 15 tahun Pasien LKC (sakit Tumor)

1. Apakah kamu sudah mendapat Bimbingan Rohani ?

Ya saya sudah pernah mendapat bimbingan rohani pas waktu saya di LKC, saya didatengi oleh ustadz dan dia bilang kalau rasa sakit saya ini harus disyukuri.

2. Sudah berapa kali kamu mendapat Bimbingan Rohani ?

Sudah berapa kali ya kalau ga salah baru 2 kali saya dapet bimbingan rohani itu, waktu itu pas dua hari setelah saya berobat tiba tiba ada yang dateng ke kamar saya kemudian ngasih bimbingan rohani gitu, dijelasin soal shalat wudhu dan sebagainya.

3. Berapa lama waktu Bimbingan Rohani?

Biasanya sih ga lama ga sampe berjam-jam ya kalau misalnya pak ustadz udah ngasih arahan kemudian doain saya ya terus pak ustadz pulang, mungkin sekitar setengah jam an kali ya.

4. Bagaimana perasaan kamu setelah mendapat bimbingan ?

Perasaan saya sih awalnya biasa saja tapi lama kelamaan saya jadi sadar kalau yang ngasig kesembuhan itu kan Allah jadi kita hanya bisa berusaha dengan berobat, dan saya berterima kasih dengan LKC yang sudah mau membantu saya disini, semua biaya kan ditanggung sama LKC.

5. Bagaimana cara kamu menyikapi sakit yang kamu rasakan ?

Walaupun dengan kondisi seperti ini saya justru dapat menyebut nama Allah sebanyak mungkin untuk mengurangi rasa sakit saya

6. Apakah harapan kamu setelah mendapat Bimbingan Rohani ?

Harapan saya sih paztinya biar cepet sembuh dan bisa lebih dekat sama Allah karena saya masih banyak dosa.

7. Apakah bapak merasa lebih tenang setelah mendapat bimbingan rohani?

Yaa dengan adanya bimbingan rohani saya memang merasa tenang karena ustadz ngasih tahu saya ketika saya sedang merasa kesakitan ingatlah slalu sama Allah, minta tolong sama dia insyaAllah di ringankan sakitnya, seperti misalnya berdzikir atau apa deh yang bisa kita lakukan untuk mengingat Allah dan meminta kepadanya agar diberikan kesembuhan. 8. Bagaimana rasa sakit kamu apakah sedikit berkurang setelah

mendapat bimbingan rohani?

Ya saya merasakan sedikit berkurang ya, karena ketika saya sebut nama Allah saya merasa lebih tenang dan lebih pasrah, malah saya jadi lupa sama sakit saya.


(6)

bimbingan?

Yang saya rasakan sih ada ya dulu sebelum saya dapat bimbingan rohani saya Cuma diem aja, sesekali sambil melamun memikirkan masa depan saya gimana nasibnya, jadi saya bukannya tambah sembuh malah kepikiran yang enggak-enggak. Tapi setelah dapet bimbingan rohani saya merasa lebih mengerti lagi dan mencoba pasrah kepada Allah. Karena saya yakin semua ini kan pasti ada hikmahnya bagi keluarga saya dan saya sendiri

10.Apakah dengan Bimbingan Rohani kamu merasa lebih dekat kepada Allah?

Ya justru dengan keadaan saya seperti ini saya jadi selalu mengingat nama Allah, mulut saya selalu komat kamit mengucapkan nama Allah, dan saya lebih pasrah bahwa semuanya itu juga akan kembali kepadaNya.