PENGARUH KETERAMPILAN METAKOGNISI TERHADAP KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI DAN BERPIKIR KRITIS FISIKA SISWA SMP MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS)

(1)

Rina Kurnia Dewi

ABSTRAK

PENGARUH KETERAMPILAN METAKOGNISI TERHADAP KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI DAN BERPIKIR

KRITIS FISIKA SISWA SMP MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

TWO STAY TWO STRAY (TSTS)

Oleh

RINA KURNIA DEWI

Keterampilan metakognisi yang dimiliki sebagian siswa di SMP Negeri 1 Purbolinggo masih kurang baik, yaitu siswa kurang memahami cara dan metode belajar yang dapat meningkatkan semangat belajar siswa itu sendiri. Sehingga masih terdapat siswa yang sulit dalam memahami materi yang dipelajari. Karena kurangnya keterampilan metakognisi yang dimiliki siswa, maka berdampak pada hasil belajar siswa yang masih rendah, khususnya dalam pelajaran fisika. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui, (1) Pengaruh keterampilan metakognisi terhadap keterampilan berkomunikasi fisika siswa SMP melalui model pembelajaran kooperatif tipe TSTS .(2) Pengaruh keterampilan metakognisi terhadap keterampilan berpikir kritis fisika siswa SMP melalui model pembelajaran

kooperatif tipe TSTS . Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Purbolinggo, Lampung Timur pada semester genap sedangkan sampel yang diambil yaitu kelas VIII D yang berjumlah 30 siswa. Berdasarkan uji normalitas, semua data hasil penelitian berdistribusi normal. Untuk uji linearitas


(2)

Rina Kurnia Dewi antara keterampilan metakognisi dan keterampilan berkomunikasi serta

keterampilan metakognisi dan keterampilan berpikir kritis terdapat pengaruh yang linear. Hal ini dilihat dari hasil uji yang menunjukkan bahwa nilai signifikansi (Linearity) yang didapatkan kurang dari 0,05. Untuk uji regresi sederhana, bentuk persamaan regresi: (1) Pengaruh keterampilan metakognisi terhadap keterampilan berkomunikasi adalah Y1 = 26,955 + 0,417 X , menunjukkan bahwa koefisien regresinya bernilai positif dan nilai Sig. (2-tailed) 0,010 < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima. Keterampilan metakognisi berpengaruh terhadap keterampilan berkomunikasi sebesar 21,2%. (2) Pengaruh keterampilan metakognisi terhadap keterampilan berpikir kritis adalah Y2 = 14,128 + 0,925 X, menunjukkan bahwa koefisien regresinya bernilai positif dan nilai Sig. (2-tailed) 0,000 < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima. Keterampilan metakognisi berpengaruh terhadap

keterampilan berpikir kritis sebesar 56,3%. Hasil uji regresi tersebut menunjukkan bahwa keterampilan metakognisi berpengaruh terhadap keterampilan

berkomunikasi dan keterampilan berpikir kritis.

Kata kunci: Two Stay Two Stray (TSTS), Keterampilan Metakognisi, Keterampilan Berkomunikasi, Keterampilan Berpikir Kritis.


(3)

PENGARUH KETERAMPILAN METAKOGNISI TERHADAP KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI DAN BERPIKIR

KRITIS FISIKA SISWA SMP MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

TWO STAY TWO STRAY (TSTS)

(Skripsi)

Oleh

RINA KURNIA DEWI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(4)

PENGARUH KETERAMPILAN METAKOGNISI TERHADAP KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI DAN BERPIKIR

KRITIS FISIKA SISWA SMP MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

TWO STAY TWO STRAY (TSTS)

Oleh

RINA KURNIA DEWI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Pendidikan MIPA

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(5)

Judul Skripsi : PENGARUH KETERAMPILAN METAKOGNISI TERHADAP

KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI DAN BERPIKIR KRITIS FISIKA SISWA SMP MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS)

Nama Mahasiswa : Rina Kurnia Dewi Nomor Pokok Mahasiswa : 0913022017 Program Studi : Pendidikan Fisika

Jurusan : Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

Dr. Undang Rosidin, M.Pd. Drs. I Dewa Putu Nyeneng, M.Sc NIP. 19600301 198503 1 003 NIP. 19580603 198303 1 002

2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

Dr. Caswita, M.Si. NIP. 19671004 199303 1 004


(6)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dr. Undang Rosidin, M.Pd.

Sekretaris : Drs. I Dewa Putu Nyeneng, M.Sc.

Penguji

Bukan Pembimbing : Dr. Agus Suyatna, M.Si.

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Bujang Rahman, M.Si. NIP. 19600315 198503 1 003


(7)

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini adalah: Nama : Rina Kurnia Dewi

NPM : 0913022017

Fakultas/Jurusan : FKIP/P MIPA Program Studi : Pendidikan Fisika

Alamat : Taman Bogo, Kecamatan Purbolinggo, Lampung Timur Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar sarjana di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang tertulis dalam acuan naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Bandar Lampung, April 2013 Yang Menyatakan

Rina Kurnia Dewi NPM. 0913022017


(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Taman Bogo, pada tanggal 12 Agustus 1991 anak kedua dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Maryono dan Ibu Marsinem.

Penulis mengawali pendidikan formal pada tahun 1995 di TK Pertiwi desa Taman Bogo, Kecamatan Purbolinggo. Pada tahun1997 penulis melanjutkan

pendidikannya di SD Negeri 2 Taman Bogo, Kecamatan Purbolinggo,

diselesaikan tahun 2003. Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1 Purbolinggo hingga tahun 2006, kemudian penulis melanjutkan

pendidikannya di SMA Negeri 1 Purbolinggo, diselesaikan pada tahun 2009. Pada tahun yang sama, penulis diterima dan terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan MIPA, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Universitas Lampung melalui jalur PKAB.

Pada tahun 2012, penulis melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA Negeri 1 Sidomulyo Desa Seloretno Kecamatan Sidomulyo Kabupaten Lampung Selatan dan pada tahun 2013 penulis melaksanakan penelitian di SMP Negeri 1 Purbolinggo, Kabupaten Lampung Timur.


(9)

MOTTO

Man Jadda Wajada

Barang siapa yang bersungguh-sungguh, pasti akan berhasil

Jangan pernah berputus asa karena Allah SWT tidak menyukai orang- orang yang berputus asa


(10)

PERSEMBAHAN

Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah SWT. Penulis persembahkan karya sederhana ini sebagai tanda cinta dan terima kasih penulis kepada:

1. Bapak dan Mamak tersayang, yang telah lama menantikan keberhasilan penulis, yang tak pernah lupa menyebut nama penulis dalam setiap doa, yang tak pernah lelah memperhatikan, dan yang selalu mendukung penulis. Semoga Allah memberikan kesehatan dan kesempatan kepada penulis untuk bisa selalu membahagiakan kalian.

2. Kakak tercinta, Mas Riswan, Mbak Eka , dan keponakan tersayang Naufal, yang selalu memberikan motivasi, dukungan, dan doa bagi penulis.

3.

Cawan tercinta ( Bebe, Citra, Galuh, Hanny, Merta, Mita, dan Uni ) yang selama ini telah memberikan motivasi, dukungan, doa, serta canda tawa selama kuliah dan penyusunan skripsi bagi penulis.

4.

Teman- teman Pendidikan Fisika 2009, terutama teman- teman kelas B, terima kasih atas dukungan dan doa bagi penulis.


(11)

SANWACANA

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT, karena kasih sayang dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Fisika di Universitas Lampung.

Pada kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung. 2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA.

3. Bapak Dr. Agus Suyatna, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika dan pembahas yang banyak memberikan kritik serta masukan yang bersifat positif dan konstruktif.

4. Bapak Dr. Undang Rosidin, M.Pd., selaku Pembimbing Akademik dan Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis. 5. Bapak Drs. I Dewa Putu Nyeneng M.Sc., selaku Pembimbing II atas

keikhlasannya memberikan bimbingan, saran, dan motivasi. 6. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf Jurusan Pendidikan MIPA. 7. Bapak I Nengah Miasa, S.Pd, M.Si., selaku Kepala SMP Negeri 1

Purbolinggo beserta jajaran yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian.


(12)

8. Ibu Titik Widiarni, S.Pd., selaku Guru Mitra dan murid-murid kelas VIII D SMP Negeri 1 Purbolinggo atas bantuan dan kerjasamanya.

9. Sahabat tercinta penulis, yaitu Febrianti M., Citra Mutiara, Galuh Utami, Hanny Kruisdiarti, Merta Dhewa Kusuma, Pramita Sylvia Dewi, dan Putri Deryati yang telah memberikan semangat, mendengarkan segala keluh kesah penulis, memberikan nasehat, perhatian, dan memberikan canda tawa selama kuliah dan proses penyusunan skripsi ini. Semoga tali persaudaraan ini tetap terjaga selamanya.

10.Teman seperjuangan di Program Studi Pendidikan Fisika’09 atas bantuan dan kebersamaannya.

11.Teman-teman KKN dan PPL, yaitu Mas Aji, Frans, Ivandi , Nurdin, Yoga, Amanda, Tantri, Mbak Esi, Asri, Barla, Odi, Suri, Rani, dan Arini.

Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, serta berkenan membalas semua budi yang diberikan kepada penulis dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandarlampung, April 2013 Penulis


(13)

xiii DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

I. PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Rumusan Masalah ... 4

C.Tujuan Penelitian ... 4

D.Manfaat Penelitian ... 5

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoretis ... 7

1. Keterampilan Metakognisi ... 7

2. Keterampilan Berkomunikasi... 9

3. Keterampilan Berpikir Kritis ... 12

4. Model Pembelajaran Kooperatif ... 14

5. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray(TSTS) ... 16

B. Kerangka Pemikiran... 17

C. Hipotesis ... 20

III. METODE PENELITIAN A.Waktu dan Tempat Penelitian ... 21

B.Populasi dan Sampel ... 21

C.Desain Penelitian ... 21

D.Variabel Penelitian ... 22

E. Instrumen Penelitian ... 22


(14)

xiv

1. Uji Validitas ... 23

2. Uji Reliabilitas... 24

G. Teknik Pengumpulan Data ... 26

H. Teknik Analisis Data... 26

1. Uji Normalitas ... 27

2. Uji Linearitas ... 28

3. Uji Regresi Linier Sederhana ... 29

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 30

1. Hasil Uji Penelitian ... 31

a. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 31

1) Uji Validitas Keterampilan Metakognisi ... 31

2) Uji Validitas Keterampilan Berkomunikasi Tertulis ... 33

3) Uji Validitas Keterampilan Berpikir Kritis ... 33

4) Uji Reliabilitas Keterampilan Metakognisi ... 34

5) Uji Reliabilitas Keterampilan Berkomunikasi Tertulis ... 35

6) Uji Reliabilitas Keterampilan Berpikir Kritis ... 36

b. Hasil Uji Analisis Data ... 37

1) Hasil Uji Normalitas ... 37

2) Hasil Uji Linearitas ... 38

3) Hasil Uji Regresi ... 39

4) Hasil Uji Hipotesis ... 41

B. Pembahasan ... 44

1. Keterampilan Metakognisi Terhadap Keterampilan Berkomunikasi dan Keterampilan Berpikir Kritis ... 44

2. Pengaruh Antar Variabel ... 49

a. Pengaruh keterampilan metakognisi terhadap keterampilan berkomunikasi ... 49

b. Pengaruh keterampilan metakognisi terhadap keterampilan berpikir kritis ... 51

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 54

B. Saran ... 54

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN LP-01. Pemetaan Standar Kompetensi... 57

LP-02. Silabus ... 60

LP-03. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 65

LP-04. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 70

LP-05. Lembar Kerja Kelompok Getaran ... 76


(15)

xv

LP-07. Kisi-Kisi Soal Keterampilan Berkomunikasi Tertulis ... 88

LP-08. Soal Keterampilan Berkomunikasi Tertulis ... 92

LP-09. Rubrik Soal Keterampilan Berkomunikasi Tertulis ... 95

LP-10. Kisi-Kisi Soal Keterampilan Berpikir Kritis ... 97

LP-11. Soal Keterampilan Berpikir Kritis ...101

LP-12. Rubrik Soal Keterampilan Berpikir Kritis ...104

LP-13. Kisi-Kisi Instrumen Metakognisi ...105

LP-14. Instrumen Metakognisi ...106

LP-15. Lembar Penilaian Keterampilan Berkomunikasi Lisan ...108

LP-16. Validitas dan Reliabilitas Instrumen Metakognisi ...109

LP-17. Validitas dan Reliabilitas Soal Keterampilan Berkomunikasi Tertulis ...112

LP-18. Validitas dan Reliabilitas Soal Keterampilan Berpikir Kritis ...114

LP-19. Hasil Uji Normalitas ...116

LP-20. Hasil Uji Linearitas Keterampilan Metakognisi dan Keterampilan Berkomunikasi ...117

LP-21. Hasil Uji Linearitas Keterampilan Metakognisi dan Keterampilan Berpikir Kritis ...119

LP-22. Hasil Uji Regresi Keterampilan Metakognisi terhadap Keterampilan Berkomunikasi ...121

LP-23. Hasil Uji Regresi Keterampilan Metakognisi terhadap Keterampilan Berpikir Kritis ...123

LP-24. Daftar Nilai Keterampilan Metakognisi ...125

LP-25. Daftar Nilai Keterampilan Berkomunikasi ...127


(16)

iii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.4 Pengkategorian Keterampilan Metakognisi ... 27

4.1. Hasil Uji Validitas Keterampilan Metakognisi ... 32

4.2. Hasil Uji Validitas Keterampilan Berkomunikasi Tertulis ... 33

4.3. Hasil Uji Validitas Keterampilan Berpikir Kritis ... 34

4.4. Hasil Uji Reliabilitas Keterampilan Metakognisi ... 34

4.5. Hasil Uji Reliabilitas Keterampilan Berkomunikasi Tertulis ... 35

4.6. Hasil Uji Reliabilitas Keterampilan Berpikir Kritis ... 36

4.7. Hasil Uji Normalitas Kolmogrov-Smirnov ... 37

4.8. Hasil Uji Linearitas ... 38

4.9. Hasil Uji Regresi Pengaruh Keterampilan Metakognisi Terhadap Keterampilan Berkomunikasi dan Keterampilan Berpikir Kritis... 39


(17)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Model Toeretis Hubungan X dan Y ... 17 2.2. Bagan Kerangka Pemikiran... 19 3.1. Desain One-Shot Case Study ... 22 4.1. Grafik Persentase Keterampilan Metakognisi melalui Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe TSTS ... 44 4.2. Grafik Persentase Keterampilan Berkomunikasii melalui Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe TSTS ... 46 4.3. Grafik Persentase Keterampilan Bepikir Kritis melalui Model


(18)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Metakognisi merupakan kesadaran tentang apa yang diketahui dan apa yang tidak diketahui. Sedang strategi metakognisi merujuk kepada cara untuk meningkatkan kesadaran mengenai proses berpikir dan pembelajaran yang berlaku sehingga bila kesadaran ini terwujud, maka seseorang dapat mengawal pikirannya dengan merancang, memantau dan menilai apa yang dipelajarinya. Metakognisi memiliki peranan penting dalam mengatur dan mengontrol proses-proses kognitif seseorang dalam belajar dan berpikir, sehingga belajar dan berpikir yang dilakukan oleh seseorang menjadi lebih efektif dan efisien.

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa keterampilan metakognisi siswa di SMP Negeri 1 Purbolinggo masih kurang baik. Hal ini ditunjukkan dari cara mereka belajar yang masih kurang

terstruktur. Sebagian siswa masih bingung dengan cara dan metode belajar yang digunakan sehingga masih terdapat siswa yang sulit dalam memahami materi yang dipelajari. Karena kurangnya keterampilan metakognisi yang dimiliki siswa, maka berdampak pada hasil belajar siswa yang masih kurang, khususnya dalam pelajaran fisika.


(19)

2 Umumnya pembelajaran mata pelajaran fisika dirasakan sulit oleh siswa, karena sebagian besar siswa belum mampu menghubungkan antara materi yang dipelajari dengan pengetahuan yang digunakan. Selain itu, penggunaan sistem pembelajaran yang tradisional, yaitu penyampaian materi secara lisan (ceramah) sehingga siswa menerima pengetahuan secara abstrak tanpa mengalami sendiri. Padahal mata pelajaran fisika erat kaitannya antara konsep dan lingkungan sekitar, sehingga siswa dapat mengaplikasikannya secara langsung.

Pembelajaran yang diharapkan adalah pembelajaran yang memuat kegiatan siswa, sehingga siswa terlibat langsung dalam pembelajaran. Salah satu cara yang menarik dalam pembelajaran fisika adalah dengan metode diskusi. Dalam metode ini siswa dapat mengasah keterampilan

berkomunikasi dengan mengajukan pendapat dan menjawab pertanyaan- pertanyaan dari siswa yang lain. Selain itu, diskusi juga dapat mengasah keterampilan berpikir kritis mereka terhadap suatu permasalahan atau fenomena fisika yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Dalam metode diskusi, siswa juga dituntut untuk dapat bekerja sama secara kelompok. Model pembelajaran kooperatif tipe TSTS merupakan salah satu model pembelajaran yang menekankan siswa untuk dapat bekerja sama dalam kelompok. Pada model pembelajaran ini, siswa akan dibagi dalam beberapa kelompok, kemudian setiap kelompok akan melakukan diskusi mengenai suatu fenomena fisika dan kemudian setiap kelompok akan bertukar informasi dari hasil diskusi kelompoknya. Model pembelajaran koopertif


(20)

3 tipe TSTS ini dipilih untuk menciptakan kegiatan pembelajaran yang aktif dan menarik. Selain itu, model pembelajaran ini dapat juga digunakan untuk melihat kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh setiap siswa, seperti kemampuan berkomunikasi dan kemampuan berpikir kritis.

Berpikir kritis merupakan salah satu jenis berpikir yang konvergen, yaitu menuju ke satu titik. Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan yang sangat esensial untuk kehidupan, pekerjaan, dan berfungsi efektif dalam semua aspek kehidupan lainnya karena kemampuan dalam berpikir kritis memberikan arahan yang tepat dalam berpikir dan bekerja, dan membantu dalam menentukan keterkaitan sesuatu dengan yang lainnya dengan lebih akurat. Pada proses pembelajaran, siswa yang memiliki keterampilan berpikir kritis akan selalu bertanya pada diri sendiri dalam setiap menghadapi segala persoalan untuk menentukan yang terbaik bagi dirinya. Siswa yang memiliki keterampilan berpikir kritis akan terpatri dalam watak dan kepribadiannya dan terimplementasi dalam segala aspek kehidupannya. Oleh sebab itu berpikir kritis sangat dibutuhkan dalam pembelajaran.

Keterampilan berpikir kritis merupakan salah satu implementasi dari keterampilan metakognisi, yaitu proses mengetahui dan memonitor proses berpikir atau proses kognitif sendiri. Keterampilan metakognisi merupakan pengetahuan tentang belajarnya sendiri; tentang bagaimana ia belajar dan bagaimana ia memantau cara belajar yang dilakukannya.


(21)

4 Berdasarkan penjelasan di atas, untuk mengetahui pengaruh keterampilan metakognisi terhadap kegiatan belajar mengajar siswa, maka penulis telah

melakukan penelitian tentang “ Pengaruh Keterampilan Metakognisi terhadap Keterampilan Berkomunikasi dan Berpikir Kritis Fisika Siswa SMP melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray (TSTS)”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah ada pengaruh keterampilan metakognisi terhadap keterampilan berkomunikasi fisika siswa SMP melalui model pembelajaran kooperatif tipe TSTS?

2. Apakah ada pengaruh keterampilan metakognisi terhadap keterampilan berpikir kritis fisika siswa SMP melalui model pembelajaran kooperatif tipe TSTS?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1. Pengaruh keterampilan metakognisi terhadap keterampilan

berkomunikasi fisika siswa SMP melalui model pembelajaran kooperatif tipe TSTS.

2. Pengaruh keterampilan metakognisi terhadap keterampilan berpikir kritis fisika siswa SMP melalui model pembelajaran kooperatif tipe TSTS.


(22)

5 D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah: 1. Bagi Guru

Memberikan alternatif model pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengoptimalkan hasil belajar fisika siswa dan memberikan informasi tentang keterampilan metakognisi.

2. Bagi Siswa

a. Memberikan pengalaman belajar yang berbeda.

b. Membiasakan siswa untuk terbuka dengan teman sekelas.

c. Mendorong siswa untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran. 3. Bagi Sekolah

Model pembelajaran kooperatif tipe TSTS yang digunakan diharapkan dapat meningkatkan keterlibatan siswa secara aktif dan kreatif dalam proses belajar dan dapat meningkatkan hasil belajar serta prestasi siswa.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Agar jelas arah penelitian yang dilaksanakan, maka batasan ruang lingkup penelitian ini adalah:

1. Subjek Penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Purbolinggo.

2. Materi pokok dalam penelitian ini adalah Getaran dan Gelombang. 3. Keterampilan metakognisi merupakan pengetahuan tentang belajarnya


(23)

6 yang sedang dikerjakan), memantau diri, mengevaluasi diri, dan

memprediksi hasil yang akan diperoleh.

4. Pembelajaran kooperatif tipe TSTS adalah salah satu tipe model pembelajaran koopertif , dimana siswa akan bekerja secara berkelompok yang terdiri dari empat orang yang dibagi secara heterogen. Dalam model ini, dua orang dari setiap kelompok akan bertamu ke kelompok lain , dan dua orang lainnya tetap di tempat untuk membagikan informasi kepada tamu dari kelompok lain. Model ini juga memberikan kesempatan kepada kelompok untuk saling berbagi hasil dan informasi kepada kelompok lain.

5. Keterampilan berkomunikasi yang diamati dalam penelitian ini antara lain mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan, menyampaikan pendapat, dan menanggapi pendapat dari orang lain.

6. Keterampilan berpikir kritis dalam penelitian ini adalah

mengidentifikasi asumsi-asumsi, mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya atau tidak, menentukan suatu tindakan, serta


(24)

7

II. TINJAUAN PUSTAKA

A.Tinjauan Teoretis

1. Keterampilan Metakognisi

Secara etimologis, istilah metakognisi yang dalam bahasa Inggris dinyatakan dengan metacognition berasal dari dua kata yang dirangkai, yaitu meta dan kognisi (cognition). (Wikipedia, Free Encyclopedia, dalam Kuntjojo, 2009: 1), menyatakan bahwa:

Istilah meta berasal dari bahasa Yunani μετά yang dalam bahasa

Inggris diterjemahkan dengan after, beyond, with, adjacent, adalah suatu prefik yang digunakan dalam bahasa Inggris untuk

menunjukkan pada suatu abstraksi dari suatu konsep. Sedangkan cognition, menurut Ensklopedia tersebut berasal dari bahasa Latin yaitu cognoscere, yang berarti mengetahui (to know) dan mengenal (to recognize). Kognisi, disebut juga gejala-gejala pengenalan, merupakan “the act or process of knowing including both awareness

and judgement”.

Metakognisi merupakan proses berpikir siswa yang mencakup antara kesadaran belajar dan keputusan dalam belajar. Pada keterampilan metakognisi ini, siswa ditekankan untuk menyusun kegiatan belajarnya sendiri, yaitu tentang apa dan bagaimana ia melakukan kegiatan belajar. Menurut Imel (2002: 1), “keterampilan metakognitif sangat diperlukan untuk kesuksesan belajar, mengingat keterampilan metakognitif


(25)

8 memungkinkan siswa untuk mampu memperoleh kecakapan kognitif dan mampu melihat kelemahannya sehingga dapat dilakukan perbaikan pada tindakan-tindakan berikutnya. Lebih lanjut, dinyatakan bahwa siswa yang menggunakan keterampilan metakognisinya memiliki prestasi yang lebih baik dibandingkan siswa yang tidak menggunkan keterampilan

metakognisinya”. Hal ini karena keterampilan metakognisi memungkinkan siswa untuk melakukan perencanaan mengikuti perkembangan dan

membantu proses belajarnya.

Keterampilan kognitif dan metakognitif, sekalipun berhubungan tetapi berbeda; keterampilan kognitif dibutuhkan untuk melaksanakan tugas, sedangkan keterampilan metakognitif diperlukan untuk memahami

bagaimana tugas itu dilaksanakan (Rivers dalam Corebima dan Idrus, 2006). Menurut Anatahime (2007: 1) indikator-indikator keterampilan metakognitif yang akan dikembangkan yaitu:

a) Mengidentifikasi tugas yang sedang dikerjakan b) Mengawasi kemajuan pekerjaannya

c) Mengevaluasi kemajuan ini

d) Memprediksi hasil yang akan diperoleh.

Indikator-indikator keterampilan metakognitif tersebut dituangkan dalam inventori keterampilan metakognitif.

Menurut Blakey dalam Ibrahim (2005: 48), strategi untuk mengembangkan keterampilan metakognitif adalah sebagai berikut:

a) Mengidentifikasi “apa yang kamu ketahui” dan “apa yang tidak


(26)

9 b) Membahas tentang berpikir.

c) Membuat jurnal merencanakan dan pengaturan diri. d) Menjelaskan tentang proses berpikir dan evaluasi.

Nur (2000: 41) mengemukakan bahwa metakognisi berhubungan dengan berpikir siswa tentang berpikir mereka sendiri dan kemampuan mereka menggunakan strategi-strategi belajar tertentu dengan tepat, metakognisi memiliki dua komponen, yaitu (a) pengetahuan tentang kognisi, dan (b) mekanisme pengendalian diri dan monitoring kognitif.

2. Keterampilan Berkomunikasi

Komunikasi adalah aktivitas seseorang atau sekelompok orang dalam menyampaikan pesan (message) sedemikian rupa sehingga pesan diterima oleh komunikan seperti yang diinginkan oleh si pengirim (komunikator). Kemampuan dalam mengirim pesan atau informasi dengan baik, kemampuan menjadi pendengar yang baik, kemampuan atau keterampilan menggunakan berbagai media atau alat audio visual merupakan bagian yang sangat penting dalam melaksanakan komunikasi yang efektif.

Definisi komunikasi yang diungkapkan oleh Arifin dalam Novianti (2008: 17) yang menyatakan bahwa:

Komunikasi (dari kata: “communis” = common; “sama”) dapat

diartikan sebagai usaha atau proses untuk menyamakan isi (pesan) antara pemberi dan penerima.

Secara umum, menurut Berlo dalam Vardiansyah (2004: 32) ada lima komponen atau unsur penting dalam komunikasi yang harus diperhatikan, yaitu: pengirim pesan (sender), pesan yang dikirim (message), bagaimana


(27)

10 pesan tersebut dikirimkan (delivery channel atau media), penerima pesan (receiver) dan umpan balik (feedback).

Kegiatan mengkomunikasikan dapat berkembang dengan baik pada diri peserta didik apabila mereka melakukan aktivitas sebagai berikut: berdiskusi, mendeklamasikan, mendramatisasikan, bertanya, mengarang, memperagakan, mengekspresikan dan melaporkan dalam bentuk lisan, tulisan, gambar, dan penampilan (Djamarah, 2000: 49). Kegiatan untuk keterampilan ini dapat berupa membuat dan menginterpretasikan informasi dari grafik, gambar, charta, peta, diagram, dan lain- lain.

Herlen dalam Nurbayani (2003: 15) menyebutkan bahwa komunikasi sangat penting dalam belajar. Komunikasi tidak hanya berbicara tetapi juga

menulis, menggambarkan atau menyajikan sesuatu dalam bentuk lain serta tidak hanya bertujuan untuk membuat orang lain memahami gagasan kita, tetapi juga membantu diri kita untuk mempersingkat apa yang kita pikirkan dan apa yang kita pahami. Komunikasi dalam sains meliputi penggunaan berbagai jenis konversi gambaran berupa grafik, gambar, tabel, simbol, dan lainnya yang membantu dalam mengorganisasi informasi secara efisien. Keterampilan berkomunikasi tidak hanya sebatas menerima atau

menyampaikan informasi, tetapi juga termasuk didalamnya menggali informasi. Keterampilan berkomunikasi adalah proses menggali informasi berupa pengetahuan dan menyampaikan informasi tersebut kepada orang lain. Citrobroto mengelompokkan keterampilan berkomunikasi berdasarkan


(28)

11 jenisnya menjadi dua macam, yaitu komunikasi lisan dan komunikasi tulisan.

a. Komunikasi Lisan

Komunikasi lisan dalam pembelajaran fisika adalah kemampuan siswa dalam mengungkapkan satu gagasan atau konsep- konsep fisika secara lisan. Mengkomunikasikan hasil penelitian secara lisan dapat

dilaksanakan dengan cara tanya jawab, diskusi, atau presentasi. b. Komunikasi Tulisan

Dalam pembelajaran fisika, komunikasi tulisan merupakan kemampuan siswa dalam mengungkapkan satu gagasan atau konsep- konsep fisika secara tertulis melalui penggunaan media komunikasi visual, dengan cara menggambarkan dan menyajikan hasil penelitian dalam bentuk tabel, grafik, bagan, gambar, atau bentuk visual lainnya.

Djamhur dalam Mulyadiana (2000: 24) mengemukakan indikator keterampilan komunikasi diantaranya:

a. Siswa dapat menyajikan suatu penyelesaian dari suatu masalah dengan cara menjelaskan data- data yang diberikan dari masalah dengan cara menjelaskan apa yang akan dicari dari masalah yang ada, menjelaskan solusi dari masalah tersebut dengan kata- kata sendiri.

b. Memilih cara yang paling tepat untuk menyajikan jawaban dari suatu masalah

c. Menggunakan tabel, gambar, model dan lain- lain untuk menyampaikan jawaban dari suatu masalah.

d. Memberikan saran pada kelompok lain untuk menjawab suatu permasalahan agar lebih mudah.

e. Merespon suatu pernyataan atau suatu persoalan dari audiens dalam bentuk argument yang meyakinkan.

f. Mampu menginterpretasikan dan mengevaluasi ide- ide, simbol, istilah, serta informasi


(29)

12 Ross dalam Mulyadiana (2000: 29) mengemukakan indikator keterampilan berkomunikasi secara tertulis, yaitu:

a. Mendeskripsikan situasi masalah serta menyatakan solusi masalah menggunakan gambar, bagan, tabel, dan secara matematis.

b. Menyatakan hasil dalam bentuk tertulis.

c. Menggunakan representasi menyeluruh untuk menyatakan konsep dan solusinya.

d. Menggunakan bahasa dan simbol secara tepat. 3. Keterampilan Berpikir Kritis

Menurut Halpen dalam Achmad (2007: 1), berpikir kritis adalah memberdayakan keterampilan atau strategi kognitif dalam menentukan tujuan. Proses tersebut dilalui setelah menentukan tujuan,

mempertimbangkan, dan mengacu langsung kepada sasaran dan merupakan bentuk berpikir yang perlu dikembangkan dalam rangka memecahkan masalah, merumuskan kesimpulan, mengumpulkan berbagai kemungkinan, dan membuat keputusan ketika menggunakan semua keterampilan tersebut secara efektif dalam konteks dan tipe yang tepat. Berpikir kritis juga merupakan kegiatan mengevaluasi dan mempertimbangkan kesimpulan yang akan diambil manakala menentukan beberapa faktor pendukung untuk membuat keputusan. Berpikir kritis juga biasa disebut directed thinking, sebab berpikir langsung kepada fokus yang akan dituju.

Menurut Liliasari (2009: 5) berpikir kritis merupakan dasar dari berpikir tingkat tinggi. Oleh karena itu, berpikir kritis merupakan kegiatan yang sangat penting untuk dikembangkan di sekolah. Guru diharapkan mampu merealisasikan pembelajaran yang mengaktifkan dan mengembangkan kemampuan berpikir kritis pada siswa. Untuk mengembangkan


(30)

13 keterampilan berpikir kritis secara optimal diperlukan lingkungan kelas yang interaktif.

Menurut Ennis (2000: 12), terdapat 12 jenis indikator keterampilan berpikir kritis yang dikelompokkan ke dalam lima kelompok keterampilan berpikir. Kelima keterampilan berpikir kritis tersebut sebagai berikut:

a. Memberikan penjelasan sederhana b. Membangun keterampilan dasar c. Menyimpulkan

d. Memberikan penjelasan lanjut e. Mengatur strategi dan taktik

Menurut Inch dalam Rasiman (2006: 23), menyebutkan bahwa berpikir kritis mempunyai delapan komponen yang saling terkait yaitu (1) question at issue (adanya masalah), (2) purpose (mempunyai tujuan), (3) information (adanya data, fakta), (4) concepts (teori, definisi, aksioma, dalil), (5)

assumptions (awal penyelesaian), (6) point of view (kerangka penyelesaian), (7) interpretation and inference (penyelesaian dan kesimpulan), dan (8) implications and consequences (implikasi).

Dalam kemampuan berpikir kritis siswa dituntut untuk dapat berpikir dalam tingkat tinggi, yaitu dapat melakukan kegiatan-kegiatan yaitu dari

merancang hingga memecahkan masalah.

Menurut Costa dalam Maulana (2008: 39), ciri-ciri seseorang yang mempunyai kemampuan berpikir kritis antara lain: mampu mendeteksi perbedaan informasi; mampu mengumpulkan data untuk pembuktian faktual; mampu mengidentifikasi atribut-atribut benda (seperti sifat, wujud dan sebagainya); mampu mendaftar alternatif pemecahan masalah,


(31)

14 alternatif ide, alternatif situasi; mampu membuat hubungan yang berurutan antara satu masalah dengan masalah yang lainnya; mampu menarik

kesimpulan dan generalisasi dari data yang berasal dari lapangan; mampu membuat prediksi dari informasi yang tersedia; mampu mengklasifikasi informasi dan ide; mampu menginterpretasi dan membuat flow chart; mampu menganalisis isi, menganalisis prinsip, menganalisis hubungan; mampu membandingkan dan mempertentangkan yang kontras, dan mampu membuat konklusi yang valid.

4.Model Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dimana siswa dibentuk dalam beberapa kelompok kecil dan setiap kelompok dibagi secara heterogen. Sanjaya (2006 : 241) mengemukakan bahwa

Model pembelajaran kooperatif adalah serangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Ada empat peranan penting dalam strategi pembelajaran kooperatif, yaitu (a) adanya peserta dalam kelompok, (b) adanya aturan kelompok, (c) adanya upaya belajar setiap anggota kelompok, (d) adanya tujuan yang harus dicapai.

Menurut Mukhlis (2011: 1), karakteristik atau cirri-ciri pembelajaran kooperatif dapat dijelaskan sebagai berikut :

a) Pembelajaran secara tim

Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran dilakukan secara tim. Tim merupakan tempat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, tim harus mampu membuat setiap siswa belajar. Setiap anggota tim harus saling membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran. b) Didasarkan pada manajemen kooperatif.


(32)

15 manajemen sebagai perencanaan pelaksanaan, (b) fungsi manajemen sebagai organisasi, (c) fungsi manajemen sebagai kontrol.

c) Kemauan untuk bekerja sama

Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan secara kelompok, oleh karenanya prinsip kebersamaan atau kerja sama perlu ditekankan dalam pembelajaran kooperatif. Tanpa kerja sama yang baik, pembelajaran kooperatif tidak akan mencapai hasil yang optimal.

d) Keterampilan bekerja sama

Kemampuan bekerja sama itu dipraktikan melalui aktivitas dalam kegiatan pembelajaran secara berkelompok. Dengan demikian, siswa perlu didorong untuk mau dan sanggup berinteraksi dan

berkomunikasi dengan anggota lain dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

Adapun langkah- langkah dalam model pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:

a. Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran dan memotivasi siswa belajar.

b. Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.

c. Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.

d. Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat siswa mengerjakan tugas.

e. Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing- masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.

f. Guru mencari cara- cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu atau kelompok. Ibrahim dalam Trianto (2011: 66).


(33)

16 5. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray (TSTS)

Menurut Suyatno (2009: 36) model pembelajaran kooperatif tipe TSTS adalah dengan cara siswa berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan kelompok lain. Sintaknya adalah kerja kelompok, dua siswa bertamu ke kelompok lain dan dua siswa lainnya tetap dikelompoknya untuk menerima dua orang dari kelompok lain, kerja kelompok, kembali ke kelompok asal, kerja kelompok, dan laporan kelompok

Menurut Lie ( 2008: 62), tahap- tahap dalam model TSTS adalah: a) Siswa bekerja sama dalam kelompok berempat seperti biasa. b) Setelah selesai, dua orang dari masing- masing kelompok akan

meninggalkan kelompoknya dan masing- masing bertamu ke kelompok lain.

c) Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi mereka ke tamu mereka.

d) Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri melaporkan hasil temuan mereka dari kelompok lain.

e) Kelompok menncocokkan dan membahas hasil- hasil kerja mereka. Dilihat dari tahapan- tahapan model TSTS, siswa diharapkan dapat bekerja sama dengan kelompok, terbuka dengan teman kelompoknya, serta dapat terbuka dan dapat berbagi informasi dengan teman sekelas. Dalam kegiatan model TSTS ini, keterampilan berkomunikasi dapat dilatih dengan

melakukan diskusi kelompok.

Menurut Fatirul (2008: 11), kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS yaitu dapat digunakan dalam semua mata pelajaran dan semua tingkat usia siswa. Model ini tidak hanya bekerja sama dengan anggota sekelompok tetapi bisa juga bekerja sama dengan kelompok lain yang memungkinkan terciptanya keakraban sesama teman dalam suatu kelas dan lebih


(34)

17 berorientasi pada keaktifan siswa. Sedangkan kekurangan dari model

pembelajaran kooperatif tipe TSTS ini yaitu jumlah siswa dalam satu kelas tidak boleh ganjil harus berkelipatan empat dan peralihan dari seluruh kelas ke kelompok kecil dan kunjungan dari 2 orang anggota kelompok yang satu ke kelompok lain membutuhkan perhatian khusus dalam pengelolaan kelas serta dapat menyita waktu pengajaran yang berharga. Selain itu, guru juga harus membutuhkan banyak persiapan.

B.Kerangka Pemikiran

Dalam penelitian ini, terdapat dua variabel yang digunakan, yaitu keterampilan metakognisi melalui model pembelajaran kooperatif tipe TSTS (X) sebagai variabel bebas, keterampilan berkomunikasi (Y1) dan keterampilan berpikir kritis (Y2) sebagai variabel terikat. Model teoretis hubungan antara variabel bebas terhadap variabel terikat dijelaskan pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Model teoretis hubungan antara variabel bebas keterampilan metakognisi (X) terhadap variabel terikat keterampilan berkomunikasi (Y1) dan keterampilan berpikir kritis (Y2). Keterangan :

X : Keterampilan Metakognisi

R1 : Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TSTS terhadap keterampilan berkomunikasi siswa.

R2 : Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TSTS terhadap keterampilan berpikir kritis siswa.

Y1 : Keterampilan Berkomunikasi Y2 : Keterampilan Berpikir Kritis

R2

R1

X

Y

1


(35)

18 Keterampilan metakognisi dapat mengasah keterampilan berkomunikasi, baik keterampilan berkomunikasi lisan maupun tertulis dengan adanya indikator-indikator keterampilan metakognisi yang diterapkan, seperti indikator-indikator

mengevaluasi diri, dimana siswa dapat mengungkapkan dengan bahasa sendiri mengenai materi yang sudah siswa baca atau pelajari. Keterampilan

metakognisi dapat melahirkan keterampilan dalam berpikir kritis melalui kegiatan mengatur dan mengontrol proses-proses kognitif dalam belajar dan berpikir. Dalam indikator keterampilan metakognisi yang diterapkan, keterampilan berpikir kritis dapat dilihat dari indikator perencanaan, yaitu siswa membaca materi sebelum pembelajaran dimulai dan siswa juga mengaitkan tugas yang diberikan dengan kejadian dalam kehidupan sehari- hari sehingga siswa dapat mengetahui apa yang diketahui dan apa yang tidak diketahui. Melalui indikator ini siswa melatih keterampilan berpikirnya tentang kegiatan yang harus dilakukan. Selain indikator perencanaan, terdapat

indikator memantau diri yang dapat melatih keterampilan berpikir kritis siswa yaitu siswa selalu berusaha memahami teks pelajaran yang diberikan dengan seksama. Melalui kegiatan memmahami ini, siswa berpikir tentang materi yang sedang dipelajari, apabila kurang paham siswa bertanya dan berusaha mencari tahu.

Dalam kegiatan pembelajaran, siswa dibentuk berkelompok (masing- masing kelompok terdiri dari 4 orang), dimana sesuai dengan model pembelajaran yang digunakan, yaitu model pembelajaran kooperatif tipe TSTS. Dalam model pembelajaran kooperatif tipe TSTS ini, siswa saling bertukar informasi dan hasil diskusi dari satu kelompok ke kelompok lain. Dua orang dari setiap


(36)

19 kelompok bertamu ke kelompok lain untuk mencari informasi dan dua orang lainnya tetap tinggal di tempat untuk membagikan informasi dan hasil diskusi kepada anggota kelompok lain yang bertamu ke kelompoknya. Pada kegiatan pembelajaran dalam model pembelajaran kooperatif tipe TSTS, siswa

diharapkan dapat bekerja sama serta dapat bersikap terbuka terhadap teman sekelasnya.

Model pembelajaran kooperatif tipe TSTS ini dirancang agar keterampilan berkomunikasi dan berpikir kritis siswa dapat berkembang. Selain itu, model pembelajaran kooperatif tipe TSTS, meningkatkan keterampilan berkomunikasi siswa melalui kegiatan diskusi berupa mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan, menyampaikan pendapat tentang materi yang dibahas, dan menanggapi pendapat. Untuk memperjelas pemaparan di atas, berikut adalah bagan kerangka pemikirannya:

Gambar 2.2 Bagan Kerangka Pemikiran KETERAMPILAN

METAKOGNISI MODEL PEMBELAJARAN

KOOPERATIF TIPE TSTS

KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI

KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS


(37)

20 C.Hipotesis

Adapun hipotesis yang telah diuji dalam penelitian ini adalah:

a. Ada pengaruh keterampilan metakognisi siswa terhadap keterampilan berkomunikasi fisika siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe TSTS.

b. Ada pengaruh keterampilan metakognisi siswa terhadap keterampilan berpikir kritis fisika siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe TSTS.


(38)

21

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013 antara Januari–Februari 2013 di SMP Negeri 1 Purbolinggo, Kabupaten Lampung Timur.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Pada penelitian ini yang menjadi populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Purbolinggo pada semester genap Tahun Ajaran 2012/ 2013. Sampel dari penelitian ini adalah siswa kelas VIIID yang berjumlah 30 siswa. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini

menggunakan teknik cluster random sampling, dengan melihat hasil belajar fisika siswa dan keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran fisika semester ganjil tahun pelajaran 2012/2013.

C. Desain Penelitian

Adapun desain penelitian dalam penelitian ini adalah menggunakan


(39)

22 diberi perlakuan dan selanjutnya diobservasi keterampilan berkomunikasi dan berpikir kritisnya. Secara prosedur rancangan desain penelitiannya seperti ditunjukkan pada Gambar 3.1

Gambar 3.1 Desain One-Shot Case Study Keterangan:

X = Keterampilan metakognisi melalui model pembelajaran kooperatif tipe TSTS.

O = Keterampilan berkomunikasi dan berpikir kritis.

D. Variabel Penelitian

Variabel-variabel pada penelitian ini terdiri dari:

1. Variabel bebas (X), yaitu keterampilan metakognisi melalui model pembelajaran kooperatif tipe TSTS.

2. Variabel terikat yaitu keterampilan berkomunikasi (Y1) dan keterampilan berpikir kritis (Y2).

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Keterampilan metakognisi menggunakan instrumen angket berbentuk Check List, dengan indikator perencanaan (mengidentifikasi tugas yang


(40)

23 sedang dikerjakan), memantau diri, mengevaluasi diri, dan memprediksi hasil yang akan diperoleh.

2. Keterampilan berkomunikasi menggunakan instrumen lembar observasi dan instrumen soal berbentuk essay. Indikator lembar observasi adalah mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan, menyampaikan

pendapat tentang materi yang dibahas, dan menanggapi pendapat siswa lain pada saat diskusi sedangkan indikator instrumen soal berbentuk essay adalah mendeskripsikan situasi masalah serta menyatakan solusi masalah menggunakan gambar, mendeskripsikan situasi masalah serta menyatakan solusi masalah menggunakan konsep, dan mendeskripsikan situasi masalah serta menyatakan solusi masalah secara matematis. 3. Keterampilan berpikir kritis menggunakan instrumen soal berbentuk

essay. Indikatornya adalah mengidentifikasi asumsi-asumsi, mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya atau tidak,

menentukan suatu tindakan, serta menginduksi dan mempertimbangkan hasil induksi.

F. Analisis Instrumen

1. Uji Validitas

Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (ketepatan). Instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data variabel yang diteliti secara tepat. Untuk menguji validitas instrumen


(41)

24 digunakan rumus korelasi product moment yang dikemukakan oleh Pearson dengan rumus:

= � −

� 2 − 2 � 2− 2

Metode uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menghitung korelasi product moment pearson (Pearson Correlation Total) antara skor satu item dengan skor total. Menurut Masrun dalam Sugiyono (2010: 188), jika kriteria pengujian korelasi antar butir dengan skor total lebih dari 0,3 maka instrumen tersebut dinyatakan valid, atau sebaliknya jika korelasi antar butir dengan skor total kurang dari 0,3 maka instrumen tersebut dinyatakan tidak valid, dan jika r hitung

> r tabel dengan α = 0,05 maka koefisien korelasi tersebut signifikan.

2. Uji Reliabilitas

Untuk mendapatkan data yang sesuai dengan tujuan pengukuran, maka perlu dilakukan uji reliabilitas pada instrumen penelitian. Sebelum soal digunakan kepada kelas eksperimen, soal diuji cobakan kepada kelas non eksperimental. Uji coba soal bertujuan untuk menguji reliabilitas dan validitas dari soal tersebut. Reliabilitas soal tes dihitung dengan

menggunakan rumus Alpha. Soal tersebut diberikan setelah pembelajaran selesai dilaksanakan.


(42)

25               

22

11 1 1 i i n n r   Keterangan: 11

r = Koefisien reliabilitas yang dicari 2

i

 = Jumlah varians skor tiap-tiap item 2

i

 = Varians total

n = banyaknya item angket Dimana:

N

N X

Xi i

i

/ 2 2

2   

Keterangan: 2

i

X = Kuadrat skor total

i

X = Skor total

N = Banyaknya responden

Harga r11 yang diperoleh diimplementasikan dengan indeks reliabilitas, dengan kriteria sebagai berikut.

antara 0,800 sampai dengan 1,000 : sangat tinggi antara 0,600 sampai dengan 0,800 : tinggi antara 0,400 sampai dengan 0,600: sedang antara 0,200 sampai dengan 0,400 : rendah antara 0,000 sampai dengan 0,200: sangat rendah

(Arikunto, 2001:75) Setelah instrumen valid dan reliabel, kemudian instrumen digunakan pada penelitian. Skor total setiap siswa diperoleh dengan menjumlahkan skor setiap nomor soal.


(43)

26 G. Teknik Pengumpulan Data

Adapun metode yang digunakan dalam pengambilan data adalah sebagai berikut :

1. Pengumpulan data keterampilan metakognisi dilakukan sebelum kegiatan pembelajaran berlangsung menggunakan lembar angket.

2. Pengumpulan data mengenai keterampilan berkomunikasi siswa dilakukan dengan menggunakan soal berbentuk essay dan lembar observasi. Untuk soal essay dilakukan pada saat pembelajaran sudah selesai, sedangkan lembar observasi digunakan saat berlangsungnya kegiatan diskusi. Adapun bentuk pengumpulan datanya berupa tabel yang terdapat pada LP- 27.

3. Pengumpulan data keterampilan berpikir kritis dilakukan dengan menggunakan soal berbentuk essay. Soal ini akan diberikan setelah selesai pembelajaran.

Adapun bentuk pengumpulan datanya berupa tabel yang terdapat pada LP- 28.

H. Teknik Analisis Data

Setelah data penelitian diperoleh, selanjutnya dilakukan analisis data. Untuk keterampilan metakognisi, pengambilan data dilakukan sebelum siswa mendapat perlakuan. Data diperoleh dari instrumen berupa angket dengan 25 soal dan terdiri dari lima pilihan jawaban. Masing-masing pertanyaan dalam angket terdapat lima pilihan jawaban, yaitu SL (Selalu), SR (Sering), KD


(44)

27 (Kadang-kadang), JR (Jarang), dan TP (Tidak Pernah). Untuk skor akhir dihitung dengan rumus:

ℎ = ℎ

Sehingga akan diperoleh nilai terbesar, yaitu 5. Pengkategorian keterampilan metakognitif dapat dilihat pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4. Pengkatagorian Keterampilan metakognisi

S Nilai keterampilan metakognisi

4,1 – 5,0 Sangat baik

3,1 – 4,0 Baik

2,1 – 3,0 Cukup baik

Kurang dari 2,1 Kurang baik

Keterangan:

S = Skor dari penilaian instrument metakognisi

Data skor keterampilan berkomunikasi dan keterampilan berpikir kritis dari penelitian dianalisis untuk menguji hipotesis dengan melakukan uji sebagai berikut :

1. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan terhadap hasil tes akhir (posttest) dari

keterampilan berkomunikasi dan berpikir kritis menggunakan program komputer. Pada penelitian ini uji normalitas digunakan dengan uji kolmogorov smirnov. Dasar dari pengambilan keputusan uji normalitas, dihitung menggunakan program komputer yaitu SPSS 17.0 dengan metode kolmogorov smirnov yang berdasarkan pada besaran probabilitas


(45)

28 atau nilai signifikasi. Caranya adalah menentukan terlebih dahulu

hipotesis pengujiannya yaitu:

H0 : data terdistribusi secara normal H1 : data tidak terdistribusi secara normal Pedoman pengambilan keputusan:

1. Nilai Sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 maka distribusinya adalah tidak normal.

2. Nilai Sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05 maka distribusinya adalah normal.

2. Uji Linearitas

Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui apakah dua variabel

mempunyai hubungan yang linear atau tidak secara signifikan. Uji ini biasanya digunakan sebagai prasyarat dalam analisis korelasi atau regresi linear. Pengujian dilakukan dengan menggunakan program SPSS 17.0 dengan metode Test for Linearity pada taraf signifikan 0,05. Dua variabel dikatakan mempunyai hubungan yang linear bila signifikansi (Linearity) kurang dari 0,05; dan jika F hitung > F tabel maka H0 ditolak dan sebaliknya. Serta jika t hitung > t tabel maka H0 ditolak dan sebaliknya.


(46)

29 3. Uji Regresi Linier Sederhana

Uji regresi linier sederhana dilakukan untuk menghitung persamaan regresinya. Dengan menghitung persamaan regresinya maka dapat diprediksi seberapa tinggi nilai variabel terikat jika nilai variabel bebas diubah-ubah serta untuk mengetahui arah hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat apakah positif atau negatif.

= +

Dengan:

=

2 −

2 − 2

= −

2 − 2

Untuk memudahkan dalam menguji hubungan antara variabel dilakukan dengan menggunakan program SPSS 17.0 dengan uji Reggression Linear.


(47)

53

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil pembahasan, dapat disimpulkan bahwa:

1. Terdapat pengaruh yang positif dan linier keterampilan metakognisi terhadap keterampilan berkomunikasi fisika siswa SMP melalui model pembelajaran kooperatif tipe TSTS.

2. Terdapat pengaruh yang positif dan linier keterampilan metakognisi terhadap keterampilan berpikir kritis fisika siswa SMP melalui model pembelajaran kooperatif tipe TSTS.

B. Saran

Berdasarkan simpulan, maka penulis memberikan saran sebagai berikut: 1. Hendaknya guru dapat membimbing dan mengarahkan siswa dalam

menentukan dan mengelola cara dan kegiatan belajarnya.

2. Keterampilan metakognisi harus benar- benar diperhatikan karena keterampilan metakognisi dapat menghasilkan keterampilan dalam berpikir kritis.


(48)

55

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Arief. 2007. Memahami Berpikir Kritis. Diunduh pada tanggal 5 November 2012 dari http://re-searchengines.com/ 1007arief3.html. Anatahime. 2007. Keterampilan Metakognitif. Diunduh pada tanggal 26 Oktober

2012 dari http://biologyeducationresearch.blogspot.com/2009/12/ keterampilan-metakognitif.html.

Arikunto, Suharsimi. 2001. Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Corebima, A. D. dan Idrus, A. A. 2006. Pemberdayaan dan Pengukuran Kemam-puan Berpikir pada Pembelajaran Biologi. Makalah disajikan dalam International Conference On Measurement And Evaluation In Education, School of Educational Studies University Sains Malaysia Penang,

Malaysia, 13-15 February.

Djamarah, B.S. 2000. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Ennis, R.H. 2000. At Outline of Goals for a Critical Thinking Curriculum and Its Assessment. [Online]. Tersedia: http://critical thingking.net [diakses 25 November 2012].

Fatirul, Ahmad Noor. 2008. Cooperative Learning, Jurnal Universitas Malang. Vol. 51, No. 2 Desember 2008.

Ibrahim, M. 2005. Strategi Pembelajaran Inovatif untuk Pembelajaran Fisika. Makalah. Disampaikan pada Symposium Fisika Regional Kalimantan. Surabaya: University Press.

Imel, Susan. 2002. Metacognitive Skills for Adult Learning, (on line), http://www.ce-te.org/acve/docs/tia00107.pdf, diakses 3 November 2012. Kumala, Siti Ayu. 2011. Implementasi Ongoing Assessment Berbasis Reciprocal

Teaching Untuk Meningkatkan Keterampilan Metakognisi Dan Hasil Belajar Fisika Siswa. Skripsi Pendidikan Fisika PMIPA UNILA.

Kuntjojo. 2009. Metakognisi dan Keberhasian Belajar Peserta Didik. Diunduh pada tanggal 26 Oktober 2012 dari http://ebekunt.wordpress.com/ 2009/04/12/metakognisi-dan-keberhasilan-belajar-pesertadidik/. Lie, A. 2008. Cooperative Learning Mempraktikan Cooperative Learning di


(49)

56 Liliasari, 2009. Berpikir Kritis dalam Pembelajaran Sains Kimia Menuju

Profesionalitas Guru, http://jurnal.pdii.lipi.go.id/jurnal_penelitian _pendidikan/. (diakses 22 November 2012).

Maulana. 2008. Pendekatan Metakognitif sebagai Alternatif Pembelajaran

Matematika untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa PGSD. Jurnal Pendidikan Dasar No.10-Oktober 2008, 39-45.

Mukhlis. 2011. Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif. Diunduh pada tanggal 03 November 2012 pukul 19.15 dari http://mukhliscaniago.

wordpress.com/2011/12/30/karakteristik-model-pembelajaran-kooperatif/. Mulyadiana, T. 2000. Keterampilan Berkomunikasi Siswa Madrasah Aliyah

Melalui Pembelajaran Kooperatif pada Konsep Sistem Reproduksi Manusia. Tesis Magister pada FPS UPI Bandung.

Novianti, Evi. 2008. Analisis Keterampilan Berkomunikasi Siswa Sma Kelas Xi Ipa Pada Sub Materi Pokok Peranan Koloid Dalam Kehidupan Melalui Model Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM). Skripsi Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI. Bandung.

Nur, M. 2000. Strategi-Strategi Belajar. Surabaya : Universitas Negeri Surabaya, University Press.

Nurbayani, D. 2003. Meningkatkan Kemampuan Berkomunikasi Siswa SMU dalam Praktikum Pencemaran Melalui Belajar Kooperatif tipe Talking Chips. Skripsi Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI. Bandung. Rasiman. 2012. Penelusuran Proses Berpikir Kritis dalam Menyelesaikan

Masalah Matematika bagi Siswa dengan Kemampuan Matematika Tinggi. Semarang: IKIP PGRI Semarang.

Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Schafersman. 1991. An Introduction to Critical Thinking.

http://facultycenter.ischool.syr.edu/files/2012/02/Critical-Thinking.pdf. (diakses pada tanggal 8 Februari 2013)

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Sidoarjo: Masmedia Buana Pustaka.

Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka.


(1)

27 (Kadang-kadang), JR (Jarang), dan TP (Tidak Pernah). Untuk skor akhir dihitung dengan rumus:

ℎ = ℎ

Sehingga akan diperoleh nilai terbesar, yaitu 5. Pengkategorian keterampilan metakognitif dapat dilihat pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4. Pengkatagorian Keterampilan metakognisi S Nilai keterampilan metakognisi

4,1 – 5,0 Sangat baik

3,1 – 4,0 Baik

2,1 – 3,0 Cukup baik

Kurang dari 2,1 Kurang baik

Keterangan:

S = Skor dari penilaian instrument metakognisi

Data skor keterampilan berkomunikasi dan keterampilan berpikir kritis dari penelitian dianalisis untuk menguji hipotesis dengan melakukan uji sebagai berikut :

1. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan terhadap hasil tes akhir (posttest) dari

keterampilan berkomunikasi dan berpikir kritis menggunakan program komputer. Pada penelitian ini uji normalitas digunakan dengan uji kolmogorov smirnov. Dasar dari pengambilan keputusan uji normalitas, dihitung menggunakan program komputer yaitu SPSS 17.0 dengan metode kolmogorov smirnov yang berdasarkan pada besaran probabilitas


(2)

28 atau nilai signifikasi. Caranya adalah menentukan terlebih dahulu

hipotesis pengujiannya yaitu:

H0 : data terdistribusi secara normal

H1 : data tidak terdistribusi secara normal

Pedoman pengambilan keputusan:

1. Nilai Sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 maka distribusinya adalah tidak normal.

2. Nilai Sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05 maka distribusinya adalah normal.

2. Uji Linearitas

Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui apakah dua variabel

mempunyai hubungan yang linear atau tidak secara signifikan. Uji ini biasanya digunakan sebagai prasyarat dalam analisis korelasi atau regresi linear. Pengujian dilakukan dengan menggunakan program SPSS 17.0 dengan metode Test for Linearity pada taraf signifikan 0,05. Dua variabel dikatakan mempunyai hubungan yang linear bila signifikansi (Linearity) kurang dari 0,05; dan jika F hitung > F tabel maka H0

ditolak dan sebaliknya. Serta jika t hitung > t tabel maka H0 ditolak dan


(3)

29 3. Uji Regresi Linier Sederhana

Uji regresi linier sederhana dilakukan untuk menghitung persamaan regresinya. Dengan menghitung persamaan regresinya maka dapat diprediksi seberapa tinggi nilai variabel terikat jika nilai variabel bebas diubah-ubah serta untuk mengetahui arah hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat apakah positif atau negatif.

= +

Dengan: =

2 − 2 − 2

= − 2 − 2

Untuk memudahkan dalam menguji hubungan antara variabel dilakukan dengan menggunakan program SPSS 17.0 dengan uji Reggression Linear.


(4)

53

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil pembahasan, dapat disimpulkan bahwa:

1. Terdapat pengaruh yang positif dan linier keterampilan metakognisi terhadap keterampilan berkomunikasi fisika siswa SMP melalui model pembelajaran kooperatif tipe TSTS.

2. Terdapat pengaruh yang positif dan linier keterampilan metakognisi terhadap keterampilan berpikir kritis fisika siswa SMP melalui model pembelajaran kooperatif tipe TSTS.

B. Saran

Berdasarkan simpulan, maka penulis memberikan saran sebagai berikut: 1. Hendaknya guru dapat membimbing dan mengarahkan siswa dalam

menentukan dan mengelola cara dan kegiatan belajarnya.

2. Keterampilan metakognisi harus benar- benar diperhatikan karena keterampilan metakognisi dapat menghasilkan keterampilan dalam berpikir kritis.


(5)

55

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Arief. 2007. Memahami Berpikir Kritis. Diunduh pada tanggal 5 November 2012 dari http://re-searchengines.com/ 1007arief3.html. Anatahime. 2007. Keterampilan Metakognitif. Diunduh pada tanggal 26 Oktober

2012 dari http://biologyeducationresearch.blogspot.com/2009/12/ keterampilan-metakognitif.html.

Arikunto, Suharsimi. 2001. Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Corebima, A. D. dan Idrus, A. A. 2006. Pemberdayaan dan Pengukuran Kemam-puan Berpikir pada Pembelajaran Biologi. Makalah disajikan dalam International Conference On Measurement And Evaluation In Education, School of Educational Studies University Sains Malaysia Penang,

Malaysia, 13-15 February.

Djamarah, B.S. 2000. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Ennis, R.H. 2000. At Outline of Goals for a Critical Thinking Curriculum and Its Assessment. [Online]. Tersedia: http://critical thingking.net [diakses 25 November 2012].

Fatirul, Ahmad Noor. 2008. Cooperative Learning, Jurnal Universitas Malang. Vol. 51, No. 2 Desember 2008.

Ibrahim, M. 2005. Strategi Pembelajaran Inovatif untuk Pembelajaran Fisika. Makalah. Disampaikan pada Symposium Fisika Regional Kalimantan. Surabaya: University Press.

Imel, Susan. 2002. Metacognitive Skills for Adult Learning, (on line), http://www.ce-te.org/acve/docs/tia00107.pdf, diakses 3 November 2012. Kumala, Siti Ayu. 2011. Implementasi Ongoing Assessment Berbasis Reciprocal

Teaching Untuk Meningkatkan Keterampilan Metakognisi Dan Hasil Belajar Fisika Siswa. Skripsi Pendidikan Fisika PMIPA UNILA.

Kuntjojo. 2009. Metakognisi dan Keberhasian Belajar Peserta Didik. Diunduh pada tanggal 26 Oktober 2012 dari http://ebekunt.wordpress.com/ 2009/04/12/metakognisi-dan-keberhasilan-belajar-pesertadidik/. Lie, A. 2008. Cooperative Learning Mempraktikan Cooperative Learning di


(6)

56 Liliasari, 2009. Berpikir Kritis dalam Pembelajaran Sains Kimia Menuju

Profesionalitas Guru, http://jurnal.pdii.lipi.go.id/jurnal_penelitian _pendidikan/. (diakses 22 November 2012).

Maulana. 2008. Pendekatan Metakognitif sebagai Alternatif Pembelajaran

Matematika untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa PGSD. Jurnal Pendidikan Dasar No.10-Oktober 2008, 39-45.

Mukhlis. 2011. Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif. Diunduh pada tanggal 03 November 2012 pukul 19.15 dari http://mukhliscaniago.

wordpress.com/2011/12/30/karakteristik-model-pembelajaran-kooperatif/. Mulyadiana, T. 2000. Keterampilan Berkomunikasi Siswa Madrasah Aliyah

Melalui Pembelajaran Kooperatif pada Konsep Sistem Reproduksi Manusia. Tesis Magister pada FPS UPI Bandung.

Novianti, Evi. 2008. Analisis Keterampilan Berkomunikasi Siswa Sma Kelas Xi Ipa Pada Sub Materi Pokok Peranan Koloid Dalam Kehidupan Melalui Model Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM). Skripsi Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI. Bandung.

Nur, M. 2000. Strategi-Strategi Belajar. Surabaya : Universitas Negeri Surabaya, University Press.

Nurbayani, D. 2003. Meningkatkan Kemampuan Berkomunikasi Siswa SMU dalam Praktikum Pencemaran Melalui Belajar Kooperatif tipe Talking Chips. Skripsi Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI. Bandung. Rasiman. 2012. Penelusuran Proses Berpikir Kritis dalam Menyelesaikan

Masalah Matematika bagi Siswa dengan Kemampuan Matematika Tinggi. Semarang: IKIP PGRI Semarang.

Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Schafersman. 1991. An Introduction to Critical Thinking.

http://facultycenter.ischool.syr.edu/files/2012/02/Critical-Thinking.pdf. (diakses pada tanggal 8 Februari 2013)

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Sidoarjo: Masmedia Buana Pustaka.

Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka.