Strategi pengembangan manggis (Garcinia mangostama L.) di Kabupaten Sawahlunto/Sijunjung Provinsi Sumatera Barat

STRATEGI PENGEMBANGAN MANGGIS (Garcittia mangostana L.)
DI KABUPATEN SAWAHLUNTO/SIJUNJUNG
PROVINSI SUMATERA BARAT

NING WISMA UTAMI

SEKOLAH PASCA SARJANA
INSTITUT PERTANJAN BOGOR
2008

PERNYATAAN

Saya menyatakan dengan sebenar-benamya bahwa segala pernyataan dalam tesis saya
yang berjudul :
Strategi Pengembangan Manggis (Garcinia mangostana, L) di
Kabupaten Sawahlunto/Sijunjung Propinsi Sumatera Barat
merupakan gagasan atau hasil penelitian tesis saya sendiri dengan arahan Komisi
Pembimbing, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan rujukannya. Tesis ini belum
pernah diajukan untuk memperoleh gelar atau capaian akademik lainnya pada program
sejenis di perguruan tinggi lain. Semua data dan informasi yang digunakan telah
dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.


Bogor,

Februari 2008

Yang membuat pernyataan,

Ning Wisma Utami
A. 353 060 334

ABSTRACT
NING WISMA UTAMI. Strategy for Development of Mangosteen (Garcinia
mangostana L.) in Sawahlunto/Sijunjung Regency, West Sumatera Province.
Under direction of SUWARDI and MUHAMMAD ARDIANSYAH
At present, agriculture is still become a dominant economic sector for
development of SawahluntolSijunjung regency. One of the unique commodities in
that regency is mangosteen. However, there is very limited information of that
commodity for land suitability, economic feasibility, and strategy for development.
The objectives of this research were to analyze the land suitability for
mangosteen plant and to arrange a strategy for development of mangosteen in

SawahluntoISijunjungregency.
The research was started through data and map collection and continued by
land evaluation using FA0 Framework of Land Evaluation (FAO, 1976). Land
suitability map was overlayed with land use existing map from landsat image and
then was matched with land use planning of SawahluntolSijunjung for the year of
2007-2012.
The result showed that there are 24.398 ha of land in SawahluntoISijunjung
regency highly suitable for mangosteen, 20.759 ha suitable, and 35.184 ha
marginally suitable. Economical analysis by using NPV, IRR, BCR value showed
that mangosteen farming in SawahluntolSijunjungregency is feasible.
Polyculture planting system with banana gives higher feasibility than
monoculture planting system. Market institution of mangosteen in
SawahluntolSijunjung regency is not efficient, because market chain is very long.
Gross margin showed that only 13,3% of mangosteen price was accepted by
farmers. Institution analysis showed that most related institutions support the
development of mangosteen in SawahluntolSijunjung. Strategy for development are
using intensive farmer of suitable land for mangosteen and improves road
infrastructures.
Key words : mangosteen, land suitability, economic feasibility, institution,
development strategy, Sawahluntol Sijunjung


NMG WISMA UTAMI. Strategi Pengembangan Manggis (Garcinia mangostana
L.) di Kabupaten SawahluntoISijunjung Provinsi Sumatera Barat. (Strategy for
Development of Mangosteen (Garcinia mannostana L.) in Sawahlunto/Sijunjung
Regency, West Surnatera Province). D i b i b i n g oleh
SUWARDI dan
MI.JHAMMAD ARDIANSYAH.
Manggis (Garcinia mangostana LJ adalah salah satu jenis buah unggulan
Indonesia yang memiliki rasa buah yang eksotik dan nilai ekspor tinggi, Buah
manggis mempunyai julukan "Queen of Tropical Fruit" di pasar dunia. Menurut
data dari PPHP Departemen Pertanian RI (2007), ekspor manggis dari tahun 2001
sampai dengan 2005 mengalami kenaikan dan menduduki posisi volume ekspor
buah segar tertinggi dibanding buah segar lain seperti alpukat, belimbing, duku,
pisang, nenas dan durian. Saat ini manggis telah ditetapkan sebagai komoditas
terpilih
yang
akan
menjadi
komoditas
unggulan

Kabupaten
Sawahlunto/Sijunjung. Selain pasar yang masih terbuka luas menjadi latar
belakang pengembangan, manggis saat ini adalah salah satu jenis komoditas
yang telah hidup secara alami dan telah menjadi salah satu komoditas buah yang
dibudidayakan oleh masyarakat di beberapa wilayah Kabupaten
Sawahlunto/Sijunjung.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis potensi biofisik
wilayah melalui evaluasi kelas kesesuaian lahan di Kabupaten
SawahluutolSijunjung untuk pengembangan manggis, menganalisis secara
ekonomi prospek pengembangan manggis, menganalisis sistem kelembagaan dan
pemasaran manggis di Kabupaten Sawahlunto/Sijunjung dan menyusun strategi
pengembangan manggis di Kabupaten Sawahlunto/Sijunjung.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini metode analisis secara
kualitatif dan kuantitatif yang meliputi: analisis kesesuaian lahan, interpretasi
citra landsat, analisis finansial prospek ekonomi manggis (analisis NPV, IRR,
B/C ratio, analisis majin tata niaga), kajian kelembagaan dilakukan secara
diskriptif, meliputi kajian sistem kepemilikan lahan, kelembagaan petani,
kelembagaan penyuiuh, pengolahan hasil, kelembagaan pemasaran dan kebijakan
pemerintah serta analisis SWOT untuk menyusun strategi pengembangan
manggis di Kabupaten Sawahlunto/Sijunjung.

Analisis fisik lahan meliputi analisis kesesuaian lahan manggis
menggunakan kriteria F A 0 dalam Framework of Land Evaluation (FAO, 1976).
Data yang digunakan adalah peta land system, peta LREP I Lembar 0815 (Solok)
Sumatera dan peta adminsitrasi. Hasil overlay dilakukan pencocokan dengan
kriteria kebutuhan tanaman manggis sehingga diperoleh peta kelas kesesuaian
lahan untuk manggis yang terbagi menjadi kelas S1 (sangat sesuai), S2 (sesuai),
S3 (sesuai marginal) dan N (tidak sesuai). Analisis data remote sensing
(interpretasi) data citra landsat yang menggunakan metode klasifikasi terbimbing
(supervised) dengan pendekatan yang dipakai adalah Maimurn Likelihood
ChsiJication (MLC) sehingga dihasilkan peta penutupanlpenggunaan lahan
wilayah Kabupaten Sawahluntol Sijunjung 2006. Peta kesesuaian lahan untuk

manggis kembali dilakukan tumpang tindih dengan peta penutupanlpenggunaan
lahan sehingga diperoleh potensi lahan yang sesuai untuk pengembangan
manggis. Peta ini kembali ditumpangtindih dengan peta arahan pemanfaatan
mang dan peta tata guna hutan kesepakatan, sehingga diperoleh peta kesesuaian
lahan pengembangan manggis sesuai arahan pemanfaatan ruang Kabupaten
Sawahlunto/Sijunjung 2007-2012.
Hasil analisis menunjukkan bahwa Kabupaten Sawahlunto/Sijunjung
memiliki potensi lahan yang sesuai untuk pengembangan manggis seluas

80.341,103 ha dengan kelas kesesuaian S1 seluas 24.397,97 ha, S2 seluas
20.759,39 ha dan S3 seluas 35.183,75 ha. Analisis kelayakan fmansial
menunjukkan bahwa sistem tumpang sari dengan pisang sangat layak untuk
dilaksanakan dan sistem tumpang sari dengan pisang mampu memberikan
perbaikan pada aliran kas usaha (tahun pertama sampai dengan tahun kesebelas)
selama tanaman manggis belum memberikan produksi optimal. Sistem tumpang
sari memberikan nilai NPV lebih baik pada umur tanaman ke-15, yaitu sebesar
Rp. 71.399.979,- dan Rp. 29.358.226,- untuk monokultur. Nilai IRR juga
menunjukan nilai yang layak dimana sistem budidaya secara tumpang sari
memberikan nilai tingkat bunga pengembalian usaha lebih baik, yaitu 24,49% dan
19,79% untuk sistem monokultur. B/C ratio juga memberikan angka layak, yaitu
3,17 untuk monokultur dan 6,27 untuk bttdidaya secara tumpang sari. Sistem
pemasaran kurang efisien karena petani hanya menerima 13,3% dari jumlah yang
dibayarkan oleh konsumen, sehingga untuk meningkatkan keuntungan petani,
diharapkan dukungan pemerintah dalam mendukung penguatan kelembagaan
kelompoktani dan gabungan kelompok tani agar mampu berperan dan bermitra
langsung dengan eksportir dalam distribusi manggis untuk pemasaran yang lebih
luas.
Strategi prioritas yang mungkin dapat dilaksanakan sesuai hasil analisis
SWOT adalah memanfaatkan potensi lahan yang sesuai untuk pengembangan

manggis guna meraih peluang pasar manggis serta dukungan anggaran
pemerintah dalam upaya memperbaiki kualitas manggis dan memperbaiki
infrastruktur pendukung terutama jalan dan jembatan. Langkah yang dapat
diambil adalah (a) Pengembangan manggis di lahan pekarangan dan kebun
campuran, (b) Perbaikan dan pembangunan jalan serta jembatan untuk membuka
daerah terisoler yang masuk dalam kawasan budidaya, (c) Pembukaan jalan
usahatani di kawasan budidaya, (d) Pengadaan dan perbanyakan manggis di lahan
pengembangan yaitu di tanah terbuka dan lahan terlantar, (e) Pemanfaatan lahan
adatlulayat untuk pengembangan manggis secara berkelanjutan, (f) Pembuatan
kebun bibit manggis (pemeliharaan pohon induk, penangkaran bibit unggul), (g)
Pelatihan penangkar bibit unggul.
Kata Kunci : manggis, kesesuaian lahan, kelembagaan, kelayakan finansial,
shategi pengembangan, Sawahluntol Sijunjung.

t
2Hnk ciptn milik IPB, tmhutt 2008
Hnk ciptn dilindungi Una'nng-Uncr'nng
I . Dilnratg metzgzrtip sebngioiz ntou selur7~h k n r p tesis tcmpn
inencanrumknn ntnu menyebutknn sumber.
a Peizgutipntz

hmzp ut71uk kepet7titzgntz pendidikni7, penelitintz,
pe~zzrlisntz knr-y iltninh, penytrsut?nt~iapornn, petzulisnn kritik ntnzr
tinjnlcnn suatu mnsnlnh.
b. Pengutip~z tidnk merugiknn kepentitzgntz ynng wnjnr It7stitur
Pertanintz Bogor
2. Dilnrong ~nengumumknndn~znzemperbn~zyoksebnginn ntnu seltll.uh k n r ~ n
tulis clnlam betlmk npnput? tni7pn ijitz Institut Pertaninn Bogor.

STRATEGI PENGEMBANGAN MANGGIS
(Garcinia mangostana, L.)
DI KABUPATEN SAWAHLUNTO/SIJUNJUNG
PROVINSI SUMATERA BARAT

NING WISMA UTAMI

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Perencanaan Wilayah
Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan


SEKOLAH PASCA SARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008

Judul

: Strategi Pengembangan Manggis (Gnrcinin itznizgostnnn L.)

di Kabupaten Sa~~iahlunto/Sijunjung
Provinsi Sumatera Barat
Nama

: NING WISMA UTAMI

NRP

: A. 353 060 334

Program Studi : PERENCANAAN WILAYAH

Disetujui
Kornisi Pembimbing

Dr. Ir. Suwardi. M.Aa.
Ketua

Tanggal Lulus : 1 5 FEE 2008

t
Dr. Ir. Mu anlmad Ardiansvah
Anggola

Tanggal Ujian : 30 Januari 2008

DAFTAR IS1

DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN

Latar Belakang Penelitian ............ .............. ,..............,. ..,........., .........
Perurnusan Masalah
...........................................................................
..
Tujuan Penellt~an
.....
........ .......... ..... ........ .......... ............... ...:..,.........
..
Manfaat Penel~tlan................. ................... ............. ......... .............. ....
TINJAUAN PUSATAKA
Morfologi Tanaman Manggis (Gnl.cifziatmngostntznL.) .............. ....
Syarat Tumbuh Tanaman Manggis
Kesesuaian Lahan

Strategi Pengembangan Manggi
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu

Andisis Sosial dan Ekonomi
Analisis Margin Tata Niaga
Analisis SWOT
KEADAAN
UMUM DAERAH PENELITIAN
..
Posis~
Geografi.
...................... .......... ......... .,....... ...............................
..
Flslk Wilayah ....... ..... ...................................................... ..................
Daerah Aliran Sungai (DAS) ...................................... ............., ....
Potensi Sumber Daya Alam ..............................................................

Potensi Sumber Daya Manusia ..................................................... ....
Prasarana Penunjang .............................................................. ...........
HASIL DAN PEMBAHASAN

STRATEGI PENGEMBANGAN
Analisis Data I
Analisis F&or Internal
Analisis Faktor Elistern
Pengambilan Keputusan
KESIMPULAN...... .... .............. ............. ........................................,.........
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN .................................... .......................................,...............

DAFTAR TABEL
Halaman
Kriteria kesesuaian lahan untuk tanaman manggis (Garcinia Mangostana. L)
Volume ekspor buah segar Indonesia tahun 2001-2005 (ton) ..........................
Keragaan eksport manggis Propinsi Sumatera Barat ........................................
Keragaan eksport manggis Kabupaten Sawahlunto/Sijunjung.........................
Produksi manggis di Propinsi Sumatera Barat (ton) .........................................
Neraca perdagangan komoditi manggis tahun 1999 .
2004 .............................
Jenis data sekunder yang dibutuhkan ................................................................
Jenis peta yang dibutuhkan ...............................................................................
Kerangka formulasi strategis.............................................................................
Matrik TOWS (SWOT) .....................................................................................

..

Matrik kerangka penelitlan ...............................................................................
Jumlah nagari dan luasan wilayah kecamatan di Kabupaten Sawahluntol
Sijunjung tahun 2005 .......................................................................................
Luas potensi lahan untuk pertanian di Kabupaten SawahluntolSijunjung
tahun 2005 (ha)

...............................................................................................

Potensi lahan untuk pengembangan manggis di Kabupaten
Sawahlunto/Sijunjung tahun 2005 (ha) ...........................................................
Jumlah penduduk 15 tahun keatas menurut kecamatan ....................................
Jumlah Penduduk 15 tahun ke atas menurut jenis kelamin dan bidang kej a
tahun 2005 ...............................................................................
Panjang jalan, jenis permukaan clan kondisi jalan di Kabupaten
SawahluntoISijunjung Tahun 2005 (km) ..........................................................
18

Populasi dan produksi komoditas manggis Kabupaten SawahluntolSijunjung
berdasarkan daerah penyebaran. keadaan tahun 2006 ......................................

57

19

Luas penggunaan lahan Kabupaten SawahluntoISijunjung Tahun 2006 .......... 63

20

Luas potensi lahan yang sesuai untuk tanaman manggis di setiap kecamatan
di Kabupaten SawahluntolSijunjung (ha)* .......................................................

65

21

Potensi luas lahan pengembangan manggis selain kebun campuran (ha) .........

68

22

Daftar hasil analisis NPV. IRR dan B/C Ratio dengan sistem budidaya
secara lnonokultur pada tingkat suku bunga 13% pertahun .............................. 72

Proyeksi aliran kas (cashflow) usaha pengembangan perkebunan manggis
dalam jangka waktu 15 tahun ...............................................................................
Proyeksi aliran kas (cqshflow) usaha pengembangan perkebunan tumpang sari
manggis-pisang dalam jangka waktu 15 tahun ...................................................

Daftar hasil analisis NPV,IRR dan BIC Ratio pengembangan manggispisang pada tingkat suku bunga 13% pertahun ....................................................
Keragaan petugas penyuluh pertanian Kabupaten SawahluntoISijunjung...........
Keragaan kelompok tani manggis di Kabupaten Sawahlunto/Sijunjung .............
Nilai marjin dan persentase marjin penjualan per kilogram buah manggis
pada masing- masing pelaku pasar dan saluran pemasaran, tahun 2007 .............
Analisa marjin tata niaga pada saluran pemasaran harapan .................................
Rencana pengembangan manggis tahun 2007-2010 ...........................................
Analisis faktor internal &lam pengembangan manggis di Kabupaten
...
S a ~ a h l ~ t ~ / S..........................................................................................
l j ~ ~ ~ g
Analisis faktor ekstemal dalam pengembangan manggis di Kabupaten
..
SawahluntoISijunjung ..........................................................................................
Matrik SWOT pengembangan manggis di Kabupaten SawahluntoISijunjung
QuantitatifStrategic Planning Matrik (QSPM) pengembangan manggis di
..
Kabupaten SawahIuntoISijunjung.......................................................................
Urutan alternatif strategi yang dapat dilaksanakan sesuai hasil analisis QSPM...
Matriks uraian rencana kerja pada setiap stmtegi terpilih &lam pengembangan
komoditas manggis Kabupaten SawahluntoISijunjung berdasarkan hasil
analisis QSPM .................................................................................................

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1

Grafik volume ekspor manggis Kabupaten Sawahluntol Sijunjung terhadap
ekspor manggis nasional .........................................................................................

..

4

2

Diagram kerangka pemluran ................................................................................... 24

3

Diagram alir tahapan penehtlan ...............................................................................

4

Batas adrninistrasiKabupaten SawahIuntolSijunjung ............................................. 39

5

Kemiringan lereng wilayah Kabupaten SawahluntoISijunjung.............................. 41

6

Sebaran aliran sungai di Kabupaten Sawahluntolsijunjung .................................... 44

7

Jalan Lintas Tengah Sumatera (jalan nasional) di Kecamatan Tanjung Gadang
..
dengan kondlsi sedang s.d rusak ringan ..............................................................

50

Jalan kabupaten yang menghubungkan Kecamatan Sijunjung dan Kecamatan
Lubuk Tarok.............................................................................................................

51

8
9

..

36

Kondisi jalan kabupaten di Kecamatan Sijunjung. masih tertutup tanah dan dalam
keadaan
.......................................................................................................... 51

10 Lokasi pasar di Kabupaten Sawahlunto/Sijunjung................................................. 53

.................................................. 54
Manggis yang di tanam di pekarangan .................................................................... 55
Manggis dalam kebun campuran ......................................................................... 56

11 Kondisi tanaman manggis di antara "hutan karet"
12
13

14 Manggis yang sengaja dibudidayakan (jarak tanam lebih teratur) pada umur f 15
tahun .........................................................................................................................
58
15 Manggis hasil pengembangan
.
.
dengan sistem tumpang
.
. sari pada umur rt 6 tahun . 59
16 Peta kesesuaian lahan untuk manggis (Garcinia mangostana. L) ........................... 62
17 Penggunaan lahan Kabupaten Sawahlunto/Sijunjung ........................................ 64
18 Luas potensi lahan yang sesuai untuk pengembangan tanaman manggis................

66

19 Potensi lahan untuk pengembangan manggis pada area penggunaan lahan bukan
kawasan hutan .........................................................................................................

70

20 Sketsa lokasi jarak tanam sistem budidaya tumpang sari manggis-pisang .............. 74
21 Strukhu Organisasi Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten
...
S a ~ a h l u n t ~ / S l ~..............................................................................................
~~~llg
85
22 Pohon industri manggis............................................................................................

91

23 Kelembagaan sistem pemasaran manggis di Kabupaten SawaNuntoISijunjung..... 94

24 Kondisi gudang sekaligus lokasi bongkar muat dan sortase manggis ..................... 98
25 h t a i pemasaran manggis (harapan) dimana kefompok tani bermitra langsung
dengan eksportir ....................................................................................................... 102

DAFTAR LAMPIRLUU

..

Halaman

1

Proyeksi Biaya Investasi (Tahun Ke-0) ............................................................... 136

2

Proyeksi Biaya Produksi Manggis Tahun Ke-1 sampai dengan Tahun Ke-15 .... 137

3

hoyeksi Biaya Produksi Pisang Tahun Ke-i sampai dengan Tahun ke-i 1 ......... 152

4

Proyeksi Aliran Kas (CashFlow)Budidaya Pisang secara Monokultur .............. 163

5

Klasifikasi Buah Manggis Segar Sesuai dengan Standar Nasiond Indonesia
SNI-01-3211-1992) .......................................................................:..................... 164

6

Jadwal Musim Panen Daerah Sentra Produksi Manggis Utarna di Indonesia ...... 165

7

Jadwal Musim Panen Negara Produsen Manggis Dunia ...................................... 167

8

Data Kesuburan Tanah di Kabupaten SawahluntoISijunjung............................... 168

9

Fo~o-foto................................................................................................................169

PENDAHULUAN
L a t a r Belakang Penelitian
Memasuki era globalisasi dan perdagangan bebas serta pemberlakuan
otonomi daerah, maka setiap daerah dapat mengelola dan mengambil keputusan
sendiri dalain memanfaatkan sumberdaya daerah. Demikian pula Kabupaten
Sawahlunto/Sijunjung yang berjuluk "Ranah Lansek Manih", dimana sumber daya
alam yang ada berpotensi dalam pengembangan sektor pertambangan dan sektor
pertanian. Di sektor pertanian, selain perkebunan, tanaman pangan dan hortikultura
tahunan juga memiliki potensi untuk dikembangkan, karena memiliki sumberdaya
alam yang mendukung untuk pengembangan sektor tersebut.
Berdasar keadaan geobiofisik wilayah, Pemerintah Daerah dalam ha1 ini
Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura telah melakukan berbagai
langkali dalam upaya menggali potensi sumberdaya alam dengan melakukan
pengembangan berbagai komoditas yang sesuai dengan kondisi geobiofisik yang
ada. Hal ini terkait dengan konsep pertanian berkelanjutan oleh Haberl et al. (2004)
yaitu suatu pengembangan pertanian dengan selalu berusaha memelihara proses
perubahan fisik antara masyarakat dan alam lingkungannya, sementara di waktu
sama terjadi peningkatan kemakmuran ekonomi dan kualitas sosial.
Komoditas tanaman hortikultura tahunan seperti durian, manggis dan
langsatlduku merupakan vegetasi alami yang berpotensi untuk dikembangkan
menjadi komoditas unggulan. Hal ini sejalan dengan operasionalisasi revitalisasi
pertanian dalam lingkup Departemen Pertanian periode 2005-2009, dengan rencana
tindak program

pengembangan agribisnis yang utama antara lain adalah

pengembangan sentra produksi komoditas unggulan dan pengembangan agroindustri
di kawasan sentra produksi.
Menindaklanjuti ha1 tersebut dan sesuai dengan Renstra Sektor Pertanian
Propinsi Sumatera Barat yang didukung oleh Renstra Sektor Pertanian Kabupaten,
Sawahlunto/Sijunjung telah ditetapkan sebagai salah satu sentra komoditas
hortikultura. Komoditas terpilih adalah manggis (Garcinia inangostana, Linn).
Selain pasar yang masih terbuka luas menjadi latar belakang pengembangan

manggis, kondisi di lapangan di beberapa wilayah Kabupaten SawahluntoISijunjung
saat ini manggis adalah salah satu komoditas yang telah hidup "secara alami" dan
telah menjadi salah satu jenis komoditas buah yang ditanam oleh masyarakat.
Manggis adalah salah satu jenis buah unggulan Indonesia yang memiliki
nilai ekspor tinggi. Menurut data dari PPHP (2007), ekspor manggis dari tahun
2001 sampai dengan 2005 mengalami kenaikan dan menduduki posisi volume
ekspor buah segar tertinggi dibanding buah segar lain seperti alpukat, belimbing,
duku, pisang, nenas dan durian. Volume ekspor terbaik terjadi pada tahun 2003
sebesar 9,3 ribu ton dan mengalami penurunan di kisaran 3,3 ribu ton di tahun
2004. Pada tahun 2005 kembali tejadi kenaikan yang cukup signifikan, mencapai
angka 9,4 ribu ton. Kecendemngan adanya peningkatan ekspor disebabkan
kebutuhan manggis dunia belurn sampai titik jenuh pasar, atau dengan kata lain
kebutuhan pasar belum terpenuhi. Hal ini adalah peluang besar bagi produsen
manggis, mengingat manggis merupakan tumbuhan spesifik dan memiliki daya
saing komparatif.
Peluang pasar komoditas buah Indonesia secara umum masih sangat besar.
Permintaan pasar buah di dalam negeri terus mengalami peningkatan sejalan dengan
tingkat kesadaran gizi masyarakat, pertambahan penduduk dan peningkatan
pendapatan. Pada saat ini tingkat konsumsi buah masyarakat Indonesia sebesar
31,56 kgkapitaltahun, masih dibawah anjuran F A 0 yang mencapai 65 kg perkapita
pertahun. Dengan jumlah penduduk lebih dari 220 juta jiwa, untuk mencapai
rekomendasi FAO, diperlukan volume buah-buahan yang sangat besar. Ini
merupakan potensi pasar termasuk buah manggis yang biasa dikonsumsi dalam
bentuk buah segar.
Selain ha1 tersebut di atas, penemuan dari para peneliti tentang kandungan
xanthone yang memiliki berbagai khasiat pada buah manggis yang tidak ditemui
pada jenis buah dan makanan lain, menjadi pemicu peningkatan permintaan akan
manggis. Namun hat ini belum didukung oleh perkembangan dari jumlah produksi,
kualitas produksi dan kontinyuitas pasokan manggis untuk memenuhi kebutuhan
konsumen. Budidaya manggis secara konvensional salah satu penyebab masih
rendahnya kualitas, kuantitatas dan kontinyuitas manggis di Indonesia umumnya dan
Sawahlunto/Sijunjung khususnya.

Dalam upaya meningkatkan kuantitas, kualitas dan kontinyuitas manggis,
salah satunya adalah mencari lahan baru yang sesuai untuk pengembangan kawasan
manggis. Dengan melakukan analisis potensi lahan dan terobosan lain dalam
meningkatkan kuantitas, kualitas dan kontinyuitas manggis, diharapkan dalam
perencanaan lokasi dan langkah-langkah pengembangan yang dilaksanakan dapat
disusun sesuai dengan kondisi geobiofisik lahan, sosial dan ekonomi masyarakat.
Kerangka kerja sebagai terobosan pengembangan manggis tersebut diharapkan
malnpu memperkuat upaya petani bersama pemerintah dalam mengembangkan
manggis sebagai komoditas unggulan di Kabupaten Sawahlunto/Sijunjung
Perurnusan Masalah
1. Bagaimana potensi fisik lahan wilayah Kabupaten Sawahlunto/Sijunjung untuk

pengembangan manggis sehingga mampu memberikan informasi dalam
pengembangan sistem pertanian?
2. Bagaimana prospek ekonomi pengembangan komoditas manggis di Kabupaten
Sawahlunto/Sijunjung?
3. Bagaimana sistem kelembagaan dan sistem pemasaran dalam mendukung

pengembangan manggis di Kabupaten Sawahlunto/Sijunjung?
4. Bagaimana

strategi

pengembangan

manggis

di

Kabupaten

Sawahlunto/Sijunjung?
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Menganalisis potensi biofisik wilayah melalui evaluasi kelas kesesuaian lahan di

Kabupaten Sawahlunto/Sijunjung untuk pengembangan manggis.
2. Menganalisis secara ekonomi prospek pengembangan manggis.
3. Menganalisis sistem kelembagaan dan pemasaran manggis di Kabupaten

Sawahlunto/Sijunjung.
4. Menyusun

strategi

Sawahlunto/Sijunjung.

pengembangan

manggis

di

Kabupaten

Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan yang
nyata terhadap prospek pengembangan komoditas manggis di Kabupaten
Sawahlunto/Sijunjung. Sehingga kedepan, pengembangan manggis di Kabupaten
SawahluntoISijunjung mampu memberikan kontribusi terhadap peningkatan
perekonotnian masyarakat khususnya petani di Kabupaten Sawahlunto/Sijunjung.

TINJAUAN PUSTAKA

Morfologi Tanaman Manggis (Garcinia rnangostana, L)
Menurut P m t Kajian Buah-%

Tmpika (F'KBT) (2006), manggis merupakan

tanaman buah berupa pohon yang herasal dari hutan tropis yang teduh di kawasan
Asia Tenggara, antara lain Indonesia. Manggis sering ditemukan berasosiasi dengan
tanaman durian. Pusat penanaman manggis di Indonesia adalah Kalimantan Timur,
Kalimantan Tengah, Jawa Barat (Jasinga, Ciarnis, Wanayasa), Sumatera Barat,
Sumatera Utara, Riau, Jawa Timur dan Sulawesi Utara.
Tanaman manggis merupakan tanaman pohon yang berdaun lebar dan rimbun.
Tinggi pohon yang sudah dewasa mencapai 12 meter dengan umur dapat mencapai
puluhan tahun. Bentuk tajuk pohon bervariasi dari bulat silindris hingga kerucut
dengan penyebaran simetris ke semua arah. Lebar tajuk merentang hingga 12 meter
dan semakin mengecil ke arah puncak pohon. Diameter batang pokok pohon dewasa
bisa mencapai 60 cm dengan percabangan ke semua arah. Daunnya tunggal dan
berpasangan di sisi ranting, bentuk daun bulat panjang dengan ukuran 13-26 cm dan
lebar 6-12 cm. Helai daun kaku dan tebal, permukaan daun licin, berlilin dan
mengkilat. Tanaman Manggis hanya mempunyai bunga betina saja, sedangkan
hunga jantan tidak pernah terbentuk. Buah manggis herbentuk bulat dan licin,
berdiameter 4-7 cm. Saat masak, warna kulit benvarna ungu kemerahan, dengan
daun kelopak yang masih menempel dan tetap dihiasi oleh cuping kepala putik.
(Reza dan Wijaya, 2000).
Tanaman manggis mempunyai akar tunggang yang dalam, tetapi miskin
percabangan akar dan bulu-bulu akar, ha1 ini menyebabkan proses evaporasi daun
akan lebih cepat dibanding penyerapan air oleh akar, sehingga sampai ulnur 2 tahun
penanaman, manggis memerlukan naungan perawatan yang cukup (Reza dan
Wijaya, 2000).

Berikut klasifikasi tanaman manggis sesuai dengan sistem taksonomi
tumbuhan :
Divisi

: Spermatophyta

Sub Divisi : Angiospermae
Kelas

: Dicotyledonae

Family

: Guttiferae

Genus

: Garcinia

Spesies

: Garcinia nzangostana, L.

Syarat Tumbuh Tanaman Manggis
Syarat tumbuh tanaman manggis adalah menginginkan tanah yang gembur,
kaya bahan organik, senantiasa lembab, tetapi tidak menggenang, dengan kedalaman
tanah > 60 cm, tekstur liat dengan drainase yang baik, dengan pH optimum 5,0-7,O.
Sebaliknya tanaman manggis tidak menyukai tanah yang bersifat basa dan rendah
tingkat kesuburannya. Udara yang lembab dengan suhu 22" - 35' C, curah hujan
yang nlerata sepanjang tahun, dengan rata-rata curah hujan berkisar 750-2500 mm
pertahun

dan maksimal bulan kering adalah empat bulan, sangat cocok untuk

tanaman manggis (Departemen Pertanian, 1997)
Manfaat Manggis
Manggis adalah salah satu komoditas eksport Propinsi Sumatera Barat.
Namun, hanya 20% produksi manggis Sumatera Barat yang memenuhi kualitas
ekspor. Sisanya dipasarkan di dalam negeri berupa kualitas BS (Bekas Sortiran).
Saat ini kebutuhan akan ekspor manggis untuk konsumsi buah segar cukup tinggi.
Disamping sebagai konsumsi buah segar dan olahan sebagai buah kaleng, juice,
sirop dan puree, kulit buah dimanfaatkan sebagai pewarna termasuk untuk tekstil
dan air rebusannya dimanfaatkan sebagai obat tradisional karena menurut hasil
penelitian Iswari (2007) dari BPTP Sumatera Barat, manggis dikelahui mengandung
Xanthone sebagai antioksidan, antiproliferativ dan antimikrobial, karena itu

xanthone mampu meningkatkan kekebalan tubuh, anti kanker, tumor dan kolesterol

tinggi, serta menghindari penyumbatan jantung. Xanthone tidak ditemui pada buahbuahan lainnya kecuali pada buah manggis. Disamping mengandung xanthone,
produk manggis juga mengandung karbohidrat, lemak, vitamin B1, B2, B6, vitamin

C dan phospor yang tinggi. Kulit buah kering memiliki khasiat untuk mengobati
penyakit diabetes melitus (peningkatan gula darah), yang juga menjadi pemicu
peningkatan permintaan khususnya pada musim panen awal2007.

Kesesuaian Lahan untuk Manggis
Lahan adalah suatu lingkungan fisik yang meliputi tanah, iklim, relief,
hidrologi dan vegetasi, dimana faktor-faktor tersebut mempengaruhi potensi
penggunaannya

(FAO,

1976).

Hardjowigeno

dan

Widiatmaka

(2001),

mendefinisikan lahan sebagai suatu wilayah di permukaan bumi, mencakup semua
komponen biosfer yang dapat bersifat siklik yang berbeda di atas dan di bawah
wilayah tersebut termasuk atmosfir serta segala akibat yang ditimbulkan oleh
manusia di masa lalu dan sekarang yang semuanya berpengaruh terhadap
penggunaan lahan oleh manusia pada saat sekarang dan di masa yang akan datang.
Kemampuan lahan (land capability) dan kesesuaian lahan (land suitability),
merupakan dua istilah yang berbeda. Kesesuaian lahan merupakan kecocokan
(adaptability) suatu lahan untuk penggunaan tertentu. Kesesuaian lahan tersebut
dapat dinilai untuk kondisi saat ini atau setelah diadakan perbaikan (improvement).
Kesesuaian lahan ditinjau dari sifat-sifat fisik lingkungannya, terdiri dari iklim,
tanah, topografi, hidrologi dan atau drainase sesuai untuk status usaha tani atau
komoditas tertentu yang produktif (Djaenudin et al., 2003). Kemampuan lahan
diartikan sebagai kapasitas suatu lahan untuk berproduksi. Jadi semakin banyak jenis
tanaman yang dapat dikembangkan atau diusahakan di suatu wilayah maka
kemarnpuan lahan tersebut semakin tinggi, sedangkan kesesuaian lahan adalah
kecocokan dari sebidang lahan untuk tipe penggunaan tertentu (land utilization type)
sehingga dalam penggunaan lahan, aspek manajemen juga harm dipertimbangkan.
Wilayah Sawahlunto/Sijunjung yang beragam merupakan salah satu potensi
yang hams dimanfaatkan dalam usaha pengembangan pertanian yang bemawasan
agribisnis. Pengembangan pembangunan wilayah Kabupaten Sawahlunto/Sijunjung

dengan berbasis pada sektor pertanian yang berkelanjutan (Bappeda, 2006)
menjadikan unsur efisiensi sumberdaya pertanian merupakan komponen utama yang
harus diperhatikan. Pendekatan komoditas (commodiw approach) adalah salah satu
langkah yang dapat dilakukan dalam efisiensi sumberdaya. Pendekatan komoditas
menggunakan konsep pewilayahan komoditas unggulan sehingga akan didapatkan
produk pertanian yang memiliki potensial produktivitas dan mutu tinggi
(komparatif). Pengembangan komoditas unggulan harus didasarkan atas kesesuaian
komoditas terhadap lingkungan yang ada, sehingga dalam pengembangan komoditas
unggulan faktor kesesuaian lahan hams menjadi pertimbangan penting.
Pengembangan manggis pada kondisi lahan yang tidak sesuai, disamping
tingkat produktivitasnya tidak optimal, juga memerlukan input tinggi serta beresiko
tinggi tingkat kegagalannya. Tingkat mutu hasil yang prima akan mampu terpenuhi
apabila diusahakan pada lahan-lahan yang sesuai agroekologinya dan mendapatkan
penanganan panen, pasca panen dan proses distribusi sampai ke tangan konsumen
dengan tepat. Komoditas yang diusahakan pada lingkungan yang sesuai akan
memperagakan tingkat kemampuan genetik yang maksimal, baik dari segi kuantitas
maupun kualitasnya. Oleh karena itu penataan potensi lahan yang sesuai untuk
manggis yang didasarkan pada kondisi agroekologi, merupakan langkah awal yang
dapat membantu dalam program penyusunan pembangunan pertanian wilayah yang
berkelanjutan.
Menurut Haberl et al. (2004) berkelanjutan adalah usaha untuk memelihara
proses perubahan fisik antara masyarakat dan alam lingkungannya, sementara di
waktu sama terjadi peningkatan kemakmuran ekonomi dan kualitas sosial. Dalam
pengembangan manggis, makna berkelanjutan adalah sebuah dasar dari pelaksanaan
pengembangan itu sendiri. Untuk it11 langkah awal guna mewujudkan ha1 tersebut
adalah dilakukannya evaluasi kesesuaian lahan untuk menggis baik secara fisik,
ekonomi dan sosial. Hasil analisa dan evaluasi disusun dalam format GIs (Geografic
Information System) dalam bentuk peta arahan kesesuaian lahan untuk manggis.
Evaluasi kesesuaian lahan merupakan bagian dari proses perencanaan tata
guna tanah yang membandingkan persyaratan yang diminta untuk pengunaan lahan
yang akan diterapkan dengan sifat-sifat atau kualitas lahan yang dimiliki oleh lahan
yang akan digunakan. Inti prosedur evaluasi kesesuaian lahan adalah

dengan

menentukan jenis penggunaan atau jenis komoditas

yang akan diusahakan,

kemudian menentukan persyaratan dan pembatas pertumbuhanfpenggunaannya,
terakhir membandingkan (matching) antara

persyaratan penggunaan lahan

(pertumbuhan tanaman) tersebut dengan kualitas lahan secara fisik.

Klasifikasi

kelas kesesuaian lahan yang biasa digunakan adalah klasifikasi menurut metode

FA0 (1976).

Metode ini digunakan untuk mengklasifikasikan kelas kesesuaian

lahan berdasarkan data kuantitatif dan kualitatif, tergantung data yang tersedia
(Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2001).
Struktur klasifikasi kesesuaian lahan menurut kerangka F A 0 (1976)
dibedakan menurut tingkatannya yaitu:
(1) Ordo, keadaan kesesuaian lahan secara umum. Pada tingkat ordo, kesesuaian
lahan dibedakan antara lahan yang tergolong sesuai (S) dan lahan yang tergolong
tidak sesuai (N).
(2) Kelas, adalah keadaan tingkat kesesuaian suatu lahan dalam sebuah ordo, dimana
pada tingkat kelas lahan yang tergolong ordo sesuai (S) dibedakan ke dalam tiga
kelas, yaitu sangat sesuai (SI), cukup sesuai (S2), dan sesuai marginal (S3).
Sedangkan lahan yang tergolong ordo tidak sesuai (N) dibedakan ke dalam 2
kelas yaitu tidak sesuai saat ini (Nl) dan tidak sesuai untuk selamanya (N2).
(3) Strbkelas, adalah tingkat dalam kelas kesesuaian lahan. Kelas kesesuaian lahan

dibedakan menjadi subkelas berdasarkan karakteristik lahan yang menjadi faktor
pembatas atau macam perbaikan yang harus dijalankan. Dalam satu subkelas,
faktor pembatas yang dimiliki maksimum tiga, dengan faktor pembatas terberat
dituliskan pada urutan pertama. Kemungkinan kelas kesesuaian lahan yang
dihasilkan

ini

bisa

diperbaiki

dan

ditingkatkan

kelasnya

sesuai

masukanlperbaikan yang dilakukan.
(4) Unit, adalah tingkat dalam subkelas kesesuaian lahan yang didasarkan pada

aspek tambahan dari pengelolan yang harus dilakukan. Semua unit yang berada
dalam satu subkelas mempunyai tingkatan yang sama dalam kelas. Unit yang
satu berbeda dari unit yang lainnya dalam sifat-sifat atau aspek tambahan dari
pengelolaan yang diperlukan dan sering merupakan pembedaan tingkat detil dari
faktor pembatasnya. Dengan diketahuinya pembatas tingkat unit tersebut
memudahkan penafsiran secara detil dalam perencanaan usaha tani.

Dalam kerangka kerja evaluasi lahan oleh FA0 (1976), pendekatan dalam
evaluasi lahan dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu pendekatan dua tahap (fwo stage
approach) dan pendekatan paralel barare1 approach). Pendekatan dengan dua
tahap adalah melalui proses evaluasi yang dilakukan secara bertahap, pertama adalah
evaluasi secara fisik lahan dan kedua adalah evaluasi secara ekonomi. Pendekatan
ini biasanya untuk inventarisasi sumberdaya lahan secara makro dan studi potensi
produksi. Pendekatan paralel adalah kegiatan evaluasi lahan secara fisik dan
ekonomi dilakukan bersamaan (paralel) atau pendekatan ini merekomendasikan
analisis sosial ekonomi terhadap jenis penggunaan lahan dilakukan secara
bersamaan dengan analisa faktor-faktor fisik dan lingkungan lahan tersebut.
Pendekatan paralel memberikan hasil yang lebih cepat dan tepat sehingga lebih
menguntungkan untuk suatu acuan yang spesifik dalam kaitannya dengan proyek
pengembangan lahan pada tingkat semi detil dan detil.
Konsep Penginderaan Jauh
Penginderaan jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang
suatu obyek, daerah atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh dengan
suatu alat tanpa kontak langsung dengan obyek, daerah atau fenomena yang dikaji
(Lillesand and Kiefer, 1990). Alat yang digunakan adalah alat pengindera atau
sensor yang berupa pesawat terbang, satelit, pesawat ulang-alik atau wahana lain.
Kegiatan penginderaan jauh

terbagi menjadi dua kegiatan utama, yaitu

pengumpulan data dan analisis data, dengan demikian pembicaraan penginderaan
jauh tidak dapat lepas dari alat pengumpul data dan alat analisis data agar
menghasilkan informasi yang bermanfaat. Pengumpulan data dari jarak jauh dapat
dilakukan dengan berbagai bentuk, termasuk variasi agihan daya, agihan gelombang
bunyi atau agihan energi elektromagnetik.

Tabel 1 Kriteria kesesuaian lahan untuk tanaman manggis (Garcinia mangostana, L)
Persyaratan Penggunaad
Karakteristik Lahan
Temperatur (tc)
Temperatur rerata (O C)

20-23

Ketersediaan air (wa)
Curah hujan (mm)

1250 - 1750

Ketersediaan Oksigen (oa)
Drainase

Baik, sedang

Media Perakaran (rc)
-Tekstur

- bahan kasar (%)

- Kedalaman Tanah (cm)

Kelas kesesuaian lahan
S2
S3

SI

23 - 30
18 - 20

30 -40
15 - 18

1750-2000
1000- 1250

2000-2500
750-1000
Terhambat
Agak terhambat agak cepat

Halus,agak halus Sedang
I00
75-100

Agak kasar

N
>40
>15
>2500
>750
Sangat
terhambat
cepat
Kasar

Gambut

- Ketebalan ( cm)

- + dengan sisipanlpengkayaan
- Kematangan

c 60
200
140-200
200-400
MOO
saprik,hemik+ Hemik, fibrik+ fibrik

Retensi hara (nr)
-KTK Liat (me1100 gr)
-Kejenuhan basa (%)
-pH H,O

>I6
>35
5,O - 6,O

- C Organik

>1,2

5 16
20-35
4,5-5,0
6.0-7.0
0.8-1.2

Toksisitas (xc)
Salinitas (dslm)

I25

100- 125

60 -100

F3

Penyiapan lahan (Ip)
-Batuan di permukaan (%)
-Singkapan Batuan ('36)

25

Sumber : Djaenudin el a/.,2003

-

6

Citra Landsat adalah salah satu contoh bentuk data hasil perekaman
penginderaan jauh dalam bentuk agihan energi elektromagnetik. Citra landsat biasa
digunakan untuk mengetahui kondisi sumberdaya alam di muka bumi, khususnya
untuk melihat tutupan lahan dan jenis penggunaan lahan. Obyek-obyek di
permukaan bumi mempunyai karakteristik yang berbeda terhadap tenaga
elektromagnetik yang sampai pada obyek tersebut.
Prinsip dasar pengenalan objek dalain penginderaan jauh adalah unsur-unsur
interpretasi yaitu ronalwarna, bentuk, ukuran, tekstur, pola, bayangan, situs dan
asosisi. Tetapi tidak semua unsur interpretasi tersebut digunakan untuk pengenalan
obyek, tergantung kepada kemudahan interpretasi. Semakin mudah obyek itu
dikenali, semakin sedikit unsur interpretasi yang digunakan. Penginderaan jauh akan
semakin sederhana, bila setiap benda memantulkan dantatau memancarkan tenaga
secara unik diketahui. Jenis benda yang berbeda dapat merniliki kesamaan spektral
dan mempersulit pembedaan benda tersebut.
Kunci keberhasilan terapan suatu sistem penginderaan jauh terletak pada
manusia (kelompok manusia) yang menggunakan data penginderaanjauh. Data yang
dihasilkan dengan sistem penginderaan jauh hanya akan menjadi informasi bila
seseorang memahami asal-usulnya, mengerti bagaimana meenginterpretasinya dan
memahami bagaimana cara menggunakannya secara tepat (Lillesand and Kiefer,
1990). Hasil interpretasi data penginderaan jauh sangat tergantung pada keluasan
dan kedalaman pengetahuan dari interpreter (Munibah, 1992).
Pengembangan Wilayah

Wilayah dalam pengertian ruang mengandung makna: pertama, bio-physical
space yaitu tempat dimana struktur sumberdaya biofisik berada; kedua, socio
econornic space yaitu tempat dimana interaksi aktivitas sosial ekonomi; dan ketiga,
policy space yaitu tempat dimana kebijaksanaan diberlakukan untuk memanfaatkan

sumber daya biofisik yang sesuai dengan kondisi sosial ekonomi. Di antara ketiga
variabel tersebut, hanya variabel kebijaksanaan yang bersifat fleksihel dalam arti
,

,

dapat dihuat mengikuti kedua variabel lainnya untuk rnencapai tingkat int&rAk$l

yang harmonis dari ketiga ruang (space) tersebut untuk membentuk suatu wilayah
yang unik dan berbeda dengan wilayah lainnya.
Penerapan

kata

"wilayah"

dalam

konteks pertanian

menunjukkan

kehomogenan wilayah. Konsep wilayah homogen didasarkan pada pendapat bahwa
wilayah-wilayah geografik dapat dikaitkan bersama-sama menjadi suatu wilayah
tunggal apabila wilayah tersebut mempunyai ciri-ciri yang seragam. Ciri-ciri
tersebut dapat bersifat ekonomi (stmktur produksi maupun konsumsinya serupa);
bersifat geografik (iklimnya sempa) bahkan juga ada yang bersifat sosial politik
(Syafa'at et al., 1993).
Wilayah homogen dibatasi berdasarkan kesempaannya secara internal.
Setiap pembahan yang terjadi secara internal di wilayah homogen tersebut, misalnya
adanya program pengembangan agribisnsis akan mempengaruhi sekumh bagian
wilayah dengan cara yang sama. Apa yang berlaku untuk satu bagian wilayah akan
berlaku pula untuk bagian wilayah lainnya. Konteks konsep teori pengembangan
wilayah pertanian berbasis agribisnis dapat dipandang sebagai suatu wilayah
homogen yang memperlihatkan satu tingkat koherensi dalam kesatuan keputusankeputusan ekonomi, yang dapat dikembangkan bersama-sama dengan wilayah
pertanian lainnya dalam kawasan tersebut melalui pengembangan agribisnis.
Menurut Rustiadi et al. (2004), pembangunan secara sederhana dapat
ditafsirkan sebagai upaya untuk melakukan perubahan sosial yang dilakukan secara
sadar, terencana dan berkelanjutan dengan tujuan demi eksistensi dan peningkatan
mutu kehidupan masyarakat. Oleh karena tujuan pembangunan adslah menjaga
kelangsungan eksistensi masyarakat, maka tujuan pembangunan itu sendiri hams
memuat 3 (tiga) ha1 yaitu : (1) perhimbuhan (growth), (2) keberlanjutan
(sustainable) dan (3) pemerataan (equity). Perlu ditekankan bahwa pembangunan
(development) mempunyai pengertian yang berbeda dengan pertumbuhan (growth).
Pembangunan lebih menunjukkan pada peningkatan in well being, sedangkan
pertumbuhan mengacu pada perubahan otctput secara fisik. Tidak mungkin dapat
melakukan pemerataan tanpa adanya pertumbuhan, dan tidak mungkin pula mampu
mempertahankan keberlanjutan pembangunan tanpa adanya pemerataan.

Pembangunan pertanian berkelanjutan tidak terlepas dari pengembangan
ekonomi secara umum.

Menurut

Stringer and Phingali (2004), bahwa

pengembangan ekonomi secara umum dan ekonomi pertanian pada intinya adalah
berfokus pada bagaimana pertanian dapat memberikan kontribusi terbaik pada
pertumbuhan yang menyeluruh. Kontribusi tersebut antara lain: penyerapan tenaga
kerja, mampu mencukupi kebutuhan pangan penduduk yang memiliki pendapatan
memadai, mampu menyediakan tabungan untuk investasi selanjutnya, terjadi
perluasan pasar, mampu tneningkatkan ekspor dan produksi pertanian yang mampu
memproduksi material primer sebagai bahan dasar industri pertanian. Oleh karena
itu dalam pembangunan pertanian harus terjadi pertumbuhan, berkeianjutan dan
pemerataan untuk memperoleh kontribusi dari pembangunan pertanian yang
dilaksanakan.
Perdagangan Manggis
Buah manggis yang sering disebut oleh konsumen dunia sebagai "Queen of
Tropical Fruit" merupakan buah kebanggan Indonesia, yang merupakan buah

unggulan ekspor selain nenas, pisang, belimbing, alpukat , duku dan durian. Pada
tahun 2003, ekspor manggis pada posisi 928,613 ton atau terbesar pertama, yang
diikuti oleh durian, pisang dan duku. Tabun 2004 mengalami penurunan volume
ekspor manggis, yaitu pada angka 800,975 ton. Namun demikian, volume ini masih
menduduki posisi pertama ekspor buah segar Indonesia. Tahun 2005 kembali
meningkat pada angka 937,930 ton, yang diikuti oleh durian (712,693 ton). Volume
eksport buah unggulan Indonesia dari tahun 2001-2005 disajikan dalam Tabel 2
berikut ini:
Tabel 2 Volume ekspor buah segar Indonesia tahun 2001-2005 (ton)
Tabun

Manggis

Alpukat

Bclimbing

Duku

Pisang

Nenas

Durian

200 1

681,255

141,703

53,157

113,071

137,598

73,061

415,079

2002

768,015

238,182

56,753

208,350

162,120

97,296

537,186

2003

928,613

255,959

67,261

233,086

239,107

115,209

694,654

2004

800,975

221,774

78,117

146,067

210,320

1 17,576

710,795

2005

937,930

22,577

65,967

163,389

178,576

110,704

712,693

Sumber : PPHP, 2007.

Propinsi Sumatera Barat pada tahun 2004 memasok 1.432 ton atau 47% ekspor
manggis nasional dan tahun 2005 mengalami peningkatan volume yaitu menjadi
1.466 ton tetapi menurun prosentasenya dari total ekspor manggis nasional yaitu
hanya 24,4%. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 3 berikut:
Tabel 3 Keragaan eksport manggis Propinsi Sumatera Barat
Tahun

Luas

Produksi

Volume ekspor Volume ekspor

Prosentase dari

Panen (ha)

(ton)

Propinsi (ton)

nasional (ton)

ekspor nasional (Yo)

2001

83 1

8.280

1.076

4.869

22,lO

2002

833

8.072

1.049

6.512

16,12

2003

1.144

8.358

1.086

9.305

11,68

2004

1.595

11.021

1.432

3.045

47,05

2005

1.524

11.279

1.466

6.012

24,40

Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Propinsi Sumatera Barat, diolah 2007.

Kabupaten SawahluntoISijunjung sendiri memberikan kontribusi yang cukup
besar. Hal ini disajikan pada Tabel 4 sebagai berikut :
Tabel 4 Keragaan eksport manggis Kabupaten SawahluntoISijunjung
Tahun

Luas

Produksi

Volume ekspor

Prosentase dari

Prosentase dari ekspor

Panen (ha)

(ton)

Kabupaten (ton)

ekspor propinsi (%)

nasional (%)

2002

86

1.241

125

11,90

1.90

2003

83

848

80

7,40

0,80

2004

182

2.602

338

23,60

11,IO

2005

188

4.881

634

43,28

10,60

Sumber : Dinas Pertaoian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten SawahluntoISijunjung diolah
2007

Tahun 2006 produksi manggis di Kabupaten Sawahlunto/Sijunjung mengalami
peningkatan jumlah produksi yang sangat signifikan, yaitu mencapai angka
12.379,82 ton. Kabupaten SawahluntoISijunjungadalah kabupaten terbesar pemasok
manggis di Sumatera Barat, sebagaimana tabel 5 berikut:

Tabel 5 Produksi manggis di Propinsi Surnatera Barat (ton)
Kabupaten

Tahun

Jumlah

2002

2003

2004

396

1.417

2.568

2.459

6.840

1.914

2.116

2.285

3.000

9.315

Pariaman

120

795

1.000

1.096

3.01 1

Pesisir Selatan

566

655

944

809

2.974

Agam
50 Kota

2005

Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Propinsi Sumatera Barat, diolah 2007.

Berikut

grafik

perbandingan

volume

ekspor

manggis

Kabupaten

SawahluntoISijunjung dengan ekspor manggis Propinsi Sumatera Barat dan ekspor
manggis Indonesia di tingkat internasional tahun 2001 sampai dengan 2005 yang
menunjukkan peningkatan.

I

1

Perbandingan Ekspor Manggis
..

i

.

ekspor hdonesia (ton)

Ton

/ I/

I

OVOI ekspoi Sunetera Barat/

--Sawahluntorjwnjmg(10")
2W1

2002

2W3

2W4

2W5

Tahun

Gambar 1 Grafik volume ekspor manggis Kabupaten Sawahluntol Sijunjung
terhadap ekspor manggis nasional.
Indonesia termasuk negara tropis pemasok manggis di pasar dunia, yang
ditunjukkan dengan adanya peningkatan neraca perdagangan tahun 1999 s.d 2004
untuk komoditi ini, walau terjadi penurunan yang cukup banyak di tahun 2004 dan
kembali meningkat di tahun 2005. Berikut neraca perdagangan manggis Indonesia
tahun 1999-2004 :

Tabel 6 Neraca perdagangan komoditi manggis nasional tahun 1999 - 2004 (ton)
1999

Volume (ton)
. ,
Ekspor

Neraca
Nilai (US%)
Ekspor

2000

2001

2002

2003

2004

4.743

7.182

4.868

6.512

9.304

3.045

4.743

7.182

4.867

6.511

9.304

3.045

3.887.816

5.885.038

3.953.234

6.956.915

Neraca
3.887.580 5.885.038 3.952.628 6.