PERBEDAAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY - TWO STRAY (TSTS) DAN TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DI KELAS X SMK TKJ NEGERI 1 STABAT T.A 2016/2017.

PERBEDAAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIKA SISWA
MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
TWO STAY - TWO STRAY (TSTS) DAN TIPE STUDENT
TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)
DI KELAS X SMK TKJ NEGERI 1
STABAT T.A 2016/2017

Oleh :
Nurhabibi Syarif
NIM.4103311038
Program Studi Pendidikan Matematika

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan

JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN

2017

i

ii

RIWAYAT HIDUP

Nurhabibi Syarif dilahirkan di Stabat pada tanggal 26 Maret 1992. Ayah
yang bernama Drs. Syarifuddin dan Ibu yang bernama Ainun, merupakan anak
ketiga dari empat bersaudara. Pada tahun 1996, penulis masuk TK Sriwijaya
Palembang dan lulus pada tahun 1998. Pada tahun 1998, penulis masuk SD YKPP
Palembang dan lulus pada tahun 2004. Pada tahun 2004, penulis melanjutkan
sekolah di SMP Negeri 2 Stabat dan lulus pada tahun 2007. Setelah itu penulis
melanjutkan sekolah di SMA Negeri 1 Binjai Kab. Langkat dan lulus pada tahun
2010. Pada tahun 2010, penulis diterima di Program Studi Pendidikan
Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Negeri Medan.

iii


PERBEDAAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIKA SISWA
MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
TWO STAY - TWO STRAY (TSTS) DAN TIPE STUDENT
TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)
DI KELAS X SMK TKJ NEGERI 1
STABAT T.A 2016/2017
Nurhabibi Syarif ( NIM. 4103311038 )
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) Apakah ada perbedaan
kemampuan penalaran siswa yang diajarkan menggunakkan model pembelajaran
kooperatif tipe TSTS dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada
materi SPLDV dikelas X TKJ SMK Negeri 1 Stabat T.A 2016/2017, (2) bagaimana
proses penyelesaian jawaban siswa terkait kemampuan penalaran matematika siswa yang
diajarkan dengan pembelajaran kooperatif tipe Two Stay - Two Stray (TSTS) dan tipe

Student Team Achievement Division (STAD).
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu dengan desain
pretest-posttest Control Group Design. Variabel penelitian ini terdiri dari variabel
bebas yaitu penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS dan STAD,

sedangkan variabel terikat yaitu kemampuan penalaran matematika siswa.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMK Negeri 1 Stabat
tahun ajaran 2016/2017 yang berjumlah 625 siswa, sedangkan sampel dalam
penelitian ini adalah siswa kelas X TKJ 1 (kelas eksperimen I) sebanyak 32 siswa
dan kelas X TKJ 2 (kelas eksperimen II) sebanyak 32 siswa. Instrumen penelitian
dalam pengumpulan data adalah tes dan lembar observasi. Sebelum pengujian
hipotesis terlebih dahulu diuji normalitas data dengan menggunakan uji Liliefors
dan homogenitas data menggunakan uji F. Pengujian juga di bantu menggunakan
software SPSS v.16.
Dari pengujian yang dilakukan diperoleh bahwa hasil pretest kedua sampel
berdistribusi normal dan homogen, dengan demikian penulis bisa memberikan
perlakuan kepada kedua sampel. Dari hasil analisis data hasil pretest-posttes
dengan
menggunakan
uji-t
pada
taraf
diperoleh
yaitu
sehingga

ditolak dan
diterima.
Maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan penalaran matematika siswa dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS lebih baik dibandingkan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD di kelas X TKJ SMK Negeri 1 Stabat
Tahun Ajaran 2016/2017.
Kata kunci : Kemampuan penalaran, proses jawaban siswa, TSTS, STAD.

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas
segala rahmat dan karunia-Nya kepada penulis hingga penelitian ini dapat selesai
tepat pada waktunya.
Skripsi ini berjudul “Perbedaan Kemampuan Penalaran Matematika
Siswa melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TSTS dengan STAD Di
Kelas X TKJ SMK Negeri 1 Stabat T.A 2016/2017”,. Adapun penulisan skripsi
ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri

Medan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak
Prof. Dr. Sahat Saragih, M.Pd selaku Dosen Pembimbing Skripsi. Beliau telah
banyak memberikan bimbingan dan saran-saran kepada penulis sejak awal hingga
akhir penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Ibu Dra.
Katrina Samosir, M.Pd, Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si dan Bapak Prof. Dr. M.
Manullang, S.Pd, selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dan
saran-saran mulai dari rencana penelitian sampai penyusunan skripsi ini. Ucapan
terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Drs. M. Panjaitan, M.Pd, selaku
dosen Pembimbing Akademik yang telah membimbing dan memotivasi penulis
selama perkuliahan.
Ucapan terima kasih disampaikan penulis kepada Bapak Dr. Asrin Lubis,
M.Pd selaku Dekan FMIPA UNIMED, beserta Wakil Dekan FMIPA UNIMED,
Bapak Dr. Edy Surya, M.Si selaku Ketua Jurusan Matematika, Bapak Drs. Zul
Amry, M.Si, Ph.D selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika dan
Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Matematika, juga Bapak
dan Ibu Dosen serta Staf Pegawai Jurusan Matematika yang telah memberikan
ilmu pengetahuan dan membantu penulis selama perkuliahan.
Ucapan terima kasih yang sama penulis sampaikan kepada Bapak Ilyas,
S.Pd, selaku kepala sekolah SMKN 1 Stabat dan kepada Ibu Hj. Nursiah, S.Pd

selaku guru bidang studi matematika yang telah banyak membantu dan

v

membimbing penulis selama penelitian serta para guru dan staf administrasi yang
telah memberikan kesempatan serta bantuan kepada penulis selama melakukan
penelitian.
Teristimewa rasa terima kasih dan cinta penulis kepada kedua orangtua
terbaik Ayahanda Drs. Syarifuddin dan Ibunda Ainun yang telah mengasuh,
membesarkan, membimbing, mendidik, memberi kasih sayang, terus bersabar,
mendukung secara materil dan selalu mendo’akan penulis sampai saat ini.
Semoga Allah memberikan kesehatan dan panjang umur. Amin. Terima kasih
juga buat kakak dan adik tersayang Syarifa Andiana Syarif, S.Fram, Apt, Ridha
Juliani Syarif, S.Pd, dan Mohammed Ari Rachman Syarif, S.Pd yang selalu
memberikan do’a, semangat, motivasi, dan dukungan kepada penulis, dan yang
terspesial penulis ucapkan untuk anak kesayangan Kirana Aulia yang selalu
menemani penulis dan menjadi pengobat lelah disaat proses penelitian penulis.
Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada teman-teman Ekstensi
Matematika 2010 selama perkuliahan, adik-adik Ekstensi Matematika 2011,
Ekstensi A Matematika 2012, dan seluruh adik adik kelas jurusan matematika

yang membantu penulis menyelesaikan perkuliahan yang tertinggal, yang telah
membantu dan memotivasi penulis dalam pembuatan skripsi ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi
ini, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
pembaca untuk kesempurnaan skripsi ini. Kiranya skripsi ini bermanfaat bagi
pembaca dan dunia pendidikan.

Medan,

April 2017

Penulis,

Nurhabibi Syarif
NIM. 4103311038

vi

DAFTAR ISI
Halaman

LEMBAR PENGESAHAN

i

ABSTRAK

ii

RIWAYAT HIDUP

iii

KATA PENGANTAR

iv

DAFTAR ISI

vii


DAFTAR TABEL

x

DAFTAR GAMBAR

xi

DAFTAR LAMPIRAN

xii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

1

1.2 Identifikasi Masalah

13


1.3 Batasan Masalah

14

1.4 Rumusan Masalah

14

1.5 Tujuan Penelitian

15

1.6 Manfaat Penelitian

16

BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kerangka Teoritis


15

2.1.1 Pengertian Belajar

15

2.1.2 Pembelajaran Matematika

18

2.2 Kemampuan Penalaran Matematika

20

2.3 Model Pembelajaran

25

2.3.1 Model Pembelajaran Kooperatif

26

2.3.2 Pembelajaran Kooperatif Tipe TSTS

33

vii

2.3.3 Kelebihan Dan Kekurangan Tipe TSTS

38

2.3.4 Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

39

2.3.5 Kelebihan Dan Kekurangan Tipe STAD

44

2.3.6 Perbedaan Pedagogic Antar Model Pembelajaran

45

Kooperatif Tipe TSTS Dan Tipe STAD
2.4 Kajian Penelitian Yang Relevan

46

2.5 Kerangka Konseptual

47

2.5.1 Perbedaan Kemampuan Penalaran Siswa Yang Diajarkan

47

Dengan Model Pembelajaran Tipe TSTS Dan Tipe STAD
2.5.2 Proses Jawaban Siswa Dalam Menyelesaikan Soal
2.6 Hipotesis

49
50

BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi Dan Waktu Penelitian

50

3.2 Populasi Dan Sampel Penelitian

50

3.2.1 Populasi Penelitian

50

3.2.2 Sampel Penelitian

50

3.3 Variabel Penelitian

50

3.4 Jenis Dan Desain Penelitian

52

3.5 Prosedur Penelitian

52

3.6 Instrumen Penelitian

55

3.6.1 Validasi Test

55

viii

3.6.2 Reliabilitas Test

56

3.6.3 Tingkat Kesungkaran Test

57

3.6.4 Daya Pembeda Test

58

3.7 Teknik Analisis Data

59

3.7.1 Menghitung Rata-Rata Skor

59

3.7.2 Menghitung Standar Deviasi

59

3.7.3 Uji Normalitas

60

3.7.4 Uji Homogenitas

60

3.7.5 Uji Hipotesis

61

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Deskripsi Hasil Pretest Kemampuan Penalaran

58
58

Matematika Siswa Kelas Eksperimen I Dan Kelas Eksperimen II
4.1.2 Deskripsi Hasil Posttest Kemampuan Penalaran

60

Matematika Siswa Kelas Eksperimen I Dan Kelas Eksperimen II
4.2 Analisis Data Hasil Penelitian

63

4.2.1 Uji Normalitas Data

63

4.2.1 Uji Homogenitas

65

4.2.3 Pengujian Hipotesis Kemampuan Penalaran Matematika

67

4.2.4 Analisis Deskriptif Proses Jawaban Siswa

69

4.2.5 Deskriptif Kendala Yang Dihadapi

82

ix

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian

83

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan

86

5.2 Saran

87

DAFTAR PUSTAKA

88

x

DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kisi-Kisi Tes Kemampuan Penalaran

22

Tabel 2.2 Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif

28

Tabel 2.3 Nilai Perkembangan Individu

35

Tabel 2.4 Contoh Pembentukkan Kelompok STAD

37

Tabel 2.5 Fase-Fase Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

39

Tabel 2.6 Perhitungan Skor Perkembangan

41

Tabel 2.7 Tingkat Penghargaan Kelompok

41

Tabel 2.8 Perbedaan Model Pembelajaran Kooperatif

43

Tipe TSTS Dan Tipe STAD
Tabel 3.1 Desain Penelitian

51

xi

DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Skema Diskusi Model Tipe TSTS

32

Gambar 3.1 Diagram Alur Pelaksana Penelitian

53

xii

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. RPP 1 (TSTS)

90

Lampiran 2. RPP 2 (TSTS)

98

Lampiran 3. RPP 3 (TSTS)

106

Lampiran 4. RPP 1 (STAD)

114

Lampiran 5. RPP 2 (STAD)

121

Lampiran 6. RPP 3 (STAD)

128

Lampiran 7. Lembar Aktivitas Siswa (LAS I)

136

Lampiran 8. Lembar Aktivitas Siswa (LAS II)

139

Lampiran 9. Lembar Aktivitas Siswa (LAS III)

144

Lampiran 10. Validasi Test Awal

148

Lampiran 11. Kisi-Kisi Test Awal

151

Lampiran 12. Test Awal (Pre-Test)

152

Lampiran 13. Validasi Test Akhir

154

Lampiran 14. Kisi-Kisi Test Akhir

157

Lampiran 15. Test Akhir (Post-Test)

158

Lampiran 16. Alternatif Penyelesaian Soal Pre-Test

160

Lampiran 17. Alternatif Penyelesaian Soal Post-Test

168

Lampiran 18. Deskripsi Hasil Pretest Dan Posttest

176

Kemampuan Penalaran Matematika Siswa Kelas
Eksperimen I ( X TKJ 1)

xiii

Lampiran 19. Deskripsi Hasil Pretest Dan Posttest

179

Kemampuan Penalaran Matematika Siswa Kelas
Eksperimen II ( X TKJ 2)
Lampiran 20. Perhitungan Normalitas Data

182

Lampiran 21. Perhitungan Uji Homogenitas Data

186

Lampiran 22. Perhitungan Uji Hipotesis Tes Kemampuan Penlaaran

188

Matematika
Lampiran 23. Tabel Analisis Proses Jawaban Siswa Kelas Eksperimen I

191

Lampiran 24. Tabel Analisis Proses Jawaban Siswa Kelas Eksperimen II 193
Lampiran 25. Tabel Wilayah Luas Dibawah Kurva Normal 0 Ke Z

195

Lampiran 26. Daftar Nilai Kritis Untuk Uji Liliefors

197

Lampiran 27. Daftar Nilai Persentil Untuk Distribusi t

198

Lampiran 28.Daftar Nilai Persentil Untuk Distribusi F

200

Lampiran 29. Dokumentasi Penelitian

203

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan nasional, sebagai salah satu sektor pembangunan dalam upaya
mencerdaskan kehidupan bangsa, mempunyai visi terwujudnya sistem pendidikan
sebagai penata sosial dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga Negara
Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan
proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah (Kemendikbud, 2012:1).
Salah satu cara untuk memperoleh tujuan diatas tesebut adalah melalui
pembelajaran matematika.
Perkembangan dunia yang semakin cepat kompleks diberbagai bidang
menuntut untuk terbentuknya sumber daya manusia yang krisis, inovatif, dan
memiliki kemampuan yang tinggi untuk memecahkan masalah. Selain itu,
kemampuan lain yang harus dipersiapkan adalah kemampuan dalam menganilisis
dan berpikir logis dalam setiap situasi baru yang dihadapkan. Salah satu upaya
yang dapat dilakukan adalah melalui belajar matematika.
Matematika adalah ilmu yang mendasari perkembangan teknologi dan
pengetahuan lain. Matematika membentuk seseorang untuk memiliki pikiran yang
logis, krisis, sistematis dan kreatif. Sesuai dengan uraian tersebut diharapan bahwa
setiap orang yang mempelajari matematika akan mampu bekerja dan berpikir
secara logis dan sistematis, krisis hingga kreatif. Berdasarkan tujuan pembelajaran
matematika tersebut maka pemerintah telah melakukan berbagai upaya dalam
meningkatkan kualitas pembelajaran matematika.
Matematika sebagai salah satu pengetahuan yang mendasar yang sangat
penting dan sangat dibutuhkan untuk mendorong perkembangan teknologi modern
saat ini, yang juga mempunyai peran dalam memajukan daya pikir manusia. Oleh
karena itu, mata pelajaran matematika merupakan bidang studi yang dipelajari
oleh semua siswa dari SD hingga SLTA dan bahkan juga perguruan tinggi.

1

2

Matematika mempunyai peranan penting dalam kehidupan sehari-hari,
maka matematika perlu ditanamkan sejak pendidikan dasar. Matematika sebagai
salah satu yang sangat mendasar dan sangat penting, sangat dibutuhkan dalam
perkembangan teknologi saat ini, dimana tujuan pembelajaran matematika yang
dikemukakan Sihombing (2006: 16-17) yaitu :
1. Melatih cara berpikir dalam bernalar atau menarik kesimpulan,
misalnya melalui kegiatan penyelidikan, ekplorasi, eksperimen,
menunjukkan kesamaan, perbedaan, konsisten, dan inkonsistem.
2. Mengembangkan aktivitas yang menyebabkan imajinasi, intuisi dan
penemuan, pengembangan pemikiran divergen irisinal, rasa ingin tahu,
membuat prediksi, dan dugaan sementara serta mencoba-coba.
3. Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah.
4. Mengembangkan

kemampuan

menyampaikan

informasi

atau

mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan,
catatan, grafik, peta, diagram dalam menjelaskan.
Matematika juga mampu meningkatkan kemampuan berpikir jelas, logis,
teratur dan sistematis. Seperti yang diungkapkan oleh Cokroft alasannya perlu
belajar matematika, yaitu :
Matematika perlu diajarkan kepada siswa karena (1) Selalu digunakkan
dalam segi kehidupan, (2) Semua bidang studi memerlukan ketrampilan
matematika yang sesuai, (3) Merupakkan sarana komunikasi yang kuat,
singkat, dan jelas, (4) Dapat digunakkan untuk menyajikan informasi
dalam berbagai cara, (5) Meningkatkan kemampuan berpikir logis,
ketelitian, dan kesadaran keruangan dan (6) Memberikkan kepuasan
terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang. (Abdurrahman,
200:253)
Salah satu tujuan umum pembelajaran matematika adalah mempersiapkan
siswa untuk menggunakan matematika dan berpikir secara matematis dalam
menyelesaikan masalah kehidupan sehari-hari. Kemampuan bepikir matematis ini

3

dikaitkan dengan beberapa kemampuan yang sering dijadikan standar masalah,
kemampuan bernalar, kemampuan berkomunikasi dan kemampuan mengaitkan
ide (NTM, 2000)
Soedjadi (Saragih, 2007) juga mengungkapkan bahwa pendidikan
matematika memiliki dua tujuan besar yang meliputi (1) Tujuan yang bersifat
formal, yang memberi tekanan pada penataan nalar anak serta pembentukan
pribadi anak dan (2) Tujuan yang bersifat material yang memberi tekanan pada
penerapan matematika serta kemampuan memecahkan masalah matematika.
Untuk

mencapai

tujuan

tersebut,

dalam

pelaksanaan

kegiatan

pembelajaran dikelas, guru hendaknya memilih tugas-tugas matematika, model,
strategi pembelajaran matematika sedemikian hingga dapat memotivasi minat
siswa dan meningkatkan ketrampilan siswa, menciptakan suasana kelas yang
mendorong dicapainya penemuan dari pengembangan ide matematika, dan
membimbing secara individual, secara kelompok serta secara klasikal.
Slameto (2010) mengungkapkan bahwa :
Metode mengajar guru yang kurang baik diakibatkan karena guru kurang
persiapan dan kurang menguasai bahan pelajaran sehingga guru tersebut
menyajikannya tidak jelas atau sikap guru terhadap siswa kurang senang
terhadap pelajaran.
Namun pada kenyataannya hasil belajar matematika di Indonesia masih
mengkhawatirkan. Hal ini terlihat dari berbagai hasil penelitian. Pada tingkat
internasional misalnya, Trens In Internasional Mathematics And Science Study
(TIMMS, 2007) mengemukakan bahwa hasil belajar pembelajaran matematika
Indonesia berada pada peringkat 36 dari 48 negara (Kompas, 8 Mei 2010). Pada
tingkatan nasional, Saragih (Adhany, 2013) juga menjelaskan bahwa hasil tes
diagnostik yang dilakukan oleh Suryono dan Somerset di 16 sekolah menegah di
beberapa provinsi di Indonesia untuk mata pelajaran matematika sangat rendah.

4

Seperti yang diungkapan Abdurrahman, (2009:251) bahwa :
Banyak orang memandang matematika sebagai bidang studi yang paling
sulit. Meskipun demikian, semua orang harus mempelajarinya karena
merupakan sarana untuk memecahkan masalah dalam kehidupan seharihari, untuk itu kesulitan belajar matematika harus diatasi sedini mungkin.
Kalau tidak siswa akan mengalami masalah karena hampir semua studi
memerlukan matematika yang sesuai.
Salah satu penyebab lemahnya kemampuan siswa dalam memahami
konsep matematika adalah kurangnya kemampuan bernalar, Wahyudin (1999).
Matematika merupakan sarana untuk menanamkan kebiasaan bernalar didalam
pikiran orang. Menurut

Hasratuddin (2013:133), pembelajaran matematika

merupakan belajar mengenai keteraturan, struktur yang terorganisasi, konsep yang
tersusun secara hierarkis dari yang sederhana hingga yang paling kompleks.
Untuk itu, penalaran diperlukan dalam mengolah kesemua aspek tersebut.
Penalaran menghasilkan pengetahuan yang berkaitan dengan kegiatan berpikir
bukan merasa (Suriasumantri, 1999:42). Dalam hal ini penalaran dimaknai
sebagai proses pemikiran yang logis yang perlu diterapkan secara kontinu dan
konsisten pada setiap konteks permasalahan.
Kemampuan penalaran adalah kemampuan seseorang dalam menghasilkan
pemikiran yang belum tentu sama antar individu satu dengan yang lainnya.
Kemampuan bernalar matematika merupakan kemampuan memahami konsep
matematika dengan berpikir tingkat tinggi dalam menyelesaikan soal-soal
matematika.
Materi matematika dan penalaran merupakan dua hal yang saling
berhubungan erat dan tidak dapat dipisahkan. Penalaran mengacu pada apa yang
kita gunakan untuk berpikir mengenai sifat-sifat objek matematika dan kemudian
digunakan untuk mengembangkan generelisasi terhadap keseluruhan objek tesebut
(Russel dalam Monoyiou, 2006:177). Dalam hal ini penalaran digunakan untuk
memahami objek matematika yang abstrak.

5

Menurut Sumarmo (2006) :
Aktivitas yang tercakup dalam penalaran matematika meliputi menarik
kesimpulan secara logis; menjelaskan dengan menggunakan model, fakta,
sifat-sifat

dan

hubungan;

memperkirakan

jawaban

dan

solusi;

menganalisis konsep matematika serta memahami induksi matematika.
Demikian juga Menurut Permata dan Sumarmo (2007:117) :
Penalaran merupakan proses berpikir dalam proses penarikan kesimpulan.
Kemampuan penalaran dalam pembelajaran matematika sangat penting
karena dalam proses belajar matematika penekanan diutamakan pada
aktivitas penalaran danpemecahan masalah yang saling berkaitan satu
sama lain dalam pencapaian hasil belajar siswa.
Melalui kegiatan bernalar dalam matematika, diharapkan dapat melihat
bahwa matematika merupakan kajian yang masuk akal atau logis sehingga siswa
merasa yakin bahwa matematika dapat dipahami, dipikirkan, dibuktikan, dan
dievalusai (Priatna, 2010). Selanjutnya, Subanindro (2012:811) menyatakan
bahwa

kemampuan

penalaran

matematika

adalah

kemampuan

untuk

menghubungkan antara ide-ide atau objek-objek matematika, membuat,
menyelidiki dan mengevaluasi dugaan matematik, serta mengembangkan
argument-argumen dan bukti-bukti matematika untuk meyakinkan diri sendiri dan
orang lain bahwa dugaan yang dikemukakan adalah benar.
Pentingnya penalaran ini bagi setiap siswa khususnya siswa yang
mempelajari matematika adalah berkaitan dengan kemampuan pembentukan
pemikiran logis, penguasaan konsep dengan baik dan benar, dan penarikan
kesimpulan yang shahih dimana semua faktor tesebut merupakan langkah-langkah
dan strategi untuk menyelesaikan permasalahan matematika. Fenomena yang
terjadi dalam pembelajaran matematika disekolah adalah kurangnya kemampuan
siswa untuk bernalar dengan baik sehingga hasil pembelajaran tidak dapat
diterapkan dengan baik. Para siswa cenderung hanya menghafal semua rumus dan
konsep tanpa memahami makna dan esensi pembelajaran tesebut.

6

Oleh sebab itu, berdasarkan kemampuan penalaran yang dimiliki oleh
siswa maka seorang guru harus mampu memilih dan menggunakan model
pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa tersebut karena untuk siswa
yang memiliki kemampuan penalaran yang tinggi akan lebih mudah atau tidak
mengalami kesulitan yang berarti untuk belajar dengan model pembelajaran
apapun, sedangkan untuk siswa yang memiliki kemampuan penalaran yang
rendah akan mengalami kesulitan.
Kondisi ini terjadi pula di SMK Negeri 1 Stabat. Berdasarkan hasil
wawancara dengan guru bidang studi matematika SMK Negeri 1 Stabat pada
tanggal 8 September 2016 bahwa hasil belajar matematika siswa rendah pada
pokok bahasan Sistem Persamaan Linier Dua Variabel (SPLDV). Siswa
mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal SPLDV berbentuk soal cerita dan
mengubahnya kedalam model matematika, seperti contoh, Jumlah uang Andre
ditambah 3 kali uang Budi adalah Rp. 32.500,00 sedangkan 2 kali uang Andre
ditambah 4 kali uang Budi adalah Rp. 50.000,00. Buatlah model matematikanya,
kemudian tentukan besar uang Andre dan Budi masing-masing.
Pada contoh diatas, hanya 10% siswa yang dapat menjawab dengan benar
dan 30% siswa yang mengarah kepada jawaban yang benar, sedangkan 60% siswa
sama sekali tidak daoat menyelesaikan soal tersebut, dikarenakkan siswa kurang
memahami konsep materi tersebut dan penalaran siswa rendah dalam
menerjemahkan atau mengubah sebuah masalah kontekstual menjadi kalimat
terbuka. Karena umumnya materi SPLDV bukan hanya menyangkut kemampuan
berhitung tetapi juga kemampuan bernalar siswa.
Sistem Persamaan Linier Dua Variabel (SPLDV) merupakan salah satu
materi pelajaran dalam matematika. Pada topik ini masih banyak siswa yang
mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal yang diberikan. Seperti yang
dikatakkan oleh ibu Hj. Nursiah, guru matematika SMK Negeri 1 Stabat dalam
wawancara yang dilaksannakkan pada tanggal 8 September 2016 : “Banyak siswa
yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal pada SPLDV. Karena

7

pada umumnya materi ini menyangkut soal bernalar dan berhitung. Siswa banyak
melakukkan kesalahan dalam mengubah dan menyelesaikan soal. Karena itu saat
dites, nilai mereka pun menjadi rendah”
Ketika ditanya mengenai kendala yang paling mencolok pada siswa pada
saat ini ibu Hj. Nursiah mengatakan : “Minat siswa merupakan masalah yang
paling mencolok pada saat ini, mungkin karena mereka siswa SMK, siswa lebih
menyukai pelajaran lain yang bersifat penerapan, bukan matematika yang lebih
banyak membutuhkan daya pikir yang tinggi, karena minat siswa yang begitu
rendah pada matematika, siswa kurang semangat dalam menyelesaikan soal
matematika, meskipun soal yang diberikan masih punya kemiripan dengan contoh
soal yang ada”
Menanggapi pernyataan tersebut, Mansyur dan Fathani (2007:700)
mengungkapkan “Tanpa adanya minat, seseorang akan sulit untuk belajar, dan
kemudian menguasai matematika secara sempurna”. Demikian juga yang
diungkapkan oleh Porter dan Hernacki (2005:51) : “Menciptakan minat adalah
cara yang sangat baik untuk memberi motivasi pada diri anda demi mencapai
tujuan anda”. Lebih lanjut Auliayawati (http://www.omne.indoskrip.com)
mengungkapkan : ”Prestasi belajar yang dicapai oleh siswa dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor, baik yang berasal dari diri siswa (faktor internal) maupun
dari luar siswa (faktor eksterrnal) faktor internal antara lain adalah minat”.
Menanggapi minat siswa Hidojo (1986:7) mengungkapkan :
Minat memang selalu terarah kepada sesuatu, dengan demikian pengajar
harus memperhatikan minat seseorang peserta didik agar dapat
menyesuaikan perencanaan pengajarannya
Demikian juga diungkapkan oleh Masykur dan Fathani (2007;70) :
Menumbuhkan kembali minat siswa terhadap matematika akan sangat
terkait dengan metode pengajaran maupun aspek-aspek lain yang

8

menyangkut dengan pendekatan yang digunakan dalam pengajaran
matematika.
Mengenai metode pembelajaran yang digunakan selama ini dalam proses
belajar mengajar, ibu Hj. Nursiah mengungkapkan : “Metode mengajar yang
digunakan selama ini adalah metode mengajar yang biasa saja. Guru menerangkan
materi pelajaran, siswa memperhatikan, kemudian memberikan beberapa contoh
soal dan siswa menjawab soal latihan yang diberikan guru. Kemudian diakhir
pelajaran guru memberikan pekerjaan rumah pada siswa”.
Untuk mengatasi masalah yang ada, hendaknya guru mampu memberi
inovasi pada metode pembelajaran yang digunakkan selama ini. Metode
pembelajaran yang digunakkan hendaknya variatif, sesuai dengan materi
pembelajaran yang disampaikan, mampu diterima oleh siswa yang memiliki gaya
belajar yang berbeda-beda, dan mampu menjalin hubungan komunikasi yang
positif pada siswa sehingga memberi motivasi pada siswa dan dapat
menumbuhkan minat belajar yang tinggi pada siswa.
Mendukung pernyataan diatas, Munandar (1999;142) mengungkapkan :
Guru yang berpengalaman mengetahuai kapan strategi khusus tertentu
akan paling bermanfaat dalam membantu siswa memahami materi yang
dipelajari dengan menyesuaikan metode yang paling bermanfaat bagi
setiap siswa.
Lebih lanjut Masykur dan Fathani (2007:55) juga mengungkapkan :
Seorang guru harus memiliki kemampuan yang mencukupi dibidang
strategi dan model pembelajaran matematika yang bervariasi. Model
pembelajaran yang digunakan harus tepat dan sesuai dengan kondisi
peserta didik, baik usia, waktu maupun variabel lainnya dan yang lebih
terpenting lagi metode pembelajaran tetap mengacu pada hakikat dan juga
teori belajar.

9

Hal yang sama juga ditambahkan Hudojo (1986;7) :
Seorang pengajar yang tidak menguasai berbagai cara penyampaian, ia
hanya

mengejar

memperhatikan

terselesaikannya
kemampuan

dan

bahan
kesiapan

yang

diajarkan

peserta

didik,

tanpa
dapat

mengakibatkan rendahnya mutu pengajaran matematika sehingga dapat
menimbulkan keengganan belajar matematika, bahkan mungkin menjadi
frustasi dalam diri peserta didik”.
Berkaitan dengan uraian diatas, maka perlu dipikirkan strategi atau cara
penyajian dan prasarana pembelajaran matematika yang membuat siswa aktif
mempelajari matematika. Guru harus mampu mengetahui kualitas siswa, sehingga
guru dapat menggunakan suatu pembelajaran yang tepat bagi siswa. Selain itu
guru juga diharapkan dapat mengembangkkan suatu model pembelajaran yang
dapat meningkatkan kemampuan menemukan, menyelidiki, dan mengungkapkan
ide-ide peserta didik itu sendiri.
Oleh sebab itu sudah semestinya pembelajaran yang terjadi didalam kelas
adalah proses pembelajaran yang mengedepankan aktivitas aktif siswa. Siswalah
yang berperan aktif dalam membangun pengetahuannya berdasarkan pengetahuan
sebelumnya, guru dalam hal ini bertindak sebagai fasilitator yang memberikan
scaffolding bagi siswa yang membutuhkan atau mengalami kesulitan dalam
menemukan

dan

memahami

konsep-konsep

yang diberikan

kepadanya.

Berdasarkan hal ini, peneliti mencoba memilih pembelajaran kooperatif sebagai
salah satu alternative yang diduga dapat mengembangkan kemampuan bernalar
siswa.
Menurut Ibrahim, dkk (2000:3), model pembelajaran kooperatif menuntut
kerjasama siswa dan saling ketergantungan dalam struktur tugas, tujuan dan
hadiah/penghargaan. Struktur tugas mengacu kepada dua hal, yaitu pada cara
pembelajaran itu diorganisasikan dan jenis kegiatan yang dilakukan oleh siswa
didalam kelas. Struktur tujuan suatu pembelajaran adalah jumlah saling
ketergantungan yang dibutuhkan siswa pada saat mereka mengerjakan tugas.

10

Struktur tujuan kooperatif terjadi jika siswa dapat mencapai tujuan mereka dan
dengan siapa mereka bekerja sama mencapai tujuan tersebut. Tujuan kelompok
akan tercapai apabila semua anggota kelompok mencapai tujuan secara bersamasama. Sementara struktur penghargaan dalam pembelajaran kooperatif ialah ibarat
pemenang suatu pertandingan olahraga beregu, seperti sepak bola. Meskipun regu
tersebut harus bersaing dengan regu lain, namun keberhasilan regu tidaklah akibat
keberhasilan 1 atau 2 orang saja, melainkan karena keberhasilan bersama, anggota
regu tersebut.
Pembelajaran kooperatif dapat membantu para siswa meningkatkan sikap
positif dalam matematika. Para siswa secara individu membangun kepercayaan
diri terhadap kemampuannya untuk menyelesaikan masalah-masalah matematika.
Hal ini akan dapat mengurangi bahkan menghilangkan rasa cemas terhadap
matematika (matematika anxiety) yang banyak dialami para siswa. Pentingnya
hubungan antar teman sebaya didalam ruang kelas tidaklah dapat dipandang
remeh. Pengaruh teman sebaya pada pembelajaran kooperatif yang ada didalam
kelas dapat digunakan untuk tujuan-tujuan positif dalam pembelajaran
matematika. Para siswa menginginkan teman-teman dalam kelompoknya siap dan
produktif didalam kelas. Dorongan teman untuk mencapai prestasi akademik yang
baik adalah salah satu faktor dari pembelajaran tersebut.
Mengingat pentingnya keberadaan teman sebaya dalam kelompok belajar
yang dapat mendorong teman yang lain untuk saling aktif dan produktif dikelas,
maka dipilih pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray (TSTS) dan tipe
Student Team Achievement Division (STAD). Dimana model pembelajaran
kooperatif tipe TSTS adalah siswa belajar bersama kelompok kecil yang
heterogen sehingga menghindari rasa bosan yang disebabkan pembentukkan
kelompok yang permanen dan memberi kesempatan kepada siswa untuk
berinteraksi dengan kelompok lain. Selain itu adanya interaksi sosial dengan
teman lain memacu terbentuknya ide baru dan memperkaya intelektual
siswa(Anita Lie, 2008)

11

Menurut Kagan (dalam Istarani, 2012:201) keunggulan pembelajaran
kooperatif tipe TSTS adalah untuk meningkatkan prestasi siswa, menghindari rasa
bosan yang disebabkan pembentukkan kelompok secara permanen. Dan melatih
kemampuan siswa dalam memberikan informasi kepada temannya yang didalam
kelompok maupun diluar kelompoknya.
Selain model kooperatif tipe Two Stay-Two Stray (TSTS). Pembelajaran
kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa adalah model
pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD)
merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang menggunakan
kelompok-kelompok kecil yang terdiri atas 4 atau 5 orang siswa secara heterogen.
Diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan
kelompok, kuis, dan penghargaan kelompok. Pada pembelajaran kooperatif tipe
STAD, nilai kelompok merupakan nilai rata-rata dari nilai kuis tiap-tiap anggota.
Sehingga untuk dapat memperoleh nilai kelompok yang baik, seorang siswa akan
memotivasi siswa lain (satu kelompok) untuk memperoleh nilai baik.
Pada hakikatnya model ini menggali dan mengembangkan keterlibatan
siswa secara aktif dalam proses belajar mengajar untuk meningkatkan pemahaman
materi melalui kerjasama kelompok dan ini baik untuk diterapkan pada materi
pelajaran yang dirasa guru sulit dipahami siswa dan salah satunya adalah mata
pelajaran matematika.
Model pembelajaran kooperatif tipe TSTS dan STAD merupakan dua
model pembelajaran kooperatif yang dianggap dapat membangkitkan ketertarikan
siswa pada matematika dan membuat siswa lebih aktif dan bersosialisasi,
mendorongkerjasama antar siswa dalam mempelajari suatu materi, sehingga dapat
meningkatkan kemampuan penalaran matematika siswa.
Dari uraian diatas, kedua model memiliki beberapa persamaan, sehingga
menyebabkan peneliti ingin melakukan penelitian dengan melihat perbedaan dari
kedua model pembelajaran kooperatif tipe TSTS dan STAD pada materi Sistem
Persamaan Linier Dua Variabel (SPLDV). Maka peneliti merasa perlu

12

mengadakan penelitian dengan judul : “Perbedaan Kemampuan Penalaran
Matematika Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperaif Tipe Two StayTwo Stray (TSTS) Dengan Tipe Student Team Achievement Division (STAD)
Pada Pokok Bahasan SPLDV Dikelas X TKJ SMK Negeri 1 Stabat T.A.
2016/2017”.
1.2 Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah diatas, maka identifikasi masalah penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Kemampuan penalaran matematika siswa kelas X TKJ SMK Negeri 1
Stabat masih rendah.
2. Guru masih kurang melibatkan siswa secara aktif dan kegiatan belajar
mengajar berpusat pada guru.
3. Model pembelajaran yang digunakkan guru kurang bervariasi, model
pembelajaran yang digunakkan masih sistem pembelajaran konvensional
dan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS dan STAD belum pernah
diterapkan sebelumnya disekolah tersebut.
4. Siswa masih sulit memahami konsep Sistem Persamaan Linier Dua
Variabel (SPLDV) yang berakibat siswa tidak mampu mengubah sebuah
masalah kontekstual menjadi kalimat terbuka (model matematika).

1.3 Batasan Masalah
Dari identifikasi masalah diatas, maka peneliti membatasi masalah pada
penelitian ini sebagai berikut :
1. Kemampuan penalaran matematika siswa yang diajarkan dengan model
pembelajaran kooperatif tipe Two stay-Two Stray (TSTS) dan tipe Student
Team Achievement Division (STAD) pada materi SPLDV dikelas X TKJ
SMK Negeri 1 Stabat T.A 2016/2017.
2. Proses

penyelesaian

jawaban

siswa

dalam

menyelesaiakan

soal

matematika yang diajarkan menggunakan model pembelajaran kooperatif

13

tipe Two stay-Two Stray (TSTS) dan tipe Student Team Achievement
Division (STAD) pada materi SPLDV dikelas X TKJ SMK Negeri 1
Stabat T.A 2016/2017.

1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan batasan masalah diatas, maka yang menjadi
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah terdapat perbedaan kemampuan penalaran siswa yang diajarkan
menggunakkan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS dan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD pada materi SPLDV dikelas X TKJ
SMK Negeri 1 Stabat?
2. Bagaimana proses jawaban siswa dalam menyelesaikan soal melalui
model pembelajaran kooperatif tipe TSTS dan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD?

1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kemampuan penalaran siswa
yang diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS dan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada materi SPLDV dikelas X
TKJ SMK Negeri 1 Stabat.
2. Untuk mengetahui proses penyelesaian jawaban siswa terkait kemampuan
penalaran yang diajarkan menggunakkan model pembelajaran kooperatif
tipe TSTS dan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada materi
SPLDV dikelas X TKJ SMK Negeri 1 Stabat.

14

1.6 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah :
1. Bagi siswa
Dengan mengetahui gaya belajarnya masing-masing siswa dapat
memilih strategi belajar yang efektif untuk memahami pelejaran yang
didapatnya sehingga hasil belajar yang diinginkan dapat tercapai.
2. Bagi guru
Bagi guru diharapkan agar dapat merubah persepsinya tentang gaya
belajar siswa sehingga guru dapat memilih strategi yang tepat dalam
menyampaikan materi pembelajarannya, sehingga tercapai hasil belajar
yang tinggi.
3. Bagi sekolah
Hasil penelitian dapat memeberikkan sumbangan yang baik bagi
sekolah dalam perbaikan pengajaran matematikadi SMK Negeri 1
Stabat
4. Bagi peneliti lain sebagai bahan perbandingan untuk penelitian dalam
permasalahan yang sama.

86

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis pengolahan data diperoleh
kesimpulan, yaitu:
1.

Secara statistik dengan menggunakan uji-t disimpulkan bahwa terdapat
perbedaan pada kemampuan penalaran matematika siswa yang diajarkan
dengan

menggunakan

model

pembelajaran

tipe

TSTS

dan

model

pembelajaran tipe STAD, dapat dilihat kemampuan penalaran matematika
siswa yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran tipe TSTS
lebih baik daripada kemampuan penalaran matematika siswa yang diajarkan
menggunakan model pembelajaran STAD pada materi SPLDV dikelas X TKJ
SMK Negeri 1 Stabat T.A 2016/1017, hal ini dapat dilihat dari perbedaan
hasil pengujian hipotesis dimana thitung > ttabel yaitu 106,83> 1,6698.
2.

Proses jawaban post test siswa yang diajarkan dengan menggunakan model
pembelajatan tipe TSTS lebih baik dari pada proses jawaban siswa yang
diajarkan dengan model pembelajaran tipe STAD. Hal ini dapat dilihat pada
kelas eksperimen I, ada 7 orang siswa memiliki proses jawaban lengkap, 22
orang siswa memiliki proses jawaban cukup lemgkap, 3 orang siswa memiliki
jawaban kurang lengkap dan tidak ada siswa yang tidak memiliki proses
jawaban. Sedangkan pada kelas eksperimen II terdapat siswa yang memiliki
proses jawaban lengkap, 15 orang memiliki proses jawaban cukup lengkap,
17 siswa memilki proses jawaban kurang lengkap dan tidak ada siswa yang
tidak memiliki proses jawaban.

87

5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini maka saran yang dapat peneliti berikan
adalah:
1. Kepada gurumatematika disarankan dapatmenerapkan model pembelajaran
yang dapat meningkatkan kemampuan penalaran matematika siswa,
khususnya model pembelajaran tipe TSTS dan model pembelajaran tipe
STAD. Baik model pembelajaran tipe TSTS maupun tipe STAD keduanya
dapat meningkatkan kemampuan penalaran matematika siswa.
2. Kepada guru matematika yang ingin menerapkan model pembelajaran tipe
TSTS

diharapkan

lebih

memperhatikan

alokasi

waktu

serta

mempersiapkan para siswa agar lebih siap dengan model ini dan yang
ingin menerapkan model pembelajaran tipe STAD diharapkan lebih
mempersiapkan bahan ajar, serta perangkat yang akan digunakan selama
proses pembelajaran agar kegiatan pembelajaran semakin lebih bermakna.
3. Kepada guru dan peneliti lanjutan disarankan untuk memotivasi siswa agar
tidak malu-malu untuk bertanya dan mengeluarkan pendapat selama
proses pembelajaran berlangsung
4. Kepada peneliti lanjutan dapat dijadikan pertimbangan sebagai penelitian
lanjutan untuk mendapatkan hasil yang lebih

baik yang dapat

meningkatkan mutu pendidikan dimasa yang akan datang.

88

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M., (2003). Pendidikan Bagi Anak Berkualitas Belajar, Rineka
Cipta, Jakarta
Arikunto, S., (2006). Dasar-Dasar Evaluasi, Bumi Aksara, Jakarta
Dimyani Dan Mudjiono. (2006). Belajar Dan Pembelajaran.

Rineka Cipta,

Jakarta
Djamarah, Dkk, (2002), Strategi Belajar Mengajar, Rineka Cipta, Jakarta
Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengerahuan Alam_Universitas Negeri Medan.
(2010), Buku Pedoman Penulisan Proposal Dan Skripsi Mahasiswa
Program Studi Pendidikan FMIPA Unimed, Medan
Hamali, O. (2003), Proses Belajar Mengajar, Bumi Aksara, Jakarta
Ibrahim, Muslimin Dan Nur, (2000). Pembelajaran Berdasarkan Masalah.
UNESA, Surabaya
Lie, A, (2008). Cooperative Learning, Grasindo. Jakarta
Lubis, P Sari. (2008). Perbedaan Kemampuan Penalaran Matematika Siswa Yang
Diajarkan Dengan Metakognitif Dan Ekspositori Pada Pokok Bahasan
Prisma Tegak Dan Lima Dikelas IX Mts N.2 Medan
Mulyasa, E. (2004). Kurikulum Yang Disempurnakan, Remaja Rosdakarya,
Bandung
Nasution, S. (2008). Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Dan Mengajar,
Bumi Aksara, Jakarta
Purwanto. (2009). Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Roestiyah. (2001). Strategi Belajar Mengajar, Rineka Cipta, Jakarta

89

Shodiq, F. (2004). Penalaran, Pemecahan Masalah Dan Komunikasi Dalam
Pembelajaran

Matematika,

http://Www.P4tkmatematika.Org.Pdf.(Accesed April 2009)
Sihombing, W.L. (2006) Telaah Kurikukum Matematika Sekolah, FMIPA
Unimed, Medan
Slameto. (2003), Belajar Dan Factor-Faktor Yang Mempengaruhinya, Rineka
Cipta, Jakarta
Sudjana, N. (2009), Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Remaja
Rosdakarya, Bandung
Sudjana, N. (2009) Metode Statistika, Tarsito, Bandung
Trianto, (2009), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progesif, Kencana,
Jakarta
Yuanita,

E.

(2010).

Model

Pembelajaran

Two

Stay

Two

Stray,

http://Www.Id.Wosrdpress.
Co./2009/11/14/Model Pembelajaran-Two-Stay-Two-Stray-Spencer-Kagan1992/

Dokumen yang terkait

PENGARUH KETERAMPILAN METAKOGNISI TERHADAP KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI DAN BERPIKIR KRITIS FISIKA SISWA SMP MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS)

3 20 49

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY DALAM PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KOTAGAJAH

1 23 105

MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS)

6 25 59

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) DAN TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS) PADA SISWA KELAS VIII MTS NEGERI 1 TANJUNG KARANG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 7 107

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) DAN TWO STAY TWO STRAY (TSTS) DENGAN MEMPERHATIKAN KEMAMPUAN AWAL PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 14 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJAR

0 6 88

PERBANDINGAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA ANTARA MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY DENGAN TIPE THINK PAIR SHARE

1 16 67

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR EKONOMI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS) DAN STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING (SFAE) DENGAN MEMPERHATIKAN KEMAMPUAN AWAL PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 6 BANDAR LAMPUNGTAHUN PELAJARAN 2

2 4 81

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 3 LUBUKLINGGAU TAHUN PELAJARAN 20152016

0 0 10

PERBEDAAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF ANTARA TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) DAN TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS) BERDASARKAN GAYA KOGNITIF SISWA

0 0 13

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA FITRA YULIA ROZI Guru IPS SMP Negeri 6 Pekanbaru fitriagmail.com ABSTRAK - PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TS

0 0 12