Gaya Hidup Konsumtif Perempuan Kota Muda Single Bekerja (Studi Deskriptif Di Kalangan Perempuan Bekerja Di Komplek TASBI, Kel. Tanjung Rejo, Kec. Medan Sunggal)

(1)

GAYA HIDUP KONSUMTIF PEREMPUAN

KOTA MUDA SINGLE BEKERJA

(Studi Deskriptif Di Kalangan Perempuan Bekerja Di

Komplek TASBI, Kel. Tanjung Rejo, Kec. Medan Sunggal)

SKRIPSI

Oleh

DEWI SAFITRI

030901002

Guna Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar S-1 pada:

DEPARTEMEN SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2008


(2)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur yang tak terhingga saya panjatkan kehadiran Allah SWT karena berkat bimbingan dan karuniaNya jualah sehingga penulis dapat menyelesaikan masa perkuliahan dan akhirnya melakukan penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam hidupnya, ia tak akan dapat bekerja sendiri tanpa ada bantuan pihak lain. Hal ini sangat nyata sekali dirasakan oleh penulis karena merampungkan pembuatan skripsi ini dari awal hingga akhirnya mengakhirkan sebuah karya melibatkan berbagai pihak yang dengan tulus dan ikhlas memberikan bantuan baik moril maupun materil yang tak terhingga.

Ucapan terima kasih, terutama saya haturkan untuk kedua orang tua penulis, yaitu Ayahanda Alm. Ir. Syaiful Kahfi yang sudah berada di sisiNya dan Ibunda tercinta Ir. Hj. Roswita Oesman yang tiada henti-hentinya memberikan bimbingan, dorongan, semangat dan nasehat untuk kemajuan penulis serta menjadi Ibunda yang paling hebat menurut penulis. Juga kepada Adikku tersayang Rika Kartika Syaiful yang sudah banyak membantu dan mengorbankan waktunya untuk penulis. Skripsi saya dedikasikan untuk keluarga yang paling saya cintai.

Sehubungan penulisan skripsi ini, maka penulis juga mengucapkan terima kasih dengan penghargaan setinggi-tingginya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara serta menjadi Dosen Wali penulis selama perkuliahan dan penulis mengucapkan terima kasih.

2. Bapak Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Ketua Departemen Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Penulis mengucapkan terima kasih atas masukan dan bantuan Bapak selama penulis berkuliah dalam menimba ilmu.


(3)

3. Ibu Dra. Rosmiani, MA, selaku Sekretaris Departemen Sosiologi dan Ketua dalam ujian komprehensif penulis yang mana telah memberikan masukan. Penulis mengucapkan terima kasih.

4. Ibu Dra. Hadriana Marhaeni Munthe, M.Si selaku Dosen Pembimbing dalam penulisan skripsi penulis, penulis mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga atas bimbingan dan masukan selama dalam penulisan skripsi penulis. 5. Bapak Drs. Sismudjito, M.Si selaku Dosen Tamu pada ujian komprehensif

penulis yang mana telah memberikan masukan. Penulis mengucapkan terima kasih.

6. Kak Feni dan Kak Beti, selaku staf Departemen Sosiologi. Penulis mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga atas selama ini membantu penulis dalam memberikan masukan dan mengurus administrasi selama perkuliahan

7. Bapak dan Ibu Dosen, serta seluruh staf FISIP USU yang dengan keikhlasan hati memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dengan baik.

Terima kasih juga saya ucapkan kepada berbagai pihak, yang langsung atau tidak langsung telah membantu saya selama penulisan skripsi ini ataupun selama masa perkuliahan saya :

1. Pertama, sekali lagi penulis mengucapkan rasa syukur kepada Allah swt yang mana memberikan nikmat yang tidak terhingga kepada penulis, dan yang Kedua kepada keluarga penulis yang tidak lain adalah orangtua penulis, Ayahanda Alm. Ir. Syaiful Kahfi yang sudah berada disisi allah swt (Pa! Ipit sayang papa dan selalu doain papa walaupun papa tidak ada disisi keluarga, ipit akan jaga mama dan rika) dan Ibunda Hj. Ir. Roswita Syaiful yang mana setelah ayahanda tiada Ibunda menjadi orang tua tunggal yang menghidupi keluarga dengan kerja kerasnya dan tiada hentinya memberikan dorongan, bimbingan, semangat dan nasehat kepada penulis serta menjadi Ibu yang paling hebat selama ini (Terima Kasih Ma! Ipit Sayang sama Mama...) juga kepada Adek penulis Rika Kartika Syaiful yang selalu mendukung, membantu dan mengorbankan waktu serta


(4)

tenaga untuk penulis (Terima Kasih ya adekku… jangan bandel sama kakak ya???). Skripsi penulis didekasikan untuk keluarga penulis tercinta.

2. Untuk sahabat-sahabatku yang banyak membantu selama penulisan skripsi, dan masa perkuliahan serta mendengar curhat penulis, Sari, Ami, Kiki, Ainur Riza, Eva Ramadhani, Ina, Rima, Mini, Sulastri dan Fadillah terima kasih atas kebersamaan kita selama ini semoga untuk selamanya.

3. Untuk teman-teman saya diangkatan Sosiologi 2003 dari NIM 01 sampai 62, Ilham Syahputra, Sebastian Saragih, Dicky Sapto W, Hendra Sipayung (temen-temen KBS), Rochi, Mansur, Siddik, Madan, Hasrad, Rizki Zulaikha, Feri, Ayu, Yuna, Wildan Lubis, Ratna Sibuea, Ferdinan, Eva Siboro, Helen, Sri sulastri, Achong, Alex, Tri Enda, Sarah, Grace, Asri, Nellina, Krisma dan teman-teman lain yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terima kasih untuk saat-saat yang menyenangkan selama kita bersama dalam masa perkuliahan.

4. Untuk teman-teman penulis, tiva, basita, yudi, dan fandi, terima kasih atas dukungannya dan berbagi cerita-cerita di kala suka dan duka selama ini.

5. Untuk kepada Bang Fritz yang mana sebagai Abang Senior juga orang yang paling berjasa karena penulis banyak berkonsultasi dengan Bang Fritz dan Bang Fritz menerima ide-ide dari penulis sehingga memberikan pengarahan dalam pemilihan dan penentuan judul penulis serta judul penulis dapat terealisasi, penulis mengucapkan terima kasih. Mudah-mudahan hanya Tuhan yang dapat membalasnya.

6. Untuk seluruh keluarga besar penulis yang selalu bertanya (Kapan wisuda? Mau nunggu bulan berapa? Atau Apa mau sampai di DO ya?? Atau Sudah tamat??) sebetulnya penulis merasa kesal akan kata-kata tersebut tapi penulis menganggap itu sebagai motivasi agar cepat selesai dan rasa sayang mereka kepada penulis. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Nenek Noni (yang biasa penulis panggil dengan Ibu), Nenek Yur, Mami, Uda, Adek-adek sepupuku, Tek Nana, Mak Samir, Wak, Maktuo, Paktuo dan keluarga besar yang lain. Terima kasih ya semuanya……


(5)

7. Kepada seluruh informan penelitian yang telah membantu penulis untuk menyelesaikan skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih banyak karena tanpa bantuan dari saudari sekalian maka skripsi ini tidak bisa diselesaikan.

8. Untuk yang belum disebutkan namanya, penulis mohon maaf dan terima kasih karena sudah mendukung dan membantu penulis selama ini.

Penulis telah mencurahkan segala kemampuan, tenaga, pikiran serta waktu dalam menyelesaikan skripsi ini. Namun demikian, penulis menyadari skripsi ini masih banyak kekurangan, untuk itu segala kerendahan hati sebagai manusia biasa penulis mengharapkan saran dan masukan yang membangun dari para pembaca. Besar harapan penulis kiranya skripsi ini dapat memenuhi faedah bagi para pembaca.

Wassalam Penulis


(6)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………. i

DAFTAR ISI……… v

DAFTAR TABEL……… vii

ABSTRAKSI……… viii

BAB I.PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang……….. 1

1.2 Perumusan Masalah……….. 7

1.3 Tujuan Penelitian……….. 7

1.4 Manfaat Penelitian……… 8

1.5 Defenisi Konsep……… 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Gaya Hidup dan Konsumsi……… 11

2.2 Paradigma Perilaku Sosial………. 18

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian………21

3.2 Lokasi Penelitian……… 21

3.3 Unit Analisis dan Informan………. 22

3.4 Teknik Pengumpulan Data……….. 24

3.5 Interpretasi Data……….. 25

3.6 Jadwal Kegiatan……….. 25

3.7 Keterbatasan Penelitian……….. 25

BAB IV DESKRIPSI DAN INTEPRETASI DATA 4.1 Deskripsi Lokasi 4.1.1 Gambaran Secara Umum Kotamadya Medan……… 27

4.1.2 Gambaran Secara Umum Kelurahan Tanjung Rejo……….. 30

4.1.3 Sejarah Berdirinya Komplek TASBI………. 37

4.2 Profil Informan 4.2.1 Profil Informan Kunci 4.2.1.1 Profil Dhie……….. 39

4.2.1.2 Profil Rani……….. 42

4.2.1.3 Profil Etha……….. 43

4.2.1.4 Profil Dila……….. 45

4.2.1.5 Profil Popy………. 46

4.2.1.6 Profil Neni……….. 48

4.2.1.7 Profil Dina……….. 49


(7)

4.2.2 Profil Informan Biasa

4.2.2.1 Profil Ibu Rose………... 53

4.2.2.2 Profil Ibu Agus………... 54

4.3 Temuan dan Interpretasi Data 4.3.1 Kehidupan Konsumtif Perempuan Kota Muda Single Bekerja 4.3.1.1 Dhie Yang Komukatif dan Lapar Mata………. 55

4.3.1.2 Rani Mengikuti Mode dan Trend Karena Keuntungannya… 57 4.3.1.3 Etha Yang Punya Image Sendiri……… 58

4.3.1.4 Dila Yang Hangat dan Tampil Modis……… 60

4.3.1.5 Popy Yang Tidak Mampu Mengontrol Keuangan…………. 62

4.3.1.6 Neni Yang Selalu Pakai Kartu Debit ATM………... 64

4.3.1.7 Dina Yang Ingin Tahu Perkembangan Mode……… 66

4.3.1.8 Ria Yang Selalu Pergi Berbelanja dan Gaul………. 68

4.3.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Gaya Hidup Konsumtif Perempuan Kota Muda Bekerja………... 73

4.3.2.1 Lingkungan Di Tempat Kerja……… 76

4.3.2.2 Pengaruh Media Dalam Mode dan Trend……….. 79

4.3.2.3 Pemanfaatan Waktu Luang……… 83

4.3.3 Gaya Hidup Konsumtif Perempuan Kota Muda Single Bekerja…... 86

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan………... 95

5.2 Saran………... 98 DAFTAR PUSTAKA


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Jumlah, Laju Pertumbuhan Dan Kepadatan Penduduk Di Kota Medan Tahun 2001–2006.

Tabel 4.2 Luas Wilayah Kelurahan

Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Menurut Golongan Usia Tabel 4.4 Komposisi Penduduk Menurut Agama Tabel 4.5 Prasarana Peribadatan

Tabel 4.6 Komposisi Penduduk Berdasarkan Pendidikan Yang Ditamatkan Tabel 4.7 Lembaga / Prasarana Pendidikan Formal dan Non Formal

Tabel 4.8 Komposisi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan Tabel 4.9 Komposisi Penduduk Berdasarkan Tenaga Kerja

Tabel 5.0 Aktivitas Gaya Hidup Konsumtif Perempuan Kota Muda Single Bekerja dan Faktor-faktornya.


(9)

ABSTRAKSI

Gaya hidup pada saat ini didukung perubahan yang cepat dalam teknologi informasi yang mana telah merubah budaya sebagian masyarakat dunia umumnya yang tinggal diperkotaan tidak terkecuali kota Medan. Keadaan ini disebabkan oleh masyarakat kota yang langsung memiliki akses terhadap informasi karena diberi kemudahan dalam menentukan gaya hidup yang diinginkan. Masyarakat kota juga langsung terkena dampak pengaruh budaya global yang mengubah pola pikir dan kehidupan masyarakat termasuk kaum perempuan. Dapat dilihat situasi ini mendorong masyarakat menuju kepada gaya hidup konsumtif yang mana sudah masuk kedalam berbagai usia dan lapisan masyarakat diantaranya kelompok perempuan yang juga merupakan kelompok konsumen terbesar.

Fenomena perempuan kota yang berusia muda dan bersatus single terjun ke sektor publik untuk mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan bidang kemampuannya dengan alasan yang berbeda-beda antara lain selain ingin mendapatkan pengalaman bekerja juga materi sehingga ini memudahkan segala keinginan dapat terpenuhi. Keadaan ini membuat kaum perempuan mengeluarkan biaya berlebih yang mengarah pada gaya hidup masyarakat yang konsumtif.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis berkeinginan melakukan penelitian tentang bagaimana gaya hidup konsumtif kaum perempuan muda kota yang bekerja dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Penelitian ini menggunakan jenis penelitan kualitatif, dengan pendekatan deskriptif yang dilakukan di Komplek TASBI. Tehnik pengumpulan data diperoleh melalui wawancara mendalam kepada delapan orang informan kunci serta dengan melakukan observasi. Data dianalisis secara kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa gaya hidup konsumtif perempuan kota muda single yang bekerja dan yang tinggal di Komplek TASBI akan membelanjakan uangnya tanpa pertimbangan objektif menurut realita kebutuhan yang sebenarnya. Kebiasaan membelanjakan uang dalam bentuk barang yang dibutuhkanmemang murni untuk mendukung penampilan dilingkungan pekerjaannya. Kebiasan ini dipengaruhi oleh berbagai media tentang mode dan trend. Untuk kebiasaan gaya hidup konsumtif lain seperti kegiatan menyenangkan diri atau memanfaatkan waktu luang diantara liburan dan hiburan juga menjadi self reward system bagi dirinya.

Gaya hidup kaum perempuan kota muda yang konsumtif dilakukan secara sadar dan apa yang mereka lakukan adalah untuk memperoleh suatu penilaian mengenai identitas sosial di hadapan orang lain atau lingkungannya seperti simbol-simbol prestise yang mereka lakukan. Ini membuat kaum perempuan kota muda single bekerja dapat menunjukkan dan menyatukan persamaan akan status kehormatannya. Di mana pengkonsumsian suatu benda-benda materi mempunyai makna dalam menjembatani hubungan sosial. Semakin banyak pilihan dalam mengkonsumsi gaya hidup dan kaum perempuan kota single yang sudah bekerja mempunyai selera masing-masing dalam menentukan gaya hidupnya. Umumnya kaum perempuan kota single yang mempunyai pekerjaan sudah cukup mandiri dan mampu menentukan pilihan mereka sendiri sehingga mempunyai kehidupan dan gaya hidup yang sesuai keinginannya.


(10)

ABSTRAKSI

Gaya hidup pada saat ini didukung perubahan yang cepat dalam teknologi informasi yang mana telah merubah budaya sebagian masyarakat dunia umumnya yang tinggal diperkotaan tidak terkecuali kota Medan. Keadaan ini disebabkan oleh masyarakat kota yang langsung memiliki akses terhadap informasi karena diberi kemudahan dalam menentukan gaya hidup yang diinginkan. Masyarakat kota juga langsung terkena dampak pengaruh budaya global yang mengubah pola pikir dan kehidupan masyarakat termasuk kaum perempuan. Dapat dilihat situasi ini mendorong masyarakat menuju kepada gaya hidup konsumtif yang mana sudah masuk kedalam berbagai usia dan lapisan masyarakat diantaranya kelompok perempuan yang juga merupakan kelompok konsumen terbesar.

Fenomena perempuan kota yang berusia muda dan bersatus single terjun ke sektor publik untuk mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan bidang kemampuannya dengan alasan yang berbeda-beda antara lain selain ingin mendapatkan pengalaman bekerja juga materi sehingga ini memudahkan segala keinginan dapat terpenuhi. Keadaan ini membuat kaum perempuan mengeluarkan biaya berlebih yang mengarah pada gaya hidup masyarakat yang konsumtif.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis berkeinginan melakukan penelitian tentang bagaimana gaya hidup konsumtif kaum perempuan muda kota yang bekerja dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Penelitian ini menggunakan jenis penelitan kualitatif, dengan pendekatan deskriptif yang dilakukan di Komplek TASBI. Tehnik pengumpulan data diperoleh melalui wawancara mendalam kepada delapan orang informan kunci serta dengan melakukan observasi. Data dianalisis secara kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa gaya hidup konsumtif perempuan kota muda single yang bekerja dan yang tinggal di Komplek TASBI akan membelanjakan uangnya tanpa pertimbangan objektif menurut realita kebutuhan yang sebenarnya. Kebiasaan membelanjakan uang dalam bentuk barang yang dibutuhkanmemang murni untuk mendukung penampilan dilingkungan pekerjaannya. Kebiasan ini dipengaruhi oleh berbagai media tentang mode dan trend. Untuk kebiasaan gaya hidup konsumtif lain seperti kegiatan menyenangkan diri atau memanfaatkan waktu luang diantara liburan dan hiburan juga menjadi self reward system bagi dirinya.

Gaya hidup kaum perempuan kota muda yang konsumtif dilakukan secara sadar dan apa yang mereka lakukan adalah untuk memperoleh suatu penilaian mengenai identitas sosial di hadapan orang lain atau lingkungannya seperti simbol-simbol prestise yang mereka lakukan. Ini membuat kaum perempuan kota muda single bekerja dapat menunjukkan dan menyatukan persamaan akan status kehormatannya. Di mana pengkonsumsian suatu benda-benda materi mempunyai makna dalam menjembatani hubungan sosial. Semakin banyak pilihan dalam mengkonsumsi gaya hidup dan kaum perempuan kota single yang sudah bekerja mempunyai selera masing-masing dalam menentukan gaya hidupnya. Umumnya kaum perempuan kota single yang mempunyai pekerjaan sudah cukup mandiri dan mampu menentukan pilihan mereka sendiri sehingga mempunyai kehidupan dan gaya hidup yang sesuai keinginannya.


(11)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Gaya hidup secara luas didefenisikan sebagai cara hidup yang diidentifikasikan oleh bagaimana orang menghabiskan waktu mereka, apa yang mereka pikirkan tentang diri mereka sendiri dan juga dunia sekitarnya. Oleh karenanya, hal ini berhubungan dengan tindakan dan perilaku sejak lahir.1

Hal ini di dukung perubahan yang cepat dalam teknologi informasi telah merubah budaya sebagian masyarakat dunia terutama yang tinggal di perkotaan. Khususnya masyarakat perkotaan yang memiliki akses terhadap informasi, merupakan kelompok masyarakat yang langsung terkena pengaruh budaya global. Akses informasi dapat di peroleh melalui media cetak massa maupun elektronik, internet, televisi, dan berbagai teknologi yang sudah tersedia, sehingga memberikan kemudahan pada masyarakat dalam menentukan gaya hidup yang diinginkan.

Gaya hidup bisa merupakan idenditas kelompok. Gaya hidup setiap kelompok akan mempunyai ciri-ciri unit tersendiri. Jika terjadi perubahan gaya hidup dalam suatu kelompok maka akan memberikan dampak yang luas pada berbagai aspek.

2

Di mana kemunculan gaya hidup pada masyarakat sekarang ini merupakan implikasi langsung dari meningkatnya pertukaran dagang, masuknya berbagai kebudayaan, dan berbagai hal lainnya. Hal-hal tersebut menyebabkan membanjirnya barang-barang

1

Setiadi, Nugroho J. 2003. Perilaku Konsumen. Hal 148. Bogor: Kencana. 2


(12)

konsumsi dan informasi. Ini membuat masyarakat di seluruh dunia menjadi tergantung dalam semua aspek kehidupan mulai dari politik, ekonomi, sosial, dan aspek lainnya.3

Ada kenyataan yang mendukung bahwa masyarakat yang tinggal di kota, di tantang oleh cara-cara berpikir dan perilaku yang tidak di bungkus oleh kesopanan, sehingga mereka mengembangkan suatu toleransi dan selera terhadap apa yang terbaru (novelty). Ini berlatar belakang pada rasa tidak aman dalam bersaing, maka terciptalah rasa ketidak tetapan (impermanence) dan selera coba-coba (tentativeness). Dua arus pengaruh ini menimbulkan gejala yang disebut mode (fashion of style) yang nampak jelas pada pakaian, mebeler, seni, pendidikan, hiburan, juga pada aspek keagamaan dan pemerintahan.

4

Dalam masyarakat konsumen Indonesia telah tumbuh beriringan dengan sejarah globalisasi ekonomi dan transformasi kapitalisme konsumsi. Kondisi ini ditandai dengan menjamurnya pusat perbelanjaan bergaya seperti shopping mall, industri waktu luang, industri mode atau fashion, industri kecantikan, industri kuliner, industri nasihat dan industri-industri lainnya, kawasan hunian mewah, apartemen, iklan barang-barang mewah dan merek asing, makanan instant (fast food), serta reproduksi dan transfer gaya hidup melalui iklan dan media televisi maupun cetak bahkan sampai keruang-ruang yang paling pribadi. Ini sudah banyak terjadi pada masyarakat yang tinggal di kota khususnya Indonesia.

Di mana konsumsi di dalam masyarakat terus berkembang khususnya dalam hal kebendaan yang di lihat dari segi materi sehingga menjadikan masyarakat menjadi konsumtif. Kata konsumtif berasal dari istilah konsumtivisme dan ada juga istilah

3

Bintarto, R. 1989. Interaksi Desa-Kota dan Permasalahannya. Hal 35. Jakarta: Ghalia Indonesia. 4


(13)

konsumerisme. Kedua istilah yaitu konsumtivisme dan konsumerisme mempunyai pengertian yang berbeda. Konsumtivisme maksudnya adalah konsumen yang langsung mengkonsumsi barang atau jasa dan tidak memperjualbelikannya kembali. Singkatnya, konsumtivisme merupakan paham untuk hidup secara konsumtif.5

Menurut Richard J.N, konsumerisme adalah menghabiskan hidup karena benda-benda yang di konsumsi. Konsumerisme hidup ketika seseorang diukur dari “apa yang dimiliki” daripada “menjadi apa”. Istilah konsumtif lebih menjelaskan, dengan mendahulukan keinginan untuk mengonsumsi barang-barang yang sebenarnya kurang diperlukan secara berlebihan untuk mencapai kepuasan yang maksimal bahkan dikatakan gaya hidup yang bermewah-mewah.

6

Konsumerisme merupakan masalah budaya dan moral yang mana pemecahannya memerlukan pendekatan budaya dan moral, juga terletak pada hubungan antara kebebasan manusia dan kepemilikan benda-benda material. Dalam masyarakat yang konsumtif, dapat mengasingkan seseorang yang mempunyai perilaku konsumtif dari tujuan hidup mereka yang sebenarnya. Ada beberapa faktor masyarakat menjadi konsumtif yaitu :

1. Diciptakan tren untuk membuat masyarakat melakukan pembelian. 2. Membeli barang sebagai self reward system (sistem pemberian upah) dan

merayakan kebahagiaan atas kesuksesan yang di raih. 3. Pembelian barang bisa menyelesaikan semua masalah. 4. Idenditas diri disetarakan dengan barang yang dimiliki.

5

Wuryanta, Wenats, Eka, dkk. 2006. Konsumtivisme dan Hedonisme dalam Media Massa.

6

Raymond. 2001. Remaja dan Perilaku Konsumtif. Desember 2006.


(14)

5. Masyarakat hanya berfokus pada barang-barang yang mereka miliki.7 Dengan adanya beberapa faktor di atas, maka dapat di lihat situasi yang ada di dalam masyarakat menuju pada perilaku konsumtif. Seseorang yang mempunyai perilaku konsumtif dapat dikatakan tidak lagi mempertimbangkan fungsi atau kegunaan ketika membeli barang melainkan mempertimbangkan prestise yang melekat pada barang tersebut. Hal ini di dukung berbagai bentuk rekayasa budaya yang dilakukan oeh kaum kapitalis adalah dengan cara memproduksi simbol-simbol kemewahan dan keanggunan, dan lain-lain agar di konsumsi oleh masyarakat. Bahkan seolah-olah dijanjikan bahwa barang siapa yang mengonsumsi produk tertentu maka status sosialnya lebih bergengsi atau berkelas.

Kondisi demikian sangat disayangkan dalam masyarakat modern, walaupun gaya hidup berkembang pesat. Ini juga menunjukkan ketiadaan acuan akan nilai tertinggi dan melahirkan sekularisasi atau perkembangan kearah keduniawian. Hal ini dapat di lihat melalui iklan yang mana sangat memberi pengaruh sangat besar sebagaimana pendapat Fromar “iklan telah melahirkan fenomena Homo Consumens yakni nafsu lapar dan haus yang tidak pernah terpuaskan oleh produk konsumsi yang ada”. Konsekuensi logis dari industrialisasi dan ekspansi pasar adalah munculnya “budaya membeli”.8

Gaya hidup lain yang berhubungan dengan konsumtif dan sedang berkembang saat ini seperti makanan fast food (hamburger, pizza, fried chicken), kemudian mengonsumsi obat-obatan tertentu, nongkrong di kafe, pemakaian aksesoris bermerek, jalan-jalan di shopping mall, dan lain-lain. Gaya hidup konsumtif seperti ini melanda siapa saja

7

Santoso, Benny. 2006. Bebas dari Konsumerisme. Hal 43-44. Yogyakarta: Penerbit Andi. 8

Pandie, W, B, David. 2004. Globalisasi,Paradoks Global,dan Glokalisasi dalam Pluralis:Jurnal


(15)

berbagai generasi usia dan lapisan.9 Secara sosiologis, bahwa individu tertentu bagian dari kelompok tertentu, karena individu tersebut mengonsumsi barang-barang tertentu, dan individu mengonsumsi barang tertentu karena ia bagian dari kelompok tersebut.10

Fenomena yang sedemikian juga tampak di kota Medan, di mana Medan salah satu kota terbesar di Indonesia sehingga gaya hidup konsumtif sudah masuk kedalam berbagai usia dan lapisan masyarakat. Ini di lihat dari aktivitasnya berkunjung ke pusat perbelanjaan atau tempat-tempat yang menyediakan barang-barang yang diinginkan. Khususnya bagi kaum perempuan aktivitas berkunjungnya ke pusat perbelanjaan atau tempat yang diinginkan hanya digunakan untuk berjalan-jalan atau membeli suatu barang. Barang-barang yang diinginkan tidak harus bermerek walaupun ada yang ingin bermerek tergantung dari keinginan individunya. Di mana kelompok konsumen yang paling terbesar adalah kaum perempuan.

11

Hal ini sesuai dengan posisi perempuan secara umum dalam masyarakat tradisional adalah berada di sektor domestik. Perkembangan zaman yang semakin maju mengubah Kaum perempuan mempunyai banyak keistimewaan dalam dirinya. Dalam hal ini seperti kaum perempuan membeli kosmetik untuk mempercantik diri, lalu membeli pakaian untuk tampil dengan bagus di depan masyarakat terutama untuk kaum laki-laki dan berbagai hal lainnya. Ini disesuaikan dengan perkembangan dalam dunia konsumerisme yang menunjukkan dimulainya semakin banyak berbagai macam produk yang khusus ditujukan untuk pasar perempuan dari segi berbagai usia, mulai dari kosmetik, pakaian, dan berbagai macam kebutuhan lainnya.

9

Sumartana, dkk. 2000. Reformasi Politik Kebangkitan Agama dan Konsumerisme. Hal 181. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

10

Baudrillard, Jean P. 2004. Masyarakat Konsumsi. Hal 76. Yogayakarta: Penerbit Kreasi Wacana. 11

Widiastuti, Retno. 2003. Konsumerisme Vs Konsumtivisme “Martabat Perempuan Sebagai Konsumen”.


(16)

pola pikir dari masyarakat khususnya perempuan. Dengan kebutuhan hidup yang semakin meningkat maka posisi perempuan berubah dari sektor domestik menjadi terlibat dalam sektor publik. Ini dapat di lihat dalam hal pekerjaan kaum perempuan dan laki-laki tidak dibedakan yang mana disesuaikan dengan bidang kemampuannya. Kaum perempuan yang sudah bekerja mempunyai alasan yang berbeda-beda.

Khususnya bagi kaum perempuan kota yang masih muda single dan sudah bekerja pada saat sekarang ini. Keinginan untuk bekerja selain ingin mendapatkan pengalaman bekerja juga materi. Ini dikarenakan ketika sudah bekerja dan mempunyai penghasilan sendiri maka apa yang diinginkan dapat terpenuhi, selain tidak ingin merepotkan orangtua. Di samping itu, membeli barang-barang bukan hanya untuk kebutuhan melainkan tuntutan dari pekerjaan dan harus berpenampilan sebagus mungkin di depan umum.

Seperti halnya mengikuti perkembangan mode atau fashion khususnya yang sedang trend. Di mana setiap kaum perempuan ingin tampil di depan umum dengan baik sekaligus mempunyai tujuan lain yakni ingin menunjukkan apa yang dikenakan kepada orang lain. Untuk itu, kaum perempuan membeli barang yang sesuai seperti baju yang bagus, sepatu, peralatan kosmetik, dan berbagai hal yang mendukungnya.

Ini membuat kaum perempuan mengeluarkan biaya berlebih yang mengarah pada gaya hidup masyarakat yang konsumtif. Situasi ini pula di dukung ketika ada sesuatu barang terbaru maka barang yang diinginkan tersebut akan langsung di beli. Pada saat barang yang diinginkan telah didapatkan maka perasaan akan terasa menyenangkan. Ini bisa dikatakan berlebihan dan tidak sesuai dengan kebutuhannya.


(17)

Sebagaimana telah di singgung sekilas di atas, maka ada beberapa alasan ketertarikan peneliti dalam penelitian ini adalah :

1. Perubahan gaya hidup masyarakat yang tinggal di daerah perkotaan yang menuju kepada gaya hidup konsumtif khususnya kaum perempuan kota single yang bekerja.

2. Melihat gambaran gaya hidup konsumtif kaum perempuan kota single bekerja.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah

1. Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi gaya hidup konsumtif perempuan kota single bekerja ?

2. Bagaimana gaya hidup konsumtif perempuan kota single bekerja ?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang hendak di capai dalam penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran umum tentang gaya hidup konsumtif kaum perempuan kota single dan faktor yang mempengaruhi gaya hidup konsumtif kaum perempuan kota single bekerja.


(18)

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah : 1.4.1 Manfaat Teoritis

• Memberikan pengertian mengenai gaya hidup konsumtif kaum perempuan kota single bekerja.

• Menyumbangkan pemikiran dan pandangan tentang perubahan yang terjadi di dalam masyarakat terhadap gaya hidup konsumtif kaum perempuan kota single bekerja.

1.4.2 Manfaat Praktis

• Meningkatkan kemampuan penulis melalui penelitian ini.

• Memberikan wawasan kepada peneliti tentang gaya hidup konsumtif kaum perempuan kota single bekerja.

• Diharapkan dapat menjadi sumbangan bagi khazanah kepustakaan.

1.5 Defenisi Konsep

1. Gaya hidup adalah pola tingkah laku sehari-hari individu atau segolongan manusia di dalam masyarakat dengan menghabiskan waktu, uang, diri sendiri dan dunia sekitarnya yang mana dapat diamati dan diberi idenditas.

2. Konsumtif adalah mendahulukan keinginan untuk mengonsumsi barang dan jasa yang sebenarnya kurang diperlukan secara berlebihan untuk mencapai kepuasan yang maksimal.


(19)

3. Gaya hidup konsumtif adalah pola tingkah laku sehari-hari individu atau segolongan manusia di dalam masyarakat dengan mendahulukan keinginan untuk mengonsumsi barang dan jasa secara berlebihan untuk mencapai kepuasaan maksimal serta menyenangkan diri dari berbagai aktivitas.

4. Perempuan Kota. Maksudnya perempuan yang berdomisili di kota dan melakukan aktivitas kehidupannya di dalam kota.

5. Perempuan Muda Single Bekerja adalah perempuan yang dilihat dari dua fase yaitu Fase Adolescence (Akhir Masa Remaja) berusia 18 s/d 21 tahun dan Fase Iuventus (Fase Dewasa Awal) berusia 25 s/d 40 tahun. Pada Fase Iuventus dari segi fisik mencapai puncaknya, terutama pada usia 23 s/d 27 tahun.12

6. Bekerja. Yaumil Achmir mendefenisikan bekerja sebagai berikut: “suatu kegiatan yang dilakukan secara teratur berkesinambungan dalam jangka waktu tertentu, dengan tujuan yang jelas yaitu menghasilkan atau mendapatkan sesuatu dalam bentuk benda, uang, jasa maupun ide.

Tetapi di dalam penelitian ini peneliti membatasi usia yang akan di teliti yaitu perempuan yang diteliti berusia 21 s/d 30 tahun, karena secara umum di dalam masyarakat pada usia tersebut perempuan dikatakan “muda”, belum menikah dan mempunyai penghasilan dari pekerjaannya.

13

12

Mubin dan Cahyadi Ani. 2006. Psikologi Perkembangan. Hal 106 dan 115. Ciputat: Penerbit Quantum Teaching.

Bekerja merupakan proses pengaktulisasian diri sesuai dengan pendidikan dan keahlian yang dimiliki secara berkesinambungan dengan tujuan untuk mendapatkan uang dan prestige.

13

Munandar, S.C. Utami. 1983. Emansipasi dan Peran Ganda Wanita Indonesia: Suatu Tinjauan Psikologis. Jakarta:---. Hal 72.


(20)

7. Kota adalah suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan diwarnai dengan strata sosial-ekonomi yang heterogen dan coraknya yang konsumtif.14 Secara sosiologis, kota haruslah mencakup struktur sosial dan pola-pola psikologis serta perilaku.15

8. Budaya global adalah suatu budaya yang sifatnya tipikal dan berlaku sama pada setiap tempat di dunia. Budaya global terbentuk akibat derasnya modernisasi, sehingga memaksa setiap individu dalam setiap kelompok masyarakat di dunia untuk condong kepada suatu trendsetter yang tengah berlaku, yang dalam hal ini biasanya adalah negara-negara maju atau barat.

14

Ibid Hal: 36 15

Menno dkk. 1994. Antropologi Perkotaan. Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada. Hal 25.


(21)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Gaya Hidup dan Konsumsi

2.1.1 Gaya Hidup.

Istilah gaya hidup (lifestyle) sekarang ini kabur. Sementara istilah ini memiliki arti sosiologis yang lebih terbatas dengan merujuk pada gaya hidup yang khas dari berbagai kelompok status tertentu, dalam budaya konsumen kontemporer istilah ini mengkonotasikan individualitas, ekspresi diri, serta kesadaran diri yang semu. Tubuh, busana, bicara, hiburan saat waktu luang, pilihan makanan dan minuman, rumah, kendaraan, dan pilihan hiburan, dan seterusnya di pandang sebagai indikator dari individualitas selera serta rasa gaya dari pemilik atau konsumen.16

Weber mengemukakan bahwa persamaan status dinyatakan melalui persamaan gaya hidup. Di bidang pergaulan gaya hidup ini dapat berwujud pembatasan terhadap pergaulan erat dengan orang yang statusnya lebih rendah. Selain adanya pembatasan dalam pergaulan, menurut Weber kelompok status ditandai pula oleh adanya berbagai hak istimewa dan monopoli atas barang dan kesempatan ideal maupun material. Kelompok status di beda-bedakan atas dasar gaya hidup yang tercermin dalam gaya konsumsi.

Weber mengemukakan bahwa kelompok status merupakan pendukung adat, yang menciptakan dan melestarikan semua adat-istiadat yang berlaku dalam masyarakat.17

16

Featherstone, Mike (Penerjemah Misbah Zulfa Elizabeth). 2005. Posmodernisme dan Budaya

Konsumen. Hal 201. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Monopoli suatu kelompok status antara lain terwujud dalam gaya berbusana. Kita melihat

17

Sunarto, Kamanto. 2000. Pengantar Sosiologi (Edisi Kedua). Hal 93. Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.


(22)

bahwa setiap kelompok status yang ada di masyarakat mempunyai gaya hidup yang khas. Masing-masing kelompok mempunyai selera yang khas dalam pakaian, hiburan, perlengkapan rumah tangga, makanan, minuman, bacaan, selera seni dan musik.

Gaya hidup menurut Weber, berarti persamaan status kehormatan yang di tandai dengan konsumsi terhadap simbol-simbol gaya hidup yang sama.18

Menurut Lury, budaya konsumer diartikan sebagai bentuk budaya materi yakni budaya pemanfaatan benda-benda dalam masyarakat Eropa-Amerika kontemporer. Kini, apa yang dinikmati oleh masyarakat Eropa-Amerika kontemporer tersebut “yang notabene adalah negara kaya” di tiru oleh masyarakat dunia lain termasuk negara Indonesia. Budaya consumer dicirikan dengan peningkatan gaya hidup (lifestyle). Justru, menurut Lury, proses pembentukan gaya hidup-lah yang merupakan hal terbaik yang mendefenisikan budaya konsumer.

Estetika realitas melatarbelakangi arti penting gaya yang juga di dorong oleh dinamika pasar modern dengan pencarian yang konstan akan adanya model baru, gaya baru, sensasi dan pengalaman baru. Gaya hidup yang ditawarkan berbagai media pada saat sekarang ini adalah ajakan bagi khalayaknya untuk memasuki apa yang disebut budaya konsumer.

Dalam budaya konsumer kontemporer, istilah itu bermakna individualitas, pernyataan diri dan kesadaran diri. Dalam hal ini, tubuh, pakaian, waktu luang, pilihan makanan dan minuman, rumah, mobil, pilihan liburan dan lain-lain menjadi indikator cita rasa individualitas dan gaya hidup seseorang.19

18

Ibid Hal: 93

Dalam perkembangan studi tentang gaya hidup, menurut Hans Peter Muller terdapat 4 pendekatan dalam memahami gaya hidup yaitu :

19


(23)

1. Pendekatan psikolog perkembangan. 2. Pendekatan kuantitatif sosial struktur. 3. Pendekatan kualitatif dunia kehidupan. 4. Pendekatan kelas.20

Di dalam penelitian ini peneliti memakai salah satu pendekatan yaitu pendekatan kualitatif dunia kehidupan. Pendekatan ini memandang gaya hidup sebagai lingkungan pergaulan (milieu). Di mana meletakkan seseorang pada miliu yang ditentukan oleh keadaan hidup dan gaya hidup subyektif yang dimiliki. Teori Milieu berpendapat bahwa bukan turunan yang menetapkan sifat-sifat manusia, melainkan alam lingkungannya dimana manusia itu hidup.

Teori milieu menggambarkan pengaruh lingkungan, yang meliputi lahir dan batin manusia.21 Dalam teori sosialisasi juga mempunyai beberapa agen yang salah satunya di pakai dalam penelitian ini adalah lingkungan kerja dan media.22

Kaum kapitalis senantiasa menciptakan kebutuhan baru yang menjamin bahwa manusia akan terus didorong untuk melaksanakan jenis-jenis peran yang dibutuhkan guna mempertahankan sistem kapitalis. Kebutuhan senantiasa di bentuk dan di eksploitasi untuk memperbesar kesediaan para konsumen menyesuaikan diri dengan persyaratan sistem dan mendukung bertahannya sistem itu.

Ini di dukung juga oleh teori kebutuhan, yang mana kebutuhan manusia sangatlah tidak terbatas. Sementara kaum kapitalis beranggapan kebutuhan manusia tersebut harus senantiasa dipenuhi.

20

Ibid Hal: 120 dan 123 21

Shadily, Hassan. 1993. Sosiologi Untuk Masyarakat Indonesia. Hal 136. Jakarta: PT. Rineka Cipta. 22

Narwoko, J. Dwi dan Suyanto, Bagong. 2004. Sosiologi: Teks Pengantar dan Terapan. Hal: 72. Jakarta: Kencana.


(24)

2.1.2 Konsumsi.

Konsumsi dalam pandangan sosiologi sebagai masalah selera, identitas, atau gaya hidup maksudnya terkait kepada aspek-aspek sosial budaya. Sosiolog memandang dari segi selera sebagai sesuatu yang dapat berubah, difokuskan pada kualitas simbolik dari barang (maksudnya jika di lihat orang menjadi menarik dan modis), dan tergantung dari persepsi tentang selera orang lain.23

Konsumsi adalah kegiatan atau tindakan mempergunakan komoditas barang atau jasa untuk memenuhi keinginan, dengan cara atau sikap yang umum, yang dipengaruhi oleh struktur dan pranata sosial di sekitarnya. Skemanya adalah :

Struktur dan Pola cara dan sikap  Pranata Sosial dalam kegiatan konsumsi

Kegiatan konsumsi adalah tindakan atau kegiatan mempergunakan barang/jasa, di mana tindakan itu didasarkan pada makna subjektif, rasionalitas, emosi dan motif tertentu dari individu agar di mengerti dan dipahami oleh orang lain.24 Menurut pandangan Weber selera merupakan pengikat kelompok dalam (in-group). Aktor-aktor kolektif atau kelompok status, berkompetisi dalam penggunaan barang-barang simbolik. Keberhasilan dalam berkompetisi ditandai dengan kemampuan untuk memonopoli sumber-sumber budaya, akan meningkatkan prestise dan solidaritas kelompok dalam (in-group).25

Veblen memadang selera sebagai senjata dalam berkompetisi. Kompetisi tersebut berlangsung antar pribadi, antara seseorang dengan orang lain. Jika dalam masyarakat tradisional, keperkasaan seseorang sangat dihargai; sedangkan dalam masyarakat modern, Singkatnya, di mana Weber mengatakan bahwa selera dapat menyatukan status yang sama.

23

Damsar. 2002. Sosiologi Ekonomi Edisi. Hal 120 dan 121. Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada. 24

---. 2007. Cara Berpikir Sosiologis. 25


(25)

penghargaan diletakkan atas dasar selera dengan mengkonsumsi sesuatu yang merupakan refleksi dari kepemilikan.26

Menurut Bourdieu, ‘selera selalu mengklasifikasikan orang yang bersangkutan’. Pilihan konsumsi dan gaya hidup melibatkan keputusan membedakan, pada saat yang sama, mengidentifikasikan dan mengklasifikasikan pilihan selera kita menurut orang lain. Selera, pilihan konsumsi dan praktik gaya hidup berkait dengan pekerjaan dan fraksi kelas tertentu, yang memungkinkan dibuatnya peta alam selera dan gaya hidup bersama dengan oposisinya yang terstruktur serta pembedaannya yang tersusun dengan baik yang berlaku dalam masyarakat tertentu pada suatu titik waktu tertentu dalam sejarah.

Dalam masyarakat perkotaan, anggota kelas tertentu mempunyai kemampuan untuk mengonsumsi barang-barang tertentu yang dilekatkan pada gaya hidup dari kelompok status tertentu.

27

Konsumsi dapat di lihat sebagai pembentuk idenditas. Barang-barang simbolis dapat juga di pandang sebagai sumber dengan mana orang mengkonstruksi idenditas dan hubungan-hubungan dengan orang lain yang menempati dunia simbolis yang sama. Seperti yang disebut oleh G. Simmel, ego akan runtuh dan kehilangan dimensinya jika ia tidak dikelilingi oleh objek eksternal yang menjadi ekspresi kecenderungannya, kekuatannya dan cara individulnya karena mereka mematuhinya, atau dengan kata lain, miliknya.

Dengan konsumsi yang semakin meningkat atau berlebihan maka ini bisa di sebut dengan konsumtif. Menurut seorang pakar sosiologi, Koento mengatakan bahwa “pola hidup konsumtif yang kini mewarnai kehidupan masyarakat perlu dikendalikan secara khusus, sebab gaya hidup konsumtif mendorong seseorang mengejar materi sehingga

26

Ibid Hal: 120 dan 122 27


(26)

dapat menimbulkan persaingan yang tidak sehat dalam masyarakat”. Perkembangan dalam dunia konsumerisme kemudian menunjukkan dimulainya boom berbagai macam produk yang khusus ditujukan untuk kaum perempuan, mulai dari kosmetik, pakaian dan berbagai macam pernak-pernik yang mendukung.28

Thorstein Veblen mengajukan istilah conspicuous consumption (konsumsi yang mencolok) untuk menunjukkan barang-barang yang kita beli dan kita pertontonkan kepada orang lain untuk menengaskan gengsi dan status kita serta menunjang gaya hidup di waktu luang. Barang-barang yang di beli atau di konsumsi biasanya berupa sesuatu yang tidak berguna, yang kadang malah mengurangi gerak dan kenyamanan di tubuh seseorang. Veblen juga mengajukan istilah pecuniary emultion (penyamaan kebutuhan-kebutuhan yang berkaitan dengan uang) di mana golongan yang tidak masuk pada leisure class berusaha menyamai perolehan atau pemakaian benda-benda tertentu dengan harapan bahwa mereka akan mencapai keadaan idenditas manusia yang secara intrinsik lebih kaya dari orang-orang lain.29

Menurut Baudrillard, nilai tukar dan nilai guna kini telah berganti dengan nilai simbol atau lambang. Sementara itu, Simmel (1987) mengatakan bahwa ada hubungan yang erat antara waktu luang, fesyen dan idenditas. Untuk mengejar fesyen dan gaya serta simbol (imej) yang mempesona, Simmel menangkap ketegangan antara pembedaan dan peniruan yang merupakan kebutuhan untuk masuk dalam satu grup sosial tertentu, sekaligus mengekspresikan individualitas seseorang. Dengan demikian, budaya membeli dapat di anggap sebagai asesoris fesyen yang penuh daya pikat dan terkomodifikasikan, di mana

28

---. 1992. Pola Hidup Konsumtif Masyarakat. Hal 2. Suara Pembaharuan. 29


(27)

seseorang dapat merasakan penegasan ciri individualitas sekaligus dukungan penuh dari suatu grup sosial. 30

Budaya membeli adalah sebuah fesyen sekaligus sesuatu yang fashionable. Menurut Simmel, menjadi fashionable artinya menjadi seseorang yang melebih-lebihkan dirinya dan dengan demikian membuat idenditasnya tampak begitu menonjol. Konsep arti baru konsumsi diturunkan dari karya Karl Marx. Akan tetapi, seperti teoritisi modern lainnya, Marx terutama memfokuskan pada produksi, yaitu dia mempunyai bias produksi. Akan tetapi, di tahun-tahun belakangan ini, sepanjang produksi dan konsumsi dapat di pilah dengan tegas, produksi telah tumbuh menjadi kurang penting (misalnya, untuk memproduksi suatu barang tak perlu lagi banyak pekerja), khususnya di Amerika Serikat.

Sedangkan konsumsi menjadi semakin penting (lebih banyak orang yang bekerja di bidang pelayanan yang berhubungan dengan konsumsi, dan lebih banyak lagi yang menghabiskan waktu senggang mereka dengan kegiatan konsumsi). Dalam masyarakat seperti itu, adalah beralasan untuk menggeser fokus kita dari alat produksi ke alat-alat konsumsi.31

Pusat perbelanjaan adalah contoh dari alat-alat konsumsi yang baru. Contoh lainnya yang didiskusikan oleh Baudrillard adalah tempat liburan dan bandara. Semua alat konsumsi baru itu adalah bersifat modern dalam pengertian bahwa alat-alat itu sebagian besar adalah inovasi baru yang muncul dan berkembang pada paruh abad dua puluh serta sangat rasional. Alat-alat itu sebagian besar inovasi Amerika yang bukan hanya telah

Menurut Baudrillard, dalam konteks ini dia mendeskripsikan sebuah komunitas, Parly 2, dengan pusat perbelanjaan, kolam renang, clubhouse, dan pembangunan perumahan.

30

Juliastuti, Nuraini. 2000. Tubuh Yang Mendua. 31


(28)

mentransformasikan konsumsi di Amerika Serikat, tetapi juga diekspor secara agresif ke sebagian besar belahan dunia lain. Di mana alat konsumsi itu bahkan berdampak lebih besar terhadap konsumsi.32

2.2 Paradigma Perilaku Sosial.

Menurut Skinner, obyek studi paradigma perilaku sosial yang konkrit-realistis itu adalah perilaku atau tingkah laku manusia yang nampak serta kemungkinan perulangan atau ganjaran (behaviour of man and contingencies of reinforcement). Pokok persoalan sosiologi menurut paradigma ini adalah tingkah laku individu yang berlangsung dalam hubungannya dengan faktor lingkungan yang menghasilkan akibat-akibat atau perubahan dalam faktor lingkungan menimbulkan perubahan terhadap tingkahlaku. Jadi terdapat hubungan fungsional antara tingkahlaku dengan perubahan yang terjadi dalam lingkungan aktor.33

Lingkungan itu terdiri atas bermacam-macam obyek sosial dan non sosial. Singkatnya, paradigma ini memusatkan perhatian kepada tingkahlaku individu yang berlangsung dalam lingkungan yang menimbulkan akibat atau perubahan terhadap tingkah laku berikutnya.

34

32

Ibid Hal 569-570

Ini juga sesuai dengan sosiologi perilaku yang memusatkan perhatian pada hubungan antara pengaruh perilaku seorang aktor terhadap lingkungan dan dampak lingkungan terhadap perilaku aktor. Hubungan ini adalah dasar untuk pengondisian operan (operant conditioning) atau proses belajar yang melaluinya

33

Ritzer, George. 2004. Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda. Hal 70 dan 72. Jakarta: PT.RajaGrafindo.

34


(29)

“perilaku di ubah oleh konsekuensinya”. Orang mungkin mengira perilaku ini berawal di masa anak-anak, sebagai perilaku acak.

Lingkungan tempat munculnya perilaku, entah itu berupa sosial atau fisik, dipengaruhi oleh perilaku dan selanjutnya “bertindak” kembali dalam berbagai cara. Reaksi ini, bisa positif, negatif, atau netral, mempengaruhi perilaku aktor berikutnya. Bila reaksi telah menguntungkan aktor, perilaku yang sama mungkin akan di ulang di masa depan dalam situasi serupa begitu juga dengan reaksi yang sebaliknya.35

Timbulnya rasa persahabatan, cinta, stimulasi intelektual, rasa harga diri dan seterusnya, merupakan akibat dari perilaku pihak lain terhadap diri sendiri. Perilaku dari pihak lain tadi juga timbul, oleh karena dorongan dari perilaku diri sendiri.

Di mana dalam pergaulan hidup manusia juga akan terdapat suatu kecenderungan yang kuat bahwa kepuasan dan kekecewaan bersumber pada perilaku pihak lain, terhadap dirinya sendiri.

36

Ini berarti bahwa teori ini berusaha menerangkan tingkahlaku yang terjadi itu melalui akibat-akibat yang mengikutinya kemudian. Teori ini menarik perhatian kepada hubungan historis antara akibat tingkahlaku yang terjadi dalam lingkungan aktor tingkahlaku yang terjadi sekarang. Akibat dari tingkahlaku yang terjadi di masa lalu mempengaruhi tingkahlaku yang terjadi di masa sekarang.

Dalam paradigma ini terdapat dua teori yaitu Teori Behavioral Sociology dan Teori Pertukaran (exchange theory). Teori Behavioral Sociology memusatkan perhatiannya kepada hubungan antara akibat dari tingkahlaku yang terjadi di dalam lingkungan aktor dengan tingkahlaku aktor.

37

35

Ibid Hal 356

Blau memang mengakui

36

Soekanto, Soerjono. 1984. Teori Sosiologi Tentang Pribadi Dalam Masyarakat. Hal 9. Jakarta: Ghalia Indonesia.

37


(30)

tidak semua perilaku manusia di bimbing oleh pertimbangan pertukaran sosial, tetapi Blau berpendapat kebanyakan memang demikian. Dia mengetengahkan dua persyaratan yang harus dipenuhi bagi perilaku yang menjurus pada pertukaran sosial:

1. perilaku tersebut “harus berorientasi pada tujuan-tujuan lainnya yang hanya dapat di capai melalui interaksi dengan orang lain”,

2. perilaku harus bertujuan untuk memperoleh sarana bagi pencapaian tujuan-tujuan tersebut. Tujuan yang diinginkan itu dapat berupa ganjaran ekstrinsik (seperti uang, barang-barang, atau jasa-jasa) atau intrinsik (termasuk kasih sayang, kehormatan atau kecantikan). Perilaku manusia yang di bimbing oleh prinsip-prinsip pertukaran sosial itu, mendasari pembentukan struktur serta lembaga-lembaga sosial.38

Teori pertukaran Homans bertumpu pada asumsi bahwa orang terlibat dalam perilaku untuk memperoleh ganjaran atau menghindari hukuman. Pertukaran perilaku untuk memperoleh ganjaran adalah prinsip dasar dalam transaksi ekonomi sederhana. Seseorang yang mendapat pekerjaan mempertukarkan pelayanannya untuk memperoleh penghasilan bulanan. Dengan uang ini dapat membeli segala kebutuhannya. Setiap pengeluaran itu dapat dianggap sebagai contoh pertukaran ekonomis. Homans melihat semua perilaku sosial jadi tidak hanya perilaku ekonomis sebagai hasil dari pertukaran yang demikian.39

38

Ibid Hal 81-82 39


(31)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif dapat diartikan sebagai pendekatan yang menghasilkan data, tulisan dan tingkah laku yang di dapat dari apa yang diamati.40 Pendekatan kualitatif juga dimaksudkan untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian secara holistik (utuh), misalnya tentang perilaku, tindakan, motivasi dan lain-lain.41

Penelitian deskriptif ini digunakan untuk menggambarkan atau melukiskan dari apa yang sedang diteliti dan berusaha suatu gambaran yang jelas serta tetap tentang yang menjadi pokok dari permasalahan.

3.2 Lokasi Penelitian

Adapun lokasi penelitian ini berada di kota Medan tepatnya di Komplek TASBI kelurahan Tanjung Rejo, kecamatan Medan Sunggal.

Alasan pemilihan lokasi adalah

a. Kota Medan merupakan salah satu kota terbesar di Indonesia yang mana pengaruh kehidupan modern yang masuk dari negara maju semakin terus berkembang serta perubahan gaya hidup yang terjadi di dalam masyarakat.

40

Nawawi, Hadari. 1994. Metode Penelitian Bidang Sosial. Hal 203. Yogyakarta:UGM Press. 41


(32)

b. Komplek TASBI I maksudnya didalam kompleks ini dianggap mewakili komunitas kaum perempuan single yang mengikuti gaya hidup diperkotaan pada umumnya. Di mana gaya hidupnya cenderung konsumtif selain indikasi status sosial menengah keatas juga status sosial tersebut mendukung untuk mengikuti gaya hidup yang diinginkan. Ada beberapa tempat yang dikunjungi kaum perempuan single seperti mall-mall, pasar atau pajak, dan tempat lainnya.

c. Peneliti merupakan warga kota Medan yang tinggal di TASBI sehingga memudahkan peneliti dalam mencari informasi yang dibutuhkan dan juga untuk menghemat waktu dan biaya.

3.3Unit Analisis dan Informan 3.3.1 Unit Analisis

Adapun yang menjadi unit analisis penelitian ini adalah kelompok perempuan muda bekerja yang masih single.

3.3.2 Informan

Yang menjadi informan dari penelitian ini terbagi atas 2 yaitu : 1. Informan Kunci yaitu

• Perempuan yang berusia antara 21 s/d 30 tahun, karena dalam penelitian ini pada usia tersebut. Perempuan single dan belum menikah masih di anggap dalam kategori ‘muda’ di dalam masyarakat.


(33)

• Perempuan masih single, maksud dalam penelitian ini adalah perempuan yang belum memiliki ikatan atau menikah secara resmi agama dan negara bisa dikatakan masih sendiri.

• Masih tinggal dengan orang tua dan sudah bekerja, karena informan dapat diketahui segala aktivitasnya oleh orang tua sehingga peneliti juga mengetahui dari mana informan memperoleh bagaimana informan dan pengeluaran dalam mendukung aktivitas gaya hidupnya.

• Sudah bekerja minimal 1,5 tahun karena di anggap masa kerja tersebut cukup relevan bagi peneliti.

• Gaya hidup konsumtif perempuan muda bekerja mempunyai kriteria :

 Informan berbelanja barang yang diinginkan dalam sebulan. min.2 kali dalam seminggu dan max. 8 kali dalam sebulan atau lebih.

 Penghasilan rata-rata informan diatas Rp 2 juta.

 Pengeluaran informan untuk berbelanja barang yang diinginkan sekitar 50-60% dari gaji yang di terima.

 Pendidikan informan minimal D3 keatas.

 Selalu mengikuti mode dan trend terbaru karena dapat diketahui kemana saja pengeluaran yang di lakukan informan.

2. Informan Biasa

• Keluarga dari informan seperti orangtua, kakak atau adik, dan orang yang bekerja di keluarga informan karena mereka mengetahui aktivitas informan setiap harinya.


(34)

3.4Teknik Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini ada 2 jenis yaitu data primer dan data skunder. Untuk mendapatkan data tersebut, maka peneliti memakai teknik pengumpulan data melalui :

1. Data primer, melalui data pertama yang akan di peroleh dari lapangan. Adapun data primer di peroleh melalui :

• Observasi, yaitu mengadakan pengamatan secara langsung serta ikut mengambil bagian dalam obyek penelitian untuk memperoleh dan mengumpulkan data yang diperlukan. Dalam penelitian ini peneliti mengamati langsung ke lapangan melihat gambaran gaya hidup konsumtif kaum perempuan single bekerja di perkotaan.

• Wawancara mendalam, yaitu wawancara atau tanya jawab secara mendalam kepada informan. Di sini peneliti akan berusaha untuk menggali informasi yang sebanyak-banyaknya guna memenuhi data-data yang diperlukan oleh peneliti dari informan seperti nama, usia, pendidikan, serta bagaimana gaya hidup konsumtif kaum perempuan single bekerja di perkotaan.

2. Data skunder ataupun pelengkap data merupakan data-data yang digunakan untuk mendukung data primer. Dimana data dan informasi yang di peroleh secara tidak langsung melalui studi kepustakaan, yaitu dengan mengumpulkan data dan informasi dari buku-buku, jurnal, majalah, surat kabar, internet dan referensi lainnya yang dapat mendukung penelitian ini juga menggunakan dokumentasi, tape recoder, dan lain-lain.


(35)

3.5Interpretasi Data

Setiap informasi yang di dapat, di rekam dalam catatan lapangan, baik itu data-data yang di peroleh dari lapangan yang akan di atur, diurutkan, dikelompokkan ke dalam kategori, pola atau uraian tertentu. Setelah data terkumpul, maka di lakukan analisa data dan diinterpretasikan dengan mengacu pada tinjauan pustaka. Hasil observasi diuraikan dan dinarasikan untuk memperkaya hasil wawancara sekaligus melengkapi data. Berdasarkan data yang di peroleh diinterpretasikan untuk menggambarkan dengan jelas keadaan yang ada sehingga mendapatkan hasil atau kesimpulan yang baik melalui kata. Dalam hal ini mengenai gaya hidup konsumtif kaum perempuan single bekerja di perkotaan.

3.6Jadwal Kegiatan dan Laporan Penelitian

No Kegiatan Bulan ke

1 2 3 4 5 6

1 Pengajuan Judul X

2 Penyusunan Prop. Penelitian X X

3 Seminar Prop. Penelitian X

4 Pengurusan Izin Adm. Penelitian X

5 Membuat Interview Guide X X

6 Observasi dan Wawancara X X

7 Interpretasi Data X X

8 Penyusunan Laporan Penelitian X X

9 Revisi Laporan Penelitian X X

3.7Keterbatasan Penelitian

Pada saat melakukan penelitian kelapangan kebanyakan para informan sulit untuk di temui karena para informan bekerja dan waktu untuk menemui para informan tidak tentu


(36)

juga peneliti harus mau bersabar menunggu kapan waktu para informan untuk bisa di wawancara. Ada juga beberapa informan yang meminta di buat dalam bentuk pertanyaan yang bisa di jawab melalui tulisan saja untuk sebagai awal berkenalan dengan informan dan ketika membaca pertanyaan yang diajukan untungnya mereka mengerti dan mau memberi informasi walaupun harus janjian terlebih dahulu agar bisa bertemu langsung di rumahnya. Waktu yang mereka tentukan terkadang tidak bisa sehingga harus membuat janji kembali.

Di samping itu, mereka kurang mau terbuka dan peneliti harus bersabar mendapatkan informasi yang diinginkan sehingga peneliti harus membuat suasana senyaman mungkin. Peneliti bahkan berkali-kali membuat janji karena peneliti belum merasa puas dengan jawaban dari informan. Ketika informan sedang melakukan gaya hidupnya peneliti terkadang datang ke tempat informan atau terkadang ada informan mengajak peneliti melihat gaya hidupnya. Secara tidak sadar peneliti juga ikutan berbelanja sehingga membuat uang peneliti menjadi habis. Walaupun begitu, ada beberapa informan yang sangat membantu dan mengerti situasi penelitian peneliti karena pernah merasakannya sewaktu kuliah ini sangat peneliti hargai.


(37)

BAB IV

DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

4.1.1 Gambaran Secara Umum Kotamadya Medan

Kota Medan sebagai ibukota Propinsi Sumatera Utara terletak di sebelah Timur Propinsi Sumatera Utara, bagian Utara kabupaten Deli Serdang. Kota Medan memiliki luas wilayah yang relatif kecil, tetapi dengan jumlah penduduk yang relatif besar dengan luas daerah kota Medan yaitu 26.510 Hektar (265,10 Km2).42

• Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Sumatera.

Secara geografis kota Medan terletak pada 3° 30' – 3° 43' Lintang Utara dan 98° 35' - 98° 44' Bujur Timur. Untuk itu topografi kota Medan cenderung miring keutara dan berada pada ketinggian 2,5-37,5 meter diatas permukaan laut. Kota Medan berbatasan dengan :

• Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Deli Tua dan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang.

• Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang.

• Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan

Berdasarkan data kependudukan tahun 2004, penduduk kota Medan saat ini diperkirakan telah mencapai 2.006.142 jiwa, dengan jumlah wanita lebih besar dari pria, (1.010.174 jiwa > 995.968 jiwa). Jumlah penduduk tersebut diketahui merupakan penduduk tetap, sedangkan penduduk tidak tetap diperkirakan mencapai lebih dari 500.000 jiwa, yang merupakan penduduk commuters. Dengan demikian, kota Medan

42


(38)

merupakan salah satu kota dengan jumlah penduduk yang besar, sehingga memiliki deferensiasi pasar. Di lihat dari struktur umur penduduk, kota Medan di huni lebih kurang 1.377.751 jiwa berusia produktif, (15-59 tahun). Selanjutnya, di lihat dari tingkat pendidikan, rata-rata lama sekolah penduduk telah mencapai 10,5 tahun. Dengan demikian, kota Medan secara relatif tersedia tenaga kerja yang cukup, yang dapat bekerja pada berbagai jenis perusahaan, baik jasa, perdagangan, maupun industri manufaktur.

Laju pertumbuhan penduduk kota Medan periode tahun 2000-2004 cenderung mengalami peningkatan, di mana tingkat pertumbuhan penduduk pada tahun 2000 adalah 0,09% dan menjadi 0,63% pada tahun 2004. Pada tingkat kapadatan penduduk mengalami peningkatan dari 7.183 jiwa per Km2 pada tahun 2004. Jumlah penduduk paling banyak ada di kecamatan Medan Deli, di susul kecamatan Medan Helvetia dan Medan Tembung. Jumlah penduduk yang paling sedikit, terdapat di kecamatan Medan Baru, Medan Maimun dan Medan Polonia. Tingkat kepadatan Penduduk tertinggi ada di kecamatan Medan Perjuangan, Medan Area dan Medan Timur.

Tabel 4.1

JUMLAH, LAJU PERTUMBUHAN DAN KEPADATAN PENDUDUK DI KOTA MEDAN TAHUN 2001 – 2006

TAHUN JUMLAH PENDUDUK (JIWA) LUAS WILAYAH (KM2)

2001 1.926.052 265,10

2002 1.952.717 265,10

2003 1.979.340 265,10

2004 2.010.676 265,10

2005 2.036.185 265,10

2006 2.067.288 265,10

Sumber BPS Kota Medan

Kota Medan mengemban fungsi regional yang luas, baik sebagai pusat pemerintahan maupun kegiatan ekonomi dan sosial yang mencakup bukan hanya Propinsi Sumatera


(39)

Utara tetapi juga wilayah propinsi (Sumbagut). Adanya fungsi regional yang luas tersebut, ternyata telah menjadikan kota Medan dapat menyelenggarakan aktifitas ekonomi dalam volume yang besar. Kapasitas ekonomi yang besar tersebut ditunjukan oleh laju pertumbuhan ekonomi yang di capai kota Medan, yang selalu berada diatas pertumbuhan ekonomi daerah – daerah sekitarnya, termasuk dibandingkan dengan di capai oleh Provinsi Sumatera Utara maupun Nasional.

Walaupun kota Medan sempat mengalami pertumbuhan ekonomi negatif tahun 1998 (- 20%), namun selama tahun 2000 – 2004, ekonomi kota Medan dapat tumbuh kembali rata – rata sebesar 5,19%. Ini merupakan indikasi bahwa betapapun beratnya (dalamnya), krisis ekonomi yang melanda ekonomi Indonesia dan kota Medan khususnya, namun secara bertahap pada dasarnya Indonesia dan kota Medan memiliki kemampuan untuk sembuh dan keluar dari krisis yang sangat berat tersebut.

Kapasitas ekonomi yang relatif besar tersebut juga ditunjukkan oleh nilai (uang) PDRB kota Medan yang saat ini telah mencapai Rp. 24,5 triliun, dengan pendapatan perkapita Rp. 12,5 juta, sektor tertier merupakan sektor sekunder (29,06%), dan sektor primer (4,18%). Jumlah volume kegiatan ekonomi ini, sekaligus memberikan kontribusi lebih kurangnya sebesar 21% bagi pembentukan PDRB Propinsi Sumatera Utara. Di lihat dari pencapaian pertumbuhan ekonominya, pertumbuhan ekonomi kota Medan juga memperlihatkan elastisitas yang tinggi terhadap pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara artinya, pertumbuhan ekonomi kota Medan selalu menunjukan angka positif yang lebih besar dari pertumbuhan ekonomi Propinsinya. Ini menunjukan bahwa kota Medan masih merupakan mesin pembangunan bagi daerah – daerah lainnya di Sumatera Utara. Dengan


(40)

begitu, kota Medan menjadi salah satu dari 3 (tiga) kota metropolitan terbesar di Indonesia.43

4.1.2 Gambaran Secara Umum Kelurahan Tanjung Rejo

Di dalam kota Medan terdapat beberapa kecamatan yang salah satunya adalah kecamatan Medan Sunggal. Kecamatan Medan Sunggal terletak di wilayah Barat kota Medan dengan batas-batas sebagai berikut:

• Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang.

• Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Medan Baru.

• Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Medan Selayang.

• Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Medan Helvetia.

Kecamatan Medan Sunggal adalah daerah pintu gerbang kota Medan di sebelah Barat yang merupakan pintu masuk dari daerah lainnya di Sumatera Utara maupun propinsi lainnya melalui transportasi darat, dengan penduduknya berjumlah 106.759 jiwa (tahun 2004). Di kecamatan Medan Sunggal didalamnya terdapat beberapa kelurahan dan salah satunya adalah kelurahan Tanjung Rejo yang merupakan lokasi peneliti untuk penelitian. Daerah kelurahan Tanjung Rejo berdiri dari tahun 1940 sampai tahun 1950 yang bernama Perladangan dan yang mengepalainya disebut Kepala Ladang karena daerah kelurahan ini terdiri dari sawah-sawah dan rumah penduduk.

Pada tahun 1950 sampai tahun 1975 daerah ini berubah nama menjadi Perkampungan dan yang mengepalainya disebut Kepala Kampung. Lalu pada tahun 1975 sampai tahun 1985 daerah ini berubah lagi namanya menjadi Perdesaan dan yang mengepalainya

43


(41)

disebut Kepala Desa. Pada tahun 1985 sampai saat ini namanya berubah lagi menjadi Kelurahan dan yang mengepalainya disebut Kepala Lurah. Nama kelurahan ini ditetapkan oleh pemerintah.

Adapun batas-batas wilayah dari Kelurahan Tanjung Rejo sebagai berikut :

 Sebelah Utara berbatasan dengan Jalan Sunggal Kelurahan Sei. Sikambing-b.

 Sebelah Timur berbatasan dengan Sungai Selayang ( Kelurahan PB. Selayang I dan Kelurahan Babura ).

 Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Tanjung Sari dan Kelurahan Asam Kumbang.

 Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Sunggal / Jalan Ring Road

Luas wilayah keseluruhan kelurahan adalah 350 Ha yang dapat di lihat pada tabel berikut :

Tabel 4.2

Luas Wilayah Kelurahan

No Luas Km2

1 Pemukiman 3,5

2 Kuburan 0,005

3 Pekarangan 0,7

4 Taman -

5 Pekantoran 0,003

6 Prasarana umum lainnya -

Jumlah 3,5700

Data Kelurahan Tahun 2005

Daerah kelurahan tersebut lebih banyak di huni oleh pemukiman baik pemukiman umum maupun real estate. Hal ini tidak mengherankan, karena kelurahan Tanjung Rejo ini terdapat di pinggiran kota Medan, sehingga cocok untuk dijadikan pemukiman penduduk di samping semakin banyak pembangunan real estate untuk pemukiman


(42)

masyarakat. Umumnya penduduk yang menetap di kelurahan Tanjung Rejo adalah penduduk yang berasal dari etnis Jawa, karena sudah dari sejak dahulu daerah ini menjadi salah satu tempat bagi kelompok etnis Jawa pendatang sebagai daerah pemukiman. Selain masyarakat Jawa, penduduk di daerah ini umumnya terdiri atas berbagai jenis etnis yang terdapat di kota Medan seperti Batak Karo, Batak Mandailing, dan Cina.

4.1.2.1 Kependudukan

Jumlah penduduk kelurahan Tanjung Rejo adalah 27.049 jiwa dengan jumlah Kepala Keluarga yang ada di kelurahan adalah 5919 KK. Berdasarkan pengamatan peneliti tidak semua penduduk kelurahan ini adalah penduduk pribumi tapi ada juga WNI keturunan Cina, warga asing dan keturunan Arab. Berikut ini merupakan perincian jumlah penduduk berdasarkan usia :

Tabel 4.3

Jumlah Penduduk Menurut Golongan Usia

No Usia Jiwa

1 0-12 bulan s/d 10 tahun 5779

2 11 tahun s/d 20 tahun 8358

3 21 tahun s/d 30 tahun 2291

4 31 tahun s/d 40 tahun 2258

5 41 tahun s/d 50 tahun 3099

6 51 tahun s/d + 59 tahun 5188

Jumlah 27.049

Data Kelurahan Tahun 2005

Jika kita melihat pada data tabel diatas, maka usia penduduk di kelurahan Tanjung Rejo yang paling tinggi jumlahnya adalah usia 11 tahun hingga 20 tahun sebanyak 8358 jiwa sedangkan usia yang paling rendah adalah usia 31 tahun hingga 40 tahun sebanyak 2258 jiwa. Sementara itu, berdasarkan penelitian lapangan yang dilakukan, para informan


(43)

umumnya berada pada rentang usia antara 21 tahun hingga 30 tahun, yang menunjukkan jika jumlahnya para informan di lihat dari jenis kelamin laki-laki dan perempuan sebanyak 2291 jiwa.

Agama mayoritas yang dianut oleh penduduk kelurahan Tanjung Rejo adalah agama Islam dengan jumlah sebanyak 15.721 orang. Sementara itu penduduk di kelurahan Tanjung Rejo lainnya ada yang beragama Kristen, Katholik, Hindu, dan Budha. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.4

Komposisi Penduduk Menurut Agama

No Agama Jiwa

1 Islam 15721

2 Kristen 6272

3 Katholik 1675

4 Hindu 2474

5 Budha 937

Jumlah 27079

Data Kelurahan 2005

Untuk menjalankan peribadatannya, maka telah tersedia pula prasarana peribadatan untuk umat beragama yang ada di kelurahan Tanjung Rejo. Di mana lebih banyak prasarananya untuk beragama Islam karena mayoritas penduduk menganut agama Islam. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada tabel berikut ini :


(44)

Tabel 4.5

Prasarana Peribadatan

No Prasarana Jumlah

1 Mesjid 13

2 Mushola/Langgar/Surau 4

3 Kristen 7

4 Katholik 2

Jumlah 26

Data Kelurahan Tahun 2005

4.1.2.2 Pendidikan

Dari segi pendidikan, kualitas penduduk kelurahan Tanjung Rejo ini dapat di lihat pada table berikut :

Tabel 4.6

Komposisi Penduduk Berdasarkan Pendidikan Yang Ditamatkan

No Pendidikan Jiwa

1 Belum Sekolah 3378

2 Usia 7 – 45 tahun tidak pernah sekolah - 3 Pernah Sekolah SD tetapi tidak tamat 3506

4 Tamat SD / sederajat 6954

5 SLTP / sederajat 4457

6 SLTA / sederajat 3815

7 D1 1365

8 D2 1250

9 D3 1280

10 S1 680

11 S2 361

12 S3 74

Jumlah 27120


(45)

Berdasarkan tabel di atas diketahui jika tingkat pendidikan penduduk kelurahan Tanjung Rejo sudah cukup baik. Pendidikan masyarakat yang paling tinggi jumlahnya adalah tamat SD / sederajat sebanyak 6954 orang sedangkan pendidikan yang paling rendah jumlahnya adalah S3 sebanyak 74 orang. Walaupun begitu, di dalam kelurahan ini masih terdapat masyarakat yang belum sekolah dan tidak menamatkan pendidikan karena berbagai faktor yang salah satunya mengalami kesulitan perekonomian sehingga tidak dapat untuk melanjutkan pendidikan. Dapat di lihat juga dari prasarana pendidikan formal dan Non Formal yang cukup memadai pada tabel berikut ini :

Tabel 4.7

Lembaga / Prasarana Pendidikan Formal dan Non Formal

No Lembaga Jumlah

1 TK 4

2 SD 11

3 SLTP 1

4 SLTA 1

5 Perguruan Tinggi 1

6 Kursus Menjahit 1

Jumlah 19

Data Kelurahan Tahun 2005

Lembaga atau prasarana pendidikan yang paling banyak jumlahnya adalah SD sebanyak 11 lembaga sedangkan lembaga yang paling sedikit jumlahnya adalah SLTP, SLTA, Perguruan Tinggi, dan Kursus Menjahit yang masing-masing mempunyai 1 lembaga. Umumnya kursus menjahit diikuti tidak hanya kalangan Ibu-ibu juga remaja putri untuk menambah pemasukan mereka.


(46)

4.1.2.3 Mata Pencaharian

Penduduk di kelurahan Tanjung Rejo umumnya bermata pencaharian sebagai buruh/swasta, pedagang atau memiliki subsektor industri dalam skala kecil atau besar. Untuk lebih jelasnya, dapat di lihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.8

Komposisi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan

No Komposisi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan Jiwa

1 Buruh / Swasta 4271

2 Pengawai Negeri 747

3 Pengrajin 14

4 Pedagang 5497

5 Penjahit 30

6 Tukang Batu 475

7 Tukang Kayu 1035

8 Montir 115

9 Dokter 14

10 Supir 375

11 Pengemudi Bajaj 119

12 Pengemudi Becak 53

13 TNI / Polri 575

14 Pengusaha 670

Jumlah 13990

Data Kelurahan Tahun 2005

Mata pencaharian masyarakat kelurahan Tanjung Rejo yang paling tinggi jumlahnya adalah Pedagang sebanyak 5497 orang, menempati urutan kedua adalah Buruh/Swasta sebanyak 4271 orang dan menempati urutan ketiga adalah Tukang Kayu sebanyak 1035 orang. Untuk mata pencaharian masyarakat yang paling sedikit jumlahnya adalah Dokter dan Pengrajin masing-masing sebanyak 14 orang. Dapat juga di lihat penduduk yang bekerja sebagai tenaga kerja pada tabel berikut ini :


(47)

Tabel 4.9

Komposisi Penduduk Berdasarkan Tenaga Kerja

No Penduduk Orang

1 Penduduk Usia 15-60 tahun 13150

2 Ibu Rumah Tangga 675

3 Penduduk Masih Sekolah 11223

Jumlah 25048

Data Kelurahan Tahun 2005

Tenaga kerja yang ada di Kelurahan Tanjung Rejo paling tinggi jumlahnya adalah Penduduk Usia 15 tahun s/d 60 tahun sebanyak 13150 orang sedangkan yang paling rendah jumlah tenaga kerjanya adalah Ibu Rumah Tangga sebanyak 675 orang.

4.1.3 Sejarah Berdirinya Komplek Perumahan Taman Setia Budi Indah (TASBI) Mengingat besarnya kebutuhan manusia akan perumahan sedangkan anggaran yang digunakan pemerintah masih sangat terbatas. Agar dapat membangun dan menyelesaikan proyek perumahan, maka pemerintah memberikan kesempatan pada pihak-pihak swasta untuk turut mengambil bagian dalam menyelesaikan proyek-proyek perumahan yang memenuhi syarat pemukiman yang sehat.

Ketetapan pemerintah tersebut membawa dampak positif, karena sarana perumahan demi pemenuhan kebutuhan hidup telah terpenuhi dengan kerja sama antara pemerintah dengan pihak-pihak swasta. Banyak daerah-daerah yang dulunya termasuk daerah pedesaan yang masih terbelakang. Kini telah menjadi kawasan perumahan yang dapat merubah wajah desa menjadi sebuah kota satelit karena telah di tata sedemikian rupa sehingga menjadi suatu lingkungan perumahan yang indah, bersih, dan nyaman.

Komplek perumahan TASBI didirikan oleh PT. Ira Widya Utama Medan berdasarkan akte perubahan No. 29 Tahun 1983 oleh Notaris Sundari Siregar SH di Medan. Pemilik


(48)

PT. Ira Widya Utama Medan dan Komplek perumahan TASBI adalah Yopie. S. Batubara. Komplek perumahan TASBI dahulunya terdiri dari daerah persawahan dan perladangan yang dimiliki oleh masyarakat di sekitarnya yang tinggal di dekat daerah tersebut. Kemudian daerah persawahan tersebut di beli oleh Bapak Yopie untuk membangun komplek perumahan TASBI yang juga merupakan obsesi Bapak Yopie untuk membuat sebuah kawasan perumahan terbesar di kota Medan.44

Lokasi Komplek perumahan TASBI adalah di Jalan Setiabudi Kelurahan Tanjung Rejo, Komplek perumahan TASBI mulai di bangun pada tahun 1984 dengan areal seluas 40 hektare. Komplek perumahan TASBI merupakan salah satu komplek terbesar yang ada di Medan, penduduk yang tinggal di komplek ini terdiri dari berbagai etnis, ras, agama dan lain-lain. Di kawasan komplek perumahan TASBI pada tahun 1996 di bangun pula Perumahan Bukit Hijau Regency (BHR) dan di dukung tersedianya berbagai fasilitas umum yang sudah di bangun sebelumnya. Kelompok Perumahan Taman Setia Budi Indah, terdiri dari:

• Taman Setia Budi Indah I

• Taman Setia Budi Indah II

• Bukit Hijau Regency (BHR)

• Setiabudi Country Club

Dengan semakin berkembangnya Komplek perumahan TASBI maka tanah yang kini dimiliki dan sudah dibebaskan PT. Ira Widya Utama adalah 196 hektar dari izin lokasi seluas 210 hektar. Lokasi tanah masing-masing berada dalam empat kelurahan yaitu kelurahan Tanjung Rejo, kelurahan Tanjung Sari, kelurahan Asam Kumbang dan

44


(49)

kelurahan Sunggal yang masuk dalam wilayah dua kecamatan yaitu kecamatan Medan Sunggal dan kecamatan Medan Selayang.45

Wilayah yang paling besar dijadikan areal kompleks perumahan tersebut adalah kelurahan Tanjung Rejo. Kebanyakan penduduk yang tinggal di komplek ini rata-rata kelas menengah keatas dan kehidupan sebagian penduduknya individualistis. Peneliti di sini hanya meneliti di lokasi komplek TASBI I kelurahan Tanjung Rejo kecamatan Medan Sunggal ini disebabkan untuk mempersempit lokasi yang akan diteliti.

Kompleks perumahan TASBI mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut :

 Sebelah Barat berbatasan dengan Jalan setia budi

 Sebelah Utara berbatasan dengan Jalan perjuangan

 Sebelah Timur berbatasan dengan Pasar VI

 Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Asam Kumbang.

4.2 Profil Informan

4.2.1 Profil Informan Kunci 4.2.1.1 Profil Dhie

Nama : Dhie

Umur : 22 tahun

Pekerjaan : Pegawai di salah satu bank

Informan lahir di Medan pada 22 tahun yang lalu. Dhie di lihat dari segi fisik badannya langsing, mempunyai tinggi sekitar 165-170 cm, rambutnya hitam panjang sepinggang, kulitnya termasuk putih dan sering memakai kontak lens karena matanya

45


(50)

minus. Dhie sangat ramah kepada siapa saja di tambah wajah Dhie yang menarik dan cantik ketika di pandang. Orang tua Dhie kedua-duanya bekerja, ayahnya bernama Bapak Purba bekerja sebagai wiraswasta sedangkan ibunya bernama Ibu Rose membuka salon dirumahnya. Di samping ini merupakan usaha keluarga turun temurun.

Usaha Ibu Dhie termasuk terkenal di kalangan ibu-ibu yang berada di dalam komplek. Ibu Dhie sangat ramah kepada siapa saja dan konsep suasana salon Ibu Dhie seperti berada di rumah sendiri. Jika Dhie sedang di rumah dan tidak ada pekerjaan. Kebetulan tamu Ibu Dhie yang datang ke salon ramai. Dhie dan adik-adik segera membantu Ibu Dhie. Dhie merupakan anak 1 dari 3 bersaudara yang semuanya perempuan. Kehidupan keluarga Dhie adalah keluarga pada umumnya dan taat dalam beragama. Di mana keluarga Dhie menganut agama Kristen Protestan. Kehidupan ekonomi keluarga Dhie termasuk dalam golongan menengah keatas.

Orang tua Dhie kedua-duanya bekerja dan pendapatan dari orang tua Dhie sangat mencukupi kebutuhan akan anak-anaknya. Pendapatan ekonomi keluarga Dhie sebetulnya lebih di dominasi oleh Ibunya karena ayahnya bekerja ketika ada proyek yang diberikan. Jika sudah selesai maka ayahnya hanya bisa menunggu proyek atau pekerjaan apa yang akan diberikan. Sewaktu ayahnya belum mendapat proyek maka akan kegiatan ekonomi bertumpu kepada Ibunya.

Dhie sangat bangga kepada Ibunya karena sangat giat dalam mencari pendapatan untuk ekonomi keluarga karena usaha yang di bangun Ibunya bisa dikatakan sukses. Pendapatan dari Ibunya dapat memenuhi kebutuhan seluruh keluarga. Ini juga menunggu sampai ayahnya mendapatkan pekerjaannya. Dhie bersama keluarganya tinggal di komplek TASBI sudah 20 tahun. Menurut Dhie tinggal di komplek TASBI selain


(51)

mengikuti orang tua dan suasana lingkungan sekitar lebih tenang. Dhie merupakan tamatan Diploma-3 dari salah satu Perguruan Tinggi Negeri yang ada di Medan, setelah lulus Dhie langsung bekerja.

Pada saat ini, Dhie di samping bekerja juga melanjutkan pendidikannya yaitu mengambil Sarjana-1 di bidang yang sama dengan Diploma-3. Dhie sekarang sudah bekerja selama 1 tahun 5 bulan di salah satu Bank BUMN yang ada di Medan. Dhie bekerja dalam bidang Customer Services (CS) dan dalam 1 bulan Dhie mempunyai penghasilan sekitar Rp. 2 juta diantaranya selain gaji pokok ada juga uang tambahan yaitu uang lembur Rp. 6000,-/jam, bonus biasa diberikan waktu hari raya besar dan akhir tahun tergantung dari atasan yaitu sebesar 1 bulan gaji.

Tutur kata yang sopan dan kelembutan nada bicaranya membuat siapa saja merasa lekas akrab dengannya. Demikian pula perasaan peneliti saat wawancarai beliau. Dalam menyampaikan jawaban dan tanggapan terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diajukan, informan terkesan cermat sehingga membuat peneliti tidak bingung dengan apa yang dikatakannya. Suatu sikap yang sangat dihargai oleh peneliti. Banyak hal di peroleh melalui wawancara dengan informan. Peneliti merasa sangat tepat telah memilihnya sebagai informan kunci. Dhie sangat memahami gaya hidup perempuan muda yang bekerja karena Dhie sudah mempunyai pekerjaan yang mengetahui akan kehidupan kaum perempuan muda yang sudah bekerja.


(52)

4.2.1.2 Profil Rani

Nama : Rani

Umur : 22 tahun

Pekerjaan : Pegawai Deskcall

Informan sekarang sudah memasuki usia 22 tahun. Rani dari segi fisik mempunyai tinggi sekitar 160-165 cm, badannya langsing, rambutnya hitam panjangnya sepundak memiliki kuning langsat. Rani kalau di pandang termasuk orangnya manis dan tergolong pemalu. Rani agak tertutup ketika diberikan pertanyaan maka jawaban yang diberikan sangat sedikit sehingga perlu waktu untuk mendapatkan jawaban yang diinginkan. Orang tua Rani yang laki-laki sudah meninggal sedangkan ibunya bekerja sebagai pengajar pelajaran agama di mesjid dekat rumah yaitu mengaji.

Ibu Rani juga bekerja sebagai penceramah (ustadzah) yang biasa di panggil ketika mengadakan acara untuk pengajian ibu-ibu. Ibunya aktif dalam kegiatan keagamaan yang diadakan di mesjid atau organisasi dan Ibunya termasuk sebagai anggota atau panitia dalam setiap kegiatan di mesjid maupun organisasi. Kehidupan keluarga Rani di rumah seperti pada umumnya serta taat dalam beribadah, di mana keluarga Rani menganut agama Islam.

Kehidupan ekonomi keluarga Rani termasuk golongan menengah. Terlebih dahulu dahulu peneliti membuat janji dengan Rani untuk bertemu di rumah Rani. Kebetulan pada saat peneliti datang Rani sedang duduk di depan teras rumahnya. Rani langsung mempersilahkan peneliti duduk dan menanyakan maksud dari kedatangan peneliti. Setelah peneliti menjelaskan secara detail Rani menanggapinya dengan terdiam sebentar


(53)

sekalian membaca pertanyaan yang akan peneliti berikan. Ternyata Rani mempersilahkan peneliti bertanya walaupun sedikit lama.

Pada saat menjawab pertanyaan peneliti, Rani hanya menjawab dengan kata-kata yang singkat. Peneliti harus sedikit bersabar agar mendapatkan jawaban yang sebenar-benarnya. Pendapatan yang di peroleh oleh Ibunya membuat kebutuhan setiap hari dari yang pokok sampai hanya untuk bersenang-senang seperti jalan-jalan dan shopping dapat tercukupi dengan baik. Ini di dukung dengan saudara di atas Rani sudah pada bekerja jadi tidak terlalu memberatkan orang tua Rani. Rani merupakan anak ketiga dari 4 bersaudara. Rani bersama keluarganya tinggal di komplek TASBI sudah sekitar lebih kurang 20 tahun.

Menurut Rani tinggal di TASBI sangat nyaman karena kebetulan keluarga Rani dengan keluarga tetangga-tetangga sangat dekat dan kekeluargaan. Kebanyakan teman-teman Rani berada semua di sini. Rani merupakan lulusan Sarjana-1 di salah satu Perguruan Tinggi Negeri di Medan, dan beberapa bulan kemudian Rani mendapat pekerjaan. Rani sekarang sudah bekerja selama 1 tahun 5 bulan di Perusahaan Pengkreditan Resmi untuk Sepeda Motor yang ada di Medan. Rani bekerja sebagai Deskcall dan dalam 1 bulan Rani mendapat penghasilan mendekati sekitar Rp. 2 juta.

4.2.1.3 Profil Etha

Nama : Etha

Umur : 23 tahun


(54)

Informan yang lahir pada tahun 1984 dan sekarang berusia 23 tahun. Etha merupakan anak pertama dari 3 bersaudara dan orang tua Etha kedua-duanya bekerja sebagai wiraswasta. Etha dari segi fisik parasnya cantik, mempunyai tinggi sekitar 160-165 cm, badannya berisi, kulitnya putih, dan rambutnya panjang sebahu diwarnai pirang. Etha termasuk orang yang ramah di dukung wajahnya menarik ketika di pandang. Peneliti membuat janji bertemu dengan Etha di salah satu restauran, setelah Etha selesai dengan pekerjaan kantornya.

Sewaktu pertama kali peneliti bertemu dengan Etha orangnya sangat murah senyum dan sopan dalam berbicara. Pada saat peneliti mewawancarai Etha, Etha mempunyai kepribadian yang baik dan kepercayaan dirinya sangat tinggi sehingga sewaktu menjawab pertanyaan yang diajukan setiap kalimat yang diucapkan Etha sangat mudah untuk dipahami. Ini membuat suasana pada saat wawancara menjadi tidak kaku dan sangat akrab sehingga waktu untuk wawancara tidak terasa seperti mewawancarai seseorang. Etha tinggal di komplek TASBI sudah sekitar 10 tahun.

Menurut Etha tinggal di komplek TASBI selain mengikuti orang tua dan lingkungan tempat tinggal Etha sangat dekat antar tetangga. Ini menyebabkan suasana kekerabatannya tinggi. Kehidupan keluarga Etha layaknya seperti pada keluarga pada umumnya dan keluarganya termasuk kalangan menengah keatas, di mana keluarga Etha menganut agama Kristen.

Etha adalah lulusan Diploma-3 di salah satu Perguruan Tinggi Swasta di Medan, dan beberapa bulan setelah itu Etha mendapatkan pekerjaan. Etha sekarang sudah bekerja selama 1 tahun 7 bulan di salah satu bidang Telekomunikasi Indonesia yang ada di Medan. Etha bekerja sebagai call center dan dalam 1 bulan Etha mempunyai penghasilan


(55)

mendekati sekitar dari Rp 2 juta, ini sudah termasuk gaji pokok, dan ada tambahan seperti bonus, uang kosmetik sekitar Rp. 500.000,-/bulan dan lain-lainnya itupun tidak tentu.

4.2.1.4 Profil Dila

Nama : Dila

Umur : 22 tahun Pekerjaan : Pegawai teller

Informan sekarang memasuki usia 22 tahun. Dila di lihat dari segi fisik orangnya hitam manis, parasnya cantik, rambutnya panjang hitam sebahu dan enak dilihat juga merupakan keturunan pakistan. Dila merupakan anak kedua dari 4 bersaudara dan orang tua Dila kedua-duanya bekerja membuka usaha di bidang travel dan berbagai usaha lainnya. Usaha yang di bangun kedua Dila termasuk sukses karena dari usaha-usaha yang di bangun Dila dan keluarga dapat tercukupi segala kebutuhan baik yang pokok maupun hanya untuk bersenang-senang.

Dahulu Dila dan keluarga ketika menetap di komplek TASBI, Dila dan keluarga tinggal di rumah dengan mengontrak. Sewaktu usaha-usaha kedua orang tua Dila termasuk sukses, keluarga Dila membeli rumah yang tergolong mewah di komplek TASBI. Sampai saat ini Dila dan keluarga menetap di rumah tersebut. Dila bersama keluarganya tinggal di komplek TASBI sudah sekitar 10 tahun.

Menurut Dila tinggal di komplek TASBI selain mengikuti orang tua juga suasana lingkungan sekitar lebih nyaman. Kehidupan keluarga Dila seperti keluarga pada umumnya dan keluarga Dila termasuk golongan menengah keatas serta keluarga Dila menganut agama Islam. Suasana keluarga Dila agak hening jika datang kerumahnya


(56)

karena semuanya mempunyai aktivitas masing-masing sehingga ketemu antar keluarga di malam hari dan hari libur. Walaupun jarang bertemu dengan seluruh anggota keluarga, Dila masih dekat dengan anggota keluarga yang lain. Ini membuat Dila dan keluarga ketika ada hari libur maka akan dipergunakan dengan sebaik mungkin.

Dila adalah lulusan Diploma-3 di salah satu Perguruan Tinggi Negeri di Medan dan sekarang Dila juga melanjutkan sekolahnya di salah satu Perguruan Tinggi Negeri di Medan untuk mendapatkan gelar Sarjana-1. Dila sekarang sudah bekerja selama 1 tahun 5 bulan di salah satu Bank Swasta yang ada di Medan. Dila bekerja sebagai teller dan dalam 1 bulan Dila mempunyai penghasilan mendekati sekitar Rp. 2 juta ini terdiri dari gaji pokok, uang makan Rp. 20.000/hari dan ada beberapa bonus lainnya. Jika dapat bonus tersebut maka gaji yang di terima akan meningkat dan ini ditentukan dari atasan juga waktunya tidak menentu.

4.2.1.5Profil Popy

Nama : Popy

Umur : 25 tahun Pekerjaan : PNS

Informan yang lahir pada tahun 1982 dan saat ini berusia 25 tahun. Informan biasa di panggil Popy. Popy dari segi fisiknya rambutnya pendek, badannya langsing, kulitnya putih, parasnya enak di lihat, orangnya tidak terlalu tinggi. Popy termasuk enak untuk di ajak berbicara tentang apapun. Popy merupakan anak 1 dari 3 bersaudara dan orang tua Popy kedua-duanya bekerja. Ayah Popy bekerja sebagai wiraswasta dan Ibu Popy bekerja


(1)

Pertanyaan :

1. Dalam sebulan berapa penghasilan yang anda terima dari pekerjaan anda? 2. Setelah mendapat penghasilan, apa yang biasa anda lakukan?

3. Apa anda pergi berbelanja atau melakukan hal lainnya? 4. Barang apa saja yang anda beli saat belanja?

5. Di mana dan kapan anda pergi berbelanja?

6. Berapa banyak pengeluaran anda saat berbelanja?

7. Pengeluaran anda berlebihan atau tidak bawa uang, apa yang biasa anda lakukan? 8. Apakah anda senang mengikuti mode dan trend terbaru?

9. Mulai kapan anda mengikuti dan mengetahui tentang mode dan trend? 10.Dari mana anda mengikuti mode dan trend terbaru?

11.Apakah anda sering mengikuti mode dan trend terbaru? 12.Apa alasan utama anda mengikuti mode dan trend?

13.Menurut anda dengan mengikuti mode dan trend baru, apakah telah mendukung jati diri anda sebenarnya?

14.Bagaimana sebenarnya pandangan anda terhadap mode dan trend yang ada di dalam masyarakat pada saat sekarang ini?

15.Menurut anda, bagaimana anda menggambarkan gaya hidup anda saat ini? 16.Apa anda mengetahui tentang kata konsumtif?

17.Menurut anda, apakah anda termasuk orang yang konsumtif dan barang apa saja? 18.Apakah gaya hidup yang anda jalani sekarang memang keinginan anda atau ada

hal lainnya?

19.Bagaimana menurut anda jika konsumtif menjadi sebuah gaya hidup?

20.Bagaimana pandangan saudari tentang gaya hidup konsumtif yang terjadi pada kaum perempuan bekerja saat ini?


(2)

Dokumentasi Penelitian

Gambar diatas. Informan Dina sedang melihat barang assesoris yang menurutnya lucu dan kebetulan pergi bersama pacarnya.

Gambar diatas. Informan Ria sedang melihat barang-barang yaitu sepatu di salah satu toko yang ada di Mall.


(3)

Gambar diatas. Informan Neni bersama temannya ketika melihat ada barang yang cocok langsung masuk ke toko tersebut untuk melihat barang yang diinginkan lebih dekat.

Informan Popy bersama temannya lagi memilih pakaian yang sedang diskon di salah satu Mall.


(4)

Gambar diatas. Informan Rani saat ini pergi berbelanja bersama dengan ibunya di salah satu Mall. Lalu mendapatkan barang yang cocok dan ditunjukkan kepada ibunya.

Informan Dhie yang berbaju lila sedang mencoba sepatu di toko bermerek yang khusus menjual sepatu dan tas.


(5)

Gambar diatas. Setelah di Mall berkeliling mencari dan membeli barang yang diinginkan seperti pakaian, tas, sepatu dll. Informan Dila mampir juga ke supermarket yang ada di Mall untuk membeli keperluan makanan kecil untuk Dila.

Seperti toko diatas yang mana dengan adanya diskon maka toko tersebut akan menarik banyak pembeli salah satunya kaum perempuan. Informan Dhie sedang berada di dalam toko karena sangat ramai membuat peneliti tidak dapat mengikuti kegiatan yang


(6)

Gambar diatas. Informan Etha yang berbaju hitam sedang memilih barang yaitu assesoris yang menurutnya lucu dan unik serta langsung membelinya