Survei Filariasis di Kabupaten Mamuju, Provinsi Sulawesi Barat

sURVEr

TktY,frIi:31,ffiBHIffi'.I+

AMUIU'

Sitti Chadijah'
'Balai Litbang P2B2 Donggala, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,
Kementerian Kesehatan Rl

Fitariasis is a chronic infection

,,r*!:f#ffi,

by

filaria worm and transmitted

by

mosquito. This had been conductedJbr nine months in 2011 . The aim of this study is to identifv

miciofilaria positif cases. This is an observational study by using cross-sectional designResponden was chosen from people in selected endemic areas in Mamuiu regency. The
res-pondents blood sample were collected at 20.00 p.m. local time through a night blood
,suivei. The restrlts show, that none of blood sample was found positive **ith microfilaria.
Tlterefore, as e reconTmendation the areas.for night-blood stu"vei need to be extended in order
to.finLd more filariasis case. Morever, routine sut'veis are needed to Jind positive ccLses. In
orldition, in order to measure the success of mass drug admini,gtration (fu{DA), MDA
ev aluation is es s enti al.

Key words:filariasis,night-bloodsurvei,distribution,Mamuiuregency,WestSulawesi

Hampir seluruh wilayah lndonesia

PENDAHULUAN
F il ar i a s i s (penyakit kaki gaj ah) adalah

penyakit menular menahun yang
disebabkan oleh cacing filaria dan
ditularkan oleh nyamuk Mansonia,
Anopheles, Culer, Armigeres. Cacing
tersebut hidup di saluran dan kelenjar

getah bening dengan manifestasi klinik
akut berupa demam berulang, peradangan
saluran dan saluran kelenjar getah bening.
Pada stadium lanjut dapat menimbulkan
cacat menetap berupa pembesaran kaki,
lengan, payrdara dan alat kelamin'.
Penyakit ini tersebar luas di pedesaan
dan perkotaan dan dapat menyerang semua
golongan tanpa mengenal usia dan jenis

Di

dunia terdapat 1,3 miliar
penduduk yang berisiko tertular penyakit

kelamin.

kaki gajah di lebih dari 83 negara dan60aA
kasus berada di Asia Ten ggara'
Pada tahun 2002 Menteri Kesehatan

Republik lndonesia telah mencanangkan
dimuiainya eliminasi penyakit kaki gajah
di Indonesia dan telah menetaPkan
eliminasi kaki gajah sebagai salah satu
program prioritast.
,

adalah daerah endemisy'/ ariasis, terutama

wilayah Indonesia Timur yang memiliki
prevalensi lebih tinggi. Sejak tahun 2000
hingga 2009 dilaporkan kasus kronis
filariasis sebanyak 1l.914 kasus yang
tersebar di 401 kabupaten/kota. Hasil
laporan kasus klinis kronis filariasis dari
kabupaten/kota yang ditindaklanjuti
dengan survei endemisitas .filariasis,
sampai dengan tahun 2009 terdapat 337
kabupaten lkota endemis dan 13 5
kabupaten/kota non endemis'.


Data Riskesdas tahun

2001

menunj ukk an bahw a fi I ari a s i s tersebar di
seluruh Indonesia dengan prevalensi klinis
sebesar 1,1%o (dengan rentang 0,3o/o,

-

6,4%o) dengan prevalensi klinis di
Sulawesi Barat pada tahun 2007 adalah
0,3Yoo. Angka ini menujukkan masih
berada di bawah dari angka klinis nasional
(1,1%o)'.

Jumlah penderita filariasis kronis
pada tahun 2007 di Provinsi Sulawesi
Barat sebesar 12 penderita yang

penderitanya hanya ditemukan di

Jurnal Vektor Penyakit, Vol. VI No. 1, 2012 :

I-6

Kabupaten Mamuju dan Kabupaten
Mamuju Utara masing-masing sebesar 11
dan 1 penderitas. Adapun tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui adanya
penderita positif mikrofilaria di Kabupaten
Mamuju, Sulawesi Barat.

BAHANDANMETODE
Penelitian dilakukan di wilayah
Kabupaten Mamuju, Provinsi Sulawesi
Barat Bulan Maret sampai November
2011. Penelitian ini termasuk dalam jenis
penelitian observasional dengan
menggunak afi rarrcangal cro s s - s ectional

study. Populasi adalah seluruh masyarakat
di semua desa endemisfilariasis (terdapat
kasus kronis) di Kabupaten Mamuju,
Sulawesi Barat, sedangkan sampel adalah
masyarakat yang ada di desa endemis
filariasis (terdapat kasus kronis) yang
terpilih di Kabupaten Mamuju, Sulawesi
Barat. Hasil survei ini digunakan untuk
menentukan Microfilaria rate (Mf rate)
dan jenis cacing filaria yang hidup di
daerahtersebut.
Pengambilan darah jari masyarakat
dilakukan pada masyarakat yang telah

menandatangani informed consent.

Pengambilan darah jari dilakukan pada
malam hari mulai pukul 20.00 waktu

setempat. Pengambilan darah jari

dilakukan oleh anggota tim peneliti.
Sebelum diambil darah, ujung jari

dibersihkan dengan kapas alkohol 70%
dan setelah kering ditusuk dengan jarum
lancet. Tetesan darahpertama yang keluar
dihapus dengan kapas kering, kemudian
darah berikutnya dihisap dengan tabung
kapiler tanpa heparin, diambil daruh
sebanyak 20 pl,lalu darah ditiupkan ke
atas kaca benda yang bersih dan bebas
lemak, dilebarkan sehingga membentuk
sediaan darah tebal dengan diameter
sekitar 2 cm. Setelah kering diwarnai
dengan Giemsa yang telah dilarutkan di

dalam cairan buffer pH 7,2 dengan
perbandingan I:14 selama 15 menit.
Kemudian dibilas dengan air bersih dan
dikeringkan. Sediaan darah diperiksa di

bawah mikroskop dengan pembesaran
rendah (5x10) untuk menentukan jumlah

)

mikrofilaria atau dengan pembesaran
menengah (5xa0) untuk menentukan
jenis/spesiesnya. Identifikasi spesies
cacing filaria dilakukan dengan
menggunakan kunci identifikasi menurut
P2M & PLU.
Jumlah cacing per unit volume darah
yang diambil (20 pl) dihitung untuk

mengetahui rata-rata kepadatan
mikrofilaria dalam setiap 20 pI sediaan
darah. Adapun rumus yang digunakan:
Jumlah semua mikrofilaria yang
ditemukan pada semua sediaan
Jumlah orang yang sediannya positif


Faktor pengali

Untuk volume darah 20 pL, maka
faktor peng aliny a adalah 5 07 .

HASIL
Gambaranumumlokasipenelitian
Kabupaten Mamuju terletak pada

A.

Provinsi Sulawesi Barat pada posisi 1o 38'
1 10"
- 2o 54' 552" LS; dan 1 10' 54' 47" 130" 5' 35 BT. Ibukota kabupaten terletak
di Kabupaten Mamuju mempunyai batas
wilayah sebagai berikut: Sebelah lJtaru
berbatasan dengan Kabupaten Mamuju
Utara, Sebelah Timur berbatasan dengan
Kabupaten Luwu Utara, Sebelah Selatan

berbatasan dengan Kabupaten Majene,
Kabupaten Mamasa dan Kabup aten Tana
Toraja dan Sebelah Barat berbatasan
dengan SelatMakassar.
Kabupaten Mamuju dengan luas
wilayah 801.406 Ha, secara administrasi
pemerintahan terbagi atas 16 kecamatan,
terdiri dai 143 desa, 10 kelurahan dan2

UPT. Berdasarkan hasil proyeksi,
penduduk Mamuju pada tahun 2009
berjumlah 315.053 jiwa. Angka ini
menunjukkan adanya pertumbuhan
penduduk di Mamuju sebesar 3,l4Yo
dibandingkan dengan tahun 20088. Secara

keseluruhan, jumlah penduduk paling
besar berada pada kelompok umur 5-9
tahun yaitu sebesar 41.442 jiwa. Jenis
kelamin dari penduduk Mamuju lebih

besar laki-laki dibandingkan dengan
perempuan.

Survei Filariaris di Kabupaten Mamuju, ...... (Sitti Chadijah)

Lokasi pelaksanaan survei dilakukan
di tiga wilayah kerja puskesmas yaitu
Puskesmas Topore, Puskesmas Topoyo
dan Puskesmas Lara. Puskesmas Topore
berada dalarn wilayah kerja Kecamatan
Papalang yang terdiri dari sembilan desa
yang merupakan kriteria wilayah terpencil.
Puskesmas Topoyo termasuk wilayah dari
Kecamatan Topoyo yang secara
administatif pemerintah terdapat sembilan
desa dan merupakan puskesmas perawatan

B.

SurveiDarahJari(SDJ)

1. 'Distribusi jumlah resPonden
pengambilan sediaan darah
berdasarkan tempat
Kegiatan survei darah jaidilakukan di
tiga wilayah kecamatan yaitu, Kecamatan
Karossa, Kecamatan Papalang dan
Kecamatan Topoyo. Jumlah penduduk
yaftg diambil sediaannya darahnYa
sebanyak 558 orang dan dilakukan di enam
desa.

Sampel terbanyak diperoleh di

terdiri dari sembilan Pos Kesehatan Desa
(POSKESDES) dengan kriteria wilayah
sangat terpencil. Puskesmas Lara
merupakan satu dari dua puskesmas di

Kecamatan Topoyo (40,7o/o), dan paling
sedikit di Kecamatan Papalang (22,9%).
Lokasi pengambilan sediaan darah

Kecamatan Karossa. Secara administatif
pemerintah terdapat enam desa dan
merupakan puskesmas non perawatan
terdiri dari delapan poskesdes dengan
kriteri a wil ay ah s angatterp enc i1'.

pengambilan sediaan darah terbanyak di
Desa Lara (23,0yo), sedangkan paling
sedikit di Desa Tumbu (7,7%). Distribusi
responden menurut desa secara rinci dapat
dilihat pada tabel berikut:

berdasarkan desa, terlihat bahwa

Tabel 1. Distribusi Jumlah Responden Pengambilan Sediaan Darah Jari Menurut
Desa di Tiga Wilayah Kecamatan, Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat, Tahun 2011
Kecamatan
Karossa

Desa
Salobiro

Papalang
Topoyo

Lara
Bonda
Topoyo
Tumbu

o/
/o

14

13,2

t29

23,l

128

23,4

93

16,7
7,7

43

Pangalloang
Total

Distribusi jumlah responden
pengambilan sediaan darah
trerdasarkan kelompok umur dan jenis
kelamin

2.

Berdasarkan kelompok umur

.Iumlah

dan j enis

kelamin terlihat bahwa di Kecamatan
Karossa jumlah laki-laki yang diambil

9l

76,3

s58

100,0

perempuan. Kelompok umur yang paling
banyak mengikuti SDJ baik dari laki-laki
maupun perempuan adalah golongan umur

2-12 tahun. Adapun distribusi

pengambilan SDJ berdasarkan kelompok
umur dan jenis kelamin di Kecamatan
Karossa dapat dilihat pada tabel berikut :

sediaan darahnya hampir dua kali lipat dari
Kelompok
umur (tahun)

2t2
13 i9
20 29
30 39

Laki-laki

%

Perempuan

2l

21,6

16

12,6

6

7A

22

171

t6

2l,l

17

13,4

10

40 -- 49

2l

16,5

8

>50

24

18,9

l5

13,2
10,5
19,7

48
22
38
27
29
39

Total

127

100

76

100

203

21

10,8
18"7

i 3,3
14,3

t9,2
100

J

Jurnal Vektor Penyakit, Vol. VI No. 1, 2012 :

I

-6

Di Kecamatan Papalang menunjukkan
bahwa jumlah laki-laki dan perempuan
yang ikut SDJ adalah sama banyaknya.
Berdasarkan kelompok umur, terlihat

bahwa pada laki-laki yang terbanyak
mengikuti kegiatan ini adalah kelompok
perempuan.

Tabel 3. Distribusi Jumlah Responden Pengambilan Survei Darah Jari
menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di KecamatanPapalang,
Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat, Tahun 2011

Kelompok
umur (tahun)

2-12

Laki-laki
11

13-19

5

20

4

-29

30-39
40-49

l2
11

21

Total

64

Y'
17,2
7,8
6,3
18,8
l'7,2
32,7
100

Adapun hasil pemeriksaan
mikroskopis menunjukkan bahwa dari 558
penduduk yang diambil darahnya tidak ada

yang ditemukan positif mikrofilaria,

sehingga Mf rate untuk ketiga kecamatan
adalahnol.

PEMBAHASAN

Topoyo. Masyarakat yang ikut SDJ paling
di Kecamatan Topoyo (40,7oh),
kenrudian di Kecamatan Karossa (36,4%)
dan yang terendah di Kecamatan Papalang
(22,9%). Banyaknya masyarakat yang
mengikuti SDi di Kecamatan Karossa

banyak

di tiga desa,

sedangkan di Kecarnatan Papalang hanya

dilakukan di satu desa. Lokasi-lokasi yang
dipilih untuk pelaksanaan SDJ merupakan
daerah yang masih ditemukan kasus kronis
filariasis.

Keikutsertaan laki-laki

dan

perempuan di tiga kecamatan pada saat
SDJ menunjukkan bahwa laki-laki dan
perempuan ternyata mempunyai perasaan
takut terkena filariasis. Hal ini disebabkan
masyarakat pernah mendengar atau
melihat adanya penderita kronis /ilariasis
laki-laki dan perempuan di sekitar mereka.

4

12
8

9
11

7

t7
64

%

Total

18,8
12,5
14,1

23

77,2
10,9
26,5
100

23

13

l3
18

38
128

%
18,0
10,2
10,2
18,0
14,1

?q5
100

Hal ini sesuai dengan penelitian Nyoman
di Kecamatan Kelurahan Pabean, Kota
Pekalongan, I awa Baratyang menemukan
kasus kronis baik pada laki-laki maupun
pada perempuan'. Pengalaman yang
didapat dari masyarakat yang menderita
penyakit kadang dapat dijadikan sebagai
s

Kegiatan SDJ dilakukan di tiga
kecamatan, yaitu Kecarnatan Karossa.
Kecamatan Papalang dan Kecamatan

karena SDJ dilakukan

Perempuan

alah satu up ay a dalam promo si ke s ehatan.

Pelaksanaan SDJ

diikuti oleh

masyarakat mulai dari umur dua tahun
sampai umur lebih 70 tahun. Hal ini
mengingat filariasis merupakan penyakit
yang dapat menginfeksi semua kelompok
umur2. Banyaknya anak-anak usia 2 - 12
tahun yang mengikuti SDJ menuniukkan
sifat keingintahuan anak-anak pada proses

pengambilan darah serta adanya
pem6erian pennen bagi anak- anak yang

diambil darahnya

menyebabkan
banyaknya anak-anak yang mengikuti
SDJ, walaupun menurut kementerian
kesehatan sebaiknya umur yang mengikuti
SDJ adalah umur 13 tahun keatas6. Hal ini
dilakukan untuk menjaring anak-anak usia

kurang dari 13 tahun terinfeksi
mikfofilaria, seperti yang ditemukan

Nyoman di Kecamatan Rote Timur, Nusa
l0
renggara rtmur

Hasil pemeriksaan mikroskopis
menunjukkan bahwa di semua lokasi SDJ
tidak ditemukan kasus penderita positif

Survei Filariaris di Kabupaten Mamuju, ...... (Sitti Chadijah)

mikrofilaria. Hal ini mungkin disebabkan
karena di Kabupaten Mamuju telah
dilakukan pengobatan selektif, yang telah
berhasil menurunkan kasus filariasis dr
daerah tersebut. Hal ini sesuai dengan
yang dilaporkan oleh Garjito di Kabupaten
Banggai".
Tidak ditemukannya kasus penderita
positif mikrofilaria disebabkan pula
karena kurangnya partisipasi masyarakat
dalam mengikuti kegiatan ini. Ada
beberapa lokasi, yang masyarakatnya
menanyakan berapa imbalan yang akan
diberikan kepada mereka bila mengikuti
kegiatan ini. Hal ini disebabkan karena
pernah ada salah satu proyek filariasis di
Kabupaten Mamuju yang memberikan
imbalan, sehingga masyarakat menuntut
pula diberikan imbalan yang sama. Hal ini
menunjukkan bahwa temy ata masyarakat
belum menyadari betul akan kegunaan
mengikuti SDJ.
Kendala lainnya yaitu jauhnya
pelaksanaan SDJ dari rumah-rumah
penduduk dan kegiatan ini dimulai di
malam hari pada pukul 20.00 Wita.
Walaupun menurut petugas puskesmas
yang kami libatkan, lokasi yang dipilih
adalah lokasi yang penduduknya banyak,

UCAPANTERIMAKASIH
Pada kesemp atan ini kami
mengucapkan terima kasih kepada
Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi
Barat, Pemerintah Daerah Kabupaten
Mamuju, Dinas Kesehatan (Dinkes)
Provinsi Sulawesi Barat, Dinkes
Kabupaten Mamuju, Puskesmas Topoyo,
Puskesmas Topore, Puskesmas Lata, atas
izin penelitian dan dukungan yang telah

diberikan kepada kami. Penulis jugu
mengucapkan terima kasih kepada Kepala
B alai Litban gP 282 Donggala at as izin dan

dukungannya, sehingga penelitian ini
dapat dilakukan. Terima kasih yang tak
terhingga juga kami ucapkan kepada
masyarakat di daerah penelitian yang
secara koperatif telah mendukung
kegiatan penelitian ini.

DAFTARPUSTAKA

1. Chin J. Manual Pemberantasan
Penyakit Menular. Editor : dr. I.
Nyoman Kandun, CV. Infomedika,
Edisi

2.

dan Schistosomiasis, Direktorat

karena dalam satu desa, kami

melaksanakan SDJ di beberapa tempat.
Adapun vpaya yang dilakukan oleh tim
untuk mencari sebanyak-banyaknya
penduduk untuk mengikuti SDJ adalah

dengan mendatangi rumah-rumah
penduduk, terutama yang dilapokan ada
penderita kronis filariasis, tetapi hasilnya
temyata tidak ditemuk ankasus fi I arias is.

KESIMPULAN
Hasil survei darah jari di Kabupaten

Mamuju tidak ditemukan adanya
p

Cetakanll, Jakarta.2006.
Kementerian Kesehatan. Rencana
nasional program akselerasi eliminasi
filariasi di Indonesia. Subdit Filariasis
17

P2B2.Jakarta.2010.

3.

http://www.indonesia.go .idlidl
index.php?option:com*content&task
I I 423&Itemid:69 8.
Diakses tan ggalZ3 Agttstus 20 1 0.
Badan Litbangkes. Laporan Riset
Kesehatan Dasar Indonesia. Badan
Litbangkes RI, Jakarta. 2008.
Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi
Barat. Profil Kesehatan Sulawesi
B arat Tahun 2007 . Mamuju. 200 8.
Dirjen PPM &, PL. Pedoman
Penentuan Daerah Endemis Penyakit

:view&id:

4.
5.
6.

enderita po sitif mikrofilaria.

Kaki Gajah (Filarisis), buku
SARAN
Sebaiknya perlu memperluas wilayah
survei untuk menemukan kasus filariasis
dan survei rutin unfuk menemukan kasus
positif.

3.

Direktorat Jendral PPM & PL. Depkes
RI. Jakarta.2002.

7.

Depkes RI. Pedoman program
eliminasi filariasis di Indonesia.
Direktorat Jenderal Pemberantasan
Penyakit Menular dan Penyehatan

5

Jumal Vektor Penyakit, Vol. VI No.

l, 2012 : I - 6

Lingkungan Pemukiman. Jakarta.
2008.
8.

http://id. wikip e dia. org/wiki/
Kabupaten_Mamuju diakses tanggal

November20ll.
Sunaryo, Ramadhani T. Distribusi
filariasis limfatik di kelurahan Pabean,
Kecamatan Pekalongan Utara, Kota
Pekalongan, Provinsi Jawa Barat.
29

9.

Balaba. 2008 ;ed.007 (2) :2-6.
10. Saniambara N. Filariasis dan beberapa
faktor yang berhubungan dengan

6

penularannya di Kecamatan Rote
Timur Kabupaten Rote Ndao Provinsi
Nusa Tenggara Timur. Tesis. Sekolah
Pascasarjana Universitas Gadjah
Mada. Yogyakarla . 2005.

11. Garjito TA. Studi filariasis pada
masyarakat pedesaan di Kabupaten

Banggai dan Parigi Moutong,

Sulawesi Tengah. Laporan akhir

penelitian. Loka Litbang P2Bz
Donggala. Unpublished. 2006