PENANGGULANGAN KEJAHATAN ILLEGAL LOGGING DI PROVINSI SULAWESI TENGAH THE OVERCOMING OF ILLEGAL LOGGING IN CENTRAL SULAWESI Johnny Salam
TALREV
Volume 1 Issue 1, June 2016: pp. 33-54. Copyright © 2016 TALREV.
Faculty of Law, Tadulako University, Palu, Central Sulawesi, Indonesia.
ISSN: 2527-2985 | e-ISSN: 2527-2977.
Open acces at: http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/TLR/index
PENANGGULANGAN KEJAHATAN ILLEGAL LOGGING
DI PROVINSI SULAWESI TENGAH
THE OVERCOMING OF ILLEGAL LOGGING IN CENTRAL SULAWESI
Johnny Salam
Faculty Of Law Tadulako University.
JL. Soekarno Hatta KM. 9 Palu, Central Sulawesi
Telp/Fax: +62-451-45446 Email: [email protected]
Submitted: Jun 07, 2016; Reviewed: Jun 05, 2016; Accepted: Jun 11, 2016
Abstrak
Penelitian ini bertujuan mengetahui dan memahami efektivitas penanggulangan
kejahatan illegal logging di Sulawesi Tengah, dan faktor-faktor yang
mempengaruhi upaya penanggulangan kejahatan illegal logging di daerah
tersebut, serta bagaimana partisipasi dan budaya masyarakat atas upaya
penanggulangan terhadap kejahatan illegal logging di Sulawesi Tengah.
Penelitian ini menggunakan metode pendekatan socio legal research. Hasil
penelitian ini ditemukan Pelaksanaan penanggulangan kejahatan illegal logging
di Wilayah Provinsi Sulawesi Tengah, sejauh ini belum berjalan secara efektif;
serta Tidak optimalnya upaya penanggulangan kejahatan illegal logging di
Wilayah Provinsi Sulawesi Tengah, setidaknya dipengaruhi oleh tiga faktor; (1)
rendahnya kemampuan sumber daya manusia, (2)belum memadainya fasilitas
penunjang proses penegakan hukum. (3)rendahnya tingkat kesadaran hukum
masyarakat.
Kata Kunci: Penanggulangan Kejahatan, Illegal Logging, Sulawesi Tengah.
Abstract
This study aimed to understand the effectiveness of crime prevention and illegal
logging in Central Sulawesi , and factors - factors affecting the crime prevention
efforts of illegal logging in the area is , as well as how participation and cultural '
differences community crime prevention efforts against illegal logging in Central
Sulawesi . The singer research approach using socio- legal research methods .
Results Singer discovered Implementation crime prevention of illegal logging in
the region of Central Sulawesi province , as far as Singer Not Operate Effectively
Walk ; As well as optimal NOT illegal logging crime prevention efforts in the
region of Central Sulawesi province , at least influenced by three factors ; ( 1 )
low capacity of Human Resources , ( 2 ) There has been used to support the
inadequacy of the law enforcement process . ( 3 ) the low level of awareness of the
law society.
Keywords: Overcoming, Illegal Loggin, Central Sulawesi
□ 33
Tadulako Law Review | Vol. 1 Issue 1, June 2016
dan
PENDAHULUAN
Indonesia sebagai negara yang
semangat
kerakyatan
yang
berkeadilan, dan berkelanjutan.
dikaruniai kekayaan sumber daya alam
Untuk menjamin status, fungsi,
yang melimpah, patut untuk disyukuri
kondisi hutan dan kawasan hutan
oleh seluruh bangsa ini. Kekayaan atas
dilakukan upaya perlindungan hutan,
sumber daya alam tersebut,
yaitu
diurus, dikelola,
dengan
harus
dan dimanfaatkan
sebaik-baiknya
berdasarkan
mecegah
dan
membatasi
kerusakan hutan yang disebabkan oleh
perbuatan
manusia
dan
ternak,
akhlak mulia, sebagai ibadah dan
kebakaran, daya-daya alam, hama dan
perwujudan rasa syukur bangsa ini
penyakit. Termasuk dalam pengertian
kepada Tuhan Yang Maha Esa.
perlindungan
hutan
adalah
Hutan sebagai salah satu sumber
mempertahankan dan menjaga hak-hak
daya alam yang kita miliki merupakan
Negara, masyarakat dan perorangan
modal pembangunan nasional yang
atas hutan, kawasan hutan dan hasil
seyogyanya harus dimanfaatkan secara
hutan serta investasi dan perangkat
nyata bagi kehidupan dan penghidupan
yang berhubungan dengan pengelolaan
bangsa Indonesia, baik manfaat yang
hutan.
bersifat ekologi, maupun manfaat yang
Hanya saja, kondisi sumber daya
bersifat sosial, budaya, dan ekonomi,
hutan saat ini sudah pada tingkat
secara seimbang dan dinamis.
mengkhawatirkan akibat meningkatnya
Pasal 33 Undang-undang Dasar
praktek
pembalakan
liar
(illegal
Negara Republik Indonesia Tahun
logging) dan penyelundupan kayu,
1945 sebagai landasan konstitusional
meluasnya kebakaran hutan dan lahan,
berbangsa,
agar
meningkatnya tuntutan atas lahan dan
bumi, air, dan kekayaan alam yang
sumber daya hutan yang tidak pantas
terkandung di dalamnya dikuasai oleh
tempatnya, meluasnya penambahan dan
negara
konversi
telah
dan
sebesar-besar
mewajibkan
dipergunakan
untuk
kemakmuran
rakyat,
hutan
meningkatnya
penambangan
izin,
tahun
serta
resmi
maka dengan begitu penyelenggaraan
maupun
pengelolaan
kehutanan,
kerusakan hutan dan lahan di Indonesia
haruslah senantiasa mengandung jiwa
sudah mencapai 59,2 juta hektare
manajemen
tanpa
alam,
2004,
□ 34
Tadulako Law Review | Vol. 1 Issue 1, June 2016
dengan laju deforestasi setiap tahun
mencapai 1,6 s.d. 2 juta hektare.
1
tahun kasus perusakan hutan /illegal
Namun seperti yang terjadi di
Provinsi
Sulawesi
Tengah
menunjukkan bahwa dari tahun ke
loging semakin meningkat.3
Pemerintah
masih
Provinsi
Sulawesi
banyak terjadi perusakan hutan dalam
Tengah juga telah melakukan tindakan
berbagai
mengantisipasi pencurian kayu secara
bentuk,
penyerobotan
kayu/illegal
hutan,
loging,
antara
lain
pencurian
perladangan
illegal
(illegal
melakukan
logging)
kegiatan
dengan
pengamanan
berpindah-pindah yang dilakukan oleh
hutan,
peningkatan
kesadaran
warga masyarakat.2
masyarakat dan penegakan hukum (law
Kasus illegal loging di Propinsi
enforcement) akan tetapi penebangan
Sulawesi Tengah sungguh menarik
kayu secara illegal tetap berlangsung
untuk dikaji.karena untuk mendapatkan
dan ada kecenderungan frekuensinya
gambaran
semakin meningkat
tentang
faktor-faktor
sekalipun ada
penyebab terjadinya illegal logging
keseriusan
danbagaimana
memerangi pencurian kayu. 4
Hasil
penenggulangannya.
penelitian
Sebagai
sementara
kecenderungan
1
2
Sumber :
http://hukum.kompasiana.com/2010/07/24
/pembalakan-liar-dalam-prespektifhukum-administrasi/
Data Kantor Kehutanan Provinsi Sulawesi
TengahTahun 2004 “Berdasarkan data
sementara, pengrusakan hutan di
Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi
Tengah selama tahun 2000 hingga 2004
mencapai 1363 Ha. dengan perincian
sebagai berikut: yang disebabkan oleh
perladangan berpindah seluas 753 Ha,
sedangkan oleh penyerobotan hutan
seluas
610
Ha.
Dalam
kasus
penyerobotan hutan, pengrusakan hutan
dilakukan dengan menebang hutan
lindung
dan
digantikan
dengan
perkebunan
cengkeh
milik
pejabat/pengusaha”.
pemerintah
fenomena
daerah
sosial,
meningkatnya
3
“Tingkat pengerusakan dimaksud dapat
diuraikan sebagai berikut : tahun 2000
pengerusakan hutan karena ladang
berpindah seluas 88,5 hektar, sedangkan
karena penyerobotan hutan seluas 66,9
hektar, tahun 2002 kerusakan hutan
karena penyerobotan seluas 67,3 hektar,
sedangkan karena ladang berpindah
seluas 89,2 hektar, tahun 2004 karena
ladang berpindah seluas 89,.3 hektar,
sedangkan karena penyerobotan seluas
67,6 hektar’.( Ibid: hal.46 - 49 ).
4
Paradongan Hasibuan, 2009, Analis
Hukum Terhadap Peran Kepolisian
dalam
Upaya
Mendukung
Penanggulanggan
Illegal
Logging
diwilayah Kepolisian Daerah Sulawesi
Tengah, Palu : Tesis, hal 8
□ 35
Tadulako Law Review | Vol. 1 Issue 1, June 2016
perusakan hutan / illegal logging di
Metode Penelitian
Sulawesi Tengah, bukanlah persoalan
Seperti
hukum
semata
apalagi
hanya
diketahui,
metodologi
adalah sebuah pendekatan umum untuk
diselesaikan atau dijelaskan secara
mempelajari topik penelitian 6 .
hukum sebagai masalah sosial, maka
Penanggulangan
persoalan
Loging di Provinsi Sulawesi Tengah.
yang
mengitarinya
pun
Kejahatan
Illegal
tentulah kompleks, dan sangat mungkin
Artinya,
berada jauh di luar jangkauan hukum,
menjalankan penelitian tentang proses
termasuk hukum pidana. Ada sekian
penegakan
banyak faktor yang tentu kait-mengait
penanggulangan
atau yang mempunyai hubungan sebab
loging di Sulawesi Tengah. Metode
akibat
yang digunakan ialah metode kualitatif.
yaitu
dengan
fenomena dimaksud
faktor budaya, sosial, politik,
ekonomi dan faktor hukum. 5
bagaimana
yaitu
kita
harus
hukum
yaitu
kejahatan
illegal
Tipe Penelitian
Atas paparan dan uraian di atas,
Perumusan Masalah
maka
1. Sejauh mana efektivitas penang-
persoalan-persoalan yang berhubungan
gulangan terhadap kejahatan illegal
dengan hal-hal yang berkaitan dengan
logging di Sulawesi Tengah?
eksistensi teori-teori hukum, asas-asas
2. Faktor-faktor
apa
berpengaruh
sajakah
yang
terhadapupaya
penelitian
hukum
dan
ini
membahas
kaidah-kaidah
hukum
bidang hukum pidana dan kriminologi ,
penanggulangan kejahatan illegal
khususnya
logging di Sulawesi Tengah?
subtasi-subtansi hukum yang mengatur
3. Bagaimanakah
partisipasi
dan
tentang
kehutanan
dan
hal tersebut.
upaya
Selanjutnya, keterkaitan antara
penanggulangan terhadap kejahatan
aturan-aturan dan norma-norma hukum
illegal loging di Sulawesi Tengah.
itu ada implementasinya di tengah
budaya
masyarakat
atas
masyarakat,
6
5
Talcott Parsons, 1991, The Social Systems,
New York : The Free Press, hal.4
sehingga
akan ditelaa
David Silverman, Interpreting Qualitative
Data, Methods for Analysing Talk, Text
and Interaction, London :Sage
Publication, 1993, hal. 2
□ 36
Tadulako Law Review | Vol. 1 Issue 1, June 2016
tentang sikronisasi dan harmonisasi
Disamping
akan
melakukan
pranata-pranata hukum yang mengatur
observasi
persoalan tersebut, khususnya aturan-
kawasan hutan, penelitian ini akan
aturan
diarahkan pula pada sejumlah kantor
yang
mengatur,
bersifat
dan
melindungi,
pemberian
sanksi,
Berdasarkan
hal-hal
tersebut,
relevansi
kantor-kantor,
untuk
swadaya
pengamatan-
pengamatan yang bersifat empiriskualitatif, sehingga tipe penelitian ini
adalah bersifat socio legal research
atau penelitian hukum sosiologis.
dengan
objek
penelitian ini, termasuk diantaranya
maka penelitian ini di rencanakan
melakukan
kekawasan-
instansi dan lembaga-lembagalain yang
memiliki
bilamana aturan-aturan itu terlanggar.
langsung
lembaga-lembaga
masyarakat
(LSM)
dan
kantor-kantor instansi penegak hukum.
Populasi dan Sampel
Populasi penelitian ini ditarik
diseluruh kawasan hutan diwilayah
Propinsi Sulawesi Tengah, sedangkan
Lokasi Penelitian
di
sampel ditarik di kawasan-kawasan
Wilayah Provinsi Sulawesi Tengah,
hutan Kabupaten Donggala, Kabupaten
yang kini memiliki 10 kabupaten dan 1
Parigi Moutong, Kabupaten Morowali,
kota, yakni Kabupaten Donggala, Poso,
Kabupaten Tojo Una-Una, Kabupaten
Banggai, Banggai Kepulauan, Parigi-
Banggai dan Kabupaten Toli-Toli.
Penelitian
ini
berlokasi
Moutong, Tojo Una-una, Morowali,
Adapun responden dan informan
Tolitoli, Buol dan Sigi, serta Kota Palu.
awal yang dipilih terdiri dari beberapa
Kecuali wilayah Kota Palu, seluruh
pihak, yaitu masing-masing :
kabupaten tersebut memiliki kawasan
a. Beberapa orang anggota masyarakat
hutan yang sangat potensial untuk
di wilayah konservasi di setiap
dibabat oleh oknum-oknum yang tidak
Kabupaten yang dijadikan sampel
bertanggungjawab, sehingga dengan
yang
begitu kawasan-kawasan hutan pada
kehidupannya dari kawasan hutan
kabupaten
tersebut,
terjadinya
illegal
pembalakan liar.
tinggal
dan
sumber
rentan
atas
lindung berdasarkan Tata Guna
logging
atau
Hutan Kesepakatan ( TGHK ) yang
dianggap sebagai informasi kunci.
□ 37
Tadulako Law Review | Vol. 1 Issue 1, June 2016
b. Beberapa orang anggota masyarakat
yang pernah tersangkut dan atau
terkait dalam kasus IIlegal Logging
di wilayah Sulawesi Tengah.
c. Aparat penegak hukum yang pernah
menangani
logging
kasus-kasus
tersebut
illegal
yaitu
aparat
kepolisian, polisi khusus kehutanan,
jaksa, dan hakim pengadilan.
Sampel
berikutnya
dan
berkembang
informan
mengikuti
prinsip “Bola Salju” dan pilihan sampel
berakhir setelah terdapat indikasi tidak
adanya lagi informasi yang dapat
dijaring.
Pengaburan Kasus Illegal Logging di
Sulawesi Tengah
Kawasan hutan Provinsi Sulawesi
Tengah saat ini, mengalami tekanan
sangat berat, disebabkan maraknya
praktek illegal loggingyang berkedok
Proyek transmigrasi dan pembukaan
jalan poros antar kabupaten.
terang-terangan
perusahaan kontraktor proyek mulai
menunjukkan
ini,
menyisahkan
permasalahan seputar pengelolaanya.
Proyek Pembangunan jalan poros
Air Terang-Wanagading
Proyek pembukaan jalan poros
yang melalui wilayah desa Air terang
Kecamatan Tiloan Kabupaten Buol
sesuai dengan Surat Perintah Kerja
(SPK-Perpanjangan)
Nomor:
620/01.58.A/SUB.Din.PH
tertanggal
10 Januari 2005 yang ditandatangani
Kepala
Dinas
Kehutanan
Propinsi
Sulawesi Tengah kepada PT. Dwi
Putera
Persada(PT
DPP)
untuk
mengerjakan pembukaan jalan poros
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Secara
belakangan
ekspansinya
pada
beberapa kawasan hutan khususnya
wilayah hutan konservasi. Lihat saja
trend beberapa kasus yang terjadi
yang terletak pada wilayah Areal
Penggunaan Lain (APL) di wilayah
Kabupaten
Buol
sepanjang
lebih
kurang 50 Km atau seluas ± 250 Ha,
dengan jangka waktu dua tahun (
hingga 10 Januari 2007 ).
Pembukaan jalan yang dilakukan
PT DPP dengan mengandeng PT Wana
Nusa Perkasa (PT WNP), ditemukan
banyak terdapat lokasi penebangan
hutan jauh di luar sisi kiri kanan
pembangunan jalan poros dengan titik
sebaran yang tidak beraturan. Analisis
Mengenai
Dampak
Lingkungan
(AMDL) proyek jalan itu.
□ 38
Tadulako Law Review | Vol. 1 Issue 1, June 2016
Aksi penebangan dalam rangka
proyek
pembukaan
jalan
telah
sepanjang lebih kurang 35 Km. Kisaran
panjang/Km pembukaan jalan PT WNP
memasuki kawasan hutan produksi
sesuai
temuan
titik-titik
yang bisa dikonversi (HPK). Selain itu
(GPS), menunjukkan tidak adanya
juga, masih terdapat banyak sisa kayu
konsistensi perusahaan dalam proyek
log hasil tebangan yang dibiarkan
pembukaan jalan poros tersebut.
Terbukti
begitu saja oleh pihak perusahaan,
kordinat
dengan
adanya
lokal
pembukaan jalan yang menyimpang
dalam bentuk kayu bantalan untuk
atau tidak sesuai dengan peta rencana
dipasarkan sendiri. Aktivitas seperti ini
jalan yang dibuat sebelumnya. Kondisi
berlangsung hingga saat ini dan jalan
ini menggambarkan bahwa, baik pihak
yang harusnya dibuka PT WNP sesuai
perusahaan maupun pihak pemerintah
peta rencana jalan adalah terhitung
daerah, dalam hal ini Dinas Kehutanan
mulai dari titik nol di kawasan
Air
Kabupaten
Terang-Wanagading
130
sosialisasi secara baik tentang rencana
sehingga
diolah
masyarakat
sepanjang
Buol
tidak
melakukan
pembangunan jalan poros tersebut.
Km.
Hasil
investigasi
Sebagian
menemukan
warga
hanya
beragam versi pemahaman masyarakat
mengetahui proyek pembangunan jalan
terkait kisaran panjang/Km yang telah
didanai
dibuka oleh PT WNP, secara detail
Sulawesi Tengah, tanpa mengetahui
pembukaan
adanya kesepakatan tentang besaran
jalan
tersebut
sudah
oleh
Pemerintah
mencapai lebih kurang 60 Km dari titik
nilai
nol
perusahaan sebagai pembiyaan proyek.
yang bukan termasuk kawasan
kompensasi
kayu
Provinsi
kepada
bekas HPH PT. Intraka dan HPH PT.
Hal ini menunjukan bahwa, telah
Rimba Sulteng. Ini ditandai dengan
terjadi pembohongan publik oleh pihak
patok pal jalan (panjang/Km) serta
pemerintah
informasi dari berbagai sumber, yang
setempat
yang
terkena
dampak
jika diukur dari titik nol di kawasan Air
langsung
dari
proyek
tersebut.
Terang (sesuai peta rencana jalan)
Keterangan lain dari masyarakat sekitar
panjang/Km yang riil sampai batas
mengatakan bahwa, kayu log yang
akhir
ditebang perusahaan tidak semuanya
pembukaan
jalan,
hanya
kepada
masyarakat
□ 39
Tadulako Law Review | Vol. 1 Issue 1, June 2016
dipasarkan ke luar Pulau Sulawesi,
tumpukan
kayu
akan tetapi juga dipasarkan ke pemilik
perusahaan. Selain itu, timbunan kayu
sawmilyang ada di Kabupaten Buol dan
sebanyak lebih kurang 60 batang
Tolitoli. Terbukti dengan diangkutnya
dijumpai sekitar camp karyawan yang
sejumlah lebih kurang 900 meter kubik
diantaranya satu meter kubik kayu
kayu log dari logpond ke Kota Tolitoli
telah diolah.
Sumber
untuk kebutuhan industri.
Sementara itu, berdasarkan SPK I
telah
resmi
diangkut
PT
DPP
menyatakan TPK hanya berjumlah
yang menunjukkan PT DPP selaku
enam,
pelaksana proyek pembangunan jalan,
kurang 850 meter kubik, sedangkan
ternyata juga menggandeng PT Kreasi
menurut salah seorang staf Dishutban
Mandiri
Kabupaten
Sejahtera
(PT
KMS).
dengan jumlah kayu lebih
Parigi
bertugas
tidak didasarkan pada AMDAL, karena
Lambunu, menyebutkan kayu yang
persetujuan gubernur atas dokumen
diambil atau ditebang selama aktivitas
AMDAL
dimaksud
pembukaan jalan berlangsung adalah
ditetapkan pada 15 Januari 2005.
sejumlah lebih kurang 1.200 meter
Artinya selama pengerjaan proyek
kubik.
yang
sejak 10 Juli 2004 hingga 10 januari
2005 sama sekali tidak
memiliki
dokumen AMDAL.
Aktivitas proyek yang dibarengi
penebangan kayu secara besar-besaran
di
luar
areal
pembukaan
jalan,
dibuktikan
setelah
penemuan
gelondongan
kayu yang berada di
delapan titik Tempat Penimbunan Kayu
(TPK) dengan jumlah rata-rata di tiap
lokasi antara 10 hingga 20 batang.
Sementara di dua lokasi TPK, tepatnya
di kilometer 12 dan 16, sejumlah
Kecamatan
yang
Pelaksanaan pembukaan proyek jalan
proyek
di
Moutong
Bolona
Proyek Transmigrasi Ogobayas
Pengelolaan
program
transmigrasi, seringkai memunculkan
masalah khususnya seputar praktek
penebangan
kayu.
Demikian
pula
halnya proyek transmigrasi Ogobayas
di Kabupaten Parigi Moutong yang
diduga
telah
pelanggaran
terjadi
dalam
praktek
pelaksanaan
proyek.
Data yang dihimpun menunjukan
adanya praktek pemindahan lokasi
□ 40
Tadulako Law Review | Vol. 1 Issue 1, June 2016
secara sengaja dari Ogobayas Desa
rumah dengan dana sebesar Rp 1,5
Mapangka ke Kawasan Cagar Alam
Miliar lebih telah di-mark-up. Hasil
Tinombala yang dilakukan oleh PT.
cross chek di lapangan menunjukan
Agung Prima (PT AP) yang diduga
penyediaan bahan baku rumah yang
kuat juga melibatkan CV Abdi Jasa
dikerjakan PT AP diambil dari di
selaku konsultan proyek. Pemindahan
sekitar areal pembukaan lahan. Hal ini
lokasi
tertuang pada lampiran Kontrak Nomor
pemukiman
transmigrasi,
berimplikasi pada terjadinya praktek
602/3691/KPA-P4T,
pembalakan liar di kawasan Cagar
Agustus 2005.
Alam
Tinombala
dan
melibatkan
Dinas
Perkebunan
(Dishutbun)
Kehutanan
dan
Kabupaten
itu,
pembangunan
Dugaan itu diperkuat
dengan
surat yang berkaitan
11
anggaran
infrastruktur
berupa
pembuatan jalan, tidak luput dari upaya
penyelewengan
Parigi Moutong.
dikeluarkannya
Selain
diduga
tanggal
proyek.
pihak
pelaksanaan
Pembuatan
sepanjang
lima
jalan
desa
kilometer
yang
dengan permintaan pengurusan Izin
menyedot anggaran sebanyak Rp 142
Pemanfaatan
juta
Kayu
(IPK)
dengan
lebih,
terindikasi
digelapkan,
Nomor
karena lokasi pembukaan lahan telah
552.1/1611/DISHUTBUN/IX/2005
tersedia jalan desa.
tertanggal 24 September 2005 oleh
Menanggapi
permasalahan
Dishutbun Kabupaten Parigi Mautong,
tersebut,
yang dinilai sangat terlambat, padahal
koordinasi serta fungsi pengawasan
sejak bulan bulan Agustus 2005, PT
beberapa instansi terkait, seperti Dinas
AP telah memulai aktivitas pembukaan
Tenaga
areal
(Disnakertrans), Dinas Kehutanan dan
pada
kawasan
cagar
alam
menunjukkan
Kerja
dan
lemahnya
Transmigrasi
Balai Konservasi Sumber Daya Alam
tersebut.
Dugaan penyelewengan anggaran
(BKSDA) Propinsi Sulteng. Demikian
proyek pembangunan pemukiman juga
pula halnya dengan Disnakertrans dan
menyeruak
Kuat
Dishutbun Kabupaten Parigi Mautong
dugaan, dana pembangunan rumah dan
yang seolah menutup mata dengan
penyediaan bahan baku untuk 200 unit
permasalahan tersebut.
ke
permukaan.
□ 41
Tadulako Law Review | Vol. 1 Issue 1, June 2016
1.156,5 hektar juga telah disurvei pada
Transmigrasi Sabo
Proyek
merupakan
Transmigrasi
program
transmigrasi
dengan
Sabo
November
2005
dan
diperkirakan
pembangunan
menampung
pola
sebanyak 400 kepala keluarga.
usaha
calon
transmigrasi
Untuk
perkebunan coklat melalui kemitraan.
menunjukkan
akan
keseriusannya, Disnakertrans Sulteng
memanfaatkan areal seluas 2.463,5
menunjuk PT Persada Bahari Aditama
hektar dari total areal 5.000 hektar
(PT PBA) selaku pelaksanaan proyek.
yang
lokasi
Berdasarkan
transmigrasi. Pencanangan program ini,
mengajukan
proposal
proyek
tertuang dalam Keputusan Bupati Tojo
transmigrasi
dengan
pola
Unauna
pengembangan komoditi kakao kepada
Direncanakan
program
dicadangkan
ini
sebagai
Nomor
188.45/0725/NAKERTRANS
DAN
hal
Departemen
itu,
Tenaga
PT
PBA
Kerja
PMD tanggal 11 Agustus 2004 tentang
Transmigrasi,
persetujuan pencanangan tanah untuk
direspons
lokasi
Tenaga Kerja dengan mengeluarkan
transmigrasi
di
Nggawia
yang
dan
secara
positif
Menteri
Kecamatan Tojo Barat dan Desa Sabo
surat
Kecamatan Ampana Tete kabupaten
BIK/IV/2005 tanggal 6 April 2005
Tojo Unauna (Touna).
yang intinya memberikan rekomendasi
Areal seluas 2.463,5 hektar itu,
bernomor
kemudian
kepada
B.177/MEN/PSKT-
PT
PBA
untuk
sejak 2004 telah diusulkan untuk di-
mengembangkan komoditi kakao di
enclave menjadi Areal Penggunaan
lokasi transmigrasi Sabo.
Lain (APL) dan telah dilakukan tata
Selanjutnya,
PT
batas. Namun hingga saat ini belum
mengajukan
mendapatkan persetujuan dari Menteri
Pemanfaatan Kayu (IPK) atas areal
Kehutanan.
Meski sejumlah 1.300
seluas 700 hektar yang merupakan
hektar diantaranya telah dilakukan
bagian dari areal seluas 2.463,5 hektar.
survey dan studi pada 2004 dan
Permohonan itu kemudian direspons
direkomendasikan dapat menampung
secara baik Pemerintah Kabupaten
calon transmigrasi sebanyak 600 kepala
Touna dengan mengeluarkan IPK bagi
keluarga.
PT PBA.
Selebihnya,
dengan
luas
permohonan
PBA
Izin
□ 42
Tadulako Law Review | Vol. 1 Issue 1, June 2016
Ditinjau
secara
geografis,
13
Mei
2006,Direktur
Eksekutif
penempatan lokasi transmigrasi itu
Daerah Wahana Lingkungan Hidup
dikelilingi APL dan Kawasan hutan
Indonesia (Walhi) Sulteng bersama
dengan fungsi Hutan Produksi Terbatas
Yayasan Toloka dan Yayasan Merah
(HPT).
Putih
Sehingga
pembuatan
jalan
Palu,
telah
melakukan
lokasi
investigasi lapangan. Berdasarkan hasil
transmigrasi dengan desa Sabo harus
Investigasi lapangan itu, ditemukan
melalui
fakta-fakta sebagai berikut:
untuk
menghubungkan
APL
dan
kawasan
HPT
Pertama, panjang jalan yang telah
tersebut.
Berkaitan dengan pembukaan
dibuka oleh PT PBA melintas
jalan penghubung lokasi transmigrasi
HPT adalah sepanjang lebih
yang akan melewati HPT tersebut,
kurang 15 Kilometer;
maka berdasarkan Keputusan Menteri
Kedua, ditemukan sedikitnya 6 jalur
Kehutanan Nomor. 55/1994 yang telah
“jalan tikus” atau jalan tarikan
dirubah melalui Peraturan Menteri
kayu menuju kawasan hutan
Kehutanan Nomor 14/2006 tenteang
dengan lebar jalan 3 hingga 4
Pedoman Pinjam Pakai Kawasan Hutan
meter;
bahwa, penggunaan kawasan HPT
untuk
kepentingan
kehutananseperti
pembukaan
non
jalan
harus dilakukan dengan pinjam pakai
Ketiga, titik penebangan kayu tersebar
hampir disemua jalur “jalan
tikus”;
Ditemukan pula tiga TPK yang
yang kewenagan perizinannya pada
tersembunyi,
Menteri
tanpa
kilometer 3, kolometer 4 dan kilometer
melalui prasyarat yang dimaksudkan
7 dengan rincian sebagai berikut: TPK
dalam peraturan tersebut PT PBA telah
I terdapat tumpukan kayu masih dalam
melakukan aktivitas pembukaan jalan
bentuk log (kayu bulat) sebanyak 75
dengan menebang ratusan meter kubik
batang dengan ukuran diameter kayu
kayu.
50 sampai dengan 80 sentimeter dan
Kehutanan.Namun,
Terkait
pembukaan
masing-masing
di
jalan
panjang 12 hingga 23 meter. TPK II
penghubung dari Desa Sabo ke lokasi
terdapat tumpukan kayu dalam bentuk
transmigrasi tersebut, pada 11 hingga
log sebanyak 50 batang dengan ukuran
□ 43
Tadulako Law Review | Vol. 1 Issue 1, June 2016
50 sampai dengan 80 centimeter serta
1 Agustus 2006 ke DPRD Kabupaten
panjang 12 hingga 21 meter. Sementara
Morowali memprotes kegiatan
di TRP III terdapat tumpukan kayu
KUJ yang membabat hutan tepat di
dalam bentuk log sebanyak 49 batang
bibir sungai Karaupa sebagai induk
dengan ukuran 40 sampai dengan 80
beberapa anak sungai yang mengarah
centimeter serta panjang 8 hingga 21
ke pemukiman penduduk.
meter.
Sungai Karaupa juga dalam peta
adalah sumber air yang berfungsi
IPK di Kabupaten Morowali.
Praktek illegal logging, diduga
dilakukan PT Karya Utama Jaya (PT
KUJ) di desa Wata Kecamatan Bumi
Raya Kabupaten Morowali. Data yang
dihimpun,
memperkirakan
ribuan
batang kayu berdiameter besar (30
sentimeter up) telah ditebang PT KUJ
pada APL dengan alasan pembukaan
jalan
sepanjang
lebih
kurang
30
kilometer menuju lokasi atau areal
HPH (IUPHHK) milik PT Balantika
Rimba Rejeki, tanpa memiliki IPK.
Tim Terpadu yang dipimpin Ketua
DPRD
Kabupaten
melakukan
Morowali
investigasi
ke
saat
lokasi
membenarkan adanya perusakan hutan
pada APL, karena disisi kiri-kanan
jalan
PT
ratusan
batang
kayu
bulat
berdiameter besar bertumpukan.
Satu
tim
iinvestigasi
yangditurunkan ke TKP atas desakan
masyarakat, setelah berunjuk rasa pada
mengairi irigasi atau bendungan warga
transmigrasi di dua kecamatan Wita
Ponda yang baru dimekarkan pada
awal 2005. Aktivitas penebangan itu
dikhawatirkan
berpotensi
menenggelamkan lebih kurang 5.000
hektar
lahan
persawahan
di
dua
kecamatan tersebut dan secara otomatis
akan memberikan kerugian besar bagi
lebih kurang 6.000 kepala keluarga
yang menggantungkan hidup mereka
dari aktivitas pertanian.
Aliansi
Masyarakat
Pencinta
Hutan (AMPH) Kecamatan Bumi Raya
Kabupaten
Morowali
sangat
mengharapkan tindakan tegas
dari
Menteri Kehutanan dan aparat penegak
hukum, untuk menghindari adanya
konflik horizontal di masyarakat yang
pro dan kontra atas kegiatan PT KUJ.
Fakta-fakta
menunjukkan
tersebut
proyek
di
atas,
berdalih
pembangunan lokasi transmigrasi dan
□ 44
Tadulako Law Review | Vol. 1 Issue 1, June 2016
pembuatan jalan merupakan salah satu
dilimpahkan
penyebab kerusakan hutan di Propinsi
Tinggi Sulawesi Tengah.
Sulawesi
kontrak
perusahaan-perusahaan
pekerjaan,
arif dan menjadi solusi atas berbagai
seperti
PT.
Utama Jaya, PT Agung Prima dan PT
Persada Bahari Aditama tidak merasa
bertanggungjawab atas dampak yang
menimpa masyarakat sekitar.
Upaya Penanganan Kasus Illegal
Logging di Provinsi Sulawesi Tengah
Peran Kepolisian Daerah (Polda),
Kehutanan
Konservasi
dan
Sumber
Badan
Daya
Alam
(BKSDA) Provinsi Sulawesi Tengah,
sangat penting guna mengurangi laju
di
deforestasi
Sulawesi
Tengah.Beberapa kasus yang telah
diuraikan
dalam
diatas, diantaranya sudah
proses
penyidikan
pihak
kepolisian, seperti kasus illegal logging
pada pembukaan jalan poros BuolParigi Moutong, kasusillegal logging di
kawasan Cagar
Alam Timombala,
kasusillegal logging di Desa Sabo, dan
beberapa kasus lainnya yang sudah
sampai kepada putusan pengadilan,
seperti kasus illegal logging Cagar
Alam Tinombala saat,
Kejaksaan
Oleh karena itu, pilihan paling
Kreasi Mandiri Sejahtera, PT Karya
Dinas
tingkat
Berdalih
Tengah.
menjalankan
ke
ini telah
persoalan sebagaimana digambarkan di
atas adalah:
Pertama, pemerintah sebaiknya
mengevaluasi kembali berbagai
izin yang telah dikeluarkan, baik
berupa IPK maupun IUPHHK
yang sudah dikeluarkan dan
maratoriumterhadap permohonan
izin-izin baru;
Kedua, instansi-instansi terkait
yang memiliki kewenangan untuk
melakukan pengawasan, seperti
Dinas Kehutanan, BKSDA dan
kepolisian, sebaiknya benar-benar
dapat menjalankan tugas dan
fungsinya dengan baik.
Ketiga, masyarakat harus selalu
mengkritisi kebijakan-kebijakan
pemerintah,
khususnya
yang
terkait dengan status fungsi
peruntukan kawasan hutan, dan
sedapat mungkin terlibat secara
aktif
untuk
memperjuangkan
kelestarian dan keberlangsungan
lingkungan hidup yang baik, demi
menyelamatkan nasib generasi
masa kini dan generasi mendatang.
Berdasarkan temuan di lapangan
sampailah kita kepada beberapa catatan
penting
yang
diharapkan
akan
bermanfaat untuk penegakan hukum
terhadap
kejahatan
illegal
logging/kerusakan hutan pada masamasa mendatang. Catatan ini sudah
tentu berdasarkan apa yang ditemukan
□ 45
Tadulako Law Review | Vol. 1 Issue 1, June 2016
di
lapangan.
Ternyata
bahwa,
serta aparat hukum yang baik pula tak
penegakan hukum perusakan hutan di
pernah
Provinsi Sulawesi Tengah tidak cukup
kejahatan yang timbul di masyarakat.
dengan perundang-undangan semata.
Begitu pula halnya dengan kasus
Itu baru sebagian kecil dari seluruh
penebangan
usaha penegakan hukum yang akan
(perladangan berpindah/illegal logging)
dilakukan.
di
Secara
masyarakat
teoritis,
yang
tindakan
menebang
atau
akan
atau
Sulawesi
lapangan
mampu
meredam
perusakan
Tengah.
hutan
Temuan
menunjukkan
di
bahwa
meskipun perundang-undangan yang
merusak hutan (perladangan berpindah
berkaitan
atau illegal logging) untuk keperluan
hutan/illegal
hidupnya dianggap telah melanggar
memadai, tetapi aparat penegak hukum
hukum. Namun, masyarakat di Provinsi
di lapangan sangat tidak memadai.
Sulawesi Tengah merasa apa yang
Pada hal areal hutan yang harus
mereka lakukan itu semata-mata untuk
ditangani begitu luas. Belum lagi hal-
mempertahankan hidup mereka dan
hal yang berkaitan dengan sarana dan
keturunannya.
sebenarnya
prasarana begitu pula dengan budaya
muncul konflik nilai. Disatu pihak
masyarakat yang cenderung menebang
aparat penegak hukum merasa bahwa
atau
perbuatan
berpindah/illegal logging).
Disini
masyarakat
di
Sulawesi
dengan
berusak
Dengan
Tengah yang menebang atau merusak
perusakan
logging
hutan
dianggap
(perladangan
penjelasan
ini
pula
hutan (perladangan berpindah/illegal
permasalahan yang dikemukakan di
logging) dianggap melanggar hukum.
muka, secara tak langsung sudah
Sebaliknya, masyarakat di Sulawesi
terjawab pula di sini. Bagaimana
Tengah sendiri merasa bahwa kegiatan
budaya masyarakat lokal menyingkapi
yang mereka lakukan ialah dalam
proses
rangka
illegal logging di Sulawesi Tengah.
mempertahankan
nilai-nilai
budaya yang mereka anut selama ini.
penanggulangan
kejahatan
Proses penanggulangan illegal loging
yang
tetap menjadi kendala selama budaya
sesungguhnya akan menyadarkan kita
dan nilai-nilai tentang tanah dan hutan
bahwa undang-undang yang baik saja
yang
Kenyataan
inilah
dianut
oleh
masyarakat
di
□ 46
Tadulako Law Review | Vol. 1 Issue 1, June 2016
Sulawesi Tengah masih tetap seperti
hukum, khususnya dalam hal
sekarang.
terbatasnya jumlah personal dan
Padahal
untuk
merubah
sebuah budaya dengan cepat bukanlah
hal yang gampang. Itu membutuhkan
kemampuan profesional;
b. Belum
memadainya
waktu yang lama. Karena budaya
penunjang
sangat kuat melekat pada masyarakat
hukum;
bersangkutan
atau
budaya
inheren
c. Rendahnya
fasilitas
proses
penegakan
tingkat
kesadaran
hukum masyarakat.
dengan masyarakatnya.
3. Tingkat
partisipasi
masyarakat
dalam upaya penanggulangan illegal
PENUTUP
Bertolak
dari
uraian
dan
di
logging
Wilayah
Provinsi
pembahasan terdahulu, maka berikut
Sulawesi Tengah, sejauh ini masih
ini diformulasi beberapa kesimpulan
rendah. Hal ini disebabkan karena
sebagai berikut:
terjadi perbedaan persepsi antara
1. Pelaksanaan
penanggulangan
masyarakat dengan aparat penegak
kejahatan illegal logging di Wilayah
hukum,
Provinsi Sulawesi Tengah,
memaknai
ini
sejauh
belum berjalan secara efektif,
hutan,
terutama
dalam
keberadaan
di
mana
hal
kawasan
masyarakat
sebab hingga saat ini masih terdapat
menganggap bahwa hutan yang
sejumlah praktek illegal logging
merupakan anugerah Tuhan, harus
yang belum tertangani secara tuntas,
dimanfaatkan
akibat kurangnya pengawasan dari
kehidupan mereka, tidak terbatas
aparat pemerintah terkait.
pada hutan yang diberi perlindungan
2. Tidak
optimalnya
upaya
penanggulangan kejahatan illegal
logging
di
Sulawesi
dipengaruhi
Wilayah
Tengah,
oleh
tiga
untuk
menunjang
sekalipun, sementara aparat penegak
hukum
memandang
bahwa
Provinsi
menebang pohon dan memanfaatkan
setidaknya
hasil hutan tanpa disertai izin, maka
faktor,
merupakan suatu kejahatan yang
masing-masing;
harus dihukum.
a. Rendahnya kemampuan sumber
daya manusia aparat penegak
□ 47
Tadulako Law Review | Vol. 1 Issue 1, June 2016
Bertolak dari kesimpulan
sebagaimana
1.
dikemukakan
di
pelestarian
menyiapkan lahan pertanian dan
perkebunan,
sebagai berikut:
hidup dan penghidupan mereka.
Untuk
mengamankan
ancaman
kawasan
kerusakan,
maka
Abdurahman,
andal,
ditunjang
serta
harus
pula
Dalam
hal
pemanfaatan
pusat
pemberian
hutan,
dan
izin
seharusnya
daerah,
mempertimbangkan
Andi
pelestarian hutan sebelum izin
tersebut
dikeluarkan,
meningkatkan
serta
pelaksanaan
pengawasan dan evaluasi sesudah
izin tersebut dikeluarkan.
Pemerintah
dapat
daerah
melakukan
kepada
diharapkan
pendekatan
masyarakat
yang
bermukim di sekitar hutan untuk
memberi
pentingnya
pemahaman
tentang
perlindungan
dan
Pengairan,
Hamzah,
Pengantar
Hukum
Acara Pidana Indonesia, Ghalia
Indonesia, Jakarta, 1985;
______ ,
Pengantar
Hukum
Alumni,
Lingkungan,
Bandung 1980;
Amirin, Tatang M, Pokok-Pokok Teori
Sistem, CV Rajawali, Jakarta
berbagai aspek secara matang,
terutama aspek perlindungan dan
dan
Alumni, Bandung 1980;
pemerintah
pemerintah
Agraria
Pertambangan,
Transmigrasi
oleh fasilitas yang
memadai;
Masalah
Kehutanan,
jumlahnya harus memadai dan
yang
Ketentuan-Ketentuan
Pokok
personal pengamanan hutan yang
memiliki kemampuan profesional
guna kelangsungan
BIBLIOGRAFI
seharusnya diawasi dan dijaga oleh
3.
serta
atas, disarankan beberapa hal
hutan yang senantiasa mengalami
2.
hutan,
1989.
Bagir
1996.,
“Politik
Perundang-undangan
Dalam
Manan,
Rangka
Mengantisipasi
Liberalisasi
Perekonomian”,
Fakultas Hukum Unila Bandar
Lampung;
Blad, John R, et.al., (ed), The Criminal
Justice
Problem:
System
an
as
Social
Abolitionist
Perspective, Frasmus Universiteit
Roterdam,1987.
□ 48
Tadulako Law Review | Vol. 1 Issue 1, June 2016
dalam
Bianchi, Herman & Swaanigen van
Rene
(ed),
Towards
A
Aproach
To
Diponegoro,
Non-Repressive
Lintas Ruang dan Generasi”,
Crime
and
London;
Tavistock, 1983.
Citra
______ , Kebijakan Kriminal, tanpa
Bernard
L.
Pidana
Penanggulangan
(Makalah
Dalam
Tanya"Dialog
Antara
Budaya dan Hukum Pidana:
Kasus
Barda Nawawi Arief, "Fungsionalisasi
Ekonomi"
PT
tahun dan tanpa penerbit.
Mystification,
Hukum
25
Aditya Bakti. Bandung, 1996.
CV. Kita, Surabaya;
Power,
Pidana,
Hukum,
Hukum; Strategi Tertib Manusia
Steven,
Semarang,
______ , Bunga Rampai Kebijakan
Bernard L. Tanya dkk, 2007., ”Teori
Box,
pada
Juni 1994.
Free
University Press, tahun 1975.
Hukum
Fakultas Hukum Universitas
Abolitionism;
Crime,
Ilmu
Masyarakat
Pedesaan
Sabu". Tesis S.2. pada PPS UI
Jakarta (tidak diterbitkan). 1992.
Kejahatan
Darmawan Triwibowo dan Sugeng
disajikan
Bahagijo, 2007., “Mimpi Negara
Pada Seminar Nasional Hukum
Kesejahteraan”,Perkumpulan
Pidana
Prakarsa, Jakarta;
Dalam
Menunjang
Kebijakan Ekonomi), Semarang
1990.
Departemen Dalam Negeri, Himpunan
Beberapa
______ ,Kebijakan Legislatif Dalam
Peraturan
Perundangan Bagian IV, Biro
Kejahatan
Hukum Kantor Gubernur KDH
Dengan Pidana Penjara, CV.
Tingkat I Sulawesi Tengah, 1977.
Penanggulangan
Ananta, Semarang, 1994.
______ ,
"Beberpa
Pengembangan
Pidana
Departemen
Himpunan
Aspek
Peraturan Perundang-Undangan
Hukum
di Bidang Kehutanan Indonesia,
(Menyongsong
Jakarta 1985.
Generasi Baru Hukum Pidana
Departemen
Pidato
Hutan
Indonesia)"
Kehutanan,
Kehutanan,
dan
Perusak
Sanksi
Hukum,
Pengukuhan di ucapkan pada
Brosur,
peresmian jabatan Guru Besar
Sulawesi Selatan, 1985.
Dinas
Kehutanan
□ 49
Tadulako Law Review | Vol. 1 Issue 1, June 2016
Departemen Pertanian, Kebijaksanaan
dan
Program
Perladangan
Reboisasi
Pengendalian
Berpindah,
dan
Dir.
Rehabilitasi,
Emil Salim, Lingkungan Hidup dan
______ , Pembangunan berwawasan
______ , Hutan dan Masysrakat, Balai
Kayu
______ , Proses dan Pengendalian
Perladangan
Berpindah,
Balai
Pertanian,
Informasi
Ujung
Pandang,
1985.
Pendidikan
dan
Penerangan
Ekonomi
dan
Farid, Andi Zainal Abidin, Azas-Azas
Hukum
"UUD
1945.
P-4,
GBHN, Tap-Tap MPR 1988,
Bahan Penataran dan Bahan
Reverensi
Penataran",
I,
Social
Deve¬lopmant"
dalam Law and Sociaty, vol.4
Nomor 1/1969.
______ , The Legal System, A Social
Dirjen
Science
Perspective,
York,
Russel
New
Sage
Fondatioan, 1975.
Pancasila:
Indernitas Tinjauan Etis dan
Bagian
Friedman, Lawrence M, "Legal Culture
Pendidikan Tinggi, Jakarta 1988.
Darmaputera,
Pidana,
Himpunan Kuliah, 1960 - 1981.
and
Dep.Dik.Bud.,
Eka,
Penelitian,
Sosial, Jakarta, 1986.
Ambon, Lembang Jabar, 1984.
Brosur
Lembaga
Lingkungan,
Pertanian
aksara,
Jakarta, 1985.
Jakarta, 1981.
Informasi
Bina
Pembangunan,
Hadjon,
P.M.
1987.
Perlindungan
Budaya, Jakarta: BPK. Gunung
Hukum
Mulia, 1992.
Indonesia, sebuah Studi tentang
Edi Suharto, “Islam dan Negara
bagi
Rakyat
Rakyat
Prinsip-prisipnya,
Kesejahteraan,”http:/www.polic
Penanganannya oleh Pengadilan
y.hu/suharto/Naskah%
Umum
20PDF/IslamNegaraKesejahteraa
Peradilan Administrasi Negara.
n.pdf, diakses 26 Pebruari 2012;
PT Bina Ilmu, Surabaya;
Effendi,
Rusli,
Pidana,
Azas-Azas
Bagian
Kriminologi
Hasanuddin, 1980.
I,
dan
Pembentukan
Hukum
Hardja Soemantri, Koesnadi, Hukum
Lembaga
dan Tata Lingkungan, Gajah
Universitas
Mada
University
Press,
Yogyakarta, 1994.
□ 50
Tadulako Law Review | Vol. 1 Issue 1, June 2016
dalam
Hadisaputro, Hartono, Pengantar Tata
Hukum
Tinggi
Yogyakarta, 1981.
Isbandi Rukminto Adi, 2005., “Konsep
dan Pokok Bahasan Dalam Ilmu
Kesejahteraan Sosial”, UI Press,
Jakarta;
Kehutanan,
Badan Kerja Sama perguruan
Liberti,
Indonesia,
Bidang
Negeri
Indonesia
Bagian Timur, 1985.
J.W. Lapatra, Analizing The Criminal
Justice System, 1978.
Kartanegara, Satochid, Hukum Pidana
J.E Sahetapy, Suatu Studi Khusus
Mengenai Ancaman Pidana mati
Terhadap
Kartini, Ringkasan tentang Hukum
Rajawali,
Pidana, Balai Buku Indonesia,
Jakarta, 1982.
Jakarta, 1959.
______ , "Beberapa Asas Baru Dalam
Konsep
KUHP
Bahan
Penataran
Nasional"
Hukum
Pidana Nasional Ke-III di
Kupang dari tanggal 1 - 20
______ , "Berbagai Teori Tentang
Kejahatan" (Bahan Penataran
Pidana
Kompas, Kamis 6 Juni 1991.
Laporan
Simposium
Pembangunan
Hukum Nasional di Semarang
Agustus 1980.
Manan, S. Hutan Rimbawan dan
Masyarakat, Penerbit IPB Press,
Agustus 1989.
Hukum
Mahasiswa.
Pembunuhan
CV.
Berencana,
Bagian I dan II, Balai Lektur
dan
Kriminologi dalam Rangka
Kerjasama Indonesia-Belanda
, Ambarawa) FH. Unair. 1991.
Junus Mas'ud, dkk., Dasar-Dasar Ilmu
Bogor, 1997
Maleong,
Lexy
M.,
Metodologi
Penelitian Kualitatif, PT. Remaja
Rosdakarya, Bandung, 1994.
Marjono
Reksodiputro,
"Pengembangan
Pendekatan
Terpadu dalam Sistem Peradilan
dalam
Praseminar
Kehutanan, Tellesession, Badan
Pidana",
Kerjasama
Tinggi
Nasional V tanggal 21 - 22
Negeri Indonesia Bagian Timur,
Januari 1986, Babinkumnas dep,
1985.
Kehakiman.
______ ,
Perguruan
Dasar-Dasar
Ilmu
Kehutanan, (buku II) Kegiatan
□ 51
Tadulako Law Review | Vol. 1 Issue 1, June 2016
Muladi, danBardaNawawi Arief, TeoriTeori dan Kebijakan Pidana,
"Proyeksi
Hukum
materil
Indonesia
Datang",
Pidato
Sebagai
Guruh
Hukum
Pidana,
Bandung
Pidana
New York: The Free Press,
Dimasa
1951.Pelita, rabu 12 juni 1991.
Pengukuhan
Ridwan,
H.R.,
“Hukum
2011.,
Besar
dalam
Administrasi Negara”, Rajawali
di
Undip,
Pers, Jakarta;
Semarang, tanggal 24 Februari
RoeslanSaleh,.
Suatu
Reorientasi
dalam Hukum Pidana. Jakarta:
1990.
______ ,
Aditama,
Parson, Talcott. , The social Systems,
Alumni, Bandung, 1984.
Muladi,
Refika
Kembali),
"Perspektif
Hukum
Pelaksanaan
Pidana
Berdasarkan
Pegayoman",
Seminar
Hukum
Memperingati
45
tahun
Ghalia Indonesia. 1980.
Satjipto Rahardjo,, Hukum, Masyarakat
dan
pembangunan,
Alumni. 1981.
Satjipto Rahardjo, Masalah Peneqakan
Indonesia Merdeka, Fakultas
Hukum
Paska
Sosiologis),
Sarjana
Yogjakarta,
22
UGM
September
(Suatu
Tinjauan
Bandung:
Sinar
Baru, tanpa tahun.
______ , Ilmu Hukum, PT Adtya
1990.
Bakti, Bandung, 1991.
Moeljatno, Azas-Azas Hukum Pidana,
Bina Aksara, Jakarta 1985.
,
Nagashima, Atsushi, UN Norms And
Guedelines
Bandung;
Related
to
The
"Budaya
Hukum
Dalam
Permasalahan
Hukum
Ceramah
Indonesia",
pada
Crimenal Justice, System And Its
Seminar Hukum Nasional Ke- IV
Adminstration, Indonesia-Unafei
Badab
Joint Seminar, Jakarta, Januari
Nasional.
1992.
Otje Salman dan Anton F. Susanto,
Sianturi
S.R.,
Pidana,
Pembinaan
Hukum
Azas-Azas
di
Indonesia
Hukum
dan
2004., Teori Hukum (Mengingat,
Penerapannya, Alumni Ahean-
Mengumpulkan, dan Membuka
Petahaen, Jakartas 1989.
□ 52
Tadulako Law Review | Vol. 1 Issue 1, June 2016
Sjachran Basah, 1985., “Eksistensi dan
Suhendang,
E.
Tolok Ukur Badan Peradilan
Kehutanan,
Administrasi
Fakultas
di
Indonesia”,
Alumni, Bandung;
Soemarwoto
Ekologi,
Hidup
dan
Djambatan,
Pembanggunan,
Cetakan ke dua, Bandung, 1985.
Soekanto,
Soerjono.
Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Penegakan
Hukum. Jakarta: Raja Grafindo
Persada. 1983.
______ ,
Ilmu
Yayasan
Penerbit
Kehutanan,
Bogor,
2002.
Otto,
Lingkungan
Pengantar
Soemitro, Ronny Hanitijo, MasalahMasalah
Sosiologi
Hukum.
Bandung: Sinar Baru. 1984.
______ , Beberapa Masalah Dalam
Studi Hukum dan Masyarakat,
PT. Rajawali, Bandung 1985
______ ,
Studi
Hukum
dan
Masyarakat, Penerbit Alumni,
Pendekatan
Terhadap
Sosiologi
Bina
Hukum,
Aksara, Jakarta, 1988.
Bandung, 1985.
______ ,
Metodologi
Penelitian
Hukum dan Jurimetri, Ghalia
Solly Lubis, 2007., “Ilmu Negara”,
Mandar Madju, Bandung;
Indonesia, Jakarta, 1990.
Sudarto, Hukum dan Hukum Pidana.
Shrode William A . And Dan Jr. Voich,
Bandung: Alumni. 1981
Organization And Management:
Susanto, I.S., "Kejahatan White Callor
Basic Systems Concepts, Irwin
dan Pembangunan masyarakat
Book Co., Malaisya, 1974.
Adil Makmur". dalam Masalah-
Silverman
David,
Interpreting
Qualitative Data, Methods For
Analysing
Interaction,
Talk,
Text
London:
And
Sage
Publication, 1993.
Sudikno
Mertokusumo.
“Mengenal
Pengantar,”
Yogyakarta;
Hukum
2003.
Suatu
Liberty,
Masalah Hukum No.3 tahun 1991
FH. Undip Semarang. 1991.
______ ,
“Pemahaman
Kritis
Terhadap
Realitas
Sosial"
dalam
Masalah-Masa:Iah
Hukum , No.9 tahun 1992.
______ ,
"Persepsi
Remaja
dan
Penanggulangannya",
Semarang:
Pusat
Studi
Kepolisian FH-Undip, 1994.
□ 53
Tadulako Law Review | Vol. 1 Issue 1, June 2016
______ , "Kriminologi". Semarang:
Williams III, Frank P. & McShane,
Prentice
Fakultas Hukum Undip (tidak
CriminologicalTheory,
di terbitkan). 1995.
Hall, New Jersey, 1988.
______ , Kejahatan Korperasi, Badan
Penerbit
Undip,
Zamroni, Pengantar Pengembangan
Teori sosial, PT. Tiara Wacana,
Semarang,
Yogjakarta, 1992.
1995.
Wrong, Dennis, (ed). Max Weber:
Makers
Of
Modern
Science,
Prentice
Hall,
Zainuddin,
Social
Inc.
2011.,
Pengelolaan
Jaminan
Zakat
Keadilan
“Implikasi
Terhadap
Sosial
di
Englewood Cliffs, New Jersey,
Indonesia”, Disertasi Program
1970.
Pascasarjana
Universitas
Hasanuddin,
Makassar;
***
□ 54
Volume 1 Issue 1, June 2016: pp. 33-54. Copyright © 2016 TALREV.
Faculty of Law, Tadulako University, Palu, Central Sulawesi, Indonesia.
ISSN: 2527-2985 | e-ISSN: 2527-2977.
Open acces at: http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/TLR/index
PENANGGULANGAN KEJAHATAN ILLEGAL LOGGING
DI PROVINSI SULAWESI TENGAH
THE OVERCOMING OF ILLEGAL LOGGING IN CENTRAL SULAWESI
Johnny Salam
Faculty Of Law Tadulako University.
JL. Soekarno Hatta KM. 9 Palu, Central Sulawesi
Telp/Fax: +62-451-45446 Email: [email protected]
Submitted: Jun 07, 2016; Reviewed: Jun 05, 2016; Accepted: Jun 11, 2016
Abstrak
Penelitian ini bertujuan mengetahui dan memahami efektivitas penanggulangan
kejahatan illegal logging di Sulawesi Tengah, dan faktor-faktor yang
mempengaruhi upaya penanggulangan kejahatan illegal logging di daerah
tersebut, serta bagaimana partisipasi dan budaya masyarakat atas upaya
penanggulangan terhadap kejahatan illegal logging di Sulawesi Tengah.
Penelitian ini menggunakan metode pendekatan socio legal research. Hasil
penelitian ini ditemukan Pelaksanaan penanggulangan kejahatan illegal logging
di Wilayah Provinsi Sulawesi Tengah, sejauh ini belum berjalan secara efektif;
serta Tidak optimalnya upaya penanggulangan kejahatan illegal logging di
Wilayah Provinsi Sulawesi Tengah, setidaknya dipengaruhi oleh tiga faktor; (1)
rendahnya kemampuan sumber daya manusia, (2)belum memadainya fasilitas
penunjang proses penegakan hukum. (3)rendahnya tingkat kesadaran hukum
masyarakat.
Kata Kunci: Penanggulangan Kejahatan, Illegal Logging, Sulawesi Tengah.
Abstract
This study aimed to understand the effectiveness of crime prevention and illegal
logging in Central Sulawesi , and factors - factors affecting the crime prevention
efforts of illegal logging in the area is , as well as how participation and cultural '
differences community crime prevention efforts against illegal logging in Central
Sulawesi . The singer research approach using socio- legal research methods .
Results Singer discovered Implementation crime prevention of illegal logging in
the region of Central Sulawesi province , as far as Singer Not Operate Effectively
Walk ; As well as optimal NOT illegal logging crime prevention efforts in the
region of Central Sulawesi province , at least influenced by three factors ; ( 1 )
low capacity of Human Resources , ( 2 ) There has been used to support the
inadequacy of the law enforcement process . ( 3 ) the low level of awareness of the
law society.
Keywords: Overcoming, Illegal Loggin, Central Sulawesi
□ 33
Tadulako Law Review | Vol. 1 Issue 1, June 2016
dan
PENDAHULUAN
Indonesia sebagai negara yang
semangat
kerakyatan
yang
berkeadilan, dan berkelanjutan.
dikaruniai kekayaan sumber daya alam
Untuk menjamin status, fungsi,
yang melimpah, patut untuk disyukuri
kondisi hutan dan kawasan hutan
oleh seluruh bangsa ini. Kekayaan atas
dilakukan upaya perlindungan hutan,
sumber daya alam tersebut,
yaitu
diurus, dikelola,
dengan
harus
dan dimanfaatkan
sebaik-baiknya
berdasarkan
mecegah
dan
membatasi
kerusakan hutan yang disebabkan oleh
perbuatan
manusia
dan
ternak,
akhlak mulia, sebagai ibadah dan
kebakaran, daya-daya alam, hama dan
perwujudan rasa syukur bangsa ini
penyakit. Termasuk dalam pengertian
kepada Tuhan Yang Maha Esa.
perlindungan
hutan
adalah
Hutan sebagai salah satu sumber
mempertahankan dan menjaga hak-hak
daya alam yang kita miliki merupakan
Negara, masyarakat dan perorangan
modal pembangunan nasional yang
atas hutan, kawasan hutan dan hasil
seyogyanya harus dimanfaatkan secara
hutan serta investasi dan perangkat
nyata bagi kehidupan dan penghidupan
yang berhubungan dengan pengelolaan
bangsa Indonesia, baik manfaat yang
hutan.
bersifat ekologi, maupun manfaat yang
Hanya saja, kondisi sumber daya
bersifat sosial, budaya, dan ekonomi,
hutan saat ini sudah pada tingkat
secara seimbang dan dinamis.
mengkhawatirkan akibat meningkatnya
Pasal 33 Undang-undang Dasar
praktek
pembalakan
liar
(illegal
Negara Republik Indonesia Tahun
logging) dan penyelundupan kayu,
1945 sebagai landasan konstitusional
meluasnya kebakaran hutan dan lahan,
berbangsa,
agar
meningkatnya tuntutan atas lahan dan
bumi, air, dan kekayaan alam yang
sumber daya hutan yang tidak pantas
terkandung di dalamnya dikuasai oleh
tempatnya, meluasnya penambahan dan
negara
konversi
telah
dan
sebesar-besar
mewajibkan
dipergunakan
untuk
kemakmuran
rakyat,
hutan
meningkatnya
penambangan
izin,
tahun
serta
resmi
maka dengan begitu penyelenggaraan
maupun
pengelolaan
kehutanan,
kerusakan hutan dan lahan di Indonesia
haruslah senantiasa mengandung jiwa
sudah mencapai 59,2 juta hektare
manajemen
tanpa
alam,
2004,
□ 34
Tadulako Law Review | Vol. 1 Issue 1, June 2016
dengan laju deforestasi setiap tahun
mencapai 1,6 s.d. 2 juta hektare.
1
tahun kasus perusakan hutan /illegal
Namun seperti yang terjadi di
Provinsi
Sulawesi
Tengah
menunjukkan bahwa dari tahun ke
loging semakin meningkat.3
Pemerintah
masih
Provinsi
Sulawesi
banyak terjadi perusakan hutan dalam
Tengah juga telah melakukan tindakan
berbagai
mengantisipasi pencurian kayu secara
bentuk,
penyerobotan
kayu/illegal
hutan,
loging,
antara
lain
pencurian
perladangan
illegal
(illegal
melakukan
logging)
kegiatan
dengan
pengamanan
berpindah-pindah yang dilakukan oleh
hutan,
peningkatan
kesadaran
warga masyarakat.2
masyarakat dan penegakan hukum (law
Kasus illegal loging di Propinsi
enforcement) akan tetapi penebangan
Sulawesi Tengah sungguh menarik
kayu secara illegal tetap berlangsung
untuk dikaji.karena untuk mendapatkan
dan ada kecenderungan frekuensinya
gambaran
semakin meningkat
tentang
faktor-faktor
sekalipun ada
penyebab terjadinya illegal logging
keseriusan
danbagaimana
memerangi pencurian kayu. 4
Hasil
penenggulangannya.
penelitian
Sebagai
sementara
kecenderungan
1
2
Sumber :
http://hukum.kompasiana.com/2010/07/24
/pembalakan-liar-dalam-prespektifhukum-administrasi/
Data Kantor Kehutanan Provinsi Sulawesi
TengahTahun 2004 “Berdasarkan data
sementara, pengrusakan hutan di
Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi
Tengah selama tahun 2000 hingga 2004
mencapai 1363 Ha. dengan perincian
sebagai berikut: yang disebabkan oleh
perladangan berpindah seluas 753 Ha,
sedangkan oleh penyerobotan hutan
seluas
610
Ha.
Dalam
kasus
penyerobotan hutan, pengrusakan hutan
dilakukan dengan menebang hutan
lindung
dan
digantikan
dengan
perkebunan
cengkeh
milik
pejabat/pengusaha”.
pemerintah
fenomena
daerah
sosial,
meningkatnya
3
“Tingkat pengerusakan dimaksud dapat
diuraikan sebagai berikut : tahun 2000
pengerusakan hutan karena ladang
berpindah seluas 88,5 hektar, sedangkan
karena penyerobotan hutan seluas 66,9
hektar, tahun 2002 kerusakan hutan
karena penyerobotan seluas 67,3 hektar,
sedangkan karena ladang berpindah
seluas 89,2 hektar, tahun 2004 karena
ladang berpindah seluas 89,.3 hektar,
sedangkan karena penyerobotan seluas
67,6 hektar’.( Ibid: hal.46 - 49 ).
4
Paradongan Hasibuan, 2009, Analis
Hukum Terhadap Peran Kepolisian
dalam
Upaya
Mendukung
Penanggulanggan
Illegal
Logging
diwilayah Kepolisian Daerah Sulawesi
Tengah, Palu : Tesis, hal 8
□ 35
Tadulako Law Review | Vol. 1 Issue 1, June 2016
perusakan hutan / illegal logging di
Metode Penelitian
Sulawesi Tengah, bukanlah persoalan
Seperti
hukum
semata
apalagi
hanya
diketahui,
metodologi
adalah sebuah pendekatan umum untuk
diselesaikan atau dijelaskan secara
mempelajari topik penelitian 6 .
hukum sebagai masalah sosial, maka
Penanggulangan
persoalan
Loging di Provinsi Sulawesi Tengah.
yang
mengitarinya
pun
Kejahatan
Illegal
tentulah kompleks, dan sangat mungkin
Artinya,
berada jauh di luar jangkauan hukum,
menjalankan penelitian tentang proses
termasuk hukum pidana. Ada sekian
penegakan
banyak faktor yang tentu kait-mengait
penanggulangan
atau yang mempunyai hubungan sebab
loging di Sulawesi Tengah. Metode
akibat
yang digunakan ialah metode kualitatif.
yaitu
dengan
fenomena dimaksud
faktor budaya, sosial, politik,
ekonomi dan faktor hukum. 5
bagaimana
yaitu
kita
harus
hukum
yaitu
kejahatan
illegal
Tipe Penelitian
Atas paparan dan uraian di atas,
Perumusan Masalah
maka
1. Sejauh mana efektivitas penang-
persoalan-persoalan yang berhubungan
gulangan terhadap kejahatan illegal
dengan hal-hal yang berkaitan dengan
logging di Sulawesi Tengah?
eksistensi teori-teori hukum, asas-asas
2. Faktor-faktor
apa
berpengaruh
sajakah
yang
terhadapupaya
penelitian
hukum
dan
ini
membahas
kaidah-kaidah
hukum
bidang hukum pidana dan kriminologi ,
penanggulangan kejahatan illegal
khususnya
logging di Sulawesi Tengah?
subtasi-subtansi hukum yang mengatur
3. Bagaimanakah
partisipasi
dan
tentang
kehutanan
dan
hal tersebut.
upaya
Selanjutnya, keterkaitan antara
penanggulangan terhadap kejahatan
aturan-aturan dan norma-norma hukum
illegal loging di Sulawesi Tengah.
itu ada implementasinya di tengah
budaya
masyarakat
atas
masyarakat,
6
5
Talcott Parsons, 1991, The Social Systems,
New York : The Free Press, hal.4
sehingga
akan ditelaa
David Silverman, Interpreting Qualitative
Data, Methods for Analysing Talk, Text
and Interaction, London :Sage
Publication, 1993, hal. 2
□ 36
Tadulako Law Review | Vol. 1 Issue 1, June 2016
tentang sikronisasi dan harmonisasi
Disamping
akan
melakukan
pranata-pranata hukum yang mengatur
observasi
persoalan tersebut, khususnya aturan-
kawasan hutan, penelitian ini akan
aturan
diarahkan pula pada sejumlah kantor
yang
mengatur,
bersifat
dan
melindungi,
pemberian
sanksi,
Berdasarkan
hal-hal
tersebut,
relevansi
kantor-kantor,
untuk
swadaya
pengamatan-
pengamatan yang bersifat empiriskualitatif, sehingga tipe penelitian ini
adalah bersifat socio legal research
atau penelitian hukum sosiologis.
dengan
objek
penelitian ini, termasuk diantaranya
maka penelitian ini di rencanakan
melakukan
kekawasan-
instansi dan lembaga-lembagalain yang
memiliki
bilamana aturan-aturan itu terlanggar.
langsung
lembaga-lembaga
masyarakat
(LSM)
dan
kantor-kantor instansi penegak hukum.
Populasi dan Sampel
Populasi penelitian ini ditarik
diseluruh kawasan hutan diwilayah
Propinsi Sulawesi Tengah, sedangkan
Lokasi Penelitian
di
sampel ditarik di kawasan-kawasan
Wilayah Provinsi Sulawesi Tengah,
hutan Kabupaten Donggala, Kabupaten
yang kini memiliki 10 kabupaten dan 1
Parigi Moutong, Kabupaten Morowali,
kota, yakni Kabupaten Donggala, Poso,
Kabupaten Tojo Una-Una, Kabupaten
Banggai, Banggai Kepulauan, Parigi-
Banggai dan Kabupaten Toli-Toli.
Penelitian
ini
berlokasi
Moutong, Tojo Una-una, Morowali,
Adapun responden dan informan
Tolitoli, Buol dan Sigi, serta Kota Palu.
awal yang dipilih terdiri dari beberapa
Kecuali wilayah Kota Palu, seluruh
pihak, yaitu masing-masing :
kabupaten tersebut memiliki kawasan
a. Beberapa orang anggota masyarakat
hutan yang sangat potensial untuk
di wilayah konservasi di setiap
dibabat oleh oknum-oknum yang tidak
Kabupaten yang dijadikan sampel
bertanggungjawab, sehingga dengan
yang
begitu kawasan-kawasan hutan pada
kehidupannya dari kawasan hutan
kabupaten
tersebut,
terjadinya
illegal
pembalakan liar.
tinggal
dan
sumber
rentan
atas
lindung berdasarkan Tata Guna
logging
atau
Hutan Kesepakatan ( TGHK ) yang
dianggap sebagai informasi kunci.
□ 37
Tadulako Law Review | Vol. 1 Issue 1, June 2016
b. Beberapa orang anggota masyarakat
yang pernah tersangkut dan atau
terkait dalam kasus IIlegal Logging
di wilayah Sulawesi Tengah.
c. Aparat penegak hukum yang pernah
menangani
logging
kasus-kasus
tersebut
illegal
yaitu
aparat
kepolisian, polisi khusus kehutanan,
jaksa, dan hakim pengadilan.
Sampel
berikutnya
dan
berkembang
informan
mengikuti
prinsip “Bola Salju” dan pilihan sampel
berakhir setelah terdapat indikasi tidak
adanya lagi informasi yang dapat
dijaring.
Pengaburan Kasus Illegal Logging di
Sulawesi Tengah
Kawasan hutan Provinsi Sulawesi
Tengah saat ini, mengalami tekanan
sangat berat, disebabkan maraknya
praktek illegal loggingyang berkedok
Proyek transmigrasi dan pembukaan
jalan poros antar kabupaten.
terang-terangan
perusahaan kontraktor proyek mulai
menunjukkan
ini,
menyisahkan
permasalahan seputar pengelolaanya.
Proyek Pembangunan jalan poros
Air Terang-Wanagading
Proyek pembukaan jalan poros
yang melalui wilayah desa Air terang
Kecamatan Tiloan Kabupaten Buol
sesuai dengan Surat Perintah Kerja
(SPK-Perpanjangan)
Nomor:
620/01.58.A/SUB.Din.PH
tertanggal
10 Januari 2005 yang ditandatangani
Kepala
Dinas
Kehutanan
Propinsi
Sulawesi Tengah kepada PT. Dwi
Putera
Persada(PT
DPP)
untuk
mengerjakan pembukaan jalan poros
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Secara
belakangan
ekspansinya
pada
beberapa kawasan hutan khususnya
wilayah hutan konservasi. Lihat saja
trend beberapa kasus yang terjadi
yang terletak pada wilayah Areal
Penggunaan Lain (APL) di wilayah
Kabupaten
Buol
sepanjang
lebih
kurang 50 Km atau seluas ± 250 Ha,
dengan jangka waktu dua tahun (
hingga 10 Januari 2007 ).
Pembukaan jalan yang dilakukan
PT DPP dengan mengandeng PT Wana
Nusa Perkasa (PT WNP), ditemukan
banyak terdapat lokasi penebangan
hutan jauh di luar sisi kiri kanan
pembangunan jalan poros dengan titik
sebaran yang tidak beraturan. Analisis
Mengenai
Dampak
Lingkungan
(AMDL) proyek jalan itu.
□ 38
Tadulako Law Review | Vol. 1 Issue 1, June 2016
Aksi penebangan dalam rangka
proyek
pembukaan
jalan
telah
sepanjang lebih kurang 35 Km. Kisaran
panjang/Km pembukaan jalan PT WNP
memasuki kawasan hutan produksi
sesuai
temuan
titik-titik
yang bisa dikonversi (HPK). Selain itu
(GPS), menunjukkan tidak adanya
juga, masih terdapat banyak sisa kayu
konsistensi perusahaan dalam proyek
log hasil tebangan yang dibiarkan
pembukaan jalan poros tersebut.
Terbukti
begitu saja oleh pihak perusahaan,
kordinat
dengan
adanya
lokal
pembukaan jalan yang menyimpang
dalam bentuk kayu bantalan untuk
atau tidak sesuai dengan peta rencana
dipasarkan sendiri. Aktivitas seperti ini
jalan yang dibuat sebelumnya. Kondisi
berlangsung hingga saat ini dan jalan
ini menggambarkan bahwa, baik pihak
yang harusnya dibuka PT WNP sesuai
perusahaan maupun pihak pemerintah
peta rencana jalan adalah terhitung
daerah, dalam hal ini Dinas Kehutanan
mulai dari titik nol di kawasan
Air
Kabupaten
Terang-Wanagading
130
sosialisasi secara baik tentang rencana
sehingga
diolah
masyarakat
sepanjang
Buol
tidak
melakukan
pembangunan jalan poros tersebut.
Km.
Hasil
investigasi
Sebagian
menemukan
warga
hanya
beragam versi pemahaman masyarakat
mengetahui proyek pembangunan jalan
terkait kisaran panjang/Km yang telah
didanai
dibuka oleh PT WNP, secara detail
Sulawesi Tengah, tanpa mengetahui
pembukaan
adanya kesepakatan tentang besaran
jalan
tersebut
sudah
oleh
Pemerintah
mencapai lebih kurang 60 Km dari titik
nilai
nol
perusahaan sebagai pembiyaan proyek.
yang bukan termasuk kawasan
kompensasi
kayu
Provinsi
kepada
bekas HPH PT. Intraka dan HPH PT.
Hal ini menunjukan bahwa, telah
Rimba Sulteng. Ini ditandai dengan
terjadi pembohongan publik oleh pihak
patok pal jalan (panjang/Km) serta
pemerintah
informasi dari berbagai sumber, yang
setempat
yang
terkena
dampak
jika diukur dari titik nol di kawasan Air
langsung
dari
proyek
tersebut.
Terang (sesuai peta rencana jalan)
Keterangan lain dari masyarakat sekitar
panjang/Km yang riil sampai batas
mengatakan bahwa, kayu log yang
akhir
ditebang perusahaan tidak semuanya
pembukaan
jalan,
hanya
kepada
masyarakat
□ 39
Tadulako Law Review | Vol. 1 Issue 1, June 2016
dipasarkan ke luar Pulau Sulawesi,
tumpukan
kayu
akan tetapi juga dipasarkan ke pemilik
perusahaan. Selain itu, timbunan kayu
sawmilyang ada di Kabupaten Buol dan
sebanyak lebih kurang 60 batang
Tolitoli. Terbukti dengan diangkutnya
dijumpai sekitar camp karyawan yang
sejumlah lebih kurang 900 meter kubik
diantaranya satu meter kubik kayu
kayu log dari logpond ke Kota Tolitoli
telah diolah.
Sumber
untuk kebutuhan industri.
Sementara itu, berdasarkan SPK I
telah
resmi
diangkut
PT
DPP
menyatakan TPK hanya berjumlah
yang menunjukkan PT DPP selaku
enam,
pelaksana proyek pembangunan jalan,
kurang 850 meter kubik, sedangkan
ternyata juga menggandeng PT Kreasi
menurut salah seorang staf Dishutban
Mandiri
Kabupaten
Sejahtera
(PT
KMS).
dengan jumlah kayu lebih
Parigi
bertugas
tidak didasarkan pada AMDAL, karena
Lambunu, menyebutkan kayu yang
persetujuan gubernur atas dokumen
diambil atau ditebang selama aktivitas
AMDAL
dimaksud
pembukaan jalan berlangsung adalah
ditetapkan pada 15 Januari 2005.
sejumlah lebih kurang 1.200 meter
Artinya selama pengerjaan proyek
kubik.
yang
sejak 10 Juli 2004 hingga 10 januari
2005 sama sekali tidak
memiliki
dokumen AMDAL.
Aktivitas proyek yang dibarengi
penebangan kayu secara besar-besaran
di
luar
areal
pembukaan
jalan,
dibuktikan
setelah
penemuan
gelondongan
kayu yang berada di
delapan titik Tempat Penimbunan Kayu
(TPK) dengan jumlah rata-rata di tiap
lokasi antara 10 hingga 20 batang.
Sementara di dua lokasi TPK, tepatnya
di kilometer 12 dan 16, sejumlah
Kecamatan
yang
Pelaksanaan pembukaan proyek jalan
proyek
di
Moutong
Bolona
Proyek Transmigrasi Ogobayas
Pengelolaan
program
transmigrasi, seringkai memunculkan
masalah khususnya seputar praktek
penebangan
kayu.
Demikian
pula
halnya proyek transmigrasi Ogobayas
di Kabupaten Parigi Moutong yang
diduga
telah
pelanggaran
terjadi
dalam
praktek
pelaksanaan
proyek.
Data yang dihimpun menunjukan
adanya praktek pemindahan lokasi
□ 40
Tadulako Law Review | Vol. 1 Issue 1, June 2016
secara sengaja dari Ogobayas Desa
rumah dengan dana sebesar Rp 1,5
Mapangka ke Kawasan Cagar Alam
Miliar lebih telah di-mark-up. Hasil
Tinombala yang dilakukan oleh PT.
cross chek di lapangan menunjukan
Agung Prima (PT AP) yang diduga
penyediaan bahan baku rumah yang
kuat juga melibatkan CV Abdi Jasa
dikerjakan PT AP diambil dari di
selaku konsultan proyek. Pemindahan
sekitar areal pembukaan lahan. Hal ini
lokasi
tertuang pada lampiran Kontrak Nomor
pemukiman
transmigrasi,
berimplikasi pada terjadinya praktek
602/3691/KPA-P4T,
pembalakan liar di kawasan Cagar
Agustus 2005.
Alam
Tinombala
dan
melibatkan
Dinas
Perkebunan
(Dishutbun)
Kehutanan
dan
Kabupaten
itu,
pembangunan
Dugaan itu diperkuat
dengan
surat yang berkaitan
11
anggaran
infrastruktur
berupa
pembuatan jalan, tidak luput dari upaya
penyelewengan
Parigi Moutong.
dikeluarkannya
Selain
diduga
tanggal
proyek.
pihak
pelaksanaan
Pembuatan
sepanjang
lima
jalan
desa
kilometer
yang
dengan permintaan pengurusan Izin
menyedot anggaran sebanyak Rp 142
Pemanfaatan
juta
Kayu
(IPK)
dengan
lebih,
terindikasi
digelapkan,
Nomor
karena lokasi pembukaan lahan telah
552.1/1611/DISHUTBUN/IX/2005
tersedia jalan desa.
tertanggal 24 September 2005 oleh
Menanggapi
permasalahan
Dishutbun Kabupaten Parigi Mautong,
tersebut,
yang dinilai sangat terlambat, padahal
koordinasi serta fungsi pengawasan
sejak bulan bulan Agustus 2005, PT
beberapa instansi terkait, seperti Dinas
AP telah memulai aktivitas pembukaan
Tenaga
areal
(Disnakertrans), Dinas Kehutanan dan
pada
kawasan
cagar
alam
menunjukkan
Kerja
dan
lemahnya
Transmigrasi
Balai Konservasi Sumber Daya Alam
tersebut.
Dugaan penyelewengan anggaran
(BKSDA) Propinsi Sulteng. Demikian
proyek pembangunan pemukiman juga
pula halnya dengan Disnakertrans dan
menyeruak
Kuat
Dishutbun Kabupaten Parigi Mautong
dugaan, dana pembangunan rumah dan
yang seolah menutup mata dengan
penyediaan bahan baku untuk 200 unit
permasalahan tersebut.
ke
permukaan.
□ 41
Tadulako Law Review | Vol. 1 Issue 1, June 2016
1.156,5 hektar juga telah disurvei pada
Transmigrasi Sabo
Proyek
merupakan
Transmigrasi
program
transmigrasi
dengan
Sabo
November
2005
dan
diperkirakan
pembangunan
menampung
pola
sebanyak 400 kepala keluarga.
usaha
calon
transmigrasi
Untuk
perkebunan coklat melalui kemitraan.
menunjukkan
akan
keseriusannya, Disnakertrans Sulteng
memanfaatkan areal seluas 2.463,5
menunjuk PT Persada Bahari Aditama
hektar dari total areal 5.000 hektar
(PT PBA) selaku pelaksanaan proyek.
yang
lokasi
Berdasarkan
transmigrasi. Pencanangan program ini,
mengajukan
proposal
proyek
tertuang dalam Keputusan Bupati Tojo
transmigrasi
dengan
pola
Unauna
pengembangan komoditi kakao kepada
Direncanakan
program
dicadangkan
ini
sebagai
Nomor
188.45/0725/NAKERTRANS
DAN
hal
Departemen
itu,
Tenaga
PT
PBA
Kerja
PMD tanggal 11 Agustus 2004 tentang
Transmigrasi,
persetujuan pencanangan tanah untuk
direspons
lokasi
Tenaga Kerja dengan mengeluarkan
transmigrasi
di
Nggawia
yang
dan
secara
positif
Menteri
Kecamatan Tojo Barat dan Desa Sabo
surat
Kecamatan Ampana Tete kabupaten
BIK/IV/2005 tanggal 6 April 2005
Tojo Unauna (Touna).
yang intinya memberikan rekomendasi
Areal seluas 2.463,5 hektar itu,
bernomor
kemudian
kepada
B.177/MEN/PSKT-
PT
PBA
untuk
sejak 2004 telah diusulkan untuk di-
mengembangkan komoditi kakao di
enclave menjadi Areal Penggunaan
lokasi transmigrasi Sabo.
Lain (APL) dan telah dilakukan tata
Selanjutnya,
PT
batas. Namun hingga saat ini belum
mengajukan
mendapatkan persetujuan dari Menteri
Pemanfaatan Kayu (IPK) atas areal
Kehutanan.
Meski sejumlah 1.300
seluas 700 hektar yang merupakan
hektar diantaranya telah dilakukan
bagian dari areal seluas 2.463,5 hektar.
survey dan studi pada 2004 dan
Permohonan itu kemudian direspons
direkomendasikan dapat menampung
secara baik Pemerintah Kabupaten
calon transmigrasi sebanyak 600 kepala
Touna dengan mengeluarkan IPK bagi
keluarga.
PT PBA.
Selebihnya,
dengan
luas
permohonan
PBA
Izin
□ 42
Tadulako Law Review | Vol. 1 Issue 1, June 2016
Ditinjau
secara
geografis,
13
Mei
2006,Direktur
Eksekutif
penempatan lokasi transmigrasi itu
Daerah Wahana Lingkungan Hidup
dikelilingi APL dan Kawasan hutan
Indonesia (Walhi) Sulteng bersama
dengan fungsi Hutan Produksi Terbatas
Yayasan Toloka dan Yayasan Merah
(HPT).
Putih
Sehingga
pembuatan
jalan
Palu,
telah
melakukan
lokasi
investigasi lapangan. Berdasarkan hasil
transmigrasi dengan desa Sabo harus
Investigasi lapangan itu, ditemukan
melalui
fakta-fakta sebagai berikut:
untuk
menghubungkan
APL
dan
kawasan
HPT
Pertama, panjang jalan yang telah
tersebut.
Berkaitan dengan pembukaan
dibuka oleh PT PBA melintas
jalan penghubung lokasi transmigrasi
HPT adalah sepanjang lebih
yang akan melewati HPT tersebut,
kurang 15 Kilometer;
maka berdasarkan Keputusan Menteri
Kedua, ditemukan sedikitnya 6 jalur
Kehutanan Nomor. 55/1994 yang telah
“jalan tikus” atau jalan tarikan
dirubah melalui Peraturan Menteri
kayu menuju kawasan hutan
Kehutanan Nomor 14/2006 tenteang
dengan lebar jalan 3 hingga 4
Pedoman Pinjam Pakai Kawasan Hutan
meter;
bahwa, penggunaan kawasan HPT
untuk
kepentingan
kehutananseperti
pembukaan
non
jalan
harus dilakukan dengan pinjam pakai
Ketiga, titik penebangan kayu tersebar
hampir disemua jalur “jalan
tikus”;
Ditemukan pula tiga TPK yang
yang kewenagan perizinannya pada
tersembunyi,
Menteri
tanpa
kilometer 3, kolometer 4 dan kilometer
melalui prasyarat yang dimaksudkan
7 dengan rincian sebagai berikut: TPK
dalam peraturan tersebut PT PBA telah
I terdapat tumpukan kayu masih dalam
melakukan aktivitas pembukaan jalan
bentuk log (kayu bulat) sebanyak 75
dengan menebang ratusan meter kubik
batang dengan ukuran diameter kayu
kayu.
50 sampai dengan 80 sentimeter dan
Kehutanan.Namun,
Terkait
pembukaan
masing-masing
di
jalan
panjang 12 hingga 23 meter. TPK II
penghubung dari Desa Sabo ke lokasi
terdapat tumpukan kayu dalam bentuk
transmigrasi tersebut, pada 11 hingga
log sebanyak 50 batang dengan ukuran
□ 43
Tadulako Law Review | Vol. 1 Issue 1, June 2016
50 sampai dengan 80 centimeter serta
1 Agustus 2006 ke DPRD Kabupaten
panjang 12 hingga 21 meter. Sementara
Morowali memprotes kegiatan
di TRP III terdapat tumpukan kayu
KUJ yang membabat hutan tepat di
dalam bentuk log sebanyak 49 batang
bibir sungai Karaupa sebagai induk
dengan ukuran 40 sampai dengan 80
beberapa anak sungai yang mengarah
centimeter serta panjang 8 hingga 21
ke pemukiman penduduk.
meter.
Sungai Karaupa juga dalam peta
adalah sumber air yang berfungsi
IPK di Kabupaten Morowali.
Praktek illegal logging, diduga
dilakukan PT Karya Utama Jaya (PT
KUJ) di desa Wata Kecamatan Bumi
Raya Kabupaten Morowali. Data yang
dihimpun,
memperkirakan
ribuan
batang kayu berdiameter besar (30
sentimeter up) telah ditebang PT KUJ
pada APL dengan alasan pembukaan
jalan
sepanjang
lebih
kurang
30
kilometer menuju lokasi atau areal
HPH (IUPHHK) milik PT Balantika
Rimba Rejeki, tanpa memiliki IPK.
Tim Terpadu yang dipimpin Ketua
DPRD
Kabupaten
melakukan
Morowali
investigasi
ke
saat
lokasi
membenarkan adanya perusakan hutan
pada APL, karena disisi kiri-kanan
jalan
PT
ratusan
batang
kayu
bulat
berdiameter besar bertumpukan.
Satu
tim
iinvestigasi
yangditurunkan ke TKP atas desakan
masyarakat, setelah berunjuk rasa pada
mengairi irigasi atau bendungan warga
transmigrasi di dua kecamatan Wita
Ponda yang baru dimekarkan pada
awal 2005. Aktivitas penebangan itu
dikhawatirkan
berpotensi
menenggelamkan lebih kurang 5.000
hektar
lahan
persawahan
di
dua
kecamatan tersebut dan secara otomatis
akan memberikan kerugian besar bagi
lebih kurang 6.000 kepala keluarga
yang menggantungkan hidup mereka
dari aktivitas pertanian.
Aliansi
Masyarakat
Pencinta
Hutan (AMPH) Kecamatan Bumi Raya
Kabupaten
Morowali
sangat
mengharapkan tindakan tegas
dari
Menteri Kehutanan dan aparat penegak
hukum, untuk menghindari adanya
konflik horizontal di masyarakat yang
pro dan kontra atas kegiatan PT KUJ.
Fakta-fakta
menunjukkan
tersebut
proyek
di
atas,
berdalih
pembangunan lokasi transmigrasi dan
□ 44
Tadulako Law Review | Vol. 1 Issue 1, June 2016
pembuatan jalan merupakan salah satu
dilimpahkan
penyebab kerusakan hutan di Propinsi
Tinggi Sulawesi Tengah.
Sulawesi
kontrak
perusahaan-perusahaan
pekerjaan,
arif dan menjadi solusi atas berbagai
seperti
PT.
Utama Jaya, PT Agung Prima dan PT
Persada Bahari Aditama tidak merasa
bertanggungjawab atas dampak yang
menimpa masyarakat sekitar.
Upaya Penanganan Kasus Illegal
Logging di Provinsi Sulawesi Tengah
Peran Kepolisian Daerah (Polda),
Kehutanan
Konservasi
dan
Sumber
Badan
Daya
Alam
(BKSDA) Provinsi Sulawesi Tengah,
sangat penting guna mengurangi laju
di
deforestasi
Sulawesi
Tengah.Beberapa kasus yang telah
diuraikan
dalam
diatas, diantaranya sudah
proses
penyidikan
pihak
kepolisian, seperti kasus illegal logging
pada pembukaan jalan poros BuolParigi Moutong, kasusillegal logging di
kawasan Cagar
Alam Timombala,
kasusillegal logging di Desa Sabo, dan
beberapa kasus lainnya yang sudah
sampai kepada putusan pengadilan,
seperti kasus illegal logging Cagar
Alam Tinombala saat,
Kejaksaan
Oleh karena itu, pilihan paling
Kreasi Mandiri Sejahtera, PT Karya
Dinas
tingkat
Berdalih
Tengah.
menjalankan
ke
ini telah
persoalan sebagaimana digambarkan di
atas adalah:
Pertama, pemerintah sebaiknya
mengevaluasi kembali berbagai
izin yang telah dikeluarkan, baik
berupa IPK maupun IUPHHK
yang sudah dikeluarkan dan
maratoriumterhadap permohonan
izin-izin baru;
Kedua, instansi-instansi terkait
yang memiliki kewenangan untuk
melakukan pengawasan, seperti
Dinas Kehutanan, BKSDA dan
kepolisian, sebaiknya benar-benar
dapat menjalankan tugas dan
fungsinya dengan baik.
Ketiga, masyarakat harus selalu
mengkritisi kebijakan-kebijakan
pemerintah,
khususnya
yang
terkait dengan status fungsi
peruntukan kawasan hutan, dan
sedapat mungkin terlibat secara
aktif
untuk
memperjuangkan
kelestarian dan keberlangsungan
lingkungan hidup yang baik, demi
menyelamatkan nasib generasi
masa kini dan generasi mendatang.
Berdasarkan temuan di lapangan
sampailah kita kepada beberapa catatan
penting
yang
diharapkan
akan
bermanfaat untuk penegakan hukum
terhadap
kejahatan
illegal
logging/kerusakan hutan pada masamasa mendatang. Catatan ini sudah
tentu berdasarkan apa yang ditemukan
□ 45
Tadulako Law Review | Vol. 1 Issue 1, June 2016
di
lapangan.
Ternyata
bahwa,
serta aparat hukum yang baik pula tak
penegakan hukum perusakan hutan di
pernah
Provinsi Sulawesi Tengah tidak cukup
kejahatan yang timbul di masyarakat.
dengan perundang-undangan semata.
Begitu pula halnya dengan kasus
Itu baru sebagian kecil dari seluruh
penebangan
usaha penegakan hukum yang akan
(perladangan berpindah/illegal logging)
dilakukan.
di
Secara
masyarakat
teoritis,
yang
tindakan
menebang
atau
akan
atau
Sulawesi
lapangan
mampu
meredam
perusakan
Tengah.
hutan
Temuan
menunjukkan
di
bahwa
meskipun perundang-undangan yang
merusak hutan (perladangan berpindah
berkaitan
atau illegal logging) untuk keperluan
hutan/illegal
hidupnya dianggap telah melanggar
memadai, tetapi aparat penegak hukum
hukum. Namun, masyarakat di Provinsi
di lapangan sangat tidak memadai.
Sulawesi Tengah merasa apa yang
Pada hal areal hutan yang harus
mereka lakukan itu semata-mata untuk
ditangani begitu luas. Belum lagi hal-
mempertahankan hidup mereka dan
hal yang berkaitan dengan sarana dan
keturunannya.
sebenarnya
prasarana begitu pula dengan budaya
muncul konflik nilai. Disatu pihak
masyarakat yang cenderung menebang
aparat penegak hukum merasa bahwa
atau
perbuatan
berpindah/illegal logging).
Disini
masyarakat
di
Sulawesi
dengan
berusak
Dengan
Tengah yang menebang atau merusak
perusakan
logging
hutan
dianggap
(perladangan
penjelasan
ini
pula
hutan (perladangan berpindah/illegal
permasalahan yang dikemukakan di
logging) dianggap melanggar hukum.
muka, secara tak langsung sudah
Sebaliknya, masyarakat di Sulawesi
terjawab pula di sini. Bagaimana
Tengah sendiri merasa bahwa kegiatan
budaya masyarakat lokal menyingkapi
yang mereka lakukan ialah dalam
proses
rangka
illegal logging di Sulawesi Tengah.
mempertahankan
nilai-nilai
budaya yang mereka anut selama ini.
penanggulangan
kejahatan
Proses penanggulangan illegal loging
yang
tetap menjadi kendala selama budaya
sesungguhnya akan menyadarkan kita
dan nilai-nilai tentang tanah dan hutan
bahwa undang-undang yang baik saja
yang
Kenyataan
inilah
dianut
oleh
masyarakat
di
□ 46
Tadulako Law Review | Vol. 1 Issue 1, June 2016
Sulawesi Tengah masih tetap seperti
hukum, khususnya dalam hal
sekarang.
terbatasnya jumlah personal dan
Padahal
untuk
merubah
sebuah budaya dengan cepat bukanlah
hal yang gampang. Itu membutuhkan
kemampuan profesional;
b. Belum
memadainya
waktu yang lama. Karena budaya
penunjang
sangat kuat melekat pada masyarakat
hukum;
bersangkutan
atau
budaya
inheren
c. Rendahnya
fasilitas
proses
penegakan
tingkat
kesadaran
hukum masyarakat.
dengan masyarakatnya.
3. Tingkat
partisipasi
masyarakat
dalam upaya penanggulangan illegal
PENUTUP
Bertolak
dari
uraian
dan
di
logging
Wilayah
Provinsi
pembahasan terdahulu, maka berikut
Sulawesi Tengah, sejauh ini masih
ini diformulasi beberapa kesimpulan
rendah. Hal ini disebabkan karena
sebagai berikut:
terjadi perbedaan persepsi antara
1. Pelaksanaan
penanggulangan
masyarakat dengan aparat penegak
kejahatan illegal logging di Wilayah
hukum,
Provinsi Sulawesi Tengah,
memaknai
ini
sejauh
belum berjalan secara efektif,
hutan,
terutama
dalam
keberadaan
di
mana
hal
kawasan
masyarakat
sebab hingga saat ini masih terdapat
menganggap bahwa hutan yang
sejumlah praktek illegal logging
merupakan anugerah Tuhan, harus
yang belum tertangani secara tuntas,
dimanfaatkan
akibat kurangnya pengawasan dari
kehidupan mereka, tidak terbatas
aparat pemerintah terkait.
pada hutan yang diberi perlindungan
2. Tidak
optimalnya
upaya
penanggulangan kejahatan illegal
logging
di
Sulawesi
dipengaruhi
Wilayah
Tengah,
oleh
tiga
untuk
menunjang
sekalipun, sementara aparat penegak
hukum
memandang
bahwa
Provinsi
menebang pohon dan memanfaatkan
setidaknya
hasil hutan tanpa disertai izin, maka
faktor,
merupakan suatu kejahatan yang
masing-masing;
harus dihukum.
a. Rendahnya kemampuan sumber
daya manusia aparat penegak
□ 47
Tadulako Law Review | Vol. 1 Issue 1, June 2016
Bertolak dari kesimpulan
sebagaimana
1.
dikemukakan
di
pelestarian
menyiapkan lahan pertanian dan
perkebunan,
sebagai berikut:
hidup dan penghidupan mereka.
Untuk
mengamankan
ancaman
kawasan
kerusakan,
maka
Abdurahman,
andal,
ditunjang
serta
harus
pula
Dalam
hal
pemanfaatan
pusat
pemberian
hutan,
dan
izin
seharusnya
daerah,
mempertimbangkan
Andi
pelestarian hutan sebelum izin
tersebut
dikeluarkan,
meningkatkan
serta
pelaksanaan
pengawasan dan evaluasi sesudah
izin tersebut dikeluarkan.
Pemerintah
dapat
daerah
melakukan
kepada
diharapkan
pendekatan
masyarakat
yang
bermukim di sekitar hutan untuk
memberi
pentingnya
pemahaman
tentang
perlindungan
dan
Pengairan,
Hamzah,
Pengantar
Hukum
Acara Pidana Indonesia, Ghalia
Indonesia, Jakarta, 1985;
______ ,
Pengantar
Hukum
Alumni,
Lingkungan,
Bandung 1980;
Amirin, Tatang M, Pokok-Pokok Teori
Sistem, CV Rajawali, Jakarta
berbagai aspek secara matang,
terutama aspek perlindungan dan
dan
Alumni, Bandung 1980;
pemerintah
pemerintah
Agraria
Pertambangan,
Transmigrasi
oleh fasilitas yang
memadai;
Masalah
Kehutanan,
jumlahnya harus memadai dan
yang
Ketentuan-Ketentuan
Pokok
personal pengamanan hutan yang
memiliki kemampuan profesional
guna kelangsungan
BIBLIOGRAFI
seharusnya diawasi dan dijaga oleh
3.
serta
atas, disarankan beberapa hal
hutan yang senantiasa mengalami
2.
hutan,
1989.
Bagir
1996.,
“Politik
Perundang-undangan
Dalam
Manan,
Rangka
Mengantisipasi
Liberalisasi
Perekonomian”,
Fakultas Hukum Unila Bandar
Lampung;
Blad, John R, et.al., (ed), The Criminal
Justice
Problem:
System
an
as
Social
Abolitionist
Perspective, Frasmus Universiteit
Roterdam,1987.
□ 48
Tadulako Law Review | Vol. 1 Issue 1, June 2016
dalam
Bianchi, Herman & Swaanigen van
Rene
(ed),
Towards
A
Aproach
To
Diponegoro,
Non-Repressive
Lintas Ruang dan Generasi”,
Crime
and
London;
Tavistock, 1983.
Citra
______ , Kebijakan Kriminal, tanpa
Bernard
L.
Pidana
Penanggulangan
(Makalah
Dalam
Tanya"Dialog
Antara
Budaya dan Hukum Pidana:
Kasus
Barda Nawawi Arief, "Fungsionalisasi
Ekonomi"
PT
tahun dan tanpa penerbit.
Mystification,
Hukum
25
Aditya Bakti. Bandung, 1996.
CV. Kita, Surabaya;
Power,
Pidana,
Hukum,
Hukum; Strategi Tertib Manusia
Steven,
Semarang,
______ , Bunga Rampai Kebijakan
Bernard L. Tanya dkk, 2007., ”Teori
Box,
pada
Juni 1994.
Free
University Press, tahun 1975.
Hukum
Fakultas Hukum Universitas
Abolitionism;
Crime,
Ilmu
Masyarakat
Pedesaan
Sabu". Tesis S.2. pada PPS UI
Jakarta (tidak diterbitkan). 1992.
Kejahatan
Darmawan Triwibowo dan Sugeng
disajikan
Bahagijo, 2007., “Mimpi Negara
Pada Seminar Nasional Hukum
Kesejahteraan”,Perkumpulan
Pidana
Prakarsa, Jakarta;
Dalam
Menunjang
Kebijakan Ekonomi), Semarang
1990.
Departemen Dalam Negeri, Himpunan
Beberapa
______ ,Kebijakan Legislatif Dalam
Peraturan
Perundangan Bagian IV, Biro
Kejahatan
Hukum Kantor Gubernur KDH
Dengan Pidana Penjara, CV.
Tingkat I Sulawesi Tengah, 1977.
Penanggulangan
Ananta, Semarang, 1994.
______ ,
"Beberpa
Pengembangan
Pidana
Departemen
Himpunan
Aspek
Peraturan Perundang-Undangan
Hukum
di Bidang Kehutanan Indonesia,
(Menyongsong
Jakarta 1985.
Generasi Baru Hukum Pidana
Departemen
Pidato
Hutan
Indonesia)"
Kehutanan,
Kehutanan,
dan
Perusak
Sanksi
Hukum,
Pengukuhan di ucapkan pada
Brosur,
peresmian jabatan Guru Besar
Sulawesi Selatan, 1985.
Dinas
Kehutanan
□ 49
Tadulako Law Review | Vol. 1 Issue 1, June 2016
Departemen Pertanian, Kebijaksanaan
dan
Program
Perladangan
Reboisasi
Pengendalian
Berpindah,
dan
Dir.
Rehabilitasi,
Emil Salim, Lingkungan Hidup dan
______ , Pembangunan berwawasan
______ , Hutan dan Masysrakat, Balai
Kayu
______ , Proses dan Pengendalian
Perladangan
Berpindah,
Balai
Pertanian,
Informasi
Ujung
Pandang,
1985.
Pendidikan
dan
Penerangan
Ekonomi
dan
Farid, Andi Zainal Abidin, Azas-Azas
Hukum
"UUD
1945.
P-4,
GBHN, Tap-Tap MPR 1988,
Bahan Penataran dan Bahan
Reverensi
Penataran",
I,
Social
Deve¬lopmant"
dalam Law and Sociaty, vol.4
Nomor 1/1969.
______ , The Legal System, A Social
Dirjen
Science
Perspective,
York,
Russel
New
Sage
Fondatioan, 1975.
Pancasila:
Indernitas Tinjauan Etis dan
Bagian
Friedman, Lawrence M, "Legal Culture
Pendidikan Tinggi, Jakarta 1988.
Darmaputera,
Pidana,
Himpunan Kuliah, 1960 - 1981.
and
Dep.Dik.Bud.,
Eka,
Penelitian,
Sosial, Jakarta, 1986.
Ambon, Lembang Jabar, 1984.
Brosur
Lembaga
Lingkungan,
Pertanian
aksara,
Jakarta, 1985.
Jakarta, 1981.
Informasi
Bina
Pembangunan,
Hadjon,
P.M.
1987.
Perlindungan
Budaya, Jakarta: BPK. Gunung
Hukum
Mulia, 1992.
Indonesia, sebuah Studi tentang
Edi Suharto, “Islam dan Negara
bagi
Rakyat
Rakyat
Prinsip-prisipnya,
Kesejahteraan,”http:/www.polic
Penanganannya oleh Pengadilan
y.hu/suharto/Naskah%
Umum
20PDF/IslamNegaraKesejahteraa
Peradilan Administrasi Negara.
n.pdf, diakses 26 Pebruari 2012;
PT Bina Ilmu, Surabaya;
Effendi,
Rusli,
Pidana,
Azas-Azas
Bagian
Kriminologi
Hasanuddin, 1980.
I,
dan
Pembentukan
Hukum
Hardja Soemantri, Koesnadi, Hukum
Lembaga
dan Tata Lingkungan, Gajah
Universitas
Mada
University
Press,
Yogyakarta, 1994.
□ 50
Tadulako Law Review | Vol. 1 Issue 1, June 2016
dalam
Hadisaputro, Hartono, Pengantar Tata
Hukum
Tinggi
Yogyakarta, 1981.
Isbandi Rukminto Adi, 2005., “Konsep
dan Pokok Bahasan Dalam Ilmu
Kesejahteraan Sosial”, UI Press,
Jakarta;
Kehutanan,
Badan Kerja Sama perguruan
Liberti,
Indonesia,
Bidang
Negeri
Indonesia
Bagian Timur, 1985.
J.W. Lapatra, Analizing The Criminal
Justice System, 1978.
Kartanegara, Satochid, Hukum Pidana
J.E Sahetapy, Suatu Studi Khusus
Mengenai Ancaman Pidana mati
Terhadap
Kartini, Ringkasan tentang Hukum
Rajawali,
Pidana, Balai Buku Indonesia,
Jakarta, 1982.
Jakarta, 1959.
______ , "Beberapa Asas Baru Dalam
Konsep
KUHP
Bahan
Penataran
Nasional"
Hukum
Pidana Nasional Ke-III di
Kupang dari tanggal 1 - 20
______ , "Berbagai Teori Tentang
Kejahatan" (Bahan Penataran
Pidana
Kompas, Kamis 6 Juni 1991.
Laporan
Simposium
Pembangunan
Hukum Nasional di Semarang
Agustus 1980.
Manan, S. Hutan Rimbawan dan
Masyarakat, Penerbit IPB Press,
Agustus 1989.
Hukum
Mahasiswa.
Pembunuhan
CV.
Berencana,
Bagian I dan II, Balai Lektur
dan
Kriminologi dalam Rangka
Kerjasama Indonesia-Belanda
, Ambarawa) FH. Unair. 1991.
Junus Mas'ud, dkk., Dasar-Dasar Ilmu
Bogor, 1997
Maleong,
Lexy
M.,
Metodologi
Penelitian Kualitatif, PT. Remaja
Rosdakarya, Bandung, 1994.
Marjono
Reksodiputro,
"Pengembangan
Pendekatan
Terpadu dalam Sistem Peradilan
dalam
Praseminar
Kehutanan, Tellesession, Badan
Pidana",
Kerjasama
Tinggi
Nasional V tanggal 21 - 22
Negeri Indonesia Bagian Timur,
Januari 1986, Babinkumnas dep,
1985.
Kehakiman.
______ ,
Perguruan
Dasar-Dasar
Ilmu
Kehutanan, (buku II) Kegiatan
□ 51
Tadulako Law Review | Vol. 1 Issue 1, June 2016
Muladi, danBardaNawawi Arief, TeoriTeori dan Kebijakan Pidana,
"Proyeksi
Hukum
materil
Indonesia
Datang",
Pidato
Sebagai
Guruh
Hukum
Pidana,
Bandung
Pidana
New York: The Free Press,
Dimasa
1951.Pelita, rabu 12 juni 1991.
Pengukuhan
Ridwan,
H.R.,
“Hukum
2011.,
Besar
dalam
Administrasi Negara”, Rajawali
di
Undip,
Pers, Jakarta;
Semarang, tanggal 24 Februari
RoeslanSaleh,.
Suatu
Reorientasi
dalam Hukum Pidana. Jakarta:
1990.
______ ,
Aditama,
Parson, Talcott. , The social Systems,
Alumni, Bandung, 1984.
Muladi,
Refika
Kembali),
"Perspektif
Hukum
Pelaksanaan
Pidana
Berdasarkan
Pegayoman",
Seminar
Hukum
Memperingati
45
tahun
Ghalia Indonesia. 1980.
Satjipto Rahardjo,, Hukum, Masyarakat
dan
pembangunan,
Alumni. 1981.
Satjipto Rahardjo, Masalah Peneqakan
Indonesia Merdeka, Fakultas
Hukum
Paska
Sosiologis),
Sarjana
Yogjakarta,
22
UGM
September
(Suatu
Tinjauan
Bandung:
Sinar
Baru, tanpa tahun.
______ , Ilmu Hukum, PT Adtya
1990.
Bakti, Bandung, 1991.
Moeljatno, Azas-Azas Hukum Pidana,
Bina Aksara, Jakarta 1985.
,
Nagashima, Atsushi, UN Norms And
Guedelines
Bandung;
Related
to
The
"Budaya
Hukum
Dalam
Permasalahan
Hukum
Ceramah
Indonesia",
pada
Crimenal Justice, System And Its
Seminar Hukum Nasional Ke- IV
Adminstration, Indonesia-Unafei
Badab
Joint Seminar, Jakarta, Januari
Nasional.
1992.
Otje Salman dan Anton F. Susanto,
Sianturi
S.R.,
Pidana,
Pembinaan
Hukum
Azas-Azas
di
Indonesia
Hukum
dan
2004., Teori Hukum (Mengingat,
Penerapannya, Alumni Ahean-
Mengumpulkan, dan Membuka
Petahaen, Jakartas 1989.
□ 52
Tadulako Law Review | Vol. 1 Issue 1, June 2016
Sjachran Basah, 1985., “Eksistensi dan
Suhendang,
E.
Tolok Ukur Badan Peradilan
Kehutanan,
Administrasi
Fakultas
di
Indonesia”,
Alumni, Bandung;
Soemarwoto
Ekologi,
Hidup
dan
Djambatan,
Pembanggunan,
Cetakan ke dua, Bandung, 1985.
Soekanto,
Soerjono.
Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Penegakan
Hukum. Jakarta: Raja Grafindo
Persada. 1983.
______ ,
Ilmu
Yayasan
Penerbit
Kehutanan,
Bogor,
2002.
Otto,
Lingkungan
Pengantar
Soemitro, Ronny Hanitijo, MasalahMasalah
Sosiologi
Hukum.
Bandung: Sinar Baru. 1984.
______ , Beberapa Masalah Dalam
Studi Hukum dan Masyarakat,
PT. Rajawali, Bandung 1985
______ ,
Studi
Hukum
dan
Masyarakat, Penerbit Alumni,
Pendekatan
Terhadap
Sosiologi
Bina
Hukum,
Aksara, Jakarta, 1988.
Bandung, 1985.
______ ,
Metodologi
Penelitian
Hukum dan Jurimetri, Ghalia
Solly Lubis, 2007., “Ilmu Negara”,
Mandar Madju, Bandung;
Indonesia, Jakarta, 1990.
Sudarto, Hukum dan Hukum Pidana.
Shrode William A . And Dan Jr. Voich,
Bandung: Alumni. 1981
Organization And Management:
Susanto, I.S., "Kejahatan White Callor
Basic Systems Concepts, Irwin
dan Pembangunan masyarakat
Book Co., Malaisya, 1974.
Adil Makmur". dalam Masalah-
Silverman
David,
Interpreting
Qualitative Data, Methods For
Analysing
Interaction,
Talk,
Text
London:
And
Sage
Publication, 1993.
Sudikno
Mertokusumo.
“Mengenal
Pengantar,”
Yogyakarta;
Hukum
2003.
Suatu
Liberty,
Masalah Hukum No.3 tahun 1991
FH. Undip Semarang. 1991.
______ ,
“Pemahaman
Kritis
Terhadap
Realitas
Sosial"
dalam
Masalah-Masa:Iah
Hukum , No.9 tahun 1992.
______ ,
"Persepsi
Remaja
dan
Penanggulangannya",
Semarang:
Pusat
Studi
Kepolisian FH-Undip, 1994.
□ 53
Tadulako Law Review | Vol. 1 Issue 1, June 2016
______ , "Kriminologi". Semarang:
Williams III, Frank P. & McShane,
Prentice
Fakultas Hukum Undip (tidak
CriminologicalTheory,
di terbitkan). 1995.
Hall, New Jersey, 1988.
______ , Kejahatan Korperasi, Badan
Penerbit
Undip,
Zamroni, Pengantar Pengembangan
Teori sosial, PT. Tiara Wacana,
Semarang,
Yogjakarta, 1992.
1995.
Wrong, Dennis, (ed). Max Weber:
Makers
Of
Modern
Science,
Prentice
Hall,
Zainuddin,
Social
Inc.
2011.,
Pengelolaan
Jaminan
Zakat
Keadilan
“Implikasi
Terhadap
Sosial
di
Englewood Cliffs, New Jersey,
Indonesia”, Disertasi Program
1970.
Pascasarjana
Universitas
Hasanuddin,
Makassar;
***
□ 54