Penanggulangan Illegal Logging Pendekatan secara Sosio Ekonomi dan Hukum

BENAGGULANGAN ILLEGAL LOGGING
PENDEKATAN S E C A M SOSIO EKONOMI DAN
HUMUM
O M : Sujud Sirajudira, SH.

MN

I. Pendahlrluan
A. Kekayaan BfodiversiQ Hutan Indonesia
Penelitian ITTO menyatakan bahwa lebih dari 40 juta jiwa rnasyarakat
Illdonrsia tinggal di dalam dm sekitar hutan. kekayaan smberdalia hutan Indonesia
rnerupakan surnber kehidupan bagi rnasyarakat, serta menyimpan nilai-niiai
kehidupan (value and culture). Indonesia temasuk tiga negara yang meniiliki
keanekaragaman hayati (Biodiversity) tertinggi di dunia bersarna Brazil dan Zaire.
Indonesia memiiiki hutan bakau terluas di dunia, diperkirakan sekitar 4:25 juta
hektar. Memiliki 945 jenis tanman sumber pangan asli Indonesia sumber genetia
tatlaman pangan yag sangat besar, seperti Uwi, hlas atau sejenis kacang-kacmgan,
surilber energi alternatif e-mol yang berbafim baku pati.
Pr&ek lllegul logging, bukan hanya menyebabkan hdonesia memgi akibat
kehilangan potensi k a p , tetapi juga telah menyebabkan rusaknya atau berubahpa
habitat atau ekosistem asli hutan 'dan hilarignya beberapa sumber genetii; dunia.

Bahkan F A 0 di Indonesia dalam hari pangan sedunia tanggal 16 Oktober 2004
mengambil tema "'Biodiversity for Food Security", "Sustainable agricultural practices
can both feed p e ~ p l eand protect tbe oceans, forest, praires, and other ecosystems that
harbour biological diversity".
B. Kondisi Praktek Illiegal Logging di Indonesia
Diperkirakan bahwa jumlah kayu h s i l penebangan liar bervariasi pada
kisaran antara 25 - 57 juta meter kubik perthun. Pelaku dalam k m n waktu dua
tahun terakhir, sebatas harga I c a p negara dimgikan l e b h dari 90 trillim akibat
illegal logging, belum tennasuk biaya yang hams ctikeluarkan daIam menangmi
musibah bencana alam, satwa yang populasinya menurun yang jumlahnya bisa
meneapai 9 triiliun.
ITTO memprediksi bahwa pihak penmpulng kayu illegal adalah pembeli
doaestik sepsrti unit-unit pengolahan kayu legal maupun smmill illegal, pembeli
dari luar negeri, para pemegang WPH, investor hingga unsw-msur instansi.
Penegakan hukum bukanlab satu-satunya unsur penentu, tanpa dibarengi dengan
upaya mensejahterakm masyarakat yang hidup di dalam dan sekitar hutan.
(masyakat lokal). Diperkirakan bahwa jumlah kayu h a i l penebangm liar bervariasi
pada kisaran 25 - 57 juta meter kubik pertahun.

SzljudSir$iudilz, S H N%- Penanaghngan lGgalLo8ging

~endekatanSecara Sosii Ekonomi Dan Huk~rn
C. Penyebab ILlegc~IERPggI'mg

Penyebab Bangsung:
a. Kerniskinan dan pengangwan,
Akibat semakh sempitnya aksesibilitas masyaraka~ terhadap pemanfaatan
sumberdaya hutan, rnereka mengmbil sumberdaya hutan tersebut secara paksa
demi memenuhi kebutuhan hidup mereka.
b. Keuntungan besar,
Illegal Logging fidalc rnemperhi
atau pungutan, dan tidak
perlu pula mmperthbarrgkan biaya perenemaan dan pembangxnan
infrastruktur, biaya prod&i kayil ilegal jauh lebih mura dibandinmz kayu
Iorrnl

IVbUL.

c. Pernenuhan Skala eksomi &xiKetersediam Pasar (Supply - Demand)
Illegal logging menjadi alternatif paling menarik baik u t u k mempertahankan
kelmgsungm usaha m a w untuk memperoleh kcmtungan yang lebih besar.

d. Penegakan H u k m yang Lemah.
Terpencilnya lok&i t c q a g ~ ~ yillegal
a
lagging menjadi salah satu alasan rnengapa
terlnadap
akkivitas
ini
sulit di!
penegakan

Penyebab Tidak Langsung:
a. Resiko Rendah
Kurangnya pengawsan, rendahlra keinginan sebagian pendud& lokal mtuk

b. Koordinasi dimtarti sektor-sektor terkait lenlah
Pengeloraan hutan hmya berorientasi kepada pen;anfmm kayu mtuk i n c i w ~
Pe
sementara potensi hutan diluar itu, semisal potensi pangan dan
ekovirisata sama sekali diabaikan mezkipun memil&i Illlai ekonomis yang tidak
kalah.

e. nisiatif untuk m e m p e ~ m g k a nkepentingm publik atas hutan sangat lernah.
Masyarakat belurn merniliE cukup kesadaran mtuk mempeGuangkan
kepentingan rnereka atas hutan , yaitu jarninan agar pengelolaarm huAm
r h a t h kelestarian dan
ekologis hutan

d
d. Ke~ernburuanmasyarakat di dalam dan dl sekitar kawasan Hutan
Masyarakat lokal menyl~llpankecembu
karena tidak pemah merniliE akses
memadai ketika situasi memugGnkm, kecernb
masyarakat lokal tersebut
meledak dalarn bentuk penjarahan d m pengmsakm hutan.

SujudSira@n,

S H !:N - Penanagul;lngan I&$af Logging
Ped&atan Secara Sosw Ekomni Dan 3iirkum

- 3 ~

11. Pendebtaro Kesejahteraam Untiuk Menanggulangi Illegal Log@g
Peningkatan kesejahteraan masyarstkat lokal menjadi faktor penting daI&
upaya penanggulangm ilegal logging dan perarnbahan kawasan hutan secara lebih
pemanen. Catatan tentang strategi penmgplangan yang diterapkan saat ini adalah:
a. Penegakan hukum adalah upaya yang amat penting b&an menjadi syarat rnutlak
dalarn memberantas illegal logging, temasuk hams mernpertimbangkm dan
menggabungkan s e m a pendekatan yang mungbn d m dilakukan secara
bersamaan.
b. Lmgkah-l
Perbaikan
Pendekatan kesejahteraan (Prosperity Aproach) diajukan sebagai altematif untuk
memperbaiki strategi penanggulangm illegal logging. Diasmsiltan bahwa ketika
r n a y w k a t lokal kdarp sejahtem maka aktiviii illegal logging swara otozaiis
akm menalang. Kepernilikan akses oleh rnasyaakat lokal unhk mengelola
sekaligus menikmati kekayaan hutan adalsPh hal yang tidak bisa di tawar-tawar
lagi.
c. Tetap saja ada kernmgkinan bahwa mereka rnenggunakan 'hak istirnewanya'
dalarn mengelola hutan itu untuk kepentin
jangka pe~dek. untuk
mengantisipasi kernungkinan ini, penegakan

yang konsisten addah
langkah ykng perlrr di~rioritaskan.
d. Pendebtan kesejahte
d a l m penmggulmgan illegal logging menggabungkan
dua pendekatan, yaitu pendekatan ko-mmjernen penegakan hukum dan
pendekam perbaikan kondisi sosial ekonomi masyarakat di dalarn d m di sekitar
hutan (rnasyaralrat lokal).
e. Ko-mmajemen Penegakan Hu
Ko-mmajernen (alaborative managemen9 harus diterapkan sedemikim nrpa
agar potensi semua pihk tersebut dapat didayaG&an ~
1
1
.
a
meredisasikm
prioritas hutan mtuk sebesar-besamya kemakrnuran rakyat.
f. Perbaikan Kondisi Sosial-Ekonomi masyarakat Lokal Perluasan aksesibilitas i.16 dapat berbentuk pemberian Imak pen& untuk rnengeloia
dan memanfatkan smberdaya hutan oleh masyaakat lokal. Kalau diasumsikan
10 persen saja d x i total luas hutan Indonesia diplakan untuk turnpangsari
dengan ubi kayu, rnaka akm dihasilkan 388,8 juta ton ubi kayu per rnusirn panen.

Jika dimpangsa&an dengan ubi jalar akan menghasilkan 270 juta ton ubi jalar
per musirn panen.

PII.Pemdehtan Hukum unhk Menanggulan@PIIegal Logghg
TerJadinya penebangan kayu ilegal dan perdagqannya karena lemahnya
pengmman dan pengawasm terhadap areal kawasan hutan perlu beberapa kegiatan
sebagai berikut:
a. Penataan kembali tenaga polisi hutan
b. Melengkapi sarana d m prasarana pengarnanan
c. Peningkatan operasi fungsional dan operasi khusus
d. Penmganan dampak operasi melalui pola prosperi~approach
e. Meraingkatkm penyuluhan d m sosialisasi tentang praktek illegal logging

Penegakan hukum dalam kasus kejahatm kehutanan yang lemah rnengakibatkan
dernotivasi petugas di lapangan. Untuk itu perlu dilakukan fangkah-langkah sebagai
berikut:
a. Sosialisasi d m konsolidasi tindak lmjut Inpres No.4 Tahun 2005
b. Memperkuat kerjasama dengan MABES POLRI. Kejaksaan Agung dan TNI Ah,
yang difokuskan pada pelaksanaan operasi tindak lanjut proses justisia terhadap
kasus-kasus yang ditemuka.

c. Melakukan kerjasama dengan Pusat pelaporm d m Analisis Transaksi Keumgan
dalam ran&
peneg
(PPATK) tentang keG a s
pidana pen~ucianuang.
d. Percepatan pelelangm terhadap barang bukti kayu dan percepatan proses
yusiisinya. Disampiilg iiu diperlukan izrcjbosan pziigat.rlran u n ~ &peamganan
rampasan seperti alat berat.
barang buktil t e r n 4 si
IV.Hal-laal Bokok Dalam UU-41 Tahrrn 99 Untuk Mencegah Illegal Logging
1. Isu linghngan global. Luas kawasan hutan d a l m setiap daerah aliran sungai
(DAS) dan atau pulau, Iliinimal 305 dari luas daratan wajib menyediakan dana
investasi untuk biaya pelestarian hutan (Ps.35 ayat 2).
2. Isu Timber m m a g e ~ e n t bergeser menjadi resource based managennek."
Pemanfaatan jasa lingkungan, seperi usaha wisata dam. pengembangan tanman
obat-obatm d m budidaya flora dan fauna rnenjadi unggulan pembangunan
nasional. (Bab V Pengelolaan Hutan).
ati manfat dan
3. Isu dernokrasi dan hak asasi masyarakat berhak untuk me
Mia lingkungan hidup yang dihasilkan d

atas tanah
milihya secara w a x , pengutusan hukm
-nilai-nilai, aspirasi, sejarah sosiaf budaya serta hak-hak masy
seternpat (Uainted uighfs
and exercised righfs).
4. Isu hak rnasyarakat adat unttrk rneningkatkan kehormatan d m kesejahteraan
masyarakat adat iitu sendiri, (Bab IX, Pasal67).
5. Isu otonomi daerah, Pemerintah Daerah memiliki kewenangan yang sangat besar
, kecuali hal-ha1 yang bersifat nasional d m berkaitan
s administrasi pemerintahan, misalnya pengolaan taman
nasional dan Daerah Aliran Smgai yang rnelintasi beberapa wilayah administrasi
(Penyerahan kewenangan Bab VIII Pas& 66).
an Pernberdayaan ekonomi rakyat rnelalui koperasi tani hutan
kapasitas masyarakat. Masyarakat rnerupakm pihak utama
ymg meniknnati manfaat basil hutan dengan tetap rnenjaga
kelestariannya.
7. Isu pembatasm k i n usaha pemmfaatm hutan perlu dibatasi Iuasnya dengan tetap
memperhatikan sisi ekologi, sisi ekonomi d m sisi kelestarimya.
8. Wujud keberpihakan Pemerintah kepada rakyat, BUMN, BUMD d m Pemahaan
Swasta yang rnemiperoleh ijin usaha pemanfaatan hutan "diwajibkan" bekerja

sama dengan rnasyarakat lokal d m sekitarnya dalam wadah koperasi, "wajib
rnelakukm pembinaan" koperasi rnenjadi mandiri, tangguh dan professioanal
(Rab Pengelolaan Hutan pasal30).

.---. -.

9. Pengembangran dan pemberdayaan sumberdaya manusia, terkait dengan neraca
sumberdaya khususnya pengembangan surnberdaya manusla kehutanan wialui
LGG d m L & C (Bab Vf Penelitian dan Pengembangan, Pendidikan d m Latihan
serta Penyuluhan Kehutanan Pasal52,53,54,55,56,57 d m 58 pendanaan.
10. Kerusakan Hutan, tema
utan dan penebangan liar s&si yang
sangat berat terhadap pel
an hutan baik bagl pe~orangm,masyarakat
maupun pengusaha (Bab
idma, pasal78 dan 79).
11. Pemerintah didorong untuk febih mernfokuskan pada upaya preventif, persuasif
d m edukatif serta prosperity approach. PPNS kehutman diperbolehkan
melakukan penangkapan dan penahman terbatas (Forest Rangers BAB
Penyidikm Pasal77).

12. Untuk menjmin terseienggaranya pen
an nuran yang jujur, bersih dm adif,
rakyat, baik perorangan maupm d a l m bentuk kelornpok dapat mel
pengawasan (gugatm Penvakilan Bab XI Pasal 71,72 d m 73) Pemerintsch
bukanlah "segala-galmya"

V. Penutug
Peran pernerintah d a l m EIllplementasi pemberdayaan kopemi tani hutan mtuk
meningkatkan kesejalleraan masyaraka: lokal d m - pdnegakan hikkum unthlk';
mencegah dan men
egal logging:
1. Menyeleseikm
mbuka akses yang kondusif untuk: pasar,
masi teknologi d m pengembangan sumberdaya manusia.
intervensi yang bijaksana rnelalui 3 tahapan:
9 OFFICIALISASI masalah st
&lam mernbeniuk akses, kelerrrbagaan
pendidikan, pela&handan supervls~.
Q DE-OFFIGIALISASI proses secara bertahap mengurangi ketergantungan
pada pemerintah.
*% OTONOMI melepaskran sepenuhnya pada gerakan koperasi (fully coomited
but limited involvement).
h a m dalam penanggulangm
3. Hal lain yang penthg d a l m proses peneg
kembali tenaga polisi h u b , melengkapi sarana
illegal logging addah. pen
d m prasarana pengaman
ngkatan operasi fungsional d m operasi khusus,
penmganan dampak operasi melalui pola prosperity approach, meningkatkan
penyuluhan dan sosialisasi tentang praktek illegal logging serta kerj
koordinasi lintas sektoral dalm proses jwtisia dengan bstansi penegak
terkait.
9

B o d i n g Simposium !jviinaC@unia Kehutunan
Peltan IGmiLzh I(ehutanan Xasionaf III 2005
Bogor, 5-6 Septem6er 2005

I