Strategi pengembangan sektor pertanian di Kabupaten Banjarnegara (pendekatan tipologi klassen)

STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN B ANJ ARNEGARA

(PENDEKA TAN TIPOLOGI KLASSEN)

SKRIPSI

Untuk meme nuhi se bagian persyaratan guna me mpe role h derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian

Univ ersitas Se belas Mare t

J urusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pe rtanian/Agrobisnis

Ole h : DINA MASELI JULIANTI

H 030 60 10

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2010

STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PERTANIAN DI KAB UPATEN B ANJARNEGARA (PENDEK ATAN TIPOLOGI KLASSEN)

yang dipe rsiapkan dan disusun o le h DINA MASELI JULIANTI

H 030 60 10

telah dipe rtahankan di de pan De wan Pe nguji pada tanggal : ………………………………

Dan dinyatakan te lah me menuhi s yarat

Susunan Dewan Penguji

Ke tua

Angg ota I

Angg ota II

Dr,Ir. Suprapti Supardi, MP, Nuning Se tyowati, SP.,M.Sc. Dr.Ir. Darsono, M.Si. NIP. 19 480808 1 97 61 2 2 00 1 NIP. 1 9820325 2005 01 2 0 01 NIP. 1 96 60611 199103 1 002

Surakarta, Juli 201 0

Menge tahui, Univ ersitas Se belas Mare t Fakultas Pertanian De k an

Pro f. Dr. Ir. H. Suntoro, M.S. NIP. 195 51 217 19 820 3 1 0 03

ii

KATA PEN GANTAR

Alhamdulillah penulis panjatkan dengan sesungguh-sungguhnya. Oleh karena pertolongan-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Strategi Pembangunan Sektor Pertanian di Kabupaten Banjarnegara (Pendekatan Tipologi Klassen”.

Penulis menyadari, selama penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin

mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak P rof. Dr. Ir. Suntoro, M.S. selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bapak Ir. Agustono, M.S. selaku Ketua Jurusan Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya H, MP selaku Sekretaris Jurusan sekaligus sebagai Ketua

Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis.

Komisi

Sarjana

Jurusan/P rogram

4. Ibu Dr. Ir. Suprapti Supardi, MP. selaku Dosen Pembimbing Utama dan Pembimbing Akademik yang telah begitu sabar memberikan bimbingan, arahan, nasihat dan masukan yang sangat berharga bagi penulis.

5. Ibu Nuning Setyowati, SP., M.Sc. selaku Dosen Pembimbing P endamping yang telah memberikan bimbingan dan masukan yang berharga dalam penulisan skripsi ini.

6. Bapak Dr. Ir. Darsono, M.Si. selaku Dosen Penguji yang telah memberikan banyak masukan dan saran dalam penyempurnaan skripsi ini.

7. Seluruh Dosen Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan yang bermanfaat bagi penulis.

8. Seluruh Karyawan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan bantuan

9. Kepala Kesbangpolinmas, Kepala Badan P usat Statistik, Kepala BAPP EDA, Kepala Dinas Pertanian, Perikanan dan Peternakan, Kepala Dinas Kehutanan

iii iii

10. Kedua orang tuaku tercinta Bapak Basuki, A.md., Ibu Salamah, dan kedua adeku tercinta Bagas Krisna Setyadi, Akhita Trias Fitriani. Terima kasih atas segala kasih sayang, doa, dukungan baik moril maupun spirituil dan dorongan semangat yang telah dilimpahkan selama ini.

11. Keluarga Om Tursin Kristianto, P akdhe Slamet Hadi Sutrisno, dan P akdhe Supana. Terima kasih atas doa, dukungan, semangat yang telah diberikan.

12. Penyemangatku Kabul Setiawan Budi Santosa, terimakasih atas segala yang telah kau berikan. Segalanya menjadi lebih berarti.

13. Sahabatku tersayang di ”Franida Community” dan sahabat seperjuangan ”BebCraz” Novita Rihi Amalia, Galih Citra Loano Putri, SP., Rahmawati Sauma Wulansari, SP., Erna Oktavianingsih, SP., Dyah Damar Utami, Endang Wiwin, SP., dan Tri Supiyanti. Terima kasih atas segalanya, canda tawa dan kebersamaan kita akan selalu ku rindukan. Kalian adalah keluargaku, bagian dari perjalanan hidupku. Tetap semangat!!!

14. Teman-teman Agrobisnis 2006 ”Zero Six”.Terima kasih, bersama kalian aku dapatkan banyak kenangan yang indah.

15. Semua pihak yang telah membantu kelancaran penulis dalam penelitian mau- pun penyusunan skripsi yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu.

Penulis telah berusaha sebaik mungkin dalam penyusunan skripsi ini. Namun demikian, dengan kerendahan hati penulis sadari adanya keterbatasan

kemampuan yang dimiliki, sehingga apabila masih banyak kesalahan dalam penyajiannya, penulis mengharapkan kritik dan saran untuk membenahinya.

Semoga skripsi ini bermanfaat.

Surakarta, Juli 2010

P enulis

iv

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1. Alur Kerangka Pemikiran dalam Penentuan Strategi Pengembangan Sektor Pertanian di Kabupaten Banjarnegara ........... 25

2. Diagram Kontribusi Prosentase PDRB Kabupaten Banjarnegara

Menurut Lapangan Usaha Tahun 2008 ADHK 2000 ........................ 46

3. Diagram Laju Pertumbuhan Rata-rata Sektor Perekonomian di Kabupaten Banjarnegara, 2004-2008 .............................................. 59

4. Diagram Laju Pertumbuhan Rata-rata Sektor Pertanian di Kabupaten Banjarnegara, 2004-2008 ............................................. 61

5. Diagram P roduksi Komoditi Tanaman P erkebunan di Kabupaten Banjarnegara, 2003-2008 ............................................. 62

6. Diagram P opulasi Ternak di Kabupaten Banjarnegara, 2004-2008 ........................................................................................... 63

7. Diagram Luas Areal Hutan menurut Fungsinya di Kabupaten Banjarnegara, 2005-2008 ............................................. 64

8. Diagram P roduksi Komoditi Tanaman Bahan Makanan di Kabupaten Banjarnegara, 2003-2008 ............................................. 67

ix

RINGKASAN

Dina Maseli Julianti, H0306010. 2010. Strategi Pen gembangan Sek tor Pertanian di Kabupaten Banjarnegara (Pendek atan Tipologi Klassen). Fakultas Pertanian

Dibaw ah bimbingan Dr. Ir. Hj. Suprapti Supardi, MP. dan Nuning Setyowati, SP ., M.Sc. Sektor pertanian merupakan sektor yang dapat diharapkan dalam usaha meningkatkan pendapatan daerah Kabupaten Banjarnegara sekaligus sebagai penggerak perkembangan sektor lainnya sehingga kesejahteraan penduduk dapat terwujud. Pembangunan pertanian yang berkelanjutan memerlukan strategi pengembangan, baik strategi pengembangan dalam jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang. Untuk itu perlu adanya kajian lebih mendalam mengenai strategi pengembangan yang tepat dalam pembangunan sektor pertanian di Kabupaten Banjarnegara.

mengidentifikasi klasifikasi sektor perekonomian dan subsektor pertanian di Kabupaten Banjarnegara berdasarkan Tipologi Klassen serta menganalisis strategi pengembangan sektor perekonomian dan pertanian baik jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang.

Penelitian ini

bertujuan

untuk

Metode dasar penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik. Daerah penelitian diambil secara sengaja, yaitu Kabupaten Banjarnegara. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari BPS ; BAP PEDA; Dinas Pertanian, Perikanan dan Peternakan; serta Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Banjarnegara. Data yang digunakan berupa PDRB P rovinsi Jawa

Tengah ADHK 2000 tahun 2004-2008, P DRB Kabupaten Banjarnegara tahun 2008; RP JMD Kabupaten Banjarnegara; LKPJ Dinas Pertanian, P erikanan dan Peternakan Kabupaten Banjarnegara tahun 2008; LKP J Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Banjarnegara tahun 2008; dan data Banjarnegara Dalam Angka 2008.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Klasifikasi sektor perekonomian di Kabupaten Banjarnegara berdasarkan Tipologi Klassen terdiri dari tiga sektor yaitu sektor prima yang terdiri dari sektor jasa-jasa; sektor bank dan lembaga keuangan lainnya; dan sektor angkutan. Sektor potensial terdiri dari sektor pertanian; sektor industri; sektor perdagangan; dan sektor bangunan. Sedangkan sektor berkembang terdiri dari sektor pertambangan dan penggalian serta sektor listrik, gas, dan air bersih. Klasifikasi subsektor pertanian di Kabupaten Banjarnegara berdasarkan Tipologi Klassen terdiri dari empat subsektor yaitu subsektor prima yaitu subsektor peternakan. Subsektor potensial terdiri dari subsektor tanaman bahan makanan dan subsektor tanaman perkebunan. Subsektor berkembang yaitu subsektor kehutanan. Sedangkan subsektor terbelakang yaitu subsektor perikanan. Strategi pengembangan sektor perekonomian di Kabupaten Banjarnegara terdiri dari strategi jangka pendek yang bertujuan untuk mempertahankan sektor prima tetap menjadi sektor prima, yaitu tetap mempertahankan laju pertumbuhannya yang cepat dan besarnya kontribusi dari sektor prima. Strategi pengembangannya yaitu dengan cara peningkatan pelayanan kesehatan pada sektor jasa; peningkatan kerjasama bank, koperasi dan LKM (Lembaga Keuangan Mikro); dan peningkatan sarana dan

prasarana angkutan. Strategi pengembangan jangka menengah terdiri dua macam alternatif strategi, yaitu strategi mengupayakan sektor potensial menjadi sektor prasarana angkutan. Strategi pengembangan jangka menengah terdiri dua macam alternatif strategi, yaitu strategi mengupayakan sektor potensial menjadi sektor

jaringan jalan dan fasilitasnya. Strategi pengembangan sektor pertanian di Kabupaten Banjarnegara terdiri dari st rategi jangka pendek yang direncanakan bertujuan untuk mempertahankan subsektor prima tetap menjadi subsektor prima, yaitu tetap mempertahankan laju pertumbuhannya yang cepat dan besarnya

kontribusi dari subsektor prima. Strategi pengembangannya yaitu dengan cara diversifikasi produk hasil peternakan (daging dan susu), stabilisasi harga hasil

peternakan, dan sistem gaduh ternak. Strategi pengembangan jangka menengah terdiri tiga macam alternatif strategi, yaitu alternatif strategi pertama yaitu dengan mengupayakan subsektor potensial menjadi subsektor prima, yaitu dengan meningkatkan laju pertumbuhan subsektor potensial, melalui upaya meningkatkan peran kelompok tani, pengembangan pertanian pada lahan kritis, promosi atas

hasil produksi pertanian unggul daerah, pelibatan pihak swasta sebagai mitra petani, dan peningkatan kualitas SDM petani. Alternatif strategi kedua yaitu dengan mengupayakan subsektor berkembang menjadi subsektor potensial,

dengan meningkatkan

berkembang melalui upaya pengembangan hasil hutan non kayu, pelestarian hutan untuk menjaga ketersediaan air dan untuk mencegah erosi, sedangkan alternatif strategi ketiga yaitu mengupayakan subsektor terbelakang menjadi subsektor berkembang, yaitu dengan meningkatkan laju pertumbuhan subsektor terbelakang melalui upaya peningkatan kualitas SDM petani, pengembangan bibit ikan unggul, dan

kontribusi

subsektor

peningkatan daya beli masyarakat. Strategi pengembangan jangka panjang terdiri dua macam alternatif strategi, yaitu strategi mengupayakan subsektor terbelakang

menjadi subsektor berkembang, yaitu melalui upaya kerjasama dengan pihak swasta untuk meningkatkan penjualan dan memfasilitasi peningkatan akses petani terhadap sumber permodalan dan strategi mengupayakan subsektor prima tetap menjadi subsektor prima, yaitu melalui upaya inseminasi buatan pada ternak, penelitian dan pengolahan gizi dan pakan ternak, dan pemanfaatan kotoran dan urine ternak sebagai pupuk organik dan biogas.

xi

SUMMARY

Dina Maseli Julian ti, H030 60 10 . 20 10. Development Stra tegy of Agricultural Sector in Ba njarnega ra Reg ency (Klassen Typ ology Approach). Agricu ltu re Facu lty, S eb elas Ma ret University. Und er th e g uid ance Dr. Ir. H. Sup ra pti su pa rd i, MP. da n Nu ning S etyowati S P, M.S c

Agricultu ra l sector is a sector that ca n ho ped in effort to g ro wing inco me of Ban jarnegara Reg en cy and as to move growing the other secto r too , and so th at welfare the people can reach. Going co ncern develop men t o f a griculture requ ires expan sio n stra teg y, eith er in expa nsion strategy in sho rt term, in termediate term an d a lso lon g term. For the p urpo se n eeds existen ce o f circu mstantially study a bo ut a pp ro priate expan sion stra teg y in develop men t o f agricu ltu ra l sector in Ban jarnegara Regency.

This research aims to id en tifica tio n cla ssification o f economics secto r a nd agricu ltu ra l sector in Banjarnegara Regency based o n Klassen Typ olo gy and to ana lys d evelo pmen t strategy o f econ omic sector an d ag ricultural sector either sh ort term, intermediate term and also lo ng -ran ge .

This research basic method used d escriptive a na litic method . Research area was ta k en in ten tionally (pu rp osive), tha t is Banjarnega ra Regency. Data type u sed wa s secon da ry d ata ob tained fro m Cen tra l Co mmittee o f S ta tistics (BPS) of Reg en cy o f Banja rn eg ara, Reg iona l Develop ment Plan ning Board Ban jarnegara Regency, Department o f Agriculture, Animal Husba ndry a nd Fish eries Ban jarnegara Reg en cy, a nd Depa rtement of forestry an d pla ntation

Ban jarnegara Reg en cy. Da ta a pp lied in the form o f Gross Regio na l Domestic Produ ct/Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) of Banjarnegara Regency a nd Provin ce of Centra l Java 2 004-2008 ADHK 2000, PDRB g rowth and d istrib ution in econo mics sector of Banja rn eg ara Regency 20 04 -2 00 8, Pla n of growth in termediate term of Ban jarnegara Regency, a nd d ata of Banjarnega ra in Numbers 20 08.

Research result go t was classification of econ omics sector in Ban jarnegara Reg en cy based on Kla ssen Typo logy is divid ed in to th ree sectors namely p rime secto r, a p otentia l sector, a nd d evelop e sector. Prime sectors th ere were tran sp ortatio n sector, b ank a nd institu tio n fin ancial sector, a nd service a nd services sector. Poten tial secto r there were a gricu ltura l secto r, ind ustry sector,

buildings sector, a nd commercia l sector. G ro wth secto r there were min ing a nd excava ting secto r, an d electricity, gas, and clea ning water sector. Cla ssification of a gricu lture sector in Ban jarn eg ara Regency b ased o n Klassen Typ olog y is divided into four su b-secto rs n amely prime sub -sector, p oten tia l sub -sector, develo pe su b-secto r, an d u nderdeveloped su b-secto r. Prime sub -sectors th ere was farmin g sub -sector. Potentia l su bsectors there were food-stuff crop sub secto r a nd plan ta tio n su bsector. Growth sub sector th ere wa s forestry sub secto rs. And

und erd evelop ed su bsector there wa s fishery subsector. Development strategy of econ omic sector in Ban jarn eg ara Reg en cy con sisted o f sho rt term, in termediate term a nd a lso lon g-ran ge. The develop ment stra teg y in sh ort term con ta in the

strategy for k eeping the prime sector existen ce with in ma in taining its g rowth a nd its con tribu tio n. The stra tegy are increasing co -opera tion with the ba nk, k operasi,

xii xii

agricu ltu re first cla ss region , increasing farmer-priva te coo peration, a nd diversivication mark et. The seco nd a ltenative a re develo ping th e d eveloping sub -

sector beco me p otentia l sub sector within incresin g contribution b y d evelop ing yield forest no n-wo od, lasting the forest, and th e last a lternative are develop ing

th e un derd eveloped su b-secto r become d eveloping sub -sector by d evelop ing farmer qua lity, d eveloping seed of fish first cla ss, and improve society pu rchasing pow er. The develop men t strategy in lo ng term co ntains th e strategy for und erd evelop ed su b-sector become d evelope sub -sector by increasing farmer- private co operation for increasing the saler, and in creasin g the farmer acces from so urce ca pital, a nd the strategy fo r k eeping th e prime sub-sector existence within main ta in ing its growth and its con tribu tio n by prod uct insemin ation livesto ck , research an d way o f a cting the gizi a nd livesto ck ,exploitin g o rgan ic man ure a nd biog as a s livesto ck u rin e an d d irt.

xiii

xiv

STRATEGI PENG EMBANGA N SEKTO R PERTANIAN DI KABUPATEN BA NJARNEGARA (PENDEKATAN TIPO LO GI KLASSEN)

Dina Maseli Jul ianti 1 Dr. Ir. Hj. Suprapti Supardi, MP 2 and Nuning Setyowati , SP, MSc 3

AB STRACT

T his research aims to identification classification of economics sector and agricultural sub- sector in Banjarnegara Regency based on Klassen T ypology and to analys development strategy of econom ic sector and agricultural sector either short term, int erm ediate term and also long-range .

T his research basic m ethod used descript ive analitic met hod. Research area was taken purposive. Data type used was secondary data obtained from BPS, BAPPEDA, Depart ment of Agriculture, Anim al Husbandry and Fisheries Banjarnegara Regency, and Depart ement of forestry and plant ation in Banjarnegara Regency.

Research result got was classification of econom ics sector in Banjarnegara Regency based on Klassen T ypology are that included primer sector (service and services, bank and institution financial, and transportation), potent ial sector (agricultural, industry, buildings sector, and com mercial), growth sector (m ining and excavating, and electricity, gas, and cleaning water). Classification of agriculture sector in Banjarnegara Regency based on Klassen T ypology are that included prim er sub-sectors (farm ing), potential sub-sectors (food-stuff crop and plantat ion), growth sub-sector (forestry), and underdeveloped subsector (fishery). Development strat egy of econom ic sector in Banjarnegara Regency consisted of short term , the strat egy are increasing healthy service, increasing co-operation with the bank, koperasi, and institution of financial m icro, increase tool

transportation. T he development strategy in interm ediate term, by developing Sub T erminal Agrobisnis, prom otion product industry, increasing tools from comercial sector; and increasing the labourer m ine quality, and increasing readiness electric. T he development strategy in long term within increasing technology and enlarge the road and the facility. Development strategy of agriculture sector in Banjarnegara Regency consisted of short term by diversification product, price stabilizing by goverment , and livestock gaelic system. T he development strategy in interm ediate term by escalating the role of farmer group, developing of agriculture in critical land, promotion of yield from agriculture

first class region, increasing farmer-private cooperation, and diversivication m arket. T he second altenative by developing yield forest non-wood, lasting the forest, and the last are increasing farmer quality, developing seed of fish first class, and improve society purchasing power. T he development strategy in long term by increasing farm er-private cooperation for increasing the saler, and increasing the farmer acces from source capital; product insemination livestock, research and way of acting the gizi and livestock, exploiting organic manure and biogas as livestock urine and dirt.

Key word : Agricultural sector, Klassen Typologi, Developm ent Strategy, Banjarnegara Regency. Explanation

1. The departm ent/Program me Social Economic Agricultural/Agrobusiness Agriculture Faculty Sebelas Maret University H 0306010 2. Lecture of m ain guide 3. Lecture of beside guide

STRATEG I PENG EMBANGAN SEKTO R PERTANIAN DI KABU PATEN BA NJARNEGA RA

(PENDEKA TAN TIPOLO GI KLASSEN)

Dina Maseli Julianti 1

Dr. Ir. Hj. Suprapti Supardi, MP 2 dan Nuning Setyowati , SP, MSc 3

ABS TRAK

Penelitian ini bert ujuan mengident ifikasi klasifikasi sektor perekonomian dan subsekt or pert anian di Kabupaten Banjarnegara berdasarkan T ipologi Klassen serta m enganalisis strategi pengem bangan sektor perekonomian dan pert anian baik jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang.

Metode dasar penelitian ini menggunakan m etode deskript if analitik dan pengam bilan lokasi secara sengaja. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari BPS; BAPPEDA; Dinas Pertanian, Perikanan dan Peternakan ; serta Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Banjarnegara.

Hasil penelitian m enunjukkan Klasifikasi sektor perekonomian di Kabupaten Banjarnegara berdasarkan T ipologi Klassen terdiri dari sektor prim a (jasa-jasa; bank dan lembaga keuangan lainnya; dan angkutan), sektor potensial (pertanian; industri; perdagangan; dan bangunan), sekt or berkembang (pertam bangan dan penggalian serta listrik, gas, dan air bersih). Klasifikasi subsekt or pert anian di Kabupaten Banjarnegara terdiri dari subsektor prima (peternakan), subsekt or pot ensial (tanam an bahan makanan dan tanaman perkebunan), subsektor berkembang (kehutanan), subsekt or terbelakang (perikanan). Strategi pengem bangan sektor perekonomian di Kabupaten Banjarnegara terdiri dari strategi jangka pendek yaitu dengan peningkatan pelayanan kesehatan pada sektor jasa; peningkatan

kerjasama bank, koperasi dan LKM; dan peningkatan sarana dan prasarana angkutan. Strategi pengem bangan jangka menengah yaitu dengan pembangunan sub term inal agrobisnis, promosi produk industri, peningkatan sarana dan prasarana perdagangan; peningkatan kualiatas SDM pekerja tambang dan peningkatan pasokan listrik. Strategi jangka panjang yaitu dengan peningkatan teknologi sekt or

pert ambangan; perluasan jaringan jalan dan fasilitasnya. Strategi pengembangan sekt or pert anian di Kabupaten Banjarnegara terdiri dari strategi jangka pendek, terdiri dari upaya diversifikasi produk hasil peternakan, stabilisasi harga hasil peternakan, dan sistem gaduh ternak. Strategi jangka menengah melalui upaya peningkatkan peran kelompok tani, pengembangan pertanian pada lahan kritis, promosi hasil produksi pertanian unggul daerah, pelibatan pihak swasta sebagai mitra petani, dan peningkatan kualitas SDM petani; pengem bangan hasil hutan non kayu, pelestarian hutan unt uk menjaga ketersediaan air dan untuk mencegah erosi; peningkatan kualitas SDM petani, pengembangan

bibit ikan unggul, dan peningkatan daya beli m asyarakat. Strategi jangka panjang m elalui upaya kerjasama dengan pihak swasta; inseminasi buatan, penelitian dan pengolahan gizi dan pakan ternak, dan pemanfaatan kot oran dan urine t ernak sebagai pupuk organik dan biogas.

Kata kunci : Sektor Pertanian, Tipologi Klassen, Strategi Pengembangan, Kabupaten Banjarnegara Keterangan :

1. Mahasiswa Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta dengan NIM H0306010 2. Dosen Pembimbing Utam a 3. Dosen Pembimbing Pendamping

I. PENDAHULUAN

A. Latar B elakang

multidimensional yang meliputi perubahan pada berbagai aspek termasuk di dalamnya struktur sosial, sikap masyarakat, serta institusi nasional tanpa mengesampingkan tujuan awal yaitu pertumbuhan ekonomi, penanganan ketimpangan pendapatan serta perluasan kesempatan kerja (Widodo, 2006:4). Pembangunan yang dilakukan tidak hanya di tingkat pusat tetapi pembangunan dapat dilakukan dalam ruang lingkup yang lebih kecil, yaitu daerah, propinsi, kabupaten, kecamatan, dan desa. P embangunan yang dilakukan di wilayah yang lebih kecil akan memberikan hasil yang mampu mendukung pembangunan yang dilakukan di wilayah yang lebih besar.

Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional. Undang-Undang Republik Indonesia No. 32 Tahun 2004 tentang

pemerintahan daerah dan Undang-Undang No. 25 tentang sistem perencanaan pembangunan nasional, bahwa dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan

daerah disusun perencanaan pembangunan daerah sebagai satu kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan nasional. Pembangunan di tingkat daerah tidak lagi diawasi secara ketat dari pusat namun sudah diserahkan kepada daerah kabupaten/kota seluas-luasnya, hal ini biasa disebut dengan otonomi daerah. Adanya otonomi daerah ini suatu daerah dituntut untuk dapat menopang pemerintah daerah tingkat II yaitu kabupaten untuk menetapkan kebijakan ekonomi daerahnya dengan lebih mengandalkan pada potensi yang dimiliki sesuai dengan kondisi daerah baik kondisi sumber daya alam maupun kondisi sumber daya manusia dengan segala kelebihan dan kelemahannya (RPJMD Kabupaten Banjarnegara, 2007:7).

Kabupaten Banjarnegara merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang melaksanakan otonomi daerah, sehingga masyarakat dan pemerintah daerah Kabupaten Banjarnegara dapat mengurus daerahnya sendiri. P embangunan wilayah Kabupaten Banjarnegara ditopang oleh Kabupaten Banjarnegara merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang melaksanakan otonomi daerah, sehingga masyarakat dan pemerintah daerah Kabupaten Banjarnegara dapat mengurus daerahnya sendiri. P embangunan wilayah Kabupaten Banjarnegara ditopang oleh

perekonomian yang memberikan

Sektor pertanian

merupakan

sektor

pendapatan Kabupaten Banjarnegara. Besarnya kontribusi PDRB sektor perekonomian terhadap perekonomian Kabupaten Banjarnegara pada tahun 2004-2008 dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Kontribusi PDRB Sektor Perekonomian Kabupaten Banjarnegara Menurut Lapangan Usaha ADHK 2000, 2004-2008 (dalam persen)

2007 2008 rata Pertanian

37,73 37,29 38,12 Pertambangan & penggalian

14,16 13,99 14,35 Listrik, gas & air bersih

4,23 4,13 4,14 Bank & Lembaga keuangan

Sumber: BPS Kabupaten Banjarnegara, 2009 a

Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui nilai rata-rata kontribusi P DRB sektor perekonomian yaitu sektor pertanian sebesar 38,12%; sektor pertambangan dan penggalian sebesar 0,53% ; sektor industri sebesar14,35%; sektor listrik, gas dan air bersih sebesar 0,45% ; sektor bangunan sebesar

6,61%; sektor perdagangan sebesar 12,95%; sektor angkutan sebesar 4,14%; sektor bank dan lembaga keuangan lainnya sebesar 5,61%; dan sektor jasa-

jasa sebesar 17,24%. Besarnya kontribusi masing-masing sektor menunjukkan bahwa sektor pertanian mempunyai kontribusi PDRB yang paling besar dibanding dengan sektor yang lain. Hal ini menunjukkan bahwa sektor jasa sebesar 17,24%. Besarnya kontribusi masing-masing sektor menunjukkan bahwa sektor pertanian mempunyai kontribusi PDRB yang paling besar dibanding dengan sektor yang lain. Hal ini menunjukkan bahwa sektor

Peranan sektor perekonomian dalam pembangunan selain dilihat dari kontribusinya juga dapat dilihat dari laju pertumbuhannya. Laju pertumbuhan sektor perekonomian di Kabupaten Banjarnegara dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Laju P ertumbuhan Sektor Perekonomian Kabupaten Banjarnegara, 2004-2008 (dalam persen)

2007 2008 rata Pertanian

4,16 3,76 3,45 Pertambangan & penggalian

4,39 3,74 2,68 Listrik, gas & air bersih

5,11 2,57 5,71 Bank & Lembaga keuangan

9,48 6,07 5,82 lainnya Jasa-jasa

5,59 10,56 8,74 PD RB

Sumber: BPS Kabupaten Banjarnegara, 2009 a

Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui nilai rata-rata laju pertumbuhan sektor perekonomian Kabupaten Banjarnegara yaitu sektor pertanian sebesar 3,45%; sektor pertambangan dan penggalian sebesar 5,05%; sektor industri

sebesar 2,68%; sektor listrik, gas dan air bersih sebesar 6,24%; sektor bangunan sebesar 3,73%; sektor perdagangan sebesar 3,20%; sektor angkutan

sebesar 5,71%; sektor bank dan lembaga keuangan lainnya sebesar 5,82% ; dan sektor jasa-jasa sebesar 8,74%. Laju pertumbuhan sektor pertanian menempati urutan ketujuh dari laju pertumbuhan sektor perekonomian di Kabupaten Banjarnegara.

Berdasarkan kontribusi dan laju pertumbuhan sektor pertanian, maka perlu diperhatikan untuk dikembangkan lebih lanjut agar dapat menjaga eksistensi kontribusi dan laju pertumbuhan sektor pertanian, sehingga tetap memegang peranan penting dalam perekonomian daerah Kabupaten Banjarnegara. Upaya tersebut bisa dilakukan, salah satunya dengan menentukan strategi

pengembangan

sektor pertanian di Kabupaten

Banjarnegara. Berdasarkan

kontribusi dan laju pertumbuhan dari sektor pertanian maka dapat dilakukan penelitian dengan menggunakan Pendekatan Tipologi Klassen. Berdasarkan Pendekatan Tipologi Klassen, subsektor pada sektor pertanian diklasifikasikan menjadi subsektor prima, subsektor potensial, subsektor berkembang dan subsektor terbelakang yang selanjutnya dapat dibuat suatu strategi dalam perencanaan pembangunan perekonomian khususnya tentang strategi pembangunan pertanian, dengan didasarkan pada periode waktu, baik jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang.

indikator besarnya

B. Pe rumusan Masalah

Kabupaten Banjarnegara memiliki kondisi geografis yang dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu : Bagian utara : Terdiri dari daerah pegunungan relief bergelombang dan

curam Bagian tengah : Terdiri dari wilayah dengan relief datar Bagian selatan : Terdiri dari wilayah dengan relief curam.

Luas wilayah Kabupaten Banjarnegara adalah 106.970,997 Ha atau sekitar 3,29% dari luas wilayah P ropinsi Jawa Tengah (3,25 juta Ha). Luas tersebut terbagi atas lahan sawah sebesar 14.634 Ha (13,68% ) dan lahan bukan sawah sebesar 76.415 Ha (51,80% ) dari total Kabupaten Banjarnegara. Sedangkan lahan bukan pertanian sebesar 36.991 Ha (34,58%). Luas lahan pertanian yang lebih besar dibanding luas lahan bukan pertanian, menjadikan sektor pertanian sangat potensial untuk dikembangkan dan juga merupakan

sektor yang diprioritaskan di Kabupaten Banjarnegara. Hal ini terlihat selama kurun waktu 2004-2008 sektor pertanian merupakan penyumbang terbesar pada PDRB Kabupaten Banjarnegara sebesar 38,12% (Tabel 1, halaman 2). Kondisi geografis daerah yang sebagian besar adalah bergunung-gunung tidak menjadikan hambatan, sebaliknya justru memberi kontribusi positif pada pembangunan Kabupaten Banjarnegara.

Sektor pertanian merupakan sektor yang dapat diharapkan dalam usaha meningkatkan pendapatan daerah sekaligus sebagai penggerak perkembangan Sektor pertanian merupakan sektor yang dapat diharapkan dalam usaha meningkatkan pendapatan daerah sekaligus sebagai penggerak perkembangan

Tabel 3. Kontribusi P DRB Sektor Pertanian Kabupaten Banjarnegara Menurut Lapangan Usaha ADHK 2000, 2004-2008 (dalam persen)

2007 2008 rata Tanaman bahan makanan

32,56 32,26 32,92 Tanaman perkebunan

Sumber: BPS Kabupaten Banjarnegara, 2009 a

Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui nilai rata-rata kontribusi P DRB subsektor pertanian yaitu subsektor tanaman bahan makanan sebesar 32,92%, subsektor tanaman perkebunan sebesar 1,81%, subsektor peternakan sebesar 1,63%, subsektor kehutanan sebesar 0,84% dan subsektor perikanan sebesar

0,91%. Besarnya nilai rata-rata kontribusi masing-masing subsektor pertanian menunjukkan bahwa subsektor tanaman bahan makanan mempunyai nilai kontribusi PDRB terbesar dibanding dengan subsektor yang lain. Peranan sektor pertanian di Kabupaten Banjarnegara disamping dilihat dari kontribusi terhadap PDRB, dapat dilihat juga dari laju pertumbuhannya. Laju pertumbuhan sektor pertanian di Kabupaten Banjarnegara dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Laju Pertumbuhan Sektor P ertanian Kabupaten Banjarnegara, 2004-2008 (dalam persen) Subsektor

Tahun

Rata-

2007 2008 rata Tanaman bahan makanan

4,17 4,00 3,76 Tanaman perkebunan

-2,34 0,20 -3,08 Peternakan

6,67 -8,15 2,07 PD RB

Sumber: BPS Kabupaten Banjarnegara, 2009 a

Berdasarkan Tabel 4 diketahui bahwa selama periode tahun 2004-2008 laju pertumbuhan subsektor pertanian mengalami kondisi yang berfluktuatif, akan tetapi nilainya tetap positif. Namun untuk subsektor tanaman perkebunan pada tahun 2004 dan tahun 2007 serta subsektor perikanan pada tahun 2005

dan tahun 2008 mengalami pertumbuhan negatif, hal tersebut dikarenakan hasil produksi serta nilai produksi dari subsektor tersebut di Kabupaten

Banjarnegara mengalami penurunan. Rata-rata laju pertumbuhan subsektor pertanian pada tahun 2004-2008 yaitu subsektor tanaman bahan makanan sebesar 3,76%, subsektor tanaman perkebunan sebesar -3,08%, subsektor peternakan sebesar 5,29% , subsektor kehutanan sebesar 6,38%, dan subsektor perikanan sebesar 2,07%.

Sektor perekonomian dan subsektor pertanian di Kabupaten Banjarnegara tentunya tidak semuanya diprioritaskan untuk dikembangkan. Ada beberapa sektor tertentu yang mendapatkan prioritas utama untuk dikembangkan dan juga ada beberapa sektor yang kurang diprioritaskan untuk dikembangkan. Hal itu dapat ditentukan dengan melihat besarnya laju pertumbuhan dan kontribusi masing-masing sektor terhadap PDRB Kabupaten Banjarnegara. Setelah diketahui sektor-sektor yang diprioritaskan untuk dikembangkan, maka pengembangan sektor pertanian dan penetapan kebijakan pemerintah daerah Kabupaten Banjarnegara dalam pembangunan wilayah di masa mendatang dapat lebih baik dan terarah.

Perencanaan pengembangan ekonomi daerah pada sektor pertanian dapat dirumuskan dengan melihat besarnya laju pertumbuhan dan kontribusi

PDRB sektor perekonomian, kemudian dapat ditentukan klasifikasi dan strategi pengembangannya. Hal ini diupayakan untuk mempertahankan dan meningkatkan eksistensi kontribusi dan laju pertumbuhan sektor pertanian terhadap perekonomian daerah Kabupaten Banjarnegara.

Berdasarkan uraian di atas permasalahan penelitian dirumuskan :

1. Bagaimana klasifikasi sektor perekonomian di Kabupaten Banjarnegara berdasarkan Tipologi Klassen?

2. Bagaimana strategi pengembangan sektor perekonomian di Kabupaten Banjarnegara?

3. Bagaimana klasifikasi subsektor pertanian di Kabupaten Banjarnegara berdasarkan Tipologi Klassen?

4. Bagaimana strategi pengembangan sektor pertanian di Kabupaten Banjarnegara?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

perekonomian di Kabupaten Banjarnegara berdasarkan Tipologi Klassen.

2. Menganalisis strategi pengembangan sektor perekonomian di Kabupaten Banjarnegara.

3. Mengidentifikasi

pertanian di Kabupaten Banjarnegara berdasarkan Tipologi Klassen.

klasifikasi

subsektor

4. Menganalisis strategi pengembangan sektor pertanian di Kabupaten Banjarnegara.

D. Ke gunaan Penelitian

1. Bagi penulis, penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan dan pengetahuan berkaitan dengan topik penelitian serta merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana P ertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Banjarnegara, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran dan bahan pertimbangan 2. Bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Banjarnegara, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran dan bahan pertimbangan

adalah sektor pertanian di Kabupaten Banjarnegara.

3. Bagi pembaca, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai tambahan informasi, pengetahuan, dan referensi dalam penyusunan

penelitian selanjutnya atau penelitian-penelitian sejenis.

II. LANDASAN TEORI

A. Pe ne litian Terdahulu

Penelitian Susilowati (2009:73) yang berjudul Strateg i Pen gemba ng an Sek tor Pertanian Di Kab up aten S uk oh arjo (Pen dek a ta n Tip olog i Kla ssen)

menyimpulkan bahwa hasil klasifikasi sektor pertanian di Kabupaten Sukoharjo, yaitu subsektor tanaman bahan makanan adalah termasuk subsektor prima, subsektor peternakan merupakan subsektor potensial, subsektor perikanan merupakan subsektor berkembang adalah dan subsektor perkebunan dan subsektor kehutanan termasuk subsektor terbelakang di Kabupaten Sukoharjo. Sedangkan strategi pengembangan sektor pertanian di Kabupaten Sukoharjo terdiri dari:

meliputi strategi untuk mengembangkan subsektor prima (subsektor tabama) yaitu dengan

1. Strategi pengembangan jangka

pendek,

pengotimalan potensi yang ada, yaitu dengan cara diversifikasi pasar, kerjasama dengan pihak swalayan, membuka lapangan kerja untuk

pengemasan dan pemasaran, penetapkan harga oleh pemerintah. Sedangkan strategi untuk mengupayakan subsektor potensial menjadi subsektor prima (subsektor peternakan), yaitu dengan meningkatkan laju pertumbuhannya yaitu dengan cara meningkatkan produksi peternakan dengan menurunkan harga ternak dan pakan ternak dan gaduh ternak, memanfaatkan kotoran dan urine ternak sebgai pupuk organik dan menjalin kerjasama dengan Kabupaten lain.

yaitu strategi untuk mengembangkan subsektor berkembang menjadi subsektor potensial (subsektor

2. Strategi pengembangan jangka

menengah

dengan meningkatkan kontribusinya yaitu dengan cara meningkatkan permintaan ikan dengan diversifikasi produk, meningkatkan produksi dengan penggunaan bibit unggul dan meningkatkan daya beli masyarakat.

3. Strategi pengembangan jangka panjang yaitu dengan pengembangan subsektor prima (subsektor tabama) strateginya yaitu dengan menjaga 3. Strategi pengembangan jangka panjang yaitu dengan pengembangan subsektor prima (subsektor tabama) strateginya yaitu dengan menjaga

Penelitian Purwanto (2009:56) dengan judul Klasifika si Komo diti Tana man Bahan Ma k a nan dalam Kera ng k a Perenca na an Pen gemba ng an Ek on omi Daerah Ka bu pa ten Klaten menganalisis bahwa Sumbangan sektor

pertanian terhadap pembentukan PDRB Kabupaten Klaten dari tahun 2004- 2007 cenderung semakin meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa sektor pertanian di Kabupaten Klaten merupakan sektor perekonomian yang penting dalam pembangunan daerah Kabupaten Klaten. Sumbangan P DRB sektor pertanian pada tahun 2004 sebesar 898.771,87; tahun 2005 sebesar 918.295,98; tahun 2006 sebesar 943.060,85; dan tahun 2007 sebesar 957.297,31.

berjudul Perenca na an Pemb an gu nan Eko no mi Daera h Ka bup aten Mag elang Berba sis Komo diti Tana ma n Bah an Ma k a na n (Pen dek a ta n Tipo logi Klassen ) menyimpulkan

Penelitian Stefani

yang

bahwa Klasifikasi komoditi tanaman bahan makanan di Kabupaten Magelang berdasarkan pendekatan Tipologi Klassen diperoleh empat klasifikasi komoditi, yaitu: (1) komoditi prima terdiri dari komoditi jagung dan cabe; (2) komoditi potensial yaitu padi; (3) komoditi berkembang terdiri dari komoditi Ketela rambat, kedelai, bawang merah, kentang, kobis, sawi, kacang panjang, ketimun, labu siam, kangkung, tomat, terong, bayam, duku, sawo, mangga, rambutan, pepaya, salak; dan (4) komoditi terbelakang terdiri dari komoditi Ketela pohon, kacang tanah, bawang putih, bawang daun, wortel, buncis, alpukat, jeruk, durian, jambu biji, nanas, pisang, melon, semangka.

Penelitian-penelitian di atas dijadikan referensi dalam penelitian ini dengan alasan adanya kesamaan letak geografis, yaitu sama-sama berada di wilayah Jawa Tengah, dan juga menggunakan alat analisis yang sama yaitu Tipologi Klassen, selain itu juga dapat dijadikan sebagai sumber informasi dan gambaran secara komprehensif sehingga akan mempermudah peneliti untuk menentukan strategi

sektor pertanian di Kabupaten Banjarnegara.

pengembangan

B. Tinjauan Pustaka

1. Pembangunan Salah satu definisi pembangunan adalah perubahan menuju pola- pola masyarakat yang memungkinkan realisasi yang lebih baik dari nilai- nilai kemanusiaan, yang memungkinkan suatu masyarakat mempunyai kontrol yang lebih besar terhadap lingkungannya dan terhadap tujuan politiknya, dan yang memungkinkan warganya memperoleh kontrol yang

lebih terhadap diri mereka sendiri (Anonim, 2009 a ). Pembangunan mengandung arti yang lebih luas. Peningkatan

produksi memang merupakan salah satu ciri pokok dalam proses pembangunan. Selain segi peningkatan produksi secara kuantitatif, proses pembangunan mencakup perubahan pada komposisi produksi, perubahan pada pola penggunaan (alokasi) sumber daya produksi (prod uctive resources ) di antara sektor-sektor kegiatan ekonomi, perubahan pada pola pembagian (distribusi) kekayaan dan pendapatan di antara berbagai golongan pelaku ekonomi, perubahan pada kerangka kelembagaan (institu tio na l fra mework) dalam kehidupan masyarakat secara menyeluruh (Djojohadikusumo, 1994:1-2).

Fenomena pembangunan atau adanya situasi keterbelakangan yang kronis sesungguhnya bukan semata-mata merupakan persoalan ekonomi

atau sekedar

pendapatan, masalah ketenagakerjaan, atau penaksiran tingkat ketimpangan penghasilan secara kuantitatif. Keterbelakangan merupakan sebuah kenyataan riil dalam kehidupan sehari-hari. Yang dimaksud dengan keterbelakangan di sini bukan hanya

angka-angka kemiskinan nasional, melainkan juga menyangkut keterbatasan berpikir dari penduduk miskin di negara-negara terbelakang yang bersangkutan (Todaro dan Stephen, 2006:21).

2. Pembangunan Ekonomi Bagi negara yang sedang berkembang pembangunan ekonomi jelas dimaksudkan untuk meningkatkan taraf hidup sehingga setaraf dengan tingkat hidup di negara-negara maju. Negara sedang berkembang saat ini 2. Pembangunan Ekonomi Bagi negara yang sedang berkembang pembangunan ekonomi jelas dimaksudkan untuk meningkatkan taraf hidup sehingga setaraf dengan tingkat hidup di negara-negara maju. Negara sedang berkembang saat ini

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan pembangunan ekonomi, namun pada hakikatnya faktor-faktor tersebut dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu faktor ekonomi dan faktor nonekonomi. Faktor ekonomi yang mempengaruhi pertumbuhan dan pembangunan ekonomi diantaranya adalah sumber daya alam, sumber daya manusia, sumber daya modal, dan keahlian atau kewirausahaan.

Faktor nonekonomi mencakup kondisi sosial kultur yang ada di masyarakat, keadaan politik, dan sistem yang berkembang dan berlaku

(Anonim, 2009 b ). Syarat utama bagi pembangunan ekonomi ialah bahwa proses pertumbuhannya harus bertumpu pada kemampuan perekonomian di dalam negeri. Hasrat untuk memperbaiki nasib dan prakarsa untuk menciptakan kemajuan material harus muncul dari warga Negara itu sendiri. Pembangunan harus diprakarsai oleh Negara dan tak dapat dicangkokkan dari luar. Kekuatan luar seyogyanya merangsang dan membantu kekuatan nasional. Bantuan luar negeri hanya dapat mengawali atau merangsang pembangunan dan tidak untuk mempertahankannya. Semangat membangun harus datang dari dalam, tanpa itu prakarsa pembangunan akan terbuang percuma dan akan segera padam (Jhingan, 2007:41-42).

3. Perencanaan P embangunan Pada hakekatnya, perencanaan merupakan sebuah upaya untuk

mengantisipasi ketidakseimbangan yang terjadi yang bersifat akumulatif.

Artinya, perubahan yang terjadi pada sebuah keseimbangan awal dapat menyebabkan perubahan pada sistem sosial yang kemudian akan membawa sistem yang ada menjauhi keseimbangan semula. Pengertian yang dimiliki oleh sebuah proses perencanaan tidak terbatas pada definisi di atas, karena perencanaan sendiri memiliki peran yang sangat penting dalam proses pembangunan. Salah satu peran perencanaan adalah sebagai arahan bagi proses pembangunan untuk berjalan menuju tujuan yang ingin dicapai di samping sebagai tolok ukur keberhasilan proses pembangunan yang dilakukan (Widodo, 2006:2).

Perencanaan pembangunan dimaksudkan untuk membangun perekonomian secara keseluruhan. Ia mencakup penerapan sistem pemilihan yang rasional terhadap sejumlah bidang investasi dan kekuatan pembangunan lainnya yang layak. Untuk itu, ia sampai batas tertentu mengandalkan pada

mekanisme pasar. Di bawah perencanaan pembangunan, pemerintah merumuskan rencana pembangunan bagi

perekonomian secara

P erencanaan pembangunan mempertimbangkan semua agregat ekonomi yang paling penting seperti tabungan total, investasi, output, pengeluaran pemerintah dan transaksi luar negeri (Jhingan, 2007:548-549).

keseluruhan.

Menurut Arsyad (1992:740) perencanaan pembangunan ditandai dengan adanya usaha untuk memenuhi berbagai ciri-ciri tertentu serta adanya tujuan yang bersifat pembangunan tertentu. Inilah yang membedakan perencanaan pembangunan dengan perencanaan yang lain. Ciri-ciri dari suatu perencanaan pembangunan yaitu :

a. Usaha yang dicerminkan dalam rencana untuk mencapai perkembangan sosial ekonomi yang mantap (stea dy social econ omic g ro wth). Hal ini dicerminkan dalam usaha pertumbuhan ekonomi yang bertambah.

b. Usaha yang dicerminkan dalam rencana untuk meningkatkan pendapatan perkapita.

c. Usaha untuk mengadakan perubahan struktur ekonomi. Hal ini sering disebut sebagai usaha diversifikasi ekonomi.

d. Usaha perluasan kesempatan kerja.

e. Usaha pemerataan pembangunan sering disebut sebagai d istribu tive ju stice .

f. Usaha pembinaan lembaga-lembaga ekonomi masyarakat yang lebih menunjang kegiatan-kegiatan pembangunan.

g. Usaha secara terus menerus menjaga stabilitas ekonomi

4. Pembangunan Daerah Pengalaman menunjukkan bahwa diberbagai negara bahwa ada salah satu syarat yang diperlukan untuk menunjukkan tingginya tingkat keberhasilan pembangunan yang dilaksanakan oleh Pemerintah yaitu dimulai dari mantapnya pemahaman dari para aparat terkait tentang makna indikator-indikator dan variable-variabel pembangunan serta pengertian kebijaksanaan yang diterapkan oleh pemerintah pusat dan daerah, dimana kedua kebijaksanaan tersebut harus saling melengkapi ataukan searah.

Pemahaman yang memadai tentang indikator pembangunan daerah akan mengakibatkan semakin terarahnya pelaksanaan pembangunan yang

dilaksanakan dan semakin tingginya responsi masyarakat dalam menyukseskan dan mencapai sasaran yang telah ditargetkan. Hal ini

dianggap perlu mendapatkan perhatian dari kita semua (Anonim, 2009 c ). Ada dua kondisi yang mempengaruhi proses perencanaan

pembangunan daerah, yaitu: (1) tekanan yang berasal dari lingkungan dalam negeri maupun luar negeri yang mempengaruhi kebutuhan daerah dalam proses pembangunan perekonomiannya; (2) kenyataan bahwa perekonomian daerah dalam suatu negara dipengaruhi oleh setiap sektor secara berbeda-beda, misalkan beberapa daerah mengalami pertumbuhan pada sektor industrinya sedangkan daerah lain mengalami penurunan. Inilah yang menjelaskan perbedaan perspektif masyarakat daerah mengenai arah dan makna pembangunan daerah (Kuncoro, 2004:47).

5. Otonomi Daerah Otonomi daerah adalah kewenangan daerah otonom untuk

mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut

faktor-faktor yang meliputi kemampuan si pelaksana, kemampuan dalam keuangan, ketersediaan alat dan bahan, dan kemampuan dalam berorganisasi. Otonomi daerah tidak mencakup bidang-bidang tertentu,

seperti politik luar negeri, pertahanan keamanan, peradilan, moneter, fiskal, dan agama. Bidang-bidang tersebut tetap menjadi urusan pemerintah pusat. P elaksanaan otonomi daerah berdasar pada prinsip