GAYA HIDUP KAUM LESBIAN (Studi Deskriptif pada Komunitas Changkang Queer di Kota Medan).

(1)

GAYA HIDUP KAUM LESBIAN

(Studi Deskriptif pada Komunitas Changkang Queer di Kota Medan)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

OLEH : WIWIK PUJIATI

NIM. 3121122009

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ANTROPOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2016


(2)

(3)

(4)

(5)

ABSTRAK

Wiwik Pujiati, NIM : 3121122009, Gaya Hidup Kaum Lesbian (Studi Deskriptif Pada Komunitas Cangkang Queer di Kota Medan).

Penulisan ini bertujuan untuk menjabarkan latar belakang seseorang menjadi lesbian yang tergabung dalam komunitas Cangkang Queer di kota Medan, menjabarkan profil dari seorang lesbian, gaya hidup dari seorang, dan bagaimana perspektif masyarakat dengan adanya kaum lesbian ditengah-tengah masyarakat. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif mengenai kaum lesbiian yang tergabung dalam komunitas Cangkang Queer di kota Medan. Adapun kelima informan dalam penulisan ini adalah mereka yang tergolong sebagai anggota komunitas Cangkang Queer tersebut.

Hasil penelitian dilapangan menunjukan bahwa komunitas Cangkang Queer adalah salah satu komunitas yang dijadikan sebagai wadah para kaum LGBT di kota Medan. Komunitas Cangkang Queer tersebut dibentuk karena atas dasar perlindungan-perlindungan para kaum LGBT, atau dengan kata lain adalah HAM. Kelima informan dalam penulisan ini, penulis mendapatkan informasi bahwasannya kelima informan tersebut adalah mereka yang masih kuliah dan bekerja. Latar belakang mereka menjadi seorang lesbian adalah sebagian dari mereka ada yang mengatakan karena faktor given atau pemberian sang pencipta, salah satu informan mengatan bahwasannya menjadi seorang lesbiaan adalah faktor bawaan dari lahir. Selanjutnya sebagian dari mereka ada yang mengatakan bahwasannya faktor menjadi seorang lesbian adalah karna faktor keluarga, lingkungan, dan traumatis akibat pernah mendapat kekerasan pada pasangan heteroseksual sebelumnya. Penulisan ini menjabarkan bagaimana gaya hidup kaum lesbian. Sebagaimana gaya hidup tersebut dilihat dari beberapa aspek, diantaranya adalah cara berpakaian, teman interaksi, tempat bergaul, dan jenis aktivitas yang mereka lakukan. Hasil wawancara, penulis dapat menyimpulkan bahwasannya para kaum lesbian ini memiliki mode fashion atau cara berpakaian yang berbeda-beda, namun tetap memiliki satu pemikiran. Yakni harus menggunakan barang yang ber merk atau branded agar menunjukan siapa dan dikelas mana mereka berada dan hal ini juga bertujuan untuk menarik perhatian kaum lesbian lainnya. Kelima informan ini biasanya sering menghabiskan waktu dengan berkumpul di sekretariat komunitas Cangkang Queer. Hasil penelitian dilapangan, masih banyak masyarakat yang belum bisa menerima keberadaan kaum lesbian tersebut. Sebagian dari masyarakat masih menganggap lesbian adalah suatu keanehan, suatu penyakit dan suatu kelainan jiwa. Lebih parahnya lagi, masyarakat menganggap bahwasannya kaum lesbian adalah kaum pendosa. Akan tetapi tidak semua masyarakat berpendapat demikian. Ada terdapat beberapa masyarakat yang menganggap para kaum lesbian ini hal yang biasa saja. Masyarakat beranggapan jika mereka tidak mengganggu kenapa kita harus menganggu mereka.


(6)

i

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi rabbil „alamin, puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat

Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi dengan judul “Gaya Hidup Kaum Lesbian (Studi Deskriptif pada Komunitas Cangkang Queer di Kota Medan”. Penulisan skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Program Studi Pendidikan Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd sebagai Rektor Universitas Negeri Medan.

2. Ibu Dra. Nurmala Berutu M.Pd sebagai Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan.

3. Ibu Dra. Puspitawati, M.Si sebagai Ketua Prodi Pendidikan Antropologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan, beserta seluruh dosen Prodi Pendidikan Antropologi yang telah membekali ilmu pengetahuan kepada penulis selama masa perkuliahan

4. Ibu Supsiloani, M.Si sebagai Dosen Pembimbing Skripsi, terima kasih atas waktu, saran, kontribusi, dan bantuan ibu dalam penulisan skripsi ini yang sangat berarti bagi penulis. Beliau selalu meluangkan waktunya kapan dan dimana saja untuk memberikan motivasi terhadap penulis, bahkan tidak


(7)

ii

sungkan-sungkan menegur penulis agar segera menyelesaikan penulisan skripsi ini dan beliau selalu dierepotkan oleh penulis, bahkan di hari libur perkuliahan sekalipun.

5. Bapak Drs, Payerli Pasaribu M.Si sebagai Dosen Pembimbing Akademik sekaligus dosen penguji dalam skripsi ini, terima kasih atas arahan, masukan, bimbingan, dan bantuan yang ibu berikan selama ini kepada penulis.

6. Ibu Sulian Ekomila, S.Sos,. MSP dan ibu Dr. Rosramdhana, M.Si selaku dosen penguji bebas, penulis ucapkan banyak terima kasih untuk kritikan dan masukan yang sangat berharga yang telah diberikan kepada penulis.

7. Kak Ayu Febriyani, M.Sos. sebagai staff Prodi Pendidikan Antropologi FIS UNIMED. Staff tapi rasa saudara, rasa kakak kandung bagi penulis.Sebab telah banyak meringankan langkah penulis untuk menyelesaikan penulisan ini, baik memberikan masukan atas tulisan penulis dan membantu kemudahan penulis dalam hal memenuhi persyaratan berkas yang harus dipenuhi penulis. 8. Seluruh Pegawai dan Staff Fakultas Ilmu Sosial, terkhusus Prodi Pendidikan

Antropologi yang telah banyak membantu penulis dalam administrasi perkuliahan.

9. Kedua orang tua penulis, Bapak Warsono dan Ibu Sugestina Tarigan yang selalu memberikan kasih sayang, mendoakan, memotivasi, mendidik dan mengajari, serta selalu memberi dukungan baik moril maupun materil sehingga penulis dapan menyelesaikan skripsi ini dengan baik.


(8)

iii

10.Abang dan adik kandung penulis yaitu Selamat Riyando dan Tri Apriani. S.Kep, dan seluruh keluarga yang selalu mendoakan, memberikan kasih sayang, dukungan dan motivasi kepada penulis agar dapat menyelesaikan skripsi ini.

11.Sahabat terkasih. Sahabat rasa saudara, LOVABLE ANGELS dan LOVABLE EVENT ORGANIZER MEDAN. Juhariah Utari Siregar, S.Pd, Raras Yudira, S.Pd, Purnama Sari, S.Pd, Iis Soleha, S.Pd, Nurcahayanta Manullang, S.Pd dan Amanda Dian Sucia, S.Pd. Terimakasih untuk selama beberapa tahun ini sudah menjadi selayaknya kakak dan adik kandung bagi penulis. Terimakasih untuk persahabatan yang rasa saudara ini.

12.Gadis Anastasia, S.Pd. terimakasih sudah selalu menghantui penulis. Sehingga penulis semakin termotivasi untuk melakukan penulisan skripsi ini. Terimasih untuk bawelnya.

13.Teman-teman Stambuk 2012 pendidikan antropologi fis unimed yang telah begitu banyak membantu penulis dalam masa perkuliahan ini.

14.Kelurga besar gang senggol posko nanas, PPLT SMA Muhammadiyah 8 Kisaran. Echa Areza Hasibuan, S.Pd, Fitri Yani, S.Pd, Siska Yanti S.Pd, Rudi Tarnando, M.Pd, Rhindra Pahlawan, S.Pd dan Suhadi Witana, M.Pd serta siswa-siswa MU yang luar biasa gilaknya.

15.Kelurga besar komunitas Cangkang Queer kota Medan yang dengan senang hati menerima dan memberikan izin bagi penulis untuk melakukan penelitian, yang telah membantu penulis dalam penelitian.


(9)

iv

Sekali lagi penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang ada di atas.Semoga Allah SWT membalas dengan hal yang lebih baik lagi, Amin.Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Agustus 2016 Penulis

Wiwik Pujiati NIM. 3121122009


(10)

i DAFTAR ISI

Halaman

Abstrak ... i

Kata Pengantar ... ii

Daftar Isi ... ii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1.Latar Belakang Masalah ... 1

1.2.Identifikasi Masalah ... 4

1.3.Pembatasan Masalah ... 5

1.4.Rumusan Masalah ... 5

1.5. Tujuan Masalah ... 5

1.6. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI ... 7

2.1.Penelitian Yang Relevan ... 8

2.2. Kerangka Teori ... 10

2.2.1. Teori Gaya Hidup ... 10

2.2.1. Teori Simbol ... 11

2.2.2.Teori Seksualitas ... 14

2.3. Kerangka Konseptual ... 15

2.3.1. Komunitas. ... 15

2.3.2. Homoseksualitas ... 17

2.3.3.Queer dan Performatitas ... 21

2.3.4. Persepsi Masyarakat………... 23

2.4. Kerangka Berpikir ... 24

BAB III METODE PENELITIAN ... 26

3.1. Metode Penelitian ... 26


(11)

ii

3.2.1. Subjek Penelitian ... 26

3.2.2. Objek Penelitian ... 27

` 3.2.3. Pemilihan Informan ... 28

3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 29

3.4.1. Observasi ... 29

3.4.2. Wawancara ... 30

3.4.3. Dokumentasi ... 31

3.5. Teknik AnalisisData ... 31

BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 33

4.1.Hasil Penelitian ... 33

4.1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 33

4.1.2. Profil ... 34

4.1.3.Gaya Hidup Kaum Lesbian ... 58

4.1.3.1. Cara Berpakaian ... 58

4.1.3.2. Tempat Bergaul ... 60

4.1.3.3. Teman Interaksi ... 62

4.1.3.4. Jenis Aktivitas ... 66

4.2. Pembahasan ... 71

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ... 80

5.1. Kesimpulan ... 80

5.2. Saran ... 81 DAFTAR PUSTAKA


(12)

BAB I

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

Pada hakekatnya seorang individu tidak menginginkan adanya perbedaan ataupun kelainan pada dirinya, baik itu kelainan fisik maupun mental. Seorang individu yang sudah tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang dewasa akan mengalami perasaan suka ataupun jatuh cinta terhadap individu lainnya. Jika seseorang sudah beranjak dewasa maka perasaan-perasaan suka yang berlebihan terhadap lawan jeninya akan muncul.

Seorang individu yang terlahir di muka bumi ini mengharapkan tidak ada kelainan pada dirinya, tak terkecuali pada kelainan persoalan cinta diatas tersebut. Namun kenyataannya saat ini banyak ditemukan fenomena-fenomena yang dianggap tidak biasa oleh masyarakat umum, yakni fenomena pecinta sesama jenis kelamin atau LGBT (Lesbi, Gay, Biseksual, Transgender/Transeksual). Penulisan ini secara khusus mengkaji salah satu jenis dari orientasi seksual tersebut yakni kaum lesbian.

Lesbian merupakan cinta dari seorang individu yang berjenis kelamin perempuan yang mencintai ataupun menyukai sesama jenis kelaminnya, yakni perempuan juga. Pada umumnya masyarakat selalu beranggapan bahwa seorang perempuan yang berpenampilan seperti laki–laki atau tomboy biasanya adalah seorang lesbi. Akan tetapi, menurut pemahaman penulis tidak semua perempuan yang berpenampilan tomboy itu adalah merupakan lesbi. Tidak semua wanita yang berpenampilan tomboy menjalin hubungan dengan sesama jenis. Tomboy akan tampak pada diri seorang perempuan yang lebih maskulin atau memiliki ciri-ciri kelaki-lakian baik secara biologis maupun psikologinya.

Homoseksualitas dikalangan wanita disebut cinta lesbis atau lesbianisme. Pada prosesnya, lesbianisme memang terkadang biasanya diperankan oleh pasangan wanita dengan


(13)

penampilan tomboy dan perempuan dengan sisi feminimnya. Lesbian juga tidak hanya tampak pada perempuan yang berpenampilan tomboy, tetapi juga dapat tampak seperti seorang perempuan semodis model iklan di televisi, dengan pakaian serba minim dan modis serta gerak gerik serba feminin.

Adapun hasil wawancara awal penulis terkait sejarah singkatnya terbentuknya komunitas Cangkang Queer. Terbentuknya komunitas Cangkang Queer diawali oleh HAM bagi seluruh manusia, termasuk LGBT yang kemudian beberapa anak muda mendirikan komunitas Cangkang Queer. Komunitas Cangkang Queer memiliki anggota yang berorientasi seksual LGBT yang diberikan pendidikan, penguatan dan bantuan hukum bagi yang membutuhkan. Cangkang Queer didirikan oleh beberapa anak muda Medan, yang sebagaian besar mahasiswa pada saat itu. Tepatnya, 10 februari 2012. Beberapa pendiri Cangkang Queer ini adalah pernah mendapatkan pelatihan tentang keberagaman, diperkuat dengan pemahaman tentang keberagaman dari mata kuliah yang diajarkan di kampus, yakni pada mata kuliah antropologi gender, multikulturalisme. Pada saat itu, pendiri Cangkang Queer melihat bahwa pembicaraan keberagaman di berbagai pelatihan, diskusi, seminar bahkan kampus masih sangat normatif. Pembahasannya hanya seputar keberagaman agama, suku, ras dan jenis kelamin. Sedangkan, keberagaman seksualitas khususnya orientasi seksual, identitas gender dan ekspresi gender tidak pernah diperbincangkan. Hal ini membuat calon pendiri Cangkang Queer bersepakat mendirikan sebuah organisasi yang focus untuk isu-isu keberagaman seksualitas, dengan pendekatan kajian orientasi seksual, identitas gender dan ekspresi gender dalam istilah gerakan dikenal dengan SOGIE (Sexual Orientation, Gender Identity end Expression). Pada faktanya pendiri Cangkang Queer tidak semuanya adalah kelompok LGBT. terdapat 6 orang pendiri, 3 orang adalah heteroseksual.

Kota Medan merupakan salah satu kota dimana terdapat sebuah komunitas yang menjadi wadah untuk berkumpulnya para lesbian, yaitu komunitas Cangkang Queer. Berdasarkan


(14)

hasil wawancara awal penulis, tidak hanya lesbian saja, tetapi di dalam komunitas tersebut terdapat pula para kaum Gay, Biseksual, dan Transgender. Berdasarkan wawancara awal penulis, komunitas Cangkang Queer memiliki anggota sebanya 18 orang. Presentase dari angka tersebut lebih banyak yang mengarah ke orientasi seksual lesbian. Terdiri dari 5 orang lesbian dan selebihnya berorientasi seksual pada Gay, Biseksual, dan Transgender. Mereka membentuk komunitas yang didalamnya berkumpul para pencinta sesama jenis kelamin dalam hal ini perempuan pencinta perempuan.

Orang-orang yang tergabung di dalam komunitas Cangkang Queer adalah pendukung HAM yang juga berasal dari kalangan heteroseksual. Mereka adalah orang–orang yang juga memperjuangkan secara HAM hak-hak lesbian, gay, biseksual dan transgender. Sebab mereka melihat kondisi homoseksual yang rentan dengan diskriminasi dan kekerasan yang dialami oleh Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender, maka dibentuklah organisasi yang melindungi kaum Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender tersebut.

Hasil pengamatan awal penulis, kehidupan sosial komunitas Cangkang Queer dalam melaksanakan fungsi sosialnya hidup selaras dan harmonis tidak bermusuhan dan penuh rasa kebersamaan sesama anggota masyarakat yang lainnya untuk melaksanakan fungsi sosial komunitasnya.

Adanya fenomena lesbian dan komunitas Cangkang Queer membuat penulis untuk menelisik lebih dalam lagi bagaimana kehidupan sosial kaum lesbi yang sesungguhnya dan seperti apapula komunitas Cangkang Queer yang menjadi wadah kaum lesbian ini. Penulisan ini guna untuk mengetahui seperti apa dan kegiatan yang bagaimana yang dilakukan komunitas Cangkang Queer tersebut dalam hal perlindungan pada kaum lesbian dan pensejahteraan bagi kaum lesbian.


(15)

Melalui pertimbangan-pertimbangan diatas, penulis sangat tertarik dalam melakukan penulisan tentang “Gaya Hidup Kaum Lesbian (Study Deskriptif pada Komunitas Cangkang Queer di Kota Medan)” untuk diteliti, serta memperlihatkan bagaimana gaya hidup kaum lesbian secara mendalam tanpa bermaksud sedikitpun menghakimi gaya hidup mereka benar atau salah.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latarbelakang permasalahan yang dialami oleh kaum lesbian di dalam kehidupan sosial di masyarakat dapat diidentifikasi sebagai berikut :

1. Profil kaum lesbian yang tergabung dalam komunitas Cangkang Queer di kota Medan

2. Gaya Hidup kaum lesbian yang tergabung dalam komunitas Cangkang Queer di kota Medan

3. Perspektif Masyarakat terkait adanya kaum lesbian dan komunitas LGBT di kota Medan

4. Hal-hal yang melatarbelakangi terbentuknya komunitas Changkang Queer di kota Medan

5. Lesbian dilingkungan keluarga

1.3. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang ada, maka dalam penelitian ini perlu adanya pembatasan masalah yaitu Gaya Hidup Kaum Lesbian di Kota Medan (Studi Deskriftif Pada Komunitas Cangkang Quer Di Kota Medan).

1.4. Rumusan Masalah


(16)

2. Bagaimana gaya hidup kaum lesbian yang tergabung dalam komunitas Cangkang Queer?

3. Bagaimana persepsi masyarakat terhadap kaum lesbian dan dengan adanya komunitas Cangkang Queer di kota Medan?

1.5. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui bagaimana profil kaum lesbian yang tergabung dalam komunitas Cangkang Queer

2. Untuk mengetahui bagaimana gaya hidup kaum lesbian yang tergabung dalam komunitas Cangkang Queer.

3. Untuk mengetahui seperti apa persepsi masayarakat mengenai adanya fenomena lesbian.

1.6. Manfaat Penelitian

Secara teoritis, manfaat penelitian ini adalah memberi pengetahuan dan wawasan kepada pembaca mengenai gaya hidip kaum lesbian yang tergabung pada komunitas Cangkang Queer di kota Medan.

Secara praktis, manfaat penelitian ini adalah :

1. Bagi peneliti, penelitian ini akan memberi kepuasan tersendiri bagi penelitian yang selama ini merasa ingin tahu dan ingin mengungkap gaya hidup kaum lesbian dan akan juga menambah wawasan peneliti terkait isu LGBT.

2. Bagi Jurusan Pendidikan Antropologi hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sebuah penelitian yang memperkaya khasanah keilmuan di bidang Antropologi dalam memahami kehidupan sosial dari seorang lesbian dan dapat menambah


(17)

bahan refrensi untuk penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan kaum lesbian.

3. Bagi masyarakat, penelitian ini dapat digunakan untuk memberikan gambaran tentang profil kaum lesbian dan gaya hidup kaum lesbian dengan masyarakat, sehingga kaum lesbian tidak di pandang sebelah mata. Melainkan masyarakat dapat menerima keberadaan mereka dengan sikap yang positif dan memberi kesempatan untuk menjalin relasi sosial dengan masyarakat.

4. Bagi pemerintah, penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai acuan dan pedoman dalam membentuk kebijakan yang berkaitan dengan homoseksual, khususnya lesbian.


(18)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan

1. Dari kelima informan yakni AM beurusia 28 tahun, RP berusia 25 tahun, MK berusia 29 tahun, RS berusia 23 tahun, dan PK berusia 23 tahun. Mereka diantaranya berjenis lesbian Butch dan fame. Selanjutnya sebagian dari mereka ada yang bekerja dan masih ada juga yang kuliah. Kelima informan, sebagaimana dituturkan mereka bahwasannya latar belakang mereka menjadi seorang lesbian adalah faktor keluarga, lingkungan, dan pernah tersakiti oleh pasangan lawan jenisnya. Akan tetapi sebagian dari mereka mengungkapkan bahwasannya lesbian merupakan naluriah dan pemberian atau dengan kata lain Lesbian merupakan faktor bawaan lahir.

2. Gaya hidup kaum lesbian dapat dilihat dari cara berpakaian, teman interaksi, tempat aktivitas dan jenis aktivitas. Kehidupan mereka dipenuhi dengan rasa persaingan. Diketahui penulis bahwasannya diantara mereka berlomba-lomba ingin berpenampilan menarik dengan menggunakan barang yang ber merk. Hal tersebut dilakukan untuk menarik simpati lesbian lainnya. Setiap jenis lesbian seperti Butch dan Fame memiliki gya hidup yang berbeda, misalnya saja dalam perihal berpakaian. Pada jenis butch lebih sering berpenampilan selayaknya seorang laki-laki. Mereka lebih sering menggunakan celana dan menggunakan kaos oblong serta menggunakan aksesoris yang diapakai pada anak laki-laki pada umumnya. Selanjtunya, lesbian kategori Fame lebih sering berpenampilan selayaknya perempuan feminim pada umumnya. Misalnya menggunakan rok mini yang dipadukan dengan kaos ketak, serta menggunakan aksesoris-aksesoris perempuan pada umumnya. Kelima informan tersebeut memiliki aktivitas yang berbeda-beda. Ada yang bekerja, kuliah dan lain


(19)

sebagainya. Selanjutnya kelima informan tersebut menjadikan sekretariat komunitas Cangkang Queer menjadi tempat dimana mereka bertemu, begaul, berinteraksi, dan saling tukar informasi.

3. Melihat kondisi dilapangan masih banyak masyarakat yang belum dapat menerima keberadaan mereka, kebanyakan dari masyarakat beranggapan bahwa kaum lesbian adalah kaum para pendosa. Akan tetapi sebahagian juga sudah ada yang sudah dapat menerima keberadaan mereka. Sebagian dari masyarakat ini menganggap biasa-biasa saja akan kehadiran kaum lesbian ditengah masyarakat. Sebenarnya para kaum lesbian ini tidak menuntut diakui, akan tetapi tidak diusik saja hidup mereka itu sudah sangat membantu.

5.2. Saran

1. Bagi pemerintah, seharusnya memberi perhatian terhadap kaum LGBT, khususnya kaum homoseksual perempuan yakni Lesbian. Terkait dengan perlindungan mereka atau HAM ataupun diskriminasi yang mereka alami. Sebab mereka juga bagian dari warga negara kita.

2. Bagi masyarakat, sebagai masyarakat jangan lah kita mengusik kehidupan kaum lesbian.Dan mulailah membuka pemikiran kita dengan menerima adanya keberadaan kaum lesbian ditengah-tengah masyarakat kita tanpa harus menghakimin benar atau salah gaya hidup yang mereka miliki.

3. Bagi kaum Lesbian, ketika masyarakat dan pemerintah menerima keberadaan kaum LGBT, khusunya kaum lesbian. Bersedialah untuk menjalin kerja sama dengan baik dan tetaplah memberikan subangsi positif untuk negeri ini. Terus berkarya dan memiliki jiwa nasionalisme yang tinggi. Semangat perjuangan harus terus berkobar, eksis terus dalam diskusi isu-isu kekerasan dan ketidak adilan.


(20)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Irwan. (2006). Kontruksidan Reproduksi Kebudayaan.Penerbit: Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Ardhanary Institute. 2007. Prinsip-Prinsip Yogyakarta. Ditranslate dan diterbitkan oleh Ardhanary Institute.

Awan, 2006.Life Style, diakses padat anggal 20 Juni 2061.http://www.defenisigaya-hidup.html.

Bimo Walgito. (1994). Psikologi Sosial Suatu Pengantar. Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM.

Bourdieu, Pierre. (2006). Resistensi gaya hidup. Jakarta : Universitas Indonesia.

Brooks GF, Butel JS, Morse SA. (2005). Mikrobiologi kedokteran. Alih Bahasa. Mudihardi E, Kuntaman,WasitoEB et al. Jakarta: Salemba Medika.

Budiman, Hikmat. (2002). Gaya hidup. Jakarta.

Chaney, David. 2003. Lifestyle. Jakarta : PT Raja Garfindo Persada. Craib Ian. 1992. Teori-teori Sosial Modern, Jakarta: bumi askara.

Desmita, 2009. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung:PT. Remaja Rosada Karya Erwin J, Skripsiadi. 2005. Pendidikan Dasar Seks untuk anak. CUSIOTISA. Perpustakaan

Nasional.

George ritzer dan Douglas J. Goodman. 2004.Teori Sosiologi Modern, Jakarta: Kencana. Horton, Paul B and Hunt. Chester. L. (1999). Sosiologi. Jilid Dua. Jakarta: Gelora Aksara Pratama.

Iskandar, Jusman dan Nitamiharjo, Caroline (1978). Penelitian Pekerjaan Sosial. Bandung: PKM Al-Ikhsan.

Kaelan. H. 2012, Metode Penelitian Kualitatif Interdisipliner, Yogyakarta : Paradigma Kamus Besar Bahasa Indonesia, op. Cit, hlm. 672.

Kartini, Kartono, & Dali Gulo. 2000. “Kamus Psikologi”. Bandung: Pionir Jaya.

Mac Iver, R. M. & Charles H. 1961. Society An Introducing Analysis. London : Macmilan & co ltd.

Marcing, Soe Tan & Blackwood, Evelyn dkk. (2013). Mendengar Suara Lesbian Indonesia. Diterbitkan oleh Ardhanary Institute atas dukungan HIVOS ROSEA.

Moleong L.J. 2006, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : PT. Remaja Rosda Karya Muhadjir, Noeng. 2011. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Rake Sarasin.


(21)

Pangkahila, Wimpie,Prof.Dr.dr. 2001. Seks yang Indah. Jakarta: Penerbit buku kompas. Ritzer, George. (2007). Teori Sosiologi Modern. Jakarta : Kencana Prenada Media Group. Santoso, Edi & Setiansah, Mite 2010 Teori Komunikasi: Yogyakarta: Graha Ilmu Griffin,

Emory A. 2003. A First Look at Communication Theory, 5th edition, New York: McGraw-Hill.

Sarwono, Sarlito W. (2012). Psikologi Remaja. Penerbit: Raja Grafindo Persada, Jakarta. Schutz, Alfred. 1970. On Phenomenologi And Social Relation. Chichago : The University Of

Chicago Press.

Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta.

Soekarno, Soerjono. 2001. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : PT. Raja Grafindo. Soekanto, Soerjono. (2007). Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Rajawali Press. Spradley.P.James (2007), Metode Etnografi, yogyakarta : Tiara Kencana.

Sugiono.2012. Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif dan R & D,Bandung : Alfa beta. Sunarto, Kamanto, 2004. Pengantar Sosiologi, Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas

Ekonomi Universitas Indonesia.

Supardi dan Sadarjoen, S. (2001). Seksual perempuan : Suatu pendekatan psikoanalisa. Jurnal Psikologi.

Sutopo. H.B. 2006, Metodologi Penelitian Kualitatif, Surakarta: Universitas Sebelas Maret. Syarif, Kemali. 2013. Perkembangan Peserta Didik. Medan : Unimed Press.

Talyor, Steven J Bodgan Robert (1984) Introduction to Qualitative Research Methods: The Search Of Meaning. New York: A Wiley Interscience Publication John Wiley & Sans, Inc.

Tan, K.H. (1998). Dasar-Dasar Kimia Tanah. Cetakan Kelima. Terjemahan D.H. Goenadi. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.


(22)

Willi, Wijaya. 2006. Kamus Lengkap Inggris Indonesia, Indonesia Inggris. Widya Karya: Semarang.

Sumber Internet :

http://si.uns.ac.id/profil/uploadpublikasi/Essay/1462758211501.pdf 09/05/2016. Diakses pada tanggal 28 April 2016.

http://eprints.uny.ac.id/22570/18/Z.RINGKASAN%20SKRIPSI%20DIVERSITAS.pdf. Diakses pada tanggal 28 April 2016.


(1)

bahan refrensi untuk penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan kaum lesbian.

3. Bagi masyarakat, penelitian ini dapat digunakan untuk memberikan gambaran tentang profil kaum lesbian dan gaya hidup kaum lesbian dengan masyarakat, sehingga kaum lesbian tidak di pandang sebelah mata. Melainkan masyarakat dapat menerima keberadaan mereka dengan sikap yang positif dan memberi kesempatan untuk menjalin relasi sosial dengan masyarakat.

4. Bagi pemerintah, penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai acuan dan pedoman dalam membentuk kebijakan yang berkaitan dengan homoseksual, khususnya lesbian.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Dari kelima informan yakni AM beurusia 28 tahun, RP berusia 25 tahun, MK berusia 29 tahun, RS berusia 23 tahun, dan PK berusia 23 tahun. Mereka diantaranya berjenis lesbian Butch dan fame. Selanjutnya sebagian dari mereka ada yang bekerja dan masih ada juga yang kuliah. Kelima informan, sebagaimana dituturkan mereka bahwasannya latar belakang mereka menjadi seorang lesbian adalah faktor keluarga, lingkungan, dan pernah tersakiti oleh pasangan lawan jenisnya. Akan tetapi sebagian dari mereka mengungkapkan bahwasannya lesbian merupakan naluriah dan pemberian atau dengan kata lain Lesbian merupakan faktor bawaan lahir.

2. Gaya hidup kaum lesbian dapat dilihat dari cara berpakaian, teman interaksi, tempat aktivitas dan jenis aktivitas. Kehidupan mereka dipenuhi dengan rasa persaingan. Diketahui penulis bahwasannya diantara mereka berlomba-lomba ingin berpenampilan menarik dengan menggunakan barang yang ber merk. Hal tersebut dilakukan untuk menarik simpati lesbian lainnya. Setiap jenis lesbian seperti Butch dan Fame memiliki gya hidup yang berbeda, misalnya saja dalam perihal berpakaian. Pada jenis butch lebih sering berpenampilan selayaknya seorang laki-laki. Mereka lebih sering menggunakan celana dan menggunakan kaos oblong serta menggunakan aksesoris yang diapakai pada anak laki-laki pada umumnya. Selanjtunya, lesbian kategori Fame lebih sering berpenampilan selayaknya perempuan feminim pada umumnya. Misalnya menggunakan rok mini yang dipadukan dengan kaos ketak, serta menggunakan aksesoris-aksesoris perempuan pada umumnya. Kelima informan tersebeut memiliki aktivitas yang berbeda-beda. Ada yang bekerja, kuliah dan lain


(3)

sebagainya. Selanjutnya kelima informan tersebut menjadikan sekretariat komunitas Cangkang Queer menjadi tempat dimana mereka bertemu, begaul, berinteraksi, dan saling tukar informasi.

3. Melihat kondisi dilapangan masih banyak masyarakat yang belum dapat menerima keberadaan mereka, kebanyakan dari masyarakat beranggapan bahwa kaum lesbian adalah kaum para pendosa. Akan tetapi sebahagian juga sudah ada yang sudah dapat menerima keberadaan mereka. Sebagian dari masyarakat ini menganggap biasa-biasa saja akan kehadiran kaum lesbian ditengah masyarakat. Sebenarnya para kaum lesbian ini tidak menuntut diakui, akan tetapi tidak diusik saja hidup mereka itu sudah sangat membantu.

5.2. Saran

1. Bagi pemerintah, seharusnya memberi perhatian terhadap kaum LGBT, khususnya kaum homoseksual perempuan yakni Lesbian. Terkait dengan perlindungan mereka atau HAM ataupun diskriminasi yang mereka alami. Sebab mereka juga bagian dari warga negara kita.

2. Bagi masyarakat, sebagai masyarakat jangan lah kita mengusik kehidupan kaum lesbian.Dan mulailah membuka pemikiran kita dengan menerima adanya keberadaan kaum lesbian ditengah-tengah masyarakat kita tanpa harus menghakimin benar atau salah gaya hidup yang mereka miliki.

3. Bagi kaum Lesbian, ketika masyarakat dan pemerintah menerima keberadaan kaum LGBT, khusunya kaum lesbian. Bersedialah untuk menjalin kerja sama dengan baik dan tetaplah memberikan subangsi positif untuk negeri ini. Terus berkarya dan memiliki jiwa nasionalisme yang tinggi. Semangat perjuangan harus terus berkobar, eksis terus dalam diskusi isu-isu kekerasan dan ketidak adilan.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Irwan. (2006). Kontruksidan Reproduksi Kebudayaan.Penerbit: Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Ardhanary Institute. 2007. Prinsip-Prinsip Yogyakarta. Ditranslate dan diterbitkan oleh Ardhanary Institute.

Awan, 2006.Life Style, diakses padat anggal 20 Juni 2061.http://www.defenisigaya-hidup.html.

Bimo Walgito. (1994). Psikologi Sosial Suatu Pengantar. Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM.

Bourdieu, Pierre. (2006). Resistensi gaya hidup. Jakarta : Universitas Indonesia.

Brooks GF, Butel JS, Morse SA. (2005). Mikrobiologi kedokteran. Alih Bahasa. Mudihardi E, Kuntaman,WasitoEB et al. Jakarta: Salemba Medika.

Budiman, Hikmat. (2002). Gaya hidup. Jakarta.

Chaney, David. 2003. Lifestyle. Jakarta : PT Raja Garfindo Persada. Craib Ian. 1992. Teori-teori Sosial Modern, Jakarta: bumi askara.

Desmita, 2009. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung:PT. Remaja Rosada Karya Erwin J, Skripsiadi. 2005. Pendidikan Dasar Seks untuk anak. CUSIOTISA. Perpustakaan

Nasional.

George ritzer dan Douglas J. Goodman. 2004.Teori Sosiologi Modern, Jakarta: Kencana. Horton, Paul B and Hunt. Chester. L. (1999). Sosiologi. Jilid Dua. Jakarta: Gelora Aksara Pratama.

Iskandar, Jusman dan Nitamiharjo, Caroline (1978). Penelitian Pekerjaan Sosial. Bandung: PKM Al-Ikhsan.

Kaelan. H. 2012, Metode Penelitian Kualitatif Interdisipliner, Yogyakarta : Paradigma Kamus Besar Bahasa Indonesia, op. Cit, hlm. 672.

Kartini, Kartono, & Dali Gulo. 2000. “Kamus Psikologi”. Bandung: Pionir Jaya.

Mac Iver, R. M. & Charles H. 1961. Society An Introducing Analysis. London : Macmilan & co ltd.

Marcing, Soe Tan & Blackwood, Evelyn dkk. (2013). Mendengar Suara Lesbian Indonesia. Diterbitkan oleh Ardhanary Institute atas dukungan HIVOS ROSEA.

Moleong L.J. 2006, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : PT. Remaja Rosda Karya Muhadjir, Noeng. 2011. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Rake Sarasin.


(5)

Pangkahila, Wimpie,Prof.Dr.dr. 2001. Seks yang Indah. Jakarta: Penerbit buku kompas. Ritzer, George. (2007). Teori Sosiologi Modern. Jakarta : Kencana Prenada Media Group. Santoso, Edi & Setiansah, Mite 2010 Teori Komunikasi: Yogyakarta: Graha Ilmu Griffin,

Emory A. 2003. A First Look at Communication Theory, 5th edition, New York: McGraw-Hill.

Sarwono, Sarlito W. (2012). Psikologi Remaja. Penerbit: Raja Grafindo Persada, Jakarta. Schutz, Alfred. 1970. On Phenomenologi And Social Relation. Chichago : The University Of

Chicago Press.

Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta.

Soekarno, Soerjono. 2001. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : PT. Raja Grafindo. Soekanto, Soerjono. (2007). Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Rajawali Press. Spradley.P.James (2007), Metode Etnografi, yogyakarta : Tiara Kencana.

Sugiono.2012. Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif dan R & D,Bandung : Alfa beta. Sunarto, Kamanto, 2004. Pengantar Sosiologi, Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas

Ekonomi Universitas Indonesia.

Supardi dan Sadarjoen, S. (2001). Seksual perempuan : Suatu pendekatan psikoanalisa. Jurnal Psikologi.

Sutopo. H.B. 2006, Metodologi Penelitian Kualitatif, Surakarta: Universitas Sebelas Maret. Syarif, Kemali. 2013. Perkembangan Peserta Didik. Medan : Unimed Press.

Talyor, Steven J Bodgan Robert (1984) Introduction to Qualitative Research Methods: The Search Of Meaning. New York: A Wiley Interscience Publication John Wiley & Sans, Inc.

Tan, K.H. (1998). Dasar-Dasar Kimia Tanah. Cetakan Kelima. Terjemahan D.H. Goenadi. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.


(6)

Willi, Wijaya. 2006. Kamus Lengkap Inggris Indonesia, Indonesia Inggris. Widya Karya: Semarang.

Sumber Internet :

http://si.uns.ac.id/profil/uploadpublikasi/Essay/1462758211501.pdf 09/05/2016. Diakses pada tanggal 28 April 2016.

http://eprints.uny.ac.id/22570/18/Z.RINGKASAN%20SKRIPSI%20DIVERSITAS.pdf. Diakses pada tanggal 28 April 2016.


Dokumen yang terkait

Komunikasi Nonverbal Pada Lesbian (Studi Deskriptif Pada Organisasi Cangkang Queer Medan

6 94 104

Gaya Hidup Konsumtif Perempuan Kota Muda Single Bekerja (Studi Deskriptif Di Kalangan Perempuan Bekerja Di Komplek TASBI, Kel. Tanjung Rejo, Kec. Medan Sunggal)

6 138 119

Interaksi Kaum Lesbian dan Jurnalis dalam Pemberitaan Mengenai Lesbian di Tribun Jogja.com Interaksi Kaum Lesbian dan Jurnalis dalam Pemberitaan Mengenai Lesbian di Tribun Jogja.com (Studi Deskriptif Kualitatif Mengenai Interaksi Kaum Lesbian dan Jurnali

0 3 15

Pendahuluan Interaksi Kaum Lesbian dan Jurnalis dalam Pemberitaan Mengenai Lesbian di Tribun Jogja.com (Studi Deskriptif Kualitatif Mengenai Interaksi Kaum Lesbian dan Jurnalis dalam Pemberitaan Kaum Lesbian di Tribun Jogja.com).

0 5 43

Deskripsi Objek Penelitian Interaksi Kaum Lesbian dan Jurnalis dalam Pemberitaan Mengenai Lesbian di Tribun Jogja.com (Studi Deskriptif Kualitatif Mengenai Interaksi Kaum Lesbian dan Jurnalis dalam Pemberitaan Kaum Lesbian di Tribun Jogja.com).

0 4 19

KESIMPULAN & SARAN Interaksi Kaum Lesbian dan Jurnalis dalam Pemberitaan Mengenai Lesbian di Tribun Jogja.com (Studi Deskriptif Kualitatif Mengenai Interaksi Kaum Lesbian dan Jurnalis dalam Pemberitaan Kaum Lesbian di Tribun Jogja.com).

1 28 99

GAYA HIDUP LESBIAN STUDI KASUS DI KOTA M

0 1 91

BAB II KAJIAN PUSTAKA - Komunikasi Nonverbal Pada Lesbian (Studi Deskriptif Pada Organisasi Cangkang Queer Medan

0 0 21

BAB I PENDAHULUAN - Komunikasi Nonverbal Pada Lesbian (Studi Deskriptif Pada Organisasi Cangkang Queer Medan

0 0 8

Komunikasi Nonverbal Pada Lesbian (Studi Deskriptif Pada Organisasi Cangkang Queer Medan

0 0 10